Topik: penyakit jantung

  • Pakar Soroti Potensi Lonjakan Penyakit di Aceh-Sumut Pasca Bencana Banjir

    Pakar Soroti Potensi Lonjakan Penyakit di Aceh-Sumut Pasca Bencana Banjir

    Jakarta

    Bencana banjir dan longsor yang terjadi di wilayah Aceh dan Sumatera Utara beberapa hari ke belakang menyita perhatian banyak pihak. Korban bencana kini harus bersiap menghadapi potensi penyakit menular dan memburuknya kondisi pasien penyakit tidak menular (PTM) di wilayah terdampak.

    Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan ada beberapa kelompok penyakit menular yang perlu menjadi perhatian, sehingga bisa diantisipasi oleh mereka yang ada di wilayah bencana, seperti:

    Penyakit yang ditularkan melalui air (water-borne diseases) seperti diare, hepatitis A, dan penyakit kulit.Penyakit yang ditularkan lewat makanan (foodborne diseases) akibat higienitas yang buruk, termasuk keracunan makanan.Penyakit paru dan pernapasan, misalnya ISPA dan pneumonia, yang mudah menular di lokasi pengungsian.Penyakit yang menular melalui kontak langsung antar-manusia, seperti infeksi kulit atau penyakit mata.

    “Keempat kelompok penyakit ini saling berkaitan. Dalam situasi bencana, penurunan kualitas air, sanitasi buruk, dan padatnya pengungsian membuat risiko penularan meningkat tajam,” beber pria yang sempat menjadi Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu, saat dihubungi detikcom Jumat (28/11/2025).

    Pada kondisi pasca-bencana, definisi kelompok rentan menurut Prof Tjandra tidak hanya para anak-anak, lansia, serta mereka dengan komorbid atau imunitas lemah.

    “Masyarakat umum yang rumah atau desanya terdampak dapat menjadi rentan pula terhadap berbagai penyakit,” jelasnya.

    Populasi Sehat Mudah Terinfeksi

    Perubahan lingkungan yang drastis, stres, kurang tidur, air bersih terbatas, hingga paparan dingin membuat populasi sehat sekalipun menjadi lebih mudah terinfeksi penyakit pasca-bencana.

    Ketersediaan air bersih menjadi faktor paling krusial dalam mencegah penyakit pascabencana.

    Pakar menegaskan risiko yang muncul tidak hanya penyakit yang secara klasik dikategorikan sebagai water-borne disease, tetapi juga penyakit lain yang mekanisme penularannya dipengaruhi sanitasi yang buruk.

    “Keempat jenis penyakit menular tadi perlu diantisipasi bersamaan. Krisis air bersih memperburuk banyak aspek, dari kebersihan makanan, higiene pribadi, hingga kualitas lingkungan,” kata Prof Tjandra.

    Bencana juga berpotensi memperparah kondisi mereka yang mengidap penyakit tidak menula, seperti:

    Diabetes, akibat pola makan dan minum yang tidak teraturPenyakit paru kronik (PPOK), yang dapat mengalami eksaserbasi akut karena lembap atau paparan debu serta hipertensi.Penyakit jantung, yang bisa kambuh akibat stres dan kurangnya obat rutin.

    “Situasi bencana dapat membuat pasien PTM tidak bisa mengakses obat atau kontrol rutin, sehingga risiko komplikasi meningkat,” ujar Prof Tjandra.

    Untuk mencegah kejadian luar biasa pasca-bencana, beberapa langkah prioritas bisa segera dilakukan, seperti penyediaan air bersih, sarana mandi-cuci-kakus, dan fasilitas cuci tangan memadai.

    Pengawasan ketat pada kebersihan dapur umum juga harus dilakukan, sejalan dengan pemberian ventilasi yang baik dan mengatur kepadatan korban di ruang pengungsian, serta tersedianya obat-obatan rutin pasien dengan penyakit kronik.

    “Upaya ini harus berjalan paralel dengan penanganan bencana. Dalam hitungan hari, penyakit bisa meningkat jika tidak segera diantisipasi,” tutup Prof Tjandra.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Kasus Penyakit Kusta Indonesia Masuk 3 Besar Dunia”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Pakar Ingatkan Risiko Penyakit Pascabencana di Aceh-Sumut

    Pakar Ingatkan Risiko Penyakit Pascabencana di Aceh-Sumut

    Jakarta

    Di tengah proses evakuasi dan penanganan darurat bencana banjir dan longsor di Aceh serta Sumatera Utara, para ahli kesehatan mengingatkan adanya potensi lonjakan penyakit menular dan memburuknya kondisi pasien penyakit tidak menular (PTM) di wilayah terdampak.

    Polda Sumatera Utara mencatat sedikitnya 34 orang meninggal dunia akibat bencana alam yang melanda sejumlah daerah sejak 24 hingga 26 November 2025. Korban jiwa terbanyak berada di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), yakni 17 orang, disusul Sibolga (8 orang), Tapanuli Tengah (4 orang), Pakpak Bharat (2 orang), Humbang Hasundutan (2 orang), dan Nias Selatan (1 orang).

    “Data ini masih bersifat sementara dan terus diperbarui,” kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Ferry Walintukan, Jumat (28/11/2025).

    Ancaman Penyakit Menular Pascabencana

    Kondisi lapangan yang masih rentan, bantuan logistik belum merata, sejumlah titik masih terdampak longsor dan banjir, membuat potensi penularan penyakit cukup tinggi.

    Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan setidaknya empat kelompok penyakit menular yang perlu diantisipasi di wilayah bencana, seperti

    Penyakit yang ditularkan melalui air (water-borne diseases) seperti diare, hepatitis A, dan penyakit kulit.Penyakit yang ditularkan lewat makanan (foodborne diseases) akibat higienitas yang buruk, termasuk keracunan makanan.Penyakit paru dan pernapasan, misalnya ISPA dan pneumonia, yang mudah menular di lokasi pengungsian.Penyakit yang menular melalui kontak langsung antar-manusia, seperti infeksi kulit atau penyakit mata.

    “Keempat kelompok penyakit ini saling berkaitan. Dalam situasi bencana, penurunan kualitas air, sanitasi buruk, dan padatnya pengungsian membuat risiko penularan meningkat tajam,” beber pria yang sempat menjadi Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu, saat dihubungi detikcom Jumat (28/11/2025).

    Ia menambahkan kelompok rentan pada kondisi pascabencana tidak hanya terbatas pada lansia, anak-anak, pengidap komorbid dan gangguan imunitas.

    “Biasanya kita sebut rentan adalah lansia, anak-anak, dan mereka dengan komorbid atau imunitas lemah. Tetapi pada keadaan bencana, masyarakat umum yang rumah atau desanya terdampak dapat menjadi rentan pula terhadap berbagai penyakit,” jelasnya.

    Perubahan lingkungan yang drastis, stres, kurang tidur, air bersih terbatas, hingga paparan dingin membuat populasi sehat sekalipun menjadi lebih mudah terinfeksi.

    Ketersediaan air bersih menjadi faktor paling krusial dalam mencegah penyakit pascabencana.

    Pakar menegaskan risiko yang muncul tidak hanya penyakit yang secara klasik dikategorikan sebagai water-borne disease, tetapi juga penyakit lain yang mekanisme penularannya dipengaruhi sanitasi yang buruk.

    “Keempat jenis penyakit menular tadi perlu diantisipasi bersamaan. Krisis air bersih memperburuk banyak aspek, dari kebersihan makanan, higiene pribadi, hingga kualitas lingkungan,” katanya.

    Bencana juga berpotensi memperparah kondisi mereka yang mengidap penyakit tidak menular. Diabetes, akibat pola makan dan minum yang tidak teratur. Penyakit paru kronik (PPOK), yang dapat mengalami eksaserbasi akut karena lembap atau paparan debu serta hipertensi dan penyakit jantung, yang bisa kambuh akibat stres dan kurangnya obat rutin.

    “Situasi bencana dapat membuat pasien PTM tidak bisa mengakses obat atau kontrol rutin, sehingga risiko komplikasi meningkat,” ujarnya.

    Simak Video “Video: Menkes Pastikan Korban Longsor dan Banjir Sumut Dapat Layanan Kesehatan “
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Sering Jadi ‘Silent Killer’, Kenali Tanda-tanda Serangan Jantung

    Sering Jadi ‘Silent Killer’, Kenali Tanda-tanda Serangan Jantung

    Jakarta

    Serangan jantung kerap disebut sebagai silent killer karena gejalanya sering muncul tanpa disadari. Bahkan, tak sedikit orang baru menyadari serangan jantung ketika kondisinya sudah parah. Padahal, mengenali gejala awal penyakit jantung dapat meningkatkan peluang penanganan cepat dan menyelamatkan nyawa.

    Dokter Klinik Jantung dan Pembuluh Darah, Bethsaida Hospital Tangerang, dr. Raja Adil C. Siregar menjelaskan serangan jantung (infark miokard) adalah suatu serangan akut (tiba-tiba) yang disebabkan tertutupnya aliran darah pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner bertugas memberi pasokan darah yang berisi makanan dan oksigen ke otot jantung, agar otot jantung dapat memompa darah ke seluruh tubuh.

    “Karena aliran darahnya tertutup maka otot jantung yang tidak mendapat pasokan darah akan ‘menjerit’ secara tiba-tiba. Dapat terjadi nyeri dada (angina) disertai gejala penyerta lain sebagai akibat dari berkurangnya performance jantung,” ujar dr. Raja Adil dikutip dari situs resmi Bethsaida Hospital, Jumat (28/11/2025).

    dr. Raja Adil menjelaskan gejala dan tanda penyakit jantung tergantung dari berbagai faktor, seperti pembuluh koroner mana yang terkena, letaknya dan bentuknya. Kemudian, adanya penyakit penyerta (seperti diabetes), usia, jenis kelamin dan berbagai faktor lainnya.

    “Salah satu gejala penyakit jantung adalah apabila ada gejala nyeri dada kiri seperti tertekan benda berat, menjalar ke lengan kiri/punggung/leher, keringat dingin, sesak nafas, berdebar dll, kita dapat mencurigai itu sebagai tanda serangan jantung, tetapi apabila tidak ada gejala atau tidak berat gejalanya, tidak berarti bukan serangan jantung. Itu sebabnya serangan jantung disebut sebagai ‘silent killer’ (pembunuh diam-diam), artinya bisa saja tanpa gejala sekalipun dapat langsung fatal,” paparnya

    Tips Menghindari Serangan Jantung

    dr. Raja Adil pun membagikan tips menghindari serangan jantung. Salah satunya dengan melakukan pemeriksaan (cek) ke dokter lebih awal, jangan menunggu ada gejala.

    “Apabila menunggu gejala baru melakukan pemeriksaan, sering ternyata penyakit sudah lanjut, sehingga lebih sukar diobati dan tentu saja lebih berisiko untuk terjadi komplikasi. Periksakanlah diri anda seawal mungkin,” katanya.

    Saat ini, Bethsaida Hospital menyediakan berbagai paket untuk mendeteksi dini resiko kelainan pada jantung, dengan pengecekan nilai kalsium pada pembuluh darah. Ada pula Calcium Scoring, yakni pemeriksaan nilai kalsium pada pembuluh darah jantung menggunakan CT Scan.

