Topik: penyakit jantung

  • Makin Banyak Penduduk Dunia Kena Gagal Ginjal Kronis, Ini Biang Keroknya

    Makin Banyak Penduduk Dunia Kena Gagal Ginjal Kronis, Ini Biang Keroknya

    Jakarta

    Penyakit ginjal kronis kini menjadi ancaman kesehatan global yang perlu diwaspadai. Hasil analisis besar yang dipublikasikan di The Lancet mengungkapkan kasus penyakit ini naik menjadi penyebab kematian ke-9 di dunia pada 2023, yang merenggut hampir 1,5 juta jiwa.

    Studi ini disusun oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), sebagai bagian dari Global Burden of Disease Study 2023. Lebih dari 788 juta orang dewasa kini hidup dengan penyakit ginjal kronis, jumlahnya naik dua kali lipat dibandingkan pada 1990.

    Lonjakan kasus ini bukan hanya tren statistik, tetapi mencerminkan epidemi senyap yang menghantam negara maju maupun berkembang. Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia Selatan tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi paling tinggi, dengan hampir 16 persen orang dewasa yang hidup dengan gangguan fungsi ginjal.

    Namun, China dan India menyumbang jumlah kasus terbesar.

    Temuan lain yang menjadi sorotan adalah penyakit ginjal kronis berkontribusi pada 11,5 persen kematian akibat penyakit kardiovaskular. Artinya, gangguan ginjal tidak hanya merusak organ penyaring tubuh, tetapi juga memperburuk risiko penyakit jantung.

    Faktor Penyebab Terbesar

    Dikutip dari Times of India, studi menunjukkan beban penyakit ginjal kronis meningkat stabil selama tiga dekade terakhir. Beberapa faktor penyebab terbesarnya, seperti:

    Faktor risiko metabolik, seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas yang dapat merusak struktur penyaring ginjal secara perlahan.Seiring bertambahnya usia, kapasitas penyaringan ginjal memang menurun.Akses kesehatan yang tidak merata, seperti skrining dan deteksi dini, yang menyebabkan banyak kasus terdiagnosis pada stadium lanjut.

    Dengan prevalensi usia mencapai 14,2 persen, lebih dari 1 dari 10 orang dewasa diperkirakan hidup dengan penurunan fungsi ginjal. Banyak di antaranya tanpa gejala yang bisa terlihat.

    Mengapa Harus Jadi Perhatian?

    Ginjal bekerja tanpa henti menyaring limbah, menyeimbangkan cairan, hingga mengatur tekanan darah. Saat fungsinya mulai menurun, gejala seringkali samar.

    Banyak orang baru menyadari saat kerusakan ginjal sudah stadium lanjut dan pilihan pengobatan semakin terbatas. Lebih jauh lagi, gangguan fungsi ginjal dapat memperparah tekanan darah, memicu penumpukan cairan, hingga mempengaruhi jantung, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung hingga stroke.

    Tanda Awal yang Tak Boleh Diabaikan

    Penyakit ginjal kronis berkembang secara perlahan, tetapi beberapa sinyal perlu diwaspadai. Terutama bila mengidap diabetes, hipertensi, obesitas, atau riwayat keluarga. Gejalanya meliputi:

    1. Perubahan pola buang air kecil.

    Lebih sering atau lebih jarang buang air kecil, terutama di malam hari. Urine berbuih atau mengandung darah juga merupakan tanda kebocoran protein.

    2. Pembengkakan atau edema

    Pembengkakan yang terjadi di pergelangan kaki, tangan, atau sekitar mata akibat retensi cairan.

    3. Kelelahan yang berkepanjangan

    Penumpukan limbah dapat menimbulkan rasa lelah, konsentrasi memburuk, hingga rasa lemas.

    4. Kulit kering, gatal, atau mual

    Kondisi ini bisa terjadi akibat akumulasi racun yang ada di dalam tubuh, yang tidak bisa dikeluarkan oleh ginjal.

    5. Sesak napas atau hilang nafsu makan

    Kondisi ini sering muncul pada orang dengan penyakit ginjal kronis tahap atau stadium yang lebih lanjut.

    Apa yang Bisa Dilakukan?

    Gejala-gejala ini tidak boleh dianggap sekadar efek stres atau penuaan biasa. Para ahli menyarankan langkan pencegahan yang lebih agresif, seperti:

    Skrining rutin, seperti pemeriksaan LFG atau albumin urine yang membantu dalam mendeteksi penyakit ginjal kronis pada fase awal.Mengontrol faktor risiko, termasuk menjaga gula darah, tekanan darah, berat badan, serta memperbaiki pola makan.Peningkatan edukasi publik perlu dilakukan, agar lebih sadar bahwa penyakit ginjal bisa berkaitan erat dengan risiko jantung dinilai krusial untuk menekan beban global.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Hati-hati, Kondisi Kaki Ini Bisa Jadi Tanda Awal Risiko Serangan Jantung

    Hati-hati, Kondisi Kaki Ini Bisa Jadi Tanda Awal Risiko Serangan Jantung

    Jakarta

    Perubahan yang terus-menerus pada kaki mungkin menandakan lebih dari sekadar ketegangan otot atau penuaan sendi. Penelitian menunjukkan bahwa gejala-gejala tertentu pada kaki dapat mengindikasikan penyakit arteri, yang sangat terkait dengan risiko serangan jantung.

