Topik: pohon tumbang

  • BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem dalam 24 Jam ke Depan di Wilayah Ini

    BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem dalam 24 Jam ke Depan di Wilayah Ini

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan potensi cuaca ekstrem imbas perkembangan signifikan Bibit Siklon Tropis 95B yang terdeteksi sejak 21 November 2025 di perairan timur Aceh, Selat Malaka. Sistem ini diketahui mengalami peningkatan intensitas dan memicu potensi hujan lebat hingga ekstrem serta angin kencang di wilayah Aceh, Sumatra Utara, Sumatera Barat, Riau, dan sekitarnya.

    Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menyebut masyarakat di wilayah terdampak perlu waspada, mengingat sistem cuaca tersebut berpotensi membawa dampak signifikan dalam waktu dekat. BMKG tengah memantau pergerakan dan perkembangan 95B serta berkoordinasi dengan pemangku kebijakan terkait mitigasi risiko.

    “Pemerintah daerah siaga terhadap potensi dampak dari cuaca ekstrem seperti potensi banjir, banjir pesisir, dan pohon tumbang akibat angin kencang. Khusus bagi nelayan dan pelaku transportasi laut harus benar-benar memperhatikan kondisi gelombang tinggi yang berisiko menganggu keselamatan pelayaran. Keamanan dan keselamatan merupakan prioritas utama kita bersama,” beber Faisal, Rabu (26/11/2025).

    Potensi Meningkat dalam 24 Jam

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan berdasarkan analisis 26 November 2025 pukul 01.00 WIB, sistem masih berada di perairan timur Aceh dan memicu pertumbuhan awan hujan meluas. Kondisi ini meningkatkan potensi hujan lebat hingga ekstrem disertai angin kencang di wilayah pesisir Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau.

    “Peluang bibit ini berkembang menjadi siklon tropis cukup tinggi dalam 24 jam ke depan, mengingat teridentifikasi adanya peningkatan angin kencang hingga lebih dari 35 knot (65 km/jam). Masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dalam waktu dekat,” kata Guswanto.

    Senada, Direktur Meteorologi BMKG Andri Ramdhani menegaskan dalam 24 jam ke depan, 95B akan memberikan dampak langsung terhadap cuaca dan kondisi gelombang laut, terutama di sekitar Aceh dan Sumatra Utara. Berdasarkan hasil analisis, sistem ini diperkirakan menimbulkan hujan lebat hingga ekstrem di Aceh dan Sumatra Utara serta sebagian wilayah Sumatera Barat dan Riau, serta angin kencang di sebagian besar Sumatra bagian utara.

    Bibit Siklon Tropis 95B juga diperkirakan memicu gelombang tinggi antara 2,5 hingga 4 meter di Selat Malaka bagian tengah, perairan timur Sumatra Utara, dan Samudera Hindia barat Aceh hingga Nias. Sementara gelombang sedang setinggi 1,25 hingga 2,5 meter berpotensi terjadi di Selat Malaka bagian utara, Perairan Rokan Hilir, dan Dumai Bangkalis.

    “BMKG melalui TCWC Jakarta akan terus melakukan pemantauan intensif selama 24 jam penuh terhadap pergerakan sistem ini. BMKG menekankan pentingnya mengakses informasi resmi melalui kanal BMKG dan menghindari penyebaran informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan,” beber Andri.

    (naf/naf)

  • Banjir dan Longsor Terjang Sumut: 10 Orang Tewas, 6 Hilang, 2.393 KK Terdampak
                
                    
                        
                            Medan
                        
                        25 November 2025

    Banjir dan Longsor Terjang Sumut: 10 Orang Tewas, 6 Hilang, 2.393 KK Terdampak Medan 25 November 2025

