Topik: penyakit jantung

  • Dokter Ungkap Kebiasaan yang Diam-diam Picu Masalah Jantung di Usia Muda

    Dokter Ungkap Kebiasaan yang Diam-diam Picu Masalah Jantung di Usia Muda

    Jakarta

    Kasus penyakit jantung tidak hanya dialami oleh orang lanjut usia. Dokter melihat tren pasien muda belakangan meningkat, dipicu pola hidup tidak sehat yang kerap dianggap sepele.

    Spesialis penyakit dalam dr Simon Salim, SpPD-KKV, dari Brawijaya Hospital mengingatkan kebiasaan yang diam-diam bisa ‘mematikan’ bagi anak muda, karena meningkatkan risiko penyakit jantung. Salah satunya termasuk terlalu banyak duduk.

    “Sedentary lifestyle, karena kurang gerak seperti kebanyakan duduk. Waktu duduknya lebih dari delapan jam sehari dan jumlah langkah kurang dari 10 ribu,” terangnya kepada detikcom saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

    Selain kurang gerak, dr Simon menyebut konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok juga memperbesar risiko penyakit jantung pada usia muda.

    Apa yang harus dilakukan?

    dr Simon menekankan pentingnya menambah jumlah langkah harian. Kebiasaan sederhana ini sangat membantu meningkatkan aktivitas fisik dan cukup mudah dilakukan sehari-hari. Misalnya, mulai membiasakan diri turun satu stasiun lebih awal saat naik transportasi umum, kemudian jalan sampai ke lokasi tujuan.

    “Atau kalau bawa mobil, parkir itu jangan berebutan di tempat paling dekat dengan lift. Cari tempat yang paling jauh dari lift, jadi kan dipaksa untuk bolak-balik, pokoknya kejar jumlah langkah itu sudah paling sederhana,” pungkasnya.

    (sao/naf)

  • Kadar GGL harus dicantumkan pada makanan siap saji

    Kadar GGL harus dicantumkan pada makanan siap saji

    Jakarta (ANTARA) – Kadar garam, gula dan lemak (GGL) bukan hanya harus dicantumkan pada makanan kemasan, tetapi juga makanan siap saji untuk menanggulangi penyakit diabetes.

    “Seperti di luar negeri, ke depan pada makanan siap saji, pemerintah mewajibkan untuk mencantumkan nilai kadar gula garam lemaknya,” ujar Kepala Unit Pengelola Laboratorium Kesehatan Daerah, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Budi Wibowo.

    Hal itu dia dalam diskusi Tanggap Bencana Kentongan bertema “Keamanan Pangan: Peranan Laboratorium terkait Keamanan Pangan” di Jakarta, Senin.

    Pemerintah sudah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 pada Juli 2024 sebagai bagian dari upaya menangani masalah diabetes yang salah satunya menjadi penyebab seseorang harus menjalani cuci darah.

    Penyakit diabetes, menurut dia, beserta penyakit yang berkaitan dengannya seperti penyakit jantung dan stroke menghabiskan pembiayaan kesehatan di Indonesia.

    Sedangkan diabetes terkait dengan pola makan tak sehat khususnya terlalu banyak hidangan manis.

    “Penyebabnya adalah pola makan yang tidak baik. Biasanya terlalu banyak manis. Kemudian tidak diet. Sumber penyakit kita adalah melalui makanan. Oleh sebab itu mungkin diet kita ini perlu diatur,” kata Budi.

    Untuk mencegah terkena diabetes, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan batas konsumsi GGL per orang per hari, yakni 50 gram atau 4 sendok makan gula, 2.000 miligram natrium atau 5 gram atau 1 sendok teh garam (natrium/sodium) dan lemak hanya 67 gram atau 5 sendok makan minyak goreng.

    Konsumsi GGL berlebihan dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan. Di antaranya obesitas yang meningkatkan risiko penyakit tidak menular (PTM) termasuk diabetes.