    Metode ini merupakan cara non – invasif untuk memperoleh informasi tentang keberadaan, lokasi dan kadar sumbatan di arteri koroner (pembuluh darah yang mensuplai darah yang mengandung energi dan oksigen ke otot jantung).

    (akd/ega)

  • Siloam TB Simatupang Catat Prestasi Baru Bidang Kardiologi dan Neurologi

    Siloam TB Simatupang Catat Prestasi Baru Bidang Kardiologi dan Neurologi

    Jakarta

    Siloam Hospitals TB Simatupang sebagai fasilitas kesehatan swasta pilihan yang menyediakan layanan kesehatan di semua bidang medis dengan fokus khusus pada kardiologi, neuroscience, dan ortopedi, kembali membukukan prestasi.

    Keberhasilan ini membuktikan keunggulan unit kardiologi dan unit neuroscience yang ada di Siloam Hospitals TB Simatupang.

    Hingga bulan November 2025, Siloam TB Simatupang meraih prestasi di bidang kardiologi untuk penanganan berbagai prosedur diagnosis dan intervensi pada jantung dan pembuluh darah. Khususnya untuk tindakan ablasi, Siloam Hospitals TB Simatupang telah melakukan lebih dari 100 prosedur.

    Selain itu, Siloam Hospitals TB Simatupang juga melakukan Cardioneuroablation (CNA)/kardioneuroablasi, yakni prosedur ablasi kateter jantung yang bertujuan untuk menenangkan saraf otonom yang terlalu aktif dan mengganggu irama jantung. Dengan kardioneuroablasi, aktivitas saraf otonom bisa menjadi lebih baik.

    Atrial Fibrilasi (AF), salah satu bentuk aritmia (gangguan irama jantung) yang menyebabkan stroke sumbatan hingga 40 persen. Khususnya stroke pada orang muda, umumnya berkaitan dengan AF.

    Melakukan ablasi sedini mungkin pada pasien AF dapat mencegah stroke dan memperpanjang harapan hidup. Di Siloam Hospitals TB Simatupang, AF dapat dihilangkan melalui tindakan ablasi.

    Spesialis jantung dan pembuluh darah Prof Dr dr Yoga Yuniadi, SpJP(K), FIHA mengataan ada beberapa teknologi terbaru terkait prosedur ablasi yang bisa ditemukan di Siloam TB Simatupang.

    “Di Siloam Hospitals TB Simatupang, prosedur ablasi dengan teknologi terkini seperti RFA (Radio Frequency Ablation), CBA (Cryo Ballon Ablation) dan PFA (Pulse Field Ablation) telah menjadi pilihan dalam tata laksana aritmia,” kata dr Yoga yang juga Kepala Staf Medis Fungsional Bidang Kardiologi Siloam Hospitals TB Simatupang, dalam keterangan tertulis, Kamis (27/11/2025).

    “Di Siloam TB Simatupang, kami juga telah melakukan prosedur kardioneuro ablasi pada pasien mengalami Syncope/pingsan karena aktivitas saraf vagus yang berlebihan dan berhasil membantu pasien beraktivitas dengan normal,” sambungnya.

    Ablasi dilakukan dengan memasukkan kateter kecil melalui pembuluh darah ke jantung untuk memetakan jaringan jantung yang terlalu aktif. Kemudian, energi khusus (radio frequency, cryo atau pulse field) diberikan untuk ‘menenangkan’ jaringan tersebut.

    Prosedur dilakukan dengan bius lokal dan luka yang minimal sehingga pasien dapat pulang dalam waktu singkat.

    Foto: Dok. Siloam Hospitals TB Simatupang

    Prestasi Neuroscience

    Selain unit kardiologi, unit neuroscience juga membukukan prestasi. Sejak tahun 2020, Siloam Hospitals TB Simatupang secara konsisten mendapatkan ANGELS Awards.

    Kali ini, Siloam Hospitals TB Simatupang kembali meraih Status Diamond ANGELS Awards dari World Stroke Organization untuk kuartal ke-3 tahun 2025. Ini merupakan yang ke-11 kalinya Siloam Hospitals TB Simatupang meraih Status Diamond secara konsisten sejak tahun 2022.

    Diamond Status merupakan penghargaan tertinggi dalam penanganan kasus stroke.

    Spesialis Neurologi dr Peter Gunawan Ng, SpS mengatakan layanan untuk penanganan stroke di Siloam TB Simatupang termasuk salah satu yang terbaik di Indonesia.

    “Kami telah mampu menangani stroke kurang dari 60 menit. Salah satu yang kami lakukan adalah penggunan terapi trombolitik yang melarutkan gumpalan darah yang menyumbat aliran darah, sehingga mencegah kerusakan organ dan jaringan,” kata dr Peter.

    “Tim yang menangani stroke juga sangat terlatih. Ini karena penanganan stroke membutuhkan teknik khusus dan waktu penanganan yang sangat terbatas, mengingat golden period untuk stroke tidak lebih dari 4,5 jam. Capaian terbaik penangan pasien stroke dengan trombolisis yang pernah ditangani di Siloam Hospitals TB Simatupang adalah 13 menit,” sambungnya.

    Hospitals Director Siloam Hospitals TB Simatupang, dr Dewi Wiguna, M.Sc mengatakan keberhasilan ini menunjukkan komitmen tanpa henti dari manajemen dan tenaga medis rumah sakit.