    Banjir dan Longsor Terjang Sumut: 10 Orang Tewas, 6 Hilang, 2.393 KK Terdampak
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com – 
    Sebanyak 10 orang dilaporkan tewas dan 2.393 kepala keluarga (KK) terdampak akibat rangkaian bencana yang melanda sejumlah daerah di Sumatera Utara.
    Berdasarkan data Polda Sumut hingga Selasa (25/11/2025), tercatat 20 kejadian bencana terdiri dari 12 tanah longsor, 7 banjir, dan 1 pohon tumbang yang tersebar di enam kabupaten/kota, yaitu Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Kota Sibolga, dan Nias.
    Bencana tersebut menyebabkan 10 warga meninggal dunia, 3 orang luka-luka, dan 6 lainnya masih dalam pencarian.
    Selain itu, sebanyak 2.393 KK terdampak, dengan 445 warga mengungsi, sementara sejumlah akses jalan utama tertutup material longsor dan genangan banjir.
    Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Ferry Walintukan menegaskan bahwa seluruh personel telah dikerahkan untuk membantu warga.
    “Kami memastikan seluruh kekuatan dikerahkan untuk membantu warga. Evakuasi, pencarian korban, hingga pembukaan akses jalan dilakukan tanpa henti. Kami mengimbau masyarakat tetap waspada dan segera menghubungi petugas jika membutuhkan bantuan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa malam.
    Dari enam wilayah terdampak, Kota Sibolga menjadi daerah paling parah, dengan enam titik longsor yang menelan korban jiwa serta merusak belasan rumah.
    Di Tapanuli Tengah, banjir yang terjadi sejak 17–22 November berdampak pada 1.902 KK, menyebabkan puluhan warga harus mengungsi.
    Sejak laporan awal diterima, Polri bergerak melakukan evakuasi warga, pengaturan lalu lintas di lokasi rawan, serta membuka akses jalan yang tertutup material bencana.
    Upaya pencarian terhadap enam warga yang masih hilang terus dilakukan bersama BPBD, Basarnas, TNI, dan relawan.
    Polda Sumut juga mengerahkan 4 Satuan Setingkat Kompi Brimob ke sejumlah wilayah terdampak.
    Personel kepolisian ditempatkan di titik-titik kritis seperti Jalan Lintas Padangsidimpuan–Tarutung, Desa Parsalakan di Tapanuli Tengah, kawasan Batujomba Batangtoru, serta jalur menuju Sibolga.
    Pada malam hari, dukungan diperkuat dengan penurunan 1 peleton Samapta, 2 tim Dokkes, dan 1 tim Bid TI, serta rencana penambahan personel pada hari berikutnya.
    Polda Sumut menyebut seluruh langkah yang dilakukan merupakan bentuk komitmen kepolisian untuk melindungi masyarakat dan memastikan penanganan bencana berlangsung cepat, terkoordinasi, dan efektif.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • La Koma, 46 Tahun Menggali Kubur di Samarinda: “Kalau Seminggu Tidak ke Kuburan, Rasanya Rindu”
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        23 November 2025

    La Koma, 46 Tahun Menggali Kubur di Samarinda: “Kalau Seminggu Tidak ke Kuburan, Rasanya Rindu” Regional 23 November 2025