    Di Jakarta, obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang masih ditemui. Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat sebanyak 579.812 orang dari 1.720.658 orang yang telah dilakukan pengukuran lingkar perut melalui program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Jakarta, mengalami obesitas sental.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Studi Temukan Makin Banyak Orang Kena Penyakit Gagal Ginjal, Ini Biang Keroknya

    Studi Temukan Makin Banyak Orang Kena Penyakit Gagal Ginjal, Ini Biang Keroknya

    Jakarta

    Sebuah studi global terbaru menunjukkan peningkatan signifikan pada kasus penyakit ginjal kronis (PGK) atau gagal ginjal, kondisi ketika ginjal secara bertahap kehilangan kemampuan untuk menyaring limbah dan cairan berlebih dari darah.

    Untuk pertama kalinya, PGK kini menjadi 10 penyebab utama kematian di seluruh dunia, menduduki peringkat kesembilan.

    Data yang dipimpin oleh peneliti dari NYU Langone Health, University of Glasgow, dan IHME University of Washington ini mengungkapkan:

    Kasus PGK global melonjak dari 378 juta orang pada tahun 1990 menjadi 788 juta orang pada tahun 2023, seiring dengan pertumbuhan dan penuaan populasi dunia.

    “Pekerjaan kami menunjukkan bahwa Penyakit Ginjal Kronis adalah penyakit yang umum, mematikan, dan semakin memburuk sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama,” kata Dr Josef Coresh, salah satu penulis senior studi dari NYU Langone.

    Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronis

    Laporan baru yang diterbitkan di jurnal The Lancet ini adalah perkiraan paling komprehensif mengenai PGK dalam hampir satu dekade. Selain membunuh secara langsung, penelitian ini menemukan PGK memiliki dampak ganda:

    Risiko Penyakit Jantung: Gangguan fungsi ginjal adalah faktor risiko utama penyakit jantung, berkontribusi pada sekitar 12 persen kematian kardiovaskular global.

    Kualitas Hidup: Pada tahun 2023, PGK adalah penyebab ke-12 terbesar dari penurunan kualitas hidup akibat disabilitas.

    Tiga faktor risiko terbesar untuk gagal ginjal adalah: gula darah tinggi (Diabetes), tekanan darah tinggi (Hipertensi), dan indeks massa tubuh tinggi (Obesitas).

    Sebagian besar pasien PGK dalam studi ini berada pada tahap awal penyakit. Ini adalah kabar penting, karena pengobatan cepat dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup dapat mencegah kebutuhan akan intervensi dramatis dan mahal seperti dialisis dan transplantasi ginjal.

    Namun, Dr. Morgan Grams, salah satu penulis utama, menekankan bahwa penyakit gagal ginjal saat ini kurang terdiagnosis dan kurang terobati.

    “Laporan kami menggarisbawahi perlunya lebih banyak tes urine untuk mendeteksinya lebih awal dan perlunya memastikan pasien mampu membayar dan mengakses terapi setelah mereka didiagnosis,” ujar Dr. Grams.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Setengah Juta Warga di Singapura Kena Penyakit Ginjal “
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Dada Terasa Nyeri Saat Dikejar Deadline? Awas, Bisa Jadi Sinyal Bahaya!

    Dada Terasa Nyeri Saat Dikejar Deadline? Awas, Bisa Jadi Sinyal Bahaya!

    Jakarta

    Tekanan pekerjaan, tenggat waktu yang ketat, dan ekspektasi berlebihan sering kali memicu respons fisik dari tubuh, salah satunya berupa rasa nyeri di dada. Meski sering dianggap sebagai efek samping dari kelelahan atau stres, keluhan ini bisa jadi pertanda adanya gangguan kesehatan serius, bahkan serangan jantung.

