Topik: Penjualan Mobil

  • Data Inflasi China di Bawah Estimasi, Akan Tekan IHSG Hari Ini?

    Data Inflasi China di Bawah Estimasi, Akan Tekan IHSG Hari Ini?

    Jakarta, Beritasatu.com – Data inflasi China di bawah estimasi konsensus pasar TradingEconomics pada Sabtu (9/11/2024). Apakah kondisi tersebut akan menekan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin (11/11/2024). 

    “Infasi China berada di level 0,3% secara bulanan pada Oktober atau lebih rendah dibandingkan prediksi market seperti bulan lalu di level 0,4%,” tulis TradingEconomics.com, Senin (11/11/2024).

    Inflasi China tersebut terjadi selama 9 bulan terakhir di tingkat konsumen, tetapi menjadi yang terendah sejak Juni 2024. Hal ini menggarisbawahi meningkatnya risiko deflasi meskipun langkah-langkah stimulus Beijing pada akhir September untuk mendukung ekonomi yang melambat. 

    Meski inflasi China yang diterbitkan biro statistik negara tersebut berpeluang memberi katalis negatif, IHSG diprediksi berpotensi melanjutkan tren penguatan setelah dari perdagangan Jumat pekan lalu di zona hijau. 

    Founder WH Project William Hartanto memperkirakan, IHSG dapat bergerak di teritori positif pada rentang 7.195-7.318 pada hari ini

    Sementara data-data ekonomi dalam negeri yang akan mewarnai bursa saham pada pekan ini, di antaranya indeks keyakinan konsumen (IKK), data penjualan mobil periode Oktober, penjualan ritel September, dan neraca perdagangan Oktober. 

    Adapun dari eksternal, pasar akan mencermati pidato sejumlah pejabat Federal Reserve (The Fed), seperti Christoper Waller pada awal pekan ini dan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang cukup krusial, yaitu consumer price index (CPI) Oktober 2024 di tengah pekan. 

    Selain data inflasi China, jelang akhir pekan ini, pasar akan menantikan speech Chairman The Fed Jerome Powell, retail sales AS dan produksi industri Oktober.

  • Gaikindo Optimis Penjualan Mobil Tahun Depan Bisa 1 Juta Unit Lagi

    Gaikindo Optimis Penjualan Mobil Tahun Depan Bisa 1 Juta Unit Lagi

    Jakarta

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yakin penjualan mobil di Indonesia tahun depan mampu mencapai angka satu juta unit lagi seperti di tahun 2022. Keyakinan itu berlandaskan beberapa faktor, dari tren penjualan mobil yang semakin meningkat di luar Jawa-Bali, hingga stabilnya politik nasional.

    “Mengenai target satu juta unit. Ya, kita harus mengakui sekarang, bahwa market Indonesia terbuka lebar. Pemerintah telah membangun fasilitas infrastruktur yang luar biasa dan mudah-mudahan berpengaruh terhadap penjualan otomotif, apalagi saat ini penjualan otomotif sudah bergeser keluar daerah di luar Jawa-Bali,” ungkap Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi di Jakarta, Kamis (7/11/2024).

    Lanjut Nangoi menambahkan, Gaikindo berharap interest rate atau tingkat suku bunga bisa turun. “Dan tahun depan itu bukan tahun politik. Jadi harapannya, semuanya bisa smooth,” tambah Nangoi lagi.

    Nangoi menegaskan, jika industri otomotif Indonesia mau mencapai target penjualan satu juta unit per tahun, maka paling tidak penjualan mobil di pasar domestik Indonesia setiap bulannya harus menyentuh angka 80 ribu hingga 85 ribu.

    “Sementara kita sendiri punya pengalaman bisa memasarkan hingga 90-100 ribu per bulan, harusnya saya yakin dengan melihat kriteria positif tahun depan bisa mendongkrak penjualan,” jelas Nangoi.

    Sebagai informasi, pasar mobil Indonesia pada tahun 2024 mengalami penurunan. Gaikindo sudah merevisi target penjualan mereka di tahun 2024 ini, dari awalnya 1,1 juta unit, menjadi sekitar 850 ribu unit.

    “Target tahun ini saya targetkan cuma 850 ribu unit, dari 1 juta turun ke 850 ribu unit,” tutur Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi menurut pernyataan Sekretaris Gaikindo Kukuh Kumara dikutip CNNIndonesia.

