Topik: Produk Domestik Bruto

  • Harga Emas Terkoreksi Awal Pekan, Tren Bullish Masih Solid – Page 3

    Harga Emas Terkoreksi Awal Pekan, Tren Bullish Masih Solid – Page 3

    Selain itu, ekspektasi pelonggaran moneter semakin besar setelah data ekonomi AS menunjukkan campuran sinyal. Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal II tercatat tumbuh 3,3% secara tahunan, melampaui estimasi awal 3,0%. Namun, inflasi yang tetap di atas target The Fed belum dianggap cukup kuat untuk mengubah arah kebijakan.

    Menurut FedWatch CME, peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan September kini mencapai 89%, naik dari 85% sebelum rilis data PCE.

    Ekspektasi suku bunga yang lebih rendah menjadi katalis utama bagi emas, karena menekan imbal hasil riil obligasi dan menurunkan biaya peluang memegang logam mulia. Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga relatif stabil.

    Yield Treasury 10 tahun bertahan di sekitar 4,22%, sedangkan yield 30 tahun di 4,90%. Kondisi ini memberikan ruang bagi investor untuk kembali melirik emas sebagai aset lindung nilai.

     

  • Momentum Tumbuh Masih Ada: Manufaktur Membaik, Ekonomi Digital Kian Atraktif

    Momentum Tumbuh Masih Ada: Manufaktur Membaik, Ekonomi Digital Kian Atraktif

    Bisnis.com, JAKARTA – Sektor manufaktur menjadi penopang perekonomian. Meski mengalami tantangan karena PMI manufaktur Indonesia tidak berada level ekspansif, di bawah angka 50% per Juli 2025, namun nilai tambah bruto (NTB) manufaktur terus mengalami penguatan.

    Kalau menilik rapor ekonomi selama kuartal II/2025, kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) masih bisa bertahan di angka 18,67%. Sektor manufaktur juga mampu tumbuh 5,68% year on year (y-o-y). Kinerja pertumbuhan manufaktur itu melesat dibandingkan dengan kuartal II/2024, yang hanya di angka 3,95%.

    Tidak heran, jika kinerja positif sektor manufaktur itu menjadikannya sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi II/2025. Kontribusinya bahkan naik dari 0,79% (kuartal II/2024) menjadi 1,13% pada kuartal II/2025.  

    Tren membaiknya sektor manufaktur itu juga dapat dilihat dari struktur ketenagakerjaan Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan Mei 2025, mencatat pekerja di sektor manufaktur mencakup 13,45% dari total pekerja per Februari 2025. Jumlah pekerja manufaktur itu naik karena pada Februari 2024 hanya 13,28%.

    BPS sendiri secara rutin mempublikasikan data-data mengenai kinerja ekonomi. Data BPS menjadi rujukan bagi pemerintah, ekonom, hingga pelaku usaha untuk memproyeksikan target sekaligus menentukan kebijakan yang akan diambil ke depan.

    Wakil Ketua Umum Kadin Perindustrian Saleh Husin mengatakan bahwa tren positif kinerja sektor manufaktur akan terus berlangsung pada kuartal III/2025 meski kemungkinan akan terjadi perlambatan. Hal ini dipicu pada kuartal ketiga ini masyarakat akan fokus belanja untuk kebutuhan rutin, sehingga tingkat permintaan tidak setinggi saat liburan. 

    “Dampaknya ke manufaktur cukup terasa, subsektor yang bergantung pada konsumsi non-rutin seperti pakaian, rekreasi, barang tahan lama mengalami perlambatan order,” kata Saleh kepada Bisnis, Kamis (28/8/2025). 

    Meski demikian, Saleh melihat masih ada industri yang akan stabil permintaannya seperti sektor yang memproduksi kebutuhan dasar yakni makanan-minuman, farmasi, dan perlengkapan sekolah relatif lebih stabil. Di samping itu, dia menyebut tren normalisasi konsumsi masyarakat ini membuat sumbangan permintaan domestik ke pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tetap ada, namun tidak sekuat kuartal sebelumnya. 

    Menurut Saleh, kombinasi faktor ini membuat pertumbuhan kuartal III/2025 diproyeksi tetap positif, meskipun kecepatan pertumbuhannya lebih moderat dibanding kuartal kedua.  Jika dilihat dari sisi kredit perbankan periode ini mengalami penurunan ke 7,03% dari bulan sebelumnya  7,77%. Penurunan ini terutama terjadi pada kredit modal kerja. 

