Topik: penyakit jantung

  • Update Hari ke-39: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat Capai 175 Orang, Sebagian Besar Akibat Jantung!

    Update Hari ke-39: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat Capai 175 Orang, Sebagian Besar Akibat Jantung!

    Makkah (beritajatim.com) – Memasuki hari ke-39 operasional ibadah haji 2025 Minggu (8/6/2025), jumlah jemaah haji Indonesia yang meninggal dunia mencapai 175 orang. Adapun mayoritas dari mereka wafat akibat penyakit jantung.

    Melansir situs resmi Kementerian Agama Senin (9/6/2025), Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, dr. Imran, menyampaikan data tersebut dalam keterangannya di Makkah pada Minggu (8/6/2025) lalu.

    “Berdasarkan laporan dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kesehatan, hingga hari ini terdapat 175 jemaah yang wafat,” ujarnya.

    Dari angka tersebut, 170 merupakan jemaah haji reguler, sedangkan lima sisanya berasal dari kelompok haji khusus.

    Penyakit Jantung Jadi Penyebab Utama

    Lebih lanjut, dr. Imran menjelaskan bahwa sebagian besar jemaah wafat karena penyakit jantung. “Tercatat 77 orang meninggal karena penyakit jantung,” ungkapnya. Selain itu, sebanyak 15 jemaah wafat akibat kegagalan organ yang disebabkan oleh infeksi berat.

    Penyakit pernapasan akut dan dehidrasi juga menjadi penyebab kematian. Masing-masing tercatat menyebabkan 11 jemaah meninggal dunia.

    Penurunan Jumlah Kematian Dibanding Tahun Lalu

    Meskipun jumlah jemaah yang wafat cukup signifikan, angka ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. “Tahun lalu, di hari operasional yang sama, jumlah jemaah yang meninggal mencapai 190 orang,” kata dr. Imran.

    Ia pun berharap kondisi kesehatan jemaah semakin baik hingga puncak ibadah haji selesai. “Kami terus berikhtiar menjaga kesehatan jemaah dan memohon kepada Allah agar seluruh jemaah dapat kembali ke Tanah Air dengan selamat,” pungkasnya. [aje]

  • 183 Jemaah Haji Indonesia Meninggal di Tanah Suci, Ini Pemicu Paling Banyak – Page 3

    183 Jemaah Haji Indonesia Meninggal di Tanah Suci, Ini Pemicu Paling Banyak – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kabar duka turut menyelimuti pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Pemerintah melaporkan bahwa kasus kematian jemaah haji Indonesia selama periode operasional ibadah haji di Tanah Suci 1446 H/2025 M telah melebihi 150 orang.

    Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Mohammad Imran melaporkan, ada 175 jemaah haji Indonesia yang meninggal dunia selama periode operasional haji 2025. Data tersebut terhitung hingga Minggu, 8 Juni 2025 kemarin.  

    “Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kesehatan, sampai hari ini, ada 175 jemaah haji Indonesia yang wafat,” terang dr Imran di Makkah, Minggu (8/6/2025), seperti dikutip dari situs resmi Kementerian Agama, kemenag.go.id.

    “Sebanyak 170 orang jemaah haji reguler, lima orang jemaah haji khusus,” sambungnya.

    Imran menjelaskan, ada tiga penyakit yang umum diderita jemaah haji Indonesia yang wafat. Ketiga penyakit itu adalah jantung, pernafasan akut, dehidrasi, dan kegagalan organ akibat infeksi yang berat.

    “Data kami mencatat, 77 jemaah yang wafat menderita penyakit jantung. Sebanyak 15 jemaah wafat karena mengalami kegagalan organ akibat infeksi yang berat,” sebut dr. Imran.

    Selain itu, masing-masing ada 11 jemaah yang wafat karena masalah pernafasan akut dan dehidrasi.

