Topik: penyakit jantung

  • Mitos atau Fakta, Apakah Lemon Tea Lebih Baik dari Es Teh Manis

    Mitos atau Fakta, Apakah Lemon Tea Lebih Baik dari Es Teh Manis

    Jakarta, Beritasatu.com – Lemon tea (teh lemon) dan es teh manis merupakan dua minuman populer yang sering dinikmati untuk menyegarkan tenggorokan, apalagi saat cuaca panas. Namun, apakah lemon tea lebih unggul dari es teh manis?

    Lemon dikenal memiliki banyak manfaat, mulai dari penggunaan kuliner hingga pengobatan. Lemon digunakan di seluruh dunia dalam makanan penutup, minuman, saus, dan sebagai pelengkap untuk hidangan daging serta ikan.

    Selain itu, lemon adalah pembersih alami dan penghilang noda yang efektif. Mengonsumsi lemon tea adalah cara tepat untuk menyegarkan dahaga sekaligus memperoleh asupan vitamin penting. Minuman ini dapat menghidrasi tubuh, rendah gula, dan rendah kalori.

    Menambahkan irisan lemon ke dalam teh dapat meningkatkan cita rasa hampir semua jenis teh. Sepotong lemon dapat menghaluskan rasa teh yang kuat atau menyeimbangkan rasa teh yang manis secara alami. Lemon juga bisa mendukung perasa tambahan, seperti bergamot, lavender, atau mint.

    Berikut adalah manfaat dari lemon tea, seperti diilansir dari The Culture Of The World.

    1. Mengatasi depresi dan kecemasan 
    Pada masa yang penuh tekanan, lemon tea dapat membantu meredakan kecemasan dan depresi. Minuman ini mengandung flavonoid, tanin, tembaga, dan kalium yang dapat meningkatkan fungsi otak.

    Selain nutrisi penting, aroma lemon tea juga dapat membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi kecemasan, bahkan membantu daya ingat.

    2. Mengatur kadar gula darah  
    Kandungan sari lemon dan daun teh dalam lemon tea dapat mendukung pankreas untuk meningkatkan sintesis insulin, menjaga kadar glukosa darah, dan menyeimbangkan aktivitas hormon.

    Hal ini sangat bermanfaat bagi penderita diabetes, karena kadar gula darah yang stabil dapat membantu mencegah lonjakan gula.

    3. Membantu mengelola berat badan
    Lemon tea sering digunakan sebagai minuman penunjang penurunan berat badan. Minuman ini membantu membersihkan racun dari tubuh, yang berperan dalam meningkatkan metabolisme dan mengelola berat badan.

    4. Detoksifikasi tubuh secara alami
    Lemon tea adalah minuman anti-inflamasi yang populer, yang dapat mendukung sistem kekebalan tubuh, meningkatkan metabolisme, dan melancarkan pencernaan.

    Kandungan asam sitrat dalam lemon membantu mengeluarkan racun dari hati, terutama jika diminum di pagi hari saat perut kosong.

    5. Meredakan gejala migrain  
    Lemon tea mengandung antioksidan dan aroma menyegarkan yang dapat membantu meredakan migrain. Polifenol dalam minuman ini juga mengurangi peradangan di kepala, wajah, dan saluran hidung, sehingga membantu menjaga energi tetap stabil.

    6. Mencegah penyakit umum  
    Antioksidan dalam lemon tea dapat membantu meredakan hidung tersumbat dan mendukung pemulihan yang cepat.

    Selain itu, lemon tea juga diyakini membantu mengurangi risiko penyakit jantung, menurunkan risiko strok, serta menjaga tekanan darah tetap stabil.

    7. Mendukung fungsi pencernaan  
    Rutin minum lemon tea dapat membantu memenuhi keinginan makan tanpa mengganggu pencernaan. Minuman ini membantu sistem pencernaan tetap sehat dan berfungsi dengan baik.

    Dengan beragam manfaat tersebut, lemon tea menjadi pilihan yang tidak hanya menyegarkan, tetapi juga mendukung kesehatan.secara signifikan meningkatkan proses pencernaan.
     

  • Baru Sehari Dilantik, Harta Rp1,9 M

    Baru Sehari Dilantik, Harta Rp1,9 M

    GELORA.CO  – Berikut profil Soleman, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bekasi yang ditetapkan sebagai tersangka suap.

    Sebelumnya, Kejaksaan Negeri Kabupaten Bekasi telah menangkap Soleman pada Selasa (29/10/2024), sekira pukul 13.00 WIB.

    Soleman diduga menerima suap terkait pengurusan proyek pemerintahan daerah.

    Kepala Kejari Kabupaten Bekasi, Dwi Astuti Beniyati, membenarkan kasus yang menjerat Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bekasi itu.

    “Jaksa penyidik melakukan penahanan selama 20 hari ke depan atas SL (Soleman) di Lapas Kelas IIA Cikarang untuk kepentingan penyidikan,” katanya, dikutip dari TribunBekasi.com, Kamis (31/10/2024).

    Lantas siapa sosok dari Soleman?

