Topik: penyakit jantung

  • Dokter Ungkap 90 Persen Serangan Jantung Dipicu 1 Kebiasaan Pagi, Apa Itu?

    Dokter Ungkap 90 Persen Serangan Jantung Dipicu 1 Kebiasaan Pagi, Apa Itu?

    Jakarta

    Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Seorang dokter mengungkapkan 90 persen kasus serangan jantung dapat ditelusuri pada satu kebiasaan pagi yang sering diabaikan dan kebiasaan tersebut bukan terkait makanan atau stres.

    Seorang dokter umum yang sering membagikan edukasi kesehatan di media sosial, Dr Sana Sadoxai, menyoroti bahaya rutinitas pagi yang minim gerak. Menurutnya, risiko serangan jantung justru dimulai sejak seseorang bangun tidur dan langsung pasif.

    “Bahaya sebenarnya dimulai saat Anda bangun dan tetap diam,” kata Dr Sadoxi, dikutip dari Mirror UK.

    Dr Sadoxi menjelaskan banyak orang bangun tidur langsung memegang ponsel, duduk terlalu lama, lalu buru-buru berangkat tanpa aktivitas fisik sama sekali. Pola ini membuat tubuh berada dalam kondisi kurang bergerak dan peradangan tinggi.

    Kebiasaan tersebut secara perlahan mempercepat resistensi insulin, penumpukan lemak perut, tekanan darah tinggi, peradangan tersembunyi, hingga gangguan metabolisme. Seluruh faktor itu secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung dini, terutama pada orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas.

    Padahal, hanya dengan 5 hingga 7 menit aktivitas ringan saat pagi, risiko tersebut bisa ditekan. Aktivitas sederhana seperti jalan cepat, peregangan, atau latihan pernapasan dapat membantu melancarkan sirkulasi darah, mengaktifkan metabolisme, menstabilkan kadar gula darah, dan melindungi kesehatan jantung.

    “Berat badan, metabolisme, dan kesehatan jantung saling terkait. Mengabaikan kebiasaan pagi ini merupakan ancaman tersembunyi. Mengubahnya bisa menyelamatkan nyawa,” tegasnya.

    Dr Sadoxai juga mengingatkan keluhan seperti, obesitas, lemak perut yang sulit hilang, mudah sesak napas, diabetes, hingga kelelahan kronis dapat menjadi tanda awal gangguan metabolisme yang tidak boleh diabaikan.

    Berbagai respons pun datang dari para warganet yang mengikutinya di media sosial. Ada yang mengatakan bangun tidur lalu langsung terburu-buru ke kantor itu perlahan membunuh kita.

    “Saya bangun, minum teh dengan santai 30 menit sebelum bersiap kerja. Saran ini masuk akal,” kata pengguna lainnya.

    Gejala dan Pencegahan Serangan Jantung

    Menurut NHS, serangan jantung atau infark miokard terjadi saat aliran darah ke jantung terhambat, yang umumnya akibat gumpalan darah.

    Gejala yang paling umum adalah nyeri dada, seperti rasa tertekan, berat, atau sesak. Tanda lain yang perlu diwaspadai antara lain nyeri menjalar ke lengan, rahang, leher, punggung, atau perut, pusing, keringat dingin, sesak napas, mual, hingga rasa cemas berlebihan.

    Untuk menurunkan risiko serangan jantung, masyarakat disarankan berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, mengonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat, serta rutin berolahraga. Orang dewasa dianjurkan melakukan aktivitas fisik intensitas sedang setidaknya 150 menit per minggu.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: dr. Dhika Raspati Ungkap Bahaya Cardiac Arrest bagi Pelari Trail”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Riset Ungkap Keju Bisa Lindungi Otak dari Demensia, Pendapat Pakar Terbelah

    Riset Ungkap Keju Bisa Lindungi Otak dari Demensia, Pendapat Pakar Terbelah

    Jakarta

    Keju dan krim tinggi lemak sedikit melindungi otak dari demensia, menurut studi observasional terbaru yang mengikuti hampir 28.000 orang di Malmö, Swedia, selama hampir 25 tahun.

    Keju tinggi lemak seperti cheddar, Brie, dan Gouda mengandung lebih dari 20 persen lemak jenuh, menurut penelitian tersebut. Namun, para pakar independen yang diwawancarai CNN menilai laporan ini belum cukup kuat untuk merekomendasikan peningkatan konsumsi produk susu full-fat.

    “Temuan mereka terkait keju berada di batas signifikansi statistik dan mereka menganalisis banyak jenis makanan, sehingga hasil ini bisa saja terjadi secara kebetulan,” kata peneliti gizi terkemuka Dr. Walter Willett, profesor epidemiologi dan nutrisi di Harvard T.H. Chan School of Public Health serta profesor kedokteran di Harvard Medical School, Boston.

    “Saya tidak akan buru-buru langsung membeli keju, setelah ada temuan tersebut,” ujar Willett dalam surel.

    Salah satu keterbatasan utama studi ini adalah pola makan peserta hanya dicatat pada satu waktu, yakni saat awal penelitian pada 1991, tanpa pemantauan rutin selama 25 tahun berikutnya. Peneliti hanya melakukan analisis lanjutan pada sebagian kecil peserta setelah lima tahun untuk melihat apakah pola makan mereka berubah.

    “Namun dengan pendekatan ini, hubungan antara konsumsi keju dan krim tinggi lemak menjadi tidak signifikan, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang kekuatan kesimpulan mereka,” tulis Dr Tian-Shin Yeh dalam editorial yang diterbitkan bersamaan dengan studi tersebut.Yeh adalah profesor madya sekaligus dokter di Fakultas Kedokteran Taipei Medical University, Taiwan.

    Yeh juga menuliskan manfaat keju tinggi lemak paling terlihat ketika keju menggantikan makanan dengan kualitas gizi yang jelas lebih rendah, seperti daging merah olahan atau berlemak tinggi. “Bukan berarti keju tinggi lemak itu sendiri bersifat melindungi saraf, melainkan karena keju merupakan pilihan yang relatif kurang berbahaya dibandingkan daging merah dan olahan,” ujarnya.

    Berbagai studi sebelumnya telah menunjukkan makanan tinggi lemak jenuh berkontribusi terhadap penyakit jantung dan kematian dini.