     

  • 5 Cara Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Secara Alami

    5 Cara Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Secara Alami

    JAKARTA – Menjaga tekanan darah tetap normal sangat penting untuk mencegah risiko penyakit jantung, stroke, dan gangguan ginjal. Beberapa langkah alami seperti olahraga teratur, pola makan sehat, serta manajemen stres, terbukti efektif membantu mengendalikan hipertensi.

    Momen-momen tertentu, seperti perayaan Iduladha, sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi penderita hipertensi karena konsumsi daging merah cenderung meningkat.

    Saat Iduladha, berbagai hidangan berbahan dasar daging kambing atau sapi disajikan secara melimpah, menggoda siapa pun untuk menyantapnya dalam jumlah banyak. Meski lezat, konsumsi daging berlebihan terutama daging merah berlemak, dapat memicu tekanan darah tinggi. Kondisi ini tidak hanya mengancam kelompok usia lanjut, tetapi juga mulai banyak dialami oleh orang usia muda.

    Hipertensi merupakan salah satu faktor utama penyebab penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung, gagal jantung, dan stroke. Selain itu, tekanan darah tinggi juga bisa memicu gangguan fungsi ginjal dalam jangka panjang.

    Agar tekanan darah tetap terkontrol, berikut beberapa cara sederhana yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:

    1. Rutin Berolahraga

    Aktivitas fisik seperti jalan cepat, bersepeda, atau senam ringan sangat dianjurkan untuk menjaga tekanan darah tetap stabil. Dengan rutin bergerak, jantung bekerja lebih efisien dalam memompa darah sehingga tekanan pada pembuluh darah pun menurun.

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat merekomendasikan olahraga sedang minimal 150 menit per minggu atau sekitar 30 menit selama lima hari.

    2. Mengelola Stres dengan Baik

    Stres yang tidak terkendali dapat berdampak negatif terhadap tekanan darah. Luangkan waktu untuk relaksasi, melakukan hobi, mendengarkan musik, atau mencoba teknik seperti pernapasan dalam dan meditasi untuk membantu menurunkan ketegangan.

    3. Menjaga Berat Badan Ideal

    Berat badan berlebih atau obesitas dapat memberikan tekanan ekstra pada jantung dan pembuluh darah. Penurunan berat badan meskipun hanya beberapa kilogram saja sudah bisa berdampak positif terhadap penurunan tekanan darah.

    4. Mengatur Pola Makan Ramah Jantung

    Mengadopsi pola makan yang sehat, seperti diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension), sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi. Fokuslah pada konsumsi buah, sayur, biji-bijian utuh, dan makanan tinggi serat. Kurangi konsumsi garam, lemak jenuh, dan makanan olahan tinggi natrium.

    5. Hindari Kebiasaan Merokok

    Merokok berkontribusi pada kerusakan pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Setiap batang rokok yang dikonsumsi bisa menyebabkan lonjakan tekanan darah. Menghentikan kebiasaan merokok sangat penting demi kesehatan jangka panjang.

  • Apa Benar Tidur Siang Bikin Jantung Lebih Sehat? Ini Faktanya

    Apa Benar Tidur Siang Bikin Jantung Lebih Sehat? Ini Faktanya

    Jakarta

    Tidur siang masih kerap dibayangi stigma negatif, memberi kesan pemalas bagi yang melakukannya. Di sisi lain, berbagai penelitian menunjukkan kebiasaan tidur siang punya manfaat bagi kesehatan.

    Pada beberapa kelompok, pola tidur yang tidak teratur membuat waktu istirahat malam terbatas. Seringkali, tidur siang menjadi satu-satunya solusi untuk memenuhi kebutuhan tidur ideal yakni 6-8 jam dalam sehari.

    Secara khusus dalam kaitannya dengan sistem kardiovaskular, apakah benar tidur siang menyehatkan jantung?

