Topik: penyakit jantung

  • Tak Perlu ke Gym, 8 Kebiasaan Sederhana Ini Bisa Bantu Hempaskan Lemak Perut

    Tak Perlu ke Gym, 8 Kebiasaan Sederhana Ini Bisa Bantu Hempaskan Lemak Perut

    Jakarta

    Lemak perut erat kaitanya dengan risiko kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan perlemakan hati. Meski olahraga di pusat kebugaran bisa membantu, penelitian menunjukkan perubahan gaya hidup sederhana bisa berperan jauh lebih besar dalam mengurangi lemak di perut.

    Perubahan kecil dalam pola makan hingga rutinitas harian bisa memicu pembakaran lemak. Dikutip dari laman Times of India, berikut beberapa kebiasaan yang bisa membantu menghempaskan lemak perut.

    1. Mulai Pagi dengan Air Hangat dan Serat Larut

    Mulai hari dengan air hangat yang dicampur dengan biji chia atau biji rami yang direndam untuk melancarkan pencernaan dan mengurangi rasa lapar. Serat larut menggembung di lambung, memperlambat pencernaan, serta mengurangi penyerapan lemak. Tak hanya menjaga usus tetap aktif, cara ini juga membantu mencegah makan berlebihan sepanjang hari.

    2. Hindari Ngemil di Larut Malam

    Salah satu penyebab terbentuknya lemak perut adalah makan larut malam. Studi menunjukkan bahwa malam malam setidaknya tiga jam sebelum tidur bisa meningkatkan metabolisme lemak.

    Makan malam ringan yang kaya protein dan sayuran memberi tubuh waktu untuk menggunakan energi, bukan menyimpannya sebagai lemak di sekitar perut.

    3. Berlatih Gerakan Insidental Sepanjang Hari

    Gerakan sehari-hari seperti naik tangga, jalan cepat atau bahkan peregangan sambil menonton TV bisa membakar kalori secara signifikan. Kebiasaan ini dikenal sebagai NEAT (Non-Exercise Activity Thermoenesis dan dikaitkan erat dengan peneliti dengan berkurangnya lemak di perut. NEAT mengubah aktivitas biasa dengan peluang

    4. Konsumsi Rempah-rempah

    Kunyit dalam sajian makanan atau kayu manis dalam teh memiliki sifat termogenik. Rempah-rempah ini tidak hanya meningkatkan rasa, tapi juga meningkatkan sensitivitas insulin yang mencegah penumpukan lemak.

    5. Prioritaskan Protein

    Protein merupakan penangkal lemak perut alami. Menyertakan makanan seperti telur atau ayam tanpa lemak bisa membantu menjaga metabolisme tetap aktif. Protein juga mengandung ghrelin, hormon lapar, sehingga lebih mudah menahan keinginan makan yang tidak sehat. Hasilnya, penyimpanan lemak lebih sedikit dan pemeliharaan otot lebih baik.

    Nutrisi ini juga mendukung perbaikan jaringan, meningkatkan rasa kenyang, dan membantu menstabilkan gula darah. Sehingga dapat mencegah energi menurun dan makan berlebihan.

    6. Tidur Nyenyak

    Kurang tidur berkaitan langsung dengan lemak perut yang membandel. Jadwal tidur yang konsisten menyeimbangkan kortisol (hormon stres) dan insulin. Keduanya berperan penting dalam penyimpanan lemak. Tubuh yang cukup istirahat juga lebih disiplin dalam memilih makanan keesokan harinya.

    Tidur yang berkualitas dapat mendukung metabolisme, menguangi keinginan makan makanan tidak sehat, dan meningkatkan energi. Hal tersebut memebuat tubuh lebih mudah untuk tetap aktif dan mempertahankan berat badan yang sehat seiring waktu.

    7. Hindari Stres

    Praktik sederhana seperti bernapas dalam, meditasi dalam 10 menit, atau bahkan mendengarkan musik di sela jam kerja bisa mengurangi hormon stres. Berkurangnya kortisol berarti berkurangnya penyimpanan lemak, terutama di sekitar pinggang.

    Tak hanya membantu mengurangi lemak perut, kebiasaan ini juga meningkatkan suasana hati, kualitas tidur, fokus, dan kesehatan metabolisme secara alami. Sehingga, manfaat ini bisa membantu dalam membangun ketahanan emosional, mengatur nafsu makan dengan lebih baik, dan mempertahankan gaya hidup yang lebih sehat, tanpa bergantung pada diet ekstrem.