    Manfaat kecil bagi otak

    Studi yang dipublikasikan Rabu di jurnal Neurology ini menemukan orang yang mengonsumsi 50 gram (sekitar 2 ons) atau lebih keju tinggi lemak per hari memiliki risiko demensia 13 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang mengonsumsi kurang dari 15 gram (0,5 ons).

    Sementara itu, mereka yang mengonsumsi 20 gram (0,7 ons) atau lebih krim tinggi lemak per hari memiliki risiko demensia 16 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi krim sama sekali. Jumlah tersebut setara dengan sekitar 1,4 sendok makan krim kental, menurut studi.

    “Penelitian kami menunjukkan orang yang mengonsumsi lebih banyak keju tinggi lemak memiliki risiko sedikit lebih rendah mengalami demensia di kemudian hari,” kata penulis utama studi Emily Sonestedt, dosen senior dan profesor madya nutrisi di Lund University, Swedia.

    “Ini tidak membuktikan bahwa keju mencegah demensia, tetapi menantang anggapan bahwa semua produk susu tinggi lemak buruk bagi otak,” ujarnya melalui surel.

    Temuan ini mungkin disambut oleh sebagian kelompok Make America Healthy Again (MAHA) yang meyakini lemak jenuh baik bagi kesehatan.

    Menteri Kesehatan AS Robert F Kennedy Jr. diketahui mempromosikan mentega dan lemak sapi, meski banyak studi menunjukkan keduanya berdampak buruk bagi kesehatan. Namun, penelitian ini tidak menemukan manfaat otak dari mentega, susu, produk susu fermentasi seperti kefir, buttermilk, dan yogurt, maupun produk susu rendah lemak.

    Bahkan, data terkait produk susu rendah lemak cukup mencolok, kata Dr. David Katz, pakar kedokteran preventif dan gaya hidup serta pendiri organisasi nirlaba True Health Initiative. Katz tidak terlibat dalam studi tersebut.

    “Kelompok yang mengonsumsi produk susu rendah lemak memiliki beban gangguan kesehatan awal yang jauh lebih tinggi, termasuk diabetes, dislipidemia, dan penyakit jantung koroner,” kata Katz melalui surel.

    “Ini menunjukkan faktor risiko utama demensia adalah kesehatan yang buruk atau penyakit kronis, dan beralih ke produk susu rendah lemak mungkin merupakan strategi ‘pertahanan diri’ bagi mereka yang menyadari risikonya.”

    Peran asam lemak omega-3

    Alasan lain mengapa hasil studi ini tidak sepenuhnya representatif adalah sapi perah di Swedia lebih banyak diberi pakan rumput dibandingkan sapi di Amerika Serikat, kata ahli saraf Dr. Richard Isaacson, direktur riset Alzheimer di Institute for Neurodegenerative Diseases, Florida.

    Sapi yang diberi pakan rumput cenderung menghasilkan susu, krim, dan keju dengan kandungan asam lemak omega-3 lebih tinggi.

    “Asam lemak omega-3, menurut saya, baik untuk kesehatan otak,” ujar Isaacson.

    “Namun manfaatnya terutama terlihat pada orang dengan varian gen APOE4, yang meningkatkan risiko Alzheimer.”

    “Yang menarik, studi ini justru menemukan perlindungan lebih besar pada orang tanpa gen APOE4. Temuan ini membingungkan, dan meski menarik, saya tentu tidak akan menyarankan orang makan keju tinggi lemak untuk mencegah Alzheimer.”

    Sonestedt juga mengakui hasil penelitian ini mungkin tidak bisa digeneralisasi ke populasi di Amerika Serikat dan negara Barat lainnya.

    “Orang Swedia dan Amerika mengonsumsi jumlah keju yang kurang lebih sama per kapita, tetapi jenisnya berbeda,” kata Sonestedt.

    “Di Swedia, kebanyakan adalah keju keras hasil fermentasi, sedangkan di AS lebih banyak keju olahan atau keju yang dikonsumsi dalam konteks makanan cepat saji. Kami ingin temuan ini direplikasi di lebih banyak negara dan populasi sebelum menarik kesimpulan yang pasti,” pungkasnya.

  • Sudah 65 Juta Orang Ikut CKG, Menkes Ungkap Masalah Kesehatan Terbanyak

    Sudah 65 Juta Orang Ikut CKG, Menkes Ungkap Masalah Kesehatan Terbanyak

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka-bukaan soal jumlah masyarakat yang sudah ikut program cek kesehatan gratis (CKG). Pada sidang paripurna di Istana Negara, Menkes mengungkapkan peserta cek kesehatan gratis sudah masuk di angka 65 juta orang.

    Sebagai informasi, program ini dimulai pertama kali pada bulan Februari 2025.

    “Untuk cek kesehatan gratis sekarang sudah menembus ke angka 65 juta pak. Diharapkan akhir tahun mungkin bisa menyentuh angka 70 juta,” ungkap Menkes pada Presiden Prabowo, dilihat detikcom dari kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (16/12/2025).

    Kondisi penyakit kronis seperti kolesterol, hipertensi, diabetes, lalu ditambah penyakit gigi menjadi masalah-masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan dalam program CKG. Misalnya, kolesterol dan hipertensi yang tidak ditangani dengan baik dapat memicu penyakit jantung hingga stroke di masa depan.

    “Nah, yang menyebabkan bisa meninggal itu adalah yang di kotak merah, kolesterol, hipertensi, dan diabetes,” ucap Menkes dalam presentasinya.

    Menkes menyebut pada 2026 pihaknya akan mulai fokus pada proses perbaikan kesehatan masyarakat yang terdampak. Kemenkes juga akan melakukan ekspansi CKG ke kantor-kantor untuk meningkatkan jumlah peserta.

    Sebelumnya, program CKG ini hanya dilakukan di puskesmas saja. Lalu, programnya berkembang ke sekolah hingga tempat-tempat umum, seperti pusat perbelanjaan.