    Profil singkat

    Dikutip dari infopemilu.kpu.go.id, Soleman lahir di Bekasi pada 5 Mei 1971.

    Saat ditetapkan sebagai tersangka, ia berumur 53 tahun.

    Soleman pernah belajar di SMAN 2 Bekasi pada 1988 dan lulus 1991.

    Ia melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dengan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

    Soleman sendiri merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P).

    Pria berkumis itu, sudah duduk di kursi anggota DPRD Kabupaten Bekasi sejak 2019.

    Tekanan darah tinggi, arteri tersumbat dan penyakit jantung menyebabkan kematian dini

    Ia dipercaya sebagai Wakil Ketua DPRD.

    Pada pileg 2024, Soleman kembali maju bertarung di Dapil Bekasi 3.

    Dia berhasil meraih suara sebanyak 8.766 suara.

    Soleman lalu dilantik menjadi Wakil Ketua DPRD pada Senin (28/10/2024).

    Sehari kemudian pada Selasa (29/10/2024), Soleman langsung ditetapkan sebagai tersangka dugaan suap.

    Soleman diduga menerima suap dari tersangka RS, yang sudah berstatus tersangka dan ditahan. 

    Dalam kasus ini, RS diberikan 26 proyek oleh Soleman, dengan nilai bervariasi sekitar Rp 200-300 juta per proyek, serta imbalan berupa kendaraan, yaitu Mitsubishi Pajero putih dan BMW sebagai barang bukti.

    Kasus ini terjadi saat Soleman masih menjabat sebagai pimpinan DPRD Kabupaten Bekasi periode 2019-2024.

    Atas perbuatannya, Soleman dijerat dengan berbagai pasal, termasuk Pasal 12 huruf a, Pasal 12 huruf e, Pasal 12 huruf b, Pasal 5 Ayat 2 Juncto Pasal 5 Ayat 1 huruf a, Pasal 5 Ayat 2 Juncto Pasal 5 Ayat 1 huruf b, dan Pasal 11 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001.

    Harta kekayaan

    Harta kekayaan Soleman meningkat sejak dirinya pertama kali menjadi anggota DPRD Kabupaten Bekasi.

    Ia pertama kali melaporkan hartanya ke Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) pada Desember 2018 dengan jumlah total Rp1.701.000.000.

    Angka tersebut, kembali naik menjadi Rp 1.819.000.000 pada Desember 2019.

    Setahun berikutnya, harta kekayaan Soleman menjadi Rp 1.935.000.000.

    Jumlah harta kekayaan itu bertahan hingga sekarang.

    Berikut rincian lengkapnya:

    Tanah Dan Bangunan Rp1.550.000.000

    1. Tanah Dan Bangunan Seluas 112.03 M2/108 M2 Di Kab / Kota Bekasi, Hasil Sendiri Rp 850.000.000

    2. Tanah Dan Bangunan Seluas 180 M2/90 M2 Di Kab / Kota Bekasi, Hasil Sendiri Rp 700.000.000

    Alat Transportasi Dan Mesin Rp. 340.000.000

    1. Mobil, Honda Odyssey 2.4 At Tahun 2005, Hasil Sendiri Rp 125.000.000

    2. Mobil, Honda Honda Hrv Us18rs Cvt Tahun 2017, Hasil Sendiri Rp 215.000.000

    Harta Bergerak Lainnya Rp. —-

    Surat Berharga Rp. —-

    Kas Dan Setara Kas Rp 45.000.000

    Harta Lainnya Rp. —-

    Utang Rp. —-

    Total Harta Kekayaan Rp 1.935.000.000

  • Berapa Kadar Asam Urat Normal pada Pria dan Wanita? Begini Penjelasannya

    Berapa Kadar Asam Urat Normal pada Pria dan Wanita? Begini Penjelasannya

    Jakarta

    Asam urat tinggi dapat meningkatkan risiko berbagai macam penyakit, mulai dari kerusakan sendi, batu ginjal, gagal ginjal, hingga penyakit jantung koroner. Lantas, berapa kadar asam urat yang normal agar terhindar dari penyakit?

    Dikutip dari Cleveland Clinic, asam urat atau uric acid adalah senyawa yang dihasilkan tubuh ketika memproses purin. Purin merupakan zat yang terkandung dalam makanan atau minuman tertentu, seperti daging, jeroan, dan minuman beralkohol.

    Ketika jumlahnya terlalu tinggi, asam urat dapat menyebabkan peradangan dan nyeri pada persendian. Kondisi ini dikenal dengan nama gout, atau yang oleh kebanyakan orang disebut sebagai penyakit asam urat.

    Selain kerusakan persendian, asam urat tinggi juga bisa menyebabkan komplikasi berupa batu ginjal, gagal ginjal, hingga penyakit jantung koroner. Karenanya, penting untuk menjaga agar kadar asam urat dalam tubuh tetap normal dan tidak melebihi batas.

    Pertanyaannya, berapa sih jumlah asam urat yang dianggap normal?