    La Koma, 46 Tahun Menggali Kubur di Samarinda: “Kalau Seminggu Tidak ke Kuburan, Rasanya Rindu”
    Tim Redaksi
    SAMARINDA, KOMPAS.com
    – Di sebuah gang sempit di Jalan Rumbia, Samarinda Ilir, hidup seorang lelaki tua yang nyaris tak pernah absen dari pemakaman selama hampir setengah abad.
    Warga mengenalnya sebagai Pak Kumis. Nama aslinya La Koma, penggali kubur yang telah menjaga sunyi sejak 1979.
    Usianya kini hampir 70 tahun, namun ia masih memanggul cangkul menuju tanah yang sudah menjadi bagian hidupnya lebih lama daripada tempat mana pun yang pernah ia singgahi.
    “Aku lahir tahun 1956 di kampung, di hutan. Pindah ke
    Samarinda
    tahun 71,” katanya, duduk di kursi kayu pada Minggu (23/11/2025).
    La Koma tidak pernah merencanakan menjadi penggali kubur. Awalnya ia diminta membantu pemakaman oleh tetua kampung. Sejak itu ia terus memegang linggis.
    Pada 1979, ia mulai rutin menggali kubur di Samarinda. “Selain itu saya petani, bangunan, serabutan. Apa saja yang penting bisa buat dapur,” ujarnya.
    Hampir seluruh pemakaman di Samarinda pernah ia tangani: Lok Bahu, Lambung Mangkurat, Harapan Baru, hingga pemakaman pesantren di pegunungan.
    Namun kini fisiknya tak lagi sekuat dulu. “Sekarang agak jarang. Kuburannya juga penuh. Kecuali kalau ada yang minta ‘gali’,” katanya tersenyum.
    Selama 46 tahun, ratusan jenazah pernah ia makamkan—dari bayi hingga lansia.
    “Semua ada. Dari usia dua tahun sampai bayi juga,” ucapnya lirih.
    Kadang ia tidak dibayar. “Kadang cuma dikasih garam,” ujarnya tertawa kecil.
    “Anak-anak itu 50 ribu, orang tua 200 ribu. Tergantung keikhlasan. Kalau TPU lain 1 juta, ada juga yang 3 juta.”
    Sejak rekannya meninggal pada 2001, sebagian besar pekerjaan ia lakukan seorang diri.
    Meski berat, ia tak pernah menolak panggilan. Ada sesuatu yang terus membuatnya kembali ke pemakaman.
    “Kadang seminggu tidak ke kuburan itu rasanya rindu,” katanya.
    Dulu ia bahkan merawat seluruh area pemakaman tanpa upah: memotong rumput, membersihkan semak, hingga mengurus pohon tumbang.
    “Orang bilang saya tanggung jawab. Kalau dimarahi itu sering. Saya pakai uang pribadi kadang. Yang penting kuburan bersih,” tuturnya.
    Bagaimana dengan bantuan pemerintah? Ia tertawa kecil. “Ada… satu linggis, dua cangkul saja.”
    Tak selalu mulus. Pernah ia dimarahi keluarga jenazah karena tanah yang menggembung dianggap salah gali.
    “Padahal kuburan itu umum. Harusnya sadar,” katanya.
    Ia juga pernah mengalami peristiwa yang membekas. Suatu siang ia membersihkan rumput dengan membakar semak. Malamnya ia bermimpi seseorang mengucapkan terima kasih.
    Keesokan harinya, ia kembali ke lokasi. “Tidak ada apa-apa, hanya beberapa uang koin,” ceritanya.
    Ada pula kejadian saat ia menggali makam di depan panti asuhan, lalu tanpa sengaja mengenai makam anak aparat. Meski sudah berhati-hati, ia tetap dimarahi.
    “Saya ini cuma masyarakat biasa. Tapi saya sabar.”
    La Koma hidup bersama enam anak dan 16 cucu. Pendidikan formalnya hanya sampai SD, itu pun tidak tamat.
    “Tidak bisa baca tulis dulu. Mau daftar polisi tidak bisa,” katanya tersenyum.
    Saat tidak ada pekerjaan menggali kubur, ia bekerja serabutan: tukang bangunan, angkut kayu, memperbaiki rumah bocor.
    “Lima ribu pun dulu saya ambil. Demi kehidupan,” katanya.
    Dari enam anaknya, hanya satu yang kadang membantu. Tidak ada yang benar-benar ingin melanjutkan profesi ini.
    “Saya tidak rendah diri. Ini panggilan hati.”
    Ketika ditanya tentang harapan untuk pemerintah, ia terdiam lama.
    “Sebenarnya… kalau saya kasih pesan, nanti takutnya salah,” ucapnya perlahan.
    “Pemerintah itu manusia juga. Mungkin mereka tahu kebutuhan kami. Tapi saya takut bicara.”
    Ia tidak pernah menuntut, tidak pernah meminta penghargaan.
    “Yang penting itu niat orang masing-masing.”
    La Koma tidak pernah tahu berapa lama lagi ia mampu bekerja. Namun selama tubuhnya masih bisa berdiri, ia akan tetap kembali ke pemakaman.
    Bagi La Koma, tanah bukan hanya bumi.
    Tanah adalah tempat pengabdian.

    Tempat sunyi yang ia jaga selama 46 tahun.

    Tempat ia merasa paling berguna.
    Dan selama tenaganya tersisa, ia akan tetap datang—menggali, menimbun, membersihkan, menjaga.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dishub Jombang Intensifkan Perbaikan PJU: Jalan Terang, Masyarakat Aman

    Dishub Jombang Intensifkan Perbaikan PJU: Jalan Terang, Masyarakat Aman

    Jombang (beritajatim.com) – Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Jombang terus meningkatkan kualitas penerangan jalan umum (PJU) di seluruh wilayah, demi menciptakan rasa aman bagi masyarakat yang beraktivitas, terutama pada malam hari.

