Topik: penyakit jantung

  • Terungkap Lewat Studi, Alasan ‘Alumni’ COVID Berisiko Kena Serangan Jantung-Stroke

    Terungkap Lewat Studi, Alasan ‘Alumni’ COVID Berisiko Kena Serangan Jantung-Stroke

    Jakarta

    Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di Journal of the American Heart Association (AHA) mengungkapkan orang yang terserang influenza atau COVID-19 berisiko lebih tinggi mengalami serangan jantung atau stroke dalam beberapa minggu setelah infeksi.

    Sementara itu, infeksi kronis seperti HIV juga dikaitkan dengan peningkatan risiko jangka panjang terhadap penyakit kardiovaskular yang serius.

    Para peneliti melakukan tinjauan sistematis terhadap seluruh studi yang meneliti hubungan antara infeksi virus dan risiko terjadinya stroke maupun serangan jantung.

    Dari lebih dari 52 ribu publikasi ilmiah yang disaring, mereka mengidentifikasi 155 studi yang dinilai memiliki rancangan metodologi yang tepat dan kualitas tinggi, sehingga memungkinkan dilakukan meta-analisis terhadap data gabungan tersebut.

    Dalam penelitian yang membandingkan risiko kardiovaskular seseorang dalam beberapa minggu setelah mengalami infeksi pernapasan yang terkonfirmasi laboratorium dengan kondisi saat ia tidak terinfeksi, para peneliti menemukan risiko serangan jantung meningkat hingga empat kali lipat, dan risiko stroke meningkat lima kali lipat dalam sebulan setelah seseorang terinfeksi influenza.

    Tak hanya itu, risiko serangan jantung dan stroke meningkat tiga kali lipat dalam 14 minggu setelah terinfeksi COVID-19, dan risiko tersebut tetap lebih tinggi hingga satu tahun kemudian.

    “Studi kami menemukan bahwa infeksi virus akut dan kronis berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskular, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk stroke dan serangan jantung,” kata Kosuke Kawai, Sc D, penulis utama studi sekaligus dosen di Divisi Penyakit Dalam dan Riset Layanan Kesehatan, David Geffen School of Medicine, University of California, Los Angeles, dikutip dari laman resmi AHA.

    Apa Alasannya?

    Menurut studi tersebut, sistem kekebalan tubuh merespons infeksi virus dengan melepaskan molekul yang memicu dan mempertahankan peradangan serta meningkatkan kecenderungan darah untuk membeku.

    Respons ini dapat berlangsung lama meskipun infeksi telah sembuh. Baik peradangan maupun pembekuan darah dapat menurunkan kemampuan jantung berfungsi optimal, dan hal ini diyakini sebagai salah satu alasan meningkatnya risiko serangan jantung dan stroke setelah infeksi virus.

    Adapun peradangan berperan penting dalam perkembangan dan progresi penyakit kardiovaskular. Kondisi ini dapat memicu pembentukan dan pecahnya plak di dinding arteri, yang berujung pada serangan jantung atau stroke.

    Beberapa penanda peradangan yang tinggi bahkan dikaitkan dengan hasil klinis yang lebih buruk dan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular di masa depan. Karena itu, pengendalian peradangan menjadi aspek kunci dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit jantung dan pembuluh darah.

    “Risiko penyakit kardiovaskular memang lebih rendah pada infeksi HIV, hepatitis C, dan herpes zoster dibandingkan peningkatan risiko jangka pendek yang terjadi setelah influenza dan COVID. Namun, risiko yang terkait dengan tiga virus tersebut tetap bermakna secara klinis, terutama karena risikonya bertahan dalam jangka waktu lama,” kata Kawai.

    “Selain itu, herpes zoster (cacar api/cacar ular) dialami sekitar satu dari tiga orang sepanjang hidupnya. Karena itu, peningkatan risiko akibat virus tersebut dapat berkontribusi pada jumlah kasus penyakit kardiovaskular yang cukup besar di tingkat populasi.”

    Halaman 2 dari 3

    (suc/naf)

  • Riset Ilmiah Terbaru Bawa Kabar Nggak Enak Buat ‘Alumni’ COVID, Begini Temuannya

    Riset Ilmiah Terbaru Bawa Kabar Nggak Enak Buat ‘Alumni’ COVID, Begini Temuannya

    Jakarta

    Dalam beberapa minggu setelah seseorang terkena influenza atau COVID-19, risiko mengalami serangan jantung atau stroke dapat meningkat tajam. Sementara itu, infeksi kronis seperti HIV juga dapat meningkatkan risiko jangka panjang terhadap kejadian kardiovaskular serius.

    Hal ini diungkap dalam riset independen terbaru yang diterbitkan di Journal of the American Heart Association, jurnal ilmiah terbuka yang ditinjau sejawat oleh American Heart Association (AHA).

