Topik: penyakit jantung

  • Zinc Sulfate Monohydrate, Solusi Efektif untuk Kekurangan Zinc pada Tubuh

    Zinc Sulfate Monohydrate, Solusi Efektif untuk Kekurangan Zinc pada Tubuh

    Jakarta

    Zinc sulfate monohydrate berguna untuk mencegah kekurangan zinc (seng) dalam tubuh serta berperan penting dalam menjaga fungsi sistem imun dan kekebalan. Lalu, apa saja manfaat lainnya?

    Manfaat Zinc Sulfate Monohydrate

    Zinc atau zink merupakan salah satu mikronutrien yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit untuk tubuh. Zinc juga merupakan salah satu antioksidan yang berfungsi mencegah kerusakan sel yang berkontribusi terhadap berbagai risiko penyakit seperti serangan jantung dan kanker.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, berikut ini sederet manfaat asupan zinc untuk tubuh:

    1. Memperpendek Durasi Pilek

    Asupan zinc yang cukup dapat membantu pembentukan sel-sel imun yang melawan kuman. Sebuah tinjauan sistematis tahun 2021 terhadap 28 studi menemukan penggunaan permen hisap, gel, atau semprotan hidung zinc membuat orang merasa lebih baik dua hari lebih cepat dibanding yang tidak menggunakannya.

    2. Menjaga Kesehatan Mata

    Studi menunjukkan konsumsi 80 miligram suplemen zinc, bersama vitamin lain untuk kesehatan mata, dapat menurunkan risiko degenerasi makula terkait usia (age-related macular degeneration/AMD) tahap lanjut. Selain itu, asupan zinc yang cukup juga dikaitkan dengan penurunan risiko kehilangan penglihatan hingga 25 persen.

    Asupan zinc tambahan dari suplemen dapat membantu melindungi retina dari radikal bebas berbahaya yang merusak sel.

    3. Mengontrol Gula Darah dan Kolesterol

    Berdasarkan studi, orang dengan diabetes tipe dua cenderung memiliki kadar zinc lebih rendah. Beberapa peneliti percaya, rendahnya zinc ini dapat memperburuk penyakit dengan cepat.

    Berbagai studi menunjukkan zinc dapat menurunkan gula darah dan kolesterol tinggi pada penderita diabetes tipe dua. Kedua kondisi ini meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung yang mengancam nyawa.

    4. Mempercepat Penyembuhan Luka

    Penelitian menemukan penggunaan zinc oksida secara langsung ke kulit terbukti efektif untuk mengatasi ruam akibat popok pada bayi. Zinc oksida juga berfungsi sebagai pelindung dari kelembapan, membantu mencegah iritasi lebih lanjut pada kulit bayi yang lecet.

    5. Meningkatkan Kualitas Sperma

    Sebuah studi kecil menemukan orang yang mengalami infertilitas mengalami peningkatan kualitas sperma setelah mengonsumsi suplemen yang mengandung zinc. Suplemen tersebut juga dikombinasikan dengan vitamin-vitamin lain.

    Dosis Zinc Sulfate Monohydrate

    Berikut penjabaran lengkap dosis konsumsi Zinc Sulfate Monohydrate dikutip dari Drugs:

    Dosis Dewasa 19 Tahun ke Atas

    Pria: 11 mg/hari (batas aman 34 mg)Wanita: 9 mg/hari (batas aman 34 mg)Ibu Hamil: 11 mg/hari (batas aman 40 mg)Ibu Menyusui: 12 mg/hari (batas aman 40 mg)

    Dosis Anak 19 Tahun ke Bawah

    0-6 bulan: 2 mg/hari (batas atas 4 mg)7-12 bulan: 3 mg/hari (batas atas 5 mg)1-3 tahun: 3 mg/hari (batas atas 7 mg)4-8 tahun: 5 mg/hari (batas atas 12 mg)9-13 tahun: 8 mg/hari (batas atas 23 mg)14-18 tahun: 11 mg/hari (batas aman 34 mg) untuk pria dan 9 mg/hari (batas aman 34 mg) untuk perempuanEfek Samping Zinc Sulfate Monohydrate

    Efek samping umum dari penggunaan zinc sulfate monohydrate meliputi mual dan sakit perut. Selain itu, segera cari bantuan medis apabila mengalami tanda-tanda alergi seperti biduran, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah atau tenggorokan.

    Ikuti semua petunjuk penggunaan yang tercantum dalam kemasan. Bisa juga berkonsultasi dengan dokter atau apoteker, sebelum menggunakan zinc sulfate monohydrate jika memiliki masalah kesehatan, sedang menggunakan obat lain, atau jika sedang hamil atau menyusui.

    (avk/suc)

  • Ini Pola Makan Warga Jepang yang Bikin Panjang Umur, Bisa Ditiru!

    Ini Pola Makan Warga Jepang yang Bikin Panjang Umur, Bisa Ditiru!

    Jakarta

    Ikan seperti salmon dan tuna telah menjadi sorotan karena manfaat kesehatannya. Tapi, bukti terbaru menunjukkan bahwa ikan yang ada di tingkat rantai makanan yang lebih rendah juga memiliki banyak manfaat.

    Salah satu manfaatnya adalah menurunkan risiko kematian. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian di Jepang.

    Pola Makan yang Bikin Panjang Umur

    Sebuah studi di Jepang yang diterbitkan dalam jurnal Public Health Nutrition menemukan hubungan signifikan antara mengonsumsi ikan kecil, dari tulang hingga kepala dan penurunan risiko kematian pada perempuan.

    Dikutip dari laman Health, penulis utama dan profesor Madya di Fakultas Kedokteran Universitas Nagoya di Jepang mengatakan bahwa penelitian sebelumnya sudah menunjukkan bahwa asupan ikan secara umum mempunyai efek perlindungan terhadap kesehatan. Akan tetapi, penelitian terbaru ini berfokus pada efek khusus dari mengonsumsi ikan kecil.

    “Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan efek perlindungan dari asupan ikan terhadap hasil kesehatan, termasuk risiko kematian. Namun, hanya sedikit penelitian yang berfokus pada efek asupan ikan kecil secara khusus terhadap hasil kesehatan,” dr Chinatsu Kasahara.

    Menurutnya, kaitan antara konsumsi ikan kecil dan penurunan risiko kematian pada perempuan menegaskan pentingnya makanan padat nutrisi ini dalam pola masyarakat. Meski studi terbatas di Jepang, para peneliti yakin hasilnya bisa diekstrapolasi ke ke populasi global.

