Topik: penyakit jantung

  • Kualitas udara Jakarta Senin tidak sehat bagi kelompok sensitif

    Kualitas udara Jakarta Senin tidak sehat bagi kelompok sensitif

    Jakarta (ANTARA) – Kualitas udara Kota Jakarta tercatat tidak sehat bagi kelompok sensitif sehingga mereka disarankan mengenakan masker saat berada di luar rumah, demikian seperti dinyatakan dalam laman IQAir dengan pembaruan pada pukul 05.00 WIB, Senin.

    IQAir mencatat kualitas udara Jakarta berada pada poin 112 dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2,5 sebesar 39,8 mikrogram per meter kubik atau delapan kali lebih tinggi nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    PM 2,5 merupakan partikel berukuran lebih lebih kecil 2,5 mikron (mikrometer) yang ditemukan di udara termasuk debu, asap dan jelaga. Paparan partikel ini dalam jangka panjang dikaitkan dengan kematian dini, terutama pada orang yang memiliki penyakit jantung atau paru-paru kronis.

    Rekomendasi kesehatan terkait kualitas udara saat ini bagi kelompok sensitif selain mengenakan masker, juga menghindari beraktivitas di luar ruangan, menutup jendela demi menghindari udara luar yang kotor, dan menyalakan penyaring udara.

    Adapun kualitas udara Jakarta tercatat berada pada urutan kedua terburuk di Indonesia, setelah Tangerang Selatan; Banten dengan poin 118.

    Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mendorong kerja sama konkret dengan daerah-daerah penyangga untuk bersama-sama menurunkan emisi, khususnya dari sektor industri yang aktivitasnya turut memengaruhi udara di Jakarta.

    Upaya lain yang juga dilakukan yakni penegakan hukum terhadap kendaraan berat yang tidak lolos uji emisi. Upaya ini, kata Pemprov DKI menjadi bentuk nyata keseriusan kami dalam menjaga kualitas udara.

    Ke depan, Pemprov DKI Jakarta akan memperluas pelaksanaan uji emisi dan penindakan bagi kendaraan kategori N dan O sebagai bagian dari komitmen mewujudkan Jakarta yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.

    Pemprov DKI Jakarta sudah melakukan uji emisi secara gratis terhadap sebanyak 1.692.618 kendaraan roda empat maupun roda dua sejak tahun 2020 hingga 2024.

    Dari jumlah ini sebanyak 1.544.773 merupakan kendaraan roda empat. Sedangkan sisanya, yakni 147.845 adalah kendaraan roda dua

    Tingkat kelulusan untuk kendaraan roda empat yang diuji mencapai 98,2 persen, sementara kendaraan roda dua sebesar 82,3 persen.

    Uji emisi dilakukan guna mengukur kepatuhan masyarakat khususnya pemilik kendaraan bermotor terkait kelayakan efisiensi pembakaran mesin kendaraan dan kadar polutan yang dihasilkan.

    Di sisi lain, pemerintah ingin membangun kesadaran warga tentang andil mereka terhadap kondisi kualitas udara.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tragis! Pasien Meninggal Dunia saat Jalani Operasi Jantung Akibat Mati Listrik

    Tragis! Pasien Meninggal Dunia saat Jalani Operasi Jantung Akibat Mati Listrik

    Jakarta

    Seorang pasien wanita meninggal dunia selama operasi jantung. Pasien tersebut diketahui bernama Jean Dye, wanita berusia 77 tahun.

    Laporan kematiannya baru dirilis oleh Prevention of Future Deaths, setelah melakukan investigasi selama lima tahun atas kematian Dye.

    Kejadian berawal pada September 2020, Dye mengunjungi Rumah Sakit Umum Scunthorpe di Inggris untuk dirawat karena penyakit jantung yang diidapnya. Ia menjalani intervensi koroner perkutan, yang dikenal sebagai angioplasti dengan pemasangan stent.

    Tindakan yang dilakukan adalah operasi invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang tersumbat dengan menggunakan tabung kecil permanen yang disebut stent.

    Koroner senior Paul Smith menjelaskan, selama prosedur tersebut dokter hanya memiliki waktu terbatas untuk memasang stent. Namun, di tengah jalannya operasi, ruang operasi tiba-tiba mengalami pemadaman listrik yang berlangsung sekitar 10 menit.

    “Hilangnya daya listrik menghilangkan kemampuan untuk menghasilkan gambar sinar-X, dan akibatnya menghambat prosedur pemasangan stent hingga daya kembali menyala,” terangnya dalam laporan yang dikutip dari People, Minggu (17/8/2025).

    Smith mengatakan tidak ada penyebab yang jelas terkait hilangnya daya dan tidak ada aktivasi sirkuit secara manual. Staf, yang kabarnya belum pernah mengalami situasi seperti itu sebelumnya, kemudian terpaksa menunggu teknisi datang untuk memulihkan daya listrik.

    Setelah daya listrik pulih, dokter dapat menyelesaikan pemasangan stent. Tetapi, Dye ‘gagal pulih’ hingga meninggal dunia.

    Penyebab kematiannya dipastikan sebagai diseksi arteri iatrogenik selama intervensi koroner perkutan.

    “Berdasarkan keseimbangan probabilitas, Nyonya Dye akan selamat jika tidak ada hilangnya daya listrik,” demikian pernyataan laporan tersebut.