    Menurut Kosuke Kawai, Sc D, penulis utama studi sekaligus dosen di Divisi Penyakit Dalam dan Riset Layanan Kesehatan, David Geffen School of Medicine, University of California, Los Angeles, kaitan antara infeksi virus dan penyakit kardiovaskular belum banyak dipahami.

    “Selama ini, kita tahu bahwa virus seperti human papillomavirus (HPV) dan hepatitis B dapat menyebabkan kanker. Namun, hubungan antara infeksi virus dengan penyakit tidak menular lain seperti gangguan jantung masih belum jelas,” kata Kawai, dikutip dari laman resmi AHA.

    “Penelitian kami menemukan bahwa infeksi virus, baik yang akut maupun kronis, berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk stroke dan serangan jantung, dalam jangka pendek maupun panjang,” lanjutnya.

    Tim peneliti meninjau lebih dari 52 ribu publikasi ilmiah, dan menyaring 155 studi berkualitas tinggi yang meneliti kaitan antara infeksi virus apa pun dengan risiko stroke dan serangan jantung. Data-data tersebut kemudian dianalisis secara meta-analisis untuk mendapatkan gambaran menyeluruh.

    Hasilnya menunjukkan dalam studi yang membandingkan risiko kardiovaskular sebelum dan sesudah seseorang mengalami infeksi pernapasan yang terkonfirmasi laboratorium, yakni:

    Orang empat kali lebih mungkin mengalami serangan jantung dan lima kali lebih mungkin mengalami stroke dalam sebulan setelah terinfeksi flu.

    Ada risiko serangan jantung pasca kena COVID

    Setelah terinfeksi COVID-19, risiko serangan jantung dan stroke meningkat tiga kali lipat selama 14 minggu pertama, dan tetap lebih tinggi hingga satu tahun setelah infeksi.

    Sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap infeksi virus dengan melepaskan molekul yang memicu dan mempertahankan peradangan serta kecenderungan darah untuk membeku. Respons ini bisa bertahan lama meski infeksi telah sembuh.

    Baik peradangan maupun pembekuan darah dapat menurunkan kemampuan jantung untuk bekerja secara optimal, yang menjelaskan meningkatnya risiko serangan jantung dan stroke.

    baca juga

    Peradangan diketahui berperan besar dalam perkembangan penyakit kardiovaskular. Ia dapat menyebabkan terbentuknya plak di pembuluh darah dan memicu pecahnya plak, yang berujung pada serangan jantung atau stroke.

    Beberapa penanda peradangan yang tinggi juga terkait dengan prognosis yang lebih buruk, sehingga pengendalian peradangan menjadi bagian penting dalam pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular.

    Dalam analisis jangka panjang (rata-rata lebih dari lima tahun), dibandingkan dengan orang tanpa infeksi, ditemukan:

    Pengidap HIV memiliki risiko serangan jantung 60 persen lebih tinggi dan risiko stroke 45 persen lebih tinggi.Pengidap hepatitis C memiliki risiko serangan jantung 27 persen lebih tinggi dan risiko stroke 23 persen lebih tinggi.Pengidap herpes zoster (shingles) memiliki risiko serangan jantung 12 persen lebih tinggi dan risiko stroke 18 persen lebih tinggi.

    “Risiko kardiovaskular akibat HIV, hepatitis C, dan herpes zoster memang lebih rendah dibandingkan peningkatan tajam setelah flu atau COVID-19. Namun, risikonya tetap bermakna secara klinis karena berlangsung lama. Apalagi, shingles dapat menyerang sekitar satu dari tiga orang sepanjang hidupnya,” ujar Kawai.

    “Artinya, peningkatan risiko dari virus tersebut dapat berkontribusi signifikan terhadap jumlah kasus penyakit jantung di tingkat populasi.”

    Vaksin bisa melindungi

    Temuan ini juga menunjukkan bahwa vaksinasi terhadap influenza, COVID-19, dan herpes zoster berpotensi menurunkan angka kejadian serangan jantung dan stroke. Misalnya, sebuah tinjauan ilmiah pada 2022 menemukan peserta yang mendapat vaksin flu memiliki risiko kejadian kardiovaskular berat 34 persen lebih rendah dibanding mereka yang menerima plasebo.

    “Langkah pencegahan terhadap infeksi virus, termasuk vaksinasi, berperan penting dalam menekan risiko penyakit kardiovaskular. Pencegahan menjadi sangat penting bagi orang dewasa yang sudah memiliki penyakit jantung atau faktor risiko jantung,” kata Kawai.

