Topik: penyakit jantung

  • Daftar Makanan untuk Mengontrol Tekanan Darah, Cocok Buat Pasien Hipertensi

    Daftar Makanan untuk Mengontrol Tekanan Darah, Cocok Buat Pasien Hipertensi

    Jakarta

    Pentingnya gaya hidup sehat seperti mulai mempertimbangkan makanan alami dapat mendukung kesehatan dan terhindar dari penyakit, termasuk mengatur tekanan darah.

    Beberapa jenis makanan telah diteliti secara ilmiah dan memiliki manfaat dalam menurunkan risiko hipertensi, yang menjadi salah satu faktor utama penyakit jantung.

    Berikut ini beberapa makanan yang diketahui dapat membantu menjaga tekanan darah dalam batas normal, dikutip dari Healthline.

    1. Buah Jeruk

    Buah jeruk kaya akan vitamin, mineral, dan senyawa tanaman yang baik bagi kesehatan jantung, terutama dengan membantu menurunkan tekanan darah.

    Beberapa jenis buah jeruk yang umum dikonsumsi meliputi jeruk bali, jeruk, dan lemon.

    Sebuah studi tahun 2021 yang mengulas data selama satu dekade menunjukkan bahwa konsumsi harian sekitar 530 hingga 600 gram buah, atau sekitar empat buah jeruk, dapat mendukung pengelolaan tekanan darah.

    Mengonsumsi jus jeruk dan jus jeruk bali juga dipercaya membantu mengurangi tekanan darah.

    2. Salmon dan Ikan Berlemak Lainnya

    Ikan berlemak seperti salmon merupakan sumber utama lemak omega-3, yang memiliki manfaat signifikan bagi kesehatan jantung dan dapat membantu mengurangi tekanan darah.

    Sebuah studi pada tahun 2022 yang melibatkan 71 penelitian dan lebih dari 4.973 peserta menemukan bahwa konsumsi harian omega-3 antara 2 hingga 3 gram, atau setara dengan sekitar 3,5 ons salmon, memiliki dampak paling besar dalam menurunkan tekanan darah.

    Mengonsumsi omega-3 dari ikan atau suplemen juga dapat menurunkan risiko hipertensi pada orang dewasa muda yang sehat tanpa riwayat penyakit jantung atau diabetes.

    3. Minyak Zaitun

    Minyak zaitun, yang berasal dari buah pohon zaitun, memiliki manfaat kesehatan jantung yang luas, termasuk dalam menurunkan tekanan darah dan mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular lainnya.

    Berdasarkan tinjauan penelitian tahun 2020, minyak zaitun mengandung nutrisi seperti asam oleat omega-9 dan antioksidan polifenol yang berperan dalam membuat pembuluh darah yang sehat.

    Kedua senyawa ini membuat minyak zaitun menjadi tambahan yang bermanfaat dalam pola makan yang berfokus pada penurunan tekanan darah.

    4. Wortel

    Wortel dikenal sebagai sayuran yang kaya senyawa tanaman, memiliki rasa manis alami, dan memberikan tekstur renyah saat dikonsumsi.

    Kandungan senyawa tanaman ini memiliki peran penting dalam menjaga tekanan darah.

    Penelitian tahun 2023 menunjukkan bahwa konsumsi sekitar 100 gram wortel setiap hari, atau setara dengan satu cangkir wortel mentah yang diparut, dapat menurunkan risiko hipertensi hingga 10 persen.

    5. Telur

    Telur dikenal kaya akan nutrisi, dan penelitian menunjukkan bahwa telur dapat dimasukkan dalam pola makan untuk mendukung pengelolaan tekanan darah.

    Sebuah penelitian tahun 2023 yang melibatkan 2.349 orang dewasa di Amerika Serikat menemukan bahwa konsumsi lima butir telur atau lebih per minggu dikaitkan dengan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 2,5 mmHg.

    Selain itu, konsumsi telur dalam jumlah tersebut tidak berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, sehingga menunjukkan keamanan telur sebagai bagian dari diet untuk orang dewasa yang sehat.

    6. Tomat

    Tomat kaya akan likopen, pigmen karotenoid yang memiliki manfaat khusus bagi kesehatan jantung.

    Makanan yang mengandung likopen dalam jumlah tinggi terbukti dapat mengurangi faktor risiko penyakit jantung, termasuk tekanan darah tinggi. Berdasarkan tinjauan terhadap 21 penelitian, tomat dan produk olahan tomat dapat membantu menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit jantung serta kematian akibat penyakit jantung.

    Namun, hasil penelitian lain menunjukkan bahwa hubungan antara konsumsi tomat dan tekanan darah masih bervariasi, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.

    7. Brokoli

    Brokoli merupakan sayuran silangan yang dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk menjaga kesehatan sistem peredaran darah.