    (lua/rgr)

  • Nasib Pilu 9 Ribu Karyawan Produsen Mobil Jepang

    Nasib Pilu 9 Ribu Karyawan Produsen Mobil Jepang

    Jakarta

    Salah satu raksasa otomotif asal Jepang, Nissan, akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 9.000 karyawan di seluruh dunia. Langkah PHK massal ini dimaksudkan untuk mengurangi produksi global imbas sepinya penjualan mobil perusahaan di China dan Amerika Serikat.

    Melansir Reuters, Sabtu (9/11/2024), jumlah pemangkasan ini kurang lebih setara 6,7% dari total karyawan perusahaan di seluruh dunia yang mencapai 133.580 orang. Melalui pemangkasan itu Nissan dapat menurunkan kapasitas produksi global perusahaan hingga 20%.

    Di luar itu pemangkasan ini menjadi lebih penting untuk dilakukan Nissan guna mengurangi beban biaya sebesar US$ 2,6 miliar atau Rp 40,74 triliun (kurs Rp 15.672/dolar AS) pada tahun fiskal 2024 ini di tengah kemerosotan penjualan di China dan AS tersebut.

    Lebih lanjut, Nissan juga memangkas prospek laba tahunannya sebesar 70% menjadi 150 miliar yen atau US$ 975 juta (Rp 15,28 triliun). Ini merupakan kedua kalinya mereka menurunkan perkiraan tersebut tahun ini.

    Kondisi ini terjadi lantaran penjualan Nissan mengalami penurunan yang cukup drastis di Negeri Tirai Bambu imbas dominasi produsen mobil listrik BYD dan brand lokal lainnya di kawasan itu.

    Namun masalah yang lebih serius bagi Nissan mungkin terjadi di AS, di mana mereka tidak memiliki produk mobil hybrid yang mampu bersaing di pasar Negeri Paman Sam itu. Kondisi ini berbeda dengan rival perusahaan asal Jepang, Toyota yang berhasil menerima lonjakan permintaan mobil hybrid.

    “Nissan salah mengartikan permintaan mobil hybrid di Amerika Serikat. Kami tidak memperkirakan HEV (Hybrid Electric Vehicle) akan meningkat secepat ini,” kata CEO Makoto Uchida dalam konferensi pers.

    “Kami mulai memahami tren ini menjelang akhir tahun fiskal lalu,” jelasnya seraya menambahkan bagaimana perusahaan gagal dalam membuat beberapa perubahan pada model inti kendaraan hibrida miliknya sehingga tertinggal di pasar AS.

    (hns/hns)

  • Wuling Jadi Pilihan Masyarakat yang Kian Melek Teknologi Ramah Lingkungan

    Wuling Jadi Pilihan Masyarakat yang Kian Melek Teknologi Ramah Lingkungan

    JABAR EKSPRES – Antusiasme masyarakat Bandung terhadap mobil listrik menunjukkan lonjakan signifikan, menandakan pergeseran selera pasar otomotif di kota yang kerap menjadi pusat tren gaya hidup ini.

    Wuling Arista Bandung Suci mencatat penjualan mobil listrik sebesar 240 unit selama Januari-September 2024, angka yang mencerminkan minat masyarakat yang semakin sadar akan teknologi ramah lingkungan dan hemat biaya.

    Menurut Branch Manager Wuling Arista Bandung Suci, R. Reza Ramadhan, perubahan pola pikir masyarakat Bandung terlihat jelas. Mereka kini lebih peka terhadap kendaraan listrik yang tidak hanya efisien, tetapi juga mendukung gaya hidup ramah lingkungan.

    “Kami melihat tren positif di mana masyarakat tidak hanya mencari kendaraan fungsional, tetapi juga mempertimbangkan aspek keberlanjutan. Ini menjadikan Wuling sebagai alternatif utama bagi mereka yang ingin beralih dari mobil konvensional,” ungkap Reza saat ditemui Jabar Ekspres di Dealer Arista Bandung Suci, Jum’at (7/11/2024).

    Momentum Pemilihan Presiden yang baru-baru ini berlalu juga, disebut Reza turut berkontribusi dalam meningkatkan kepercayaan konsumen.