    Saat mengalami stres, tubuh melepaskan hormon seperti adrenalin dan kortisol yang menyebabkan detak jantung meningkat, otot menegang, dan napas menjadi dangkal, sehingga menimbulkan sensasi nyeri di dada. Jika tidak dikelola, stres dapat berkembang menjadi gangguan kecemasan atau bahkan memicu serangan panik dengan gejala yang menyerupai serangan jantung, seperti nyeri dada, sesak napas, keringat dingin, dan pusing.

    Selain itu, stres juga bisa menyebabkan ketegangan otot dada akibat postur tubuh yang buruk atau duduk terlalu lama, sehingga memicu rasa tidak nyaman. Pada sebagian orang, stres justru bisa menutupi gejala awal penyakit jantung seperti angin duduk (angina), yang bisa muncul tanpa aktivitas fisik apa pun.

    Agar terhindar dari risiko penyakit jantung, dr. Vireza Pratama, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FSCAI dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan menekankan pentingnya mengenali kapan nyeri di dada perlu diwaspadai sebagai tanda bahaya.

    “Nyeri dada akibat stres umumnya bersifat sementara, mereda saat tubuh mulai tenang, dan tidak menjalar ke lengan, rahang, atau punggung, serta tidak disertai gejala berat seperti pingsan, mual hebat, atau keringat dingin berlebihan. Namun, jika keluhan berlangsung lebih dari 15 menit, terasa seperti ditekan benda berat di tengah dada, menjalar ke lengan kiri atau rahang, disertai nyerinapas hebat, pingsan, atau muncul saat istirahat, hal ini perlu diwaspadai karena bisa jadi tanda serangan jantung,” jelas dr. Vireza.

    Di sisi lain, Hospital Director Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Fiktorius Kuludong memaparkan nyeri dada memiliki banyak kemungkinan penyebab, evaluasi yang cepat dan akurat sangat diperlukan.

    “Mayapada Hospital memiliki layanan Chest Pain Unit untuk membantu mengevaluasi penyebab nyeri dada. Masyarakat dapat memanfaatkan layanan ini sebagai bagian dari program promotif-preventif tanpa dipungut biaya, apabila setelah evaluasi awal tidak ditemukan tanda gangguan jantung. Bagi pasien yang terindikasi memiliki masalah jantung akan mendapat rujukan cepat ke dokter spesialis atau subspesialis untuk penanganan lebih lanjut sesuai protokol medis,” jelas dr. Fiktorius.

    Jika gejala mengarah pada serangan jantung, tim Cardiac Emergency Mayapada Hospital 24 Jam siap memberikan tindakan Primary PCI dengan protokol door to wire di bawah 60 menit, sebagai standar emas dalam penyelamatan nyawa pada serangan jantung akut.

    Cardiac Emergency merupakan bagian dari layanan Cardiovascular Center Mayapada Hospital yang menangani masalah jantung ringan hingga kompleks secara komprehensif dan berstandar internasional, mulai dari pencegahan, deteksi dini, diagnosis, intervensi jantung, bedah jantung, dan rehabilitasi jantung, didukung tim dokter multidisiplin berpengalaman dan teknologi mutakhir.

    Informasi lebih lanjut dapat menghubungi call center 150770 atau melalui aplikasi MyCare milik Mayapada Hospital. Untuk membantu Anda menjaga kesehatan jantung, MyCare juga memiliki fitur Health Articles & Tips serta fitur Personal Health, yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit, untuk memantau jumlah langkah harian, kalori, detak jantung, hingga BMI.

    (akn/ega)

  • Benarkah Wanita Lebih Rentan Kena Diabetes?

    Benarkah Wanita Lebih Rentan Kena Diabetes?

    Jakarta

    Diabetes diidap oleh jutaan perempuan di dunia. Deteksi dini dan manajemen yang konsisten sangatlah penting untuk perempuan dalam mengelola diabetes.

    Menurut Spesialis Endokrin di rumah sakit Nanavati Max Super Speciality di Mumbai, dr Girish Parmar, perempuan menghadapi tantangan unik, seperti perubahan hormon, risiko terkait kehamilan, kaitan dengan PCOS, dan risiko masalah jantung yang tinggi jika gula darah tidak terkontrol. Bagaimana diabetes memengaruhi perempuan?