    Brokoli kaya akan flavonoid, antioksidan yang membantu menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan fungsi pembuluh darah dan kadar oksida nitrat dalam tubuh.

    Berdasarkan sebuah penelitian besar yang melibatkan 187.453 orang, orang yang mengonsumsi empat porsi brokoli atau lebih dalam seminggu memiliki risiko hipertensi yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang jarang mengonsumsi brokoli.

    (kna/kna)

  • Manfaat Rutin Mengonsumsi Asam Jawa Bagi Tubuh, Bisa Sehatkan Jantung

    Manfaat Rutin Mengonsumsi Asam Jawa Bagi Tubuh, Bisa Sehatkan Jantung

    Jakarta

    Asam jawa sudah lama dikenal sebagai bahan makanan yang tidak hanya memberikan rasa unik, tetapi juga menyimpan banyak manfaat kesehatan.

    Asam jawa sering digunakan dalam berbagai masakan tradisional maupun pengobatan alami karena kandungan nutrisinya yang melimpah. Selain itu, bahan makanan satu ini merupakan sumber nutrisi yang melimpah.

    Dalam satu cangkir (120 gram) daging buahnya, terkandung sejumlah nutrisi penting, antara lain:

    Magnesium: 26 persen dari nilai harian (DV)Kalium: 16 persen dari DVZat besi: 19 persen dari DVKalsium: 7 persen dari DVFosfor: 11 persen dari DVTembaga: 11 persen dari DVVitamin B1 (tiamin): 43 persen dari DVVitamin B2 (riboflavin): 14 persen dari DVVitamin B3 (niasin): 15 persen dari DV

    Selain itu, terdapat sejumlah kecil vitamin C, vitamin K, vitamin B6 (piridoksin), folat, vitamin B5 (asam pantotenat), dan selenium. Dalam takaran tersebut juga terdapat 6 gram serat, 3 gram protein, dan kurang dari 1 gram lemak, dengan total 287 kalori.

    Sebagian besar kalori ini berasal dari gula alami, meskipun kandungan gulanya tinggi, asam jawa tetap dianggap sebagai buah, bukan gula tambahan.

    Gula tambahan sendiri dikenal berhubungan dengan sindrom metabolik dan diabetes tipe 2, sehingga perlu dibatasi sesuai Pedoman Diet.

    Selain itu, asam jawa mengandung polifenol, senyawa alami dari tumbuhan yang memberikan manfaat kesehatan, termasuk bertindak sebagai antioksidan dalam tubuh.

    Selain itu, berikut manfaat rutin mengonsumsi asam jawa dikutip dari Healthline.

    Manfaat asam jawa untuk kesehatan

    1. Antioksidan untuk Kesehatan Jantung

    Polifenol dalam asam jawa, seperti flavonoid, dapat mendukung kesehatan jantung. Beberapa flavonoid ini berkontribusi dalam pengaturan kadar kolesterol.

    Penelitian pada hamster dengan kolesterol tinggi menunjukkan bahwa ekstrak asam jawa mampu menurunkan kolesterol total, LDL (kolesterol jahat), dan trigliserida.

    Studi lain pada hewan juga menemukan bahwa antioksidan dalam asam jawa membantu mengurangi kerusakan oksidatif pada LDL, yang menjadi salah satu penyebab utama penyakit jantung.

    2. Potensi Efek Antijamur, Antivirus, dan Antibakteri

    Ekstrak asam jawa mengandung senyawa alami dengan sifat antimikroba. Penelitian menunjukkan bahwa senyawa ini memiliki aktivitas antijamur, antivirus, dan antibakteri.

    Dalam pengobatan tradisional, asam jawa juga digunakan untuk mengatasi penyakit seperti malaria. Salah satu senyawa bernama lupeol dipercaya memberikan efek antibakteri.

    3. Mengurangi risiko kanker

    Para ilmuwan merekomendasikan diet tinggi antioksidan karena berbagai alasan, salah satunya adalah mengurangi risiko kanker. Antioksidan dapat mencegah radikal bebas merusak DNA sel. Fitokimia yang ditemukan dalam tanaman memiliki kualitas antioksidan. Asam jawa kaya akan beberapa fitokimia, termasuk beta-karoten.

    4. Meredakan flu

    Asam jawa kaya akan vitamin C dan A, yang merupakan zat gizi mikro yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan sel pertahanan dalam tubuh. Kandungan ini dapat mempercepat pemulihan penyakit seperti pilek dan flu.

    (kna/kna)

  • Hati-hati! Ini yang Terjadi pada Tubuh Jika Kebanyakan Tidur

    Hati-hati! Ini yang Terjadi pada Tubuh Jika Kebanyakan Tidur

    Jakarta

    Tidur yang cukup merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Tidur yang berkualitas tidak hanya memberikan efek positif bagi kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental, kualitas hidup, dan keselamatan tubuh secara menyeluruh.