    Smith kemudian mengirimkan laporan tersebut ke NHS Inggris dan Eksekutif Pelayanan Kesehatan, memberi mereka waktu hingga 28 Agustus 2025 untuk menanggapi. Ia menyarankan untuk segera mengambil tindakan untuk mencegah kejadian ini terulang kembali.

    Daftar kekhawatirannya mencakup fakta bahwa tombol reset terletak di tempat lain di rumah sakit. Tidak ada lampu atau indikator di ruang opersi yang mengonfirmasi bahwa sirkuit telah aktif.

    “Menurut saya, ada risiko kematian di masa mendatang dapat terjadi, kecuali jika tindakan diambil. Seandainya staf mengetahui penyebab pasti hilangnya daya pada kejadian ini, dan mereka memiliki kesempatan untuk mereset sirkuit tanpa perlu menunggu kedatangan teknisi, yang kemudian harus datang ke ruang instalasi terpisah, waktu henti kemungkinan besar akan berkurang secara signifikan,” beber Smith.

    “Meskipun tidak mungkin untuk mengatakan bahwa waktu tambahan yang dihabiskan pada kejadian ini berpengaruh pada pasien yang bertahan hidup atau tidak, mungkin ada kasus-kasus di masa mendatang di mana selisih waktu yang tipis tersebut sangat krusial,” pungkasnya.

    (sao/suc)

  • 5 Makanan yang Manfaatnya Nggak Kaleng-kaleng Buat Jantung, Mudah Ditemukan

    5 Makanan yang Manfaatnya Nggak Kaleng-kaleng Buat Jantung, Mudah Ditemukan

    Jakarta

    Sekitar 17,9 juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit kardiovaskular atau cardiovascular diseases (CVD). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), CVD merupakan penyebab kematian utama di seluruh dunia.

    Menjaga kesehatan jantung sangatlah penting, dan pola makan berperan besar dalam hal ini. Dikutip dari Times of India, berikut daftar makanan yang dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung.

    1. Sayuran Berdaun Hijau

    Sayuran berdaun hijau seperti bayam, kale, dan Swiss chard adalah sumber gizi yang luar biasa. Sayuran ini kaya akan vitamin K, yang berperan melindungi arteri serta membantu proses pembekuan darah secara normal.

    Sebuah studi terbaru dari Edith Cowan University (ECU), University of Western Australia, dan Danish Cancer Institute menunjukkan, konsumsi satu setengah cangkir sayuran hijau dapat membantu mencegah penyakit pembuluh darah aterosklerotik atau Atherosclerotic Vascular Diseases (ASVD)

    Penelitian tersebut menemukan asupan vitamin K1 yang lebih tinggi dapat menurunkan risiko ASVD.

    “Sayuran hijau dan sayuran cruciferous seperti bayam, kale, dan brokoli mengandung vitamin K1 yang dapat membantu mencegah proses kalsifikasi pembuluh darah, salah satu ciri utama penyakit kardiovaskular. Kabar baiknya, sayuran ini mudah sekali dimasukkan ke dalam menu makan harian Anda,” kata peneliti utama.

    2. Gandum Utuh

    Gandum olahan adalah musuh terbesar bagi kesehatan jantung. Sebagai gantinya, pilihlah gandum utuh seperti oat, quinoa, beras merah, dan gandum utuh. Makanan ini kaya serat, yang membantu menurunkan kadar kolesterol sekaligus menjaga kestabilan gula darah.

    Sebuah studi pada tahun 2021 menunjukkan konsumsi lebih banyak gandum olahan dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular serius, seperti serangan jantung, stroke, bahkan kematian. Sebaliknya, konsumsi gandum utuh justru dikaitkan dengan risiko lebih rendah terhadap penyakit jantung.

    baca juga

    3. Beri

    Siapa sangka, mengonsumsi buah beri yang lezat ternyata bisa meningkatkan kesehatan jantung. Jenisnya antara lain blueberry, stroberi, dan raspberry. Buah-buahan ini mengandung flavonoid, senyawa yang dapat menurunkan tekanan darah serta mengurangi stres oksidatif.

    Sebuah studi tahun 2019 oleh peneliti dari University of East Anglia menemukan, mengonsumsi satu cangkir blueberry setiap hari dapat menurunkan faktor risiko penyakit kardiovaskular.

    “Studi sebelumnya menunjukkan bahwa orang yang rutin makan blueberry memiliki risiko lebih rendah terkena berbagai penyakit, termasuk diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Hal ini mungkin karena blueberry kaya akan senyawa alami yang disebut antosianin, yaitu flavonoid yang memberi warna merah dan biru pada buah. Kami menemukan bahwa mengonsumsi satu cangkir blueberry per hari dapat memperbaiki fungsi pembuluh darah dan mengurangi kekakuan arteri secara berkelanjutan-cukup signifikan untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 12 hingga 15 persen,” jelas para peneliti.

    4. Alpukat

    Alpukat kaya akan lemak tak jenuh tunggal, yang membantu menurunkan kolesterol jahat (LDL) sekaligus meningkatkan kolesterol baik (HDL).

    Sebuah studi tahun 2022 yang diterbitkan di Journal of the American Heart Association menemukan, konsumsi alpukat dua porsi atau lebih setiap minggu berhubungan dengan risiko lebih rendah terkena penyakit kardiovaskular.