    Korelasi Tidur Siang dengan Kesehatan Jantung

    Sejumlah riset yang meneliti manfaat tidur memberikan hasil yang beragam terkait manfaat tidur siang bagi kesehatan jantung. Dikutip dari Medicalnewstoday, penelitian case-control di Yunani menunjukkan kelompok yang sering tidur siang punya risiko penyakit jantung koroner lebih rendah di kemudian hari.

    Masih di Yunani, penelitian lain mengkonfirmasi temuan tersebut. Dalam kesimpulannya, penelitian ini menyebut kebiasaan tidur siang bisa menurunkan risiko kematian akibat penyakit jantung koroner sebesar 37 persen.

    Meski demikian, beberapa penelitian di negara lain memberikan hasil beragam. Sebagian bahkan menunjukkan kemungkinan adanya korelasi negatif antara tidur siang dengan berbagai gangguan kesehatan.

    Sebuah analisis di jurnal Heart pada 2019 menyimpulkan, frekuensi tidur siang berpengaruh pada efeknya bagi kesehatan jantung. Tidur siang 1-2 kali dalam sepekan bisa menurunkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 48 persen. Manfaat tersebut tidak teramati lagi jika tidur siang dilakukan 6-7 kali dalam sepekan.

    Manfaat yang Bisa Didapat

    Dikutip dari WebMD, ada beberapa kemungkinan manfaat tidur siang bagi kesehatan jantung.

    1. Meredakan stres

    Dalam kondisi di bawah tekanan, tidur siang di jam kerja bisa meredakan stres dan meningkatkan sistem imun. Para pakar menganjurkan tidur siang selama 30 menit untuk mendapatkan manfaat ini.

    Sebuah studi menunjukkan, tidur siang selama 45-60 menit bisa menurunkan tekanan darah. Bagi jantung, tekanan darah dan tekanan mental sama-sama harus dikendalikan.

    3. Memperbaiki pola tidur

    Mengkombinasikan kebiasaan tidur siang dengan olahraga rutin terbukti bisa meningkatkan kualitas tidur malam. Untuk mendapatkan manfaat ini, disarankan tidur siang selama 30 menit antara pukul 1-3 sore.

    (up/tgm)

  • Cara Turunkan Kolesterol Seusai Santap Daging Kurban

    Cara Turunkan Kolesterol Seusai Santap Daging Kurban

    Surabaya, Beritasatu.com – Konsumsi daging sapi dan kambing saat hari raya Iduladha sudah menjadi tradisi. Namun, menurut pakar kesehatan dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Firman, konsumsi berlebihan bisa berdampak pada peningkatan kadar kolesterol yang memicu risiko hipertensi hingga penyakit jantung.

    Firman pun membagikan sejumlah tip menurunkan kolesterol setelah mengonsumsi daging kurban. Ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan pola makan dan menerapkan gaya hidup sehat untuk menghindari dampak negatif dari lemak jenuh yang terkandung dalam daging merah.

    1. Rutin berolahraga 3–5 kali seminggu

    Aktivitas fisik terbukti efektif membantu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Lakukan aktivitas fisik setidaknya 30 menit dengan intensitas sedang. Hal ini bisa menurunkan kalori sebanyak 4-7 kkal/menit. Jenis olahraga yang direkomendasikan antara lain jalan cepat, berlari, bersepeda, berenang, atau aktivitas lain yang sesuai kemampuan individu.

    2. Konsumsi makanan berserat tinggi

    Firman menyarankan agar masyarakat meningkatkan konsumsi makanan tinggi serat. Bisa konsumsi biji-bijian, roti gandum, kacang polong, sayuran berdaun hijau gelap, dan kedelai yang mengandung isoflavon dan fitoestrogen, yang bermanfaat untuk mencegah penyerapan kolesterol.

    3. Gunakan rempah-rempah alami

    Penggunaan bumbu dapur seperti kunyit, cabai rawit merah, serai, dan jahe tak hanya memperkaya rasa, tetapi juga baik untuk kesehatan.