    “Ini sejalan dengan sikap hati-hati pelaku usaha di tengah permintaan yang melandai pasca liburan dan pasar global yang tidak terlalu kondusif,” imbuhnya.

    Manufaktur Jadi Kunci

    Di sisi lain, Office of Chief Economist (OCE) Bank Mandiri menilai percepatan produktivitas sektor manufaktur menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ke level yang lebih tinggi. Meski ekonomi Indonesia stabil di kisaran 5% dalam tiga tahun terakhir, kontribusi sektor-sektor besar dinilai belum maksimal.

    Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro mengungkapkan, data historis menunjukkan sejumlah sektor mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata nasional, namun dengan kontribusi relatif kecil.

    Misalnya, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh rata-rata 13,5% sejak kuartal I/2022 hingga kuartal II/2025. Hanya saja, kontribusi ke pembentukan produk domestik bruto (PDB) hanya 6,2%.

    Pada periode yang sama, sektor jasa lainnya tumbuh 10%, sektor akomodasi dan makanan minuman tumbuh 9,7%, dan sektor jasa perusahaan tumbuh 8,6%. Kendati demikian, kontribusi semua sektor itu hanya di bawah 3% terhadap pembentukan PDB.

    “Memang catatannya atau challenge-nya adalah memang sektor-sektor tersebut masih memberikan kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan sektor-sektor besar seperti industri pengolahan,” ujar Asmo dalam forum Mandiri Economic Outlook Q3 2025 secara daring, Kamis (28/8/2025).

    Ilustrasi pekerja sektor manufaktur

    Sebaliknya, sektor-sektor dengan kontribusi besar justru mencatat pertumbuhan yang lebih lambat. Contohnya industri pengolahan atau manufaktur yang menyumbang hampir 19% terhadap PDB, tetapi hanya tumbuh rata-rata 4,7%.

    Sementara sektor pertanian yang menyumbang 13,8% terhadap PDB, namun hanya mencatatkan pertumbuhan sekitar 2% dalam periode yang sama. “Jadi memang PR dari kita dalam membangun atau mengakselerasi pertumbuhan ekonomi sudah clear [jelas] sebenarnya, bagaimana kemudian mendorong pertumbuhan di sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar.,” kata Asmo.

    Dia menambahkan bahwa terjadi tren perlambatan pertumbuhan di sektor agrikultur sejak 2015. Berbagai inisiatif program swasembada pangan pemerintah, kata dia, menjadi momentum untuk mengakselerasi transformasi sektor ini. “Kalau misalnya pertumbuhannya bisa naik dari 2% menjadi 4%, dampaknya ke pertumbuhan ekonomi nasional akan signifikan,” ungkapnya.

    Tren Shifting ke Ekonomi Digital

    Terlepas dari naik turunnya sektor manufaktur, menguatnya peran ekonomi digital sebagai salah satu sumber pertumbuhan tidak bisa dianggap sebelah mata. BPS telah memotret fenomena dalam Statistik e-Commerce 2023 yang dirilis pada Januari 2025. Kendati cakupan pendataannya masih tahun 2023, namun data yang dirilis BPS tersebut bisa menjadi referensi untuk mengetahui size ekonomi digital di Indonesia.

    BPS dalam data tersebut mencatat bahwa populasi penjualan melalui e-commerce terus naik. Pada tahun 2023 tercatat ada sebanyak 3,82 juta atau naik 27,4% dibandingkan tahun 2022. Nilai transaksinya bahkan menembus angka senilai Rp1.100,87 triliun atau naik dibandingkan 2022 yang hanya tercatat sebesar Rp783 triliun.

    Data BPS itu juga sejalan dengan data-data yang dipaparkan oleh lembaga seperti e-Conomy SEA 2024. Lembaga ini mencatat bahwa nilai transaksi ekonomi digital di Indonesia telah menembus angka Rp1.454,6 triliun pada tahun 2024 atau naik dari tahun 2023 yang hanya tercatat sebesar Rp1.233,3 triliun. Kendati ada selisih, baik data data BPS dan e-Conomy SEA, telah menunjukkan bahwa adanya pergeseran pola belanja yang semula dilakukan secara konvensional beralih melalui perantara daring atau online.