    “Meskipun temuan kami hanya di kalangan orang Jepang, temuan ini juga penting bag warga lain,” kata Kasahara.

    Hubungan antara Ikan Kecil dan Umur Panjang

    Makan ikan kecil sudah umum di Jepang. Hal ini juga dilakukan oleh Kasahara sejak kecil.

    “Sekarang saya memberi ikan-ikan ini kepada anak-anak saya,” kata peneliti tersebut.

    Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi ikan kecil dan kematian, studi ini melibatkan 80.802 partisipan di Jepang yang berusia 35 hingga 69 tahun. Ada sebanyak 34.555 pria dan 46.247 wanita.

    Mereka menggunakan kuesioner frekuensi makanan untuk menganalisis pola makan peserta. Fokusnya yaitu apakah dan seberapa sering mereka mengkonsumsi ikan kecil seperti kapelin Atlantik, Japanese smelt, hingga sarden kering kecil. Ada kelompok yang jarang mengonsumsi, tiga kali sebulan, satu hingga dua kali seminggu, dan lebih dari tiga kali seminggu.

    Selama periode sembilan tahun, ada sebanyak 2.482 partisipan meninggal dunia, termasuk 1.495 karena kanker. Setelah menyesuaikan faktor-faktor usia, indeks massa tubuh (BMI), konsumsi alkohol, dan frekuensi merokok, para peneliti menemukan korelasi signifikan antara asupan ikan kecil secara teratur di kalangan wanita dan kurangnya risiko terkait kanker.

    Hasil penelitian menunjukkan, perempuan yang mengonsumsi ikan kecil satu kali sebulan memiliki risiko kematian akibat semua penyebab sebesar 32 persen lebih rendah, dan peluang kematian akibat kanker sebesar 28 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak rutin mengonsumsi ikan kecil.

    Mereka yang mengonsumsi ikan kecil satu hingga dua kali seminggu atau tiga kali atau lebih seminggu memiliki risiko kematian akibat semua penyebab sebesar 28 persen dan 31 persen lebih rendah, serta peluang kematian akibat kanker sebesar 29 persen dan 36 persen lebih rendah.

    Data mengungkapkan tren serupa pada pria, tapi hubungan antara konsumsi ikan kecil dan risiko kematian yang lebih rendah, secara statistik tidak signifikan. Alasannya tidak diketahui secara jelas bagi para peneliti. Tapi, mereka berhipotesis bahwa salah satunya mungkin disebabkan oleh ukuran sampel pria yang lebih kecil dalam penelitian.

    Manfaat Ikan Kecil

    Ikan kecil padat nutrisi, terutama karena biasanya dimakan utuh. Kepala, tulang, dan organ ikan kecil kaya akan kalsium, vitamin D, dan vitamin A.

    Menurut ahli diet olahraga di Miami, Florida, Roxana Ehsani, RD, mengatakan, ikan yang lebih kecil seperti sarden dan ikan teri juga merupakan sumber nutrisi yang kaya seperti asam lemak omega-3 dan protein.

    Ikan kecil mengandung makronutrien yang terbukti mendukung kesehatan tulang, kekebalan tubuh, jantung, otot, kulit, dan metabolisme. Makronutrien juga bisa mengurangi peradangan tubuh, yang jika kronis bisa meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes, penyakit jantung dan asma.

    (elk/kna)

  • 6 Fakta Menarik di Balik Struktur SARS-CoV-2, Virus Corona Penyebab COVID-19

    6 Fakta Menarik di Balik Struktur SARS-CoV-2, Virus Corona Penyebab COVID-19

    Jakarta

    Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyebabkan penyakit COVID-19 (Coronavirus Disease 2019). Nama COVID-19 sendiri merupakan singkatan dari:

    CO = coronaVI = virusD = disease (penyakit)19 = tahun ditemukannya, yaitu 2019.

    Awalnya, virus ini dikenal sebagai 2019-nCoV (novel coronavirus) dan menjadi penyebab pandemi global pada akhir 2019. Pada Mei 2023, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencabut status darurat kesehatan global (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC). Meski demikian, virus ini masih tetap ada dan dapat menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga berat.

    Dikutip dari Baylor College of Medicine, SARS-CoV-2 merupakan salah satu dari banyak jenis virus dalam keluarga coronavirus, yang dinamai demikian karena bentuknya yang seperti mahkota (corona) saat dilihat dengan mikroskop. Kelompok virus ini terdiri dari virus-virus yang saling berkerabat secara genetik, namun berbeda satu sama lain.

    Coronavirus bisa menyebabkan berbagai penyakit saluran pernapasan pada manusia,mulai dari yang ringan seperti flu biasa, hingga yang berat. Selain itu, beberapa jenis coronavirus juga bisa menginfeksi hewan dan menyebabkan berbagai penyakit.

    1. Coronavirus Sebelumnya yang Pernah Muncul

    Dalam dua dekade sebelum 2019, dua jenis coronavirus telah muncul dan menyebabkan infeksi pernapasan serius pada manusia:

    SARS-CoV – Muncul pada akhir 2002 di Provinsi Guangdong, China, menyebabkan penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).MERS-CoV – Muncul di Timur Tengah tahun 2012, menyebabkan MERS (Middle East Respiratory Syndrome).

    Berbeda dengan SARS-CoV-2, kedua virus ini tidak menyebabkan wabah global yang berkepanjangan. Ini karena orang yang terinfeksi SARS atau MERS umumnya hanya menularkan virus setelah menunjukkan gejala. Hal ini memudahkan isolasi dan pencegahan penularan. Sebaliknya, SARS-CoV-2 dapat menular bahkan saat penderitanya belum bergejala, sehingga lebih sulit dikendalikan.

    2. Asal Usul SARS-CoV-2

    Virus SARS-CoV-2 muncul pada akhir 2019 di Wuhan, China. Hingga kini, belum diketahui secara pasti bagaimana manusia pertama kali terinfeksi virus ini. Namun, semua bukti mengarah pada asal alami. Virus ini sangat mirip dengan coronavirus yang ditemukan pada kelelawar.

    Kemungkinan besar, virus berpindah dari kelelawar ke hewan perantara, lalu menular ke manusia yang berinteraksi dekat dengan hewan tersebut. Virus hewan umumnya tidak langsung bisa menular antarmanusia, kecuali sudah mengalami adaptasi tertentu. Proses perpindahan dari hewan ke manusia ini disebut zoonosis, dan juga terjadi pada penyakit lain seperti influenza dan HIV.