    4. Imbangi dengan lemak tak jenuh

    Ketika mengonsumsi daging, Firman menyarankan untuk mengimbanginya dengan makanan yang mengandung lemak baik.Konsumsi makanan berlemak tak jenuh seperti ikan salmon, ikan tuna, biji chia, alpukat, almond, kenari, dan minyak zaitun.

    Apabila kolesterol tetap tinggi meski telah menerapkan pola hidup sehat, Firman menyarankan konsultasi medis aau melakukan terapi obat sesuai anjuran dokter.

  • Stres Diam-diam Bisa Bikin Kolesterol Naik, Ini Penjelasan Ahli

    Stres Diam-diam Bisa Bikin Kolesterol Naik, Ini Penjelasan Ahli

    Jakarta

    Jika kolesterol meningkat akhir-akhir ini, tidak perlu buru-buru menyalahkan daging kurban. Berlebihan mengonsumsi daging berlemak memang meningkatkan kolesterol, tapi ingat stres juga bisa jadi pemicu.

    Dikutip dari WebMD, tubuh mengeluarkan hormon kortisol saat berada dalam tekanan. Satu sisi, kondisi ini menguntungkan karena mendorong kerja otak sehingga bisa memecahkan persoalan.

    Di sisi lain, stres yang berkepanjangan bisa jadi persoalan. Hormon stres yang terlalu tinggi menyebabkan tekanan pada jantung dan fungsi tubuh lain. Bukan cuma meningkatkan kadar kolesterol, dampaknya juga bisa mempengaruhi risiko penyakit jantung.

    Apa Itu Kolesterol?

    Sedikitnya ada dua jenis kolesterol yang penting dipahami, yakni LDL (Low Density Lipoprotein) atau orang awam menyebutnya kolesterol jahat, dan HDL (High Density Lipoprotein) atau kolesterol baik.

    Kadar Kolesterol Normal

    Normalnya, kolesterol berada di kadar sebagai berikut:

    Kolesterol total: di bawah 200 mg/dLLDL: di bawah 100 mg/dL atau di bawah 70 mg/dL jika punya riwayat penyakit jantung atau diabetesHDL: 40 mg/dL ke atas pada pria, 50 mg/dL ke atas pada wanitaTrigliserida: di bawah 150 mg/dLStres dan Kolesterol

    Sejumlah penelitian pernah mengamati kaitan stres dengan kolesterol. Berikut rangkumannya.

    Dalam sebuah riset yang melibatkan 91.500 orang, terungkap bahwa stres terkait pekerjaan berhubungan dengan kolesterol tinggi. Orang-orang yang stres di tempat kerja cenderung mengonsumsi obat kolesterol.Penelitian terhadap penegak hukum di Iowa mengungkap, wanita mengalami lebih banyak stres dan kolesterol lebih tinggi dibanding petugas pria. Petugas wanita yang mengalami stres juga cenderung kelebihan berat badan dan obesitas, dan 77 persen menuding stres sebagai penyebab berbagai masalah kesehatan.Studi lainnya dilakukan pada supir truk, bus, dan taksi, yang punya level stres tinggi. Mereka yang mengalami stres terkait profesinya cenderung memiliki kadar LDL dan trigliserida yang tinggi, HDL yang rendah, dan tekanan darah yang tinggi.Stres Memicu Gaya Hidup Tidak Sehat

    Ada banyak teori yang menjelaskan kaitan stres dengan kolesterol tinggi. Salah satunya menyebut bahwa stres mendekatkan seseorang pada gaya hidup tidak sehat seperti makan sembarangan, kurang tidur, dan jarang olahraga.

    Kolesterol karena Stres Bisa Dicegah

    Jika memang tidak bisa menghindari stres, yang memang tidak selalu harus dihindari, kadang tetap harus dihadapi, maka hindari pelarian yang tidak sehat seperti makan sembarangan, begadang, apalagi merokok. Pelarian-pelarian tersebut mungkin membuat sedikit rileks, tapi dampak jangka panjangnya buruk untuk kesehatan.