    Peserta penelitian yang rutin mengonsumsi setidaknya dua porsi alpukat per minggu tercatat memiliki risiko 16 persen lebih rendah terkena penyakit kardiovaskular dan 21 persen lebih rendah mengalami penyakit jantung koroner, dibandingkan mereka yang jarang atau tidak pernah makan alpukat.

    5. Ikan Berlemak

    Ikan berlemak seperti salmon, makarel, sarden, dan trout kaya akan asam lemak omega-3, yaitu eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA), yang terbukti dapat mengurangi peradangan sekaligus meningkatkan kesehatan jantung secara keseluruhan.

    Sebuah studi tahun 2023 oleh peneliti dari Karolinska Institute menunjukkan, konsumsi lebih banyak ikan berlemak dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Orang dengan riwayat keluarga dekat yang pernah mengalami penyakit kardiovaskular juga dapat memperoleh manfaat dari kebiasaan makan ikan berlemak secara teratur.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Bio Farma Resmi Produksi Obat Antikoagulan Halal

    Bio Farma Resmi Produksi Obat Antikoagulan Halal

    Jakarta

    PT Bio Farma (Persero) meraih Sertifikat Halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) untuk produk Enoxaparin Sodium. Langkah ini menjadi tonggak penting dalam menghadirkan obat antikoagulan halal pertama di Indonesia, sekaligus memperluas akses layanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan.

    Enoxaparin Sodium merupakan obat yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi pembekuan darah (tromboemboli), termasuk penyakit jantung koroner, sindrom antifosfolipid (APS) pada ibu hamil, hingga mendukung keberhasilan program bayi tabung (In Vitro Fertilization/IVF). Selama ini, produk serupa di pasaran berbahan dasar porcine (non-halal), sehingga menjadi kendala bagi sebagian masyarakat.

    Sejak 2022, Bio Farma mengembangkan Enoxaparin Sodium berbahan baku ovine (domba) yang terjamin halal. Kehadiran obat ini menjadi jawaban atas kebutuhan terapi antikoagulan dengan jaminan halal, sekaligus mendukung kemandirian industri farmasi nasional.

    Ketua Komite Kerja dari Komite Halal Bio Farma, Erman Tritama, menegaskan sertifikasi ini menunjukkan komitmen BUMN farmasi tersebut dalam menghadirkan produk yang aman, efektif, dan sesuai prinsip syariah.

    “Sertifikasi halal ini bukan hanya bentuk kepatuhan terhadap regulasi, tetapi juga jawaban atas harapan masyarakat yang membutuhkan terapi antikoagulan dengan jaminan halal. Kami bangga menjadi pelopor Enoxaparin Sodium halal yang terbukti aman dan efektif berdasarkan hasil penelitian di Indonesia,” ujar Erman, Minggu (17/8/2025).

    Ia menambahkan, selain sertifikasi halal, Enoxaparin Sodium produksi Bio Farma juga merupakan satu-satunya di Indonesia yang terbukti aman dan efektif melalui uji klinis bersama tiga rumah sakit besar nasional. “Hal ini memastikan pasien mendapatkan kualitas terapi yang optimal dengan standar keamanan yang tinggi,” kata Erman.

    Pencapaian ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo yang menekankan peningkatan layanan kesehatan berkualitas dan terjangkau, serta kemandirian farmasi nasional. Dengan langkah ini, Bio Farma menegaskan peran strategis BUMN dalam menjaga ketahanan kesehatan, mengurangi ketergantungan impor, dan menyediakan obat strategis yang sesuai kebutuhan medis sekaligus halal.

    (rrd/rrd)

  • Daftar 8 Jenis Penyakit Habiskan Biaya BPJS Kesehatan Paling Banyak

    Daftar 8 Jenis Penyakit Habiskan Biaya BPJS Kesehatan Paling Banyak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah penyakit dengan biaya tinggi ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Penyakit katastropik disebut masih menjadi yang paling banyak menyerap anggaran.

    Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti mengatakan, sepanjang 2024, pembiayaan penyakit katastropik mencapai sekitar Rp37 triliun. Angka itu diungkapkan Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti.

    Penyakit jantung menjadi beban terbesar dalam biaya tersebut. Kanker menempati posisi kedua sebagai penyakit dengan kasus dan pengeluaran tinggi.

    “Pertama itu penyakit yang paling banyak jantung, kedua itu kanker,” ungkap Ali dikutip dari Detik.com, Sabtu, (16/8/2025).

    Penyakit gagal ginjal dan kebutuhan cuci darah juga masuk dalam daftar penyumbang beban besar BPJS Kesehatan. Disebutkan pula, pasien terbanyak berasal dari kelompok lanjut usia atau lansia.

    Jumlah lansia saat ini tercatat sekitar 28 juta orang. Populasi itu diperkirakan akan terus meningkat sehingga potensi munculnya penyakit juga semakin besar.

    Menurut Ali Ghufron, pembiayaan pemeriksaan harus ditanggung BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, program skrining kesehatan digelar untuk mendorong masyarakat hidup lebih sehat.