    Dikutip dari Very Well Health, kadar asam urat normal pada pria dan wanita ternyata berbeda. Pada pria, jumlah asam urat yang dianggap normal adalah 2,4 sampai 7,4 miligram per desiliter (mg/dL) darah. Sedangkan pada wanita, kadar asam urat normal adalah 1,4 hingga 5,8 mg/dL.

    Penyebab Asam Urat Tinggi

    Asam urat tinggi biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan mengandung purin secara berlebihan. Semakin banyak mengonsumsi purin, semakin banyak pula asam urat yang dihasilkan tubuh sehingga memicu penumpukan.

    Selain itu, asam urat tinggi juga bisa dipicu oleh:

    Konsumsi sirup jagung fruktosa tinggi, seperti yang ada pada minuman soda, permen, dan buah kalenganEfek samping pengobatan kanker, seperti kemoterapiKondisi medis tertentu, seperti leukemia, psoriasis, dan penyakit ginjal kronisBerat badan berlebih atau obesitasEfek obat-obatan tertentu, seperti diuretik dan aspirinGejala Asam Urat Tinggi

    Seseorang yang memiliki kadar asam urat tinggi bisa saja tidak menunjukkan gejala, kecuali ada kondisi tertentu yang mendasari seperti gout, batu ginjal, dan lain sebagainya.

    Berikut gejala asam urat tinggi sesuai dengan kondisi yang menyertai:

    Gout: nyeri, bengkak, dan kemerahan pada persendianBatu ginjal: nyeri pada tubuh bagian samping atau perut bagian bawah, darah dalam urinSindrom lisis tumor: Mual dan muntah, lesu , detak jantung cepat atau tidak teratur, kejang, kram otot, kebingunganSindrom fanconi: gangguan tumbuh kembang dan nyeri tulang pada anak-anak, kelemahan dan nyeri tulang pada orang dewasa

    (ath/kna)

  • Hidup Lebih Sehat, Simak Daftar Cek Kesehatan yang Sebaiknya Rutin Dilakukan

    Hidup Lebih Sehat, Simak Daftar Cek Kesehatan yang Sebaiknya Rutin Dilakukan

    3. Tekanan Darah

    Selain pengukuran secara fisik, perlu juga pengecekan tekanan darah secara rutin. Hal ini merupakan upaya untuk mengontrol tekanan darah agar tetap berada dalam rentang normal (120/80 mmHg).

    Pasalnya, tekanan darah tinggi dapat menjadi faktor risiko berbagai penyakit serius, seperti stroke dan jantung. Sebaiknya rutin melakukan cek tekanan darah agar dapat mengetahui lebih dini jika ada kemungkinan risiko penyakit tertentu.

    4. Kadar Gula Darah

    Selain mengecek tekanan darah, perlu juga untuk mengecek kadar gula darah. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mendeteksi adanya risiko diabetes.

    5. Kolesterol

    Perlu juga untuk mengecek kolesterol secara berkala, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi. Kadar kolesterol total yang sehat sebaiknya di bawah 200 mg/dL. Kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

    6. SADARI (Periksa Payudara Sendiri)

    Periksa Payudara Sendiri atau SADARI sudah kerap digaungkan sebagai deteksi dini adanya benjolan atau perubahan yang mencurigakan di payudara. Sebaiknya, SADARI dilakukan setiap sebulan sekali, terutama setelah menstruasi.

     

    Penulis: Resla

  • Plus-Minus Jalan Kaki Setelah Makan, Termasuk Cegah Penyakit Jantung

    Plus-Minus Jalan Kaki Setelah Makan, Termasuk Cegah Penyakit Jantung

    Jakarta

    Kekenyangan sehabis makan kerap kali bikin seseorang mengantuk dan malas beraktivitas. Di sisi lain, ada anjuran untuk melakukan aktivitas fisik ringan sehabis makan seperti jalan kaki.

    Dalam kondisi sehat, melakukan aktivitas fisik ringan setelah makan, seperti berjalan kaki, umumnya aman dilakukan dan memang punya sejumlah manfaat menyehatkan. Meski demikian, beberapa orang bisa mengalami sederet keluhan seperti pusing, mual, atau bahkan nyeri dada, ketika melakukan aktivitas fisik segera setelah makan, terutama setelah makan berat.

    Jika punya keluhan tersebut, maka dianjurkan untuk memberi jeda 30-60 menit sebelum melakukan aktivitas fisik. Selain itu, dianjurkan juga untuk membatasi intensitas agar tidak terlalu berat sehingga membebani sistem pencernaan.

    Namun jika tidak punya keluhan apa-apa, maka aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki setelah makan dapat memberikan sejumlah manfaat untuk kesehatan. Manfaat jalan kaki setelah makan pun beragam, mulai dari mendukung fungsi pencernaan, menurunkan berat badan, hingga mengelola kadar gula darah.

    Dikutip dari Very Well Fit, berikut sederet manfaat jalan kaki setelah makan yang sayang untuk dilewatkan.

    1.⁠ ⁠Meningkatkan Kontrol Gula Darah

    Berjalan kaki beberapa menit setelah makan dapat memberikan manfaat yang luar biasa terhadap pengelolaan kadar gula darah.