    8. Olahraga-Jaga Pola Makan

    Segala bentuk olahraga baik untuk dilakukan. Selain itu menjaga pola makan juga penting. Terapkan pola makan sehat secara teratur dan hindari makanan cepat saji untuk hasil yang lebih baik.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)

  • Lagi Musim Bapil, Begini Cara Alami ‘Bersihkan’ Paru-paru di Rumah

    Lagi Musim Bapil, Begini Cara Alami ‘Bersihkan’ Paru-paru di Rumah

    Jakarta

    Paru-paru adalah organ vital yang bertanggung jawab untuk memasok oksigen ke tubuh, dan memiliki kemampuan membersihkan diri secara alami. Organ ini menghasilkan lendir yang memerangkap debu, polutan, dan kuman.

    Sementara struktur lainnya, seperti rambut halus atau silia bertugas menggerakkan lendir ke atas untuk dikeluarkan melalui batuk, bersin, atau membersihkan tenggorokan.

    Menjaga kesehatan paru-paru perlu menghindari paparan asap rokok, polusi udara, dan iritan lainnya. Hal ini memungkinkan paru-paru pulih dan meningkatkan sirkulasi seiring waktu.

    Selain mekanisme pembersihan alami ini, beberapa teknik tertentu dapat membantu mendukung fungsi paru-paru, mengurangi penumpukan lendir, dan meningkatkan efisiensi pernapasan. Teknik seperti batuk terkendali, drainase postural, terapi uap, perkusi dada, dan mengonsumsi makanan kaya antioksidan seperti teh hijau dapat membantu paru-paru tetap sehat dan optimal.

    Dikutip dari Times of India, berikut lima cara alami yang efektif menjaga paru-paru tetap sehat dan bersih:

    1. Konsumsi Teh Hijau dan Makanan Kaya Antioksidan

    Teh hijau bukanlah ‘detoks’ langsung untuk paru-paru. Tetapi, kandungan antioksidannya yang tinggi dapat mendukung kesehatan paru-paru dan mengurangi peradangan.

    Antioksidan melawan stres oksidatif, yang dapat mengganggu fungsi paru-paru seiring waktu. Sebuah studi yang dipublikasikan di ScienceDirect pada 1.000 orang dewasa di Korea, menemukan bahwa mereka yang minum setidaknya dua cangkir teh hijau setiap hari memiliki fungsi paru-paru yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak.

    Selain itu, mengonsumsi makanan yang kaya antioksidan, seperti buah-buahan dan sayuran dapat melengkapi metode pembersihan paru-paru alami lainnya, membantu menjaga kesehatan saluran pernapasan, dan mendukung kesehatan pernapasan secara keseluruhan.

    2. Mengontrol Batuk untuk Mengeluarkan Lendir

    Batuk adalah cara alami tubuh untuk mengeluarkan lendir dan racun yang terperangkap di paru-paru. Meskipun kebanyakan orang batuk secara refleks, batuk yang terkontrol dapat membantu orang yang kesulitan mengeluarkan lendir atau mengidap kongesti kronis.

    Metode ini dilakukan dengan duduk nyaman, bahu rileks, dan kaki rata di lantai. Tarik napas perlahan melalui hidung, tahan napas sebentar, lalu batuk pendek dan kuat.

    Dengan mengulangi proses ini, lendir dari bagian paru-paru yang lebih dalam akan dimobilisasi, sehingga lebih mudah dikeluarkan. Batuk yang terkendali tidak hanya membantu membersihkan saluran napas, tetapi juga mengurangi risiko infeksi pernapasan dan meningkatkan efisiensi pernapasan secara keseluruhan.

    3. Teknik Drainase

    Drainase postural adalah teknik yang memanfaatkan gravitasi untuk membantu mengeluarkan lendir dari paru-paru. Posisi yang berbeda memungkinkan lendir mengalir dari area paru-paru tertentu, yang dapat meningkatkan pernapasan dan mengurangi risiko infeksi.

    Misalnya, berbaring telentang dengan bantal di bawah pinggul memposisikan dada lebih rendah dari pada pinggul, sehingga memudahkan pengeluaran lendir. Begitu juga dengan berbaring miring atau tengkurap sambil menjaga pinggul tetap terangkat, yang memungkinkan lendir yang terperangkap mengalir menuju saluran napas.

    Melatih inhalasi lambat dan dalam diikuti dengan ekshalasi berkepanjangan, yang dikenal sebagai pernapasan 1:2, akan meningkatkan proses ini. Drainase postural yang teratur dapat bermanfaat bagi orang dengan kondisi pernapasan kronis, membantu menjaga fungsi, serta kenyamanan paru-paru.