    Tips mengelola stres

    Jika memungkinkan, redakan stres dengan beberapa cara:

    Bergaul dengan temanLibatkan diri dalam komunitas atau aktivitas kemanusiaanDengarkan musikOlahraga yang sehatCoba alternatif lain, seperti journaling.

    (up/tgm)

  • Pria Lebih Berisiko Meninggal saat Kena ‘Sindrom Patah Hati’, Ini Temuannya

    Pria Lebih Berisiko Meninggal saat Kena ‘Sindrom Patah Hati’, Ini Temuannya

    Jakarta

    Seorang pria berusia 59 tahun datang ke Rumah Sakit Pertama Universitas Peking di Beijing untuk menjalani sebuah prosedur medis ketika ia mulai merasakan nyeri dada hebat dan sesak napas.

    Empat bulan sebelumnya, ia telah menjalani operasi pengangkatan tumor ganas dari kandung kemihnya. Di hadapan keluarganya, ia berusaha tampak kuat dan menghindari pembicaraan tentang kesehatannya. Namun secara pribadi, kecemasan berat akan kemungkinan kambuhnya kanker membuatnya sulit tidur di malam hari.

    Menurut dokter, pria tersebut mengalami takotsubo cardiomyopathy, yang juga dikenal sebagai sindrom patah hati, seperti yang didokumentasikan dalam sebuah studi kasus tahun 2021. Kondisi langka pada jantung yang dipicu oleh stres ini umumnya ditemukan pada wanita, tetapi sebuah studi yang diterbitkan di Journal of the American Heart Association pada bulan Mei menemukan penyakit ini bisa lebih mematikan bagi pria yang mengalaminya.

    Apa Itu Broken Heart Syndrome?

    Dikutip dari CNN, takotsubo cardiomyopathy (TC) diyakini disebabkan oleh peristiwa emosional atau fisik yang sangat ekstrem, seperti menerima kabar kematian orang tercinta, memenangkan lotre, atau mengangkat sofa berat. TC terjadi ketika otot jantung dibanjiri hormon stres, menyebabkan sebagian otot tersebut ‘membeku’ dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Saat jantung kesulitan memompa darah, gejalanya menyerupai serangan jantung, nyeri dada, detak jantung tidak teratur, dan jantung berdebar-debar.

    Studi terbaru menganalisis data hampir 200.000 pasien yang dirawat karena TC di Amerika Serikat antara 2016 hingga 2020. Meskipun 83 persen kasus terjadi pada wanita, pria memiliki kemungkinan lebih dari dua kali lipat untuk meninggal akibat kondisi ini, dengan tingkat kematian mencapai 11,2 persen.

    Perbedaan Dampak TC antara Pria dan Wanita

    “Perbedaan antara pria dan wanita adalah temuan yang sangat mencolok,” kata Dr. Mohammad Reza Movahed, salah satu penulis studi dan profesor klinis bidang kedokteran di University of Arizona di Tucson. “Ini menimbulkan pertanyaan baru yang menarik dan perlu diteliti lebih lanjut.”

    Sama seperti perbedaan umum antara kesehatan jantung pria dan wanita, perbedaan tingkat kematian akibat TC belum sepenuhnya dipahami, kata Movahed. Hal ini justru bertentangan dengan tren penyakit jantung lainnya. Namun, diduga bahwa perbedaan kadar hormon memiliki peran penting.

    Situasi penuh tekanan memicu kelenjar adrenal melepaskan hormon fight-or-flight yang disebut katekolamin. Hormon ini dirancang untuk meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, tetapi jika dilepaskan secara ekstrem, dapat “membuat sel-sel di jaringan jantung lumpuh sementara,” jelas Movahed.

    Diperkirakan, pria menghasilkan lebih banyak katekolamin saat menghadapi stres dibandingkan wanita, sehingga mereka cenderung mengalami kasus TC yang lebih parah.