    Saat berjalan kaki, otot akan berkontraksi dan mengirimkan sinyal kepada tubuh untuk menggunakan glukosa yang ada di aliran darah.

    “Ketika glukosa dibutuhkan untuk menyediakan energi bagi otot, hal ini akan mengurangi jumlah glukosa yang ada di aliran darah,” ujar pakar nutrisi dari University of Georgia, Emma Laing, PhD, RDN.

    “Bagi orang-orang yang didiagnosis mengidap diabetes, berjalan kaki setelah makan dapat menjadi salah satu cara untuk mengontrol kadar gula darahnya dan meningkatkan respons tubuh terhadap obat-obatan diabetes,” sambungnya.

    Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Diabetologia mengungkapkan berjalan kaki 10 menit saja setelah makan dapat memberikan manfaat yang sangat besar dalam pengelolaan kadar gula darah.

    2.⁠ ⁠Meningkatkan Pencernaan

    Berjalan kaki setelah makan juga dapat mendukung proses pencernaan makanan yang dikonsumsi. Ketika berjalan kaki, otot perut dan inti (core) akan mengalami kontraksi yang kemudian membantu makanan lebih mudah melewati saluran pencernaan.

    Peningkatan aliran darah akibat berolahraga juga dapat membantu menyebarkan oksigen dan nutrisi yang membantu fungsi pencernaan.

    3.⁠ ⁠Menjaga Berat Badan Ideal

    Saat berjalan kaki, tubuh membakar lebih banyak kalori dibandingkan ketika duduk diam. Bahkan, berjalan kaki selama 15 menit dapat membantu membakar hingga 50 kalori dan meningkatkan metabolisme.

    Seperti yang disebutkan sebelumnya, berjalan kaki juga dapat membantu mengontrol kadar gula darah setelah makan. Hal ini dapat membantu menahan keinginan makan dan mencegah makan berlebihan di waktu berikutnya.

    4.⁠ ⁠Memberi Lebih Banyak Energi

    Karena berjalan kaki membutuhkan energi, mungkin sebagian orang akan menganggap hal ini sebagai aktivitas yang melelahkan. Faktanya, berjalan kaki dapat meningkatkan aliran darah, mengatur gula darah, dan mengaktifkan otot-otot tubuh, yang semuanya memiliki efek terhadap tingkat energi.

    Berjalan kaki juga dapat membuat tubuh melepaskan endorfin, hormon bahagia yang mengatur suasana hati dan energi.

    Olahraga telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan kolesterol jahat, dua faktor yang kerap menjadi katalisator penyakit jantung.

    “Dengan meningkatkan aliran darah dalam tubuh, Anda juga meningkatkan aliran darah ke arteri, yang membantu mencegah penyumbatan,” kata Laing.

    Berjalan kaki juga dapat membantu menjaga berat badan yang sehat, komponen lain yang ikut berkontribusi melindungi tubuh dari risiko penyakit jantung dan gangguan kesehatan lainnya.

    (ath/suc)

  • WHO: Kematian Akibat Konsumsi Alkohol 2,6 Juta Setiap Tahun, Mayoritas Renggut Nyawa Laki-laki

    WHO: Kematian Akibat Konsumsi Alkohol 2,6 Juta Setiap Tahun, Mayoritas Renggut Nyawa Laki-laki

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Organisasi kesehatan dunia atau WHO menyoroti tentang peningkatan angka kematian akibat konsumsi alkohol.

    Disebutkan dalam laporan terbaru bahwa ada lebih dari 3 juta kematian tahunan akibat penggunaan alkohol dan narkoba, dimana sebagian besar terjadi pada laki-laki 

    Sebanyak 2,6 juta kematian per tahun disebabkan oleh konsumsi alkohol, yaitu 4,7 persen dari seluruh kematian, dan 0,6 juta kematian disebabkan oleh penggunaan obat-obatan psikoaktif. 

    Laporan tersebut menunjukkan bahwa sekitar 400 juta orang hidup dengan gangguan alkohol dan penggunaan narkoba secara global. 

    Dari jumlah tersebut, 209 juta orang hidup dengan ketergantungan alkohol. 

    “Penggunaan narkoba sangat merugikan kesehatan individu, meningkatkan risiko penyakit kronis, kondisi kesehatan mental, dan secara tragis mengakibatkan jutaan kematian yang dapat dicegah setiap tahunnya. Hal ini memberikan beban berat pada keluarga dan masyarakat, meningkatkan paparan terhadap kecelakaan, cedera, dan kekerasan,” kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu (26/6/2024). 

    Melihat kondisi tersebut, pihaknya segera melakukan tindakan berani untuk mengurangi dampak negatif konsumsi alkohol terhadap kesehatan dan sosial serta membuat pengobatan untuk gangguan penggunaan narkoba dapat diakses dan terjangkau.

    “Laporan ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk mempercepat tindakan secara global menuju pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 3.5 pada tahun 2030 dengan mengurangi konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang serta meningkatkan akses terhadap pengobatan berkualitas untuk gangguan penggunaan narkoba,” kata Tedros. 