    Pemeliharaan dan perbaikan rutin terhadap PJU, mulai dari jalan desa hingga jalan nasional, menjadi prioritas utama Dishub Jombang. Hingga November 2025, Kabupaten Jombang memiliki total 7.934 titik PJU, dengan lebih dari 4.000 titik di antaranya sudah berusia lebih dari 10 tahun.

    Lampu-lampu yang sudah lama ini membutuhkan perhatian khusus agar tetap berfungsi dengan baik dan tidak mengganggu kenyamanan pengguna jalan.

    Selama periode Januari hingga November 2025, Dishub Jombang mencatatkan 415 laporan masyarakat terkait kerusakan PJU. Sebagai tindak lanjut dari laporan tersebut, tim teknis Dishub berhasil memperbaiki 620 titik lampu yang bermasalah.

    Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jombang, Sugianto, menjelaskan bahwa seluruh langkah perbaikan ini merupakan implementasi langsung dari arahan Bupati Jombang, Abah Warsubi, yang menginginkan penerangan jalan yang lebih optimal demi keselamatan dan kenyamanan masyarakat.

    “Sesuai arahan Abah Bupati Warsubi agar masyarakat Jombang merasa lebih aman ketika beraktivitas di malam hari. Setiap laporan kerusakan PJU kami tindak lanjuti secara terukur dan terstruktur,” ujar Sugianto, Sabtu (22/11/2025).

    Selain itu, penanganan perbaikan PJU dilakukan dengan mempertimbangkan prioritas. Lokasi-lokasi rawan kecelakaan atau wilayah dengan tingkat mobilitas tinggi menjadi fokus utama perbaikan.

    Minimnya penerangan jalan di lokasi-lokasi tersebut bisa meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas, sehingga penanganannya harus cepat dan tepat.

    Dalam operasional harian, tim teknis Dishub mampu menyelesaikan 3 hingga 5 titik kerusakan PJU per hari. Meski dengan keterbatasan armada dan tenaga teknis, Dishub Jombang tetap berupaya mengoptimalkan kinerja melalui penyusunan jadwal yang efektif dan pemetaan kebutuhan perbaikan di seluruh wilayah.

    Faktor cuaca ekstrem, korsleting akibat hujan lebat, pohon tumbang, serta usia komponen lampu yang sudah melampaui masa pakai menjadi penyebab utama kerusakan PJU.

    Untuk mendukung pekerjaan di lapangan, Dishub Jombang mengerahkan 15 personel, terdiri dari tiga regu khusus PJU dan satu regu perlengkapan jalan lainnya. Dengan sumber daya yang terbatas, Dishub Jombang tetap berkomitmen menjaga agar seluruh ruas jalan tetap terang, aman, dan nyaman bagi para pengendara.

    Melalui upaya perbaikan yang terus-menerus, Dishub Jombang berharap penerangan jalan yang semakin optimal dapat mendukung berbagai aktivitas masyarakat serta memperkuat keselamatan berlalu lintas di seluruh wilayah Kabupaten Jombang. [suf]

  • Arsitek Lanskap Soroti Perencanaan Kota Usai Peristiwa Pohon Tumbang di Jakarta

    Arsitek Lanskap Soroti Perencanaan Kota Usai Peristiwa Pohon Tumbang di Jakarta

    Bisnis.com, JAKARTA — Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI) menilai bahwa persoalan pohon tumbang merupakan isu yang bersifat multidimensional, melibatkan aspek tata kelola, perawatan, perencanaan, hingga implementasi teknis di lapangan.

    Ketua Umum IALI Rahman Andra Wijaya menjelaskan kejadian pohon tumbang yang terjadi belakangan ini tidak hanya menimbulkan gangguan aktivitas publik, tetapi juga membahayakan keselamatan warga serta merusak infrastruktur kota.

    Menurut IALI berbagai temuan awal menunjukkan adanya indikasi lemahnya koordinasi lintas sektor, kurangnya standar pengelolaan pohon perkotaan yang baku, serta praktik perencanaan dan konstruksi lanskap yang belum sepenuhnya sejalan dengan kaidah profesional Arsitektur Lanskap.

    Rahman menegaskan bahwa pengelolaan pohon perkotaan merupakan komponen vital dari lanskap kota yang sehat, aman, dan berkelanjutan. 