    Wanita Lebih Rentan Terkena Diabetes Tipe 2?

    Dikutip dari laman Times of India, diabetes memengaruhi perempuan dengan cara yang berbeda dibandingkan laki-laki. Meski perempuan tidak lebih mungkin terkena diabetes dibandingkan laki-laki, dampaknya lebih parah.

    Diabetes akan meniadakan perlindungan alami terhadap penyakit jantung pada perempuan pramenopause, sehingga mereka bisa berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung, stroke, penyakit mata, dan masalah ginjal.

    Pada kenyataannya, di banyak wilayah, perempuan mendapat perawatan yang kurang intensif, memiliki akses yang lebih sedikit ke perawatan tepat waktu atau memiliki tanggung jawab keluarga sehingga menunda pengobatan.

    Kehamilan juga merupakan faktor risiko utama. Diabetes gestasional tidak hanya berisiko besar bagi ibu dan bayi, tapi juga menimbulkan risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 bagi ibu d kemudian hari.

    Diabetes yang Tidak Boleh Diabaikan Wanita

    Sebab perempuan menghadapi komplikasi yag lebih parah, maka skrining secara proaktif harus dilakukan, terutama selama dan setelah kehamilan. Gula darah tinggi selama kehamilan berkorelasi dengan tekanan darah tinggi, preeklamsia, bayi besar atau kecik, serta masakah yang berkaita dengan bayi baru lahir.

    Secara umum, banyak perempuan yang cenderung menunda mengenali gejala dan mendapatkan perawatan. Perempuan perlu menyadari bahwa kesulitan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin kaena kesibukan di rumah dan pekerjaan sudah merupakan tanda bahaya. Risiko komplikasi pada jantung dan mata juga lebih tinggi pada perempuan, sehingga pemeriksaan dini dan pemantauan berkala sangat penting dilakukan meski merasa baik-baik saja.

    Bagaimana Wanita Pengidap Diabetes Menjaga Kehamilan dengan Aman?

    Berikut cara pengidap diabetes menjaga kehamilan dengan aman baik sebelum, saat, dan setelah melahirkan,

    Sebelum Kehamilan

    Jika mengidap diabetes, rencanakan kehamilan terlebih dahulu. Masuki masa kehamilan dengan kontrol gula darah dan diet yang ketat dan rutinitas yang berorientasi pada aktivitas.

    Selama Kehamilan

    Pemeriksaan gula darah secara teratur dan pengobatan yang tepat waktu mengurangi risiko tekanan darah tinggi, persalinan yang sulit, atau masalah gula darah. Gula darah ibu berdampak langsung pada komplikasi anak. Oleh karena itu, kontrol yang lebih baik berarti hasil yang lebih aman.

    Setelah Melahirkan

    Jangan abaikan perawatan setelah kehamilan. Perempuan dengan diabetes gestasional berisiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari. Perubahan gaya hidup, seperti pola makan, aktivitas, dan menghindari kebiasaan sedentary bisa menunda atau mencegah diabetes.

    Bagaimana Wanita Pekerja Bisa Mengelola Diabetes di Tengah Jadwal yang Padat?

    Aktivitas fisik singkat dan teratur lebih mudah disisipkan ke dalam hari kerja dibandingkan dengan rencana olahraga besar yang sering gagal dijalankan. Konsistensi bisa membantu mencegah perkembangan diabetes pada perempuan yang berisiko terkena penyakit ini.