    Adapun tingkat kematian akibat konsumsi alkohol per liter alkohol yang dikonsumsi tertinggi terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan terendah di negara-negara berpendapatan tinggi.

    Proporsi tertinggi (13 persen) kematian akibat alkohol pada tahun 2019 terjadi pada generasi muda berusia 20–39 tahun. 

    Tren Konsumsi Alkohol Dunia

    Tren konsumsi alkohol Total konsumsi alkohol per kapita pada populasi dunia sedikit menurun dari 5,7 liter pada tahun 2010 menjadi 5,5 liter pada tahun 2019. 

    Tingkat konsumsi per kapita tertinggi pada tahun 2019 tercatat di WHO Wilayah Eropa (9,2 liter) dan Wilayah Amerika (7,5 liter). 

    Tingkat konsumsi alkohol per kapita di kalangan peminum rata-rata berjumlah 27 gram alkohol murni per hari, atau setara dengan dua gelas anggur, dua botol bir (33cl) atau dua porsi minuman beralkohol (4cl).

    Tingkat dan frekuensi minum ini dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai kondisi kesehatan serta kematian dan kecacatan terkait. 

    Pada tahun 2019, 38 persen peminum saat ini pernah melakukan minuman keras secara episodik, yang didefinisikan sebagai mengonsumsi setidaknya 60 gram alkohol murni pada satu atau lebih kesempatan pada bulan sebelumnya – kira-kira setara dengan 4 atau 5 gelas anggur, botol bir, atau satu porsi.

    Minum alkohol dalam jumlah banyak secara terus-menerus sangat umum terjadi di kalangan pria. 

    Secara global, 23,5 persen dari seluruh remaja berusia 15-19 tahun adalah peminum alkohol. 

    Tingkat konsumsi alkohol tertinggi terjadi pada kelompok usia 15-19 tahun di kawasan Eropa (45,9 persen) diikuti oleh Amerika (43,9 persen). 

    Risiko kesehatan dari penggunaan alkohol

    Konsumsi alkohol jadi penyebab dalam lebih dari 200 penyakit, cedera, dan kondisi kesehatan lainnya.

    Namun, beban global penyakit dan cedera yang disebabkan oleh konsumsi alkohol hanya dapat dihitung pada 31 kondisi kesehatan berdasarkan bukti ilmiah yang tersedia mengenai peran penggunaan alkohol dalam perkembangan, kejadian, dan dampaknya.

    Minum alkohol dikaitkan dengan risiko pengembangan penyakit tidak menular seperti penyakit hati, penyakit jantung, dan berbagai jenis kanker, serta kesehatan mental dan kondisi perilaku seperti depresi, kecemasan, dan gangguan penggunaan alkohol. 

    Diperkirakan 474.000 kematian akibat penyakit kardiovaskular disebabkan oleh konsumsi alkohol pada tahun 2019.

    Alkohol merupakan karsinogen dimana dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker payudara, hati, kepala dan leher, esofagus, dan kolorektal.

    Pada tahun 2019, 4,4 persen kanker yang didiagnosis secara global dan 401.000 kematian akibat kanker disebabkan oleh konsumsi alkohol. 

    Konsumsi alkohol juga menimbulkan kerugian besar bagi orang lain, tidak hanya bagi orang yang mengonsumsi alkohol. 

    Sebagian besar beban penyakit yang disebabkan oleh alkohol timbul dari cedera seperti kecelakaan lalu lintas. 

    Pada tahun 2019, dari total 298.000 kematian akibat kecelakaan lalu lintas terkait alkohol, 156.000 kematian disebabkan oleh minuman keras orang lain.

    Terdapat hubungan sebab akibat antara penggunaan alkohol dan kejadian atau akibat penyakit menular seperti tuberkulosis dan HIV. 

    Konsumsi alkohol selama kehamilan meningkatkan risiko memiliki anak dengan kelainan spektrum alkohol janin (FASD), di mana juga berhubungan dengan cacat perkembangan dan cacat lahir. 

    Konsumsi alkohol selama kehamilan juga dapat meningkatkan risiko komplikasi kelahiran prematur termasuk keguguran, lahir mati, dan kelahiran prematur. 

    Dalam jangka panjang, tingkat konsumsi alkohol yang merugikan dan berbahaya dapat menyebabkan masalah sosial termasuk masalah keluarga, masalah di tempat kerja, masalah keuangan, dan pengangguran.

  • 12 Penyakit yang Dapat Didiagnosis dari Mata

    12 Penyakit yang Dapat Didiagnosis dari Mata

    Jakarta, Beritasatu.com – Mata ternyata dapat mengungkapkan tanda-tanda penyakit yang lebih serius, seperti diabetes, hipertensi, dan bahkan beberapa jenis kanker.

    Misalnya, perubahan pada pembuluh darah di retina bisa menunjukkan adanya diabetes atau tekanan darah tinggi. Selain itu, kondisi seperti glaukoma, yang dapat menyebabkan kebutaan jika tidak diobati, juga dapat terdeteksi melalui pemeriksaan mata rutin.