    “Oleh karena itu, IALI mengajak seluruh pemangku kepentingan, pemerintah daerah, BUMD, konsultan perencana, kontraktor, akademisi, serta komunitas masyarakat untuk memandang pohon sebagai aset infrastruktur hijau yang membutuhkan tata kelola berbasis ilmu pengetahuan, data, dan standar profesi,” ujarnya, Sabtu (22/11/2025).

    Untuk mengurangi risiko pohon tumbang dan meningkatkan kualitas ruang hijau kota, IALI mengusulkan sejumlah langkah.

    Sejumlah langkah tersebut meliputi Penyusunan Standar Nasional / Standar Daerah Tata Kelola Pohon Perkotaan. Hal ini mencakup inventarisasi pohon, penilaian kondisi (tree risk assessment), pemeliharaan, pemangkasan, hingga prosedur penanaman yang tepat spesies, tepat lokasi, dan tepat teknik.

    Kedua, lanjutnya, yakni pembentukan Unit Khusus Manajemen Pohon (Urban Tree Management Unit)

    Beranggotakan ahli arborikultur, arsitek lanskap, agronom, dan teknisi lapangan yang bekerja secara terintegrasi di bawah pemerintah daerah.

    Ketiga, Audit Pohon Prioritas dilakukan secara berkala, khususnya pada jalur protokol, kawasan padat aktivitas publik, area rawan angin kencang, serta lokasi yang memiliki infrastruktur bawah tanah.

    Keempat, Perbaikan Sistem Perencanaan dan Konstruksi Lanskap. Hal ini untuk memastikan setiap proyek ruang terbuka hijau (RTH), jalan, drainase, dan utilitas mengikuti standar perakaran, media tanam, jarak tanam, serta perlindungan ruang tumbuh pohon.

    Terakhir, yakni Penguatan Koordinasi Lintas Sektor Termasuk harmonisasi data dan SOP antara Dinas Pertamanan, Dinas Bina Marga, Dinas Sumber Daya Air, Dinas Lingkungan Hidup, hingga pihak swasta penyedia utilitas. 

  • Peta Bencana Diperbarui, BPBD Madiun Fokus Mitigasi ke Empat Zona Banjir

    Peta Bencana Diperbarui, BPBD Madiun Fokus Mitigasi ke Empat Zona Banjir

    Madiun (beritajatim.com) – Menjelang intensitas hujan yang terus meningkat, BPBD Kabupaten Madiun memperbarui peta kerawanan dan menetapkan empat zona rawan banjir hidrometeorologi sebagai dasar penguatan mitigasi di tingkat daerah maupun desa. Langkah ini juga menjadi peringatan bagi masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan selama puncak musim penghujan.

    Plt Kalaksa BPBD Kabupaten Madiun Boby Saktia Putra Lubis menjelaskan bahwa sejak September 2025 pihaknya sudah menyiapkan langkah antisipatif merespons informasi BMKG terkait masuknya musim hujan. Salah satunya melalui penyelesaian dokumen kajian risiko bencana yang menggambarkan kondisi dan kerawanan tiap desa.

    “Dokumen itu berisi pemetaan wilayah rawan beserta potensi bencananya. Jadi pemerintah desa bisa memahami ancaman yang ada,” terang Boby, Sabtu (22/11/2025).

    Boby juga menekankan peran Kampung Siaga Bencana (KSB) yang baru dikukuhkan. Kehadiran KSB pertama di Kabupaten Madiun ini diharapkan memperkuat sinergi dengan Desa Tangguh Bencana (Destana) guna mempercepat respon kebencanaan berbasis komunitas.

    Dalam pemutakhiran peta risiko, BPBD menetapkan empat zona rawan banjir, yaitu:

    Zona 1: Daerah aliran sungai dari Kecamatan Wungu menuju Kota Madiun, termasuk Munggut hingga Dempelan.
    Zona 2: Wilayah Kecamatan Gemarang, Saradan, Sugihwaras, hingga Mejayan.
    Zona 3: Jalur aliran Waduk Dawuhan yang memengaruhi Kecamatan Wonoasri hingga Desa Ngadirejo.
    Zona 4: Aliran Sungai Jeroan menuju Bengawan Madiun, meliputi Pilangkenceng sampai Balerejo di sisi utara jalur nasional.

