Topik: penyakit jantung

  • 10 Manfaat Puasa untuk Kesehatan: Kontrol Gula Darah, Baik untuk Hormon, Bantu Kesehatan Usus – Halaman all

    10 Manfaat Puasa untuk Kesehatan: Kontrol Gula Darah, Baik untuk Hormon, Bantu Kesehatan Usus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Umat Muslim tengah menjalankan ibadah puasa bertepatan dengan Ramadhan 1446 Hijriah tahun 2025.

    Rupanya puasa memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh.

    Sebuah penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan, meningkatkan umur panjang, dan mencegah kelebihan berat badan.

    Kerry Torrens, ahli gizi yang terdaftar dengan diploma pascasarjana di bidang Personalized Nutrition & Nutritional Therapy juga ikut memelihat ilmu di balik klaim tersebut dan bagaimana puasa mungkin cocok dengan gaya hidup modern kita.

    Lantas berikut manfaat puasa untuk kesehatan, mengutip bbcgoodfood.com:

    1. Baik untuk Hormon dan Mempengaruhi Metabolisme

    Ketika berpuasa, tubuh akan beradaptasi melalui perubahan kadar hormon, dan membuat simpanan lemak tubuh lebih mudah diakses.

    2. Dapan Membantu Penurunan Berat Badan

    Studi menunjukkan bahwa berpuasa dapat membantu penurunan berat badan, menghilangkan lemak berlebih dan meningkatkan lipid darah.

    3. Mengontrol Gula Darah agar Stabil

    Beberapa penelitian mendukung berpuasa sebagai cara untuk meningkatkan kontrol gula darah dan berpotensi mengurangi risiko diabetes, meskipunmemang diperlukan lebih banyak penelitian.

    Bagi penderita diabetes tipe 2, manfaat puasa intermiten antara lain menurunkan glukosa puasa dan insulin puasa, menurunkan resistensi insulin, dan menurunkan kadar hormon nafsu makan, leptin.

    4. Meningkatkan Kesehatan Usus

    Penelitian menunjukkan manfaat lain dari puasa yakni terhadap keragaman dan jumlah bakteri menguntungkan di usus.

    Hal ini tampaknya memiliki efek menguntungkan untuk perubahan berat badan, ukuran pinggang, dan metabolisme.

    5. Mendukung Kesehatan Jantung

    Penelitian menunjukkan bahwa berpuasa dapat mengurangi beberapa faktor risiko penyakit jantung,  termasuk tekanan darah, kolesterol, dan penanda peradangan.

    6. Membantu Mencegah Penyakit

    Berpuasa diyakini dapat membantuh pencegahan penyakit.

    Ini karena saat berpuasa, tubuh memulai proses yang disebut autophagy, atau pemeliharaan tubuh, ketika bahan limbah dari sel tubuh dibuang.

    Autophagy dianggap meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengelola peradangan kronis dan dengan demikian, mengurangi risiko kondisi seperti penyakit jantung, multiple sclerosis, dan rheumatoid arthritis.

    7. Membantu Menunda Penuaan

    Puasa tampaknya meningkatkan kadar hormon pertumbuhan manusia, hormon yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perbaikan, metabolisme, penurunan berat badan, kekuatan otot, dan kinerja olahraga.

    Disebut-sebut puasa dapat membantu menunda penuaan, namun penelitiannya saat ini sebagian besar terbatas pada hewan, sehingga diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami sepenuhnya bagaimana hal ini dapat berdampak pada penuaan manusia.

    8. Dapat Mengatur Ulang Ritme Sirkadian Tubuh

    Penelitian menunjukkan bahwa berpuasa secara langsung memengaruhi mikrobioma usus dan hal ini menyebabkan perubahan kadar metabolit yang bertindak sebagai molekul pemberi sinyal ke pusat tubuh.

    Dengan cara ini, puasa dapat membantu mengatur ulang ritme sirkadian dan bermanfaat bagi kondisi seperti obesitas yang berhubungan dengan gangguan jam tubuh atau mekanisme pengaturan waktu internal dalam tubuh yang bekerja secara otomatis. 