    Sebagian orang merasa bahwa tidur dalam rentang waktu 7 sampai dengan 9 jam setiap malam, dikatakan sebagai tidur yang cukup. Walaupun kekurangan tidur dapat menyebabkan masalah bagi kesehatan, nyatanya tidur secara berlebihan juga dapat membahayakan bagi tubuh.

    “Jika Anda bangun kesiangan hanya untuk mengejar ketertinggalan tidur, itu disebut tidur pemulihan. Namun, jika Anda melakukannya secara rutin dan tidur lebih dari 8 atau 9 jam setiap hari, itu berarti tidur berlebihan,” kata dr. Safia Khan, MD, spesialis gangguan tidur.

    Lantas, apa saja tanda seseorang tidur secara berlebihan beserta risiko masalah kesehatan yang menyertainya? Dikutip dari Everyday Health, berikut adalah penjelasannya.

    Tidur berlebihan biasanya mengindikasikan adanya masalah dalam tubuh, seperti gangguan tidur atau kondisi medis lainnya. Penelitian mengatakan bahwa tidur berlebihan dapat terjadi pada seseorang yang mengidap kondisi kesehatan sebagai berikut

    KegemukanPenyakit jantungDiabetesRestless leg syndrome atau sindrom kaki gelisahBruxism atau kebiasaan menggertakkan gigi atau mengatupkan rahang atas dan bawah dengan keras yang dilakukan secara tidak sadarNyeri kronisGangguan tidur seperti sleep apnea, insomnia, atau narkolepsiDepresi atau kecemasanSeseorang yang melakukan tidur secara berlebihan, dapat diamati dari berbagai gejala yang dialami oleh tubuh. Berikut di antaranya:Merasa lelah di siang hariKepeninganSakit kepalaEnergi menurunPerubahan suasana hatiSulit untuk bangun tidurTidak merasa segarMengabaikan bunyi alarm

    Shanon Makekau, MD, kepala pulmonologi dan direktur kedokteran tidur di Kaiser Permanente di Honolulu, Hawaii, mengatakan bahwa tidur berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan sebagai berikut:

    Meningkatan kelelahan dan menurunkan energiMenurunkan fungsi sistem kekebalan tubuhMengubah respon stresMeningkatkan risiko penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, dan obesitasMeningkatkan risiko kematian

    (suc/suc)

  • 12 Kelompok Orang yang Tak Disarankan Minum Kopi, Siapa Saja?

    12 Kelompok Orang yang Tak Disarankan Minum Kopi, Siapa Saja?

    Jakarta

    Kopi merupakan salah satu minuman yang banyak disukai orang. Biasanya, orang-orang minum kopi di pagi hari sebelum memulai aktivitas.

    Selain pagi, kopi sering dinikmati untuk mengatasi rasa kantuk hingga lesu di sore hari. Kopi juga dapat disajikan dingin ataupun hangat, sesuai dengan keinginan.

    Meski begitu, ternyata tidak semua orang boleh menikmati kopi. Hal itu karena kandungan yang ada di kopi dapat memicu masalah kesehatan atau memperparah kondisi tersebut.

    Misalnya, terkadang kopi dapat membuat orang merasa cemas atau gelisah, bahkan mempengaruhi saluran pencernaan. Lantas, siapa saja yang sebaiknya menghindari untuk mengkonsumsi kopi?

    Orang-orang yang Tidak Disarankan Minum Kopi

    1. Orang dengan gangguan tidur

    Ahli diet di MyNetDiary, Sue Heikkinen, MS, RD, mengungkapkan orang dengan gangguan tidur disarankan untuk tidak minum kopi. Kopi dapat memperparah siklus tidur yang buruk dan kelelahan.

    “Bahkan, jika Anda merasa kopi di sore hari tidak mengganggu waktu tidur, kopi tersebut dapat mempengaruhi kualitas tidur. Hindari kafein setidaknya enam jam sebelum tidur,” terangnya yang dikutip dari Eat This.

    2. Orang yang mengalami diare

    Beberapa orang mungkin merasa bahwa minum kopi saat pagi membuat perutnya terasa mulas. Hal ini sangat buruk bagi orang-orang yang tengah mengalami diare. Kondisi ini cenderung dapat merangsang usus.

    3. Orang dengan GERD

    Heikkinen menjelaskan kafein dapat melonggarkan sfingter esofageal bawah. Itu merupakan katup antara esofagus dan lambung.

    Hal ini dapat menyebabkan asam lambung masuk ke esofagus, yang mengakibatkan gejala gastroesophageal reflux atau GERD yang tidak nyaman.