    Tren pergeseran pola belanja inilah yang menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga selama kuartal II/2025 masih terjaga. Kalau merujuk data BPS, pertumbuhan konsumsi masyarakat masih tumbuh di angka 4,97% year on year. Kontribusi konsumsi rumah tangga juga masih dominan di kisaran angka 54,53% pada kuartal II/2025.

    Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud menjelaskan bahwa fenomena peralihan atau shifting belanja ke mode daring atau online menjadi motor penggerak konsumsi masyarakat yang kemudian mendorong pertumbuhan atraktif kuartal II/2025.

    “Jadi, ada hal yang baru, yang mungkin belum diungkap adanya fenomena shifting belanja secara offline ke online, barangkali belum pernah diungkap. Kita memang mudah melihat fenomena secara langsung atau secara offline. Tapi secara online barangkali cukup sulit untuk dilihat,” jelas Edy, Selasa (5/8/2025) lalu.

    Sementara itu, Direktur Kebijakan dan Program Lembaga Riset Prasasti Pieter Abdullah menuturkan perubahan pola belanja masyarakat dari konvensional ke daring merupakan sebuah keniscayaan. Dia menuturkan bahwa saat ini memang persebarannya masih terbatas, mayoritas berada di perkotaan. Namun Pieter memproyeksikan bahwa ke depan, penetrasi belanja via daring itu akan menjangkau individu di setiap wilayah.

    “Perubahan gaya hidup menjadi lebih digital berpengaruh terhadap cara dan struktur belanja. Dulu kita tidak mengenal biaya pulsa. Sekarang sudah tidak terelakkan. Dulu belanja di supermarket, sekarang sudah mulai biasa belanja online di e-commerce atau belanja ke indomaret secara online.”

    Pieter berkeyakinan perubahan pola belanja di masyarakat inilah yang kemudian memunculkan fenomena Rojali alias rombongan jarang beli dan Rohana alias rombongan hanya nanya. Jadi menurutnya tidak ada penurunan daya beli. “Masyarakat tetap belanja tetap berkonsumsi. Rojali dan rohana bukan ukuran bahwa konsumsi masyarakat turun.”

    Adapun Piter menambahkan bahwa perubahan pola belanja kemudian mengubah sejumlah indikator yang tadinya bisa dianggap leading indicator dalam memproyeksikan pertumbuhan ekonomi, sekarang tidak lagi sepenuhnya bisa digunakan sebagai leading indicator.

    “Misalnya angka penjualan mobil dan penjualan semen. Tidak bisa sepenuhnya menggambarkan pertumbuhan ekonomi. Melambatnya pertumbuhan penjualan mobil dan penjualan semen tidak bisa serta merta mengindikasikan perlambatan pertumbuhan konsumsi atau juga pertumbuhan ekonomi.”

  • Ada Robot dan AI, Bos Nvidia Ramal Manusia Justru Bakal Lebih Sibuk

    Ada Robot dan AI, Bos Nvidia Ramal Manusia Justru Bakal Lebih Sibuk

    Jakarta

    Kehadiran robot dan kecerdasan buatan (AI) secara teori harusnya dapat meringankan pekerjaan manusia. Tapi, menurut CEO Nvidia Jensen Huang, manusia justru akan lebih sibuk walau ada robot dan AI.

    Huang belum lama ini diwawancara oleh Fox Business di mana ia berbicara tentang banyak hal mulai dari kontroversi terkait penjualan chip oleh perusahaan Amerika Serikat ke China sampai potensi gelembung AI akan pecah.

    Pria berkacamata ini juga ditanya tentang Jetson Thor, chip yang disebut sebagai ‘otak robot’ dan bagaimana robot akan mengubah hidup manusia di masa depan. Huang mengatakan di masa depan robot akan ada di mana-mana dan semua hal yang bergerak akan menjadi robot.

    “Kita akan melihat berbagai macam sistem robotik. Robot akan digunakan i rumah sakit untuk melakukan operasi. Robot akan dipakai di pabrik untuk memproduksi sesuatu. Robot akan ada di peternakan untuk bercocok tanam,” kata Huang, seperti dikutip dari Gizmodo, Senin (1/9/2025).