    4. Terapi Uap

    Menghirup uap air atau terapi uap dapat membantu membuka saluran napas dan mengencerkan lendir di paru-paru. Banyak orang merasa menghirup uap dapat meredakan gejala infeksi atau penyumbatan pernapasan, dan mereka yang memiliki kondisi seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) mungkin mengalami pernapasan yang lebih mudah.

    Uap hangat membantu mengencerkan lendir, sehingga lebih mudah dikeluarkan melalui batuk. Tetapi, penelitian yang dipublikasikan di National Institutes of Health menyoroti bahwa meskipun beberapa studi menyebut uap panas bermanfaat, bukti berkualitas tingginya masih terbatas.

    Terapi uap harus digunakan dengan hati-hati, hindari uap yang terlalu panas, dan orang dengan masalah paru-paru kronis harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mencobanya.

    5. Teknik Perkusi Dada

    Perkusi dada adalah teknik manual yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional atau terapis pernapasan. Biasanya dilakukan untuk membantu mengeluarkan lendir dari paru-paru.

    Dengan menggunakan tangan yang ditangkupkan untuk mengetuk dinding dada secara berirama, perkusi dada mengencerkan lendir di daerah paru-paru yang lebih dalam. Hal ini memungkinkannya bergerak menuju saluran napas yang lebih besar untuk pengeluaran yang lebih mudah.

    Metode ini sering dikombinasikan dengan drainase postural untuk mendapatkan efek maksimal, terutama pada individu dengan kongesti kronis atau kondisi pernapasan yang menyulitkan pengeluaran lendir. Perkusi dada dapat meningkatkan kenyamanan bernapas, mengurangi risiko infeksi paru-paru, dan mendukung fungsinya dengan baik.

    Meskipun metode alami dapat membantu membersihkan paru-paru, keamanan tetaplah penting. Hindari terapi uap berlebihan untuk mencegah luka bakar, dan individu dengan penyakit jantung.

    Kondisi paru-paru kronis sebaiknya dikonsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional sebelum melakukan teknik seperti drainase postural atau perkusi dada. Batuk terus-menerus, nyeri dada, atau kesulitan bernapas tidak boleh diabaikan, karena dapat mengindikasikan kondisi yang lebih serius dan memerlukan intervensi medis.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Hampir Sama Seperti Penyakit Paru Lainnya, Begini Batuk Pneumonia”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/kna)

  • Dokter Wanti-wanti Risiko Olahraga Berat pada Jantung, Ini yang Harus Diperhatikan

    Dokter Wanti-wanti Risiko Olahraga Berat pada Jantung, Ini yang Harus Diperhatikan

    Jakarta

    Tak jarang muncul kasus seseorang meninggal mendadak ketika berolahraga. Hal ini kerap menjadi sorotan karena seringkali orang yang meninggal diketahui menjalani hidup sehat dan sering berolahraga.

    Olahraga secara rutin merupakan salah satu cara penting untuk mencegah penyakit jantung. Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi?

    Spesialis jantung dan pembuluh darah dari BraveHeart – Brawijaya Hospital Saharjo Dr dr M Yamin, SpJP (K), SpPD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS mengungkapkan risiko kematian mendadak akibat henti jantung saat berolahraga dapat dialami siapa saja, termasuk atlet yang rajin berolahraga. Namun, ia menegaskan ini umumnya terjadi ketika seseorang sudah memiliki masalah jantung sebelumnya.

    “Pada atlet sudden death itu bisa. Memang karena serangan jantung, bisa juga kalau dia tidak ada sumbatan atau serangan jantung, tapi karena kelainan listrik jantung,” ucap dr Yamin ketika berbincang dengan detikcom di Jakarta Selatan, Kamis (23/10/2025).

    dr Yamin mengungkapkan kelainan listrik jantung dapat dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya hipertropi kardiomiopati. Kondisi ini membuat otot jantung secara genetik tebal secara berlebihan.

    Ketika orang dengan kondisi ini olahraga secara berlebihan, maka otot jantung dapat bertambah tebal. Menurut dr, Yamin ini yang membuat muncul risiko ‘korslet’ listrik jantung sehingga memicu meninggal mendadak saat olahraga.

    “Olahraga adalah salah satu kegiatan yang sudah dibuktikan akan menyehatkan, tapi kalau terjadi henti jantung saat olahraga, maka pasti orang itu mempunyai risiko terjadi henti jantung. Bukan olahraga (penyebab kematian mendadaknya),” sambungnya.