    4. Orang yang mengalami epilepsi

    Berdasarkan hasil penelitian terbatas, kopi kerap dikaitkan dengan peningkatan frekuensi epilepsi. Menurut ahli gizi Angel Planells, MS, RDN, hal ini masih memerlukan penelitian lebih banyak.

    Ia menyarankan orang-orang dengan epilepsi untuk berkonsultasi ke ahli saraf tentang asupan kafein yang tepat.

    5. Orang dengan tingkat kecemasan tinggi atau serangan panik (panic attack)

    Ahli diet Kelli McGrane MS, RD, menjelaskan kafein adalah stimulan yang dapat memperburuk kecemasan pada beberapa orang. Akan lebih baik jika mempertimbangkan lebih dulu sebelum mengkonsumsi kopi.

    Penelitian dari General Hospital Psychiatry menemukan bahwa kadar kafein yang lebih tinggi, sekitar 5 cangkir kopi per hari, berpotensi menimbulkan rasa panik pada mereka yang sudah mengalami kecemasan.

    6. Orang dengan glaukoma

    “Tekanan intraokular meningkat bagi mereka yang mengalami glaukoma saat mengonsumsi kopi. Jadi, dianjurkan untuk membatasi (atau) menghindari asupan, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan,” kata Planells.

    Menurut penelitian oleh Mount Sinai, minum kafein dalam jumlah yang lebih banyak meningkatkan risiko glaukoma pada mereka yang sudah memiliki kecenderungan tekanan mata meningkat.

    7. Orang yang sedang dalam perjalanan jauh

    Heikkinen menyarankan orang-orang yang sedang dalam perjalanan jauh untuk mengurangi asupan kopi. Asupan kopi dapat meningkatkan frekuensi dan urgensi untuk buang air kecil.

    8. Orang dengan penyakit jantung

    Mereka yang mengalami penyakit jantung, seperti aritmia jantung, sebaiknya menghindari kopi. Aritmia merupakan kondisi saat detak jantung tidak teratur.

    Menurut McGrane, kandungan kafein pada kopi dapat memperparah kondisi tersebut.

    “Karena kafein dari kopi dapat menyebabkan peningkatan sementara tekanan darah dan detak jantung, penting bagi siapa saja dengan riwayat penyakit jantung untuk konsultasi terlebih dulu dengan dokter terkait keamanan dan takaran kopi yang bisa dikonsumsi,” jelasnya.

    9. Ibu hamil

    Bagi ibu hamil disarankan untuk membatasi atau tidak mengkonsumsi kopi terlebih dulu. Itu karena kafein yang ada dalam kopi dapat meningkatkan risiko keguguran.

    Sementara itu, The American College of Obstetrics and Gynecology merekomendasikan wanita hamil untuk membatasi kafein hingga 200 mg atau setara dengan dua cangkir kopi per hari.

    Hal itu dilakukan untuk meminimalisir risiko keguguran, persalinan prematur, dan berat badan lahir rendah.

    “Namun, tinjauan tahun 2020 yang diterbitkan dalam British Journal of Medicine menyimpulkan tidak ada tingkat asupan kafein yang aman selama kehamilan. Ibu hamil harus mendiskusikan asupan kafein mereka dengan dokter,” terang Heikkinen.

    10. Ibu menyusui

    Planells menjelaskan ibu menyusui juga disarankan untuk tidak minum kopi terlebih dulu. Sebab, kopi dapat membuat ibu mengalami dehidrasi, terlebih harus menyusui anaknya.

    “Karena kafein adalah stimulan dan diuretik, kekhawatirannya adalah bahwa ibu menyusui mungkin berisiko mengalami dehidrasi,” tuturnya.

    11. Orang dengan gangguan iritasi usus

    Orang dengan kondisi sindrom iritasi usus besar (IBS) juga disarankan untuk membatasi atau menghindari minuman berkafein, seperti kopi. Planells mengatakan kafein dapat meningkatkan keteraturan buang air besar, termasuk meningkatkan kemungkinan diare.

    12. Orang dengan metabolisme lambat

    Jika metabolisme tubuh sangat lambat, disarankan untuk menghindari minuman berkafein seperti kopi atau teh. Menurut para ahli, minuman berkafein akan menghambat penyerapan vitamin dan mineral tertentu, yang menyebabkan kembung serta peradangan dalam jangka panjang.

    Para ahli mengatakan orang yang metabolismenya lambat adalah orang yang tidak memproses kafein secara efektif dan mengalami efek samping seperti merasa gelisah, atau menjadi terlalu waspada atau cemas hingga sembilan jam setelah mengkonsumsinya.