    Sebuah studi peer-review yang dipublikasikan dalam Circulation mengamati lebih dari 14 ribu pasien dengan penyakit arteri perifer atau Peripheral Artery Disease (PAD). Mereka menemukan bahwa individu dengan penyempitan arteri kaki mengalami tingkat serangan jantung yang jauh lebih tinggi selama 30 bulan dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami PAD.

    Hal ini menunjukkan bahwa gejala pada kaki berfungsi sebagai tanda peringatan dini untuk masalah kardiovaskular, yang menyoroti pentingnya evaluasi tepat waktu.

    Mengapa Gejala pada Kaki Penting Bagi Kesehatan Jantung?

    Ketika arteri di kaki menyempit atau tersumbat, proses aterosklerotik yang sama sering memengaruhi arteri koroner yang memasok darah ke jantung. Gejala pada kaki dapat muncul pertama kali sebagai nyeri, rasa berat, kram, atau kelemahan pada betis atau paha saat berjalan, suatu kondisi yang disebut klaudikasio intermiten.

    Menurut National Institutes of Health (NIH), PAD seringkali kurang terdiagnosis tetapi memiliki risiko kardiovaskular yang sebanding dengan orang yang pernah mengalami serangan jantung.

    Nyeri kaki, mati rasa, atau luka yang lambat sembuh harus segera diperiksa lebih lanjut. Gejala-gejala ini merupakan indikator nyata dari masalah pembuluh darah yang lebih luas.

    Tanda-tanda Peringatan Umum pada Kaki yang Perlu Diwaspadai

    Pegal, kram, atau rasa berat di betis, paha, atau bokong saat berjalan, yang berkurang dengan istirahat.Kaki atau jari kaki terasa dingin, mati rasa, atau kebiruan dibandingkan dengan kaki lainnya.Luka atau borok yang lambat sembuh, kulit menipis atau berkilau, atau rambut rontok di kaki.Denyut nadi lemah atau tidak ada di kaki atau pergelangan kaki.Pembengkakan pada tungkai bawah atau pergelangan kaki, terutama dengan faktor risiko lain seperti merokok, diabetes, atau tekanan darah tinggi.

    Ilmu Pengetahuan yang Menghubungkan Nyeri Kaki dengan Risiko Serangan Jantung

    Dikutip dari Times of India, aliran darah yang berkurang ke kaki akibat penyempitan arteri mencerminkan penyakit arteri sistemik. Proses yang sama ini sering memengaruhi jantung, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.

    Studi menunjukkan bahwa orang dengan PAD dapat mengalami serangan jantung klasik dan serangan jantung tipe 2, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Nyeri di Ulu Hati? Waspada Gejala Penyakit Jantung Koroner”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Hampir 1,5 Juta Orang Meninggal Akibat Penyakit Ginjal, Jangan Abaikan Gejala Ini

    Hampir 1,5 Juta Orang Meninggal Akibat Penyakit Ginjal, Jangan Abaikan Gejala Ini

    Jakarta

    Penyakit Ginjal Kronis (PGK) diam-diam meningkat menjadi krisis kesehatan yang perlu diwaspadai. Pasalnya, pada tahun 2023, PGK telah merenggut hampir 1,5 juta nyawa, dan memengaruhi 800 juta orang dengan penurunan fungsi ginjal.

    Dikutip dari Times of India, laporan dari Global Burden of Disease (GBD) 2023, menemukan hampir 788 juta orang dewasa (berusia 20 tahun ke atas) kini hidup dengan PGK.

    Angka ini meningkat tajam, lebih dari dua kali lipat pada jumlah tahun 1990. Wilayah-wilayah seperti Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia Selatan memiliki prevalensi yang tertinggi. Dilaporkan hampir 16 persen orang dewasa di wilayah ini mengidap PGK.

    PGK tidak hanya tentang ginjal. Gangguan fungsi ginjal juga berkontribusi dengan risiko kesehatan lainnya, sekitar 11,5 persen dari seluruh kematian akibat masalah kardiovaskular atau jantung.

    Mengapa Meningkat?

    Beban PGK telah meningkat secara stabil selama tiga dekade karena populasi menua dan penyakit metabolik seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas semakin umum.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas lainnya telah menekankan peningkatan ini dapat dihindari jika sistem kesehatan memprioritaskan skrining, pencegahan, dan akses ke perawatan yang efektif.

    Apa Saja Gejala Awal Penyakit Ginjal?

    Penyakit ginjal seringkali tidak terasa pada awalnya, tetapi gejala-gejala ini bisa menjadi tanda bahaya yang penting, terutama jika pasien juga mengidap diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, obesitas, atau riwayat keluarga dengan masalah ginjal.