    Oleh karena itu, dr Yamin mengingatkan pentingnya melakukan pemeriksaan jantung secara rutin. Dengan begini, faktor risiko henti jantung bisa terpantau dan kematian mendadak bisa dicegah.

    “Kalau ada keluhan, diskrining dulu dengan protokol yang ada untuk memastikan tidak ada penyakit yang sudah ada, tapi nanti akan memberat atau akan memicu masalah saat berolahraga,” tandas dr Yamin.

    (avk/up)

  • Mikroplastik di Mana-mana, Tapi Kamu Bisa Menghindarinya

    Mikroplastik di Mana-mana, Tapi Kamu Bisa Menghindarinya

    Jakarta

    Jika kalian khawatir akan bahaya mikroplastik, dunia ini mungkin bisa terasa seperti ladang ranjau. Pasalnya, mikroplastik ada di mana-mana, sehingga sangat sulit menghindarinya.

    Partikel plastik kecil bisa saja terlepas dari pakaian kalian yang berbahan poliester, melayang di udara dalam ruangan, dan terkikis dari kemasan ke makanan siap saji. Namun, para ilmuwan mengatakan ada satu faktor yang paling berpengaruh, dan ternyata mudah dikendalikan.

    Dikutip dari The Washington Post, para peneliti menemukan bahwa panas merupakan salah satu pendorong terbesar pelepasan mikroplastik. Ketika kalian menuangkan kopi ke dalam cangkir styrofoam, bahan plastik langsung meresap ke dalam minuman.

    Atau, ketika menyeduh teh celup, jutaan serpihan mikroskopis akan berakhir di cangkir teh kalian dan terminum. Bahkan, mencuci pakaian poliester dengan air panas dapat menyebabkan serat yang tak terhitung jumlahnya berputar-putar di perairan kita, mencemari lingkungan dan mengancam satwa liar.

    Sebuah studi terbaru dari University of Birmingham, Inggris, menemukan bahwa minuman panas mengandung partikel mikroplastik hampir dua kali lipat lebih banyak daripada minuman dingin. Para peneliti juga mencatat bahwa plastik yang lebih tua atau terdegradasi akan lebih mudah larut ketika terpapar suhu tinggi.

    Demikian pula, para ilmuwan di University of Nebraska, Amerika Serikat, menemukan bahwa memanaskan wadah makanan bayi plastik dalam microwave melepaskan miliaran nanoplastik per sentimeter persegi.

    Meskipun kita masih belum sepenuhnya memahami risiko kesehatan jangka panjangnya, bukti awal menunjukkan kekhawatiran. Mikroplastik telah terdeteksi di otak, darah, hingga paru-paru, dan studi mengaitkannya dengan risiko stroke, penyakit jantung, dan masalah perkembangan yang lebih tinggi pada anak-anak.

    Namun, mengurangi paparan plastik bukan berarti hidup bebas plastik. Solusi paling sederhana? Kita bisa mengupayakan untuk menjauhkan bahan plastik dari panas.

    Hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik di microwave, menuangkan minuman panas ke gelas atau logam, dan pilih saringan dari kain alami ketimbang bahan sintetis. Setidaknya, setiap langkah kecil melindungi tubuh kita, Bumi, dan hewan-hewan yang tinggal bersama manusia.

    (rns/afr)

  • Maestro Dalang Ki Anom Suroto Meninggal, Sempat Dirawat karena Sakit Jantung

    Maestro Dalang Ki Anom Suroto Meninggal, Sempat Dirawat karena Sakit Jantung

    Liputan6.com, Jakarta Dalang wayang kulit Kanjeng Raden Tumenggung Haryo Lebdo Nagoro atau akrab disapa Ki Anom Suroto meninggal dunia, Kamis (23/10). Kabar tersebut dibenarkan Jatmiko, putra Anom Suroto yang juga seorang dalang wayang kulit.

    “Iya benar bapak meninggal dunia tadi. Ini saya masih ngurus jenazahnya,” ujar Jatmiko, Kamis (23/10/2025).

    Ki Anom Suroto meninggal setelah mendapatkan perawatan di RS Dr Oen Kandangsapi sejak empat hari lalu. Menurutnya, ayah dalang muda Bayu Aji Pemungkas itu menderita penyakit jantung.

    “Sudah 4 hari ini di Kandangsapi. Sakitnya jantung,” ungkap dia.

    Ki Anom Suroto Dimakamkan di Pemakaman Keluarga Klaten

    Jenazah Ki Anom Suroto akan dimakamkan di pemakaman keluarga, Depokan, Kecamatan Juwiring, Klaten, Jawa Tengah sore ini pukul 15.00 WIB.