    Boby menambahkan, beberapa pekan terakhir Kabupaten Madiun diguyur hujan lebat yang memicu kejadian pohon tumbang hingga tanah longsor. Karena itu, BPBD meningkatkan peringatan melalui media sosial dan edaran resmi kepada desa.

    “Kami minta warga lebih peka saat turun hujan. Khusus pengendara, hindari berteduh di bawah pohon besar. Lebih aman memilih bangunan atau tempat berlindung yang kokoh,” pesannya.

    BPBD berharap masyarakat tetap siaga agar potensi dampak bencana hidrometeorologi pada puncak musim hujan dapat diminimalisir. [rbr/beq]

  • Pohon Tumbang di Jalur MRT karena Angin Kencang, Tercabut Sampai Akar
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        21 November 2025

    Pohon Tumbang di Jalur MRT karena Angin Kencang, Tercabut Sampai Akar Megapolitan 21 November 2025

    Pohon Tumbang di Jalur MRT karena Angin Kencang, Tercabut Sampai Akar
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyebut, pohon tumbang di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, Kamis (20/11/2025), disebabkan angin kencang.
    Tumbangnya
    pohon
    raksasa tersebut menimpa jalur MRT dan menyebabkan jalanan lumpuh.
    “Kemarin yang terjadi yang mengakibatkan MRT terganggu, itu betul-betul karena angin kencang dan kemudian tercabut sampai dengan akar-akarnya,” ujar Pramono kepada wartawan usai menghadiri acara Hari Bakti Pekerjaan Umum ke-80 di Sungai Ciliwung, Jumat (21/11/2025).
    Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut) DKI
    Jakarta
    tercatat sudah merapikan lebih dari 62.000 pohon di berbagai wilayah.
    Namun, beberapa waktu terakhir memang Jakarta terus dilanda cuaca ekstrem sehingga membuat banyak pohon tak sanggup bertahan dari terpaan angin kencang.
    Pramono menegaskan, pohon yang tumbang di Jalan Sisingamangaraja maupun Jalan Dharmawangsa beberapa waktu lalu, tidak berada di pinggir jalan.
    Dengan demikian, pohon-pohon tersebut sebenarnya bukan merupakan target Distamhut Jakarta untuk dirapikan.
    “Berbeda dengan yang di Pondok Indah,” kata dia.
    Meskipun telah memangkas lebih dari 62.000 pohon, Pramono tetap menginstruksikan jajarannya untuk meningkatkan kewaspadaan.
    Ia meminta Distamhut untuk kembali menyisir dan merapikan pohon-pohon yang berpotensi tumbang dan membahayakan warga.
    Langkah antisipasi ini dinilai sangat krusial mengingat Jakarta sedang memasuki musim penghujan dan rawan bencana.
    Status siaga banjir dan cuaca ekstrem di Jakarta diprediksi akan berlangsung hingga Februari mendatang.
    “Jakarta siaga hal yang berkaitan dengan banjir dan (cuaca) di bulan-bulan “ber-ber” ini sampai Februari,” ujar Pramono.
    Lurah Gunung Elvita Rahmadani mengatakan, akar pohon mahoni yang tumbang di Jalan Sisingamangaraja, sudah keropos karena dimakan rayap.
    Temuan ini memperkuat dugaan bahwa kerusakan akar menjadi penyebab pohon tersebut tiba-tiba roboh.
    “Kalau kami lihat kasat mata kan itu masih sehat ya pohonnya, ternyata di bawah pohonnya itu akarnya sudah keropos dimakan rayap,” kata Elvita kepada wartawan di lokasi.
    Pohon mahoni tersebut diperkirakan berusia lebih dari 100 tahun.
    Akibat tumbangnya pohon ini, layanan MRT Jakarta harus diperpendek. Kereta hanya beroperasi dari Stasiun Lebak Bulus hingga Stasiun Blok M menggunakan empat rangkaian.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Petugas gabungan bersihkan material atap rumah ambruk di Kramat Jati

    Petugas gabungan bersihkan material atap rumah ambruk di Kramat Jati

    Jakarta (ANTARA) – Sebanyak 28 petugas gabungan membersihkan material atap rumah yang ambruk di Gang Senggol, RT 02/08, Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.