    Pilih makanan siap saji yang seimbang dan rencanakan menu makan sebelumnya. Strategi diet yang kecil dan berkelanjutan lebih baik dibandingkan rencana malam ketat yang gagal karena tekanan.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/suc)

  • Jakarta Menuju Kota Global, Pemprov DKI Siap Bangun RS Internasional

    Jakarta Menuju Kota Global, Pemprov DKI Siap Bangun RS Internasional

    Jakarta, CNBC Indonesia Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus memperkuat transformasi layanan kesehatan di Ibu Kota. Salah satu langkah strategisnya adalah mendorong pembangunan Rumah Sakit (RS) bertaraf internasional di lahan Sumber Waras, Jakarta Barat.

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan, pembangunan RS internasional ini menjadi upaya menghadirkan fasilitas kesehatan unggulan di Jakarta sekaligus mengurangi jumlah warga Indonesia yang berobat ke luar negeri.

    “Hari ini, kami bertemu dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto untuk membahas rencana pembangunan rumah sakit bertaraf internasional di lahan Sumber Waras. Kami mengusulkan agar proyek ini ditetapkan sebagai PSN agar prosesnya dapat berjalan lebih cepat dan efisien,” ujar Pramono di Jakarta, Senin (10/11/2025).

    Jadi Rujukan Global

    Pramono menjelaskan, rumah sakit ini akan dibangun di atas lahan seluas 3,6 hektare milik Pemprov DKI yang sudah dinyatakan selesai permasalahannya oleh KPK dan akan difinalisasi oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Lokasinya dinilai sangat strategis untuk menjadi pusat layanan medis berstandar global.

    “Tanah tersebut milik Pemprov DKI dan sudah clear. Kami berharap pembangunan rumah sakit ini dapat masuk ke daftar PSN. Pemprov DKI akan membangun fasilitas fisiknya, sedangkan penyediaan peralatan medis bertaraf internasional akan didukung oleh Kementerian Kesehatan,” jelasnya.

    Rumah sakit internasional ini difokuskan sebagai RS Tipe A berstandar global dengan layanan unggulan di bidang penyakit jantung, kanker, dan penyakit kompleks lainnya. Pemprov DKI juga menyiapkan RS Tipe A di Cakung, Jakarta Timur, di atas lahan seluas 1,7 hektare untuk memperluas jaringan layanan kesehatan unggulan.

    “Kami ingin menghadirkan rumah sakit rujukan nasional yang mampu bersaing di level internasional. Dengan dukungan tenaga medis berkompetensi global, layanan kesehatan di Jakarta akan meningkat signifikan dan mampu menekan angka pasien yang berobat ke luar negeri,” tegas Pramono.

    Kolaborasi dengan Kemenkes

    Rencana pembangunan RS internasional di Sumber Waras mendapat dukungan penuh dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menilai, proyek ini sejalan dengan arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan nasional agar setara dengan standar internasional.

    “Ide Gubernur DKI untuk membangun RS internasional ini sangat baik. Dengan fasilitas berstandar global, kita bisa mengurangi jumlah warga yang berobat ke luar negeri. Kami mendukung penuh agar proyek ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN),” kata Budi.

    Dia menambahkan, Kemenkes dan Pemprov DKI akan terus berkoordinasi terkait penyusunan skema pembiayaan, penyediaan peralatan medis, hingga peningkatan kapasitas tenaga kesehatan. “Kami juga membahas opsi pembiayaan pembangunan dan peningkatan kualitas dokter di rumah sakit internasional ini,” ujarnya.

    Jakarta Kota Global

    Pramono menegaskan, pembangunan RS internasional di Sumber Waras menjadi bagian dari transformasi Jakarta menuju kota global. Keberadaan fasilitas kesehatan kelas dunia akan menjadi indikator penting dalam penilaian Global City Index, yang kini menempatkan Jakarta di posisi ke-71 dunia.

    “Dengan hadirnya rumah sakit internasional, Jakarta menunjukkan keseriusan dalam meningkatkan kualitas hidup warganya sekaligus memperkuat daya saing kota di tingkat global,” ucapnya.