    “Pemakaman hari ini jam tiga di Juwiring, Klaten jam tiga sore,” ujar Jatmiko saat ditemui merdeka.com di rumah duka.

    Menurut dia, jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka Kebon Seni Timasan, Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.

    Ki Anom Suroto meninggalkan seorang istri Rita Diana S dan delapan anak. Yakni, Retno Widowati, Shintowati Dwi, Triwati Rossana, Galuh Setyowati, Damar Sasongko, MPP Bayu Aji Jatmiko dan Maya Damayati.

    Anom Suroto lahir di Klaten 11 Agustus 1948 atau berusia 77 tahun. Ia adalah seorang dalang wayang kulit purwa. Dia mulai terkenal sebagai dalang sejak tahun 1975-an. Ilmu pedalangan dipelajarinya sejak umur 12 tahun dari ayahnya sendiri, Ki Sadiyun Harjadarsana.

    Reporter: Arie Sunaryo/merdeka.com

  • Petugas gabungan bersihkan lahan 3,6 hektare RS Sumber Waras Jakbar

    Petugas gabungan bersihkan lahan 3,6 hektare RS Sumber Waras Jakbar

    Jakarta (ANTARA) – Sekitar 200 petugas gabungan dari beberapa instansi di Pemerintah Kota Jakarta Barat membersihkan seluas 3,6 hektare lahan di RS Sumber Waras di RW 06 Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, pada Rabu.

    “Kerja bakti ini dalam rangka penataan dan optimalisasi pemanfaatan lahan RS Sumber Waras,” kata Wali Kota Jakarta Barat (Jakbar), Uus Kuswanto di Jakarta.

    Pembersihan area lahan itu ditargetkan rampung dalam tiga hari ke depan. “Rencananya Pemprov DKI Jakarta akan membangun pengembangan fasilitas kesehatan pada area seluas 3,6 hektare ini,” kata Uus.

    Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Purwadi, menyebutkan, lahan milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta itu akan dimanfaatkan untuk pengembangan sarana kesehatan.

    “Seiring rencana kerja jangka pendek dan menengah Gubernur DKI Jakarta, kami akan mendalami pemanfaatannya untuk pengembangan rencana layanan yang lebih terpadu dan terintegrasi, seperti layanan rumah sakit tipe A atau yang lebih luas lagi,” tuturnya.

    Secara spesifik, kata dia, sarana yang akan dibangun adalah fasilitas kesehatan khusus penyakit tidak menular seperti jantung, stroke dan kanker. “Jadi itu mempertimbangkan perubahan demografi angka penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, kanker, mungkin bisa fokus ke sana,” katanya.

    Tapi, menurut dia, rencana itu saat ini masih dalam pembahasan dengan tim kerja di Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Segini Jumlah Langkah Sehari untuk Cegah Kematian Dini, Tak Perlu Sampai 10 Ribu

    Segini Jumlah Langkah Sehari untuk Cegah Kematian Dini, Tak Perlu Sampai 10 Ribu

    Jakarta

    Sebuah studi terbaru mengungkapkan jalan kaki cukup 4 ribu langkah tiap hari dapat mengurangi risiko kematian dini hingga seperempat. Penelitian yang dipimpin oleh Harvard University ini dipublikasikan dalam British Journal of Sports Medicine.

    Mereka menemukan jalan kaki 4 ribu langkah setidaknya satu atau dua hari dalam seminggu dikaitkan dengan penurunan risiko kematian dan penyakit kardiovaskular. Hasilnya signifikan bila dibandingkan orang yang tidak jalan kaki sama sekali.

    Penelitian ini melibatkan 13 ribu lebih wanita sehat di Amerika Serikat berusia di atas 62 tahun, dengan usia rata-rata 72 tahun. Mereka mengenakan alat pelacak aktivitas selama 7 hari berturut-turut, antara tahun 2011-2015, kemudian ditindaklanjuti selama 10 tahun.

    Selama periode pemantauan sampai akhir 2024, tercatat 1.765 wanita meninggal dunia dan 781 mengalami penyakit jantung.

    Mencapai setidaknya 4 ribu langkah sehari sebanyak satu atau dua hari dalam seminggu dikaitkan dengan penurunan risiko kematian akibat semua sebab sebesar 26 persen. Peneliti juga menemukan penurunan risiko kematian akibat penyakit jantung hingga 27 persen, dibanding mereka yang tidak mencapai jumlah langkah tersebut.