    “Selain itu, kami didukung dengan peralatan medis canggih untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit jantung dan gangguan lainnya yang terkait dengan jantung, seperti stroke. Khusus untuk stroke, tim Stroke Ready Hospitals kami telah mengikuti Basic Neuro Life Support yaitu training khusus yang diadakan oleh World Stroke Organization (WSO) Angels Initiative,” kata dr Dewi.

    “Kami juga telah mengadopsi protokol penanganan stroke secara cepat dan tepat yang berstandar internasional. Selain itu, Siloam Hospitals TB Simatupang dilengkapi dengan fasilitas helipad untuk layanan medical evacuation. Layanan ini bisa mempercepat penanganan stroke,” sambungnya.

    dr Dewi menambahkan Siloam Hospitals TB Simatupang juga tersedia layanan medis komprehensif yang memudahkan pasien tetap berkonsultasi dengan multi disiplin dalam satu fasilitas kesehatan.

    “Harapan kami, semakin banyak orang yang menjadi lebih sehat dengan layanan medis yang ada di Siloam Hospitals TB Simatupang,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Perjuangan Ibu Lawan Kista Ovarium, Kembali untuk Keluarga”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

  • 8 Obat Tradisional Penurun Asam Urat dan Kolesterol, Ada Buah hingga Rempah

    8 Obat Tradisional Penurun Asam Urat dan Kolesterol, Ada Buah hingga Rempah

    Jakarta

    Asam urat dan kolesterol tinggi menjadi dua masalah kesehatan yang banyak dialami masyarakat. Kedua kondisi ini bisa muncul tanpa gejala awal yang jelas, tetapi membahayakan lantaran berpotensi berujung komplikasi bila dibiarkan.

    Tak heran banyak orang yang mencari obat tradisional atau alternatif yang dinilai lebih aman dan minim efek samping. Ada beberapa rempah hingga buah yang bisa dikonsumsi untuk membantu mengatasi asam urat dan kolesterol.

    Obat Tradisional Penurun Asam Urat

    Dari ceri hingga kembang sepatu, berikut beberapa obat asam urat alami yang bisa dikonsumsi.

    1. Ceri

    Menurut sebuah survei pada 2016, ceri, baik asam, manis, merah, maupun hitam, dalam bentuk ekstrak sebagai jus atau mentah menjadi pengobatan rumahan yang sangat populer dan berpotensi manjur bagi banyak orang.

    Dikutip dari laman Healthline, sebuah studi pada 2012 dan penelitian lain pada tahun yang sama menunjukkan ceri bisa berfungsi mencegah serangan asam urat. Penelitian ini merekomendasikan tiga porsi ceri dalam bentuk apa pun selama dua hari, yang dianggap paling efektif.

    2. Jahe

    Jahe merupakan makanan dan herba kuliner yang diresepkan untuk kondisi peradangan. Kemampuannya dalam membantu mengatasi asam urat telah terdokumentasi dengan baik.

    Sebuah studi menemukan jahe topikal mengurangi rasa sakit akibat asam urat. Selain itu, studi lainnya membuktikan subjek dengan kadar asam urat tinggi (hiperurisemia), berkurang berkat jahe. Subjek penelitian adalah tikus dan jahe yang dikonsumsi, bukan dioleskan.

    3. Air Hangat dengan Cuka Sari Apel, Lemon, dan Kunyit

    Cuka sari apel, air lemon, dan kunyit sering kali direkomendasikan untuk asam urat. Ketiganya bisa menjadi asupan yang nikmat.

    Meski begitu, belum ada penelitian kuat yang mendukung penggunaan cuka sari apel untuk asam urat. Namun, penelitian menunjukkan jus lemon dan kunyit bisa menurunkan asam urat.

    Campur perasan setengah buah lemon ke air hangat. Masukkan 2 sendok teh kunyit dan 1 sendok teh cuka sari apel. Sesuaikan selera. Minum 2-3 kali sehari.

    4. Kembang Sepatu

    Kembang sepatu merupakan obat herbal tradisional. Sebuah studi pada tikus menunjukkan bunga ini bisa menurunkan kadar asam urat.

    Obat Tradisional untuk Turunkan Kolesterol

    Untuk membantu mengatasi kolesterol, beberapa obat alami yang dapat dikonsumsi yaitu:

    1. Teh Hijau

    Teh hijau mengandung banyak katekin, antioksidan yang menurunkan kolesterol low-density lipoprotein LDL atau kolesterol jahat dan kolesterol total. Dikutip dari laman Times of India, sebuah studi menunjukkan bahwa konsumsi teh hijau secara teratur bisa meningkatkan kadar kolesterol dan menurunkan risiko penyakit jantung.

    Katekin mengontrol penyerapan kolesterol dan membantu hati membuang kolesterol.

    2. Kayu Manis

    Kayu manis merupakan rempah dengan rasa aromatik yang banyak digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia. Berbagai penelitian menunjukkan kayu manis bisa menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida.

    Polifenol dalam kayu manis merupakan antioksidan yang melawan peradangan dan kerusakan yang menyebabkan penyakit jantung.

    3. Kunyit

    Kunyit mengandung senyawa kurkumin yang mengurangi peradangan. Kurkumin bisa menurunkan kolesterol dengan membantu hati berfungsi lebih baik dan dengan mengurangi peradangan yang bisa menyumbat arteri. Namun, perlu diketahui, suplemen kunyit hanya boleh dikonsumsi di bawah pengawasan dokter.

    4. Biji Ketumbar

    Biji ketumbar digunakan dalam masakan dan pengobatan. Sebuah studi menunjukkan bahwa air atau ekstrak biji ketumbar bisa membantu menurunkan kolesterol LDL dan meningkatkan high-density lipoprotein HDL atau kolesterol baik. Hal ini karena biji ketumbar mengandung antioksidan dan vitamin yang bisa membantu tubuh memproses lemak dan melindungi jantung.