    “Stabilitas pascapemilihan membuat masyarakat kembali percaya diri dalam membuat keputusan besar, termasuk membeli mobil listrik yang semakin diminati,” tambahnya.

    Promo Spesial untuk Menggaet Berbagai Segmen Masyarakat

    Untuk semakin menarik minat berbagai segmen, Wuling memperluas program promosi mereka, termasuk untuk pelanggan korporasi, Pegawai Negeri Sipil (PNS), hingga Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Program khusus ini diproyeksikan akan meningkatkan penjualan hingga 5 persen pada akhir tahun, terlebih dengan adanya paket subsidi tambahan bagi pelanggan setia Wuling.

    Reza menjelaskan bahwa perusahaan juga menyediakan berbagai promo akhir tahun yang kompetitif agar mobil listrik Wuling bisa diakses lebih banyak kalangan. Dengan harga yang lebih terjangkau, efisiensi biaya, serta berbagai subsidi dari pemerintah, mobil listrik diharapkan menjadi pilihan utama masyarakat Bandung yang ingin beralih ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan.

    Mendukung Ekosistem Kendaraan Listrik Lokal

    Sebagai salah satu produsen mobil listrik pertama yang diproduksi di Indonesia, Wuling juga mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Reza menyebutkan bahwa tingginya kandungan lokal pada kendaraan mereka membuat Wuling memenuhi syarat untuk mendapatkan subsidi pemerintah.

  • Neta Hentikan Produksi Mobil dan Pangkas Gaji, di Indonesia Gimana?

    Neta Hentikan Produksi Mobil dan Pangkas Gaji, di Indonesia Gimana?

    Jakarta

    Neta disebut menyetop produksi mobil sekaligus memangkas gaji karyawannya di China. Lalu bagaimana dengan bisnis di Indonesia?

    Penjualan mobil Neta di China disebut-sebut menurun drastis. Untuk tahun ini, tepatnya pada Januari-September 2024, Neta baru mengirimkan 53.583 unit mobilnya atau kurang dari 30 persen dari total penjualan tahunan. Sementara untuk penjualan bulan Oktober belum diungkap secara resmi oleh perusahaan. Padahal sebelumnya Neta kerap mengumumkan penjualan pada hari pertama bulan berikutnya.

    Dikutip Car News China, berdasarkan informasi dari sumber di industri kendaraan energi terbarukan China, Neta mengirimkan 4.500 unit mobil pada Oktober. Angka ini merosot 40 persen dibandingkan periode sebelumnya. Ada beberapa hal yang disinyalir jadi penyebab merosotnya pengiriman Neta itu. Neta memang dikabarkan tengah mengalami masalah dengan pengiriman Neta S Hunting Wagon.

    Bisnis Neta di Indonesia Baik-baik Saja

    Di sisi lain, model Neta lainnya juga menunjukkan penurunan penjualan. Media DoNews memberitakan bahwa pabrik Neta di Tongxiang, Zhejiang, menghentikan produksi selama setengah bulan. Gaji karyawan ikut dipangkas menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Lalu apakah kebijakan tersebut juga mempengaruhi bisnis Neta di Indonesia?

    Seperti diketahui, Neta juga turut memasarkan mobilnya di Tanah Air. Saat ini ada tiga model mobil yang ditawarkan yaitu Neta V, Neta V-II, dan Neta X. Mobil itu juga dirakit di dalam negeri berkat kemitraan antara Neta dan PT Handal Indonesia Motor.

    Brand PR dan Digital Senior Manager Neta Auto Indonesia Frietz F Roboth mengungkap saat ini pihaknya masih menunggu kabar resmi dari kantor pusat Neta di China. Kendati demikian, dirinya memastikan tak ada gangguan dengan bisnis di Indonesia.

    “Tapi kalau pengaruh bisnis di Indonesia, semua berjalan lancar, tidak ada kendala, masih normal dan NETA di Indonesia baik-baik saja,” ungkap Frietz saat dikonfirmasi detikOto, Jumat (8/11/2024).

    Frietz menambahkan pihaknya saat ini justru tengah fokus untuk mempersiapkan diri mengikuti pameran otomotif Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) yang digelar pada 22 November hingga 1 Desember 2024 di ICE BSD. Neta menjadi salah satu peserta di antara 27 merek lain yang juga turut meramaikan pameran tersebut.

