Topik: penyakit jantung

  • Lahan bekas RS Sumber Waras mulai dibersihkan

    Lahan bekas RS Sumber Waras mulai dibersihkan

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai membersihkan area lahan seluas 3,6 hektare bekas Rumah Sakit Sumber Waras di Jalan Kyai Tapa, Tomang, Jakarta Barat, pada Selasa.

    Dalam perencanaannya, lahan itu akan diperuntukkan bagi pembangunan layanan kesehatan yang lebih terpadu dan terintegrasi. Seperti layanan rumah sakit tipe A atau yang lebih luas lagi.

    “Seiriing dengan rencana kerja jangka pendek dan menengah Gubernur DKI Jakarta, kami akan mendalami pemanfaatannya untuk pengembangan rencana layanan yang lebih terpadu dan terintegrasi,” kata Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Purwadi di Jakarta.

    Namun demikian, peruntukan lahan itu masih dalam proses pembahasan. Pihaknya tengah fokus melakukan pembersihan.

    “Tapi, melihat perubahan demografi angka penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, kanker, mungkin akan lebih fokus ke sana. Tapi, saat ini masih dalam pembahasan dengan tim kerja di Dinas Kesehatan DKI Jakarta,” kata dia.

    Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat (Adkesra) Setko Jakarta Barat, Amien Haji mengatakan bahwa pembersihan akan dilakukan lintas sektor.

    “Nanti dalam pelaksanaannya, Sudin Kesehatan serta Sudin Pertamanan dan Hutan Kota berkoordinasi untuk pembersihan. Karena banyak pohon yang sudah tumbuh rindang,” katanya.

    Berdasarkan hasil koordinasi, pembersihan lahan itu ditargetkan rampung pada Agustus mendatang. “Mudah-mudahan, target bulan Agustus bisa kelar,” kata dia.

    Ketua Yayasan Sumber Waras, Safzen Noerdin mengatakan, pihaknya telah menawarkan kerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta terkait pemanfaatan lahan tersebut. Bila tidak diperuntukkan untuk rumah sakit, lahan itu bisa dimanfaatkan untuk pembangunan sarana pendidikan.

    “Bila nanti dianggap tidak mungkin buat rumah sakit, karena sudah kebanyakan rumah sakit, bisa dimanfaatkan untuk sarana pendidikan. Karena di sini, kami ada sekolah tinggi ilmu kesehatan,” katanya.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Dokter Ungkap Tanda-tanda Henti Jantung, Penyebab Hulk Hogan Meninggal

    Dokter Ungkap Tanda-tanda Henti Jantung, Penyebab Hulk Hogan Meninggal

    Jakarta

    Hulk Hogan telah menjalani pertandingan terakhirnya, dikalahkan bukan oleh rival di atas ring, melainkan oleh henti jantung. Meskipun Hogan, 71 tahun, mungkin telah membangun warisannya dengan bertahan dari body slam dan kandang baja, henti jantung terbukti menjadi salah satu lawan yang bahkan tak dapat diatasi oleh sang legenda berkumis tebal itu.

    “Dia menderita sesak napas, mudah lelah, kehilangan banyak berat badan, dan harus menggunakan oksigen saat nyawanya melayang di rumahnya di Clearwater, Florida,” ungkap seorang sumber kepada Daily Mail mengenai momen-momen terakhir Hulk Hogan.

    Henti jantung adalah keadaan darurat medis yang mematikan di mana jantung tiba-tiba berhenti berdetak, atau berdetak sangat tidak teratur sehingga tidak dapat memompa darah sama sekali. Ketika itu terjadi, oksigen berhenti mengalir ke otak dan organ-organ vital. Dalam beberapa menit, tubuh mulai mati, dan tanpa bantuan segera, risiko kematiannya tinggi.

    “Tanda-tanda umum henti jantung meliputi hilangnya kesadaran secara tiba-tiba dengan mata berputar ke belakang, aktivitas seperti kejang akibat kurangnya aliran oksigen ke otak, dan pernapasan tidak teratur, sesak, atau bahkan tidak bernapas sama sekali,” ujar Dr Irfan Asif, profesor dan ketua Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas di University of Alabama di Birmingham dikutip dari NYPost.

    “Selain itu, seseorang yang mengalami henti jantung mungkin memiliki denyut nadi yang sangat lemah atau bahkan tidak teraba denyut nadinya sama sekali,” sambungnya.

    Tanda-tanda peringatan lain yang dapat muncul sebelum henti jantung meliputi rasa tidak nyaman di dada, sesak napas, lemas, dan palpitasi jantung seperti jantung berdebar kencang, berdebar-debar, atau berdebar-debar.

    Namun, inilah masalahnya: Terkadang tidak ada peringatan sama sekali. Itulah sebabnya mengetahui cara merespons ketika seseorang terkena henti jantung dapat menentukan hidup dan mati.

    Siapa yang berisiko mengalami henti jantung?

    Penyebab paling umum henti jantung adalah irama jantung yang tidak teratur yang disebut fibrilasi ventrikel, yang membuat jantung tidak dapat memompa darah secara efektif.

    Kondisi jantung tertentu seperti penyakit arteri koroner, masalah katup jantung, dan riwayat serangan jantung-dapat meningkatkan risiko irama jantung yang berbahaya ini. Namun, henti jantung juga dapat menyerang orang yang tidak memiliki masalah jantung.

    Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko meliputi:

    Merokok atau penggunaan alkohol/narkoba yang berlebihanTekanan darah tinggi atau kolesterolKadar kalium atau magnesium yang rendahObesitasDiabetesSleep apneaPenyakit ginjal kronisGaya hidup yang tidak banyak bergerakRiwayat keluarga dengan penyakit jantung atau henti jantung

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Cek Kesehatan Jemaah Haji: Seremonial atau Penyelamatan?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        29 Juli 2025

    Cek Kesehatan Jemaah Haji: Seremonial atau Penyelamatan? Nasional 29 Juli 2025

    Cek Kesehatan Jemaah Haji: Seremonial atau Penyelamatan?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Pemeriksaan kesehatan jemaah haji atau istithaah kembali menjadi sorotan setelah penyelenggaraan ibadah haji 2025 selesai dilaksanakan.
    Meski diwajibkan, pelaksanaannya dinilai belum efektif mencegah keberangkatan jemaah dengan kondisi kesehatan berat.
    Kasus
    jemaah hilang
    , meninggal dunia, hingga melahirkan di Tanah Suci pun mencuat dan memunculkan pertanyaan: apakah pemeriksaan kesehatan yang diterapkan selama ini benar-benar bertujuan menyelamatkan, atau hanya formalitas belaka?
    Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji (BP Haji) Dahnil Anzar Simanjuntak mengungkapkan bahwa pihaknya menemukan banyak jemaah dengan kondisi kesehatan tak sesuai standar, tetap lolos dan diberangkatkan ke Tanah Suci.
    Temuan itu didapat saat BP Haji melakukan pengawasan langsung di lapangan selama pelaksanaan ibadah haji 2025 berlangsung.
    “Bahkan yang saya cek langsung, saya langsung melihat, di safari wukuf saya cek. Karena saya ingin tahu di lapangan kondisinya. Saya langsung cek tempat penampungan hotel cadangan, sementara saya lihat banyak yang sakit kok bisa berangkat di sini,” ujar Dahnil saat wawancara khusus bersama Kompas.com, Rabu (3/7/2025).
    “Salah satunya demensia misalnya, ada yang diabetes kronis. Belakangnya itu ibu-ibu, belakangnya itu ada (luka) bolong. Kalau orang diabetes, luka itu kan bisa membesar. Nah ini sudah bolong, berarti kan cek kesehatan ini (kurang maksimal),” sambungnya.
    Menurut dia, persoalan utama ada pada ketidakjujuran dalam proses cek kesehatan, baik dari pihak pemeriksa maupun dari jemaah itu sendiri.
    Berkaca dari kondisi tersebut, Dahnil pun menilai hal ini menunjukkan masih adanya celah sistemik yang memungkinkan manipulasi data kesehatan.
    “Nah, praktik-praktik manipulasi kesehatan itu masih banyak ditemukan. Anda bayangkan masa yang demensia bisa lolos. Bayangkan juga ya, lebih tragis yang hamil besar bisa lolos berangkat, akhirnya bisa lahiran di sana,” ucap Dahnil.
    Sebanyak 447 jemaah haji asal Indonesia meninggal dunia berdasarkan laporan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag).
    Dari 447 jemaah haji yang meninggal dunia, 274 orang atau 61,30 persen di antaranya adalah jemaah haji laki-laki.
    Sedangkan 38,70 persen atau 173 lainnya adalah jemaah haji perempuan.
    Penyebab dominan dari
    kematian jemaah haji
    adalah penyakit jantung, seperti syok kardiogenik dan gangguan jantung iskemik akut, serta sindrom gangguan pernapasan akut pada orang dewasa.
    Sementara itu, masih ada tiga jemaah haji yang hilang di Tanah Suci.
    Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan, tiga jemaah lansia tersebut mengalami demensia.
    Hingga kini, proses pencarian jemaah haji hilang tersebut masih terus dilakukan oleh Kementerian Agama (Kemenag) dengan dukungan pihak kepolisian Arab Saudi.
    “Kami mencari tidak ada batas waktu ya. Buktinya, ada jemaah haji tahun lalu yang hingga 2024 masih terbaring di rumah sakit Madinah, kami pun tetap memberikan perhatian,” kata Nasaruddin dalam konferensi pers Penutupan Operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji 1446 H/2025 M, di Kantor Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (14/7/2025).
    Dalam rangka mendukung proses identifikasi, Kemenag juga akan meminta sampel DNA dari keluarga ketiga jemaah tersebut.
    Langkah ini diambil menyusul adanya temuan jenazah yang belum teridentifikasi di wilayah Arab Saudi oleh otoritas setempat.
     