    AHA menambahkan virus seperti influenza, COVID-19, RSV, dan herpes zoster dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, sementara orang yang sudah memiliki gangguan kardiovaskular bisa mengalami komplikasi lebih berat bila terinfeksi.

    Karena itu, individu dengan kondisi tersebut disarankan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk menentukan vaksin yang sesuai, karena vaksinasi memberikan perlindungan penting bagi kelompok berisiko tinggi.

    Meski sejumlah penelitian sebelumnya telah menunjukkan kemungkinan kaitan serupa, para peneliti mencatat bahwa bukti saat ini masih terbatas. Diperlukan studi lebih lanjut untuk memahami hubungan antara risiko penyakit jantung dan virus lain seperti cytomegalovirus (penyebab cacat lahir), herpes simplex 1 (penyebab luka di bibir), virus dengue, dan HPV.

    Peneliti juga menekankan bahwa analisis ini memiliki keterbatasan karena sebagian besar data berasal dari studi observasional, bukan uji klinis terkontrol. Meski demikian, sebagian besar studi telah menyesuaikan faktor pembaur yang relevan.

    Karena mayoritas penelitian hanya menilai satu jenis virus, belum dapat dipastikan bagaimana infeksi ganda virus atau bakteri memengaruhi hasil.

    Analisis ini pun berfokus pada virus yang umum di masyarakat dan tidak mencakup kelompok berisiko tinggi seperti penerima transplantasi organ.

    Halaman 2 dari 5

    (suc/kna)

  • Khasiat Jagung: Manfaat Luar Biasa untuk Kesehatan Tubuh Anda

    Khasiat Jagung: Manfaat Luar Biasa untuk Kesehatan Tubuh Anda

    Surabaya (beritajatim.com)- Jagung bukan hanya makanan lezat yang mudah ditemukan di toko atau di kaki lima, tetapi juga kaya akan nutrisi, yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan Anda. Mengonsumsi jagung secara teratur dapat mempertahankan kesehatan tubuh, mendukung sistem pencernaan, melindungi jantung, dan meningkatkan energi dan daya tahan tubuh. Artikel ini akan membahas semua manfaat jagung karena kandungan gizinya yang tinggi.

    Khasiat Jagung Untuk Kesehatan

    1. Menjaga Kesehatan Saluran Pencernaan
    Jagung kaya akan serat, terutama serat tak larut, yang membantu melancarkan pencernaan dan mencegah konstipasi. Serat ini juga bertindak sebagai prebiotik, membantu pertumbuhan bakteri baik dalam usus, menjaga keseimbangan mikrobiota usus, dan menjaga kesehatan saluran cerna secara keseluruhan.

    2. Menurunkan Kadar Kolesterol dan Menjaga Kesehatan Jantung
    Jagung memiliki serat dan kalium yang membantu menurunkan kadar kolesterol jahat dan menjaga tekanan darah stabil. Magnesium yang terkandung juga membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke.

    3. Sumber Energi Baik
    Jagung adalah sumber energi yang baik untuk aktivitas sehari-hari, membantu mengatasi kelelahan, dan meningkatkan vitalitas tubuh.

    4. Memelihara Kesehatan Tulang dan Gigi
    Jagung mengandung magnesium dan fosfor, yang membantu menjaga kepadatan tulang dan mencegah risiko osteoporosis.

    5. Manjaga Kesehatan Mata
    Jagung mengandung pro-vitamin A, zeaxanthin, dan lutein, yang penting untuk menjaga kesehatan mata dan mengurangi risiko katarak dan degenerasi makula.

    6. Mencegah Penyakit Neurologis
    Jagung mengandung vitamin E sebagai antioksidan, yang menjaga sel saraf otak sehat dan menurunkan risiko penyakit seperti Alzheimer.

    Jagung adalah salah satu makanan sehat dengan banyak manfaat, mulai dari menjaga kesehatan pencernaan hingga meningkatkan daya tahan badan. Karena kaya akan serat, vitamin, mineral, dan antioksidan, mengonsumsi jagung secara teratur dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan Anda dalam jangka panjang. Jadi, jangan ragu untuk menambahkan jagung ke dalam menu harian Anda. (Imelda Faizza)

  • Tanpa Disadari, 5 Kebiasaan Sehari-hari Ini ‘Diam-diam’ Bisa Merusak Jantung

    Tanpa Disadari, 5 Kebiasaan Sehari-hari Ini ‘Diam-diam’ Bisa Merusak Jantung

    Jakarta

    Banyak kebiasaan yang tampak sepele justru berdampak buruk bagi kesehatan jantung dalam jangka panjang. Menurut ahli transplantasi jantung asal Memphis, dr Dmitry Yaranov, kebiasaan harian yang dianggap tidak berbahaya sering kali menjadi penyebab gangguan jantung, kelelahan, hingga penurunan daya tahan tubuh di kemudian hari.