    Menurut Pramono, penetapan proyek ini sebagai PSN akan mempercepat proses perizinan, pendanaan, serta koordinasi lintas lembaga antara pemerintah pusat dan daerah. “Kami yakin pemerintah pusat akan memberikan dukungan penuh. Spirit usulan ini murni untuk kepentingan publik dan peningkatan pelayanan kesehatan warga Jakarta,” pungkasnya.

     

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Info ‘Sembuhkan Sakit Jantung’ Bertebaran di Medsos, Dokter Ingatkan Tak Semua Kredibel

    Info ‘Sembuhkan Sakit Jantung’ Bertebaran di Medsos, Dokter Ingatkan Tak Semua Kredibel

    Jakarta

    Spesialis bedah toraks dan kardiovaskular BraveHeart – Brawijaya Hospital Saharjo, dr Sugisman, SpBTKV(K), mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menyaring informasi kesehatan di media sosial.

    Menurutnya, di era digital saat ini beredar banyak informasi keliru seputar kesehatan jantung. Tidak sedikit pasien yang mendapatkan kabar hoaks atau menyesatkan dari berbagai platform, seperti klaim cara meluruhkan sumbatan pembuluh darah jantung secara instan.

    Informasi semacam ini sering kali tidak memiliki dasar medis dan justru berpotensi membahayakan kesehatan pasien.

    “Anda minum ini bisa hilang. Itu kan barang jualan semua itu. Belum tentu tuh ada rekomendasi medisnya. Secara medis mungkin tidak approve, tidak credible gitu ya. Tapi karena itu mungkin jauh lebih mudah diakses, jauh lebih mudah diperoleh oleh orang,” ucapnya dalam tayangan detikSore, Senin (10/11/2025).

    “Karena informasi yang tidak akurat yang diperoleh oleh pasien itu bisa membuat perjalanan penyakitnya jadi melenceng jauh,” lanjutnya.

    dr Sugisman menegaskan pentingnya mencari sumber informasi yang kredibel serta berkonsultasi langsung dengan tenaga medis sebelum mencoba metode pengobatan tertentu. Mengandalkan sumber yang tidak jelas tidak hanya dapat memperburuk kondisi penyakit, tetapi juga menimbulkan beban finansial bagi pasien.

    “Harusnya semua broadcast-broadcast itu dikonsultasikan lebih lanjut kepada dokter ahli ya. Supaya kita memperoleh informasi yang akurat,” tuturnya.

    Di sisi lain, ia juga meluruskan salah satu kesalahpahaman terbesar di masyarakat, yakni anggapan bahwa diagnosis penyakit jantung, terlebih jika disarankan operasi, berarti akhir dari segalanya.

    Padahal, operasi jantung kini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dengan angka kematian di bawah 5 persen. Dengan penanganan medis yang tepat dan penerapan gaya hidup sehat, pasien tetap dapat menjalani kehidupan yang normal dan produktif.

    “Jadi udah kepikir itu sudah akhir dari kehidupan. Padahal tidak. Angka mortalitas operasi jantung itu cukup rendah,” sambungnya lagi.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

  • Bolehkah Pasien Jantung Berolahraga? Ini Kata Dokter

    Bolehkah Pasien Jantung Berolahraga? Ini Kata Dokter

    Jakarta

    Banyak orang beranggapan bahwa pengidap penyakit jantung sebaiknya tidak berolahraga karena khawatir kondisinya akan memburuk.

    Namun, menurut spesialis bedah toraks dan kardiovaskular BraveHeart – Brawijaya Hospital Saharjo, dr Sugisman, SpBTKV(K), anggapan ini tidak benar.

    Ia menjelaskan aktivitas fisik justru tetap penting dilakukan, asalkan disesuaikan dengan kemampuan tubuh dan kondisi kesehatan masing-masing.

    “Tentu saja olahraganya menyesuaikan dengan kemampuan badannya,” ucapnya dalam tayangan detikSore, Senin (10/11/2025).