    9. Membantu Kesehatan Otak

    Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa puasa dapat melindungi tubuh dari penyakit Parkinson dan Alzheimer, serta meningkatkan fungsi otak dengan mendukung memori dan pemrosesan otak.

    Demikian pula, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa puasa dapat melindungi kesehatan otak dan meningkatkan produksi sel-sel saraf.

    Namun memang diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan relevansinya bagi manusia.

    10. Membantu Mengurangi Kecemasan

    Penelitian pada manusia melaporkan puasa dapat mengurangi gejala kecemasan dan depresi serta meningkatkan kualitas hubungan sosial.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • 13 Penyebab Kadar Asam Urat Melonjak, Termasuk Kebiasaan Makan Jeroan

    13 Penyebab Kadar Asam Urat Melonjak, Termasuk Kebiasaan Makan Jeroan

    Jakarta

    Kadar asam urat yang tinggi (hiperurisemia) bisa menyebabkan masalah pada tubuh, seperti nyeri dan peradangan pada sendi. Kondisi ini biasanya berlangsung sekitar satu hingga dua minggu.

    Dikutip dari Mayo Clinic dan Cleveland Clinic, kadar asam urat yang tinggi dapat disebabkan oleh tubuh yang memproduksi terlalu banyak asam urat, tidak mengeluarkannya dalam jumlah yang cukup atau keduanya. Terkadang, seseorang tidak menyadari bahwa kadar asam uratnya melonjak, sampai ada gejala-gejala tertentu yang muncul.

    Gejala yang mungkin muncul saat asam urat tinggi adalah pembengkakan, perubahan warna kulit menjadi kemerahan, sendi terasa hangat hingga panas, sakit saat kencing, nyeri setelah kencing.

    Kadar asam urat yang tinggi dapat berdampak pada rusaknya tulang, sendi, tendon, ligamen. Bahkan, asam urat yang tinggi berisiko meningkatkan penyakit ginjal, penyakit jantung, hipertensi, hingga kencing manis.

    Lalu apa saja penyebab melonjaknya kadar asam urat dalam tubuh?

    Terlalu banyak minum minuman kerasMinum terlalu banyak soda atau makan makanan yang mengandung fruktosaMakan daging merahMengonsumsi jeroan seperti hati, limpa, paru, otak, jantung, dan ginjalObesitasRiwayat keturunan. Keluarga yang mengalami asam urat tinggi juga meningkatkan risiko asam urat tinggi pada keturunannya.Mengidap hipotiroid, yakni gangguan kesehatan yang terjadi karena kurangnya produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.Mengonsumsi seafood, seperti salmon, udang, lobster, dan sarden.Mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat antihipertensiJenis kelamin, pria diketahui lebih berisiko mengalami asam urat tinggiMemiliki gangguan ginjalHipertensi atau darah tinggiMengidap diabetes

    Asam urat yang tinggi bisa meningkatkan risiko komplikasi seperti penyakit jantung dan kerusakan sendi, sehingga perlu adanya penanganan segera untuk menghindari hal tersebut.

    Cara terbaik untuk mencegah hiperurisemia adalah dengan mengikuti pola makan dan rencana olahraga yang sehat. Membatasi seberapa sering mengonsumsi atau meminum makanan dan minuman yang mengandung purin tinggi akan membantu menjaga kadar asam urat tetap rendah.

    (dpy/kna)

  • Gejala dan Penyebab Acute Mountain Sickness, Dialami 2 Pendaki Carstensz yang Meninggal

    Gejala dan Penyebab Acute Mountain Sickness, Dialami 2 Pendaki Carstensz yang Meninggal

    JAKARTA – Media sosial dihebohkan dengan kabar dua anggota rombongan pendaki Puncak Carstensz, Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia diduga karena kedinginan atau hipotermia pada Sabtu, 1 Maret 2025.

    Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo, mengatakan bahwa keduanya sempat mengalami Acute Mountain Sickness (AMS) pada Jumat, 28 Februari 2025.