    Berikut tanda-tanda yang perlu diwaspadai:

    1. Perubahan Frekuensi Buang Air Kecil

    Sering buang air kecil, terutama di malam hari adalah tanda bahaya pertama yang harus diwaspadai. Selain itu, urine yang berbusa atau berbuih (proteinuria) atau darah dalam urine juga merupakan tanda-tanda yang perlu diperhatikan. Ini menandakan ginjal mungkin mengalami kebocoran protein atau darah.

    2. Pembengkakan (Edema)

    Bengkak di pergelangan kaki, kaki, tangan, atau sekitar mata tidak selalu disebabkan oleh gaya hidup yang sibuk atau stres. Namun, hal itu juga dapat terjadi akibat retensi cairan yang mengarah pada kerusakan ginjal.

    3. Mudah Lelah

    Racun yang biasanya dibersihkan oleh ginjal dapat menumpuk dan menyebabkan kelelahan dan kesulitan berkonsentrasi. Hal ini membuat pasien kadang merasakan lelah atau lemah yang tidak biasa.

    4. Kulit Gatal, Kering, atau Mual Terus Menerus

    Jika pasien sering mengeluh dengan tanda-tanda di atas, kemungkinan ginjal sedang dalam masalah. Ini adalah beberapa tanda umum bahwa produk limbah terakumulasi dalam tubuh alih-alih disaring keluar.

    5. Sesak Napas dan Kehilangan Nafsu Makan

    Disfungsi ginjal lanjut dapat memengaruhi pernapasan dan pencernaan. Efeknya, seseorang mungkin akan sering mengalami sesak napas atau bahkan kehilangan nafsu untuk menyantap makanan.

    Halaman 2 dari 3

    (dpy/suc)

  • Dokter Beberkan 3 Alasan Stroke dan Serangan Jantung Rentan Terjadi di Pagi Hari

    Dokter Beberkan 3 Alasan Stroke dan Serangan Jantung Rentan Terjadi di Pagi Hari

    Jakarta

    Stroke dan serangan jantung merupakan kondisi gawat darurat medis. Tanpa penanganan cepat, keduanya bisa menimbulkan komplikasi serius hingga berakibat fatal. Karena itu, penting untuk memahami faktor risikonya, termasuk waktu terjadinya, agar kelompok rentan, seperti pengidap penyakit jantung dan masalah kesehatan tertentu, bisa lebih waspada.

    Terkait waktu terjadinya, banyak orang mengira serangan jantung dan stroke terjadi secara acak. Namun, faktanya tidak demikian. Menurut penjelasan dr Sanjay Kumar, Senior Director Cardiology di Fortis Faridabad, kejadian serangan jantung dan stroke paling sering terjadi pada pagi hari, terutama di jam-jam tertentu.

    “Kerentanan di pagi hari berkaitan dengan ritme sirkadian tubuh, yaitu jam biologis internal yang mengatur aktivitas hormon, tekanan darah, dan fungsi kardiovaskular,” ucapnya dikutip dari Hindu Times, Sabtu (22/11/2025).

    Pada Jam Berapa Serangan Jantung dan Stroke Paling Sering Terjadi?

    Menurut dr Kumar, serangan jantung dan stroke lebih banyak terjadi pada pagi hari antara pukul 04.00 hingga 08.00 pagi. Apa alasannya?

    Kaitan antara serangan jantung/stroke dan waktu pagi bukan kebetulan. Kondisi ini dipicu oleh perubahan fisiologis alami tubuh yang bisa berisiko bagi orang dengan penyakit kardiovaskular. dr Kumar menjelaskan tiga penyebab utamanya:

    1. Lonjakan Hormon

    Pada jam sebelum bangun tidur, tubuh mengalami lonjakan hormon seperti kortisol dan katekolamin untuk membantu tubuh bertransisi dari tidur nyenyak ke keadaan terjaga.

    Lonjakan ini meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, sehingga memberi beban tambahan pada sistem kardiovaskular. Pengidap penyakit jantung lebih rentan mengalaminya.

    2. Peningkatan Risiko Pembekuan Darah

    Risiko terbentuknya bekuan darah lebih tinggi pada pagi hari. Hal ini terjadi akibat peningkatan kadar hormon cortisol merangsang produksi PAI-1, enzim yang menghambat kemampuan tubuh melarutkan bekuan darah.

    Ketika proses pemecahan bekuan melambat, risiko penyumbatan di pembuluh darah jantung atau otak meningkat.

    3. Dehidrasi Semalaman

    Tidak mengonsumsi cairan selama tidur membuat darah sedikit lebih pekat. Darah yang lebih kental memperlambat aliran dan meningkatkan kecenderungan pembekuan.

    Faktor ini semakin berisiko bagi individu yang sudah memiliki penumpukan plak di pembuluh darah.

    dr Kumar menegaskan bahwa kombinasi ketiga faktor ini membuat waktu pagi menjadi periode yang paling berisiko bagi pengidap penyakit jantung dan pembuluh darah.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Tak Ingin GERD Kambuh? Kenali 6 Pantangan Makanan yang Wajib Dihindari

    Tak Ingin GERD Kambuh? Kenali 6 Pantangan Makanan yang Wajib Dihindari

    Jakarta

    Pernahkah merasakan sensasi panas yang menjalar dari dada ke tenggorokan? Ada yang merasakannya setelah makan pedas, saat menyeruput kopi, dan ada juga yang baru rebahan sebentar tapi langsung merasakan ada yang “terbakar” di dada ke tenggorokan. Keluhan asam lambung naik memang sering dipicu stres atau pola tidur yang berantakan, tetapi kenyataannya pilihan makanan harian juga berpengaruh besar.