    “Jadi di 2026 kita akan fokus ke tindakan perbaikannya, Pak. Dan juga ekspansi ke kantor-kantor, termasuk kementerian, lembaga, dan swasta. Jadi kami mohon arahan bapak presiden yang pertama, kalau boleh tahun depan dilombakan tahun depan menterinya siapa yang anak buahnya paling sehat, dikasih hadiah pak,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/naf)

  • Risiko Maut Sopir Truk Sampah di Bantargebang: Kelelahan dan Terpapar Gas Metana
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Desember 2025

    Risiko Maut Sopir Truk Sampah di Bantargebang: Kelelahan dan Terpapar Gas Metana Megapolitan 16 Desember 2025

    Risiko Maut Sopir Truk Sampah di Bantargebang: Kelelahan dan Terpapar Gas Metana
    Tim Redaksi

    BEKASI, KOMPAS.com –
    Antrean truk sampah yang mengular berjam-jam di
    TPST Bantargebang
    , Bekasi, Jawa Barat, bukan sekadar persoalan teknis pengelolaan sampah.
    Di balik kemacetan ritase dan gunungan sampah yang menjulang puluhan meter, tersimpan
    risiko kesehatan
    serius yang mengancam para sopir truk—mereka yang setiap hari berada di garis depan krisis sampah Jakarta.
    Paparan polutan, gas metana, jam kerja yang panjang, serta kurang tidur menempatkan para sopir pada risiko penyakit kronis, mulai dari gangguan paru-paru, hipertensi, hingga stroke.
    Ancaman ini tidak hanya bersifat jangka panjang, tetapi juga dapat berujung fatal dalam waktu singkat. Risiko tersebut bukan sekadar asumsi.
    Pakar penyakit dalam Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, menjelaskan kondisi kerja
    sopir truk sampah
    —khususnya di Bantargebang—merupakan kombinasi faktor berbahaya bagi kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
    “Dia (sopir) mudah mengalami infeksi ya, kemudian juga tentu dalam tidur kurang dalam. Waktu jangka panjang akan menjadi stresnya sendiri, yang ini juga akan bisa menyebabkan berbagai macam potensi penyakit,” ujar Ari Fahrial saat dihubungi
    Kompas.com,
    Jumat (12/12/2025).
    Menurut Ari Fahrial, tubuh manusia memiliki ritme kerja ideal. Dalam kondisi normal, seseorang membutuhkan waktu tidur enam hingga delapan jam per hari agar fungsi organ tetap optimal.
    “Sejatinya seorang itu tidur secara normal itu enam jam, enam sampai delapan jam ya. Kemudian delapan jam itu untuk aktivitas berat, kemudian delapan jam berikutnya untuk aktivitas ringan. Jadi boleh dibilang itu dibagi tiga sebenarnya,” jelas dia.
    Namun, pola tersebut nyaris mustahil dijalani oleh sopir truk sampah di Bantargebang. Jam kerja yang panjang, antrean hingga belasan jam, serta tuntutan kembali bekerja keesokan harinya membuat waktu istirahat terpangkas drastis.
    “Kalau kita lihat bahwa para sopir truk ini bekerja dengan jam sangat panjang, kurang tidur, nah ini tentu akan mengaruhi keadaan tubuhnya, kesehatannya secara keseluruhan,” kata Ari.
    Dalam jangka panjang, kelelahan kronis berpotensi memicu berbagai penyakit, terutama bagi mereka yang memiliki faktor bawaan atau penyakit penyerta.
    “Apalagi kalau dia punya bakat atau sudah ada faktor genetik untuk hipertensi. Orang-orang dengan tidur yang kurang, kecapekan, kelelahan tentu juga akan mengaruhi. Kalau dia punya penyakit kronis misalnya gula darah yang tidak terkontrol,” ujar dia.
    Kondisi tersebut, lanjut Ari Fahrial, dapat berujung fatal.
    “Kalau hipertensi tadi mungkin bisa menjadi stroke misalnya seperti itu,” kata dia.
    Selain kelelahan, ancaman lain yang mengintai sopir truk sampah adalah
    paparan gas metana
    dan polutan dari timbunan sampah yang komposisinya tidak diketahui secara pasti.
    “Bicara soal sampah berbahaya, sekali lagi kita juga enggak tahu ya komponennya itu ya. Tapi yang jelas ketika dia terpapar dengan sampah, gas metana, segala macam, itu tentu yang akan terganggu adalah paru-parunya,” ujar Ari.
    Paparan jangka panjang berisiko memicu gangguan pernapasan serius.
    “Dia bisa mengalami yang kita bilang penyakit paru obstruksi kronis. Bisa saja kalau dia memang ada faktor unsur alergi atau hipersensitif, dia akan mengalami asma,” kata dia.
    Namun, bagi pekerja yang terpapar secara terus-menerus, risiko penyakit paru kronis menjadi jauh lebih besar. Ia menekankan pentingnya penggunaan alat pelindung diri, seperti masker, untuk meminimalkan paparan gas metana dan polutan.
    “Seharusnya yang bersangkutan harus dilengkapi dengan masker, sehingga dia tidak terpapar langsung dari gas metana dan polutan,” katanya.
    Ari juga menyoroti bahaya
    microsleep
    , yakni kondisi tertidur singkat tanpa disadari akibat kelelahan ekstrem.
    “Benar, risiko
    microsleep
    juga cukup tinggi. Kita tahu banyak kasus-kasus yang terjadi di jalanan, terutama pada para pengendara kendaraan umum, misalnya bus,” ujar dia.
    Fenomena ini, kata Ari, kerap berujung fatal. Ia menjelaskan, seseorang bisa tiba-tiba tertidur dalam waktu sangat singkat tanpa kendali, kondisi yang kerap berujung fatal dan umumnya terjadi akibat kurangnya waktu istirahat. Selain itu, dehidrasi turut memperburuk kondisi fisik sopir.
    Ia menyimpulkan, risiko kesehatan sopir truk sampah tidak bisa dipandang sepele.
    “Jangka pendek pasien itu akan terpapar dengan banyak penyakit. Jangka panjang tentu bisa saja terjadi gangguan-gangguan kesehatan secara umum,” kata dia.
    Ancaman kesehatan itu dirasakan langsung oleh Santo (bukan nama sebenarnya) (39), sopir truk sampah asal Jakarta Selatan yang telah bekerja sejak 2019.
    Menurut Santo, antrean panjang di TPST Bantargebang merupakan bagian dari rutinitas harian.
    “Cepatnya-cepatnya itu empat jam itu sudah lumayan, Bu, bagi kita ada istirahatnya,” ujar Santo saat dihubungi
    Kompas.com.
    Namun, antrean sering kali jauh lebih panjang.
    “Masuk jam 09.00 pagi, pernah saya alami pulang jam 04.00 pagi,” katanya.
    Santo menyebut antrean belasan jam terjadi hampir setiap hari, terutama sebelum kondisi dinilai lebih “kondusif” dalam beberapa hari terakhir.
    “Setiap hari memang kayak gini antriannya,” ujar dia.
    Penyebabnya beragam, mulai dari hujan, kendala alat berat, hingga keterbatasan zona pembuangan.
    “Ketinggian sampahnya sudah enggak layak, sudah tinggi banget. Sudah enggak ada lagi tempat space buat buang sampah,” kata Santo.
    Selama menunggu giliran bongkar muatan, Santo dan sopir lain kerap bertahan di atas truk. Biasanya ia menunggu sambil tertidur, merokok, ataupun makan. Ia mengaku jam kerja bisa mencapai 24 jam tanpa jeda.
    “Iya, betul,” katanya singkat.
    Kondisi antrean tersebut dibenarkan oleh Andi (33), pengepul plastik di kawasan Bantargebang.
    “Iya benar antre truk itu 24 jam setiap harinya,” kata Andi.
    Menurut dia, akar persoalannya adalah keterbatasan ruang pembuangan.
    “Zona tempat pembuangan sampahnya sudah sempit,” ujarnya.
    Andi menyebut adanya informasi soal perluasan area, namun belum terealisasi.
    “Katanya sudah ada beberapa tempat yang dibeli Jakarta, tapi entah kenapa belum direalisasi,” katanya.
    Sementara itu, Roni (bukan nama sebenarnya) (50), petugas di TPST Bantargebang, menjelaskan bahwa sistem pembuangan dilakukan berdasarkan zona.
    “Kalau zona satu sudah penuh, dicari lagi zona lain. Gitu terus,” ujarnya.
    Ia juga mengungkap penyebab longsor yang sempat memperparah kondisi.
    “Terakhir penyebab longsor itu ada hubungannya dengan pemulung. Mereka naik ke atas, ngumpulin sampah, lalu digelindingin. Itu bikin tumpukan sampah di bawahnya geser dan akhirnya longsor,” kata Roni.
    Risiko kesehatan yang dihadapi sopir truk sampah menjadi nyata ketika Yudi (51), sopir asal Jakarta Selatan, meninggal dunia pada Jumat (5/12/2025) usai bekerja lembur. Rekan sesama sopir, Fauzan (46), mengatakan Yudi mengalami akumulasi kelelahan.
    “Waktu kerjanya bisa lebih dari yang dikontrakkan delapan jam,” kata Fauzan.
    Sehari sebelum meninggal, Yudi mulai bekerja sejak pukul 05.00 WIB dan baru keluar dari TPST Bantargebang pukul 19.04 WIB setelah mengantre sekitar delapan jam.
    “Tiga hari nongkrong di sana sambil nunggu bertugas lagi, buat
    recovery
    ,” ujar Fauzan.
    Namun, pada dini hari, Yudi mendadak sesak napas dan kejang sebelum akhirnya meninggal dunia di rumah sakit.
    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan almarhum Yudi terindikasi memiliki penyakit jantung.
    “Memang yang bersangkutan juga pun terindikasi ada penyakit jantung,” ujar Pramono, Senin (8/12/2025).
    Menurut Pramono, keluarga almarhum telah menerima santunan maksimal dari dinas terkait dan BPJS Ketenagakerjaan.
    Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyatakan akan memperkuat protokol keselamatan serta membenahi pola pengangkutan sampah.
    “Semakin lama truk menunggu, semakin tinggi risiko keselamatan karena faktor kelelahan pengemudi,” kata Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto.
    DLH berjanji menata ulang jadwal pengangkutan, memperbaiki manajemen antrean, serta mewajibkan pemeriksaan kesehatan rutin bagi petugas lapangan.
    Peristiwa wafatnya Yudi menjadi pengingat keras bahwa krisis sampah Jakarta tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga menyangkut keselamatan dan nyawa manusia yang setiap hari bekerja menjaga kota tetap bersih.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menuju Akhir Tahun 2025, Dokter Beberkan Tips Jaga Jantung Biar Tetap Sehat