    (elk/naf)

  • Viral Anak Terinfeksi Streptococcus, Bakteri yang Bisa Picu Komplikasi Jantung

    Viral Anak Terinfeksi Streptococcus, Bakteri yang Bisa Picu Komplikasi Jantung

    Jakarta

    Salah seorang pegiat media sosial, Hiu Theresa, membagikan pengalaman anaknya, K, yang harus dirawat di rumah sakit akibat radang tenggorokan. Dari hasil pemeriksaan, diketahui K terinfeksi bakteri Streptococcus, bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada organ lain bila tidak ditangani.

    Theresa mengisahkan, awalnya K hanya mengalami sakit tenggorokan tanpa demam. K sempat kesulitan menelan, namun kondisinya terlihat membaik setelah diberi obat herbal dan essential oil.

    Beberapa hari kemudian, dan setelah kondisinya sempat membaik, K kembali menunjukkan gejala lain. Sekitar dua minggu setelah keluhan awal, tangan dan kakinya tampak bengkak, meski tanpa rasa sakit. Saat berada di sekolah, K mendadak merasa lemas dan harus beristirahat di klinik sekolah.

    “Malam harinya, dia mengeluh ‘aku kayaknya nggak bisa duduk lama-lama, kalau bangun sakit banget kakinya’. Saat itu saya melihat kedua telapak kakinya sudah bengkak dan kemerahan,” ungkap Theresa dikutip dari unggahannya di Instagram @hiu_theresa dengan izin yang bersangkutan, Rabu (26/11/2025).

    Muncul biduran di pergelangan kaki K, tapi tidak gatal. Tanda bengkak dan kemerahan juga muncul di area tangan. Theresa awalnya mengira itu hanyalah alergi.

    K akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan pemeriksaan alergi, virus, bakteri, toraks, dan sebagainya, hasilnya cukup baik. Dokter lantas melakukan tes ASTO untuk mengetahui infeksi bakteri Streptococcus grup A, dan hasilnya positif.

    Hasil ini cukup membuat Theresa khawatir mengingat infeksi ini dapat menyerang jantung.

    “Hasilnya positif, ini menandakan tubuhnya pernah atau sedang melawan infeksi strepto, jujur saat itu mulai tegang karena ini adalah bakteri yang menyerang sendi, jantung, dan ginjal,” ungkapnya.

    “Yang paling dikhawatirkan adalah jangan sampai dia keburu menyerang jantungnya,” sambung Theresa.

    Setelah dilakukan pemeriksaan USG jantung, dokter menyatakan jantung K masih bersih. Dokter bersyukur infeksi yang dialami oleh K bisa cepat ditemukan, sehingga belum memicu komplikasi. Dokter yang memeriksa kondisi K mengatakan, seringkali kondisi ini telat ketahuan sehingga memicu penyakit jantung.

    K harus menjalani proses pengobatan yang panjang. Ia perlu disuntik antibiotik sekali per 4 minggu selama 5 tahun. Ini perlu dilakukan untuk mencegah infeksi muncul kembali.

    “Seseorang yang pernah terinfeksi bakteri Strepto ini bisa terinfeksi kembali. Sistem imunnya bisa ‘salah serang’ tubuh sendiri, terutama jantung dan sendi. Ini menyebabkan seseorang mengalami ‘demam rematik’,” katanya.

    “Suntikan ini bukan untuk mengobati, tapi untuk mencegah agar tidak kambuh kembali,” tandas Theresa.

    Terlepas dari apa yang dialami oleh K, spesialis anak dr Rizky Amrullah Nasution, SpA mengungkapkan bakteri Streptococcus dapat menginfeksi saluran napas atau kulit. Jika telat ditangani, memang akan dapat memicu komplikasi jangka panjang, seperti pada ginjal dan jantung.

    “Kelainan jantung yang dapat muncul berupa penyakit jantung rematik yang timbul melalui reaksi imunologis tipe lambat yang muncul 1-5 minggu setelah terinfeksi bakteri streptococcus,” ungkap dr Rizky ketika dihubungi detikcom terpisah.

    Gejala yang biasanya muncul berupa radang tenggorokan disertai pembesaran kelenjar getah bening pada leher, dagu atau rahang bawah, dan belakang telinga. Pada banyak kasus, infeksinya juga dapat memicu demam, ini kembali pada kondisi anak yang mungkin dapat memicu gejala berbeda.

    ⁠”Segera bawa anak untuk periksa ke dokter bila terdapat gejala seperti tersebut di atas agar dokter dapat memutuskan terapi yang tepat, karena komplikasi dari infeksi streptococcus dapat dicegah dengan pemberian antibiotik yang optimal,” tandasnya dr Rizky.

    Halaman 2 dari 3

    (avk/suc)

  • Ini Gejala Stroke ‘Tersembunyi’ yang Jarang Disadari Orang Usia Muda

    Ini Gejala Stroke ‘Tersembunyi’ yang Jarang Disadari Orang Usia Muda

    Jakarta

    Stroke sering muncul tanpa peringatan. Dalam hitungan menit, ketidakseimbangan tiba-tiba, penglihatan kabur, atau bicara cadel yang bisa berubah menjadi kondisi darurat yang mengancam nyawa.

    Sel-sel otak mulai mati, kemampuan bicara, berpikir, hingga bergerak dapat hilang selamanya. Menurut ahli bedah saraf Dr Sunil Kutty dari New Era Hospital, Navi, Mumbai, kunci keselamatan selalu sama, yaitu kenali dengan cepat dan bertindak dengan cepat.