    Beberapa makanan bisa membuat katup lambung lebih mudah terbuka, ada yang membuat tekanan di dalam perut meningkat, dan ada juga yang memperlambat proses pencernaan sehingga asam lambung menggenang lebih lama. Supaya tidak terjebak oleh makanan yang dapat memicu GERD kambuh setiap hari, inilah daftar makanan atau minuman yang sebaiknya dihindari.

    Apa Itu GERD?

    GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease terjadi saat cairan asam dari lambung naik kembali ke kerongkongan. Biasanya tubuh punya mekanisme alami untuk mencegah hal itu. Ada sebuah katup yang disebut Lower Esophageal Sphincter (LES) yang bertugas membuka saat makanan turun dan menutup rapat setelahnya. Masalah muncul ketika katup ini melemah atau terlalu sering relaksasi. Cairan asam pun naik dan mengiritasi dinding kerongkongan yang tidak tahan zat asam.

    Gejala GERD tidak selalu sekadar heartburn. Ada yang merasakan rasa asam di mulut, batuk kering yang muncul terutama malam hari, nyeri ini juga mirip dengan nyeri sakit jantung ringan, sensasi tercekat, atau mual berulang. Karena gejalanya bisa menyerupai penyakit lain, banyak orang tidak sadar kalau itu berasal dari lambung.

    Adapun pemicunya beragam seperti makan dalam porsi besar, obesitas, stres, pola tidur yang kurang, konsumsi alkohol, merokok, dan tentu saja jenis makanan tertentu. Setiap pemicu bekerja dengan mekanisme yang berbeda, namun hasil akhirnya serupa yaitu asam lambung naik ke kerongkongan.

    6 Asupan Pemicu GERD

    Beberapa asupan yang dapat meningkatkan risiko GERD adalah sebagai berikut.

    1. Makanan Tinggi Lemak

    Gorengan, kulit ayam, daging berlemak, hingga masakan bersantan pekat adalah makanan yang paling sering membuat keluhan GERD muncul. Lemak memperlambat pengosongan lambung, sehingga makanan bertahan lebih lama di perut. Saat tekanan di dalam perut meningkat, asam lambung lebih mudah terdorong naik.

    Penelitian tahun 2021 dalam jurnal National Institute of Publich Health menunjukkan bahwa makanan tinggi lemak termasuk pemicu utama gejala GERD. Lemak yang terkandung dalam makanan dapat menurunkan tekanan katup lambung (LES) serta memperlambat pengosongan lambung, dua mekanisme yang membuat refluks lebih mudah terjadi.

    2. Kopi dan Teh

    Banyak yang mengandalkan kopi untuk tetap fokus bekerja. Sayangnya, kafein dapat membuat katup lambung berelaksasi, sehingga membuka peluang bagi asam untuk naik ke kerongkongan.

    Studi ilmiah pada Tzu Chi Medical Journal tahun 2019 menjelaskan bahwa konsumsi kopi berhubungan dengan peningkatan gejala refluks pada sebagian pengidap, terutama mereka yang sensitif pada kafein.

    Jika sering mengalami asam lambung naik setelah minum kopi, mungkin tubuh memang lebih sensitif terhadap efek kafein pada otot katup lambung.

    3. Makanan Pedas

    Bagi sebagian orang makanan pedas memang membuat makan lebih lahap. Namun pada individu yang memiliki riwayat GERD sensasi pedas justru bisa memicu rasa terbakar di dada.
    Penelitian di World Journal of Gastroenterology tahun 2016 mencatat bahwa capsaicin yang merupakan senyawa pedas dari cabai dapat memperberat sensasi terbakar pada pengidap GERD dan membuat kerongkongan lebih sensitif terhadap paparan asam lambung. Akibatnya meskipun kadar asam lambung tidak meningkat secara signifikan rasa panas yang muncul bisa terasa jauh lebih menyengat dan tidak nyaman.

    4. Minuman Bersoda

    Minuman bersoda bisa memberi sensasi segar, tetapi gelembung karbonasinya justru meningkatkan tekanan di lambung. Saat tekanan meningkat katup lambung menjadi lebih mudah terbuka dan asam bisa naik ke esofagus.

    Sebuah studi dari Clinical Gastroenterology and Hepatology yang dipublikasikan tahun 2020 menunjukkan bahwa konsumsi soda berhubungan dengan peningkatan gejala GERD, terutama pada individu yang mengonsumsinya dalam jumlah tinggi atau saat perut kosong.