    (sao/naf)

  • Kabar Nggak Enak Buat ‘Alumni’ COVID-19, Gejala Ini Bisa Jadi Tak Akan Hilang

    Kabar Nggak Enak Buat ‘Alumni’ COVID-19, Gejala Ini Bisa Jadi Tak Akan Hilang

    Jakarta

    Seseorang yang pernah terkena COVID-19 dan masih mengalami gejala dalam enam bulan hingga dua tahun setelahnya, kemungkinan kecil ‘sembuh’ dari Long COVID. Kondisi ini dikaitkan dengan gejala yang menetap pasca terkena SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19 hingga sistem imun melemah.

    Temuan baru para peneliti di Inggris dan Amerika Serikat menemukan tren kasus long COVID meningkat.

    “Bagi pasien yang telah berjuang selama lebih dari dua tahun, peluang untuk pulih sepenuhnya akan sangat tipis,” kata Manoj Sivan, profesor kedokteran rehabilitasi di Universitas Leeds dan salah satu penulis temuan baru yang dipublikasikan di The Lancet.

    Sivan menyebut sejumlah keluhan yang masih dialami penyintas COVID-19 adalah:

    Kondisi kronis ensefalomielitis mialgik/sindrom kelelahan kronisFibromyalgia

    Seseorang bahkan perlu waspada mengalami long COVID bila gejala tidak kunjung hilang lebih dari tiga bulan.

    Umumnya keluhan berikut akan terus bertahan. Apa saja?

    Kelelahan ekstremBrain fog atau sulit fokus pada sesuatu halSesak napasNyeri sendi

    Gejalanya bisa ringan hingga sangat parah, dan belum ada tes diagnostik atau perawatan yang bisa menunjukkan diagnosis tersebut.

    Satu studi di Inggris menunjukkan hampir sepertiga dari mereka yang melaporkan gejala pada 12 minggu, pulih setelah 12 bulan. Sementara yang lain, terutama di antara pasien dengan perawatan di rumah sakit, menunjukkan tingkat pemulihan jauh lebih rendah.

    Dalam sebuah studi Kantor Statistik Nasional Inggris, 2 juta orang melaporkan sendiri gejala COVID jangka panjang atau long COVID pada Maret lalu. Sekitar 700.000, atau 30,6 persen di antaranya mengatakan mereka pertama kali mengalami gejala setidaknya tiga tahun sebelumnya. Secara global, perkiraan yang diterima menunjukkan 65 juta hingga 200 juta orang mengalami long COVID.

    “Itu bisa berarti antara 19,5 juta hingga 60 juta orang menghadapi gangguan selama bertahun-tahun berdasarkan perkiraan awal,” kata Sivan.

    Amerika Serikat dan beberapa negara seperti Jerman terus mendanai riset long COVID. Namun, lebih dari dua 24 pakar, advokat pasien, dan eksekutif farmasi mengatakan kepada Reuters bahwa dana dan perhatian untuk kondisi tersebut semakin berkurang di negara-negara kaya lain, yang secara tradisional mendanai penelitian berskala besar.

    Pada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, hal itu tidak pernah ada. “Perhatian telah bergeser,” kata Amitava Banerjee, seorang profesor di University College London yang memimpin uji coba besar obat-obatan yang digunakan kembali dan program rehabilitasi.

    Ia mengatakan long COVID harus dilihat sebagai kondisi kronis yang dapat diobati untuk meningkatkan kehidupan pasien daripada disembuhkan, seperti penyakit jantung atau radang sendi.

    “Sangat melumpuhkan,” demikian pengakuan Leticia Soares (39) dari Brasil, yang terinfeksi pada 2020 dan telah berjuang melawan kelelahan hebat dan nyeri kronis sejak saat itu.

    Pada hari yang baik, ia menghabiskan waktu lima jam di luar tempat tidur. Ketika ia dapat bekerja, Soares menjadi salah satu pemimpin dan peneliti di Patient-Led Research Collaborative, sebuah kelompok advokasi yang terlibat dalam tinjauan bukti COVID jangka panjang yang diterbitkan baru-baru ini di Nature.

    Soares mengatakan ia yakin pemulihan jarang terjadi lebih dari 12 bulan. Beberapa pasien mungkin mendapati gejala mereka mereda, lalu kambuh lagi, semacam remisi yang dapat disalahartikan sebagai pemulihan.

    “Ini sangat melumpuhkan dan mengisolasi. Seseorang bisa menghabiskan waktu setiap kali bertanya-tanya, ‘Apakah kondisi saya akan memburuk setelah ini?’” katanya, menggambarkan pengalamannya sendiri.

  • Video Cara Hilangkan Lemak Trans Dalam Tubuh

    Video Cara Hilangkan Lemak Trans Dalam Tubuh

    Jakarta – Dokter sekaligus Ketua Tim Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Kemenkes Fatcha Nuraliyah berbicara mengenai lemak trans yang berbahaya jika berlebihan dikonsumsi bagi tubuh. Meski begitu, masih ada cara untuk menghancurkan lemak trans jika terlanjur dikonsumsi.