    Huang kemudian ditanya apakah dengan banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh robot maka manusia jadi memiliki lebih banyak waktu luang, atau bahkan mengurangi hari kerja dari lima hari menjadi empat hari.

    Pria berusia 62 tahun ini mengatakan beralih ke empat hari kerja terdengar menyenangkan. Tapi menurutnya manusia justru akan memiliki lebih banyak hal untuk dikerjakan.

    “Menurut saya kita akan lebih sibuk di masa depan daripada sekarang. Dan alasannya adalah karena ada banyak hal yang dulunya membutuhkan waktu lama kini menjadi lebih cepat,” kata Huang.

    “Dan saya selalu menunggu pekerjaan saya selesai karena saya memiliki lebih banyak ide (untuk diselesaikan). Kebanyakan negara, kebanyakan perusahaan memiliki lebih banyak ide daripada yang harus dikejar,” sambungnya.

    Tapi, Huang berharap kebijakan empat hari kerja dapat terwujud di masa depan karena produktivitas yang meningkat dan produk domestik bruto (PDB) yang tumbuh.

    “Jadi kita dapat menghabiskan lebih banyak waktu di akhir pekan bersama keluarga dan membaca buku, serta bepergian. Dan tidak ada yang lebih baik dari itu,” pungkasnya.

    (vmp/vmp)

  • Rupiah Ambrol Imbas Demo, Cek Kurs Hari Ini 30 Agustus 2025 di BCA, BRI dan BNI – Page 3

    Rupiah Ambrol Imbas Demo, Cek Kurs Hari Ini 30 Agustus 2025 di BCA, BRI dan BNI – Page 3

    Sebelumnya, dari sentimen eksternal, Ibrahim mengatakan data dari Amerika Serikat menunjukkan ekonomi tumbuh pesat melampaui  proyeksi dan pembacaan awal untuk kuartal kedua 2025.

    Selain itu, jumlah warga Amerika Serikat yang mengajukan tunjangan pengangguran menurun, sebuah tanda kekuatan di pasar tenaga kerja.

    Selanjutkan, pengukuran kedua Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II 2025 menunjukkan ekspansi tahunan sebesar 3,3%, melampaui proyeksi 3,1% dan naik dari 3,0% sebelumnya, sementara Klaim Pengangguran Awal turun menjadi 229.000, sedikit lebih baik dari konsensus 230.000 dan turun dari revisi 234.000.

    Bloomberg menyebutkan, Gubernur The Fed Lisa Cook “menggugat Presiden AS Donald Trump atas upaya pemecatannya atas dugaan penipuan hipotek, yang memicu pertikaian bersejarah atas independensi bank sentral AS.”.

    Sementara itu, Reuters melaporkan Gubernur Federal Reserve Christopher Waller akan mendukung penurunan suku bunga pada pertemuan bulan September dan penurunan lebih lanjut selama tiga hingga enam bulan ke depan untuk mencegah pasar tenaga kerja kolaps,

     

  • Macet Jabodetabek Bikin Rugi Rp 100 Triliun, Setara 6 Kali Bangun MRT

    Macet Jabodetabek Bikin Rugi Rp 100 Triliun, Setara 6 Kali Bangun MRT

    Jakarta

    Kemacetan di Jakarta masih menjadi tantangan serius. Akibat kemacetan ini, kerugian yang dialami cukup besar. Bahkan kerugiannya setara dengan enam kali biaya pembangunan MRT fase pertama.

    Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta Rano Karno mengungkapkan, Jakarta punya tantangan serius dalam hal mobilitas, yatu kemacetan. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan kemacetan, mulai dari kualitas hidup bahkan rugi materi.

    “Hal ini menunjukkan pentingnya mendorong peralihan moda ke transportasi publik sebagai solusi jangka panjang. Kemacetan juga berdampak besar bagi kualitas hidup. Sektor transportasi menjadi penyumbang polusi udara terbesar. Kemacetan tidak hanya menghambat mobilitas, tapi juga mempengaruhi perekonomian, pariwisata, dunia usaha, bahkan kesehatan masyarakat,” kata Rano dikutip dari keterangan tertulisnya.