    3. Penularan COVID-19

    SARS-CoV-2 sangat mudah menular dari satu orang ke orang lain. Virus ini menyebar lebih efisien dibandingkan influenza, tapi tidak secepat campak (measles), salah satu virus paling menular yang diketahui.

    Orang yang terinfeksi akan melepaskan partikel virus melalui mulut dan hidung saat batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bernapas berat. Partikel virus ini terbawa dalam tetesan pernapasan besar dan kecil (aerosol). Tetesan besar akan cepat jatuh ke permukaan, sedangkan aerosol bisa bertahan lebih lama di udara dan menjangkau jarak yang lebih jauh.

    Penularan COVID-19 umumnya terjadi saat tetesan pernapasan dihirup atau menempel pada selaput lendir di mulut dan hidung orang yang berada dekat dengan penderita (kurang dari 2 meter).

    Dalam kondisi tertentu, terutama di ruangan tertutup dengan ventilasi buruk, penularan melalui aerosol juga bisa terjadi hingga jarak lebih dari 2 meter.

    Penularan melalui permukaan benda yang terkontaminasi juga mungkin terjadi, walau tidak umum. Jika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi lalu menyentuh mulut, hidung, atau mata, ia bisa tertular. Meskipun risiko ini rendah, mencuci tangan secara teratur tetap dianjurkan.

    Risiko penularan tertinggi terjadi di tempat yang ramai, tertutup, dan berventilasi buruk, seperti bar, restoran, atau ruangan pertemuan. Risiko meningkat saat tidak ada yang menggunakan masker, baik pengidap maupun orang di sekitarnya.

    4. Gejala dan Komplikasi COVID-19

    Gejala COVID-19 sangat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umum meliputi:

    Demam dan menggigilBatukSesak napasKelelahanNyeri otot dan tubuhHilang penciuman atau perasa

    Gejala biasanya muncul 2-14 hari setelah terpapar. Orang dengan usia lanjut atau memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti diabetes, penyakit jantung, paru, atau obesitas berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius.

    Meski kebanyakan orang pulih dalam beberapa hari, sebagian pasien mengalami gejala berkepanjangan yang disebut long COVID. Gejalanya bisa berupa:

    KelelahanSesak napasBrain fog atau kesulitan konsentrasiNyeri kepalaGangguan pada jantung, paru, atau saraf

    Bahkan pasien dengan gejala awal yang ringan pun bisa mengalami gejala jangka panjang ini.

    5. Klasifikasi dan Struktur Virus

    Virus dari famili Coronaviridae dibagi menjadi empat kelompok: alfa, beta, gamma, dan delta. Virus dari kelompok alfa dan beta biasanya menginfeksi mamalia, sementara gamma dan delta umumnya menyerang burung. Dari tujuh jenis coronavirus yang diketahui dapat menginfeksi manusia (semuanya dari kelompok alfa dan beta), empat di antaranya hanya menyebabkan infeksi saluran pernapasan ringan dan menyumbang 10-30 persen dari kasus flu biasa. Tiga lainnya, SARS-CoV, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2 , dapat menyebabkan penyakit berat dan termasuk dalam kelompok beta.

    Virus diklasifikasikan berdasarkan berbagai karakteristik, seperti jenis materi genetik yang dibawanya (DNA atau RNA) dan apakah virus tersebut diselimuti oleh lapisan lemak (envelope) atau tidak. Informasi genetik virus corona berada pada untaian RNA positif sepanjang 30.000 nukleotida, salah satu genom terbesar di antara virus RNA. Genom ini dilindungi oleh lapisan envelope.

    Partikel virus corona terdiri dari empat protein struktural utama:

    N (nukleokapsid): membungkus RNA genom.S (spike/duri): menonjol keluar dari envelope dan memberi virus bentuk seperti mahkota.M (membran) dan E (envelope): terintegrasi dalam envelope lipid.

    Protein S memainkan peran penting dalam proses infeksi karena berfungsi mengenali reseptor sel inang dan memungkinkan virus masuk ke dalam sel untuk mereplikasi diri. Oleh karena itu, protein ini menjadi target utama dalam pengembangan vaksin COVID-19.

    6. Varian COVID-19

    Dikutip dari Yale Medicine, satu hal yang pasti tentang SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, adalah sifatnya yang terus berubah. Sejak awal pandemi, kita telah melihat sejumlah varian menonjol, termasuk Alpha, Beta, Delta, dan Omicron.

    Meskipun kemunculan varian baru merupakan bagian alami dari evolusi virus, pemantauan terhadap setiap varian yang muncul tetap sangat penting. Hal ini bertujuan agar dunia selalu dalam kondisi siap siaga.

    Pemantauan menjadi semakin krusial jika varian baru tersebut terbukti lebih agresif, lebih mudah menular, kebal terhadap vaksin, menyebabkan gejala lebih parah, atau bahkan memiliki semua karakteristik tersebut dibandingkan varian asli virus.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan nama pada varian baru virus corona menggunakan huruf-huruf dari alfabet Yunani, dimulai dari varian Alpha yang muncul pada tahun 2020.

    (suc/suc)

  • Pengakuan Pria Malaysia Kena Stroke usai Makan 7 Durian dalam Sehari

    Pengakuan Pria Malaysia Kena Stroke usai Makan 7 Durian dalam Sehari

    Jakarta

    Seorang musisi di Malaysia, Mohd Shah Rosli, menceritakan pengalamannya saat mengalami stroke. Insiden itu terjadi pada Juli 2025.

    Menurut laporan Harian Metro, pria yang dikenal bernama Dino terkena stroke hingga bagian kanan tubuhnya mendadak lumpuh.

    “Sebelum mengalami stroke sekitar sebulan yang lalu, saya makan 7 buah durian sendiri dalam sehari. Keesokan harinya, saat bekerja, saya tiba-tiba pingsan,” kata pria 50 tahun itu, dikutip dari World of Buzz.

    Dino ini sangat suka makan durian. Setiap musim durian tiba, dia pasti akan membeli durian untuk dimakan. Saat mengalami stroke, ia meyakini salah satu pemicunya adalah durian.

    “Jadi, saat saya terkena stroke, saya tidak menutup kemungkinan bahwa itu mungkin ada hubungannya dengan pola makan saya. Saya juga suka makan-makanan yang manis. Bahkan, setelah dibawa ke dokter, bahkan saat saya berbicara, mulut saya masih berbau durian,” terangnya.