    “Apalagi dalam waktu dekat, NETA juga akan berpartisipasi di GJAW 2024, dan pastinya NETA akan terus berkomitmen meningkatkan ekosistem penggunaan EV di Indonesia,” pungkas Frietz.

    (dry/din)

  • Penjualan Mobil di Indonesia Tahun Depan Diprediksi Sulit Tembus 1 Juta Unit

    Penjualan Mobil di Indonesia Tahun Depan Diprediksi Sulit Tembus 1 Juta Unit

    Jakarta

    PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) memperkirakan pasar otomotif tahun depan tidak akan sampai satu juta unit. Proyeksi penjualan untuk tahun ini sesuai dengan revisi target Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).

    “Prediksi kita tahun ini ditutup dengan angka sekitar 830 ribu sampai 850 ribu unit,” kata Chief Operating OfficerHMID Franciscus Soerjopranoto saat ditemui di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (6/11/2024).

    Frans mengatakan sinyal pelemahan pasar sudah terlihat sejak Juni 2023. Penjualannya tidak pernah sebesar tahun 2022.

    “Tren pasar, atau volume pasar atau market nggak pernah lebih besar dari 2022. Itu tahun 2023,” jelas Frans.

    Sumber data wholesales Gaikindo menyebutkan tahun 2022 bisa mengirim 1.048.040 unit. Sedangkan 2023 jumlahnya turun menjadi 1.005.802 unit.

    Sepanjang Januari – September 2024, berdasarkan data wholesales Gaikindo sudah mencatatkan distribusi sebanyak 633.218 unit. Hyundai mengambil pasar 2,7 persen dari total nasional atau jumlahnya 17.164 unit.

    Untuk tahun depan, Frans menyebutkan potensi pasar Indonesia disinyalir tidak bisa menembus angka satu juta unit.

    Pasar Indonesia beberapa kali tidak pernah menyentuh, antara lain tahun 2020 (532.407 unit), dan 2021 (887.202) unit. Kala itu kondisi ekonomi sedang tidak pasti lantaran pandemi Covid-19.

    Sementara itu, tahun depan masih menanti efek kebijakan strategis yang dibuat oleh pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto.

    “Tahun depan naiknya tidak sampai dua digit, why? karena kita melihat semua masih wait and see,” kata Frans.

    “Mungkin teman-teman sudah bisa prediksi, bahwa market itu kemungkinan besar kalau bisa tembus 900 ribu sudah bagus sekali. Mungkin angkanya sekitar 870 (sampai) 890-an ribu. Kira-kira seperti itu. Nah itu prediksi dari Hyundai,” jelasnya lagi.

    Berikut ini data wholesales dari Gaikindo, penjualan mobil dalam beberapa tahun terakhir:

    2024: 633.218 unit (Januari – September)
    2023: 1.005.802 unit
    2022: 1.048.040 unit
    2021: 887.202 unit
    2020: 532.407 unit
    2019: 1.030.120 unit
    2018: 1.151.308 unit
    2017: 1.077.364 unit
    2016: 1.062.694 unit
    2015: 1.013.518 unit
    2014: 1.208.019 unit
    2013: 1.229.811 unit

    (riar/dry)

  • Lebih dari 10.000 Unit Mobil Listrik BYD Terjual di Indonesia

    Lebih dari 10.000 Unit Mobil Listrik BYD Terjual di Indonesia

    Jakarta

    Penjualan mobil listrik BYD di Indonesia mencatatkan angka yang positif. Memulai perniagaan di Tanah Air sejak Januari 2024, BYD mengklaim telah berhasil menjual sekitar 10.000 unit mobil listrik di Indonesia. BYD memiliki empat model mobil listrik yang jadi andalan, yakni Seal, Atto 3, Dolphin, dan yang terbaru M6.

    “Selama empat bulan berturut-turut, kami menjadi EV key player di Indonesia, dan per November kami kalkulasikan penjualan BYD telah lebih dari 10.000 unit di Indonesia,” ungkap Head of Public Relations and Government Relations PT BYD Motor Indonesia, Luther Pandjaitan, di Jakarta, Kamis (7/11/2024).