    Dari sisi ekonomi, Rano mengatakan, berdasarkan studi Bappenas dan Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration (JUTPI) II pada 2019, kerugian akibat kemacetan di Jabodetabek mencapai Rp 100 triliun rupiah per tahun. Angka itu setara dengan empat persen Produk Domestik Bruto (PDB) Jabodetabek atau enam kali biaya pembangunan MRT fase pertama.

    Karena itu, ia menekankan, kolaborasi semua pihak sangat diperlukan sebagai upaya pengendalian kemacetan, serta didukung transformasi berbasis teknologi. Kini, Pemprov DKI Jakarta tengah mengembangkan Intelligent Traffic Control System (ITCS) berbasis AI yang sudah diterapkan di 65 titik dari total 321 persimpangan.

    “Sistem ini membuktikan mampu menurunkan waktu tunggu kendaraan hingga 15-20 persen, sekaligus menjadi basis pengawasan pajak kendaraan dan emisi. Selain itu, kami berkolaborasi dengan Polda Metro Jaya melalui Mandala Quick Response yang memungkinkan pemantauan lalu lintas secara real-time berbasis GEI atau Geographic Information System yang terintegrasi dengan CCTV milik Dinas Perhubungan. Ke depan, sistem ini akan diperluas agar semakin banyak masyarakat yang dapat merasakan manfaatnya,” jelasnya.

    Kolaborasi dengan daerah penyangga Jakarta juga akan terus diperkuat melalui kehadiran Transjabodetabek. Rano mengajak seluruh masyarakat untuk lebih disiplin berlalu lintas dan beralih menggunakan transportasi publik.

    “Itulah kenapa kami membuat program Transjabodetabek. Berusaha mengurangi kepadatan lalu lintas dan mempermudah mobilitas. Kalau kita ingin membuka jalur Transjabodetabek, artinya wilayah setempat harus dibuka juga jalurnya, inilah saatnya kita berkolaborasi. Saya percaya dengan kerja keras, kolaborasi, serta partisipasi aktif dari seluruh elemen, Jakarta mampu membangun sistem transportasi yang aman, nyaman, berkelanjutan, dan inklusif demi mewujudkan kota global yang membanggakan,” pungkasnya.

    (rgr/dry)

  • Pertumbuhan Ekonomi AS Kuartal II/2025 Direvisi Naik Jadi 3,3%, Ditopang Investasi dan Ekspor

    Pertumbuhan Ekonomi AS Kuartal II/2025 Direvisi Naik Jadi 3,3%, Ditopang Investasi dan Ekspor

    Bisnis.com, JAKARTA — Perekonomian Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih cepat dari perkiraan awal pada kuartal II/2025, ditopang peningkatan investasi bisnis serta lonjakan kontribusi perdagangan.

    Berdasarkan estimasi kedua oleh Biro Analisis Ekonomi (BEA) yang dikutip dari Bloomberg pada Jumat (29/8/2025), produk domestik bruto (PDB) riil AS tumbuh 3,3% secara tahunan. Angka ini lebih tinggi dari laporan awal sebesar 3%.

    Investasi bisnis naik 5,7%, lebih kuat dari estimasi awal 1,9%, didorong revisi ke atas pada investasi peralatan transportasi serta lonjakan investasi produk kekayaan intelektual yang menjadi yang tertinggi dalam empat tahun.

    Pemulihan pertumbuhan ini terjadi setelah kontraksi pada kuartal I/2025, yang merupakan penurunan pertama sejak 2022 akibat perusahaan bergegas mengimpor barang sebelum kenaikan tarif Trump berlaku. 

    Ke depan, ekonomi diperkirakan tumbuh lebih moderat seiring konsumen dan pelaku usaha menyesuaikan diri dengan kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump.

    “Revisi ini tidak mengubah gambaran bahwa permintaan domestik melemah di luar beberapa sektor tertentu. Kami memperkirakan pertumbuhan akan melambat seiring pelemahan pasar tenaga kerja dan beban tarif yang semakin menekan aktivitas,” tulis ekonom Citigroup Veronica Clark dan Andrew Hollenhorst dalam catatannya dikutip dari Bloomberg.

    Selain PDB, indikator utama lain yakni pendapatan domestik bruto atau gross domestic income (GDI) melonjak 4,8% setelah hanya tumbuh 0,2% di kuartal I/2025. Jika PDB mengukur nilai pengeluaran barang dan jasa, maka GDI mencatat pendapatan dan biaya dari produksi barang dan jasa tersebut.