    “Pembersihan dilakukan untuk meringankan beban warga yang penyintas atap rumah ambruk tersebut,” kata Sekretaris Kelurahan Tengah Endri Budiarta saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.

    Petugas gabungan itu terdiri dari petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

    “Petugas gabungan bersama warga bahu-membahu membersihkan material atap dua rumah yang ambruk pada Selasa (18/11) sekitar pukul 16. 30 WIB,” ujar Endri.

    Selain itu, dia menyebutkan pihaknya akan mengusulkan ke Baznas Bazis Jakarta Timur agar kedua rumah tersebut dibantu untuk direnovasi karena kondisi bangunannya sudah rapuh sejak dibangun pada 1960-an.

    Dua rumah yang atapnya ambruk itu dihuni oleh dua Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 11 jiwa. Saat ambruk, penghuni rumah mengungsi ke rumah kosong yang hanya berjarak sekitar 15 meter.

    “Kami juga sedang mengajukan bantuan barang (natura) ke Suku Dinas Sosial Jakarta Timur. Untuk Pembersihan material atap rumah ambruk ditargetkan rampung hari ini,” jelas Endri.

    Sementara itu, salah seorang pemilik rumah bernama Ani Pancawati Ningrum membeberkan peristiwa itu terjadi saat ia sedang beristirahat sambil bermain telepon genggam di dalam rumah bersama anaknya.

    Tiba-tiba Ani terkejut saat mendengar suara atap rumah yang ambruk.

    “Saya berharap sekali bantuan untuk memperbaiki rumah ini agar bisa tinggal dengan aman dan nyaman,” ucap Ani.

    Sebelumnya, sebuah pohon besar dan tiang lampu penerangan jalan umum (PJU) tumbang sehingga menimpa empat unit mobil yang tengah melintas di Jalan DI Panjaitan, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (20/11).

    Petugas keamanan bernama Tegar yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian itu mengatakan pohon tersebut tumbang sekitar pukul 14.45 WIB, setelah angin kencang menerjang wilayah tersebut.

    “Tadi angin dulu. Lalu, gerimis dan tak lama, terdengar bunyi ‘bruk’ keras sekali, sambil diikuti bunyi kaya gelas pecah. Saya langsung cek, ternyata pohon tumbang,” kata Tegar di Jakarta, Kamis (20/11).

    Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Namun, tiga mobil rusak akibat tertimpa batang, ranting pohon dan tiang lampu jalanan, sehingga total kerugian mencapai Rp100 juta.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Angin Kencang, Tercabut Sampai Akar

    Angin Kencang, Tercabut Sampai Akar

    Liputan6.com, Jakarta Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menjelaskan penyebab pohon tumbang yang menimpa lintasan MRT Jakarta di Jalan Sisingamangaraja kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (20/11/2025). Menurut Pramono, pohon itu tumbang akibat angin kencang.

    “Kemarin yang terjadi, yang mengakibatkan MRT terganggu, itu betul-betul karena angin kencang dan kemudian tercabut sampai dengan akar-akarnya,” kata Pramono kepada wartawan di Jakarta, Jumat.

    Akhir-akhir ini, Jakarta dilanda cuaca ekstrem. Terutama di kawasan Dharmawangsa, Pondok Indah dan Senayan, Jakarta Selatan. Pemprov DKI sudah berupaya melakukan pemangkasan dan perapihan terhadap sebanyak 62.000 pohon.

    Pemerintah Provinsi DKI mengerahkan seluruh jajaran untuk kembali menggencarkan pemangkasan pohon agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

    “Maka dengan demikian, saya tetap menginstruksikan kepada jajaran Dinas Pertamanan dan Hutan Kota untuk segera merapikan, memotong semua,” ucap Pramono.

    Seperti diketahui, hujan lebat disertai angin kencang yang melanda wilayah Jakarta dalam beberapa waktu terakhir telah mengakibatkan sejumlah pohon tumbang.

    Pada Kamis (20/11), sebuah pohon tumbang di Jalan Sisingamangaraja, tepatnya depan gedung Kementerian Luar Negeri, Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dan menimpa lintasan MRT Jakarta.

    Sebelumnya, pohon tumbang juga terjadi di Jalan Metro Pondok Indah dan Jalan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, yang menimbulkan korban jiwa. Pohon tumbang lainnya juga terjadi di beberapa kecamatan di Jakarta Timur.