    BYD M6 Superior Foto: Ryan Priatna

    Sementara itu, jika mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, hingga bulan September 2024, BYD telah memasarkan sebanyak 8.536 kendaraan listrik. Data tersebut merupakan data penjualan wholesales atau distribusi dari pabrik ke dealer-dealer.

    Adapun rincian penjualan wholesales BYD Januari-September 2024, model Seal Premium Extended Range terjual 2.164 unit, Seal Performance 1.567 unit. Kemudian model Atto 3 Advanced Standard Range laku 59 unit dan Atto 3 Superior Extended Range terjual 2.698 unit.

    Lanjut ke model berikutnya, Dolphin Dynamic Standard Range laku 119 unit, Dolphin Premium Standard Range 741 unit. Sementara itu MPV listrik terbaru mereka, M6, dibeli sebanyak 768 unit untuk varian Superior Captain, 298 unit untuk varian M6 Superior, dan 122 unit untuk versi M6 Standard.

    Menyusul pertumbuhan penjualan yang signifikan di tahun pertama, BYD akan terus mengembangkan jaringan dealer-nya. Saat ini BYD sudah memiliki 30 outlet di 16 kota di Indonesia. BYD memiliki target membangun 50 jaringan dealer hingga akhir tahun 2024.

    BYD juga menjadi salah satu peserta yang hadir di pameran otomotif akhir tahun, Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) di ICE-BSD City, Tangerang, yang diselenggarakan pada 22 November hingga 1 Desember.

    (lua/dry)

  • Penjualan Mobil Listrik Melambat, Hyundai Perbanyak Mobil Hybrid di Indonesia

    Penjualan Mobil Listrik Melambat, Hyundai Perbanyak Mobil Hybrid di Indonesia

    Jakarta

    Hyundai akan memperbanyak line up mobil hybrid di Indonesia. Secara global permintaan mobil listrik sekarang tengah melambat.

    Diberitakan detikcom sebelumnya, Hyundai juga menargetkan adanya peningkatan penjualan mobil hybird hingga 40 persen menjadi 1,33 juta unit pada tahun 2028. Langkah itu diambil di tengah melambatnya permintaan akan mobil listrik di seluruh dunia.

    “Belakangan ini, konversi ke kendaraan listrik tengah melambat sementara itu, permintaan akan mobil hybrid meningkat. Mobil hybrid menjadi opsi alternatif ketimbang mesin pembakaran internal,” kata Presiden dan CEO Hyundai Motor Jaehoo Chang dalam Investor Day sebagaimana dilansir Reuters.

    PT Hyundai Motor Indonesia (HMID) juga mengatakan sejalan dengan langkah prinsipal. Indonesia bakal dibanjiri mobil hybrid dari Hyundai. Sebagai langkah awal langsung memasarkan Hyundai Santa Fe.

    “Kita akan lebih banyak memperkenalkan banyak model di Indonesia,” kata Fransiscus Soerjopranoto selaku Chief Operating Officer (COO) PT HMID

    “Kita akan masuk ke model hybrid, seperti yang sudah disampaikan oleh CEO kita di investor day. Kita akan banyak fokus di mobil hybrid, selain mobil listrik,” jelasnya lagi.

    Hyundai menyebut permintaan mobil listrik mereknya masih diterima pasar Indonesia.

    “Secara persentase-nya mobil listrik tetap, kalau dulu Ioniq 5 hanya 500 jualannya, sekarang Kona tambah Ioniq 5 kira-kira 500, jadi ada kanibalisme, tapi itu tidak apa-apa. Untuk Hyundai tetap jalan, karena market-nya berubah. Kompetisinya berubah,” kata Frans.

    Hyundai berencana menggandakan jajaran produk mobil hybrid menjadi 14 model guna mengantisipasi lonjakan permintaan, khususnya di Amerika Utara. Meski begitu, Hyundai belum membocorkan waktu peluncuran dari deretan mobil hybridnya itu. Lewat cara ini, Hyundai akan sejalan dengan para rival seperti Toyota dan Ford.

    Tapi Hyundai akan mengambil cara yang berbeda dari rival-rivalnya di pasar global. Kabarnya Hyundai akan berekspansi ke segmen hybrid yang relatif baru. Segmen tersebut disebut dengan extended-range electric vehicle (EREV). Segmen hybrid ini tengah digandrungi di China namun belum populer secara global.