    Bagi mereka yang berhasil mendapat 4 ribu langkah sehari, dalam tiga sampai empat hari, maka penurunan risiko kematian akibat segala sebab naik sampai 40 persen, meski tingkat kematian akibat penyakit jantung tetap sama.

    “Studi ini menunjukkan bahwa frekuensi pencapaian target langkah harian tidak terlalu penting (bahkan 1-2 hari per minggu dengan lebih dari 4.000 langkah sudah terkait dengan penurunan angka kematian dan kardiovaskular), dan bahwa total langkah lebih berpengaruh daripada seberapa sering target tercapai,” ungkap peneliti dikutip dari Guardian, Rabu (22/10/2025).

    Menurut peneliti, tidak ada cara terbaik untuk mencapai target langkah harian. Hal terpenting adalah jalan sebanyak mungkin, karena semakin baik bagi kesehatan.

    Rata-rata, peserta penelitian jalan kaki 5.615 langkah per hari. Karena penelitian ini bersifat observasional, peneliti mengingatkan ini tidak dapat disimpulkan secara pasti hubungan sebab-akibat.

    “Implikasi praktis dari temuan ini adalah karena total langkah merupakan faktor utama penentu penurunan risiko, tidak ada pola yang ‘lebih baik’ atau ‘terbaik’ dalam berjalan; seseorang bisa beraktivitas sesuai preferensinya, baik secara perlahan dan konsisten, maupun dalam pola berkelompok, untuk menurunkan risiko kematian dan penyakit jantung, setidaknya pada wanita lanjut usia,” tandasnya.

    Tonton juga video “Mengenal Dua Tipe Penyakit Jantung Bawaan” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Pengakuan Pria ‘Meninggal 17 Kali’ dalam Waktu 13 Menit, Ini yang Dirasakan

    Pengakuan Pria ‘Meninggal 17 Kali’ dalam Waktu 13 Menit, Ini yang Dirasakan

    Jakarta

    Kebanyakan orang mungkin mengatakan pernah mengalami kondisi mendekati kematian karena masalah kesehatan. Namun, bagi pria satu ini, ungkapan itu hanya sebagian kecil dari pengalamannya.

    Insiden ini dialami pria di Inggris bernama John Williams. Kejadian yang dialaminya adalah sesuatu yang bahkan sulit dipercaya oleh para dokter.

    Pada November 2024, pria itu pergi ke kota tepi laut Whitby bersama pasangannya untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-40. Malam itu terasa biasa saja, sambil menikmati hidangan dan angin musim dingin yang sejuk bersama teman-temannya.

    Namun, di tengah makan malam, ia tiba-tiba merasa kepanasan, berkeringat, dan pusing. Beberapa saat kemudian, John pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit karena serangan jantung hebat.

    Beberapa jam kemudian, ia terbangun dikelilingi oleh mesin dan petugas medis. Tubuhnya juga masih berjuang untuk pulih.

    “Anda beruntung,” kata tim medis kepadanya, dikutip dari Unilad.

    Dokter menjelaskan ternyata John mengalami infark miokard, yakni kondisi saat aliran darah ke jantung tersumbat. Tetapi, kisah John tidak berakhir di situ.

    Hampir setahun kemudian, John bersiap untuk menjalani operasi bypass jantung tiga kali di sebuah rumah sakit swasta di Leeds. Meski tahu tindakan itu bisa menyebabkan jantungnya berhenti sementara, John tetap merasa sangat tenang.

    “Anda mungkin mengira saya akan cemas, mengingat para dokter akan membedah saya, mematahkan tulang rusuk saya, dan menghentikan jantung saya. Tetapi, ketenangan ini tiba-tiba menyelimuti saya seperti sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya,” jelas John.

    Di saat itulah John menjadi aneh. Sambil menunggu operasi, ia mulai merasakan kehadiran mendiang ayah dan kakeknya.

    “Saya tahu mereka tidak ada di sana secara fisik, tetapi saya bisa merasakan mereka bersama saya. Rasanya seolah-olah mereka datang untuk mendoakan saya,” terangnya.

    Selama prosedur, John bertemu ayah dan kakeknya lagi. Kali ini, di tempat yang ia gambarkan sebagai surga.

    Ia merasa berada di dalam ruangan yang sama, dan keduanya menyampaikan sesuatu. Ia mengatakan sampai jumpa lagi dan merasa tidak sabar untuk bisa bertemu mereka lagi.

    Pria itu teringat bahwa kakeknya mengatakan ia telah tumbuh dewasa sejak terakhir kali berjumpa. Sementara ayahnya mengatakan hal yang berbeda.