    Menuju Akhir Tahun 2025, Dokter Beberkan Tips Jaga Jantung Biar Tetap Sehat

    Jakarta

    Menuju akhir tahun 2025, banyak orang mulai menyusun resolusi untuk tahun baru. Tak hanya soal karier, keuangan ataupun asmara, gaya hidup sehat juga termasuk ke daftar resolusi 2026 untuk memastikan jantung tetap prima.

    Konsultan bedah jantung di Sir HN Reliance Foundation Hospital and Research Centre di Mumbai, dr Bipeenchandra Bhamre, mengungkapkan penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar sepanjang 2025. Bahkan semakin banyak anak muda yang mengalami gejala gangguan jantung.

    “Tekanan darah tinggi, kolesterol, gangguan jantung terkait diabetes, hingga henti jantung mendadak kini marak terjadi pada berbagai kelompok usia,” ujarnya, dikutip dari Hindu Times.

    Ia juga menyoroti kelompok usia muda kerap mengalami gejala yang sering dianggap sepele, seperti kelelahan atau gangguan pencernaan. Padahal, kondisi tersebut bisa menjadi tanda awal gangguan jantung.

    “Orang berusia 25 hingga 75 tahun kini banyak yang mengalami keluhan seperti rasa tidak nyaman di dada, mudah sesak saat berjalan, kelelahan berkepanjangan, pembengkakan pada kaki, pusing, nyeri dada yang menyerupai asam lambung, hingga jantung berdebar,” jelas dr Bhamre.

    la memperingatkan bahwa jika gejala-gejala tersebut diabaikan, dampaknya bisa sangat serius termasuk serangan jantung, stroke, atau kerusakan jantung jangka panjang.

    Oleh karena itu, dr Bhamre menekankan pentingnya perubahan gaya hidup sebagai langkah pencegahan. la pun membagikan lima kebiasaan sehat yang dapat dijadikan resolusi pada 2026 untuk menjaga kesehatan jantung, berikut penjelasannya.

    1. Aktif bergerak

    Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, bersepeda, yoga, atau olahraga ringan di rumah membantu mengontrol kolesterol, tekanan darah, dan berat badan. la menyarankan olahraga setidaknya 45 menit setiap hari.