    “Stroke membutuhkan penanganan yang tepat waktu. Pengenalan dini dapat membuat perbedaan besar dalam mencegah kecacatan atau kematian,” tuturnya yang dikutip dari Times of India.

    Dr Kutty menegaskan stroke kini bukan hanya berisiko pada orang lanjut usia. Orang-orang yang berusia muda juga semakin rentan, terutama jika faktor risiko tersembunyi seperti gangguan tidur tidak disadari.

    Tanda-tanda Stroke yang Sering Tak Terlihat

    “Stroke terjadi saat aliran darah ke otak tersumbat atau pembuluh darah pecah, memutus suplai oksigen. Yang dalam hitungan menit, bisa menyebabkan kerusakan serius,” jelas Dr Kutty.

    Penanganan yang cepat sangat menentukan hasil. Berdasarkan studi tahun 2020 di Neurology, menunjukkan pasien yang mendapat perawatan dalam 0-90 menit memiliki waktu pemulihan 3 bulan yang jauh lebih baik.

    Dari studi tahun 2024 di Journal of Clinical Medicine juga menegaskan bahwa pengenalan dini adalah kunci mengurangi keterlambatan terapi.

    Faktor Risiko Stroke Tersembunyi

    Salah satu faktor risiko terbesar yang sering terlewat adalah apnea tidur obstruktif atau obstructive sleep apnea (OSA). Dr Amit Kulkarni dari Sakra World Hospital menyebut OSA sebagai penyebab ‘diam-diam’ stroke pada pasien muda.

    “Sekitar 50-70 persen orang yang mengalami stroke juga mengidap apnea tidur. OSA kini diakui sebagai salah satu faktor risiko utama stroke berulang,” terangnya.

    Penelitian 2005 di New England Journal of Medicine menemukan bahwa OSA meningkatkan risiko stroke atau kematian hampir dua kali lipat. Bahkan, setelah memperhitungkan hipertensi dan diabetes.

    Tinjauan tahun 2019 di Sleep Disorders & Stroke kembali menekankan perlunya skrining rutin.

    “Jika OSA tidak diobati pada pasien yang pernah mengalami stroke, risiko kekambuhan bisa mencapai 50 persen dalam dua tahun,” kata Dr Kulkarni.

    Maka dari itu, gejala seperti dengkuran berat, napas tersengal saat tidur, atau kantuk ekstrem di siang hari bukan hal sepele.

    ‘Golden Time’ Penanganan Stroke

    Pada stroke iskemik, obat pengencer darah harusnya diberikan maksimal 4,5 jam setelah gejala muncul. Pada kasus oklusi besar, prosedur trombektomi mungkin dibutuhkan. Jika terlambat sedikit saja bisa mengubah hidup seseorang.

    Sementara pada stroke hemoragik, intervensi cepat sama pentingnya. Tindakan terlambat dapat meningkatkan risiko kematian dan kecacatan permanen.

    “Setiap menitnya sangat berharga. Maka dari itu, kenali tanda-tandanya tanpa menunda,” beber Dr Kutty.

    Kecepatan mengenali dan mengatasi faktor risiko stroke dapat mencegah terjadinya keparahan. Salah satu tanda yang ditekankan adalah apnea tidur obstruktif.

    “Apnea tidur obstruktif adalah risiko tersembunyi. Bukan hanya untuk penyakit jantung, tetapi juga untuk stroke,” pungkas Dr Kulkarni.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Terungkap Lewat Studi, Kebiasaan Makan Ini Ternyata Bisa Bikin Depresi

    Terungkap Lewat Studi, Kebiasaan Makan Ini Ternyata Bisa Bikin Depresi

    Jakarta

    Makanan junkfood, seperti pizza, ayam goreng krispi, dan es krim memang lezat. Namun, beberapa penelitian menunjukkan makanan-makanan ini bisa membahayakan kesehatan fisik, bahkan mental.

    Faktanya, penelitian terbaru memperingatkan bahwa makanan ultra-olahan atau ultra-processed food bisa memicu ‘pandemi’ penyakit kronis. Hal tersebut tidak mengheranlan, sebab makanan ini biasanya tinggi kalori, lemak, gula, dan garam tambahan, sehingga bisa meningkatkan risiko obesitas serta kondisi terkait, seperti penyakit jantung, strike, dan diabetes tipe 2.

    Para ahli di dunia juga memperingatkan bahwa pola makan kaya makanan ultra olahan bisa menyebabkan penyakit ginjal, penyakit radang usus, dan kanker tertentu.

    Dikutip dari laman New York Post, ada satu dampak utama yang tidak terlalu menarik perhatian dibandingkan lainnya yaitu depresi. Penelitian terbaru dari Pakistan mengaitkan konsumsi banyak makanan ultra-olahan dengan risiko 20 persen hingga 50 persen lebih terkena depresi. Hal itu ditandai dengan hilangnya keinginan untuk beraktivitas dan perasaan sedih dan putus asa yang terus menerus.

    “Hubungan ini tetap signifikan bahkan setelah disesuaikan dengan potensi faktor pengganggu,” tulis para penulis studi minggu ini di European Medical Journal Gasroenterology.

    Para peneliti meninjau sembilan studi dengan lebih dari 79.700 peserta untuk menarik kesimpulan ini. Terdapat beberapa teori yang mendukung hubungan ini.

    Salah satunya adalah makanan cepat saji dapat langsung menyebabkan lonjakan gula darah, yang dikaitkan dengan suasana hati yang negatif, stres, dan kecemasan. Makanan ini juga kekurangan nutrisi penting, seperti vitamin B, vitamin D, magnesium, dan asam lemak omega-3, yang penting untuk kesehatan otak. Hubungan antara otak dan usus adalah kuncinya.