    “Kamu punya dua putri kecil di rumah. Belum sekarang,” kata John mengingat perkataan ayahnya.

    Ketika John siuman, ia mengira hanya bangugn sesaat setelahh operasi. Tetapi, ternyata ia baru saja pulih dari koma yang diinduksi beberapa hari kemudian.

    Selama operasi, jantung John mengalami aritmia atau kondisi saat sinyal listrik terganggu dari jantung. Hal ini menghasilkan ritme yang tidak normal, entah berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau keduanya dengan kecepatan yang tidak stabil, sehingga memaksa dokter melakukan defibrilasi berulang kali.

    Jika dihitung sejak awal prosedur, jantung John berhenti sebanyak 17 kali hanya dalam waktu 13 menit. Pria itu melihat adanya luka bakar berbentuk persegi panjang di dadanya, bukti dari apa yang telah terjadi.

    “Saya masih belum bisa sepenuhnya menjelaskan apa yang terjadi atau kapan itu terjadi,” ujar John.

    “Yang saya tahu adalah rasanya begitu nyata, tetapi di saat yang sama, seperti dunia lain. Saya belum pernah merasakan ketenangan seperti ini sejak saat itu.”

    Tonton juga video “Nyeri di Ulu Hati? Waspada Gejala Penyakit Jantung Koroner” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Peringati Hari Oeang, Kanwil DJP Jakbar kumpulkan 108 kantong darah

    Peringati Hari Oeang, Kanwil DJP Jakbar kumpulkan 108 kantong darah

    Jakarta (ANTARA) – Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Barat mengumpulkan 108 kantong darah dalam kegiatan donor untuk memperingati Hari Oeang Republik Indonesia (HORI) ke-79 tahun 2025 pada Senin.

    “Sebanyak 108 kantong darah dari 129 peserta donor berhasil dikumpulkan. Donor darah ini tradisi positif di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Barat yang penting dipertahankan,” kata Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jakarta Barat, Farid Bachtiar di Jakarta.

    Farid mengatakan, kegiatan donor darah diikuti oleh internal maupun eksternal Kanwil DJP Jakbar, mulai pegawai Kanwil DJP Jakarta Barat, lalu Kementerian Keuangan dari berbagai direktorat di wilayah DKI Jakarta.

    “Peserta donor di luar Kementerian Keuangan di antaranya jajaran Pemkot Jakarta Barat, asosiasi profesi, pelaku usaha, perwakilan perguruan tinggi penyelenggara ‘Tax Center’ serta instansi vertikal di wilayah Jakarta Barat,” kata dia.

    Menurut Farid, pajak bagi Indonesia seperti darah bagi tubuh. “Kalau saya mengambil tagline yang sering saya pakai, ‘Pajak Kita, Darah Kita’. Pajak itu seperti darah dalam tubuh negara,” katanya.

    Tanpa darah, tubuh tidak bisa berfungsi. “Begitu pula tanpa pajak, negara tidak dapat menjalankan fungsinya,” ungkapnya.

    Keberhasilan penerimaan pajak, kata dia, mencerminkan kondisi ekonomi yang tumbuh sehat. Sedangkan penurunan penerimaan menjadi indikator perlunya perhatian bersama terhadap kondisi ekonomi nasional.

    Kepala Unit Donor Darah PMI Jakarta Barat, dr. Pierlita Rini menjelaskan, sejumlah manfaat kesehatan dari donor darah, di antaranya meningkatkan kesegaran tubuh, menurunkan risiko penyakit jantung dan kanker, menjaga kesehatan psikologis serta menjadi sarana pemantauan kondisi kesehatan secara rutin.

    “Menyumbangkan darah itu aman dan mudah. Hanya butuh waktu 8 hingga 12 menit, namun bisa menyelamatkan hingga tiga kehidupan,” tuturnya.

    Dia juga menyampaikan bahwa pemerintah memberikan tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial kepada pendonor sukarela yang telah melakukan donor darah sebanyak 100 kali, sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi kemanusiaan.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pasien Diabetes-Hipertensi RI Naik 2 Kali Lipat, Sedot Biaya BPJS hingga Rp 35,3 T

    Pasien Diabetes-Hipertensi RI Naik 2 Kali Lipat, Sedot Biaya BPJS hingga Rp 35,3 T

    Jakarta

    Jumlah pasien diabetes melitus (DM) dan hipertensi yang terdata dari penggunaan pengobatan BPJS Kesehatan melonjak lebih dari dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir.