    Menurutnya, setiap pasien perlu menyesuaikan jenis dan intensitas latihan dengan kemampuan tubuhnya. Misalnya, jika belum kuat melakukan olahraga berat seperti maraton, aktivitas ringan seperti jalan kaki atau jogging pelan sudah cukup bermanfaat untuk menjaga kebugaran dan memperkuat fungsi jantung.

    Bagi pasien yang sudah ditangani dengan baik dan kondisinya stabil, tidak ada larangan untuk kembali beraktivitas seperti biasa.

    “Dalam proses hidupnya, dalam proses interaksi, dalam proses aktivitas fisiknya, dia bisa apa aja. Nggak ada hambatan untuk melakukan tindakan apapun,” tuturnya.

    Selain harus tetap olahraga, pasien jantung tetap dianjurkan menerapkan pola hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan dan minuman sehat.

    “Jadi tetap walaupun dia pasca, misalnya pasca operasi ataupun pasca pasang stent di jantungnya, tetap direkomendasikan untuk tetap pola hidup sehat,” lanjutnya.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

  • Makin Sering Diidap Usia Muda, Ini Jenis Penyakit Jantung Terbanyak di Indonesia

    Makin Sering Diidap Usia Muda, Ini Jenis Penyakit Jantung Terbanyak di Indonesia

    Jakarta

    Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini tak hanya dialami oleh lanjut usia, tetapi mereka yang berusia muda juga bisa mengalaminya.

    Spesialis bedah toraks dan kardiovaskular BraveHeart – Brawijaya Hospital Saharjo, dr Sugisman, SpBTKV(K), menjelaskan anggapan penyakit jantung hanya menyerang usia lanjut kini sudah tidak berlaku lagi.

    Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak kasus penyakit jantung ditemukan pada kelompok usia muda, bahkan mulai dari usia 30 hingga 40 tahun. Fenomena ini menandakan bahwa komponen usia pada penyakit jantung telah bergeser signifikan ke arah yang lebih muda.

    “Mungkin dalam 5-10 tahun terakhir itu sudah mulai. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir ini, dalam 5 tahun terakhir, usia muda mendominasi orang dengan penyakit jantung. Jadi itu sudah menjadi lampu merah bagi kita untuk menjadi warning agar menjaga kesehatan jauh lebih baik,” ucapnya dalam tayangan detikSore, Senin (10/11/2025).

    “Penyakit jantung itu adalah pembunuh nomor 1 (di Indonesia). Mortalitasnya itu bisa sampai 45 persen. Dan jumlah kasus baru yang kita baca dari sensus itu bisa sampai 300 ribu per tahun,” lanjutnya lagi.

    Lebih lanjut, dr Sugisman menjelaskan jenis penyakit jantung paling umum ditemukan adalah penyakit jantung koroner. Kondisi ini terjadi akibat sumbatan pada pembuluh arteri koroner pembuluh darah yang berfungsi menyalurkan oksigen dan nutrisi ke otot jantung.

    Ketika aliran darah terhambat, otot jantung kekurangan asupan, sehingga kemampuan jantung untuk memompa darah menurun drastis. Selain jantung koroner, ada pula jenis penyakit lain seperti kelainan katup jantung, yang juga banyak dialami usia muda.

    “Termasuk di Indonesia. Negara-negara berkembang itu didominasi oleh kalangan muda. Penyakit-penyakit kelainan katup jantung,” kata dr Sugisman.

    “Selain itu juga ada kelainan pembuluh darah besar. Pembuluh darah besar berupa aneurisma atau robekan pembuluh darah besar. Dan tentu saja penyakit jantung bawaan yang dibawa dari lahir, itu biasanya pasien-pasien keturunan penyakit dibawa dari waktu lahir,” lanjutnya.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

  • Video: Waspada! Radang Tenggorokan pada Anak Bisa Picu Penyakit Jantung

    Video: Waspada! Radang Tenggorokan pada Anak Bisa Picu Penyakit Jantung

    Video: Waspada! Radang Tenggorokan pada Anak Bisa Picu Penyakit Jantung