    Ternyata, selain suka dengan buah durian, Dino merupakan perokok berat sejak muda. Itu mungkin menjadi salah satu pemicu stroke lain yang dialaminya.

    Efek Kebanyakan Makan Durian

    Dikutip dari Hong Kong Adventist Hospital, durian memiliki kandungan gula yang tinggi. Hal ini dapat memberikan beban yang sangat berat pada jantung, meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh darah atau aritmia, hingga kematian mendadak akibat penyakit jantung.

    Selain itu, beberapa orang tidak cocok mengonsumsi durian. Buah ini dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit dalam kasus ringan, dan dalam kasus berat dapat mengancam jiwa.

    1. Pasien dengan penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

    Durian merupakan salah satu buah dengan kandungan karbohidrat dan lemak tertinggi, sehinga kandungan kalorinya juga termasuk yang tertinggi di antara buah-buahan lainnya.

    Konsumsi durian yang terlalu sering atau berlebihan dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Bahkan pada kasus yang berat, efek dari durian dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah hingga menyebabkan stroke.

    2. Pasien diabetes

    Durian memiliki kandungan gula yang tinggi dan termasuk buah dengan indeks glikemik tinggi, yang dapat dengan mudah mempengaruhi kadar gula darah. Pasien diabetes sebaiknya menghindari konsumsi durian.

    3. Pasien dengan penyakit ginjal atau gangguan fungsi ginjal

    Durian kaya akan kalium, tetapi orang dengan gangguan fungsi ginjal tidak dapat membuang kelebihan kalium secara efektif. Oleh karena itu, mereka yang memiliki masalah tersebut harus berhati-hati dalam mengonsumsi durian.

    4. Orang dengan penyakit kulit

    Jika kondisi tubuh cenderung ‘panas’, seperti sensitif terhadap panas, rentan sembelit, mulut kering, lebih suka panas daripada dingin, atau mengalami gatal-gatal hingga jerawat perlu menghindari konsumsi durian. Sebab, buah ini dapat meningkatkan sekresi histamin, yang menyebabkan kulit sensitif dan gatal.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Nggak Cuma Lezat, Ini Beragam Khasiat Kelapa Bakar untuk Kebugaran

    Nggak Cuma Lezat, Ini Beragam Khasiat Kelapa Bakar untuk Kebugaran

    Jakarta

    Kelapa merupakan salah satu buah yang populer di Indonesia. Buah ini sering diolah menjadi berbagai minuman menyegarkan untuk melepas dahaga, terutama saat cuaca panas. Namun, pernahkah mencoba kelapa bakar?

    Kelapa bakar dipercaya memiliki berbagai manfaat kesehatan, mulai dari melancarkan pencernaan, meningkatkan daya tahan tubuh, hingga membantu proses detoksifikasi. Tapi, benarkah klaim tersebut?

    Manfaat Kelapa Bakar

    Ketua perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr Inggrid Tania menjelaskan, membakar kelapa dapat memberikan efek pemanasan pada air dan daging kelapa. Ini dapat mengaktifkan antioksidan dan anti-inflamasi dalam kelapa, sehingga zat-zatnya bekerja lebih efektif untuk tubuh.

    Meski begitu, ia mengingatkan untuk tidak membakar kelapa terlalu lama. Hal ini karena pemanasan pada kelapa dapat mengurangi kandungan vitamin dan mineral di dalamnya.

    Oleh karena itu, mengonsumsi kelapa sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan. Kombinasikan kelapa bakar dan kelapa segar untuk konsumsi dan mendapatkan manfaat yang maksimal.

    “Cukup lima sampai tujuh menit dengan api yang kecil. Ada vitamin dan mineral yang berkurang jumlahnya. Misalnya, vitamin C dengan beberapa mineral lain itu ada yang berkurang kandungannya kalau dipanaskan,” kata dr Inggrid.

    “Kalau kita sedang sakit batuk pilek, influenza, common cold, itu kan kita butuh kandungan vitamin mineral, misalnya vitamin C,” tambahnya.

    Berikut ini sederet manfaat mengonsumsi kelapa bakar yang baik untuk kesehatan:

    1. Meningkatkan Energi

    Daging kelapa kaya akan sejenis lemak jenuh yang disebut medium-chain triglycerides (MCT) yang dapat dengan cepat diubah tubuh menjadi energi. Hal ini menjadikan kelapa sebagai pilihan bahan bakar yang baik sebelum atau sesudah berolahraga.

    “MCT adalah rantai molekul lemak yang lebih pendek atau sedang panjangnya dan langsung menuju ke hati. Ini memberikan dorongan energi yang hampir seketika bagi tubuh Anda,” jelas ahli gizi Natalie Romito, RD, LD dikutip dari Cleveland Clinic.

    2. Menjaga Kadar Gula Darah

    Kelapa juga dapat menurunkan kadar gula darah puasa dan mengubah mikrobiota usus untuk membantu kontrol gula darah. Ini disebabkan oleh kandungan rendah karbohidrat, tapi tinggi lemak dan serat dalam kelapa.

    Kandungan serat tinggi pada daging kelapa dapat memperlambat proses pencernaan dan berpotensi meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga membantu mengatur kadar gula darah. Penelitian juga menemukan kelapa dapat memperbaiki kadar trigliserida (jenis lemak) dan menurunkan gula darah puasa setelah 4 minggu dibanding kelompok kontrol.

    3. Meningkatkan Kesehatan Pencernaan

    Kelapa tinggi yang tinggi serat membantu membantu memperbesar volume feses dan menjaga keteraturan buang air besar, sehingga mendukung sistem pencernaan yang sehat.

    Kandungan MCT dalam daging kelapa telah terbukti memperkuat bakteri baik di usus, yang bisa melindungi dari peradangan dan kondisi seperti sindrom metabolik

    4. Mencegah Kanker dan Penyakit Kronis Lain

    Daging kelapa mengandung senyawa fenolik, yaitu antioksidan yang membantu melindungi sel dari kerusakan akibat oksidatif. Senyawa fenolik utama yang ditemukan meliputi asam galat, asam kafeat, asam salisilat, dan asam p-kumarat.

    Pengujian laboratorium terhadap daging kelapa menunjukkan kemampuannya menetralisir radikal bebas berbahaya yang berkontribusi terhadap penyakit kronis. Menurut studi lain dalam tabung reaksi, antioksidan tertentu dalam kelapa bahkan dapat membantu melindungi DNA dari kerusakan.