    Dilansir dari laman Cleveland Clinic, Acute Mountain Sickness (AMS) adalah kondisi yang menyerang pendaki gunung, pejalan kaki, pemain ski, atau pelancong d tempat ketinggian. Kondisi ini biasanya terjadi di ketinggian sekitar 2.400 meter di atas permukaan. Gejalanya meliputi pusing, mual, sakit kepala, dan sesak napas. Sebagian besar kasus penyakit ini ringan dan bisa sembuh dengan cepat. Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, penyakit ini bisa menjadi parah dan menyebabkan komplikasi pada paru-paru atau otak.

    Penyebab

    Di ketinggian yang lebih tinggi, kadar oksigen lebih rendah dan tekanan udara berkurang. Ketika seseorang naik pesawat, berkendara, mendaki gunung, atau bermain ski di ketinggian tinggi, tubuh mungkin tidak memiliki cukup waktu untuk beradaptasi. Hal ini dapat menyebabkan penyakit ketinggian akut. Tingkat aktivitas fisik juga berpengaruh. Misalnya, mendaki gunung terlalu cepat dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ini.

    Gejala

    Gejala penyakit ketinggian akut biasanya muncul dalam beberapa jam setelah mencapai ketinggian tinggi dan bervariasi tergantung tingkat keparahannya.

    -Gejala Ringan

    Jika mengalami kasus ringan, gejala yang dapat muncul diantaranya pusing, sakit kepala, nyeri otot, sulit tidur, mual dan muntah, mudah marah, hilang nafsu makan, pembengkakan pada tangan, kaki dan wajah, detak jantung cepat, serta sesak napas saat beraktivitas.

    -Gejala Parah

    Pada kasus yang lebih parah, penyakit ini bisa mempengaruhi jantung, paru-paru, otot, dan sistem saraf. Pembengkakan otak bisa menyebabkan kebingungan, dan penumpukan cairan di paru-paru bisa menyebabkan sesak napas.

    Gejala penyakit ketinggian akut yang parah meliputi batuk, dada terasa sesak, kulit pucat atau berubah warna, kesulitan berjalan atau hilang keseimbangan, serta menarik diri dari interaksi sosial.

    Jika mengalami gejala parah, segera hubungi layanan darurat atau cari bantuan medis secepat mungkin. Penyakit ini lebih mudah diobati jika ditangani sebelum berkembang lebih jauh.

    Risiko penyakit ketinggian akut lebih tinggi jika seseorang tinggal di daerah dataran rendah dan tidak terbiasa dengan ketinggian. Faktor risiko lainnya meliputi:

    – Naik ke ketinggian tinggi dengan cepat

    – Aktivitas fisik berat saat naik ke ketinggian

    – Perjalanan ke tempat dengan ketinggian ekstrem

    – Anemia atau jumlah sel darah merah yang rendah

    – Penyakit jantung atau paru-paru

    – Mengonsumsi obat seperti pil tidur, pereda nyeri narkotika, atau obat penenang yang dapat memperlambat laju pernapasan

    – Pernah mengalami penyakit ketinggian akut sebelumnya

    Jika berencana bepergian ke tempat dengan ketinggian tinggi dan memiliki kondisi di atas, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mencegah penyakit ketinggian akut.

    Dokter akan menanyakan gejala, aktivitas, dan riwayat perjalanan. Selama pemeriksaan, dokter kemungkinan akan menggunakan stetoskop untuk mendeteksi adanya cairan di paru-paru. Jika diperlukan, dokter mungkin juga akan melakukan rontgen dada untuk menentukan tingkat keparahan kondisi ini.

    Pengobatan

    Pengobatan penyakit ketinggian akut tergantung pada tingkat keparahannya. Jika ringan, kondisi ini bisa membaik hanya dengan turun ke ketinggian yang lebih rendah. Namun, jika terdapat pembengkakan otak atau penumpukan cairan di paru-paru, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan oksigen.

    Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit ini antara lain:

    – Acetazolamide, yakni membantu memperbaiki masalah pernapasan

    – Obat tekanan darah

    – Inhaler paru-paru

    – Dexamethasone, mengurangi pembengkakan otak

    – Aspirin untuk meredakan sakit kepala

  • Minum Teh Tawar Bisa Redakan 4 Penyakit, Ini Daftarnya

    Minum Teh Tawar Bisa Redakan 4 Penyakit, Ini Daftarnya

    Jakarta

    Semakin banyak riset menunjukkan manfaat meminum teh setiap hari bagi kesehatan. Terutama teh tanpa tambahan gula. Mulai dari menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, diabetes, hingga risiko kematian akibat penyakit lain.

    Meminum setidaknya empat cangkir teh hitam, hijau, atau teh oolong setiap hari menurunkan risiko seseorang terkena diabetes tipe 2 sebesar 17 persen selama rentang waktu satu dekade berdasarkan salah satu penelitian baru.

    1. Diabetes

    Penelitian yang dilakukan oleh tim dari China ini melibatkan lebih dari satu juta orang dewasa di delapan negara. Temuan tersebut menunjukkan kaitan jumlah atau frekuensi minum air teh setiap hari dengan kesehatan seseorang.

    Bila hanya meminum satu hingga tiga cangkir per hari, risiko diabetes tipe 2 menurun sebesar 4 persen. Ada tambahan penurunan risiko 1 persen untuk setiap tambahan satu cangkir per hari.

    “Hasil penelitian kami menarik karena menunjukkan orang dapat melakukan hal sederhana seperti minum empat cangkir teh sehari untuk mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2,” kata Xiaying Li, seorang peneliti di Universitas Sains dan Teknologi Wuhan, dalam sebuah pernyataan.

    2. Jantung-Stroke

    Sebuah penelitian yang diterbitkan beberapa waktu lalu menemukan mengonsumsi dua cangkir teh hitam atau lebih setiap hari menurunkan risiko kematian secara keseluruhan sebesar 9 hingga 13 persen di antara orang-orang di Inggris selama periode 14 tahun, dibandingkan dengan mereka yang tidak minum teh.

    Penelitian tersebut juga mengungkapkan hubungan antara minum beberapa cangkir teh dan risiko penyakit jantung koroner dan stroke yang lebih rendah.

    “Kami pikir temuan kami akan sangat meyakinkan bagi orang-orang yang sudah minum teh,” kata dr Maki Inoue-Choi, seorang ilmuwan staf di Institut Kanker Nasional yang memimpin penelitian tersebut.

    3. Peradangan

    Teh juga kaya polifenol, senyawa yang ditemukan secara alami pada tanaman kaya antioksidan.

    “Senyawa ini dapat mengurangi peradangan dan stres oksidatif dalam tubuh, dan pada gilirannya mungkin menurunkan risiko timbulnya kondisi kesehatan tertentu seperti penyakit jantung,” kata Inoue-Choi.

    Polifenol dominan dalam teh hijau, katekin, mungkin sangat membantu dalam menangkal penyakit dengan melindungi sel dari kerusakan. Ketika daun teh hijau difermentasi untuk membuat teh hitam, katekin diubah menjadi theaflavin, bentuk antioksidan lainnya.

    Inoue-Choi mengatakan hal itu mungkin menjelaskan mengapa teh hijau dan hitam tampaknya memberikan manfaat kesehatan. Hal itu mungkin juga menjelaskan mengapa orang perlu minum banyak teh untuk melihat risiko penyakit atau kematian yang jauh lebih rendah.

    Namun, studi Inoue-Choi tidak menemukan hubungan apa pun antara minum teh dan berkurangnya risiko kematian akibat kanker.

    Meskipun beberapa studi sebelumnya menunjukkan minum teh dapat menurunkan risiko kanker prostat, paru-paru, ovarium, atau kolorektal, satu studi juga menemukan minum tiga cangkir teh hitam per hari merupakan faktor risiko signifikan untuk kanker payudara.

    Studi lain menemukan minum teh yang sangat panas di atas 149 derajat Fahrenheit, dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker esofagus.