    Daftar 8 penyakit dengan biaya tinggi yang saat ini ditanggung BPJS Kesehatan:

    Jantung: 22.550.047 kasus, pengeluaran Rp19,25 triliun
    Kanker: 4.240.719 kasus, pengeluaran Rp6,49 triliun
    Stroke: 3.899.305 kasus, pengeluaran Rp5,82 triliun
    Gagal ginjal: 1.448.406 kasus, pengeluaran Rp2,76 triliun
    Haemophilia: 131.639 kasus, pengeluaran Rp1,11 triliun
    Thalassaemia: 353.226 kasus, pengeluaran Rp794,46 miliar
    Leukemia: 168.351 kasus, pengeluaran Rp599,91 miliar
    Sirosis hepatis: 248.373 kasus, pengeluaran Rp463,52 miliar.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 5 Kebiasaan Sepele yang Bisa Memperpendek Umur

    5 Kebiasaan Sepele yang Bisa Memperpendek Umur

    Jakarta

    Memiliki usia yang panjang dan tubuh sehat merupakan keinginan dari banyak orang. Dalam perspektif kesehatan, ada banyak faktor yang menentukan kualitas dan durasi usia seseorang, misalnya dari jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, aktivitas fisik yang dilakukan, hingga faktor genetik.

    Hal-hal kecil yang dianggap biasa saja mungkin memiliki dampak signifikan pada kesehatan. Mengetahui kebiasaan-kebiasaan ini penting agar seseorang bisa lebih waspada dan mulai memperbaiki pola hidup sejak dini.

    Kebiasaan Sepele yang Memperpendek Umur

    Sebenarnya apa saja sih kebiasaan sepele yang sering diabaikan padahal dapat menurunkan kesehatan dan memperpendek usia? Berikut ini daftarnya dikutip dari Very Well Health:

    1. Konsumsi Makanan Olahan

    Kebiasaan mengonsumsi makanan olahan atau processed food dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit. Sedangkan ultra-processed food melalui proses pengolahan yang panjang dengan tambahan zat kimia dan kandungan gula garam lemak (GGL) yang cenderung tinggi.

    Hasilnya, konsumsi makanan olahan secara rutin dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, hipertensi, kanker, dan diabetes. Oleh karena itu, usahakan untuk lebih banyak mengonsumsi makanan utuh dan mengolah makanan sendiri di rumah.

    2. Kebanyakan Duduk

    Gaya hidup sedentary atau mager meningkatkan berbagai risiko penyakit kronis. Jika tidak memiliki waktu berolahraga, coba usahakan mencapai rekomendasi minimum olahraga 30 menit saja per hari, sebanyak lima kali seminggu.

    Sebuah studi tahun 2022 menemukan 15-20 menit aktivitas fisik intens per minggu, meskipun dalam sesi singkat, dikaitkan dengan penurunan risiko kematian dini. Temuan ini menunjukkan risiko kesehatan dapat dikurangi melalui jumlah olahraga yang relatif sederhana, asalkan olahraga tersebut cukup meningkatkan detak jantung.

    3. Merokok

    Dalam beberapa penelitian, disebutkan merokok dapat memangkas usia seseorang hingga 10 tahun. Ketika berhenti merokok, tekanan dan aliran darah akan membaik, serta risiko kanker menurun setiap tahunnya.

    Selain dapat menyebabkan kanker, rokok juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kerusakan paru. Perlu diingat, asap rokok juga membahayakan orang-orang di sekitar.

    4. Begadang

    Durasi dan kualitas tidur memengaruhi usia harapan hidup seseorang. Menurut meta-analisis tahun 2017, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit dari rata-rata optimal tujuh jam dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi.

    Tidur malam yang baik juga dapat membantu melawan stres, depresi, dan penyakit jantung, yang semuanya termasuk faktor-faktor berpengaruh terhadap umur panjang.

    5. Sering Stres

    Stres memberi beban pada tubuh dan mempercepat proses penuaan. Ini juga bisa semakin parah bila dikombinasikan dengan isolasi sosial.

    Mengelola stres akan membantu meningkatkan kualitas hidup serta kesehatan jangka panjang. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengendalikan stres seperti menulis jurnal, bermeditasi, melakukan hobi, hingga mempelajari teknik relaksasi.

    Tetap aktif secara sosial juga dapat memperpanjang umur. Cara ini bisa membantu mengelola stres dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Hubungan sosial yang baik membuat seseorang lebih kuat, sedangkan hubungan yang buruk dapat memicu kondisi mental negatif dan meningkatkan risiko depresi.

    (avk/up)

  • Kisah Profesor Kimia Terdakwa Pembunuhan Ubah Sidang Jadi ‘Ruang Kuliah’

    Kisah Profesor Kimia Terdakwa Pembunuhan Ubah Sidang Jadi ‘Ruang Kuliah’

    New Delhi

    “Apakah Anda seorang profesor kimia?” tanya hakim.

    “Ya,” jawab Mamta Pathak, menggenggam tangannya dengan hormat, memberi salam namaste.

    Mengenakan sari putih dan kacamata yang bertengger di hidungnya, pensiunan dosen ini berdiri di hadapan dua hakim di ruang sidang di Negara Bagian Madhya Pradesh, India Tengah.

    Dia berbicara seolah-olah sedang menyampaikan kuliah kimia forensik.

    “Dalam post-mortem,” ujarnya dengan suara gemetar namun tenang, “tidak mungkin membedakan antara luka bakar termal dan bekas luka bakar listrik tanpa analisis kimia yang tepat.”

    Di meja hakim, hakim bernama Vivek Agarwal mengingatkannya. “Dokter yang melakukan post-mortem mengatakan ada tanda-tanda sengatan listrik yang jelas.”