    “Supaya nanti kami akan cocokkan, siapa tahu di antara yang hilang itu ada di sana,” jelas Nasaruddin.
    Temuan persoalan kesehatan jemaah haji ini diperkuat laporan Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI yang mengungkapkan berbagai masalah dalam penyelenggaraan haji 2025.
    Salah satunya adalah masih adanya jemaah yang tidak memenuhi syarat kesehatan namun tetap diberangkatkan.
    “Terdapat temuan jemaah haji yang berangkat tidak sesuai dengan ketentuan istithaah kesehatan, atau kemampuan untuk berangkat secara kesehatan,” ungkap Cucun.
    Timwas juga mendapati adanya pembatasan layanan kesehatan di hotel-hotel selama di Makkah.
    Kondisi ini menyulitkan jemaah untuk mendapatkan perawatan, terutama saat fase puncak ibadah di Arafah dan Mina.
    Tak sampai di situ, Wakil Ketua DPR RI itu mengungkapkan bahwa Timwas Haji juga menyoroti masih ada tiga jemaah haji Indonesia yang hilang di Tanah Suci dan sampai saat ini belum ditemukan.
    Adapun ketiga jemaah haji yang belum ditemukan itu adalah Nurimah (80 tahun) dari Kelompok Terbang 19 Embarkasi Palembang, Sukardi (67) dari Kelompok Terbang 79 Embarkasi Surabaya, dan Hasbullah (75) dari Kloter 7 Embarkasi Banjarmasin.
    Ketiga disebut memiliki riwayat demensia.
    “Timwas juga memberi perhatian serius atas belum ditemukannya 3 orang jemaah haji yang hilang, dan mendesak kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama Republik Indonesia untuk terus mencari, dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait di Arab Saudi, termasuk pemerintahan Kerajaan Arab Saudi,” pungkas Cucun.
    Sebagai bagian dari evaluasi dan pembenahan, BP Haji berencana menerapkan manasik kesehatan sebagai langkah persiapan wajib bagi calon jemaah.
    Program ini akan melibatkan tim medis sejak satu hingga dua tahun sebelum keberangkatan jemaah.
    “Jadi manasik itu, bukan hanya manasik haji itu hanya manasik syariatnya, manasik fiqihnya. Tapi juga manasik kesehatannya,” kata Dahnil.
    Dalam pelaksanaannya, lanjut Dahnil, para jemaah akan diajarkan bagaimana menjaga fisik, menghadapi cuaca ekstrem, dan menjalani ibadah panjang dengan kondisi tubuh prima.
    “Jadi kan terus dibimbing. Kalau manasik haji secara syariat itu bagaimana sih cara tawaf, cara sa’i. Nah kalau manasik kesehatan, kita akan mempunyai perjalanan kesehatan kita seperti apa,” ungkap Dahnil.
    “Apalah kan kemungkinan 2026-2027 cuaca akan berbeda. Karena ada ramalan cuaca, haji 2025 itu haji terakhir (dengan) musim panas misalnya. 2026-2027 akan berubah ke musim yang lebih dingin dan itu bisa terjadi,” sambungnya.
    Dahnil juga menegaskan bahwa penilaian kelayakan jemaah seharusnya tidak boleh lagi berbasis usia semata.
    Dia pun mengingatkan kembali arti dari kata istithaah, yakni kemampuan.
    “Nah itu yang juga kita akan lebih ketat. Jadi ukuran kita bukan umur, ukuran kita ya istithaah. Makna istithaah itu kan kemampuan, karena ada yang masih muda, lebih tidak sehat,” ucap Dahnil.
    “Bisa jadi ada orang usianya 70 tahun, tapi dia lebih sehat ketimbang usia 40 tahun, bisa begitu kan. Ukurannya adalah istithaah kesehatan, bukan usianya, karena ada yang usia 80 tahun kuat sekali, fit gitu loh,” tambahnya.
    Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Nasdem turut mendorong agar tahapan istithaah atau skrining kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan lebih dimaksimalkan.
    Dia pun mengusulkan agar calon jemaah haji lansia wajib menjalani pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE), guna mendeteksi gangguan demensia sebelum keberangkatan.
    “Optimalisasi
    skrining kesehatan mental
    pra-keberangkatan. Neurolog menyarankan agar calon haji lansia menjalani tes MMSE (Mini Mental State Examination) untuk mendeteksi apakah mereka mengalami demensia ringan, sedang, atau berat sebelum diberangkatkan. Proses skrining bersifat wajib untuk lansia,” kata Dini.
    Dia juga menyarankan pemerintah mempertimbangkan ulang keberangkatan jemaah haji lansia yang memiliki demensia sedang hingga berat, demi keamanan dan keselamatan selama beribadah.
    “Jemaah yang mengalami demensia sedang hingga berat biasanya ditunda atau dilarang berangkat, karena kondisinya dapat membahayakan diri sendiri selama ibadah. Hanya peserta dengan demensia ringan yang masih diperbolehkan melanjutkan perjalanan ibadah,” kata Dini.
    Kementerian Kesehatan meminta pemerintah memberlakukan standar kesehatan yang lebih ketat untuk mengukur mampu dan tidaknya jemaah melaksanakan ibadah haji.
    Pada hari ke-60 pelaksanaan ibadah haji, Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi Mohammad Imran menyoroti angka kematian Indonesia yang saat itu mencapai 418 orang.
    Imran menyebut kondisi ini sebagai peringatan serius, dan menekankan pentingnya pengetatan dalam pemeriksaan kesehatan sebagai syarat istitha’ah atau kemampuan berhaji.
    “Ibadah haji merupakan kegiatan pengumpulan massa terlama dan terberat bagi kaum muslimin dari sisi aktivitas fisik ibadahnya,” kata Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Mohammad Imran, dalam keterangannya, Rabu (2/7/2025).
    Imran menjelaskan, angka kematian tersebut tercatat berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes) per 30 Juni 2025 pada pukul 16.00 waktu Arab Saudi.
    “Meningkatnya jemaah haji yang meninggal dunia merupakan alarm tanda bahaya bagi kita semua. Kami perlu memastikan bahwa setiap jemaah yang berangkat benar-benar memenuhi kriteria istitha’ah kesehatan,” tuturnya.
    Kemenkes sendiri telah menetapkan standar pemeriksaan kesehatan jemaah melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/508/2024.
    Regulasi ini merupakan perubahan atas aturan sebelumnya, dan mencakup pemeriksaan fisik, kognitif, mental, serta kemampuan menjalani aktivitas keseharian.
    Implementasi istitha’ah kesehatan yang ketat diharapkan dapat menyaring calon jemaah haji yang memiliki risiko tinggi atau kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan menjalani ibadah haji yang menuntut fisik.
    “Pemerintah Indonesia juga perlu diberikan kemudahan dalam legalitas operasional layanan kesehatan haji selama di Arab Saudi. Persoalan penyelenggaraan kesehatan haji adalah tanggung jawab bersama,” imbuh dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kejagung Lamban Tetapkan Nadiem Tersangka, Dicurigai Ada Unsur Politis

    Kejagung Lamban Tetapkan Nadiem Tersangka, Dicurigai Ada Unsur Politis

    GELORA.CO – Pengamat hukum dari Universitas Bung Karno, Hudi Yusuf menduga, ada unsur politis di balik lambannya Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan eks Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim (NAM) sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook pada program digitalisasi pendidikan Kemendikbudristek tahun 2019–2022.