    Data GDI juga mencakup keuntungan korporasi yang naik 1,7% pada kuartal II/2025 setelah sebelumnya mencatat penurunan terbesar sejak 2020. Pertanyaan besar ke depan adalah sejauh mana perusahaan AS memilih menaikkan harga akibat tarif dibandingkan menyerap biaya tambahan tersebut.

    Margin laba perusahaan non-keuangan pasca-pajak tercatat stabil di 15,7% dari total nilai tambah bruto, masih jauh di atas rata-rata historis sejak 1950-an hingga masa pandemi.

    Sementara itu, ekspor bersih menambahkan hampir 5% terhadap PDB—kontribusi tertinggi dalam catatan sejarah setelah pada kuartal I/2025 justru menjadi faktor penekan.

    Pengeluaran konsumen, mesin utama pertumbuhan ekonomi AS, tumbuh 1,6%, lebih tinggi dari estimasi awal 1,4%, meski masih jauh lebih lambat dibanding awal pandemi. Peritel besar seperti Walmart Inc. dan Home Depot Inc. menyatakan optimisme atas daya tahan konsumen, meski dampak kenaikan harga akibat tarif mulai terasa di rak-rak toko.

    Prospek Inflasi AS dan Kebijakan The Fed

    Sementara itu, metrik inflasi pilihan The Fed—personal consumption expenditures (PCE) inti—tumbuh 2,5% pada kuartal II/2025, sejalan dengan estimasi awal. 

    Data PCE Juli yang dirilis Jumat waktu setempat akan menjadi petunjuk tambahan terkait belanja konsumen riil dan pertumbuhan upah pada awal kuartal III.

    The Fed terus memantau dampak tarif Trump terhadap inflasi. Ketua The Fed Jerome Powell pekan lalu menyebut kenaikan harga akibat tarif kini jelas terlihat.

    Meski demikian, Powell tetap membuka peluang pemangkasan suku bunga pada September untuk mengantisipasi risiko pelemahan pasar tenaga kerja.

  • Bank Mandiri: Pertanian-Manufaktur Perlu Digenjot untuk Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

    Bank Mandiri: Pertanian-Manufaktur Perlu Digenjot untuk Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

    Bisnis.com, JAKARTA — Office of Chief Economist (OCE) Bank Mandiri menilai percepatan produktivitas sektor pertanian hingga manufaktur menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ke level yang lebih tinggi. Meski ekonomi Indonesia stabil di kisaran 5% dalam tiga tahun terakhir, kontribusi sektor-sektor besar dinilai belum maksimal.

    Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro mengungkapkan, data historis menunjukkan sejumlah sektor mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata nasional, namun dengan kontribusi relatif kecil.

    Misalnya, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh rata-rata 13,5% sejak kuartal I/2022 hingga kuartal II/2025. Hanya saja, kontribusi ke pembentukan produk domestik bruto (PDB) hanya 6,2%.

    Pada periode yang sama, sektor jasa lainnya tumbuh 10%, sektor akomodasi dan makanan minuman tumbuh 9,7%, dan sektor jasa perusahaan tumbuh 8,6%. Kendati demikian, kontribusi semua sektor itu hanya di bawah 3% terhadap pembentukan PDB.

    “Memang catatannya atau challenge-nya adalah memang sektor-sektor tersebut masih memberikan kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan sektor-sektor besar seperti industri pengolahan,” ujar Asmo dalam forum Mandiri Economic Outlook Q3 2025 secara daring, Kamis (28/8/2025).

    Sebaliknya, sektor-sektor dengan kontribusi besar justru mencatat pertumbuhan yang lebih lambat. Contohnya industri pengolahan atau manufaktur yang menyumbang hampir 19% terhadap PDB, tetapi hanya tumbuh rata-rata 4,7%.

    Sementara sektor pertanian yang menyumbang 13,8% terhadap PDB, namun hanya mencatatkan pertumbuhan sekitar 2% dalam periode yang sama.

    “Jadi memang PR dari kita dalam membangun atau mengakselerasi pertumbuhan ekonomi sudah clear [jelas] sebenarnya, bagaimana kemudian mendorong pertumbuhan di sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar.,” kata Asmo.