    Perlu diingat konsumsi kelapa saja tidak cukup untuk menjaga kesehatan tubuh. Ini perlu dikombinasikan dengan pola makan dan aktivitas fisik sehat secara menyeluruh.

    Dengan begitu, kelapa yang khususnya dibakar bisa membantu menurunkan risiko-risiko penyakit seperti alzheimer, penyakit jantung, dan kanker.

    (avk/suc)

  • Kesaksian Pilu Penyintas Bom Hiroshima: Tubuh Cacat-Malu-Dilupakan

    Kesaksian Pilu Penyintas Bom Hiroshima: Tubuh Cacat-Malu-Dilupakan

    Jakarta

    Pada 6 Agustus 1945, pukul 08.15, sebuah bom atom jatuh di langit Hiroshima, Jepang. Saat itu, Lee Jung-soon sedang dalam perjalanan menuju sekolah dasar.

    Nenek berusia 88 tahun itu melambaikan tangannya seolah-olah berusaha mengusir kenangan pahit tersebut.

    “Ayah saya sudah mau berangkat kerja, tapi tiba-tiba dia lari kembali dan menyuruh kami segera mengungsi,” kenangnya.

    “Katanya, jalanan penuh dengan mayat, tapi saya sangat terkejut sampai yang saya ingat hanyalah menangis. Saya terus menangis.”

    Ledakan setara dengan 15.000 ton TNT melanda kota berpenduduk 420.000 orang itu.

    Lee mengatakan tubuh para korban “meleleh hingga hanya mata mereka yang terlihat.”

    Pascaledakan, banyak mayat tidak dapat dikenali karena kondisinya yang sudah rusak.

    Sudah 80 tahun sejak Amerika Serikat meledakkan ‘Little Boy’, bom atom pertama di dunia, di pusat kota Hiroshima.

    Ledakan itu menewaskan sekitar 70.000 orang dalam seketika, sementara puluhan ribu lainnya meninggal dalam beberapa bulan berikutnya akibat radiasi, luka bakar, dan dehidrasi.

    Dampak buruk dari pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang mengakhiri Perang Dunia II dan kekuasaan Jepang di sebagian besar wilayah Asia telah didokumentasikan selama delapan dekade terakhir.

    Namun, satu fakta yang kurang diketahui adalah bahwa sekitar 20% dari korban langsung pengeboman tersebut adalah orang Korea.

    Saat bom dijatuhkan, Korea sudah menjadi koloni Jepang selama 35 tahun.

    Diperkirakan 140.000 orang Korea tinggal di Hiroshima kala itu. Banyak dari mereka berada di sana karena mobilisasi kerja paksa atau untuk bertahan hidup di bawah eksploitasi kolonial.

    Mereka yang selamat dari bom atom dan keturunannya terus hidup dalam bayang-bayang peristiwa mengerikan itu.

    Mereka harus berjuang menghadapi cacat fisik, rasa sakit, dan perjuangan panjang selama puluhan tahun untuk mendapatkan keadilan yang belum terselesaikan.

    Hapcheon dijuluki “Hiroshima-nya Korea” karena banyaknya penyintas bom nuklir yang tinggal di sana setelah perang. (Getty Images)

    “Tidak ada yang mau bertanggung jawab,” kata Shim Jin-tae, penyintas berusia 83 tahun.

    “Baik negara yang menjatuhkan bom, maupun negara yang gagal melindungi kami. Amerika tidak pernah meminta maaf. Jepang pura-pura tidak tahu. Korea pun sama saja. Mereka hanya saling menyalahkan, dan kami dibiarkan sendirian.”

    Shim kini tinggal di Hapcheon, Korea Selatan, sebuah daerah kecil yang dijuluki “Hiroshima-nya Korea” karena telah menjadi rumah bagi puluhan penyintas bom Hiroshima, termasuk dia dan Lee.

    Bagi Lee, keterkejutan pada hari itu tidak memudar. Ledakan itu terukir di tubuhnya sebagai penyakit.

    Ia kini hidup dengan kanker kulit, penyakit Parkinson, dan angina (kondisi akibat aliran darah yang buruk ke jantung yang biasanya menimbulkan nyeri dada).

    Namun, yang lebih berat adalah rasa sakit itu tidak berhenti padanya. Putranya, Ho-chang, yang merawatnya, didiagnosis menderita gagal ginjal dan sedang menjalani cuci darah sambil menunggu transplantasi.

    “Saya yakin ini karena paparan radiasi, tapi siapa yang bisa membuktikannya?” kata Ho-chang Lee.

    “Sulit untuk memverifikasinya secara ilmiah. Anda memerlukan tes genetik yang melelahkan dan mahal.”

    Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea mengatakan kepada BBC, mereka telah mengumpulkan data genetik antara tahun 2020 hingga 2024 dan akan melanjutkan penelitian itu hingga 2029.

    Kementerian akan “mempertimbangkan untuk memperluas definisi korban” ke penyintas generasi kedua dan ketiga hanya “jika hasilnya signifikan secara statistik.”

    Korban tewas dari Korea

    Dari 140.000 orang Korea yang ada di Hiroshima saat pengeboman, banyak di antaranya berasal dari Hapcheon.

    Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dengan sedikit lahan pertanian sehingga sulit untuk bertahan hidup.

    Tanaman disita oleh penjajah Jepang, kekeringan melanda, dan ribuan orang meninggalkan daerah pedesaan itu menuju Jepang selama perang.

    Sebagian dari mereka direkrut secara paksa, sementara yang lain tergiur janji bahwa “Anda bisa makan tiga kali sehari dan menyekolahkan anak-anak Anda.”

    Namun, di Jepang, orang Korea dianggap warga kelas dua. Mereka sering kali diberi pekerjaan yang paling berat, kotor, dan berbahaya.

    Shim mengatakan ayahnya bekerja sebagai buruh paksa di pabrik amunisi, sementara ibunya memalu paku pada peti amunisi kayu.

    Setelah bom atom dijatuhkan, pembagian kerja ini menjadi pekerjaan yang berbahaya dan sering kali berakibat fatal bagi warga Korea di Hiroshima.

    “Pekerja Korea harus membersihkan mayat-mayat itu,” kata Shim, direktur cabang Asosiasi Korban Bom Atom Korea di Hapcheon, kepada BBC Korean.

    “Awalnya mereka menggunakan tandu, tapi jumlah mayat terlalu banyak. Akhirnya, mereka menggunakan pengki untuk mengumpulkan mayat dan membakarnya di halaman sekolah.”