    Lalu, apa saja kebiasaan sehari-hari yang tanpa sadar merugikan jantung? Dikutip dari Times of India, berikut penjelasannya.

    1. Kurang tidur

    Istirahat cukup adalah kebutuhan penting agar tubuh tetap berfungsi optimal. “Tidak istirahat berarti tekanan darah tinggi, berat badan naik, dan kelelahan yang tak tertahankan,” kata dr Yaranov.

    Studi dari American Heart Association menunjukkan remaja yang kurang tidur memiliki risiko lebih tinggi mengalami tekanan darah tinggi, faktor utama penyebab serangan jantung, stroke, dan penyakit ginjal.

    2. Terlalu lama duduk dan terus menatap layar

    “Duduk adalah kebiasaan baru yang buruk. Dan doomscrolling? Resep untuk kesehatan yang tragis. Entah itu meja, sofa, atau mobil Anda – terlalu lama diam dapat merusak punggung, usus, dan jantung Anda,” katanya.

    Sebuah studi tahun 2024 menemukan, terlalu banyak duduk atau berbaring di siang hari meningkatkan risiko penyakit jantung dan kematian dini, bahkan pada orang yang rutin berolahraga.

    3. Mengabaikan stres

    Sering bilang “aku baik-baik saja” padahal merasa tertekan? Hati-hati, stres yang dibiarkan bisa menjadi pemicu gangguan jantung. dr Yaranov menjelaskan stres kronis tidak hanya memengaruhi kondisi mental, tetapi juga memicu keluhan fisik seperti sesak dada, gangguan pencernaan, susah tidur, hingga serangan panik.

    Sebuah penelitian pada 2022 juga menunjukkan stres berat dan berkepanjangan dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular secara signifikan.

    4. Sering makan makanan cepat saji

    Gaya hidup serba cepat membuat banyak orang mengandalkan kafein dan makanan instan untuk bertahan sepanjang hari. Namun kebiasaan ini dapat membuat kadar gula darah naik-turun drastis, memicu resistensi insulin, dan membebani kerja jantung.

    “Melewatkan sarapan. Makan siang lewat drive-thru. Gula untuk makan malam. Gula darah Anda naik turun seperti roller coaster, dan tubuh Anda menanggung akibatnya,” ucapnya.

    5. Selalu berkata “ya” pada semua hal

    Sering merasa harus menuruti semua permintaan orang lain? Sikap ini bisa membuat fisik dan mental kelelahan. Tubuh memerlukan waktu untuk pulih, dan terus memaksakan diri justru membuat jantung bekerja lebih keras.

    Mengatakan “tidak” pada hal-hal tertentu bukan tanda egois, melainkan bentuk menjaga diri. dr Yaranov mengatakan mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, karena tidak ada yang menyenangkan dari harus bergantung pada obat atau prosedur medis di usia muda.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Hati-hati Jika Mengalami Sakit Dada Seperti Ini, Bisa Jadi Tanda Penyakit Jantung

    Hati-hati Jika Mengalami Sakit Dada Seperti Ini, Bisa Jadi Tanda Penyakit Jantung

    Jakarta

    Banyak orang khawatir saat mengalami sakit atau nyeri dada karena mengira berkaitan dengan penyakit jantung. Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Braveheart – Brawijaya Hospital Saharjo, Dr dr M Yamin, SpJP(K), SpPD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS, menjelaskan, memang ada pola tertentu dari sakit dada yang perlu diwaspadai lantaran bisa mengarah pada gangguan jantung.

    Meski begitu, ia menegaskan tidak semua sakit atau nyeri dada berhubungan dengan jantung. Keluhan tersebut juga bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti otot, tulang, saluran cerna, hingga paru-paru. Lantas, seperti apa ciri sakit dada yang disebabkan oleh penyakit jantung?

    “Kalau sakit dada saat tarik napas, kemungkinan besar dari paru. Apalagi kalau ada batuk dan demam. Tapi kalau sakit dadanya muncul saat aktivitas, saat emosi, dan hilang dengan istirahat, atau berhenti beraktivitas, kemungkinan dari jantung,” ucapnya kepada detikcom.

    Sementara sakit dada yang muncul setelah setelah makan besar umumnya berkaitan dengan gangguan saluran cerna, seperti asam lambung. Begitu juga dengan nyeri yang timbul saat mengubah posisi tubuh atau menggerakkan tangan kemungkinan berasal dari otot atau tulang dada.

    “Jadi tidak semua sakit dada adalah kelainan jantung,” imbuhnya lagi.

    Apabila keluhan tidak terkait dengan jantung, penanganan dapat dilakukan melalui relaksasi, fisioterapi, atau stretching.