    2. Pola makan sehat

    Menerapkan pola makan sehat dapat menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan jantung. Konsumsi beragam buah, seperti stroberi, blueberry, apel, jeruk, kiwi, dan pepaya, dianjurkan sebagai sumber vitamin dan antioksidan. Asupan sayuran yang baik untuk jantung juga perlu diperbanyak, antara lain bayam, brokoli, wortel, tomat, bit, serta kacang-kacangan.

    Selain itu, kacang dan biji-bijian dapat dimasukkan ke dalam menu harian, seperti almond, walnut, pistachio, biji rami, chia seed, dan biji labu, yang dikenal mengandung lemak sehat dan mineral penting.

    Beberapa nutrisi kunci untuk kesehatan jantung meliputi omega-3 yang terdapat pada ikan dan walnut, serat dari oat, sayuran, dan kacang-kacangan, kalium dari bayam dan ubi, antioksidan dari buah beri dan sayuran hijau, magnesium dari kacang serta biji-bijian, serta vitamin C dari buah sitrus, kiwi, dan paprika.

    “Kurangi makanan yang digoreng, camilan manis, dan garam berlebihan,” kata dr Bhamre.

    3. Tidur cukup dan teratur

    Kurang tidur dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. dr Bhamre menyarankan pola tidur yang teratur dengan jam tidur dan bangun yang konsisten. Idealnya, tidur dimulai pukul 10 malam, berlangsung selama 8-9 jam, dan bangun antara pukul 06.00 hingga 07.00.

    4. Kelola stres

    Manajemen stres dapat dilakukan melalui latihan pernapasan dalam, meditasi, serta menjalani hobi seperti melukis, berkebun, atau mempelajari keterampilan baru. la juga menyarankan untuk mengambil jeda singkat saat bekerja.

    “Luangkan waktu istirahat singkat selama bekerja untuk melindungi kesehatan jantung Anda,” katanya,

    5. Pemeriksaan kesehatan rutin

    Pemeriksaan darah, elektrokardiogram (EKG), dan pengecekan tekanan darah dapat membantu mendeteksi masalah jantung sejak dini dan memungkinkan penanganan lebih cepat. Bagi mereka yang berusia di atas 30 tahun atau memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga, skrining kesehatan dianjurkan dilakukan setiap enam bulan sekali.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Neurolog Ungkap yang Terjadi pada Tubuh saat Minuman Energi Berujung Stroke

    Neurolog Ungkap yang Terjadi pada Tubuh saat Minuman Energi Berujung Stroke

    Jakarta

    Minuman berenergi kerap dikonsumsi untuk meningkatkan stamina dan kewaspadaan. Namun di balik efek ‘melek instan’ tersebut, tersimpan risiko serius bagi kesehatan, terutama jika dikonsumsi berlebihan. Direktur Medik dan Keperawatan RS Pusat Otak Nasional (PON) Prof. dr. Mahar Mardjono, dr. Reza Aditya Arpandy, SpS, mengungkapkan dampak yang dapat terjadi pada tubuh hingga berujung stroke.

    Menurut dr Reza, minuman berenergi umumnya mengandung kafein dan berbagai zat stimulan lain. Jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, zat-zat ini dapat memicu kenaikan tekanan darah secara tiba-tiba serta mempercepat denyut jantung.

    “Dalam kondisi ekstrem, konsumsi minuman berenergi bisa menyebabkan gangguan irama jantung. Selain itu, zat stimulan juga dapat memengaruhi pembuluh darah otak, salah satunya dengan menyebabkan pengecilan diameter pembuluh darah otak,” jelas dr Reza saat dihubungi detikcom Senin (15/12/2025).

    Penyempitan pembuluh darah otak tersebut dapat mengganggu aliran darah ke jaringan otak. Jika aliran darah berkurang atau terhenti, sel-sel otak akan kekurangan oksigen dan nutrisi, yang pada akhirnya dapat memicu serangan stroke, meski pada orang yang sebelumnya tampak sehat.

    Tak hanya kafein, dr Reza menyoroti kandungan gula sangat tinggi dalam minuman berenergi. Konsumsi gula berlebih dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko diabetes melitus, yang diketahui sebagai salah satu faktor risiko utama stroke.

    “Diabetes dapat merusak pembuluh darah secara perlahan. Jika dikombinasikan dengan lonjakan tekanan darah akibat stimulan, risikonya menjadi berlipat,” ujarnya.

    Ia mengingatkan stroke tidak selalu terjadi secara mendadak tanpa sebab. Sering kali, ada rangkaian proses yang dipicu oleh kebiasaan konsumsi harian yang dianggap sepele.

    dr Reza mengimbau masyarakat untuk lebih bijak mengonsumsi minuman berenergi, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, atau riwayat penyakit jantung. Menjaga pola hidup sehat, membatasi asupan kafein dan gula, serta mengenali batas toleransi tubuh dinilai menjadi kunci pencegahan stroke sejak dini.

    “Minuman berenergi seharusnya tidak dikonsumsi rutin atau berlebihan. Efeknya mungkin tidak langsung terasa, tapi dampaknya bisa sangat serius,” pungkasnya.

    Alih-alih minuman berenergi, dr Reza lebih menyarankan konsumsi kopi atau teh yang juga memiliki kandungan kafein, dengan tanpa gula. Agar aman dikonsumsi dalam jangka waktu panjang.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Seusai Stroke Ringan, Kak Seto Diminta Istirahat hingga 2 Bulan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Nestapa Sopir Truk Sampah Bertahan Belasan Jam, Terjebak Antrean Bantargebang
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        15 Desember 2025

    Nestapa Sopir Truk Sampah Bertahan Belasan Jam, Terjebak Antrean Bantargebang Megapolitan 15 Desember 2025