    Dia menambahkan bahwa terjadi tren perlambatan pertumbuhan di sektor agrikultur sejak 2015. Berbagai inisiatif program swasembada pangan pemerintah, kata dia, menjadi momentum untuk mengakselerasi transformasi sektor ini. 

    “Kalau misalnya pertumbuhannya bisa naik dari 2% menjadi 4%, dampaknya ke pertumbuhan ekonomi nasional akan signifikan,” ungkapnya.

    Adapun, Asmo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,96% secara tahunan (year on year/YoY) pada 2025. Angka itu lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2025 sebesar 5,2%.

  • Ekonom sebut pariwisata hingga makanan dapat percepat ekonomi tumbuh

    Ekonom sebut pariwisata hingga makanan dapat percepat ekonomi tumbuh

    sejumlah sektor masih tumbuh di bawah rata-rata dan belum berkontribusi optimal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

    Jakarta (ANTARA) – Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menyatakan sektor pariwisata, agrikultur, perhutanan, industri logam dasar, hingga industri makanan dan minuman perlu didorong untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

    Ia menuturkan di Jakarta, Kamis, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di kisaran 5 persen, sejumlah sektor masih tumbuh di bawah rata-rata dan belum berkontribusi optimal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

    Sebagai contoh, sektor pertanian yang menyumbang terhadap 13,8 persen PDB pada kuartal II 2025 ternyata hanya tumbuh sekitar 2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

    “Kalau pertumbuhannya meningkat dari 2 persen misalnya bisa sampai 4 persen, ya tentu saja akan bisa memberikan dampak ke pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi,” ujar Andry Asmoro.

    Sementara sektor pariwisata yang memiliki kontribusi lebih rendah, yakni sekitar 4,9 persen terhadap PDB, dinilai memiliki efek pengganda (multiplier effect) yang lebih luas.

    Ia menuturkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara mampu mendorong pertumbuhan di sektor transportasi, akomodasi, restoran hingga UMKM.

    Ia menyampaikan tren positif kunjungan wisatawan pada paruh pertama 2025 menunjukkan potensi besar untuk memperkuat devisa negara.

    Selain itu, industri makanan dan minuman (mamin) tercatat memberikan kontribusi 6,9 persen terhadap PDB dengan rata-rata pertumbuhan 5,24 persen, multiplier output sebesar 1,9 serta proporsi ekspor 16,23 persen.

    Andry pun menilai bahwa sektor tersebut memiliki ruang besar untuk terus diperkuat agar dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang ditargetkan mencapai 8 persen pada 2030.

    Ia mengatakan kinerja positif juga tercermin pada industri logam dasar yang berperan penting bagi ekspor, dengan kontribusi ekspor hampir 40 persen dan kontribusi impor yang relatif rendah, sekitar 5,6 persen.

    “Jadi memang PR (pekerjaan rumah) dari kita dalam membangun atau mengakselerasi pertumbuhan ekonomi sudah clear (jelas) sebenarnya, yakni bagaimana kemudian mendorong pertumbuhan di sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar,” kata Andry.

    Pewarta: Uyu Septiyati Liman
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ekonom BMRI prediksi BI bakal pangkas suku bunga acuan lagi tahun ini

    Ekonom BMRI prediksi BI bakal pangkas suku bunga acuan lagi tahun ini

    mungkin tahun 2025 masih ada kemungkinan pemangkasan 25 basis poin (bps) lagi untuk BI-Rate

    Jakarta (ANTARA) – Tim Ekonom Bank Mandiri atau Office of Chief Economist (OCE) Group Bank Mandiri memprediksi Bank Indonesia (BI) akan melakukan pemangkasan suku bunga acuan atau BI-Rate satu kali lagi pada tahun 2025 ini.

    “Kami melihat dengan perkembangan terakhir, kemungkinan akan berada di bawah dari level proyeksi kami yang 5 persen. Jadi mungkin tahun 2025 masih ada kemungkinan pemangkasan 25 basis poin (bps) lagi untuk BI-Rate,” kata Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro dalam Mandiri Economic Outlook Q3 2025 di Jakarta, Kamis.

    Prediksi itu sejalan dengan proyeksi Gubernur BI Perry Warjiyo. Dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Agustus 2025 secara daring di Jakarta, Rabu (20/8), dia memberi sinyal pemangkasan suku bunga acuan lanjutan.