    Namun jika nyeri dada muncul saat beraktivitas dan dicurigai berasal dari jantung, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter agar penyebabnya dapat dipastikan dengan tepat.

    @detikhealth_official Kalau tiba-tiba dada nyeri, jangan buru-buru mikir serangan jantung…dengerin nih penjelasannya! 😱 #Infosehat #NyeriDada #Jantung #Waspada #faktakesehatan ♬ original sound – detikHealth

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

  • Kata Studi Harvard, Jalan Kaki 4 Ribu Langkah Seminggu Sekali Bisa Perpanjang Umur

    Kata Studi Harvard, Jalan Kaki 4 Ribu Langkah Seminggu Sekali Bisa Perpanjang Umur

    Jakarta

    Aktivitas fisik sederhana seperti berjalan kaki terbukti memiliki manfaat bagi kesehatan. Sayangnya banyak orang berusia 60 tahun ke atas kesulitan mempertahankan jumlah langkah harian mereka karena berbagai alasan.

    Padahal, orang lanjut usia yang hanya berjalan 4.000 langkah sehari satu kali dalam seminggu pun masih bisa menurunkan risiko kematian dini hingga seperempatnya, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Harvard University dan dipublikasikan dalam British Journal of Sports Medicine.

    Studi prospektif besar ini tidak hanya melihat jumlah langkah yang dilakukan lansia, tetapi juga seberapa sering mereka mencapai target langkah dalam seminggu.

    Hasilnya, berjalan 4.000 langkah per hari selama satu atau dua hari dalam seminggu dikaitkan dengan penurunan signifikan pada risiko kematian dan penyakit kardiovaskular, dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mencapai jumlah langkah tersebut.

    Penelitian ini melibatkan 13.547 perempuan Amerika berusia di atas 62 tahun, dengan rata-rata usia 72 tahun. Mereka mengenakan alat pelacak aktivitas selama tujuh hari berturut-turut antara tahun 2011 hingga 2015 dan dipantau selama lebih dari satu dekade. Tidak ada peserta yang mengidap penyakit jantung atau kanker saat penelitian dimulai.

    Hingga akhir masa pemantauan pada tahun 2024, tercatat 1.765 peserta meninggal dan 781 lainnya mengalami penyakit jantung.

    Berjalan minimal 4.000 langkah per hari satu hingga dua kali dalam seminggu dikaitkan dengan penurunan risiko kematian akibat berbagai penyebab sebesar 26 persen dan penurunan risiko kematian akibat penyakit jantung sebesar 27 persen, dibandingkan dengan yang tidak pernah mencapai ambang tersebut.

    Bagi mereka yang mencapai jumlah langkah ini setidaknya tiga hari dalam seminggu, penurunan risiko kematian dari segala penyebab meningkat hingga 40 persen, sementara penurunan risiko kematian akibat penyakit jantung tetap sebesar 27 persen.

    Para peneliti menyimpulkan hal terpenting bukan pada seberapa sering seseorang mencapai target langkah, melainkan total jumlah langkah yang dilakukan yang berperan besar dalam menurunkan risiko kematian dini.

    “Tidak ada cara “terbaik” untuk mencapai jumlah langkah tersebut,” tambah peneliti, dikutip dari The Guardian.

    Kuncinya adalah tetap melangkah sebanyak mungkin. Peneliti menyimpulkan semakin banyak langkah yang diambil, tanpa memandang polanya setiap hari, berkaitan dengan hasil kesehatan yang lebih baik.

    Rata-rata, peserta penelitian berjalan sekitar 5.615 langkah per hari. Karena penelitian ini bersifat observasional, peneliti tidak dapat memastikan hubungan sebab-akibat secara pasti. Ada pula beberapa keterbatasan, seperti aktivitas fisik hanya diukur selama satu minggu dan hanya pada perempuan.

    “Penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi mencapai target langkah harian tidak terlalu penting (bahkan 1-2 hari per minggu dengan lebih dari 4.000 langkah per hari sudah berkaitan dengan penurunan mortalitas dan penyakit kardiovaskular). Volume langkah secara keseluruhan lebih penting daripada frekuensinya pada populasi lansia,” kata peneliti.

    “Implikasi penting dari temuan ini adalah karena jumlah langkah total menjadi faktor utama, maka tidak ada pola langkah yang lebih baik dari yang lain. Seseorang bisa melakukannya sesuai preferensi-baik perlahan dan konsisten atau sekaligus dalam satu waktu-untuk menurunkan risiko kematian dan penyakit jantung, setidaknya pada perempuan lansia.”