    Sementara itu, hormon estrogen yang diproduksi dalam jumlah lebih tinggi pada wanita, diyakini memberikan perlindungan terhadap sistem kardiovaskular, membantu tubuh mengelola lonjakan katekolamin dan mengurangi risiko komplikasi parah dari TC, menurut dr Louis Vincent, peneliti bidang kardiologi noninvasif di University of Miami. Ia ikut menulis studi lain terkait perbedaan TC pada pria dan wanita, tetapi tidak terlibat dalam studi baru ini.

    Selain faktor biologis, faktor sosial juga mungkin berperan.

    “Sebagian besar dokter mengetahui tentang takotsubo, tetapi mereka mungkin menganggap ini sebagai penyakit yang hanya menyerang wanita, sehingga diagnosis pada pria bisa terlewatkan,” ujar Dr. Deepak Bhatt, ahli jantung dan direktur Mount Sinai Fuster Heart Hospital, yang juga tidak terlibat dalam studi ini. “Jika salah diagnosis, penanganan menjadi terlambat, dan ini bisa menyebabkan hasil yang lebih buruk.”

    Pria juga cenderung mencari pertolongan medis di tahap yang lebih lambat, mengira gejala yang mereka alami masih bisa ditahan atau akan hilang sendiri, ujar Dr. Alejandro Lemor, profesor kardiologi intervensi di University of Mississippi Medical Center, yang juga tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

    Komplikasi mematikan dari TC termasuk penggumpalan darah, stroke, henti jantung, dan gagal jantung, kata Lemor. Namun jika terdeteksi sejak dini, pengobatan dengan obat-obatan bisa mengurangi risiko komplikasi, mengembalikan fungsi jantung, dan memungkinkan pemulihan total dalam beberapa minggu.

    Tim Movahed telah memasukkan berbagai variabel penting seperti usia, ras, pendapatan, penyakit paru-paru kronis, hipertensi, dan diabetes dalam analisisnya.

    Namun, menurut Vincent, studi ini tidak mencakup data pasien tentang penyakit penyerta lain seperti riwayat stroke atau infeksi Covid-19.

    Selain itu, studi ini hanya menganalisis data diagnostik pasien rawat inap dengan TC, sehingga pasien rawat jalan atau yang meninggal karena komplikasi di luar rumah sakit mungkin tidak terhitung dalam analisis tersebut, kata Movahed.

    Untuk dapat menjelaskan lebih pasti penyebab perbedaan tingkat kematian antara pria dan wanita serta menguji metode pengobatan lebih lanjut, menurut Vincent, dibutuhkan kumpulan data yang lebih rinci.

    “Perlu disadari bahwa dalam studi seperti ini, kami menyajikan temuan berdasarkan kode diagnosis, bukan berdasarkan prosedur atau hasil laboratorium pasien,” ujar Vincent. “Namun studi ini tetap kuat karena memungkinkan kita meninjau populasi besar dan melihat tren. Dan saya pikir tren tingkat kematian lebih tinggi pada pria ini layak diteliti lebih dalam.”

    NEXT: Waspadai Gejalanya

    Nyeri dada mendadak atau sesak napas yang parah harus selalu dianggap sebagai keadaan darurat medis, tegas Bhatt, yang juga profesor bidang kardiologi di Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York.

    “Ini bukan saatnya untuk menahannya di rumah atau mencari solusi di internet. … Jangan coba-coba menghubungi dokter umum Anda. Hubungi layanan darurat,” kata Bhatt. “Waktu sangat penting. Dengan menyelamatkan beberapa jam, Anda bisa menghindari kerusakan jantung yang tidak dapat diperbaiki.”

    Gejala yang muncul setelah stres fisik, penyebab umum TC pada pria, juga tidak boleh diabaikan, kata Movahed, terutama setelah kejadian medis seperti serangan asma, kejang, atau komplikasi akibat penggunaan obat-obatan.