    Nestapa Sopir Truk Sampah Bertahan Belasan Jam, Terjebak Antrean Bantargebang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Di tengah gunungan sampah Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, antrean truk berwarna oranye terlihat mengular panjang.
    Antrean truk
    itu terjadi di zona empat titik pembuangan sampah
    Bantargebang
    sekitar pukul 15.00 WIB, Jumat (12/12/2025).
    Jumlah truk yang mengantre terlihat terus bertambah setiap menitnya.
    Mereka membawa sampah dari Jakarta dengan kapasitas penuh yang ditutup terpal agar tidak beterbangan.
    Antrean truk terjadi karena para sopir mencari titik paling aman untuk menurunkan muatan sampahnya.
    Sebab, hampir semua lokasi di Bantargebang sudah dipenuhi sampah yang menggunung.
    Salah satu sopir, Hendra (bukan nama sebenarnya, 37) mengaku, dalam beberapa bulan terakhir antrean truk di Bantargebang memang selalu terjadi.
    “Iya, benar itu semenjak dari tiga bulan lalu, itu kita harus menunggu belasan jam atau lebih dari 10 jam ada,” kata Hendra ketika diwawancarai Kompas.com, Jumat.
    Mengantre hingga belasan jam untuk membuang muatan sampah, membuat para
    sopir truk
    kerap kali beroperasi melebihi jam kerja.
    Imbasnya, banyak sopir truk yang tak memiliki waktu untuk istirahat cukup sampai sakit bahkan meninggal dunia.
    Salah satunya Yudi (51),
    sopir truk sampah
    dari Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang tumbang pada Jumat (5/12/2025).
    Kematian Yudi menuai sorotan banyak orang termasuk Gubernur Jakarta Pramono Anung.
    Ia bilang, penyebab meninggalnya sopir itu karena mengalami penyakit jantung.
    Kendati demikian, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jakarta berjanji ke depannya akan mengevaluasi sistem pengangkutan sampah di Bantargebang.
    Mereka akan menata ulang pola dan jadwal pengangkutan sampah dari lima wilayah kota di Jakarta agar tidak terjadi antrean yang membuat sopir kelelahan.
    Namun, fakta di lapangan antrean truk di Bantargebang masih terjadi dan membuat sopir menunggu hingga belasan jam.
    “Masih antre, kemarin saya masuk jam 15.00 WIB sore, kebuang jam 03.00 WIB pagi, terus jam 08.30 WIB mulai muat lagi karena menunggu alat berat di lokasi, sekarang jam 15.00 WIB udah di Bantargebang lagi, ini juga belum sempat pulang,” jelas Hendra.
    Antrean belasan jam itu membuat para sopir truk kerja selama 24 jam non-setop dan tak sempat pulang ke rumah, bahkan untuk sekadar mandi.
    Hendra mau tidak mau bekerja dengan kondisi badan yang sudah semakin lengket dan baju kotor imbas terkena sampah.
    Selain bekerja dalam kondisi tidak mandi, antrean truk belasan jam itu membuat para sopir terpaksa mengisi perut di tengah gunungan sampah.
    Aroma bau busuk menyengat tak memengaruhi nafsu makan para sopir truk yang harus mengisi tenaga karena antrean truk masih panjang.
    Makanan-makanan itu mereka beli dari para pedagang yang berkeliling di sekitar area Bantargebang.
    Sementara Hendra memilih untuk menyantap masakan istrinya yang dibawa dari rumah.
    Menunggu belasan jam untuk sekadar membuang muatan sampah membuat para sopir sering terkurung di dalam truk.
    “Kalau itu tergantung cuaca, kalau misalkan lagi hujan kemungkinan sopir terpenjara dalam mobil, kalau samping ada warung tenda kecil kita ke sana,” ucap dia.
    Namun, tidak semua zona pembuangan sampah di Bantargebang terdapat warung tendaan untuk para sopir truk beristirahat.
    Jika tak ada warung, mereka terpaksa harus menunggu di dalam truk sampah yang dikendarainya.
    Sopir akan semakin tersiksa jika tak membawa bekal dan tidak memiliki uang.
    Sebab mereka terpaksa harus menahan rasa lapar selama belasan jam di dalam truk sampahnya itu.
    Mengingat dari pihak Bantargebang tak pernah menyediakan makanan atau minuman untuk para sopir yang harus antre belasan jam.
    Tak hanya lelah secara fisik, pengeluaran uang para sopir truk juga lebih ekstra ketika harus menunggu antrean belasan jam.
    Pasalnya, mereka harus membeli makanan dan minuman, karena perbekalannya dari rumah hanya cukup untuk makan satu kali.
    “Iya, pengeluaran jadi ekstra karena harus beli makan dan minum. Biasanya, uang bisa sampai Rp 100.000 ke atas, kalau makan Rp 15.000 tiga kali udah berapa itu kalau diirit-irit,” ujar Hendra.
    Di tengah pengeluaran yang ekstra, para sopir truk tak mendapat uang lembur, meski harus belasan jam mengantre di Bantargebang.
    Hal itu lah yang membuat mereka harus putar otak dalam mengelola gaji yang diterima per bulan.
    “Kalau soal gaji mau gimana lagi, kita pas-pasin aja buat di dapur. Abis gimana kita kan harus jalanin harus teriak ke mana, mau ngadu ke mana percuma,” kata Hendra.
    Sopir truk lain, Santo (bukan nama sebenarnya, 39) juga mengaku, pengeluaran uangnya lebih banyak karena antrean pembuangan sampah di Bantargebang mencapai belasan jam.
    Di tengah pengeluarannya yang meningkat, Santo mengeluhkan gajinya yang tak kunjung naik.
    “Untuk saat ini saya nerima di rekening itu Rp 7,5 juta. Jadi, enggak ada tunjangan-tunjangan lain, cuma itu doang,” ujar dia.
    Santo berharap, agar para sopir bisa mendapat pesangon ketika sudah tidak lagi dipekerjakan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta.
    Pasalnya, meski pendapatannya sudah di atas UMR Jakarta, para sopir merasa gajinya tetap pas-pasan di tengah risiko pekerjaan yang tinggi dan jarang pulang ke rumah.
    Kemudian, Santo juga berharap jalan di Bantargebang segera diperbaiki agar aman dilintasi para sopir truk, sebab banyak akses yang rusak dan licin yang berpotensi membahayakan.
    “Emang semua harapan sopir truk itu. Pengin diperbaiki jalannya, karena menyiksa,” ujar dia.
    Lalu, ia juga meminta agar landfill atau zona untuk membuang sampah bisa dibuat rata dan tidak miring agar tak membahayakan sopir truk.
    Sebab, jika sopir truk membongkar muatan sampah di area landfill yang miring maka kendaraan mereka berpotensi terbalik.
    Pengamat perkotaan Universitas Indonesia (UI) Muh Aziz Muslim menilai, antrean truk menunjukkan bahwa kuantitas sampah Jakarta terus bertambah di tengah kapasitas TPST Bantargebang yang sudah melebihi batas.
    Di sisi lain, infrastruktur TPST yang kurang memadai, seperti jalan rusak, landfill yang sudah penuh juga jadi penyebab terjadinya antrean truk yang mau membuang sampah di Bantargebang mencapai belasan jam.
    “Kondisi ini tentu membutuhkan adanya skenario ya bagaimana kapasitas landfill yang terbatas ya dan infrastruktur yang juga mengalami kerusakan itu dapat diselesaikan,” ujar Aziz.
    Untuk mengatasi persoalan itu maka diperlukan perbaikan dari hulu ke hilir.
    Perbaikan di hulu bisa dimulai dari rumah dan kawasan industri dengan menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) itu nanti akan meringankan beban TPA-nya.
    Dengan berkurangnya volume sampah yang masuk maka permasalahan landfill yang melebihi kapasitas di Bantargebang bisa teratasi.
    Kemudian, infrastruktur jalan di Bantargebang juga tidak akan mudah lagi rusak jika volume sampah yang masuk bisa berkurang secara signifikan.
    Aziz juga menyeroti perihal keselamatan kerja para sopir truk yang melakukan bongkar muat sampah di Bantargebang.
    “Kalau terkait dengan keselamatan kerja bagaimana pemerintah memperlakukan sopir truk sampah. Undang-undangnya jelas, terkait dengan masalah Undang-Undang Ketenagakerjaan kita,” jelas dia.
    Dalam Undang-undang itu, diatur bagaimana penetapan jam kerja, kewajiban, hingga hak-hak para pekerja atau sopir truk.
    “Ini mesti diperhatikan apakah hak-haknya sudah diperhatikan, standar keselamatan kerja sudah diperhatikan atau belum, dan kita melihat kondisi truk serta fasilitas kerja yang mereka miliki juga mesti menjadi perhatian,” kata Aziz.
    Selain itu, pemerintah juga diminta memperhatikan bagaimana mekanisme atau manajemen antrean truk sampah di Bantargebang agar bisa diperpendek dan diperbaiki.
    Jangan sampai, kata Aziz, mekanisme antrean yang buruk justru membuat sopir truk menjadi korban lagi karena tak memiliki waktu istirahat yang cukup.
    Dampak
    kesehatan
    Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia Prof. Dr Ari Fahrial Syam menilai, antrean pembuangan sampah di Bantargebang yang mencapai belasan jam tentu saja akan membuat para sopir truk kekurangan jam istirahat.
    Padahal, idealnya dalam satu hari seseorang harus tidur sekitar enam hingga delapan jam, delapan jam lainnya bisa digunakan untuk melakukan aktivitas berat dan delapan jam lagi untuk melakukan aktivitas ringan.
    “Nah, kalau kita lihat bahwa para sopir truk ini bekerja dengan jam sangat panjang, kurang tidur, nah ini tentu akan memengaruhi keadaan tubuhnya, kesehatannya secara keseluruhan,” ungkap Ari.
    Kondisi semakin buruk karena para sopir truk mengantre di tengah gunungan sampah sehingga tanpa sadar terpapar dengan polutan dan gas metana.
    Jadi, sudah seharusnya para sopir truk menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker, sehingga tidak terpapar polutan dan gas metana secara langsung.
    Pasalnya, paparan polutan dan gas metana dari tumpukan sampah berpotensi meningkatkan risiko sopir mengalami micro sleep.
    Jika micro sleep itu terjadi, maka akan berpotensi fatal untuk para sopir truk karena bisa menyebabkan kecelakaan.
    Kurang tidur dalam jangka waktu panjang juga membuat para sopir truk mudah mengalami infeksi dan meningkatkan stres.
    “Apalagi kalau dia punya bakat atau sudah ada faktor genetik untuk hipertensi, mungkin hipertensi orang-orang dengan tidur yang kurang, kecapekan, kelelahan tentu juga akan memengaruhi kalau dia punya penyakit kronis misalnya gula darah yang tidak terkontrol ya. Kalau hipertensi tadi mungkin bisa menjadi stroke misalnya seperti itu,” ucap dia.
    Sementara untuk paparan gas metana dan polutan dari sampah dalam jangka panjang bisa membuat paru-paru para sopir truk bermasalah.
    Misalnya, seperti penyakit paru obstruksi kronis, asma, dan lain sebagainya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 3 Gejala Gangguan Kesehatan yang Sering Diabaikan Perempuan