    Dengan kata lain, mata bisa menjadi jendela bagi dokter untuk melihat kondisi kesehatan seseorang secara keseluruhan.

    Dilansir lama Mc Cauley Celin, Selasa (29/10/2024), berikut ini 12 penyakit yang dapat didiagnosis dari mata.

    1. Glaukoma
    Glaukoma adalah kondisi yang dapat berkembang perlahan tanpa gejala yang jelas pada awalnya. Jika tidak diobati, kondisi ini bisa menyebabkan hilangnya penglihatan permanen. Oleh karena itu, pemeriksaan mata rutin sangat penting untuk deteksi dini.

    Penyebab umum glaukoma adalah penumpukan cairan dan peningkatan tekanan di dalam mata. Namun, ada juga faktor lain yang bisa menyebabkan glaukoma. Penanganan glaukoma biasanya meliputi penggunaan obat tetes mata, terapi laser, atau pembedahan untuk menurunkan tekanan mata.

    2. Tiroid
    Pemeriksaan mata juga dapat mengungkap tanda-tanda gangguan tiroid, seperti penyakit graves, di mana kelenjar tiroid memproduksi hormon berlebihan. Gejala yang dapat terdeteksi mencakup bola mata yang menonjol (exophthalmos), mata bengkak, dan perubahan dalam penglihatan. Masalah tiroid sering kali terkait dengan penyakit autoimun yang menyerang kelenjar tiroid.

    3. Diabetes retinopati
    Diabetes retinopati adalah komplikasi dari diabetes yang memengaruhi pembuluh darah di retina. Gejalanya bisa termasuk penglihatan kabur, bintik-bintik (floaters), dan kehilangan penglihatan. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi, yang merusak pembuluh darah.

    4. Katarak
    Katarak ditandai dengan kekeruhan lensa mata yang menyebabkan penurunan penglihatan. Jika tidak ditangani, katarak dapat menyebabkan kebutaan.

    Gejala umum meliputi penglihatan kabur, kesulitan melihat pada malam hari, dan pandangan yang menjadi redup. Faktor risiko untuk katarak termasuk genetik, diabetes, dan paparan sinar ultraviolet dalam jangka panjang.

    5. Kolesterol tinggi
    Kadar kolesterol tinggi dapat terlihat di mata, seperti munculnya bintik kekuningan pada kelopak mata atau cincin putih di sekitar kornea. Hal ini dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil di mata, yang berpotensi mengakibatkan perubahan penglihatan atau kebutaan. Memantau dan mengelola kadar kolesterol penting untuk kesehatan mata.

    6. Kanker
    Meskipun jarang, kanker dapat dideteksi melalui pemeriksaan mata. Melanoma okular adalah jenis kanker primer yang paling umum menyerang mata. Selain itu, pemeriksaan mata juga dapat membantu mendeteksi kanker pada kelopak mata dan area sekitar mata.

    7. Alergi
    Alergi mata adalah masalah umum yang dapat didiagnosis selama pemeriksaan mata. Gejala alergi ini termasuk kemerahan, iritasi, dan mata berair, yang biasanya disebabkan oleh alergen, seperti serbuk sari, bulu hewan peliharaan, dan debu.

    8. Penyakit autoimun
    Beberapa penyakit autoimun, seperti sindrom Sjögren, dapat memengaruhi mata. Gejala umum termasuk mata kering yang parah. Pemeriksaan mata dapat membantu mendeteksi kondisi ini lebih awal.

    9. Artritis
    Artritis, khususnya artritis reumatoid, dapat mempengaruhi mata. Gejala seperti kemerahan dan nyeri pada mata dapat muncul dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis mata.

    10. Kondisi neurologis
    Berbagai kondisi neurologis, seperti migrain, multiple sclerosis, dan penyakit parkinson, dapat memengaruhi mata. Gejala yang mungkin muncul termasuk perubahan penglihatan dan mata kering. Penanganan tergantung pada tingkat keparahan kondisi, dan penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf.

    11. Degenerasi makula
    Degenerasi makula, yang sering terjadi pada individu di atas 50 tahun, dapat tidak terdeteksi pada tahap awal. Gejala termasuk berkurangnya penglihatan sentral dan kesulitan mengenali wajah.

    Ada dua jenis degenerasi makula, yaitu kering dan basah. Degenerasi makula kering berkembang perlahan, sedangkan degenerasi makula basah dapat memerlukan penanganan segera.

    12. Penyakit jantung
    Dokter mata dapat mendeteksi tanda-tanda awal penyakit jantung melalui pemeriksaan mata. Dengan menggunakan alat tomografi koherensi optik, dokter dapat melihat tanda-tanda mikroskopis yang mungkin menunjukkan masalah kesehatan, termasuk risiko strok.

  • Inggris Uji Coba Teknologi AI yang Bisa Prediksi Fatalitas Penyakit hingga Waktu Kematian

    Inggris Uji Coba Teknologi AI yang Bisa Prediksi Fatalitas Penyakit hingga Waktu Kematian

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Inggris uji coba alat AI yang dapat memprediksi risiko pasien terkena dan memperburuk penyakit jantung, serta risiko kematian dini, dengan menggunakan elektrokardiogram (EKG).

    Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Lancet Digital Health pada 24 Oktober 2024 menemukan bahwa alat tersebut mampu mengidentifikasi dengan tepat risiko kematian dalam 10 tahun setelah EKG (dari tinggi ke rendah) pada 78% kasus.

    Teknologi yang dikenal dengan AI-ECG risk Estimation, atau AIRE itu, dilatih untuk membaca hasil tes EKG, yang menggambarkan aliran sinyal listrik di dalam dan di antara berbagai ruang jantung.

    Uji coba yang mengevaluasi manfaat penerapan AIRE pada pasien direncanakan akan dimulai di Imperial College Healthcare NHS Trust dan Rumah Sakit Chelsea dan Westminster NHS Foundation Trust pada tahun 2025.

    Dr Fu Siong Ng, pembaca elektrofisiologi jantung di Imperial College London dan konsultan ahli jantung di Imperial College Healthcare NHS Trust dan Chelsea and Westminster Hospital NHS Foundation Trust, mengatakan model AI ini adalah alat yang kredibel dan andal yang dapat , di masa depan, diprogram untuk digunakan di berbagai area NHS untuk memberikan informasi risiko yang relevan kepada dokter.

    “Hal ini dapat berdampak positif pada cara pasien dirawat, dan pada akhirnya meningkatkan umur dan kualitas hidup pasien. Hal ini juga dapat mengurangi daftar tunggu dan memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih efisien. Kami percaya hal ini dapat memberikan manfaat besar bagi NHS dan secara global.

    Para peneliti di Imperial percaya bahwa alat AI itu dapat digunakan di NHS dalam waktu lima tahun.

    Profesor Bryan Williams, kepala petugas ilmiah dan medis di British Heart Foundation, yang mendanai penelitian tersebut, mengatakan EKG telah digunakan untuk menilai jantung selama lebih dari satu abad, dan penelitian ini telah menunjukkan kekuatan AI yang luar biasa dalam memperoleh wawasan kesehatan yang penting dari tes rutin.

    “Kami berharap dapat melihat bagaimana AI dapat diujicobakan dalam praktik klinis rutin dan bagaimana hal ini dapat membantu mempercepat dan memberikan informasi dalam pengambilan keputusan klinis, memastikan pasien menerima pengobatan dan dukungan yang paling tepat waktu dan efektif.” tutupnya.

  • Inggris Bakal Luncurkan Mesin AI untuk Prediksi Waktu Kematian Pasien

    Inggris Bakal Luncurkan Mesin AI untuk Prediksi Waktu Kematian Pasien

    Jakarta

    Inggris bakal meluncurkan alat kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk membantu dokter mengidentifikasi pasien jantung berisiko tinggi.

    Hal ini menyusul setelah sebuah penelitian menemukan bahwa mesin AI tersebut dapat secara akurat memprediksi risiko kematian seseorang beberapa tahun setelah pemindaian jantung.

    Tim peneliti global yang dipimpin Imperial College London telah menguji model AI mereka, estimasi risiko AI-ECG atau AIRE terhadap jutaan hasil elektrokardiogram (EKG) atau alat untuk mendiagnosis serangan jantung dan ketidakteraturan lainnya.

    Hasilnya, model tersebut ternyata mampu memprediksi potensi kematian seseorang dalam waktu dekade setelah EKG dan hasilnya 78 persen akurat. Selain itu, alat ini juga dapat dapat memprediksi serangan jantung, gagal jantung, dan masalah irama jantung.

    Para peneliti mengatakan sistem ini dapat diluncurkan di seluruh Layanan Kesehatan Nasional atau National Health Service UK (NHS) dalam lima tahun ke depan. Uji coba dengan pasien manusia telah direncanakan di beberapa lokasi London, diharapkan dimulai pada pertengahan 2025.

    Peneliti juga nantinya akan mengevaluasi manfaat model tersebut menggunakan pasien dari klinik rawat jalan dan bangsal medis rumah sakit.

    “Kami yakin ini bisa memberikan manfaat besar bagi NHS, dan secara global,” kata Dr Fu Siong Ng, seorang peneliti elektrofisiologi jantung di Imperial College London yang mengerjakan proyek tersebut, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Euronews.

    Potensi AI untuk Meningkatkan Kesehatan Jantung

    Sebagaimana diketahui, EKG bertenaga AI telah digunakan untuk mendiagnosis penyakit jantung. Akan tetapi, belum menjadi bagian dari perawatan medis rutin dan belum digunakan untuk mengidentifikasi tingkat risiko pasien tertentu.

    “Hal ini dapat membawa penggunaan EKG melampaui apa yang sebelumnya memungkinkan, dengan membantu menilai risiko masalah jantung dan kesehatan di masa mendatang, serta risiko kematian,” kata Bryan Williams, kepala bidang ilmiah dan medis di British Heart Foundation, yang mendanai penelitian tersebut.