    Itu adalah momen yang langka, hampir surealis. Seorang perempuan berusia 63 tahun, yang dituduh membunuh suaminya dengan sengatan listrik, menjelaskan kepada pengadilan bagaimana reaksi asam dan jaringan mengungkapkan sifat luka bakar.

    Namun di pengadilan, pemaparan yang diberikan seorang ahli tidak cukup untuk membatalkan kasus pidana. Dalam perkara ini, seorang suami dibunuh dan motif pelakunya berakar pada kecurigaan dan perselisihan rumah tangga.

    Juli lalu, Pengadilan Tinggi India menolak banding Mamta Pathak. Badan peradilan itu menguatkan hukuman seumur hidup kepada Mamta yang terbukti membunuh suaminya, Neeraj Pathak, seorang pensiunan dokter, April 2021.

    Dalam persidangan Pathak mengajukan pembelaan yang berapi-api dan berargumentasi sendiri. Dia menyebut celah dalam autopsi, insulasi rumah, dan bahkan teori elektrokimia.

    Namun pengadilan menemukan bukti tidak langsung yang meyakinkan: Mamta membius suaminya dengan pil tidur, kemudian menyetrumnya.

    Di pengadilan, Mamta, seorang ibu dua anak, memeriksa berkas kasusnya yang menumpuk. Dia membolak-baliknya dengan penuh semangat.

    “Pak, bekas luka bakar listrik tidak dapat dibedakan antara ante-mortem [sebelum kematian] atau post-mortem [setelah kematian],” ujarnya mengutip dari sebuah buku forensik.

    “Bagaimana mereka [para dokter] menuliskannya sebagai bekas luka bakar listrik dalam [laporan] post-mortem?” ujarnya.

    Secara mikroskopis, luka bakar listrik tampak sama sebelum dan sesudah kematian, sehingga pemeriksaan standar tidak meyakinkan, kata para ahli.

    Studi yang lebih teliti terhadap perubahan kulit dapat mengungkapkan apakah luka bakar terjadi sebelum atau sesudah kematian, menurut sebuah makalah.

    Rekaman video ruang sidang menampilkan Mamta Pathak yang sedang membela kasusnya di pengadilan tinggi (BBC)

    Perdebatan spontan tentang reaksi kimia pun terjadi antara Mamta dengan hakim yang menyelidiki proses laboratoriumnya.

    Mamta berbicara tentang berbagai asam, menjelaskan bahwa perbedaan dapat dibuat menggunakan mikroskop elektron sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di ruang post-mortem.

    Mamta mencoba menjelaskan kepada hakim tentang mikroskop elektron dan berbagai asam. Tiga pengacara perempuan di belakangnya tersenyum.

    Mamta melanjutkan penjelasannya. Dia mengatakan telah belajar hukum di penjara selama setahun.

    Sambil membolak-balik berkas-berkasnya dan mengutip buku-buku kedokteran forensik, ia menunjukkan dugaan celah dalam penyelidikan.

    Yang dia sebut antara lain, tempat kejadian perkara yang tidak diperiksa hingga tidak adanya ahli listrik dan forensik yang berkualifikasi di tempat kejadian perkara.

    “Rumah kami diasuransikan dari tahun 2017 hingga 2022, dan inspeksi menunjukkan bahwa rumah tersebut terlindungi dari kebakaran listrik,” ujarnya.

    Mamta memberi tahu pengadilan bahwa suaminya menderita tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

    Mamta juga berkata, penyebab kematian suaminya sebenarnya adalah penyempitan dan “pengapuran arteri koronernya akibat usia tua”.

    Dia menduga bahwa suaminya mungkin terpeleset dan mengalami hematoma. Namun tidak pernah ada pemindaian yang dilakukan untuk memastikan kondisi itu.

    Baca juga:

    Neeraj Pathak, 65 tahun, ditemukan tewas di rumah keluarganya pada 29 April 2021. Autopsi menyatakan bahwa sengatan listrik adalah penyebab kematian.

    Beberapa hari kemudian, Mamta ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan.

    Polisi menyita kabel listrik sepanjang 11 meter dengan steker dua pin, serta rekaman CCTV dari rumah pasangan tersebut. Enam tablet pil tidur ditemukan dalam strip berisi 10 tablet.

    Laporan post-mortem menyebut syok kardiorespirasi akibat arus listrik di beberapa lokasi sebagai penyebab kematian Neeraj, yang terjadi 36 hingga 72 jam sebelum otopsi yang dilakukan pada 1 Mei.

    “Tetapi mereka tidak menemukan sidik jari saya pada strip tablet tersebut,” kata Mamta kepada para hakim.

    Namun argumennya dengan cepat terbantahkan, membuat Hakim Agarwal dan Devnarayan Sinha tidak yakin.

    Selama hampir empat dekade, Mamta dan Neeraj Pathak menjalani kehidupan kelas menengah yang tampak harmonis di Chhatarpur, sebuah distrik di Madhya Pradesh.

    Mamta mengajar kimia di perguruan tinggi negeri setempat. Sementara Neeraj merupakan kepala petugas medis di rumah sakit milik pemerintah distrik.

    Pasangan ini membesarkan dua putra, satu menetap di luar negeri, dan yang lainnya tinggal serumah dengan ibunya.

    Neeraj pensiun secara sukarela pada tahun 2019 setelah 39 tahun menjadi dokter pemerintah dan kemudian membuka klinik swasta di rumah.