    Meski TC disebabkan oleh stres mendadak, Bhatt menyarankan untuk mengelola stres kronis melalui meditasi atau olahraga harian agar kesehatan jantung secara keseluruhan lebih baik, dan memiliki rutinitas yang bisa diandalkan saat menghadapi situasi tak terduga.

  • Kata Dokter soal Ciri-ciri Kolesterol Tinggi, Obesitas Lebih Berisiko

    Kata Dokter soal Ciri-ciri Kolesterol Tinggi, Obesitas Lebih Berisiko

    Jakarta

    Kolesterol tinggi adalah kondisi saat kadar kolesterol dalam darah lebih tinggi dibandingkan nilai normal. Kolesterol yang dibiarkan tak terkendali, lama kelamaan dapat menyumbat pembuluh darah, yang pada akhirnya bisa menyebabkan penyakit serius, seperti stroke dan penyakit jantung.

    Kolesterol tinggi tidak memiliki gejala khas, sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya. Biasanya, gejala kolesterol tinggi baru dirasakan saat sumbatan (plak) sudah terbentuk di pembuluh darah, yang akhirnya menyebabkan berbagai komplikasi serius.

    Namun, tak sedikit juga orang yang bertanya-tanya, apakah seseorang yang mengidap kolesterol tinggi bisa dikenali dari penampilan fisiknya?

    Dokter spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, mengatakan, fisik seseorang bisa saja mencerminkan adanya risiko kolesterol tinggi. Namun, hal ini tak bisa dijadikan satu-satunya patokan.

    Adapun salah satu tanda fisik yang kemungkinan bisa menandakan seseorang terkena kolesterol tinggi adalah obesitas atau kegemukan.

    “Obesitas itu suatu kondisi kegemukan terjadinya penumpukan lemak di dalam tubuh yang berlebihan atau peningkatan berat badan yang tidak sesuai proporsional pasien atau individu tersebut,” ucapnya saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2025).

    Menurut dr Ray, obesitas termasuk dalam kelompok sindrom metabolik, yaitu kumpulan kondisi medis yang saling berkaitan, termasuk obesitas, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan hiperurisemia.

    Apabila seseorang mengalami obesitas, terlebih sudah berusia di atas 40 tahun, dr Ray menyebut kemungkinan besar ia juga memiliki masalah metabolik lainnya, termasuk kolesterol tinggi dan dislipidemia.

    Namun, ia menekankan tidak semua orang gemuk pasti memiliki kolesterol tinggi. Tapi, peluangnya memang lebih besar dibandingkan individu dengan berat badan ideal.

    “Obesitas, saya tidak melakukan generalisasi tapi, biasanya dan di usia di atas 40 tahun itu juga akan diikuti dengan problem-problem metabolik yang lain. Salah satunya di sini adalah hiperkolesterolemia atau dislipidemia,” imbuh dr Ray.

    “Jadi, tidak serta merta memang orang gemuk pasti kolesterol tinggi. Tidak. tetapi akan besar kemungkinan dia juga sudah membawa penyakit metabolik yang lain menjadi teman-temannya,” tuturnya lagi.

    (suc/up)

  • Pakar UI Wanti-wanti Kebiasaan Makan Daging Seperti Ini Perburuk Gejala GERD

    Pakar UI Wanti-wanti Kebiasaan Makan Daging Seperti Ini Perburuk Gejala GERD

    Jakarta

    Berbagi daging kurban di momen Hari Raya Idul Adha menjadi momen istimewa, terutama bagi masyarakat yang jarang mengonsumsi daging. Namun, tetap perlu diingat, konsumsi berlebihan di balik kenikmatan tersebut, jelas berisiko. Salah satunya gangguan pencernaan yang patut diwaspadai, seperti GERD (Gastroesophageal Reflux Disease).

    Guru Besar Fakultas Kedokteran Indonesia (FK UI) yang juga spesialis penyakit dalam dari Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, mengingatkan konsumsi daging secara berlebihan, terutama dalam waktu singkat, bisa memicu timbulnya GERD. Gangguan ini muncul akibat aliran balik isi lambung ke kerongkongan yang menimbulkan sensasi panas di dada (heartburn), regurgitasi, hingga rasa pahit di mulut.