    Hudi mempertanyakan mengapa Kejagung belum juga menetapkan Nadiem sebagai tersangka, meski dua alat bukti dinilainya sudah terpenuhi. Alat bukti tersebut antara lain keterangan lebih dari 80 saksi serta dokumen terkait investasi Google ke GoTo (dulu Gojek), yang disebut berkaitan dengan keterlibatan Nadiem dalam kasus ini.

    “Ya agak lama ya (Nadiem ditetapkankan sebagai tersangka oleh Kejagung). Apa alasannya tidak menetapkan Nadiem sebagai tersangka tuh? Apa alasannya kalau udah ada bukti dokumen, terus saksi-saksi udah bersaksi gitu kan? Yang mengaitkan Nadiem misalnya,” kata Hudi ketika dihubungi Inilah.com, Jakarta, Senin (28/7/2025).

    Menurut Hudi, Kejagung tidak perlu ragu dalam mengambil langkah hukum terhadap Nadiem.

    “Saya pikir sebenarnya Kejagung itu tidak usah ragu-ragu kalau sudah cukup dua alat bukti kan begitu. Buat apa lagi ragu-ragu kalau sudah cukup dua alat bukti ya tetapkan aja Nadiem sebagai tersangka kan?,” ucapnya.

    Ketika disinggung soal pergantian Direktur Penyidikan Jampidsus dari Abdul Qohar—yang kini menjabat Kajati Sulawesi Tenggara—ke Nurcahyo Jungkung Madyo, Hudi juga menaruh curiga. Namun, ia mencoba berpikir positif.

    “Kalau saya sih berusaha berprasangka baik aja ya. Mungkin yang lama itu tuh ‘dibuang’ tuh ya ke Sultra kan. Ganti yang baru. Siapa tahu lebih cepat gitu kan,” sentilnya.

    Hudi menekankan, Kejagung harus bekerja secara profesional dan tidak boleh dipengaruhi kekuatan politik dalam penanganan kasus ini. “Kasus pidana harus tetap kasus hukum dan jangan berubah menjadi kasus politik,” ucapnya.

    Sebelumnya, penyidik Jampidsus tengah menelusuri potensi keuntungan yang diduga diperoleh Nadiem dalam proyek pengadaan Chromebook tahun anggaran 2020–2022. Salah satu fokus penyidikan adalah hubungan antara investasi Google ke Gojek dan proyek digitalisasi pendidikan.

    Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk menetapkan pendiri Gojek tersebut sebagai tersangka.

    “Apa keuntungan yang diperoleh oleh NAM, ini yang sedang kami dalami. Penyidik fokus ke sana, termasuk tadi disampaikan adanya investasi dari Google ke Gojek. Kami sedang masuk ke sana,” kata eks Direktur Penyidikan Jampidsus, Abdul Qohar, di Gedung Bundar Kejagung, Jakarta Selatan, Selasa (15/7/2025).

    Qohar menambahkan, jika bukti telah mencukupi, penetapan tersangka akan diumumkan secara resmi.

    “Nanti kalau pada saatnya alat bukti cukup tentu akan kita rilis kepada teman-teman wartawan,” ujarnya.

    Nadiem sendiri telah diperiksa penyidik pada Selasa (15/7/2025) selama 9 jam 7 menit, dari pukul 09.00 WIB hingga 18.07 WIB. Salah satu materi pemeriksaan adalah keterkaitan antara investasi Google di Gojek dengan proyek pengadaan Chromebook. Hal ini diperkuat dengan penyitaan dokumen dan barang bukti elektronik saat penggeledahan di kantor GoTo, Selasa (8/7/2025).

    “Ya itu yang mau didalami, makanya ada kaitan investasi, apakah itu mempengaruhi, apakah investasi itu betul, ya kan, lalu apakah kalau itu betul apakah itu mempengaruhi terhadap pengadaan Chromebook, ya kan, nah karena kan pengadaan Chromebook ini pemerintah,” ujar eks Kapuspenkum Kejagung, Harli Siregar, di Kompleks Kejagung, Jakarta Selatan, Selasa (15/7/2025).

    Google diketahui pernah berinvestasi di Gojek saat Nadiem masih menjabat CEO. Pada pertengahan 2019, Gojek mencairkan pendanaan Seri F senilai USD 1 miliar (sekitar Rp14 triliun saat itu) dari Google dan sejumlah investor lainnya. Tak lama setelah itu, Nadiem mengundurkan diri untuk menjabat sebagai Mendikbudristek.

    Kolaborasi antara Kemendikbudristek di bawah kepemimpinan Nadiem dan Google terus berlangsung, termasuk dalam pengadaan laptop berbasis ChromeOS yang kini menjadi objek penyidikan.