    “Temuan untuk kanker lebih beragam,” kata Inoue-Choi, seraya menambahkan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian.

    “Ada hasil yang lebih konsisten untuk penyakit jantung atau stroke.”

    Untuk saat ini, katanya, para ilmuwan belum menentukan rekomendasi umum tentang jumlah teh yang ideal untuk diminum.

    “Kami tidak akan merekomendasikan orang mengubah asupan teh mereka hanya berdasarkan studi tunggal ini,” kata Inoue-Choi.

    4. Kolesterol tinggi

    Teh hitam tawar mengandung senyawa theaflavin dan thearubigin, dua antioksidan kuat yang baik untuk kesehatan tubuh, dilansir dari WebMD.

    Sebuah penelitian menemukan, kedua senyawa tersebut dapat membantu meringankan hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi) jika dikonsumsi rutin.

    Selain itu, satu tinjauan terhadap penelitian menemukan, minum teh hitam tawar secara signifikan mengurangi kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL) sebesar 4,64 miligram (mg)/dL.

    Efek ini lebih terasa pada orang dengan risiko kardiovaskular yang lebih tinggi.

    (naf/kna)

  • KAI Divre IV Tanjungkarang Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis untuk yang Berulang Tahun

    KAI Divre IV Tanjungkarang Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis untuk yang Berulang Tahun

    Untuk mendapatkan layanan ini, peserta harus memiliki aplikasi Satu Sehat Mobile (SSM) guna mendaftar tanpa perlu antre di klinik. Jenis pemeriksaan yang tersedia mencakup skrining kekurangan hormon, penyakit jantung bawaan, gizi, pemeriksaan telinga dan mata, serta tekanan darah.

    Bagi usia dewasa dan lansia, pemeriksaan difokuskan pada risiko stroke, jantung, kanker, serta kesehatan mental dan fisik.

    Selama 2023, Klinik Mediska Tanjungkarang telah melayani 20.104 pasien, dan pada 2024 jumlah ini meningkat 14% menjadi 22.975 pasien.

    “Kami berharap pemeriksaan kesehatan gratis ini dapat membantu masyarakat mencegah penyakit sejak dini dan meningkatkan kualitas hidup mereka, sesuai amanat UUD 1945 Pasal 28H ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan,” dia memungkasi.

     

  • Awas Dehidrasi! Simak Cara Minum yang Benar Agar Puasa Lancar

    Awas Dehidrasi! Simak Cara Minum yang Benar Agar Puasa Lancar

    Jakarta, Beritasatu.com – Menjaga tubuh tetap terhidrasi selama puasa Ramadan sangat penting untuk mencegah dehidrasi dan mendukung fungsi tubuh secara optimal.

    Nazima Qureshi, ahli diet di Toronto dan penulis buku The Healthy Ramadan Guide mengungkapkan, kesalahan yang sering dilakukan banyak orang saat menjalani puasa Ramadan adalah tidak minum cukup air, yang dapat mengakibatkan masalah pencernaan, dehidrasi, dan kurang enak badan.

    “Masalahnya bisa berupa (perasaan) pusing, mudah tersinggung, kelelahan, sakit kepala, lesu. Apabila gejala-gejala tersebut tidak diobati, orang bisa mengalami dehidrasi hingga pingsan,” kata Nazima Qureshi, dikutip dari CNN Internasional, Minggu (2/3/2025).

    Michael Perskin, seorang dokter geriatri dan dokter penyakit dalam di NYU Langone menambahkan, pada orang-orang yang memiliki penyakit jantung ringan, dehidrasi dapat meningkatkan detak jantung dan berpotensi menyebabkan kejadian jantung akut atau stroke,.

    Selain itu, kesehatan ginjal juga sangat bergantung pada konsumsi air yang cukup. Kurangnya asupan air dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.

    Perskin menyarankan untuk melakukan pra-hidrasi sebelum memulai puasa daripada menunggu hingga malam untuk mengonsumsi air dalam jumlah besar.