    “Temuan ini memberikan bukti tambahan bahwa metrik jumlah langkah layak dipertimbangkan dalam pedoman aktivitas fisik berikutnya, dan bahwa mengumpulkan langkah dalam waktu tertentu (‘bunched steps’) adalah pilihan yang tetap bermanfaat bagi kesehatan,” ucap peneliti.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Awas Diabetes! Ini Batas Konsumsi Gula yang Aman Menurut Kemenkes

    Awas Diabetes! Ini Batas Konsumsi Gula yang Aman Menurut Kemenkes

    Jakarta

    Konsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes. Tak hanya dialami oleh orang dengan usia di atas 50 tahun, kini diabetes juga banyak dialami oleh usia muda.

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM), Kemenkes RI, dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menyoriti tingginya konsumsi gula melebihi batas normal.

    “Kita bisa lihat di survei-survei kesehatan kita kan, berapa persen tuh? 50 persen masyarakat kita konsumsinya lebih dari batas normal yang seharusnya dia minum gitu,” kata dr Nadia dalam wawancara dengan detikcom, Jumat (31/10/2025).

    Menurut dr Nadia, rasa manis seperti adiksi, semakin sering merasakan manis, maka semakin membutuhkan yang lebih manis. Sebaliknya, jika tidak terbiasa dengan yang manis maka akan lebih sensitif merasakannya.

    “Kalau kita sudah biasa tidak manis, dikasih yang manis, itu kan kita merasa kayak manis banget,” ungkap dr Nadia.

    Untuk itu, Kementerian Kesehatan memiliki kampanye maksimal asupan 4 sendok makan gula dalam sehari. Sementara, untuk garam 1 sendok dan lemak 5 sendok sehari.

    “Kan sumbernya bukan hanya gula pasir kan, makanan lain itu intinya juga ada yang mengandung gula. Makanya kita mencoba untuk menurunkan dulu deh rasa manisnya,” tambahnya.

    Jika masyarakat bisa mematuhi asupan gula yang dianjurkan, maka risiko terkena penyakit tidak menular juga akan menurun.

    “Kalau kemudian kita bisa mengendalikan konsumsi gula. Itu penyakit jantung, stroke, dan penyakit-penyakit akibat penyakit tidak menular itu bisa turun 50 persen,” tambahnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kenali Tanda-tanda Gejala Diabetes di Pagi Hari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/up)

  • Ini BPIH Reguler Pelaksanaan Haji 2026 di Pamekasan

    Ini BPIH Reguler Pelaksanaan Haji 2026 di Pamekasan

    Pamekasan (beritajatim.com) – Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Reguler pada pelaksanaan ibadah haji 2026 atau 1447 Hijriah, mencapai angka sebesar Rp 87.409.365 bagi setiap jemaah reguler dari total porsi yang ditetapkan sebesar Rp 54.193.806 atau sekitar 62 persen dari total keseluruhan biaya.

    “Jumlah pembayaran akhir akan disesuaikan dengan setoran awal beserta saldo virtual account jemaah di BPKH (Badan Pengelola Keuangan Haji). Setelah diperhitungkan dengan setoran awal dan saldo rata-rata sekitar Rp 2,7 juta, maka jumlah yang harus dibayar jemaah calon haji diperkirakan sekitar Rp 26,49 juta,” kata Kasi Haji dan Umrah Kemenag Pamekasan, Abdul Halim, Sabtu (1/11/2025).

    Selain itu, setiap jemaah haji juga akan mendapatkan biaya living cost sebesar Rp 3,3 juta untuk kebutuhan selama berada di tanah suci Makkah. “Provinsi Jawa Timur memperoleh kuota haji reguler terbanyak dalam skala nasional, yakni sebesar 42.409 jemaah. Besaran kuota ini mempertimbangkan daftar tunggu yang cukup panjang,” ungkapnya.

    “Karena itu, kami akan memperkuat sosialisasi, pendampingan dan monitoring proses pelunasan biaya haji, sehingga seluruh tahapan berjalan tertib dan transparan. Selain kesiapan administrasi dan finansial, aspek kesehatan calon jemaah juga menjadi perhatian utama sesuai ketentuan Kemenkes RI, meliputi fisik, mental, kognitif dan kemampuan beraktivitas sehari-hari,” jelasnya.

    Hasil evaluasi penyelenggaraan haji pada 2025, sekitar 80,4 persen calon jemaah haji memiliki komorbiditas seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung atau gangguan paru. Termasuk beberapa kondisi medis yang tidak memenuhi kriteria istitha’ah, di antaranya gagal ginjal yang membutuhkan dialisis, penyakit jantung berat, penyakit paru kronis yang memerlukan oksigen terus-menerus, kehamilan, kanker dengan terapi aktif, dan gangguan neurologis berat.