    Dalam konstruksi perkara, penyidik menyoroti peran Jurist Tan, mantan staf khusus Nadiem, yang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Pada Februari dan April 2020, Nadiem disebut bertemu langsung dengan perwakilan Google, WKM dan PRA, untuk membahas kerja sama pengadaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Jurist Tan, atas perintah Nadiem, menindaklanjuti pembicaraan tersebut, termasuk menyampaikan permintaan kontribusi investasi sebesar 30 persen dari Google.

    “Selanjutnya Tersangka JT menyampaikan co-investment 30 persen dari Google untuk Kemendikbudristek apabila pengadaan TIK Tahun 2020 s.d. 2022 menggunakan ChromeOS. Hal itu disampaikan dalam rapat-rapat yang dihadiri HM selaku Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Tersangka SW selaku Direktur SD dan Tersangka MUL selaku Direktur SMP,” sambung Qohar.

    Puncaknya terjadi pada 6 Mei 2020, ketika Nadiem memimpin rapat daring via Zoom bersama Jurist Tan, Sri Wahyuningsih (SW), Mulyatsyah (MUL), dan Ibrahim Arief (IBAM). Dalam rapat tersebut, Nadiem memerintahkan agar pengadaan TIK tahun 2020–2022 menggunakan ChromeOS, meskipun proses pengadaan belum dimulai.

    Proyek senilai Rp9,3 triliun itu diduga merugikan negara hingga Rp1,98 triliun. Qohar menyebut kerugian timbul akibat praktik mark-up dan selisih harga kontrak dengan harga dari principal.

    “Kerugian keuangan negara yang timbul bersumber dari perhitungan selisih kontrak dengan harga penyedia dengan metode illegal gain, artinya keuntungan penyedia diambil dari selisih mendapatkan harga dari principal yang tidak sah,” jelasnya.

    Kerugian tersebut mencakup perangkat keras dan lunak, termasuk Classroom Device Management (CDM) senilai Rp480 miliar dan mark-up harga laptop di luar CDM sebesar Rp1,5 triliun. Kejagung telah menetapkan empat tersangka dalam perkara ini:

    1. Jurist Tan (JT) – Mantan Staf Khusus Mendikbudristek Nadiem Makarim

    2. Ibrahim Arief (IBAM) – Mantan Konsultan Teknologi di Warung Teknologi Kemendikbudristek

    3. Sri Wahyuningsih (SW) – Mantan Direktur SD Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen serta KPA Direktorat SD TA 2020–2021

    4. Mulyatsyah (MUL) – Mantan Direktur SMP Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen serta KPA Direktorat SMP TA 2020–2021

    Untuk kepentingan penyidikan, Sri Wahyuningsih dan Mulyatsyah ditahan di Rutan Salemba cabang Kejagung sejak 15 Juli hingga 3 Agustus 2025. Ibrahim Arief menjalani tahanan kota karena menderita penyakit jantung kronis, sementara Jurist Tan belum ditahan karena berada di luar negeri. Keempat tersangka diduga telah merekayasa proyek sejak awal, termasuk mengganti sistem operasi dari Windows ke ChromeOS atas arahan langsung dari Nadiem.

  • Video: Dinkes DKI Jakarta Ungkap Penyakit yang Jadi Tantangan Saat Ini

    Video: Dinkes DKI Jakarta Ungkap Penyakit yang Jadi Tantangan Saat Ini

    JakartaWakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia menyebut penyakit yang menjadi tantangan saat ini yaitu penyakit yang tidak menular. Beberapa penyakit tersebut seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan kanker.

    Dwi mengatakan risiko penyakit tidak menular bisa dikurangi melalui penerapan pola hidup sehat bagi masayatakat. Pemerintah juga melakukan kolaborasi antar lembaga melalui Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk masyarakat RI.

    Tonton video-video menarik lainnya di 20detik.

    (/)

    penyakit tidak menular ptm dinkes dki dinkes dki jakarta penyakit jantung

  • Bukan Nyeri Dada, Ini 5 Tanda Jantung Bermasalah yang Kerap Tak Disadari

    Bukan Nyeri Dada, Ini 5 Tanda Jantung Bermasalah yang Kerap Tak Disadari

    Jakarta

    Ketika membicarakan penyakit jantung, gejala pertama yang langsung terpikir biasanya adalah nyeri dada. Banyak orang mengira siapa pun yang mengalami nyeri dada pasti sedang terkena serangan jantung, padahal anggapan ini tidak sepenuhnya benar.

    Nyeri dada juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor lain, seperti gangguan pencernaan, cedera, atau bahkan batuk. Sebaliknya, nyeri dada bukan satu-satunya gejala gangguan jantung. Dalam beberapa kasus, justru tidak ada rasa sakit sama sekali.

    Meski begitu, ada sejumlah tanda lain yang dapat mengindikasikan kondisi jantung yang lemah atau bermasalah. Dikutip dari Times of India, berikut lima gejala yang tidak berkaitan dengan nyeri dada, namun bisa menjadi sinyal adanya masalah pada jantung.

    1. Sesak Napas

    Sesak napas merupakan salah satu tanda klasik bahwa jantung sedang mengalami gangguan. Sirkulasi darah yang tidak memadai akibat lemahnya fungsi jantung menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru. Kondisi ini menimbulkan kesulitan bernapas saat berjalan, menaiki tangga, atau melakukan aktivitas sehari-hari lainnya.

    Pada malam hari, pengidap mungkin mengalami episode terengah-engah secara tiba-tiba, yang membuatnya perlu tidur dengan bantal tambahan, karena posisi telentang dapat memperparah sesak napas.