  • DPRD Surabaya Desak Mitigasi Berlapis Hadapi Anomali Cuaca

    DPRD Surabaya Desak Mitigasi Berlapis Hadapi Anomali Cuaca

    Surabaya (beritajatim.com) – Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya, Yona Bagus Widyatmoko, mendesak Pemkot Surabaya memperketat mitigasi bencana menjelang puncak musim hujan November–Desember yang diperkirakan disertai anomali cuaca ekstrem. Dia menilai kesiapsiagaan tidak boleh hanya bertumpu pada BPBD di tingkat kota, tetapi harus diperkuat sampai kecamatan dan kelurahan sebagai garda terdepan.

    “Anomali cuaca tahun ini membuat pola hujan tidak stabil. Karena itu mitigasi harus ketat. Tidak bisa hanya mengandalkan BPBD di pusat, tetapi harus sampai ke kecamatan dan kelurahan,” ujar politikus Gerindra yang akrab disapa Cak Yebe ini, Kamis (20/11/2025).

    Menurut Cak Yebe, intensitas hujan yang makin tidak menentu ditambah potensi angin kencang, genangan, dan pohon tumbang menuntut perangkat wilayah meningkatkan patroli dan pemetaan titik rawan. Dia meminta lurah dan camat memastikan seluruh saluran lingkungan bersih agar gangguan aliran air bisa diminimalkan sejak awal.

    “Yang paling dekat dengan warga adalah kelurahan dan kecamatan. Respons awal itu sangat menentukan, terutama pada menit-menit pertama ketika hujan ekstrem turun,” tegasnya.

    Cak Yebe juga menyampaikan perlunya memastikan peralatan mitigasi tersedia di setiap kelurahan. Mulai pompa portabel, gergaji mesin, lampu darurat hingga pelampung harus siap digunakan tanpa menunggu bantuan turun dari BPBD.

    “Respons cepat di lapangan itu kuncinya. Kelurahan harus punya peralatan dasar untuk menangani kejadian awal sebelum bantuan besar datang,” imbuh Wakil Ketua DPC Gerindra Surabaya ini.

    Selain itu, dia meminta Pemkot memberi edukasi masif kepada warga melalui RT/RW. Menurut dia, masyarakat harus memahami langkah aman saat hujan lebat, lokasi titik kumpul, serta cara melapor melalui Command Center 112. “Informasi yang cepat menyelamatkan nyawa. Edukasi warga itu bagian dari mitigasi paling efektif,” tutur Cak Yebe.

    Dalam kesempatan itu, Cak Yebe juga menegaskan pentingnya perhatian terhadap kondisi Command Center Surabaya yang mengalami kendala teknis. Sebanyak 31 monitor TV yang meng-cover 124 titik CCTV dilaporkan mati sehingga ruang kendali kehilangan kemampuan memantau berbagai lokasi vital kota secara real time.

    Dia menilai kondisi ini sangat berbahaya, terutama pada periode cuaca ekstrem ketika operator Command Center membutuhkan visual penuh untuk mendeteksi banjir mendadak, pohon tumbang, hingga gangguan lalu lintas.

    “Monitor yang mati itu harus segera diganti. Operator Command Center perlu melihat seluruh titik vital supaya BPBD bisa cepat antisipasi ketika situasi darurat terjadi,” ujar Cak Yebe.

    Cak Yebe menambahkan bahwa sistem kendali kota seharusnya menjadi tulang punggung mitigasi modern. Jika perangkat kunci justru tidak berfungsi optimal, maka kecepatan respons dalam penanganan bencana bisa terhambat dan berpotensi menimbulkan risiko tambahan bagi warga.

    Sebagai langkah lanjutan, Komisi A memastikan akan memanggil dinas terkait untuk mengevaluasi kesiapan peralatan mitigasi, termasuk perbaikan Command Center. Dia berharap seluruh perangkat dapat sigap sebelum puncak musim hujan benar-benar tiba.

    “Kami tidak ingin ada kelalaian teknis yang berujung pada lambatnya respons bencana. Semua perangkat, termasuk Command Center, harus bekerja 100 persen karena keselamatan warga adalah prioritas utama,” tutup Cak Yebe. [asg/kun]