    3 Gejala Gangguan Kesehatan yang Sering Diabaikan Perempuan

    Jakarta, Beritasatu.com – Perempuan sering melewati hari-hari dengan berbagai keluhan fisik dan emosional. Rasa lelah berkepanjangan, nyeri yang tidak biasa, atau perubahan mood sering dianggap sebagai dampak hormon, stres, atau padatnya aktivitas. Padahal, sejumlah gejala tersebut bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan serius yang seharusnya bisa terdeteksi lebih dini.

    Studi dari PubMed menunjukkan wanita lebih sering meremehkan gejala dibandingkan pria, sehingga menunda memeriksakan diri ke dokter. Mengutip laporan Times of India, Minggu (14/12/2025) berikut tiga gejala gangguan kesehatan yang kerap diabaikan kaum perempuan. 

    Gejala Penyakit Jantung 

    Gejala penyakit jantung pada wanita kerap berbeda dengan gejala umum yang selama ini dikenal. Gejalanya bisa berupa nyeri rahang yang muncul tiba-tiba atau rasa sangat lelah setelah melakukan pekerjaan rumah ringan menjadi tanda umum dialami wanita saat mengalami serangan jantung.

    Mual, nyeri punggung, atau sesak napas saat berjalan singkat sering disalahartikan sebagai gejala sakit flu atau gangguan pencernaan. Padahal, kondisi tersebut dapat menandakan pembuluh darah yang tersumbat dan jantung yang bekerja di bawah tekanan berat.

    Kram hebat atau nyeri saat berhubungan intim kerap dianggap sebagai bagian wajar dari menstruasi. Padahal, kondisi tersebut bisa menjadi tanda endometriosis. Endometriosis terkenal disebut sebagai penyakit yang terlewatkan karena rata-rata diagnosis baru ditegakkan setelah tujuh hingga sepuluh tahun. Penyakit ini terjadi ketika jaringan mirip lapisan rahim tumbuh di luar rahim dan memicu peradangan, jaringan parut, serta penurunan kesuburan jika tidak ditangani.