    Data di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) menunjukkan, pada 2014 terdapat sekitar 400 ribu pasien diabetes melitus yang mendatangi FKTP, melonjak tujuh kali lipat menjadi 2,8 juta peserta yang mengakses layanan di 2024. Sementara untuk pasien hipertensi dari semula 785 ribu kunjungan ke FKTP di 2014, kini menjadi 5,6 juta peserta pada 2024.

    Bila dirinci, dalam satu dekade terakhir terdapat 20,5 juta kasus hipertensi dan 7,4 juta kasus diabetes melitus.

    Kenaikan jumlah pasien ini diikuti dengan pembengkakan pembiayaan. Sepanjang 2024, BPJS Kesehatan mengeluarkan sekitar Rp 35,3 triliun untuk menanggung pengobatan penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi, termasuk stroke, gagal ginjal, dan penyakit jantung.

    Dewan Pengawas BPJS Kesehatan, Itida Yasar, SH, MPsi, menilai selama ini sistem layanan kesehatan masih terlalu berfokus pada penanganan kuratif, ketimbang promotif dan preventif.

    “Kalau parameternya sudah jelas, saya paling cerewet soal anggaran, berapa penyerapannya, kegiatan apa, di dalamnya sudah ada skrining dan edukasi seperti program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS). Tapi yang kurang dari kita adalah kolaborasi dengan masyarakat,” beber Itida, dalam talkshow di Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025).

    Ia menegaskan keberhasilan pengendalian penyakit kronis tidak bisa hanya bergantung pada fasilitas kesehatan. Edukasi, kepatuhan pasien, dan peran komunitas juga harus diperkuat. “Ini penyakit tidak menular, jadi kuncinya ada di perubahan perilaku. Harus ada kolaborasi komunikasi dengan komunitas,” tambahnya.

    Itida menyoroti sebagian peserta BPJS masih tidak rutin meminum obat atau baru datang ke rumah sakit ketika kondisinya sudah berat. Kondisi itu membuat biaya pengobatan membengkak karena pasien seringkali harus masuk IGD atau dirawat inap.

    “Orang yang nggak pernah minum obat, lalu masuk IGD, masuk rumah sakit lagi, itu kan cost-nya tinggi. Kalau semua digratiskan tanpa tanggung jawab, bisa jebol juga sistemnya. Fokus kita masih terlalu di kuratif,” tegasnya.

    Itida bahkan menyebut, skema cost sharing bisa dipertimbangkan bagi peserta dengan faktor risiko tinggi seperti perokok atau pasien yang tidak patuh pengobatan, agar ada rasa tanggung jawab bersama.

    Sementara itu, Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, mengatakan pemerintah kini memperkuat pendekatan promotif dan preventif melalui program cek kesehatan gratis (CKG).

    “Kebijakan kita dorong terus promotif-preventif, salah satunya dengan skrining. Makanya kita paksa dengan program CKG. Ini betul-betul gratis dengan sejumlah jenis pemeriksaan, mulai dari EKG, profil lipid, hingga fungsi ginjal,” jelas Nadia.

    Program CKG mulai dari bayi baru lahir hingga lansia, mendapat pemeriksaan kesehatan setahun sekali. Namun, tantangan terbesar masih ada pada perubahan perilaku masyarakat.

    “Masyarakat kita biasanya datang ke fasilitas kesehatan kalau sudah sakit. Kalau belum ada keluhan, mereka merasa tidak perlu. Padahal, justru kita ingin mereka tahu kondisi sebelum jatuh sakit,” ujarnya.

    Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dan memperluas jangkauan edukasi, Kemenkes juga tengah mengembangkan agar program yang sama bisa diterapkan di tempat kerja.

    Hal ini karena banyak pekerja usia produktif kesulitan datang ke puskesmas saat jam kerja.

    “Kalau jam kerja, peserta usia perkantoran tidak mungkin datang. Jadi, kita akan coba kembangkan bisa dijalankan di klinik perusahaan. Pasien pekerja bisa dikontrol tekanan darah dan gula darahnya bersama puskesmas,” kata Nadia.

    Program ini diharapkan membantu menjaga kondisi pasien tetap terkontrol, mencegah rujukan ke rumah sakit, serta menekan pembiayaan jangka panjang.

    Nadia juga mengingatkan pasien agar tidak takut menjalani pengobatan rutin. Ia menegaskan, bahaya hipertensi yang tidak terkontrol jauh lebih besar daripada efek samping obat.

    “Kadang pasien takut minum obat, padahal yang lebih berisiko itu hipertensinya sendiri dibandingkan obatnya,” tutup Nadia.

    Simak Video “Video: Ombudsman Dukung Pemerintah soal Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)