    Mamta Pathak mengajar kimia di perguruan tinggi negeri selama 36 tahun (BBC)

    Peristiwa kematian Neeraj terjadi pada pandemi Covid-19. Neeraj menunjukkan gejala Covid, dan diketahui tetap tinggal di lantai atas rumahnya.

    Mamta dan putranya, Nitish, tinggal di lantai bawah. Dua tangga dari lantai dasar menghubungkan kamar-kamar Neeraj ke galeri terbuka dan ruang tunggu klinik pribadinya. Di situ enam stafnya beraktivitas di antara laboratorium dan toko obat.

    Putusan pengadilan setebal 97 halaman menyatakan bahwa Mamta melaporkan bahwa suaminya, Neeraj, tidak sadarkan diri di tempat tidur pada 29 April. Namun Mamta tetapi tidak memberi tahu dokter atau polisi hingga 1 Mei.

    Mamta justru membawa putra sulungnya ke Jhansi yang berjarak lebih dari 130 kilometer tanpa alasan yang jelas.

    Keterangan itu dikatakan pengemudi mereka, yang kembali pada malam yang sama.

    Mamta mengaku tidak tahu bagaimana suaminya meninggal ketika dia melapor ke polisi.

    Di balik kematian ini, tersimpan pernikahan yang bermasalah.

    Para hakim menyoroti perselisihan rumah tangga yang telah berlangsung lama. Pasangan itu hidup terpisah. Mamta juga mencurigai suaminya berselingkuh.

    Pada pagi hari kematiannya, Neeraj menelepon seorang rekannya. Di sambungan telepon, dia menuduh Mamta “menyiksanya”, menguncinya di kamar mandi, menahan makanan selama berhari-hari, dan menyebabkan cedera fisik.

    Neeraj juga menuduh Mamta mengambil uang tunai, kartu ATM, kunci kendaraan, dan dokumen deposito berjangka bank.

    Putra Neeraj meminta bantuan dan menghubungi seorang teman yang kemudian melaporkannya ke polisi. Polisi itu kemudian menyelamatkan Neeraj dari apa yang disebut sebagai “penyekapan”.

    Pasangan itu pernah hidup terpisah belakangan ini, yang semakin memperkuat keraguan pengadilan.

    Mamta mengatakan kepada pengadilan bahwa dia adalah “ibu terbaik”. Dia menunjukkan kartu ucapan selamat ulang tahun dari anak-anaknya sebagai bukti.

    Mamta juga menunjukkan foto-foto dirinya sedang menyuapi suaminya dan foto-foto bersama keluarga.

    Namun, para hakim tetap bergeming. Mereka mencatat bahwa tanda-tanda kasih sayang seperti itu tidak menghapus motif.

    Bagaimanapun juga, menurut hakim, seorang “ibu yang penyayang” juga bisa menjadi “istri yang mencurigakan”.

    Lima puluh menit setelah menyampaikan pembelaannya, ketenangan Mamta goyah untuk pertama kalinya.

    “Saya tahu satu hal… saya tidak membunuhnya,” kata Mamta. Suaranya melemah.

    Di saat lain, dia mengaku, “Saya tidak tahan lagi.”

    Mencoba meredakan ketegangan, Hakim Agarwal berkomentar, “Anda pasti sudah terbiasa dengan ini… Anda pasti mengajar selama 50 menit di perguruan tinggi.”

    “40 menit, Pak. Tapi mereka anak-anak kecil,” kata Mamta.

    “Anak-anak kecil kuliah? Tapi jabatan Anda asisten profesor,” desak hakim.

    “Tapi mereka anak-anak, Pak,” jawabnya.

    “Jangan ceritakan kisah seperti itu kepada kami,” sela Hakim Agarwal tajam.

    Mamta berargumen bukan hanya sebagai terdakwa, tapi sebagai dosen yang mengubah ruang sidang menjadi laboratorium kimia.

    Dia berharap membuktikan ketidakbersalahannya melalui sains. Namun pada akhirnya, fakta-fakta yang ada terbukti lebih kuat daripada pelajaran yang dia dapatkan.

    (nvc/nvc)

  • Dokter Ungkap Cara Tubuh Memproses Gula hingga Tingkatkan Risiko Diabetes

    Dokter Ungkap Cara Tubuh Memproses Gula hingga Tingkatkan Risiko Diabetes

    Jakarta

    Makanan dan minuman manis sering disebut sebagai pemicu diabetes. Namun, bagaimana prosesnya hingga tubuh memproses gula hingga akhirnya bisa meningkatkan risiko diabetes?

    Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik, dan Diabetes di Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr. Herry Nursetiyanto, Sp.PD-KEMD, FINASIM menjelaskan bagaimana tubuh memproses gula hingga akhirnya bisa meningkatkan risiko diabetes.

    “Tubuh mengolah makanan berkarbohidrat sederhana seperti nasi, roti, dan kue menjadi glukosa sebagai sumber energi utama. Glukosa diserap melalui usus ke aliran darah, lalu merangsang pankreas menghasilkan insulin (hormon pengatur gula darah) yang membantu glukosa masuk ke sel tubuh untuk digunakan sebagai energi,” ungkap dr. Herry yang bertugas di Mayapada Hospital Jakarta Selatan dalam keterangan tertulis, Sabtu, (16/8/2025).