    Gejala seperti perut kembung dan kelelahan dari endometriosis sering disalahartikan sebaagai tindih dengan sindrom iritasi usus besar, sehingga banyak wanita yang menganggap gejala ini tak serius sehingga tak perlu memeriksakan diri ke dokter.

    Sensasi panas mendadak yang mengganggu ketika tidur, kabut otak, hingga penambahan berat badan tanpa perubahan pola makan sering diabaikan sebagai bagian dari penuaan. Survei Mayo Clinic menunjukkan lebih dari 80% wanita usia 40–50 tahun sering mengabaikan gejala menopause, meskipun berdampak pada pekerjaan dan kesehatannya. 

    Menstruasi yang terlewat atau amenore menandakan adanya insufisiensi ovarium prematur, yang berisiko menyebabkan pengeroposan tulang dan meningkatkan penyakit jantung. Data dari PubMed mengaitkan penurunan hormon yang tidak ditangani dengan meningkatnya risiko osteoporosis dan penyakit kardiovaskular.

  • Manusia Punya ‘Jantung Kedua’, Dokter Kardiologi Jelaskan Fungsinya

    Manusia Punya ‘Jantung Kedua’, Dokter Kardiologi Jelaskan Fungsinya

    Jakarta

    Di samping jantung utama di rongga dada, ternyata manusia punya ‘jantung kedua’. Disebut demikian lantaran memiliki fungsi yang serupa, yakni memompa darah.

    Jantung merupakan organ vital yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi. Jika kesehatan jantung terganggu, maka aliran darah menjadi tidak optimal dan risiko pada penyakit jantung akan meningkat.

    Jantung utama, yakni jantung yang sebenarnya, terletak di rongga dada. Sedangkan ‘jantung kedua’ sebenarnya bukan benar-benar jantung, melainkan otot betis yang memang punya peran membantu memompa darah dari bagian bawah tubuh untuk kembali ke jantung.

    Spesialis jantung dan pembuluh darah dr Vito A Damay, SpJP menjelaskan, darah yang berada di kaki lebih sulit untuk kembali ke jantung akibat adanya gaya gravitasi. Dengan bantuan otot betis, risiko darah menumpuk di kaki bisa dihindari.

    “Jantung butuh bantuan dari otot betis untuk memompa darah kembali ke jantung,” terang dr Vito pada detikcom belum lama ini.

    “Intinya kita mesti melatih otot betis dan juga latihan jalan kaki setiap hari supaya sirkulasi lebih lancar,” sambungnya.

    Meski disebut ‘jantung kedua’, tidak berarti otot betis benar-benar bisa menggantikan fungsi jantung utama. Ketika jantung utama bermasalah, efeknya bisa fatal dan tidak tergantikan.

    Disampaikan dr Vito, kesehatan jantung tidak dijaga dapat memicu penyakit atau serangan jantung yang berakibat fatal hingga memicu kematian.

    “Jantung cuma satu dan yang vitalnya itu cuma satu itu. Jadi kalau misalkan terjadi serangan jantung, jantung yang dibilang serangan itu yang di dada kita,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

    Jantung Kedua

    4 Konten

    Tubuh manusia memiliki ‘jantung kedua’ di kaki. Fungsinya mirip, yakni memompa darah. Bedanya cuma memompa dari tubuh bagian bawah ke atas menuju jantung.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Risiko Serangan Jantung Meningkat saat Cuaca Dingin, Dokter Beberkan Kaitannya

    Risiko Serangan Jantung Meningkat saat Cuaca Dingin, Dokter Beberkan Kaitannya

    Jakarta

    Sebuah studi berskala besar yang dipublikasi di JAMA Cardiology mengungkap adanya kaitan kuat antara suhu rendah dan meningkatnya kasus serangan jantung.

    Peneliti menemukan bahwa serangan jantung memang lebih sering terjadi pada kondisi cuaca dingin, angin kencang, minim cahaya matahari, serta tekanan atmosfer yang rendah.

    Mengenai temuan dari studi tersebut, spesialis jantung dan pembuluh darah Siloam Hospital Agora, dr Gustaf David Sinaka Sitorus, SpJP, menegaskan bahwa cuaca dingin tidak secara langsung menyebabkan serangan jantung.

    Namun, suhu rendah dapat menjadi pemicu trigger bagi individu yang sudah memiliki faktor risiko penyakit jantung.

    “Tapi, memang serangan jantung, segala sesuatu yang membuat pasien tidak nyaman mungkin nggak tahan dengan dingin, nah tentunya bisa memicu. Terutama pada individu sudah memiliki faktor risiko,” jelas dr Gustaf pada detikcom, Rabu (10/12/2025)

    Ia menambahkan bahwa respons tiap orang terhadap cuaca bisa berbeda-beda. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu takut berlebihan untuk beraktivitas di suhu rendah.

    “Nanti yang mau ke Puncak nggak jadi karena takut, nggak juga. Tiap orang pasti beda-beda,” kata dia.

    Gejala Darurat yang Wajib Diwaspadai

    dr Gustaf mengingatkan bahwa yang paling penting diperhatikan adalah gejala darurat yang menjadi tanda utama serangan jantung, terutama jika muncul saat berada di suhu dingin. Tanda utamanya adalah nyeri dada.

    Nyeri dada akibat serangan jantung biasanya terasa seperti ditindih, panas, dan dapat menjalar ke dada, punggung, hingga leher. Keluhan ini khas karena berlangsung cukup lama, sekitar 20 menit, bukan nyeri yang hilang dalam hitungan detik.

    Kalau pasiennya dalam cuacanya yang dingin mengeluh sesak, bisa jadi suatu reaksi alergi cuaca dingin. Tetapi, harus diperhatikan, ada kemungkinan juga kalau gejala seperti sesak itu gejala serangan jantung,” ucapnya.

    Pada akhirnya, dokter menegaskan bahwa cuaca dingin hanya trigger yang memperburuk kondisi, sementara faktor dominan tetap berada pada riwayat kesehatan individu.

    “Tapi, balik lagi, yang individu dan faktor risiko penyakit jantungnya yang dominan,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)