    Tanda ini dapat memburuk secara perlahan seiring waktu, atau muncul tiba-tiba saat melakukan aktivitas yang sebelumnya terasa ringan. Jika harus sering berhenti untuk menarik napas atau merasa perlu tidur dengan bantal tambahan, kondisi tersebut bisa menjadi pertanda adanya gangguan kesehatan yang perlu diwaspadai.

    2. Kelelahan yang Terus Menerus

    Rasa lelah yang tak kunjung hilang meskipun sudah beristirahat dapat menjadi tanda fungsi jantung melemah. Kurangnya pasokan darah kaya oksigen dari jantung ke organ dan otot tubuh menyebabkan rasa lelah dan lemah berkepanjangan. Aktivitas yang dulu terasa ringan, seperti menaiki tangga atau membawa belanjaan, kini membutuhkan upaya yang jauh lebih besar.

    Pola kelelahan ini berbeda dari kelelahan biasa karena tidak membaik dengan istirahat atau relaksasi. Penurunan tingkat energi turut mengganggu rutinitas harian, membuat aktivitas sederhana terasa sangat berat dan membutuhkan jeda lebih sering.

    3. Pembengkakan di Kaki, Pergelangan Kaki, atau Telapak Kaki

    Jantung yang melemah tidak mampu memompa darah secara efisien, sehingga menyebabkan penumpukan cairan di berbagai bagian tubuh. Kondisi ini dikenal sebagai edema, dan umumnya terlihat sebagai pembengkakan, terutama di area kaki, pergelangan kaki, dan tungkai. Pembengkakan ini biasanya makin terlihat setelah duduk atau berdiri terlalu lama, disertai rasa tidak nyaman dan sensasi berat pada tubuh bagian bawah.

    Gejala ini cenderung memburuk bila berada dalam posisi yang sama dalam waktu lama, dan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau berat di bagian bawah tubuh. Jika pembengkakan semakin parah hingga menjalar ke area perut, kondisi ini bisa mengindikasikan gangguan jantung yang memerlukan penanganan medis segera.

    4. Pusing, Kepala Terasa Ringan, atau Pingsan

    Fungsi jantung yang buruk dalam memompa darah menyebabkan otak menerima pasokan oksigen yang tidak memadai. Kekurangan oksigen ini dapat memicu gejala seperti pusing, kepala terasa ringan, atau bahkan pingsan. Tubuh terasa lemah, disertai kebingungan dan gemetar, terutama saat bangkit dari posisi istirahat atau setelah melakukan aktivitas fisik.

    Gejala-gejala ini bisa muncul secara tiba-tiba. Kondisi ini menandakan jantung tidak mampu memasok kebutuhan tubuh secara optimal, dan memerlukan pertolongan medis segera untuk mencegah komplikasi jantung yang berbahaya.

    5. Detak Jantung Tidak Teratur atau Terlalu Cepat

    Pola irama jantung memberikan petunjuk penting tentang kesehatan jantung. Jantung yang lemah cenderung mengalami irama tidak teratur (aritmia) atau detak yang terlalu cepat secara abnormal. Irama yang tidak normal ini bisa menyebabkan jantung terasa berdebar, berdegup kencang, atau seperti ada getaran di dada, meskipun tidak menimbulkan rasa sakit.

    Palpitasi ini bisa muncul tiba-tiba dan kapan saja, baik saat istirahat maupun saat beraktivitas, dan berlangsung mulai dari beberapa detik hingga beberapa menit. Kondisi ini dapat menimbulkan pusing dan rasa tidak nyaman. Oleh karena itu, pemeriksaan medis sangat diperlukan karena gangguan ini berisiko merusak fungsi jantung.

    Cara Menjaga Kesehatan Jantung

    Beberapa kebiasaan ini dapat menjaga kesehatan jantung.

    Konsumsi makanan sehat untuk jantung yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak. Hindari makanan dengan kandungan garam, gula, dan lemak tidak sehat yang tinggi.Lakukan olahraga ringan hingga sedang setidaknya selama 30 menit, beberapa kali dalam seminggu, sesuai dengan anjuran dokter.Kesehatan jantung dapat menurun akibat kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol secara berlebihan.Kelola stres dengan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, meditasi, dan yoga.Pemeriksaan medis rutin serta penggunaan obat sesuai resep penting untuk memantau tekanan darah dan kadar kolesterol.Menjaga berat badan ideal dapat mengurangi beban kerja jantung dan membantu fungsinya tetap optimal.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Kebiasaan 3 Menit yang Bisa Kurangi Risiko Kena Penyakit Jantung

    Kebiasaan 3 Menit yang Bisa Kurangi Risiko Kena Penyakit Jantung

    Jakarta

    Kebanyakan orang mungkin tidak memiliki waktu yang banyak untuk berolahraga. Tetapi, tidak berolahraga sama sekali dapat berpengaruh pada kesehatan jantung.

    Apakah berbagai gerakan sederhana dan cepat yang dilakukan sehari-hari dapat melindungi kesehatan jantung?

    Sebuah studi inovatif berjudul ‘Respons Dosis Aktivitas Fisik Insidental terhadap Kejadian Kardiovaskular dan Mortalitas’ menunjukkan hal itu. Hasil temuannya menunjukkan bahwa hanya dengan tiga menit sehari aktivitas sedang, tanpa olahraga terstruktur apapun, dapat secara signifikan mengurangi risiko penyakit jantung.

    Studi yang dilakukan para peneliti di Charles Perkins Centre, Sydney University, meneliti lebih dari 24 ribu orang dewasa berusia antara usia 40-79 tahun. Tak satu pun dari mereka yang rutin berolahraga.