    5. Cokelat

    Cokelat terdiri dari lemak, gula, dan kafein. Kombinasi ini membuatnya kurang ramah bagi penderita GERD. Kafein di dalam cokelat memang tidak sebanyak kopi, tetapi tetap cukup untuk menurunkan tekanan katup esofagus bagian bawah sehingga asam lambung lebih mudah naik. Kandungan lemaknya juga membuat makanan lebih lama berada di lambung dan kondisi ini dapat meningkatkan risiko refluks.

    Penelitian dalam World Journal of Gastroenterology menunjukkan adanya peningkatan paparan asam di esofagus setelah makan cokelat. Tidak mengherankan jika sebagian penderita GERD merasa keluhannya memburuk setelah mengonsumsi cokelat dalam jumlah berlebihan.

    6. Buah yang Asam

    Jeruk, lemon, nanas, dan tomat memiliki tingkat keasaman yang tinggi sehingga dapat meningkatkan iritasi di kerongkongan. Pada individu yang sudah memiliki peradangan akibat GERD, makanan dengan keasaman tinggi dapat membuat sensasi terbakar terasa lebih menyengat. Sebuah penelitian dalam jurnal Therapeutics and Clinical Risk Management yang dipublikasikan tahun 2023 menjelaskan bahwa buah yang memiliki rasa asam seperti sitrus dan tomat termasuk kelompok makanan yang berpotensi memicu gejala refluks karena kandungan asamnya dapat menurunkan pH esofagus dan meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap iritasi.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Nyeri di Ulu Hati? Waspada Gejala Penyakit Jantung Koroner”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • Catat! Begini Sistem Rujukan Baru BPJS Kesehatan yang Bakal Dimulai Awal 2026

    Catat! Begini Sistem Rujukan Baru BPJS Kesehatan yang Bakal Dimulai Awal 2026

    Jakarta

    Belakangan publik ramai menyoroti pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin soal perubahan sistem rujukan berjenjang di BPJS Kesehatan, sehingga tidak perlu pindah berulang kali ke berbagai tipe rumah sakit. Hal ini diyakini bisa meningkatkan waktu penanganan pasien, peluang kesembuhan, hingga biaya yang dikeluarkan karena tidak perlu melewati banyak rujukan.

    Regulasi tersebut sebetulnya mengacu pada transformasi kesehatan pilar kedua terkait pelayanan di rumah sakit. Dari semula RS diklasifikasikan tipe A, B, C, dan D, kini diubah berdasarkan klasifikasi kompetensi yakni paripurna, utama, madya, dasar, sesuai dengan spesialisasi-nya.

    Satu RS bisa dinyatakan paripurna dalam spesialisasi penyakit jantung, tetapi dalam penanganan kasus mata, bisa masuk klasifikasi utama, atau bahkan dasar. Bila mengacu regulasi tersebut, rujukan nantinya ditentukan fakultas kesehatan tingkat pertama (FKTP) langsung ke RS dengan klasifikasi utama di spesialisasi tertentu sesuai dengan masing-masing kasus yang ditangani.

    “Kalau di utama penuh, atau tidak tuntas pengobatannya, baru dikirim ke paripurna. Jadi kita buat maksimal satu kali pindah rumah sakit,” beber Direktur Pelayanan Klinis Kemenkes RI Obrin Parulian dalam konferensi pers Jumat (21/11/2025).

    Menurut Direktur Pelayanan Klinis Kemenkes RI Obrin Parulian, fakultas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang nantinya akan menilai pasien untuk dirujuk langsung ke RS sesuai dengan klasifikasi kompetensi.

    “Tentu perubahan ini harus diketahui oleh seluruh stakeholder kami sudah melakukan diskusi masukan umpan balik organisasi profesi kolegium asosiasi kemudian stakeholder lainnya sejak bulan Mei, standar-standar tadi ditetapkan Kemenkes dari masukan,” lanjutnya.

    “Dan sekarang sudah sampai di tahap finalisasi, harapan kita di Januari kita bisa launch,” sambung dia.

    Sebagai gambaran, Obrin mengambil contoh kasus perbandingan regulasi lama dengan rujukan baru yang akan ditetapkankan:

    Seorang ibu berusia 42 tahun datang dengan keluhan nyeri perut bawah kronis sejak beberapa bulan lalu disertai sesak napas. Bila mengacu rujukan saat ini, FKTP akan merujuk ke rumah sakit klasifikasi dasar atau tipe D dan C terdekat, di proses rujukan tersebut baru ditemukan kecurigaan massa ovarium yang mengarah ke kanker, tetapi terkendala nihilnya fasilitas onkologi ginekologi.

    Pasien kemudian kembali dirujuk ke kelas B dan obgyn menilai kasus kompleks yang membutuhkan penanganan subspesialis onkologi ginekologi juga kemoterapi lengkap. Sementara tipe RS kelas B tidak punya layanan itu, baru dirujuk kembali ke RS kelas A sehingga pasien mendapatkan pengobatan yang tuntas.

    Rujukan berjenjang semacam ini tidak akan terjadi bila melewati penilaian kualifkasi dan kompetensi RS. FKTP nantinya akan mencari rujukan ke RS yang langsung memiliki pelayanan sesuai kebutuhan pasien, minimal di tingkat utama, bila penuh dan tidak tersedia baru dilanjutkan ke paripurna.