    “Penelitian menunjukkan bahwa mikrobiota usus individu yang depresi berbeda secara signifikan dibandingkan individu yang sehat,” catat para peneliti dari Pakistan.

    “Dari data yang ada, penulis dapat menyimpulkan bahwa bakteri usus dapat bereaksi dengan sistem saraf dan mengakibatkan depresi.”

    Para penulis studi menekankan, bakteri usus menghasilkan zat kimia yang berkaitan dengan suasana hati, yaitu serotonin, dopamin, dan Gamma-Aminobutyric Acid (GABA). Mengganggu keseimbangan bakteri yang sensitif ini bisa mengubah kadar neurotransmitter.

    Dikutip dari laman Cleveland Clinic, neurotransmitter membawa pesan dari satu sel saraf melintasi ruang ke sel saraf otot, atau kelenjar berikutnya. Pesan-pesan ini membantu dalam menggerakkan anggota tubuh, merasakan sensasi, hingga merespons semua informasi yang diterima tubuh dari bagian dalam dan lingkungan sekitar.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/suc)

  • Dialami Wanita Wonogiri, Neurolog Beberkan Alasan Stroke Bisa Terjadi di Usia Muda

    Dialami Wanita Wonogiri, Neurolog Beberkan Alasan Stroke Bisa Terjadi di Usia Muda

    Jakarta

    Stroke tidak hanya menyerang orang lanjut usia, tetapi juga dapat terjadi pada usia muda. Hal ini dialami oleh Delia, seorang wanita asal Wonogiri, Jawa Tengah, yang terkena stroke pada 29 Agustus 2025, saat usianya baru 20 tahun.

    Ia mengaku kondisi tersebut dipicu oleh banyaknya masalah yang membuatnya mengalami stres berat. “Awalnya emang lagi ada masalah yang menurutku ni bener-bener buat aku down gitu. Jadinya kepikiran berat,” ucapnya melalui akun TikTok-nya atas izin yang bersangkutan, Sabtu (22/11/2025).

    Gejala awal yang dirasakan Delia berupa pusing hebat disertai kesulitan berbicara. Tubuhnya masih dapat digerakkan, tetapi terasa sangat lemas.

    Delia sempat menunggu karena mengira gejalanya akan membaik dengan sendirinya. Namun hingga dua jam berlalu, kemampuan bicaranya tak juga pulih. Walhasil dirinya langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

    “Pas di rumah sakit di Wonogiri deket rumah, itu cuma pembengkakan otak itu sudah di CT scan. Tapi dokter spesialisnya bilang kalau cuma pembengkakan otak kok nggak bisa ngomong, ini harus di MRI gitu kan mangkanya dirujuk ke rumah sakit yang ada di Solo,” katanya.

    Setelah dirujuk, Delia menjalani MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT scan (Computed Tomography), dan serangkaian pemeriksaan lainnya. Bahkan Ia ditempatkan di ruang High Care Unit (HCU) untuk pemantauan intensif karena gejalanya mengarah pada stroke.

    “Di rumah sakit solo. Transcranial Doppler (TCD) nya itu hasilnya penyumbatan di pembuluh darah dan kaku gitu pembuluh darahnya. Jadi kalo banyak pikiran pembuluh darahnya bakal mengkaku dan menyumbat lagi,” tuturnya lagi.

    Setelah lima hari di HCU dan menjalani terapi, kondisinya berangsur membaik. Kemampuan bicaranya perlahan kembali, meski masih terdengar pelo. Delia kemudian diperbolehkan pulang dengan terapi lanjutan dan obat pengencer darah yang harus diminum setiap hari.

    Meski kondisi berangsur membaik, ia mengaku sempat kembali ‘kolaps’. Menurutnya, hal itu terjadi karena ia kembali mengalami stres.

    “Kambuh itu. Hampir gak ada. Sumpah kayak aduh sampe matanya udah (madep) keatas. Nggak bisa ngomong lagi. Tangan udah dingin, kaki udah dingin. Ah udah gitu lah pokoknya. Itu juga karena aku ada pikiran lagi, berlebihan lagi. Kayak terlalu apa yang aku pikirin itu kayak terlalu over gitu loh,” sambungnya.

    Pemicu stroke di usia muda

    Direktur Medik dan Keperawatan RS PON, dr Reza Aditya Arpandy, SpS, menjelaskan penyebab stroke di usia muda kerap kali berbeda dengan usia lanjut. Beberapa pemicu yang cukup sering ditemukan antara lain kelainan pembuluh darah bawaan, seperti aneurisma (pelebaran pembuluh darah yang mudah pecah) dan AVM/arteriovenous malformation (hubungan abnormal antara arteri dan vena).

    Selain itu, lanjutnya, ada penyakit jantung tertentu yang bisa membuat bekuan darah naik ke otak, misalnya kelainan katup jantung, PFO/patent foramen ovale (lubang kecil yang tidak menutup sejak lahir), atau aritmia seperti atrial fibrillation.

    “Gangguan pembekuan darah juga bisa meningkatkan risiko, misalnya kondisi trombofilia, antiphospholipid syndrome, atau kelainan genetik yang membuat darah terlalu mudah menggumpal,” katanya saat dihubungi detikcom, Senin (24/11/2025).

    “Stroke pada usia muda juga bisa dipicu oleh cedera leher yang menyebabkan robekan pembuluh darah, serta penyakit seperti lupus, vaskulitis, atau infeksi tertentu. Pada sebagian kecil kasus, migrain berat juga berperan,” lanjutnya.