    BI-Rate telah dipangkas sebanyak empat kali sejak awal tahun ini masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) pada Januari, Mei, Juli dan Agustus.

    Head of Macroeconomics and Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina menambahkan peluang penurunan BI-Rate masih terbuka dengan mempertimbangkan arah Fed Fund Rate (FFR).

    Di sisi lain, penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga terus diturunkan seiring dengan stabilnya kondisi pasar keuangan di Indonesia.

    Menurut Dian, arah kebijakan BI itu mampu mendukung perbaikan likuiditas perbankan.

    “Ke depan, kami juga masih melihat beberapa faktor yang akan mendukung perbaikan kondisi likuiditas, yang nanti pada akhirnya juga akan mendukung pertumbuhan kredit dan juga pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

    Untuk pertumbuhan ekonomi, tim ekonom Bank Mandiri menetapkan angka 4,96 persen (year-on-year/yoy) sebagai proyeksi pertumbuhan sepanjang 2025.

    Bank Mandiri melihat potensi itu setelah Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh sebesar 5,12 persen (yoy) pada triwulan II-2025, yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya di level 4,87 persen (yoy).

    Tim ekonom Bank Mandiri mencatat dibutuhkan dukungan kebijakan countercyclical yang mampu memberikan bantalan bagi perekonomian dalam menghadapi tekanan eksternal untuk menjaga momentum positif perekonomian.

    Dari sisi kebijakan BI, diperkirakan tetap akomodatif seiring masih terbukanya ruang pelonggaran apabila stabilitas harga terjaga dan risiko eksternal dapat dimitigasi.

    Sementara dari segi fiskal, ekonom BMRI mendorong agar kebijakan juga diarahkan untuk lebih akomodatif, dengan percepatan realisasi belanja agar dapat berperan sebagai penopang perekonomian di tengah tingginya ketidakpastian global.

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ekonom Bank Mandiri prediksi konsumsi bakal melambat pada kuartal III

    Ekonom Bank Mandiri prediksi konsumsi bakal melambat pada kuartal III

    Jakarta (ANTARA) – Tim Ekonom Bank Mandiri atau Office of Chief Economist (OCE) Group Bank Mandiri memprediksi kinerja konsumsi rumah tangga bakal melambat pada kuartal III 2025.

    “Kalau kami lihat, kuartal III ini mungkin ada perlambatan dari segi pertumbuhan (konsumsi rumah tangga),” kata Head of Macroeconomics and Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina dalam Mandiri Economic Outlook Q3 2025 di Jakarta, Kamis.

    Menurutnya, perlambatan itu lebih disebabkan oleh faktor normalisasi.

    Konsumsi rumah tangga mampu tumbuh hingga 4,95 persen pada kuartal I dan terakselerasi menjadi 4,97 persen pada kuartal II berkat dorongan dari periode hari libur.

    Sementara, pada kuartal III, faktor katalis dari hari libur, baik libur hari raya maupun akhir pekan panjang (long weekend) akan jarang terjadi.

    “Di kuartal III, mungkin pertumbuhan konsumsi akan melambat sedikit ke arah 4,9 persen,” ujarnya.

    Meski begitu, dia meyakini konsumsi rumah tangga masih akan jadi kontributor utama terhadap produk domestik bruto (PDB), yakni dengan porsi sekitar 54 persen.

    Kinerja konsumsi rumah tangga pada kuartal III nanti diperkirakan akan ditopang oleh berbagai stimulus yang bakal dirilis oleh pemerintah.

    Di sisi lain, penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI-Rate) sebesar 25 bps menjadi 5 persen dianggap akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian ke depan.

    Meski masih membutuhkan waktu transmisi pada suku bunga lain, seperti suku bunga kredit bank, Dian berpendapat penurunan itu tetap memberikan sinyal positif.

    “Harapannya ini akan membuat kepercayaan konsumen membaik,” tambah dia.

    Untuk kuartal IV, Dian melihat adanya dukungan dari momen Natal dan tahun baru yang juga diiringi oleh stimulus pemerintah.

    Maka, dia memprediksi konsumsi rumah tangga akan kembali menguat pada kuartal IV 2025.

    “Kuartal IV itu bisa lebih akan ada akselerasi pertumbuhan konsumsi,” tutur Dian.

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.