    “Jadi perpindahannya hanya satu kali,” tegas dia.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Waspadai 7 Makanan yang Berisiko Mengganggu Kesehatan Mata

    Waspadai 7 Makanan yang Berisiko Mengganggu Kesehatan Mata

    JAKARTA – Kesehatan mata ternyata sangat dipengaruhi oleh apa yang kita makan dan minum. Tidak hanya gangguan penglihatan ringan, beberapa pola makan bisa meningkatkan risiko penyakit mata serius seperti degenerasi makula, retinopati diabetik, dan katarak.

    Menurut tinjauan medis yang dilakukan oleh Poonam Sachdev pada 29 Agustus 2024 yang ditulis oleh Alyson Powell Key di situs WebMD, berikut 7 makanan yang sebaiknya dibatasi demi menjaga kesehatan mata.

    1. Roti dan Pasta

    Karbohidrat sederhana seperti yang terdapat pada roti putih dan pasta, dikaitkan dengan peningkatan risiko degenerasi makula terkait usia (AMD), salah satu penyebab utama hilangnya penglihatan pada orang dewasa. Tubuh mencerna karbohidrat jenis ini dengan cepat sehingga gula darah melonjak. Tipsnya adalah mengganti roti putih dan pasta dengan versi gandum utuh untuk menjaga kesehatan mata.

    2. Daging Olahan

    Hot dog, bacon, dan daging olahan lainnya mengandung banyak natrium (garam). Konsumsi garam berlebih dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Pada mata, konsumsi garam berlebih bisa menimbulkan beberapa masalah serius. Retinopati hipertensi dapat terjadi yaitu kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan penglihatan kabur atau bahkan hilang.

    Selain itu, koroidopati bisa muncul, yaitu penumpukan cairan di bawah retina, serta neuropati yaitu tersumbatnya aliran darah yang merusak saraf dan menurunkan kemampuan penglihatan. Untuk mencegah hal ini, batasi asupan natrium hingga 2.300 mg per hari.

    3. Gorengan

    Makanan yang digoreng dalam minyak trans meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan bisa memicu penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2. Selain itu, gorengan menghasilkan radikal bebas yang merusak sel, termasuk sel mata. Sebaiknya konsumsi banyak buah dan sayur yang kaya vitamin C, seperti jeruk, tomat, dan paprika merah, untuk melawan radikal bebas.

    4. Minyak Goreng

    Penelitian menunjukkan konsumsi berlebihan asam linoleat, sejenis lemak tak jenuh, terkait dengan risiko AMD. Minyak yang mengandung asam linoleat tinggi meliputi safflower, bunga matahari, jagung, kedelai, dan wijen. Gunakan minyak dengan kurang dari 4 gram lemak jenuh per sendok makan, dan hindari minyak dengan trans fat atau minyak terhidrogenasi.

    5. Margarin

    Margarin terbuat dari minyak nabati sehingga mengandung lemak baik. Namun beberapa margarin memiliki trans fat yang meningkatkan kolesterol dan risiko penyakit jantung serta masalah mata. Tipsnya adalah menggunakan margarin jenis oles atau cair dan pilih merek dengan label 0 gram trans fat.

    6. Makanan Siap Saji

    Makanan kemasan, seperti sup, saus tomat, atau makanan kaleng, sering mengandung natrium tinggi, hingga 75% dari batas harian. Maka dari itu, pilih versi rendah natrium atau tanpa tambahan garam dan beri bumbu alami sendiri untuk rasa.

    7. Ikan dan Seafood

    Konsumsi ikan dan seafood dalam jumlah yang tak berlebihan umumnya aman. Namun kadar merkuri tinggi bisa berbahaya, termasuk merusak mata. Wanita hamil, menyusui, atau berencana hamil serta anak-anak disarankan mengonsumsi 8–12 ons ikan/seafood per minggu.

  • Tidur Nyenyak Buat Anak Kantoran, Sesulit Apa Sih? Ini Kata Mereka

    Tidur Nyenyak Buat Anak Kantoran, Sesulit Apa Sih? Ini Kata Mereka

    Jakarta

    Banyak pekerja usia produktif di kota-kota besar menghadapi krisis baru: kesulitan tidur. Bukan tanpa alasan, tekanan pekerjaan dan gaya hidup modern yang menuntut serba cepat membuat tidur sendiri kini menjadi barang mewah.

    Seperti yang dialami oleh Sekar (28), seorang karyawan swasta di Jakarta Selatan. Dirinya mengaku rata-rata hanya mendapatkan waktu tidur di 6 jam. Itupun, dengan kualitas tidur yang menurutnya kurang baik.

    “Sekitar 6 sampai 7 jam lah (waktu tidur), itu kalau hoki,” kata Sekar kepada detikcom, Senin (3/10/2025).

    Dalam skala 1-10, ia menilai kualitas tidurnya hanya ada di angka 6-7. “Karena setiap bangun karena kewajiban aja, bukan yang segar gitu,” katanya.