    “Sebagian besar pekerjaan ini dilakukan oleh orang Korea. Sebagian besar pembersihan pasca-perang dan pekerjaan amunisi dilakukan oleh kami.”

    Menurut penelitian dari Gyeonggi Welfare Foundation, beberapa penyintas bom atom dipaksa untuk membersihkan puing-puing dan mengevakuasi jenazah.

    Saat itu, pengungsi Jepang melarikan diri ke tempat sanak saudara mereka, sementara warga Korea yang tidak memiliki ikatan keluarga di sana tetap berada di kota.

    Akibatnya, mereka terpapar radioaktif dan memiliki akses terbatas ke layanan medis.

    Kondisi tersebut, perlakuan buruk, pekerjaan berbahaya, dan diskriminasi struktural berkontribusi pada tingginya angka kematian di kalangan warga Korea.

    Menurut Asosiasi Korban Bom Atom Korea, tingkat kematian di kalangan warga Korea mencapai 57,1%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kematian keseluruhan yang mencapai sekitar 33,7%.

    Sekitar 70.000 warga Korea terpapar bom tersebut. Pada akhir tahun, sekitar 40.000 di antaranya telah meninggal dunia.

    Diabaikan di kampung halaman

    Setelah pengeboman yang mengakhiri Perang Dunia II dan membebaskan Korea dari penjajahan Jepang, sekitar 23.000 penyintas Korea kembali ke kampung halaman. Namun, kepulangan mereka tidak disambut baik.

    Mereka dicap sebagai orang yang cacat atau terkutuk, dan menghadapi prasangka buruk di negara sendiri.

    “Hapcheon sudah memiliki koloni penderita kusta,” jelas Shim.

    “Karena citra itu, orang-orang mengira para penyintas bom juga memiliki penyakit kulit.”

    Shim menambahkan, stigma tersebut membuat para penyintas bungkam tentang penderitaan mereka.

    Ia menyiratkan, “bertahan hidup lebih penting daripada harga diri.”

    Lee mengatakan dia menyaksikan penderitaan itu “dengan mata kepalanya sendiri”.

    “Orang-orang yang luka bakar parah atau sangat miskin diperlakukan dengan sangat buruk,” kenangnya.

    “Di desa kami, beberapa orang memiliki punggung dan wajah yang sangat terluka hingga hanya mata mereka yang terlihat. Mereka ditolak untuk menikah dan dijauhi.”

    Stigma ini membawa kemiskinan dan kesulitan hidup. Setelahnya, muncul penyakit tanpa penyebab yang jelas: penyakit kulit, kondisi jantung, gagal ginjal, kanker.

    Gejalanya ada di mana-mana, tetapi tidak ada yang bisa menjelaskannya.

    Seiring waktu, fokus bergeser ke generasi kedua dan ketiga.

    Han Jeong-sun, generasi kedua penyintas bom Hiroshima, menderita nekrosis avaskular di pinggulnya, sehingga tidak bisa berjalan tanpa menyeret dirinya. Putra pertamanya lahir dengan cerebral palsy.

    “Anak saya tidak pernah berjalan selangkah pun seumur hidupnya,” katanya.

    “Dan mertua saya memperlakukan saya dengan sangat buruk. Mereka berkata, ‘Kamu melahirkan anak cacat dan kamu juga cacat, apakah kamu di sini untuk menghancurkan keluarga kami?’”

    “Masa itu benar-benar seperti di neraka.”

    Selama beberapa dekade, bahkan pemerintah Korea tidak memperhatikan para korban bom Hirashima di negara mereka. Penyebabnya adalah perang dengan Korea Utara dan masalah ekonomi dianggap sebagai prioritas yang lebih utama.

    Baru pada tahun 2019lebih dari 70 tahun setelah pengeboman, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea merilis laporan pencarian fakta pertamanya. Survei itu sebagian besar didasarkan pada kuesioner.

    Menanggapi pertanyaan BBC, kementerian menjelaskan bahwa sebelum tahun 2019, “Tidak ada dasar hukum untuk pendanaan atau investigasi resmi.”

    Namun, dua penelitian terpisah menemukan bahwa korban generasi kedua lebih rentan terhadap penyakit.

    Salah satunya, penelitian pada 2005 yang menunjukkan bahwa korban generasi kedua jauh lebih mungkin menderita depresi, penyakit jantung, dan anemia daripada populasi umum.

    Sementara penelitian lain dari tahun 2013 menemukan bahwa tingkat disabilitas mereka hampir dua kali lipat rata-rata nasional.

    Dalam situasi ini, Han tidak percaya bahwa pihak berwenang terus meminta bukti untuk mengakui dia dan putranya sebagai korban Hiroshima.

    “Penyakit saya adalah buktinya. Cacat anak saya adalah buktinya. Rasa sakit ini diturunkan dari generasi ke generasi, dan itu terlihat,” katanya.

    “Tapi mereka tidak mau mengakuinya. Jadi, apa yang harus kami lakukan, mati begitu saja tanpa pernah diakui?”

    Perdamaian tanpa permintaan maaf

    Baru bulan lalu, pada 12 Juli, para pejabat Hiroshima mengunjungi Hapcheon untuk pertama kalinya dan meletakkan bunga di sebuah monumen peringatan.

    Meskipun mantan Perdana Menteri Jepang, Yukio Hatoyama, dan tokoh-tokoh swasta lainnya pernah datang ke kota itu, ini adalah kunjungan resmi pertama oleh pejabat Jepang yang sedang menjabat.

    “Sekarang pada 2025, Jepang berbicara tentang perdamaian. Tapi perdamaian tanpa permintaan maaf tidak ada artinya,” kata Junko Ichiba, aktivis perdamaian Jepang yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya mengadvokasi korban Hiroshima asal Korea.

    Dia menunjukkan bahwa para pejabat yang berkunjung tidak menyebutkan atau meminta maaf atas bagaimana Jepang memperlakukan orang Korea sebelum dan selama Perang Dunia Kedua.

    Meskipun beberapa mantan pemimpin Jepang telah menyampaikan permintaan maaf dan penyesalan mereka, banyak warga Korea Selatan menganggap sentimen ini tidak tulus atau tidak cukup tanpa pengakuan formal.

    Ichiba mencatat bahwa buku-buku pelajaran di Jepang masih menghilangkan sejarah masa lalu kolonial Korea serta korban bom atomnya.

    Ia mengatakan bahwa “ketidakjelasan ini hanya memperdalam ketidakadilan.”