    (/)

  • Cokelat Panas dan Teh Hijau Bantu Redakan Dampak Stres, Ini Penjelasannya

    Cokelat Panas dan Teh Hijau Bantu Redakan Dampak Stres, Ini Penjelasannya

    Jakarta, Beritasatu.com – Mengonsumsi minuman yang kaya akan flavanol, seperti cokelat panas atau teh hijau, dapat membantu melawan dampak negatif stres.

    Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Food and Function, cokelat panas dan teh hijau sebaiknya diminum setelah mengonsumsi makanan berlemak.

    Dilansir dari Medical Daily, Rabu (20/11/2024), studi terbaru ini mengeksplorasi bagaimana flavanol yang dikonsumsi bersamaan dengan makanan berlemak dapat mengurangi efek buruk lemak terhadap stres yang berdampak pada fungsi endotel.

    “Kami mengetahui, ketika seseorang sedang stres mereka cenderung memilih makanan tinggi lemak. Penelitian sebelumnya menunjukkan, makanan berlemak dapat menghambat pemulihan vaskular tubuh setelah mengalami stres,” ujar dr Catarina Rendeiro, penulis utama studi tersebut.

    “Dalam penelitian ini, kami ingin mengevaluasi apakah menambahkan makanan kaya flavanol ke dalam diet yang mengandung lemak dapat mengurangi dampak buruk stres terhadap tubuh,” lanjutnya.

    Penelitian tersebut melibatkan 23 pria dan wanita muda yang sehat. Mereka diberikan sarapan berupa dua croissant mentega dengan keju dan susu, kemudian disajikan minuman cokelat panas yang mengandung flavanol tinggi atau rendah.

    Setelah beristirahat, para peserta menjalani tes matematika mental yang tingkat kesulitannya meningkat selama 8 menit. Kesalahan dalam menjawab akan dicatat dengan tujuan untuk menimbulkan stres pada peserta.

    Selama tes dan saat beristirahat, peneliti mengukur aliran darah di lengan bawah, detak jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen di korteks prefrontal (bagian depan otak) peserta.

    Para peneliti juga menggunakan tes Brachial Flow-Mediated Dilatation (FMD) untuk mengevaluasi fungsi pembuluh darah peserta, yang dapat memprediksi risiko penyakit jantung.

    Tes FMD mengukur seberapa besar arteri brakialis melebar saat aliran darah meningkat. Hasil yang lebih tinggi menunjukkan risiko penyakit jantung yang lebih rendah.

    Hasil tes FMD menunjukkan, peserta yang mengonsumsi minuman cokelat rendah flavanol mengalami penurunan fungsi pembuluh darah yang berlangsung hingga 90 menit setelah stres.

    Sementara itu, peserta yang mengonsumsi cokelat panas tinggi flavanol menunjukkan hasil tes FMD yang lebih baik secara signifikan, baik pada 30 maupun 90 menit setelah mengalami stres.

    Studi ini juga menunjukkan, mengonsumsi makanan atau minuman yang kaya flavanol dapat menjadi strategi untuk mengurangi dampak buruk dari pilihan makanan tidak sehat terhadap sistem pembuluh darah.

    “Ini dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih bijak mengenai makanan dan minuman yang kita konsumsi saat sedang stres,” jeklas dr Rendeiro.
     

  • Warning Buat yang Mageran, Duduk Lama Bisa Bikin Mati Muda

    Warning Buat yang Mageran, Duduk Lama Bisa Bikin Mati Muda

    Jakarta

    Sebuah penelitian baru yang dipublikasikan di American College of Cardiology menemukan bahwa duduk terlalu lama dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, bahkan jika seseorang rajin berolahraga.

    “Temuan kami benar-benar menekankan pentingnya menghindari duduk berlebihan… terlepas dari apakah Anda aktif secara fisik atau tidak,” kata penulis pertama studi dr Ezim Ajufo, seorang rekan kardiologi di Brigham and Women’s Hospital di Boston, dikutip CNN.

    Penelitian tersebut mengamati data dari hampir 90 ribu orang yang mengenakan akselerometer selama seminggu. Peneliti juga membandingkan waktu mereka yang tak aktif dan yang aktif, dengan diagnosis kondisi seperti stroke, serangan jantung, dan gagal jantung di kemudian hari.

    “Kami sungguh-sungguh merekomendasikan agar sebanyak mungkin orang menghindari duduk lebih dari 10,6 jam sehari,” kata dr Ajufo.