    Menurut Sekar, tekanan pekerjaan dan aktivitas melepas penat menjadi alasan dirinya kehilangan waktu tidur. Selain itu, perjalanan dari rumahnya di Kampung Rambutan, Jakarta Timur menuju kantor yang membutuhkan waktu dua jam pulang-pergi juga mengikis waktu hariannya.

    “Yang bikin kurang tidur selain kerja, kadang-kadang suka main HP juga sih. Tidur jam 1 malem, kadang jam 12 terus bangun jam 7 atau 8. Baru bisa tidur kalau udah ngantuk aja, kalau udah capek banget,” katanya.

    Susah tidur merupakan salah satu penyebab kurang tidur. Foto: Getty Images/ATHVisions

    Tak jauh berbeda, Tata (28) seorang karyawan swasta asal Bekasi yang berkantor di Jakarta Selatan juga menganggap tidurnya disabotase oleh waktu tempuh menuju tempat kerja dan sebaliknya. Perjalanan yang mengharuskannya bergonta-ganti moda transportasi membuatnya kehilangan waktu istirahat, dan baru bisa tidur tengah malam.

    “Tidur biasanya jam 11 atau setengah 12. Commuting dari kantor ke rumah itu kan sekitar dua jam. Nyampek rumah, bersih-bersih, terus main HP dulu,” kata Tata.

    Meski begitu, Tata punya siasat agar tetap bisa mendapatkan tidur yang berkualitas. “Yang penting mandi yang bersih. Kalau aku mau tidur biar lelap minum susu (lebih dulu). Aku tidurnya teratur, tidur jam 11, bangun jam 5,” katanya.

    Dengan cara tersebut, ia menganggap kualitas tidurnya bisa mencapai angka 8, dari skala 1-10.

    US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mendefinisikan tidur berkualitas sebagai tidur yang pulas dan menyegarkan. Tidur berkualitas bukan hanya soal waktu atau durasi, melainkan juga bagaimana tidur berlangsung.

    Sama pentingnya dengan diet dan olahraga, tidur yang berkualitas juga dapat menurunkan risiko berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung hingga obesitas. Saat tidur, seseorang memberi kesempatan bagi sel-sel tubuh untuk memperbaiki diri dari kerusakan.

    Masalahnya, tidak semua orang bisa menilai kualitas tidurnya dengan tepat dan akurat. Benarkah skor tidur Sekar ada di angka 6-7, dan Tata tepat di angka 8? Cuma penilaian subjektif, atau memang ada indikator yang bisa diukur?

    Urusan tidur sepertinya tidak sesimpel memejamkan mata. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitasnya, mulai dari stres hingga sleep hygiene. Untuk mengupasnya satu persatu, detikcom akan menghadirkan wawancara khusus dengan praktisi tidur (Garmin Sleep Coach) yang punya segudang pengalaman seputar masalah tidur.

    Ingin ikut bertanya? Boleh banget! Share di komentar ya, lalu nantikan pertanyaan kamu dijawab langsung oleh pakarnya.

    @detikhealth_official Tidur yang berkualitas adalah kunci untuk hari yang produktif. Tapi apa sih rahasia tidur nyenyak yang sebenarnya?🤔💤 #kualitastidur #produktivitas #tidurideal #insomnia ♬ suara asli – detikHealth

    Halaman 2 dari 2

    (up/up)

  • Studi Ungkap Jenis Makanan yang Bisa Cegah Lansia Demensia, Otak Auto Awet Muda

    Studi Ungkap Jenis Makanan yang Bisa Cegah Lansia Demensia, Otak Auto Awet Muda

    Jakarta

    Seiring bertambahnya usia, risiko penurunan kognitif, seperti kesulitan fokus dan kehilangan ingatan semakin meningkat. Demensia yang amat memengaruhi kehidupan sehari-hari juga menjadi perhatian besar.

    Dikutip dari laman Eating Well, apa yang dimakan seseorang berperan besar dalam kesehatan otak. Pola makan, seperti diet Mediterania yang kaya akan biji-bijian utuh, ikan, buah-buahan, dan sayur-sayuran terbukti melindungi dari penyakit seperti demensia dengan mengurangi peradangan dan mendukung fungsi otak.

    Kendati demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui bagaimana makanan tertentu bisa memengaruhi fungsi kognitif pada lansia dengan berbagai kondisi kesehatan. Untuk itu, para peneliti mengeksplorasi bagaimana berbagai jenis makanan memengaruhi gejala kognitif pada lansia dengan berbagai kondisi kesehatan.

    Studi ini menggunakan data dari China Longitudinal Health Longetivity Survey (CLHLS) tahun 2017-2018, sebuah proyek berskala besar yang dipimpin oleh Peking University untuk mempelajari lansia di Tiongkok. Survei dilakukan tujuh kali antara ahun 1998-2018 untuk mengumpulkan informasi detail tentang kesehatan, gaya hidup, dan pola makan dari partisipan berusia 65 tahun ke atas.

    Untuk analisis, para peneliti berfokus pada 3.443 lansia dengan berbagai kondisi kronis dan data yang tersedia mengenai fungsi kognitif dan konsumsi makanan. Asupan makanan diukur menggunakan kuesioner sederhana dengan menanyakan, seberapa sering peserta mengonsumsi 13 jenis makanan tertentu, termasuk buah-buahan, sayur-sayuran, daging, dan susu. Mereka akan merespons dengan pilihan hampir setiap hari, jarang, atau tidak pernah.