    Para peneliti, yang menerbitkan hasil mereka di jurnal Lancet Digital Health, mengatakan prediksi AI yang salah bisa jadi disebabkan oleh faktor lain yang tidak diketahui, seperti apakah pasien mendapat perawatan tambahan atau meninggal secara tiba-tiba.

    Namun mereka menekankan bahwa model tersebut secara umum masih dapat menangkap perubahan halus dalam struktur jantung, yang dapat berfungsi sebagai tanda peringatan penyakit atau kematian tetapi mungkin terlewatkan oleh dokter.

    “Kami para ahli jantung menggunakan pengalaman dan pedoman standar kami saat mengamati EKG, memilahnya menjadi pola ‘normal’ dan ‘abnormal’ untuk membantu kami mendiagnosis penyakit,” kata dr Arunashis Sau, seorang dokter akademis di Imperial College London yang memimpin penelitian baru tersebut.

    “Namun, model AI mendeteksi detail yang jauh lebih halus, sehingga dapat ‘menemukan’ masalah pada EKG yang tampak normal bagi kita, dan berpotensi terjadi jauh sebelum penyakit berkembang sepenuhnya,” kata Sau.

    Sau mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan di rumah sakit dan tempat perawatan kesehatan lainnya untuk menentukan peran model di masa depan dalam diagnosis dan perawatan.

    “Hal ini dapat berdampak positif terhadap cara pasien dirawat dan pada akhirnya meningkatkan harapan dan kualitas hidup pasien,” kata Ng.

    (suc/kna)

  • Temuan Peneliti Harvard soal Makanan yang Bikin Mati Muda, Picu Kanker-Sakit Jantung

    Temuan Peneliti Harvard soal Makanan yang Bikin Mati Muda, Picu Kanker-Sakit Jantung

    Jakarta

    Sebuah penelitian oleh Harvard T.H. Chan School of Public Health yang belum lama ini dirilis mengungkapkan jenis makanan yang bisa meningkatkan risiko mati muda, yaitu makanan ultra proses. Makanan ultra proses rupanya dapat meningkatkan risiko berbagai macam penyakit bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus.

    Studi tersebut melibatkan data sebanyak 200 ribu orang dalam waktu 30 tahun. Hasil tersebut juga digabungkan dengan 19 studi lain untuk analisis tambahan sekitar 1,25 juta orang dewasa.

    Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Lancet pada September 2024, peneliti mencoba melihat keterkaitan konsumsi ultra proses pada status kesehatan responden. Mereka menemukan adanya hubungan konsumsi makanan ultra proses lebih banyak dengan risiko terkena penyakit kardiovaskular, jantung koroner, dan stroke lebih tinggi.

    Makanan ultra proses umumnya mengandung banyak garam, lemak tidak sehat, dan juga gula. Makanan jenis ini juga melalui proses produksi yang panjang dengan penambahan zat-zat yang dapat meningkatkan risiko tersebut.

    Beberapa jenis makanan yang sebaiknya dibatasi konsumsinya meliputi sereal tinggi gula, soda, minuman berenergi, sup kemasan, dan daging olahan tinggi garam.

    Sebuah studi yang mirip juga sempat dilakukan oleh peneliti Harvard T.H. Chan School of Public Health. Dipublikasikan melalui jurnal BMJ pada Mei 2024, mereka mengungkapkan peningkatan risiko kematian dini pada orang yang secara rutin mengonsumsi makanan ultra proses.

    Mereka melakukan pemantauan pada 100 ribu lebih ahli kesehatan di Amerika Serikat yang tidak memiliki riwayat kanker, penyakit kardiovaskular, atau diabetes. Pemantauan dilakukan pada 1986-2018 melalui sebuah kuesioner yang diberikan.

    Kuesioner berisi tentang kesehatan dan kebiasaan gaya hidup sebanyak diisi dua tahun sekali oleh responden dan kuesioner soal makanan yang dikonsumsi diisi sebanyak empat tahun sekali.

    Ditemukan orang yang secara teratur mengonsumsi mengonsumsi daging ultra proses memiliki risiko kematian dini sebesar 13 persen lebih tinggi selama periode penelitian. Selain itu, mereka yang mengonsumsi banyak minuman manis dan pemanis buatan memiliki risiko kematian dini 9 persen.

    Secara keseluruhan, pola makan yang kaya akan makanan ultra proses memiliki risiko kematian 4 persen lebih tinggi.

    Selama periode tindak lanjut selama 34 tahun, peneliti mengidentifikasi 48.193 kematian. Termasuk 13.577 akibat kanker, 11.416 akibat penyakit jantung, 3.962 akibat penyakit pernapasan, dan 6.343 akibat penyakit neurodegeneratif.

    “Temuan ini memberikan dukungan untuk membatasi konsumsi jenis makanan olahan tertentu demi kesehatan jangka panjang. Penelitian di masa mendatang diperlukan untuk meningkatkan klasifikasi makanan olahan dan mengonfirmasi temuan kami pada populasi lain,” kata peneliti.

    (avk/kna)