    “Itu bukan ambang batas yang pasti, tetapi kami pikir itu adalah langkah awal yang wajar untuk pedoman dan intervensi kesehatan masyarakat,” lanjutnya

    Data penelitian diambil dari UK Biobank, sebuah basis data penelitian biomedis besar yang utamanya mencakup individu kulit putih keturunan Eropa, yang mungkin membatasi penerapannya pada populasi yang lebih beragam.

    baca juga

    Penelitian ini juga bersifat observasional, yang berarti meskipun dapat membuat hubungan, namun tidak dapat membuktikan bahwa duduk merupakan penyebab langsung penyakit jantung.

    Alasan Duduk Terlalu Lama Bisa Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

    Meski begitu, Dr Keith Diaz, seorang profesor madya kedokteran perilaku di Columbia University Medical Center, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan masuk akal jika terlalu banyak duduk dalam sehari akan berdampak buruk.

    “Wajar saja jika duduk dalam waktu lama bisa berbahaya, karena otot berperan penting dalam mengatur kadar gula darah dan lemak. Agar berfungsi optimal, otot memerlukan gerakan,” kata Dr Diaz.

    “Mengambil jeda gerakan memberi otot Anda stimulasi yang dibutuhkannya, dan bahkan dalam jumlah sedikit pun dapat membuat perbedaan,” katanya.

    Bagi pekerja kantoran, termasuk waktu yang dihabiskan untuk bepergian ke dan dari tempat kerja, mungkin bisa menghabiskan duduk lebih dari 10,6 jam.

    “Jawabannya mungkin bukan dengan mendapatkan meja berdiri. Meskipun berdiri tentu saja tidak sama dengan duduk, namun berdiam di satu tempat seperti itu tidak memberikan otot Anda gerakan yang dibutuhkan untuk memecah gula dan lemak secara efisien,” katanya.

    “Meja sepeda atau treadmill mungkin bisa membantu. Anda juga bisa mencoba melihat apakah rapat kecil bisa dilakukan sambil berjalan kaki,” lanjutnya lagi.

    Meskipun secara luas duduk terlalu lama dapat berdampak negatif pada kesehatan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan risiko spesifik dan pedoman tentang apa yang dianggap sebagai terlalu banyak duduk.

    baca juga

    (suc/kna)

  • Jahe Bisa Membantu Mengobati Penyakit Apa Saja? Ini Daftarnya

    Jahe Bisa Membantu Mengobati Penyakit Apa Saja? Ini Daftarnya

    Jakarta

    Jahe merupakan salah satu rempah-rempah yang biasa diolah masyarakat Indonesia menjadi makanan, minuman, atau bumbu masak. Selain itu, jahe juga dikenal sebagai obat herbal tradisional dengan beragam kandungan nutrisi dan manfaat kesehatannya.

    Dikutip dari Healthline, jahe mengandung gingerol yakni senyawa bioaktif utama yang memiliki efek anti-inflamasi dan antioksidan kuat. Menurut penelitian, gingerol dapat membantu mengurangi stres oksidatif yang diakibatkan oleh terlalu banyaknya radikal bebas dalam tubuh.

    Jahe sendiri dapat dikonsumsi setiap hari namun dengan dosis sesuai anjuran.

    Dikutip dari UCLA Health, para ahli merekomendasikan tiga sampai empat gram per hari, tapi batasi menjadi satu gram per hari pada ibu hamil.

    Lalu, apa saja penyakit yang bisa dibantu diobati dengan mengonsumsi jahe?

    Jahe mungkin efektif melawan mual, termasuk mual terkait kehamilan, yang umumnya dikenal sebagai morning sickness. Jahe dapat membantu meredakan mual dan muntah pada orang yang menjalani jenis operasi tertentu, dan juga dapat membantu mengurangi mual terkait kemoterapi .

    Meskipun secara umum aman, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi dalam jumlah besar jika Anda sedang hamil.

    Kondisi Osteoartritis (OA) melibatkan degenerasi sendi yang menimbulkan gejala seperti nyeri sendi dan kekakuan.

    Satu ulasan menyimpulkan bahwa jahe dapat membantu mengurangi rasa sakit dan kecacatan. Para peserta mengonsumsi 0,5 hingga 1 gram jahe per hari selama 3 hingga 12 minggu, tergantung pada penelitiannya. Sebagian besar dari mereka didiagnosis mengidap OA lutut.

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jahe kemungkinan memiliki sifat anti-diabetes. Sebuah penelitian pada tahun 202 menemukan pengurangan yang signifikan dalam gula darah puasa dan HbA1c pada orang dengan diabetes tipe 2 setelah mengonsumsi suplemen jahe.

    HbA1c sendiri digunakan untuk mengukur kadar gula yang menempel dan menumpuk dalam darah. Jika kadar HbA1c tinggi, artinya tubuh tidak bisa menggunakan glukosa dalam tubuh dengan baik.

    Tingginya kolesterol jahat (Low Density Lipoprotein/LDL) diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Jahe sendiri memiliki khasiat untuk membantu menurunkan kolesterol jahat tersebut.