    “Karena itu kami sangat mendorong pemeriksaan kesehatan sejak dini, sehingga beberapa faktor resiko bisa dikendalikan sejak masih berada di tanah air. Hal ini tentunya penting demi menjaga keselamatan jemaah, khususnya demi kelancaran pelaksanaan ibadah selama berada di tanah suci,” tegasnya.

    Penetapan BPIH maupun penguatan pemeriksaan kesehatan bagi para calon jemaah tersebut, juga diharapkan dapat menjadi motivasi bagi para calon jemaah agar bisa mempersiapkan diri dengan baik. “Namun untuk keputusan final besaran pelunasan masih menunggu Kepres (Keputusan Presiden) tentang BPIH, diperkirakan terbit pada pekan kedua November 2025,” imbuhnya.

    “Oleh karena itu kami berharap seluruh calon jemaah asal Pamekasan, dapat segera mempersiapkan diri lebih matang, baik secara fisik maupun finansial, khususnya menjelang keberangkatan musim haji 2026 mendatang,” pungkasnya. [pin/kun]

  • Mengenal Pepaya Muda, Buah Sehat Kaya Manfaat untuk Kesehatan Tubuh

    Mengenal Pepaya Muda, Buah Sehat Kaya Manfaat untuk Kesehatan Tubuh

    JAKARTA – Banyak orang mengira pepaya muda hanyalah pepaya belum matang. Namun sebenarnya, pepaya muda memiliki karakteristik, kandungan nutrisi dan manfaat kesehatan yang cukup berbeda dibandingkan pepaya matang.

    Pepaya muda adalah salah satu jenis pepaya yang dipanen sebelum buahnya matang sepenuhnya. Berbeda dengan pepaya matang berwarna oranye kemerahan dan memiliki rasa manis, pepaya muda berwarna hijau dengan daging buah berwarna kuning kehijauan serta tekstur yang lebih keras menyerupai mangga.

    Pepaya ini diketahui berasal dari Meksiko dan juga dikenal sebagai Mexican papaya. Bentuknya menyerupai pir atau alpukat dan memiliki kantong biji di bagian tengah. Biji pepaya muda berwarna gelap dan memiliki rasa sedikit pedas sehingga sering dikeringkan dan digunakan sebagai bumbu atau penyedap seperti lada.

    Karena rasanya yang tidak semanis pepaya matang, pepaya muda lebih sering digunakan sebagai sayuran dalam masakan, seperti rujak, tumis, atau salad.

    Pepaya muda mengandung beragam nutrisi penting yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Di dalamnya terdapat vitamin C, A, dan E yang berperan sebagai antioksidan alami. Selain itu, pepaya muda juga kaya akan folat serta mineral seperti kalsium, magnesium, kalium, dan zat besi.

    Buah ini juga mengandung senyawa antioksidan seperti karotenoid, polifenol, dan likopen, serta asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh. Menariknya pepaya muda memiliki kandungan lemak dan kolesterol yang sangat rendah, serta hanya mengandung sekitar 40 kalori per 100 gram, sehingga cocok dikonsumsi bagi yang menjaga berat badan maupun menjalani gaya hidup sehat.

    Kandungan nutrisinya yang beragam membuat pepaya muda baik untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Berikut manfaat pepaya muda untuk kesehatan, seperti dilansir dari laman Organic Facts, Sabtu, 1 November 2025.

    1. Menjaga Kesehatan Kulit

    Pepaya muda kaya akan vitamin C, vitamin E, dan asam amino yang membantu merawat kulit. Kandungan ini dapat membantu mencegah penuaan dini seperti keriput, flek hitam, serta membantu meredakan peradangan pada kulit.

    2. Melancarkan Pencernaan

    Serat yang tinggi dalam pepaya muda sangat baik untuk sistem pencernaan. Mengonsumsi pepaya muda dapat membantu mencegah sembelit, menstabilkan asam lambung, dan meningkatkan penyerapan nutrisi.

    3. Baik untuk Kesehatan Jantung

    Kandungan kalium dalam pepaya muda membantu mengontrol tekanan darah. Kalium berfungsi melebarkan pembuluh darah sehingga dapat mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi.

    4. Meningkatkan Sistem Imun

    Satu porsi pepaya muda dapat memenuhi lebih dari 70% kebutuhan vitamin C harian. Vitamin C berperan penting dalam meningkatkan produksi sel darah putih yang berfungsi melawan infeksi dan penyakit.

    5. Meredakan Nyeri Haid

    Beberapa penelitian menunjukkan senyawa aktif dalam pepaya muda dapat membantu mengurangi rasa nyeri saat menstruasi dengan cara memengaruhi hormon dan mengurangi peradangan.

    6. Baik untuk Ibu Hamil

    Pepaya muda mengandung folat, yaitu vitamin B yang sangat penting dalam mencegah cacat tabung saraf pada janin. Namun, konsumsi pepaya muda saat hamil harus diperhatikan dan sebaiknya dikonsumsi setelah dimasak, bukan dalam bentuk mentah.