    Ini menambah apa yang banyak orang pandang sebagai kurangnya akuntabilitas yang lebih luas atas warisan kolonial Jepang.

    Heo Jeong-gu, direktur divisi dukungan Palang Merah, mengatakan, “Masalah-masalah ini harus ditangani selagi para penyintas masih hidup. Untuk generasi kedua dan ketiga, kita harus mengumpulkan bukti dan kesaksian sebelum terlambat.”

    Bagi para penyintas seperti Shim, ini bukan hanya soal kompensasi tapi tentang pengakuan.

    “Ingatan lebih penting daripada kompensasi,” katanya. “Tubuh kami mengingat apa yang kami alami. Jika kami lupa, itu akan terjadi lagi. Dan suatu hari, tidak akan ada orang yang tersisa untuk menceritakan kisah ini.”

    Tonton juga video “Hiroshima-Nagasaki Setelah Serangan Bom Atom AS pada 1945” di sini:

    (ita/ita)

  • Lagi Viral Jalan Kaki 6-6-6, Ini Saran Dokter Buat yang Mau Cobain

    Lagi Viral Jalan Kaki 6-6-6, Ini Saran Dokter Buat yang Mau Cobain

    Jakarta

    Tren olahraga berjalan kaki dengan metode 6-6-6 populer di media sosial. Meski dianggap sebagai cara sederhana untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan, ternyata ada kelompok tertentu yang tidak disarankan untuk langsung mengikuti tren ini.

    Metode 6-6-6 adalah program berjalan kaki yang dianggap sederhana dan efektif untuk membantu menurunkan berat badan serta mengurangi stres. Tren ini dilakukan dengan berjalan kaki selama 60 menit sebanyak tiga hari dalam seminggu, yang bisa dimulai pada pukul 6.00 pagi atau 6.00 sore.

    “48 menit di antaranya harus dilakukan dengan ‘kecepatan tinggi’ atau zona 2. Ini berfungsi untuk meningkatkan detak jantung dan menantang sistem kardiovaskular,” jelas dokter intervensi nyeri dan pengobatan regeneratif di DISC Sports and Spine Center di Encino, California, AS, Dr Raj Desai, MD kepada Everyday Health.

    Dr Desai sendiri sangat mendukung olahraga dan jalan kaki secara teratur karena memiliki banyak manfaat, seperti:

    Menjaga berat badan yang sehat.Mengurangi lemak tubuh.Menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, kanker, dan diabetes tipe 2.Meningkatkan kebugaran kardiovaskular.Meningkatkan kekuatan tulang dan otot.Meningkatkan energi.Memperkuat sistem kekebalan tubuh.Meminimalkan stres.Meningkatkan suasana hati.

    Saran Dokter Buat yang Mau Coba Jalan Kaki 6-6-6

    Meskipun memiliki banyak manfaat, ada beberapa orang yang perlu berhati-hati sebelum langsung melakukan tren 6-6-6 ini. Hukuman ini tidak disarankan bagi mereka yang baru pertama kali berolahraga atau tidak pernah berolahraga secara teratur.

    Langsung berjalan kaki selama 60 menit bisa jadi terlalu berat. Oleh karena itu, bagi pemula, disarankan untuk memulainya dengan beban yang lebih kecil dan secara bertahap meningkatkan durasi hingga 60 menit.

    Selain itu, tren ini juga tidak disarankan bagi mereka yang sedang mengalami cedera. Kelompok ini akan lebih baik jika berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau ahli fisioterapi sebelum memulai program latihan apa pun.

    Dr. Desai juga menekankan, bagi individu dengan riwayat atau masalah kondisi jantung, masalah sendi, atau yang umumnya kurang bergerak, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai tren ini.

    Pada intinya, olahraga dengan berjalan kaki sangat direkomendasikan. Namun, jika tidak memiliki waktu 60 menit atau belum sanggup melakukannya, mulailah secara perlahan sesuai dengan jadwal dan kemampuan masing-masing.

    “Program olahraga terbaik adalah program yang benar-benar Anda jalani dengan rutin dan jangka panjang,” tegas Dr Desai.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Ilmuwan Ciptakan ‘Kalkulator’ Usia Organ, Bisa Ramal Risiko Kena Sakit Jantung

    Ilmuwan Ciptakan ‘Kalkulator’ Usia Organ, Bisa Ramal Risiko Kena Sakit Jantung

    Jakarta

    Organ jantung di dalam tubuh mungkin lebih tua dari usia kronologis atau usia yang dihitung sejak seseorang dilahirkan. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian

    Dikutip dari laman New York Post, sebuah studi dari Northwestern Medicine menemukan bahwa sebagian besar orang dewasa Amerika memiliki usia jantung beberapa tahun lebih tua dari pada usia kronologis mereka.

    Untuk membantu dalam menilai usia jantung, para peneliti mengembangkan sebuah alat daring yang bisa melakukan perhitungan.

    Dengan menggunakan pedoman dari American Heart Association, alat daring bernama Prevent Risk Age Calculator menentukan risiko penyakit jantung seseorang berdasarkan beberapa faktor, seperti tekanan darah, kadar kolesterol, status merokok, pengobatan yang dilakukan, dan adanya diabetes.

    Berbeda dengan alat konvensional yang menyajikan risiko dalam bentuk persentase, kalkulator ini memberi hasil dalam bentuk usia, sehingga lebih mudah dipahami.

    “Usia jantung mungkin sangat bermanfaat bagi pasien dan dokter, serta lebih efektif dalam mencegah penyakit jantung.” kata penulis senior, Dr Sadiya Khan.

    “Ini menerjemahkan informasi kompleks tentang risiko serangan jantung, stroke, atau gagal jantung selama 10 tahun ke depan,” tambahnya.

    Tujuan utama dari alat adalah membantu dokter dan pasien berdiskusi lebih efektif tentang risiko penyakit jantung dan menentukan terapi yang tepat untuk mencegah serangan jantung, stroke, atau gagal jantung.

    Alat ini diujikan pada lebih dari 14.100 orang dewasa Amerika berusia antara 30-79 tahun yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Data ini diambil dari survei National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) antara tahun 2011-2020.

    Hasilnya cukup mengejutkan:

    Wanita memiliki rata-rata usia jantung 55,4 tahun, atau hampir 4 tahun lebih tua dari usia biologis rata-rata mereka (51,3 tahun).