    “Seperti saat Anda berlatih untuk maraton, beberapa hari sebelumnya sebaiknya minum lebih banyak air dan mengonsumsi lebih banyak buah serta sayuran,” ujarnya.

    Bagi yang berpuasa, disarankan untuk tetap mengonsumsi air setelah berbuka puasa hingga sebelum sahur.

    “Jangan hanya minum saat merasa haus, tetapi pastikan tubuh tetap mendapatkan cairan secara konsisten,” katanya.

    Menurut National Academy of Medicine, wanita dewasa disarankan untuk mengonsumsi 2,7 liter cairan per hari dan pria dewasa sekitar 3,7 liter. Namun, banyak orang yang tidak mencapai angka ini secara teratur.

    Nazima Qureshi menyarankan pola konsumsi air yang teratur selama Ramadan. Saat sahur, Anda perlu minum sekitar 500 hingga 750 mililiter air, kemudian 500 mililiter saat berbuka puasa, dan sisanya pada malam hari.

    Apabila bosan dengan air putih, ada alternatif lain untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi.

    “Anda bisa mengonsumsi buah dan sayuran dengan kadar air tinggi, seperti semangka, mentimun, dan jeruk,” kata Qureshi. Elektrolit dalam makanan seperti kurma juga dapat membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh.

    Di samping mencukupi kebutuhan cairan agar tidak dehidrasi selama puasa, Qureshi juga menekankan pentingnya mengonsumsi protein dan serat saat sahur untuk menjaga energi sepanjang hari.

  • Ini 6 Manfaat yang Didapat Jika Rutin Konsumsi Apel Setiap Hari

    Ini 6 Manfaat yang Didapat Jika Rutin Konsumsi Apel Setiap Hari

    Jakarta

    Apel merupakan salah satu jenis buah yang umum dikonsumsi masyarakat Indonesia. Selain rasanya yang enak dan segar, nyatanya buah apel juga menyimpan banyak nutrisi yang baik untuk kesehatan tubuh.

    Dikutip dari Healthline, berikut ini sederet manfaat makan apel setiap hari untuk tubuh:

    Apel mengandung banyak serat dan air yang dapat membantu menjaga rasa kenyang. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi apel utuh lebih meningkatkan rasa kenyang dibandingkan jus apel dalam jumlah yang sama.

    Penelitian lain juga menunjukkan bahwa mengonsumsi apel dapat secara signifikan mengurangi indeks massa tubuh (IMT), faktor risiko penyakit jantung yang berkaitan dengan berat badan. Menariknya, kandungan polifenol dalam apel juga memiliki efek anti-obesitas.

    2. Meningkatkan Kesehatan Jantung

    Penelitian telah mengungkapkan bahwa makan 100-150 gram per hari apel utuh dikaitkan dengan risiko penyakit jantung dan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi yang lebih rendah. Salah satu alasannya mungkin karena kandungan serat larut dalam apel.

    Alasan lain mungkin karena kandungan polifenol dan flavonoid yang ada di dalamnya. Polifenol dipercaya dapat membantu menurunkan tekanan darah, sedangkan flavonoid membantu menurunkan risiko stroke.

    Mengonsumsi apel secara rutin juga dapat membantu mengurangi risiko diabetes tipe dua. Itu dikarenakan kandungan polifenol quercetin yang ada di dalam apel.

    Sebuah kompilasi penelitian menemukan bahwa makan apel dan pir dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes tipe dua sebesar 18 persen. Bahkan orang yang hanya mengonsumsi satu porsi per minggu sudah dapat mengurangi risiko hingga 3 persen.

    4. Meningkatkan Kesehatan Pencernaan

    Apel mengandung pektin, sejenis serat yang bertindak sebagai prebiotik dalam mikrobioma usus. Pektin yang masuk ke dalam tubuh mendorong pertumbuhan bakteri dalam usus.

    Ketika sampai ke usus, pektin menjadi sumber makanan bagi bakteri baik, terutama meningkatkan rasio Bacteroidetes terhadap Firmicutes. Keduanya merupakan jenis bakteri utama yang ada di dalam usus.

    Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa mengubah rasio mikrobiota usus secara tepat dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit kronis seperti diabetes tipe dua, penyakit jantung, hingga kanker.

    5. Mencegah Kanker

    Antioksidan yang ada di dalam apel dapat memberikan perlawanan pada jenis kanker tertentu, seperti paru-paru, payudara, dan saluran pencernaan. Penelitian menunjukkan bahwa efek ini mungkin disebabkan oleh polifenol apel yang mencegah sel kanker berkembang biak.

    Selain itu, satu penelitian pada wanita melaporkan bahwa asupan apel yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko kematian akibat kanker yang lebih rendah.

    6. Melindungi Otak

    Kandungan quercetin di dalam apel dapat melindungi otak dari kerusakan akibat stres oksidatif. Sebuah meta-analisis dari 14 penelitian pada hewan menunjukkan bahwa quercetin mungkin memiliki beberapa sifat pencegahan terhadap penyakit Alzheimer.

    Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk melihat efek kandungan dalam apel pada kesehatan otak.

    (avk/suc)

  • Puasa Ramadan: Bukan Sekadar Ibadah, tapi Jaga Kesehatan Tubuh – Page 3

    Puasa Ramadan: Bukan Sekadar Ibadah, tapi Jaga Kesehatan Tubuh – Page 3

    Berbagai penelitian telah menunjukkan manfaat puasa bagi kesehatan. Salah satu manfaat yang paling signifikan adalah penurunan berat badan. Selama berpuasa, tubuh akan membakar lemak sebagai sumber energi, sehingga berat badan dapat berkurang secara alami. Tentu saja, penurunan berat badan ini harus diimbangi dengan pola makan sehat dan olahraga teratur setelah bulan Ramadan.

    Selain itu, puasa juga dapat membantu mengontrol kadar gula darah. Proses puasa dapat meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga tubuh lebih efektif dalam menggunakan gula sebagai sumber energi. Hal ini sangat bermanfaat bagi penderita diabetes atau mereka yang berisiko terkena diabetes. Puasa juga dikaitkan dengan penurunan tekanan darah, yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung.

    Studi juga menunjukkan bahwa puasa dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selama berpuasa, tubuh akan melakukan proses detoksifikasi atau pembersihan racun, sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi lebih kuat. Proses ini juga dapat membantu mencegah berbagai penyakit infeksi.

  • Tenaga Medis Hadapi Peningkatan Kasus Penyakit Kronis berupa Jantung, Diabetes hingga Hipertensi – Halaman all

    Tenaga Medis Hadapi Peningkatan Kasus Penyakit Kronis berupa Jantung, Diabetes hingga Hipertensi – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tenaga medis global masih dihadapkan dengan tantangan kesehatan berupa penyakit kronis.

    Penyakit kronis merupakan penyakit yang berlangsung lama dan memerlukan perawatan jangka panjang.

    Setidaknya ada lima penyakit kronis yang menyumbang kasus kematian besar di seluruh dunia.

    Kelimanya berupa obesitas, gangguan ginjal, gangguan jantung, hipertensi serta diabetes melitus.

    Data menunjukkan, prevalensi hipertensi diperkirakan meningkat hingga 29 persen dari populasi dewasa global pada tahun 2025.

    Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang berkontribusi pada kerusakan organ vital, seperti otak, jantung, ginjal, retina, pembuluh darah besar (aorta), dan pembuluh darah perifer.

    Sementara itu, Diabetes Mellitus juga menunjukkan tren peningkatan yang kian mengkhawatirkan.

    Prevalensi Diabetes di tahun 2024 diperkirakan Indonesia memiliki lebih dari 20 juta penderita Diabetes Mellitus yang menjadikan Indonesia termasuk dalam lima besar dunia dengan jumlah kasus diabetes tertinggi di dunia.

    Penyakit ini sering kali dikaitkan dengan Hipertensi, yang meningkatkan risiko stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.