    Setiap peserta studi menggunakan akselerometer pergelangan tangan untuk memantau aktivitas harian, bukan olahraga, melainkan gerakan yang dilakukan dalam rutinitas seperti terburu-buru menghadiri rapat, membawa tas belanja, hingga mengepel lantai.

    Hasil Penelitian

    Hasil penelitian mereka sungguh mengejutkan. Orang-orang yang melakukan aktivitas fisik insidental atau incidental physical activity (IPA) sedang hingga berat, bahkan dalam episode singkat.

    Mereka memiliki risiko hingga 50 persen lebih rendah terkena penyakit kardiovaskular mayor, seperti serangan jantung atau stroke.

    “Aktivitas fisik insidental adalah apa yang kita lakukan secara otomatis,” jelas Dr Emmanuel Stamatakis, peneliti utama, dikutip dari Economic Times.

    “Dari perjalanan pulang pergi dan pekerjaan rumah hingga naik tangga, semuanya itu penting (untuk kesehatan),” sambungnya.

    Studi ini memberikan bukti bahwa dengan beraktivitas ringan dapat berdampak baik pada kesehatan.

    Angka-angka ini memberikan hasil yang mengejutkan. Hanya dengan 4,6 menit aktivitas fisik insidental berat atau 23,8 menit aktivitas fisik insidental sedang setiap hari dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

    Aktivitas itu seperti mengangkat kotak, membersihkan dapur, atau berjalan kaki. Bahkan, satu menit melakukan gerakan berat kira-kira setara dengan tiga menit gerakan sedang atau 35-48 menit aktivitas ringan, seperti jalan santai.

    Intinya, tiga menit melakukan pekerjaan rumah yang memompa jantung setiap hari bisa menjadi jaminan kesehatan yang paling mudah.

    “Ketahuilah bahwa tidak ada gerakan yang sia-sia, semuanya berarti. Gunakan setia kesempatan dalam hidup untuk bergerak, seperti naik tangga atau berjalan cepat,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Video: Dinkes DKI Jakarta Ungkap Penyakit yang Jadi Tantangan Saat Ini

    Nasib Tragis Pria Bugar Meninggal gegara Henti Jantung

    Jakarta

    Robbie Bassett merupakan seorang pria berotot dan sehat. Keluarganya mengatakan pria yang tinggal di Wales, Britania Raya, itu adalah orang yang bugar dan bersepeda setiap hari ke tempat kerja.

    “Dia masih muda, bugar, selalu ke tempat gym, dan selalu bersepeda. Bahkan, ia berotot, perutnya six-pack,” tutur sepupunya, Callum Thomas, yang dikutip dari The Sun, Sabtu (26/7/2025).

    “Anda tidak akan menyangka ada yang salah (dengan kesehatannya),” sambungnya.

    Pria 38 tahun membantu merawat dermaga Newport, di area kota tersebut untuk bekerja.

    Namun, saat shift kerjanya pada Kamis (17/7), Robbie bekerja jauh dari rekan-rekannya. Mereka khawatir karena sudah lama tidak melihat Robbie.

    Rekan-rekannya mulai mencari di area dermaga di samping Sungai Usk. Sampai akhirnya, mereka menemukan Robbie sudah tidak bernyawa.

    Jenazah Robbie langsung dibawa untuk dicari penyebab kematiannya. Dari hasil pemeriksaan, terungkap bahwa Robbie mengalami henti jantung atau cardiac arrest.

    Henti jantung merupakan kondisi saat jantung tiba-tiba berhenti memompa darah ke seluruh tubuh. Keluarganya hampir tidak percaya karena semasa hidup Robbie adalah pria yang menerapkan gaya hidup sehat.

    Untuk membantu keluarga dekat Robbie dalam mengurus pemakamannya, sebuah penggalangan dana telah disiapkan. Callum dan keluarganya kini mengimbau orang lain untuk waspada terhadap kesehatan jantung mereka, terutama jika memiliki kerabat yang mengalami kondisi yang berhubungan dengan jantung.

    “Kakek kami mengalami hal yang sama, jadi sekarang kami semua akan memeriksakannya,” kata Callum.

    Menyoal Henti Jantung

    Banyak orang yang mengalami henti jantung tanpa ada riwayat masalah jantung sebelumnya. Tetapi, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.

    Ini termasuk kondisi jantung yang sudah ada sebelumnya, seperti penyakit jantung, serangan jantung, atau gagal jantung. Bahkan kondisi lainnya, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes.

    Faktor gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, obesitas, dan gaya hidup yang kurang gerak juga berkontribusi terhadap peningkatan risiko. Selain itu, obat-obatan tertentu, ketidakseimbangan elektrolit (kalium atau magnesium rendah), dan bahkan stres emosional yang parah dapat memicu henti jantung.

    Apa Saja Tanda-tanda Henti Jantung?

    Henti jantung dapat terjadi tanpa peringatan. Seseorang yang mengalaminya biasanya akan tiba-tiba pingsan, tak sadarkan diri, tidak responsif, dan tidak bernapas atau tidak bernapas normal.

    Tanpa perawatan segera, seseorang akan meninggal. Maka dari itu, orang dengan kondisi ini perlu segera diberikan perawatan.

    Penting untuk dicatat bahwa henti jantung berbeda dengan serangan jantung.

    Serangan jantung terjadi saat suplai darah ke otot jantung terputus. Kondisi ini seringkali terjadi karena adanya gumpalan di salah satu arteri koroner.