    Studi juga mengamati multimorbiditas, yang didefinisikan memiliki dua atau lebih kondisi kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, atau artritis. Para peneliti menganalisis, bagaimana konsumsi makanan dan fungsi kognitif saling terhubung menggunakan alat statistik canggih.

    Bagaimana Hasilnya?

    Dalam kelompok kemampuan kognitif, perhatian dan kemampuan berhitung memiliki hubungan erat dengan keterampilan bahasa, sementara memori dan kemampuan mengingat juga menunjukkan keterkaitan yang kuat.

    Dari sisi makanan, dua makanan yang memiliiki kaitan paling signifikan adalah produk kacang-kacangan, seperti almond dan kenari serta jamur atau alga, seperti rumput laut.

    Jamur atau alga memiliki dampak tertinggi, diikuti oleh produk susu dan kacang-kacangan, menandakan peran pentingnya dalam mendukung kesehatan kognitif.

    Saat mengamati bagaimana makanan dan kemampuan kognitif saling berhubungan, buah segar memiliki kaitan paling kuat dengan kemampuan orientasi (mengetahui waktu, tempat, dan sebagainya), diikuti dengan sayuran segar.

    Meski penelitian ini memberikan sudut pandang baru tentang hubungan berbagai jenis makanan dengan kemampuan kognitif tertentu, ada beberapa keterbatasan. Para peneliti tidak bisa memastikan apakah mengonsumsi makanan tertentu secara langsung bisa meningkatkan fungsi kognitif, atau ada faktor lain yang berperan.

    Halaman 2 dari 3

    (elk/naf)

  • Efek Keseringan Main HP Ternyata Kompleks, Nggak Cuma Bikin Brain Rot

    Efek Keseringan Main HP Ternyata Kompleks, Nggak Cuma Bikin Brain Rot

    Jakarta

    Waktu yang lama di depan layar seperti laptop dan handphone ternyata bisa memengaruhi kesehatan fisik. Hal ini dibuktikan dalam penelitian.

    Sebuah penelitian mengindentifikasi, waktu screen time yang berlebihan dan kecanduan media sosial menjadi faktor risiko dari brain rot. Dikutip dari laman Today, Brain rot mengacu pada penurunan kemampuan kognitif atau intelektual akibat terlalu sering menerus menyerap konten yang bersifat dangkal, tidak menantang, atau berlebihan.

    Dikutip dari laman New York Post, penelitian lainnya menunjukkan bahwa cahaya biru dari layar bisa membantu fokus dan rentang perhatian di siang hari, namun mengganggu tidur. Cahaya tersebut bisa berpengaruh pada ritme sirkandian, siklus alami tubuh selama 24 jam yang mengontrol kapan seseorang merasa terjaga dan mengantuk, produksi hormon seperti melatonin dan kortisol, serta beberapa fungsi tubuh lainnya.

    Namun, ternyata gangguan ini juga bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan yang lebih dari sekedar ketegangan mata. Kurang tidur karena cahaya layar di malam hari bisa dikaitkan dengan meningkatnya risiko diabetes tipe 2, sebab ritme sirkandian mengatur bagaimana tubuh merespons insulin dan memproduksi glukosa.

    Sebuah penelitian menemukan, mereka yang lebih banyak terpapar cahaya tersebut berisiko 50 persen lebih besar terkena diabetes. Tak hanya itu, paparan cahaya biru di malam hari juga terbukti meningkatkan kemungkinan penambahan berat badan dan obesitas, faktor risiko lain dari diabetes.

    Ritme alami tubuh juga mengatur perubahan tekanan darah dan detak jantung sepanjang hari. Saat ‘jam biologis’ terganggu, hal tersebut bisa memicu berbagai masalah kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi, detak jantung meningkat, gagal jantung, hingga risiko penyakit jantung yang lebih besar. Sebaliknya, mengurangi waktu menatap layar, terutama menjelang tidur bisa membantu menurunkan risiko kanker.

    Sebuah studi yang mengamati efek panjang gelombang cahaya biru menemukan, orang-orang yang tidur dengan layar menyala memiliki risiko 1,5 kali lebih tinggi terkena kanker payudara dan risiko dua kali lipat lebih tinggi terkena kanker prostat. Meningkatnya risiko kanker payudara, khususunya disbabkan oleh kurangnya melatonin.

    Cahaya biru dari layar bisa menghambat produksi melatonin, yang diyakini memiliki sifar antikanker. Saat kadar melatonin menurun, risiko terjadinya kanker payudara dan pertumbuhan tumor bisa meningkat.

    Dibandingkan dengan jenis cahaya lainnya, cahaya biru bisa menjadi yang paling berpotensi merusak kesehatan. Para peneliti dari Universitas Harvard menemukan, paparan cahaya selama 6,5 jam bisa menggeser ritme sirkadian hingga dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan paparan cahaya hijau.

    (elk/kna)