    “Penyakit kronis merupakan salah satu tantangan terbesar dalam dunia kesehatan saat ini. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman dokter dan para tenaga medis mengenai pentingnya skrining, deteksi dini, pengelolaan, dan pemantauan penyakit kronis secara holistik,” ujar Routine Product Manager Prodia, Matthew Justyn ditulis Sabtu (1/3/2025).

    Berdasarkan data WHO, lebih dari 17 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit jantung.

    Faktor gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, pola makan yang tidak seimbang, dan kurangnya aktivitas fisik, menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi penyakit jantung di Indonesia. Oleh sebab itu, edukasi kepada tenaga medis dan masyarakat menjadi aspek krusial dalam pencegahan dan penanganan penyakit ini.

    Dalam upaya mendukung pengelolaan penyakit kronis Prodia menggelar Roadshow Seminar Dokter Nasional 2025 di 11 kota besar di Indonesia.

    Mengusung tema “Breaking Barriers, Building Health: The Science of Chronic Disease”, seminar ini menjadi wadah diskusi bagi para dokter dalam menghadapi tantangan di lapangan serta memberikan wawasan baru mengenai inovasi dalam pemeriksaan laboratorium untuk deteksi dini, penanganan, serta pemantauan penyakit kronis secara personal dan holistik.

    Kota Jakarta menjadi tuan rumah pertama dari seminar nasional dengan menghadirkan dr. Johanes Purwoto, SpPD-KEMD, FINASIM sebagai moderator, serta Prof. Sidartawan Soegondo,MD, PhD, DTM&H, FINASIM, FACE dan dr. Ida Gunawan, Ms, Sp. G.K, Subsp. K. M., FINEM sebagai pemateri.

  • Hipertensi hingga Penyakit Jantung Meningkat karena Pola Makan

    Hipertensi hingga Penyakit Jantung Meningkat karena Pola Makan

    Jakarta

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Siti Nadia Tarmizi, M Epid, mengatakan, penyakit tidak menular (PTM), seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, hingga kanker, masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Salah faktor risikonya disebabkan oleh perilaku masyarakat mengonsumsi gula garam lemak (GGL) yang tinggi.

    Menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, 47 persen warga Indonesia mengonsumsi gula melampaui batas harian. Begitu juga dengan asupan garam. Sebanyak 45 persen masyarakat mengonsumsi garam berlebih, dan 30 persen warga lainnya memiliki asupan lemak tinggi.

    dr Nadia mengatakan konsumsi gula, garam, dan lemak yang tidak terkendali berkontribusi besar terhadap peningkatan angka PTM dalam beberapa tahun terakhir.

    “Kalau kita lihat dari peta penyakit dari tahun 2019 sampai sekarang, itu penyakit tidak menular baik hipertensi, diabetes, jantung, kanker, itu tren terus meningkat. Karena pola makan tadi,” ujar dr Siti Nadia dalam detikcom Leaders Forum ‘Bijak Membaca Label Nutrisi’, Jumat (28/2/2025).

    detikcom Leaders Forum Foto: Grandyos Zafna/detikHealth

    Gula yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan diabetes melitus atau dikenal sebagai penyakit gula. Sementara itu, garam yang dikonsumsi dalam jumlah berlebih berisiko memicu hipertensi. Konsumsi lemak yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, yang pada akhirnya berujung pada penyakit jantung dan stroke.

    Pemerintah saat ini sedang menyelesaikan regulasi baru terkait pemberian label, tidak hanya untuk pangan olahan tetapi juga pada pangan siap saji. Nantinya, setiap produk makanan dan minuman siap saji akan dilengkapi dengan informasi terbaru mengenai kandungan gula, garam, lemak, serta jumlah kalorinya.

    dr Nadia mengatakan kesadaran akan pentingnya membaca label pada kemasan makanan menjadi salah satu cara untuk mengontrol konsumsi GGL. Ia juga menegaskan bahwa label pada makanan seharusnya dapat membantu masyarakat memahami kandungan nutrisi dalam produk yang mereka konsumsi.

    (suc/up)