    Namun, jantung masih memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini membuat orang yang mengalaminya biasanya akan sadar dan bernapas.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Masih Muda Sudah Kena Serangan Jantung? Kata Dokter, Ini Jadi Penyebabnya

    Masih Muda Sudah Kena Serangan Jantung? Kata Dokter, Ini Jadi Penyebabnya

    Jakarta

    Serangan jantung pada usia muda semakin sering terjadi, bahkan pada mereka yang berusia 20-an dan 30-an. Banyak anak muda yang merasa tubuhnya masih kuat, penuh energi, dan tidak mungkin terkena penyakit berat.

    Hal ini membuat mereka mengabaikan tanda-tanda awal yang sebenarnya bisa menjadi sinyal bahaya. Spesialis penyakit dalam konsultan kardiovaskular dr M Tasrif Mansur, SpPD, K-KV, mengungkapkan sudah banyak pasien muda yang datang ke dokter dengan kondisi berat akibat serangan jantung.

    “Setelah kita selidiki, ternyata sudah ada faktor risiko seperti hipertensi, kolesterol, atau diabetes. Tapi, tidak mereka sadari,” jelas dr Tasrif melalui Siaran Sehat Kementerian Kesehatan RI, Sabtu (18/7/2025).

    dr Tasrif mengungkapkan ada kebiasaan atau gaya hidup yang membuat seseorang tanpa sadar berisiko mengalami serangan jantung. Misalnya seperti kebiasaan makan yang tidak sehat, kurang olahraga, hingga stres tinggi.

    Kebiasaan makan cepat saji, minum kopi berlebihan, begadang demi kerja atau scroll media sosial, dan kurang olahraga membentuk pola hidup yang membebani jantung. Ditambah lagi stres kronis, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup anak muda, baik itu karena pekerjaan, tekanan sosial, atau urusan pribadi.

    Dalam beberapa kasus, usia muda dengan tubuh atletis dan aktif olahraga pun bisa terkena serangan jantung, karena mengabaikan faktor genetik atau tanda-tanda gangguan metabolik seperti kolesterol tinggi.

    Sayangnya gejala serangan jantung seperti rasa tidak nyaman di dada, nyeri ringan di lengan kiri, napas terasa pendek, atau mual kerap dianggap biasa oleh anak muda dan merasa hanya kelelahan atau masuk angin. Saat dibawa ke rumah sakit, kondisinya sudah fatal.

    “Jangan tunggu sakit. Lakukan pemeriksaan rutin, terutama kalau punya riwayat keluarga dengan penyakit jantung,” beber dr Tasrif.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Kualitas udara DKI Jumat ini tak sehat, pakai masker saat keluar rumah

    Kualitas udara DKI Jumat ini tak sehat, pakai masker saat keluar rumah

    Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengajak warga memantau kualitas udara dan mengetahui langkah yang perlu diambil saat akan beraktivitas di luar ruang melalui aplikasi Jakarta Kini (JAKI) dan laman resmi udara.jakarta.go.id. ANTARA/Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

    Kualitas udara DKI Jumat ini tak sehat, pakai masker saat keluar rumah
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Jumat, 25 Juli 2025 – 06:47 WIB

    Elshinta.com – Kualitas udara DKI Jakarta tercatat tidak sehat pada Jumat ini dan menduduki peringkat kedua terburuk se-Indonesia, demikian seperti dinyatakan dalam laman IQAir dengan pembaruan pada pukul 04.00 WIB. IQAir mencatat kualitas udara Jakarta berada pada poin 177 dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2,5 sebesar 91,9 mikrogram per meter kubik atau 18,4 kali lebih tinggi nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    PM 2,5 merupakan partikel berukuran lebih lebih kecil 2,5 mikron (mikrometer) yang ditemukan di udara termasuk debu, asap dan jelaga. Paparan partikel ini dalam jangka panjang dikaitkan dengan kematian dini, terutama pada orang yang memiliki penyakit jantung atau paru-paru kronis.

    Rekomendasi kesehatan terkait kualitas udara saat ini, yakni sebaiknya menghindari beraktivitas di luar ruangan, mengenakan masker saat berada di luar, menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor, dan menyalakan penyaring udara. Adapun kualitas udara Jakarta tercatat berada pada urutan kedua sebagai kota paling berpolusi di Indonesia, setelah Tangerang Selatan, Banten dengan poin 191.

    Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengembangkan Kawasan Rendah Emisi Terpadu (KRE-T) untuk mengendalikan polusi udara, menurunkan emisi, memperbaiki kualitas udara, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara adil dan inklusif.

    KRE-T merupakan rangkaian intervensi multi sektor sekaligus kelanjutan komitmen Jakarta dalam Rencana Pembangunan Rendah Karbon sebagaimana tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 90 Tahun 2021 dan Keputusan Gubernur Nomor 576 Tahun 2023 tentang Strategi Pengendalian Pencemaran Udara (SPPU).

    Selain itu, Pemprov DKI juga mendorong kerja sama konkret dengan daerah-daerah penyangga untuk bersama-sama menurunkan emisi, khususnya dari sektor industri yang aktivitasnya turut memengaruhi udara di Jakarta.

    Penurunan kualitas udara di Jakarta tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas di dalam wilayah saja, tetapi juga oleh kondisi meteorologi dan kontribusi dari daerah-daerah aglomerasi di sekitarnya, seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur. Adapun berdasarkan inventarisasi emisi yang telah dilakukan, diketahui sektor transportasi dan industri masih menjadi dua sumber utama pencemar udara di Jakarta.

    Sumber : Antara