    Selain itu, dr. Herry juga mengungkapkan terkait fruktosa, yaitu jenis gula alami yang ditemukan dalam buah-buahan seperti apel, mangga, anggur, semangka, pir, melon, dan pisang yang bermanfaat bagi imun dan pencernaan.

    “Fruktosa diserap dari usus lalu diproses di hati, diubah menjadi glukosa atau lemak. Saat dikonsumsi dalam bentuk buah utuh, sebagian fruktosa dimetabolisme oleh bakteri baik di usus yang bermanfaat bagi pencernaan dan imun tubuh,” lanjutnya.

    Akan tetapi, Menurut dr. Herry, fruktosa dalam bentuk cair seperti jus atau minuman berperisa buah mudah dikonsumsi berlebihan karena tidak memberi rasa kenyang, padahal kandungan gulanya bisa mendekati batas harian yang dianjurkan.

    “Apalagi, glukosa dan fruktosa saling memengaruhi. Glukosa meningkatkan penyerapan fruktosa di usus, sementara fruktosa mempercepat penyimpanan glukosa di hati. Jika dikonsumsi berlebihan, dapat memicu penumpukan lemak di hati (fatty liver) dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 serta penyakit jantung,” jelasnya.

    Hal ini juga dikonfirmasi oleh dr. Nanang Soebijanto Sajoedi , Sp.PD, KEMD, FINASIM, FACE, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik, dan Diabetes di Mayapada Hospital Jakarta Selatan. Menurutnya, konsumsi glukosa dan fruktosa yang berlebihan dapat memperburuk lonjakan gula darah.

    “Kadar gula darah yang tidak terkendali dapat menyebabkan resistensi insulin, di mana tubuhtidak lagi merespons insulin secara efektif. Jika terus berlangsung, pankreas akan kelelahan memproduksi insulin, hingga akhirnya produksi insulin berkurang (insufisiensi insulin). Inilah proses awal mula prediabetes, dan bila tidak ditangani dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2 dengan risiko komplikasi serius seperti penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan,” ungkap dr. Nanang.

    Menurut dr. Nanang, langkah terbaik untuk mencegah diabetes adalah dengan mengelola konsumsi gula dan memilih sumber karbohidrat alami agar kadar gula darah tetap stabil.

    “Pilih makanan tinggi serat seperti buah utuh, sayuran, dan biji-bijian. Hindari minuman manis dan jus kemasan, serta lakukan pemeriksaan gula darah secara berkala, terutama bagi yang memiliki riwayat keluarga diabetes, kelebihan berat badan, atau gaya hidup sedentari,” jelasnya.

    Sebagai langkah antisipatif terhadap risiko diabetes, Mayapada Hospital menghadirkan Sugar Sugar Clinic sebagai pusat kesehatan layanan GRATIS bagi semua kalangan. Layanan ini mencakup skrining dengan Artificial Intelligence (AI), konsultasi dokter, manajemen diabetes menyeluruh, hingga pendampingan gaya hidup sehat.

    Layanan ini juga tersedia di unit Mayapada Hospital yang ada di Kuningan, Tangerang, Surabaya, dan Bandung. Untuk informasi layanan Sugar Clinic, silakan menghubungi call center 150770 atau mengakses aplikasi MyCare untuk booking layanan skrining dengan mudah.

    Mycare dapat membantu memantau gaya hidup sehat melalui fitur Personal Health yang terhubung ke Google Fit atau Health Access untuk memantau detak jantung, langkah kaki, kalori terbakar, dan BMI.

    Unduh MyCare dan kumpulkan reward point untuk potongan harga di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (anl/ega)

  • 5 Makanan yang Manfaatnya Nggak Kaleng-kaleng Buat Jantung, Mudah Ditemukan

    Dokter Beberkan Makanan yang Sebaiknya Dihindari, Bisa Rusak Jantung

    Jakarta

    Bagi banyak orang, pagi terasa kurang lengkap tanpa sarapan. Menu sarapan sering menjadi sumber energi untuk memulai aktivitas. Namun, tidak semua pilihan sarapan aman bagi tubuh. Menurut dokter spesialis jantung Robert Segel, M.D., sarapan dengan kandungan natrium tinggi dapat perlahan merusak kesehatan jantung.

    Natrium tidak hanya terdapat pada sosis asin, tetapi juga ‘tersembunyi’ dalam menu yang tidak terasa asin, seperti roti dan kue kering. Mengingat penyakit kardiovaskular menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia, penting untuk meninjau kembali menu sarapan sebelum memulai hari yang padat.

    1. Meningkatkan Tekanan Darah

    “Asupan natrium yang tinggi menyebabkan retensi cairan, meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan risiko gagal jantung,” kata Segel, dikutip dari Eating Well, Jumat (15/8/2025).

    Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan pola makan tinggi natrium memiliki risiko 19 persen lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dibanding mereka yang membatasi asupan natrium. Kelebihan natrium dapat mengganggu sistem pengatur tekanan darah (renin-angiotensin) dan membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah.

    American Heart Association (AHA) merekomendasikan konsumsi natrium tidak lebih dari 1.500 mg per hari, jauh di bawah rata-rata konsumsi masyarakat yang mencapai lebih dari 3.300 mg.

    2. Mengandung Tinggi Lemak Jenuh

    Daging olahan seperti sosis tidak hanya mengandung natrium tinggi, tetapi juga lemak jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Kombinasi ini tentu bisa berdampak serius bagi jantung. Sebuah studi menemukan, konsumsi lebih dari 5 ons daging olahan per minggu dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 46 persen.