    Sementara dari sisi gaya hidup, dr Reza mengatakan faktor risiko seperti merokok, kurang tidur, obesitas, konsumsi minuman berenergi berlebihan, serta penggunaan pil kontrasepsi pada perempuan yang merokok atau memiliki migrain turut meningkatkan risiko. Terlebih banyak anak muda tidak menyadari bahwa mereka memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes tanpa gejala.

    “Karena itu, stroke pada usia muda biasanya terjadi karena kombinasi faktor bawaan dan gaya hidup, bukan hanya karena stres,” lanjutnya.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Dialami Wanita Wonogiri, Neurolog Beberkan Alasan Stroke Bisa Terjadi di Usia Muda

    Dialami Wanita Wonogiri, Neurolog Beberkan Alasan Stroke Bisa Terjadi di Usia Muda

    Jakarta

    Stroke tidak hanya menyerang orang lanjut usia, tetapi juga dapat terjadi pada usia muda. Hal ini dialami oleh Delia, seorang wanita asal Wonogiri, Jawa Tengah, yang terkena stroke pada 29 Agustus 2025, saat usianya baru 20 tahun.

    Ia mengaku kondisi tersebut dipicu oleh banyaknya masalah yang membuatnya mengalami stres berat. “Awalnya emang lagi ada masalah yang menurutku ni bener-bener buat aku down gitu. Jadinya kepikiran berat,” ucapnya melalui akun TikTok-nya atas izin yang bersangkutan, Sabtu (22/11/2025).

    Gejala awal yang dirasakan Delia berupa pusing hebat disertai kesulitan berbicara. Tubuhnya masih dapat digerakkan, tetapi terasa sangat lemas.

    Delia sempat menunggu karena mengira gejalanya akan membaik dengan sendirinya. Namun hingga dua jam berlalu, kemampuan bicaranya tak juga pulih. Walhasil dirinya langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

    “Pas di rumah sakit di Wonogiri deket rumah, itu cuma pembengkakan otak itu sudah di CT scan. Tapi dokter spesialisnya bilang kalau cuma pembengkakan otak kok nggak bisa ngomong, ini harus di MRI gitu kan mangkanya dirujuk ke rumah sakit yang ada di Solo,” katanya.

    Setelah dirujuk, Delia menjalani MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT scan (Computed Tomography), dan serangkaian pemeriksaan lainnya. Bahkan Ia ditempatkan di ruang High Care Unit (HCU) untuk pemantauan intensif karena gejalanya mengarah pada stroke.

    “Di rumah sakit solo. Transcranial Doppler (TCD) nya itu hasilnya penyumbatan di pembuluh darah dan kaku gitu pembuluh darahnya. Jadi kalo banyak pikiran pembuluh darahnya bakal mengkaku dan menyumbat lagi,” tuturnya lagi.

    Setelah lima hari di HCU dan menjalani terapi, kondisinya berangsur membaik. Kemampuan bicaranya perlahan kembali, meski masih terdengar pelo. Delia kemudian diperbolehkan pulang dengan terapi lanjutan dan obat pengencer darah yang harus diminum setiap hari.

    Meski kondisi berangsur membaik, ia mengaku sempat kembali ‘kolaps’. Menurutnya, hal itu terjadi karena ia kembali mengalami stres.

    “Kambuh itu. Hampir gak ada. Sumpah kayak aduh sampe matanya udah (madep) keatas. Nggak bisa ngomong lagi. Tangan udah dingin, kaki udah dingin. Ah udah gitu lah pokoknya. Itu juga karena aku ada pikiran lagi, berlebihan lagi. Kayak terlalu apa yang aku pikirin itu kayak terlalu over gitu loh,” sambungnya.

    Pemicu stroke di usia muda

    Direktur Medik dan Keperawatan RS PON, dr Reza Aditya Arpandy, SpS, menjelaskan penyebab stroke di usia muda kerap kali berbeda dengan usia lanjut. Beberapa pemicu yang cukup sering ditemukan antara lain kelainan pembuluh darah bawaan, seperti aneurisma (pelebaran pembuluh darah yang mudah pecah) dan AVM/arteriovenous malformation (hubungan abnormal antara arteri dan vena).

    Selain itu, lanjutnya, ada penyakit jantung tertentu yang bisa membuat bekuan darah naik ke otak, misalnya kelainan katup jantung, PFO/patent foramen ovale (lubang kecil yang tidak menutup sejak lahir), atau aritmia seperti atrial fibrillation.

    “Gangguan pembekuan darah juga bisa meningkatkan risiko, misalnya kondisi trombofilia, antiphospholipid syndrome, atau kelainan genetik yang membuat darah terlalu mudah menggumpal,” katanya saat dihubungi detikcom, Senin (24/11/2025).

    “Stroke pada usia muda juga bisa dipicu oleh cedera leher yang menyebabkan robekan pembuluh darah, serta penyakit seperti lupus, vaskulitis, atau infeksi tertentu. Pada sebagian kecil kasus, migrain berat juga berperan,” lanjutnya.

    Sementara dari sisi gaya hidup, dr Reza mengatakan faktor risiko seperti merokok, kurang tidur, obesitas, konsumsi minuman berenergi berlebihan, serta penggunaan pil kontrasepsi pada perempuan yang merokok atau memiliki migrain turut meningkatkan risiko. Terlebih banyak anak muda tidak menyadari bahwa mereka memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes tanpa gejala.

    “Karena itu, stroke pada usia muda biasanya terjadi karena kombinasi faktor bawaan dan gaya hidup, bukan hanya karena stres,” lanjutnya.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)