    Sebuah penelitian pada tahun 2022 para peneliti menemukan bahwa konsumsi jahe secara signifikan mengurangi trigliserida dan kolesterol LDL, sekaligus meningkatkan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Bahkan dosis kurang dari 1.500 mg per hari tetap efektif.

    Beberapa riset menunjukkan bahwa 6-shogaol dan 6-gingerol yakni senyawa dalam jahe dapat membantu mencegah penyakit degeneratif seperti alzheimer, penyakit parkinson, dan multiple sclerosis.

    Stres oksidatif dan peradangan kronis mungkin menjadi pendorong utama penyakit alzheimer dan penurunan kognitif terkait usia.

    Beberapa hewan studi menunjukkan antioksidan dan senyawa bioaktif dalam jahe dapat menghambat respons peradangan yang terjadi di otak. Hal ini dapat membantu mencegah penurunan kognitif.

    Jahe dapat membantu mengelola gangguan pencernaan dengan mempercepat perjalanan makanan melalui lambung. Dispepsia fungsional terjadi ketika seseorang mengalami gangguan pencernaan dengan gejala seperti nyeri perut, kembung, merasa terlalu kenyang, bersendawa, dan mual tanpa alasan yang jelas.

    Dalam sebuah penelitian, ilmuwan menemukan bahwa mengonsumsi olahan jahe dan artichoke sebelum makan makanan utama secara signifikan memperbaiki gejala gangguan pencernaan pada orang dengan dispepsia fungsional.

    (dpy/kna)

  • Benarkah Tanda Kolesterol Tinggi Bisa Dikenali lewat Lidah?

    Benarkah Tanda Kolesterol Tinggi Bisa Dikenali lewat Lidah?

    Jakarta, Beritasatu.com – Kolesterol tinggi atau yang dikenal sebagai silent killer ini sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas. Namun, beberapa ahli kesehatan mengungkapkan perubahan tertentu pada tubuh, termasuk pada lidah, bisa menjadi tanda adanya masalah kolesterol.

    Dilansir dari Medical News Today, Selasa (19/11/2024), kolesterol adalah zat lemak yang diproduksi oleh hati dan berasal dari makanan tertentu. Terdiri dari kolesterol jahat (LDL) dan baik (HDL), keseimbangan keduanya penting untuk kesehatan jantung. Jika kadar LDL berlebihan, kolesterol dapat menumpuk di arteri, meningkatkan risiko penyakit jantung dan strok.

    Lalu, bagaimana cara mengenali tanda-tanda kolesterol melalui lidah? Berikut ini penjelasannya.

    Tanda-tanda Kolesterol pada Lidah
    Kolesterol tinggi dapat berdampak pada beberapa area tubuh, termasuk lidah. Menurut pakar kesehatan, ada beberapa tanda pada lidah yang bisa mengindikasikan kolesterol tinggi, di antaranya adalah:

    – Perubahan warna lidah
    Menurut Times Of India, warna lidah dapat menjadi indikator adanya masalah kolesterol. Lidah yang berwarna kekuningan bisa menandakan penumpukan kolesterol dalam darah. Kondisi ini disebabkan oleh sirkulasi darah yang tidak lancar akibat kolesterol yang menumpuk di pembuluh darah.

    – Lidah bengkak atau terasa berat
    Lidah yang bengkak atau terasa berat dapat dikaitkan dengan kolesterol tinggi. Hal ini disebabkan oleh aliran darah yang kurang optimal, sehingga jaringan lidah tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi yang diperlukan. Akibatnya, lidah bisa terlihat membesar dan terasa berat.

    – Lapisan putih pada lidah
    Meski lapisan putih pada lidah biasanya terkait dengan masalah pencernaan atau infeksi, pada beberapa kasus, ini juga bisa menjadi tanda kolesterol tinggi. Lapisan putih pada lidah mungkin muncul akibat aliran darah yang tidak lancar, yang kemudian berdampak pada kesehatan mulut.

    Namun, kolesterol tinggi tidak hanya memengaruhi lidah, tetapi juga dapat menimbulkan tanda-tanda lain di beberapa bagian tubuh, seperti mata, wajah, dan kaki.

    Pada beberapa kasus, menunjukkan adanya xanthelasma, yaitu timbunan lemak berwarna kekuningan di sekitar mata yang menandakan kolesterol tinggi. Selain itu, nyeri di kaki saat berjalan juga bisa menjadi gejala karena aliran darah terhambat akibat plak kolesterol di arteri kaki

    Meskipun tanda-tanda kolesterol tinggi pada lidah belum terlalu dikenal di kalangan masyarakat, hal ini bisa menjadi cara tambahan untuk mendeteksi kadar kolesterol secara dini.