    Cara Mengonsumsi Pepaya Muda

    Pepaya muda bisa diolah menjadi berbagai hidangan seperti:

    – Salad atau rujak

    Dipotong tipis dan dicampur bumbu.

    – Tumis atau sup 

    Dipakai seperti sayuran pada masakan berkuah.

    – Smoothie atau jus 

    Dicampur dengan buah lain untuk rasa lebih segar.

    – Pelengkap hidangan

    Memberikan rasa segar dan sedikit manis pada makanan.

    Pepaya muda adalah pilihan yang tidak hanya lezat tetapi juga menyehatkan. Dengan kandungan nutrisi yang kaya, buah ini layak menjadi bagian dari menu makanan sehari-hari Anda.

  • Wanti-wanti Kemenkes RI soal Konsumsi Gula Berlebih, Bisa Picu Penyakit Ini

    Wanti-wanti Kemenkes RI soal Konsumsi Gula Berlebih, Bisa Picu Penyakit Ini

    Jakarta

    Mengonsumsi minuman dan makanan manis memang nikmat. Namun, di balik kenikmatan tersebut, hidangan dengan kandungan gula tinggi dapat memicu berbagai gangguan kesehatan.

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan konsumsi gula yang berlebih bisa memicu penyakit tidak menular, salah satunya diabetes.

    “Nah, nanti kalau penyakit gula ini terus kita tidak kendalikan, ujung-ujungnya kita akan bisa terkena penyakit jantung, stroke, ginjal, bahkan juga kanker,” ujarnya dalam acara detikcom Leaders Forum, Jumat (31/10/2025).

    dr Nadia menjelaskan, penyakit-penyakit tersebut tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga menjadi beban besar bagi sistem pembiayaan kesehatan nasional.

    Mengacu pada data, prevalensi diabetes di Indonesia kini mencapai 11,7 persen, naik hampir dua kali lipat dibandingkan satu dekade lalu yang hanya sekitar 6 persen. Dengan jumlah penduduk sekitar 280 juta jiwa, diperkirakan lebih dari 30 juta orang Indonesia hidup dengan diabetes.

    Kondisi ini, lanjut dr Nadia, menjadi tantangan besar bagi Indonesia yang menargetkan lahirnya generasi emas 2045, generasi yang sehat, produktif, dan bebas dari beban penyakit kronis. Pemerintah menilai, upaya pengendalian penyakit tidak menular harus dimulai dari perubahan perilaku masyarakat.

    “Kalau kemudian kita bisa mengendalikan konsumsi gula, itu penyakit jantung, stroke, dan penyakit-penyakit akibat penyakit tidak menular itu bisa turun 50 persen,” kata dr Nadia.

    “Karena balik lagi ya, penyakit-penyakit PTM itu adalah penyakit yang perilaku. Dan salah satunya, kita tahu sedentary, apa-apa sekarang, kita cukup duduk manis, semua datang. Makanan datang, makanya itu perlu kita kendalikan pola konsumsi kita,” tuturnya.

    Karenanya, dr Nadia mengingatkan untuk tidak menunggu hingga sakit baru memeriksakan diri. Pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan secara rutin sebagai langkah pencegahan dini.

    Saat ini, pemerintah telah menyediakan program cek kesehatan gratis di seluruh puskesmas. Melalui program ini, masyarakat dapat memeriksa berbagai aspek kondisi tubuhnya, mulai dari berat badan, indeks massa tubuh (IMT), kebiasaan merokok, tingkat aktivitas fisik, hingga kadar gula darah.

    Bagi yang sudah terdiagnosis memiliki penyakit tidak menular seperti diabetes, layanan ini juga mencakup pemeriksaan lanjutan untuk kolesterol, tekanan darah, fungsi ginjal, dan kesehatan jantung. Semua layanan diberikan secara gratis untuk memastikan masyarakat memiliki akses mudah terhadap pemeriksaan dasar kesehatan.

    “Jadi jangan lupa nih, habis ini yuk periksa, cek kesehatan gratis, dan itu diberikan betul-betul gratis di seluruh puskesmas,” lanjutnya.

    dr Nadia juga menekankan pentingnya kesadaran individu dalam menjaga kesehatan. Ia menekankan untuk lebih pintar memilih makanan, menjaga pola makan seimbang, membatasi gula, garam, dan lemak, serta rutin berolahraga agar tetap sehat dan produktif hingga usia lanjut.

    “Supaya nanti kita usianya 100 tahun. Jadi tetap produktif ya. Tetap produktif, bukan bolak-balik ke rumah sakit,” sambungnya lagi.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)