    Pria memiliki usia jantung rata-rata 56,7 tahun, atau sekitar 7 tahun lebih tua dari usia kronologis rata-rata mereka (49,7 tahun).

    baca juga

    ====BREAK===

    Dari penelitian ini, diharapkan, semakin banyaknya informasi tentang risiko kesehatan jantung bisa meningkatkan perawatan pencegahan. Sebab, penyakit jantung telah menjadi penyebab utama kematian di Amerika selama lebih dari 100 tahun.

    “Banyak orang yang seharusnya mengonsumsi obat untuk menurunkan risiko serangan jantung, stroke, atau gagal jantung justru tidak mengonsumsi obat-obatan ini,” kata Dr Sadiya.

    “Kami berharap, kalkulator usia jantung baru ini akan membantu diskusi tentang pencegahan dan pada akhirnya meningkatkan kesehatan semua orang,” tambahnya.

    Dia mencatat, hal ini mungkin lebih penting jika dimanfaatkan oleh orang yang lebih muda. Sebab, mereka cenderung kurang menyadari risiko penyakit jantung merek. Kendati demikian, kalkulator ini tidak ditujukan untuk menggantikan penilaian langsung dari dokter.

    (elk/kna)

  • Dampak Serius Sound Horeg, Bisa Merusak Telinga hingga Jantung

    Dampak Serius Sound Horeg, Bisa Merusak Telinga hingga Jantung

    Jakarta

    Hiburan sound horeg biasanya bisa dijumpai di acara-acara seperti karnaval atau bersih desa. Meski dianggap sebagai hiburan, suara ekstrem sound horeg menyimpan dampak serius terhadap kesehatan, termasuk pada telinga dan jantung.

    Sebagai informasi, tingkat suara yang dihasilkan sound horeg diperkirakan ada di kisaran 120-135 dB. Tingkat kebisingan ini dinilai sama seperti yang dihasilkan oleh pesawat saat lepas landas.

    Padahal, World Health Organization (WHO) menetapkan ambang batas aman paparan suara adalah 85 dB selama maksimal 8 jam per hari. Paparan suara di atas 100 dB digambarkan sebagai suara yang sangat keras dan berpotensi membahayakan.

    Bisa Merusak Pendengaran

    WHO sendiri menegaskan tingkat suara 120 dB menandai batas suara yang menyakitkan dan sangat berbahaya bagi telinga manusia. Ini seperti mendengarkan sirine dan batas aman berada di dekatnya hanya 12 detik.

    Senada, pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, dr Gina Noor Djalilah, SpAMM mengatakan paparan suara keras seperti daru sound horeg dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sel rambut halus di koklea. Atau bagian dalam telinga yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik ke otak.

    Selain kehilangan pendengaran, dampak lainnya dari sound horeg ialah tinnitus, yakni dengingan terus-menerus di telinga, hiperakusis (sensitivitas berlebih terhadap suara) hingga merusak sistem keseimbangan tubuh yang dikendalikan oleh telinga. Ini dapat memicu pusing hingga vertigo.

    “Kerusakan ini bersifat irreversibel karena sel-sel tersebut tidak dapat tumbuh kembali. Awalnya mungkin hanya terasa sulit mendengar percakapan di tengah keramaian. Namun jika terus terpapar, bisa berujung pada ketulian,” jelas dr Gina.

    Berisiko Memicu Masalah Pada Jantung

    Tidak hanya pendengaran, suara bising sound horeg ternyata juga berbahaya bagi jantung.

    Spesialis jantung dr Yuri Afifah, SpJP mengatakan suara dengan desibel tinggi, di atas 50 dB bisa mengakibatkan penyakit jantung dan pembuluh darah.

    “Tapi apakah dalam waktu singkat? tentunya nggak ya, butuh waktu yang lama untuk noise pollution menjadi cardiovascular disease,” kata dr Yuri saat dihubungi detikcom, Selasa (5/8/2025).

    Terkait efek kebisingan ekstrem pada masalah jantung, lanjut dr Yuri, sudah ada penelitian yang mendukung. Namun, pada studi tersebut, para peneliti mengambil contoh dari transportation noise atau suara bising yang berasal dari berbagai jenis kendaraan dan transportasi.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Dokter THT Ingatkan Bahaya Sound Horeg Bagi Kesehatan Telinga”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

  • Hulk Hogan Meninggal karena ‘Infark Miokard Akut’, Kondisi Apa Itu?

    Hulk Hogan Meninggal karena ‘Infark Miokard Akut’, Kondisi Apa Itu?

    Jakarta

    Penyebab resmi kematian pegulat profesional Hulk Hogan akhirnya terungkap. Pihak berwenang mengungkapkan Hogan meninggal dunia karena serangan jantung.

    Penyebab resmi kematian Hogan disebut karena ‘infark miokard akut’, yang dalam istilah awam berarti serangan jantung. Hal ini diungkapkan menurut laporan ringkasan persetujuan kremasi dari kantor pemeriksa medis di Pinellas County, Florida, Amerika Serikat.

    Dikutip dari Mayo Clinic, infark miokard akut umumnya dikenal sebagai serangan jantung. Kondisi ini merupakan keadaan darurat medis serius saat aliran darah terhambat, yang menyebabkan kerusakan atau kematian jaringan otot jantung.

    Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh pembentukan gumpalan darah di arteri koroner, seringkali akibat pecahnya plak.

    Kantor pemeriksa medis juga mengonfirmasi bahwa Hogan, yang bernama asli Terry Gene Bollea, memiliki riwayat detak jantung tidak teratur dan kanker darah. Dikutip dari CNN, kondisi itu yang disebut sebagai faktor penyebab kematiannya.

    Terkait cara kematiannya dinyatakan ‘alami’. Pihak tersebut menetapkan dalam surel pada CNN bahwa tidak ada autopsi atau pemeriksaan yang dilakukan, dan bahwa kematian Hogan telah disahkan oleh perawatan primernya.

    Diketahui meninggal dunia minggu lalu di Florida. Itu diketahui setelah polisi dan petugas pemadam kebakaran mendatangi rumahnya menyusul laporan bahwa Hogan itu mengalami henti jantung.

    Pria 71 tahun itu dibawa ke Rumah Sakit Morton Plant setelah dirawat oleh petugas pemadam kebakaran dan penyelamat, di mana ia dinyatakan meninggal dunia. Polisi kemudian mengatakan dalam konferensi pers, bahwa tidak ada tanda-tanda aktivitas mencurigakan dalam kematiannya dan penyelidikan sedang berlangsung.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Nyeri di Ulu Hati? Waspada Gejala Penyakit Jantung Koroner”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)