    Sebagai gantinya, pilih sumber protein yang minim proses dan lebih sehat, seperti telur, yogurt tawar, atau tuna.

    3. Terkait dengan Diabetes Tipe 2

    Pengidap diabetes memiliki risiko penyakit jantung dua kali lipat akibat kadar gula darah tinggi yang terus-menerus dapat merusak pembuluh darah. Menjaga kadar gula darah tetap stabil menjadi salah satu cara penting melindungi kesehatan jantung.

    Tak hanya makanan manis seperti donat atau kue kering, pola makan tinggi natrium juga berisiko meningkatkan kemungkinan terkena diabetes. Sebuah penelitian menemukan orang dengan asupan natrium tertinggi memiliki risiko 80 persen lebih besar mengalami diabetes dibanding mereka yang konsumsi natriumnya paling rendah.

    4. Rendah Serat

    Serat yang terdapat dalam buah, sayur, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan biji-bijian memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan pencernaan sekaligus melindungi jantung dan mengurangi risiko diabetes. Sayangnya, sebagian besar orang tidak mencapai kebutuhan serat harian yang disarankan, yaitu sekitar 28 gram.

    Daging olahan tidak mengandung serat sama sekali. Sementara banyak roti, bagel, dan kue panggang juga rendah serat, kecuali dibuat dari biji-bijian utuh dalam jumlah besar.

    Semua jenis serat bermanfaat, tetapi serat larut paling efektif untuk kesehatan jantung karena dapat mengikat kolesterol di usus dan membuangnya melalui tinja. Untuk sarapan, pilih sumber serat larut seperti oatmeal dan buah-buahan, termasuk apel, pir, pisang, dan jeruk.

    Kurangi Risiko Penyakit Jantung dengan Makan Sehat

    Mengonsumsi beragam jenis makanan bermanfaat bagi kesehatan dan dapat membantu menurunkan risiko penyakit, termasuk penyakit jantung. Usahakan untuk mengonsumsi makanan dari lima kelompok pangan dalam jumlah yang disarankan. Cara ini tidak hanya membantu mempertahankan pola makan yang sehat dan bervariasi, tetapi juga memastikan tubuh mendapatkan nutrisi penting.

    Heart Foundation merekomendasikan:

    Mengonsumsi banyak sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian utuh.Memilih beragam sumber protein sehat, terutama ikan dan makanan laut, kacang-kacangan (seperti buncis dan lentil), kacang, serta biji-bijian. Telur dan unggas rendah lemak dalam jumlah terbatas juga dapat menjadi bagian dari pola makan sehat untuk jantung. Jika memilih daging merah, pastikan rendah lemak, tidak diproses atau diproses seminimal mungkin, dan batasi konsumsinya 1-3 kali per minggu.Mengonsumsi susu, yogurt, dan keju tanpa rasa. Bagi yang memiliki kadar kolesterol tinggi, pilihlah produk susu rendah lemak.Memilih sumber lemak sehat, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, alpukat, zaitun, dan minyak zaitun untuk memasak.Menggunakan rempah dan bumbu alami untuk memberi rasa, sebagai pengganti garam tambahan.

    Perhatikan pula jumlah makanan yang dikonsumsi. Porsi makan yang terlalu besar, terutama dari makanan tidak sehat, dapat menyebabkan obesitas dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Idealnya, piring sehat terdiri dari 1/4 protein,1/4 karbohidrat, dan 1/2 sayuran.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • BPJS Kesehatan Susun Langkah Hadapi Beban Pembiayaan Perawatan Lansia

    BPJS Kesehatan Susun Langkah Hadapi Beban Pembiayaan Perawatan Lansia

    Jakarta

    BPJS Kesehatan menyiapkan langkah untuk menghadapi beban pembiayaan kesehatan yang meningkat secara signifikan. Hal ini terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia yang mencapai 28 juta jiwa.

    Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti mengungkapkan kelompok lansia cenderung memiliki risiko tinggi mengalami berbagai penyakit. Misalnya seperti penyakit jantung, kanker, dan gagal ginjal yang memang membutuhkan perawatan jangka panjang dan biaya yang besar.

    “Pembiayaan penyakit katastropik pada 2024 mencapai sekitar 37 triliun rupiah. Jumlah ini akan terus meningkat jika kita tidak mengedepankan pencegahan,” ungkapnya saat ditemui di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (13/8/2025).

    Prof Ali Ghufron mengatakan saat ini BPJS Kesehatan tengah menyiapkan langkah-langkah yang konkret untuk menghadapi proyeksi penambahan kelompok usia lansia tersebut.

    Salah satunya, dengan memasifkan program skrining kesehatan. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi dini penyakit dan mengedukasi masyarakat dalam menerapkan gaya hidup sehat.

    “BPJS bikin screening ini tujuannya agar orang itu berpola hidup sehat, juga pendekatan lain seperti sosialisasi yang dibalut dengan seni,” kata Prof Ali Ghufron.

    Dalam menjalani program ini, Prof Ali Ghufron berharap dapat berkolaborasi dengan lintas sektor. Ini termasuk dengan fasilitas kesehatan yang sudah berjalan baik, sehingga dapat memperkuat kesadaran publik soal pentingnya menjaga kesehatan dan mengoptimalkan manfaat program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

    (sao/kna)