    “Lemak yang berlebihan dapat memperlambat pengosongan lambung dan melemahkan katup lambung-kerongkongan, sehingga isi lambung naik kembali,” jelas Prof Ari, dalam keterangannya, Minggu (8/6/2025).

    GERD kini semakin sering ditemukan di masyarakat, seiring perubahan gaya hidup. Berdasarkan pengamatan di rumah sakit, sekitar 20 persen pasien yang datang dengan keluhan maag ternyata mengalami GERD, terlihat dari hasil endoskopi saluran cerna atas.

    Selain heartburn dan regurgitasi, mereka dengan kondisi GERD bisa mengalami gejala lain seperti nyeri ulu hati, kembung, sering sendawa, hingga keluhan yang menyerupai penyakit jantung. Bahkan, asam lambung yang naik juga dapat menyebabkan batuk kronis, sesak napas, radang tenggorokan, dan keluhan pada gigi.

    Lebih lanjut, Prof Ari menyoroti kebiasaan yang memperburuk risiko GERD saat Idul Adha. Misalnya, menyantap daging berlemak yang dimasak dengan santan atau bumbu pedas, serta langsung tidur setelah makan.

    “Kebiasaan langsung rebahan setelah makan daging akan memperparah gejala GERD. Ini bisa memicu heartburn pada 4 dari 5 pasien GERD,” ujarnya.

    Agar tetap bisa menikmati daging kurban tanpa risiko GERD, Prof Ari membagikan beberapa tips penting:

    Konsumsi daging secukupnya, tidak berlebihan dalam satu waktuSertakan sayur dan buah dalam menu makanHindari konsumsi bersamaan antara daging dan jeroan (usus, otak, hati, paru, limpa).Jangan tidur minimal dua jam setelah makanHindari makanan dan minuman pemicu GERD lainnya termasuk makanan asam, pedas, kopi, soda, alkohol, cokelat, dan keju.

    “Lemak dan protein tetap penting untuk tubuh, tetapi perlu dikonsumsi dengan bijak. Jangan sampai kenikmatan sesaat justru berujung keluhan kesehatan,” pungkas Prof Ari.

    (naf/up)

  • Jemaah Haji Asal Magetan Dehidrasi Saat Ibadah, Wafat di Tanah Suci

    Jemaah Haji Asal Magetan Dehidrasi Saat Ibadah, Wafat di Tanah Suci

    Magetan (beritajatim.com) – Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan, Taufiqurrohman, menyampaikan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya jemaah haji asal Magetan, Hj. Sumi Amatredjo. Almarhumah tergabung dalam Kloter 51 dan berasal dari RT 10/RW 04, Desa Purworejo, Kecamatan Nguntoronadi.

    Hj. Sumi Amatredjo wafat pada hari Jumat (6/6/2025) di usia 78 tahun. Berdasarkan informasi dari petugas haji, almarhumah memiliki riwayat penyakit jantung dan gula. Kemudian, sempat mengalami dehidrasi saat menjalani rangkaian ibadah.

    “Semoga amal ibadah almarhumah diterima di sisi Allah SWT, diampuni segala dosa‑dosanya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan serta keikhlasan,” katanya.

    Kemenag Magetan mencatat, pada musim haji tahun 2025 ini, sebanyak 435 jemaah asal Kabupaten Magetan diberangkatkan ke Tanah Suci. Mereka terbagi dalam lima kelompok terbang (kloter), yakni:

    Kloter 51: 339 orang

    Kloter 55: 82 orang

    Kloter 83: 7 orang

    Kloter 87: 5 orang

    Kloter 88: 2 orang

    Jemaah haji tertua dari Magetan tahun ini berusia 85 tahun, sementara yang termuda berusia 21 tahun. [fiq/but]