    EREV menggunakan baterai besar daripada model plug-in hybrid dan hanya bisa berjalan pada mode electric. Sementara itu mesin bensin berperan sebagai powerbank untuk mengecas saat baterai lemah.

    (riar/din)

  • Ini Lho Hambatan yang Ngejegal Perkembangan Industri Otomotif

    Ini Lho Hambatan yang Ngejegal Perkembangan Industri Otomotif

    Jakarta: Ekosistem industri otomotif Indonesia mendapatkan perhatian dari para akademisi. Adapun kondisi industri otomotif Tanah Air saat ini dinilai terhimpit perjanjian eksklusivitas.
     
    Hal tersebut tertuang dalam salah satu panel di acara The 6th International Conference on Law and Governance in a Global Context (icLave) 2024 pada 4-5 November oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia di Jakarta. Konferensi yang diadakan sejak 2017 ini bertujuan memberikan perkembangan terbaru terkait hukum dan kebijakan publik internasional.
     
    Dosen FEB Universitas Indonesia Mone Stepanus, Dosen Hukum Persaingan Usaha Universitas Pelita Harapan (UPH) Dian Parluhutan, dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN Veteran Jakarta Guntur Saragih memaparkan kajian ilmiah terkait apa saja yang menghambat industri otomotif. Salah satu pokoknya terkait perjanjian eksklusivitas.
    “Penting bagi kami mengangkat perjanjian eksklusivitas ini dalam forum internasional untuk menunjukkan kondisi persaingan usaha di Indonesia yang membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),” ucap Mone Stepanus, dikutip Kamis, 7 November 2024.
     
    Jika perjanjian ini masih diterapkan, menurut Mone risikonya adalah kurang kondusifnya iklim persaingan usaha dan mungkin saja menghalangi pemain baru untuk berinvestasi dan memasuki pasar otomotif di Indonesia.
     
     

     

    Tantangan industri otomotif

    Industri otomotif di Indonesia didominasi oleh lima produsen besar, yakni Toyota, Daihatsu, Honda, Suzuki, dan Mitsubishi Motors. Mereka telah menguasai 82,3 persen dari total produksi nasional. Mone menjelaskan industri otomotif Indonesia menghadapi tantangan.
     
    “Ada berbagai kondisi telah memicu penerapan praktik monopoli atau oligopoli, baik melalui perjanjian vertikal maupun horizontal antar produsen,” ujar Mone, di acara yang dihadiri pembicara dari berbagai universitas di Indonesia, dan beberapa pembicara asing dari Leiden University, Chulalongkorn University, Western Sydney University, dan Monash University ini.
     
    Mone menyebutkan bukan hal yang aneh bagi produsen mobil untuk terlibat dalam perjanjian horizontal maupun vertikal dengan tujuan untuk mendominasi pasar. Perjanjian vertikal merupakan perjanjian yang dibuat oleh perusahaan induk berdasarkan tempat asal, seperti Toyota dari Jepang, yang membuat perjanjian dengan agen tunggal pemegang merek (ATPM) di Indonesia, yaitu PT Astra International.
     

    Ilustrasi. Foto: dok MI/Atet
     

    Selain itu juga ada fenomena ATPM mengadakan perjanjian eksklusivitas dengan dealer di bawahnya. Menurutnya ini salah satu trik untuk untuk meningkatkan volume penjualan mobil tertentu. “Di sisi lain ada yang perlu diwaspadai, karena perjanjian eksklusivitas ini membuat dealer susah untuk mengembangkan bisnisnya,” kata dia.
     
    Dian Parluhutan menambahkan, meskipun industri otomotif dianggap sebagai sektor strategis, terdapat risiko yang muncul dari praktik perjanjian eksklusivitas yang tidak sehat. Tidak jarang distributor membuat perjanjian eksklusivitas dengan dealer yang mewajibkan dealer untuk meminta izin kepada distributor jika mendirikan perusahaan baru menjual produk otomotif merek lain.
     
    Dengan kata lain, investor dilarang menjual merek lain, walaupun dengan mendirikan badan usaha baru yang tidak berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual pemegang merek ataupun distributor. Perjanjuan ekslusivitas ini berdampak buruk pada lanskap persaingan sektor otomotif.
     
    “Praktik seperti ini dapat menciptakan hambatan bagi pendatang baru, yang kesulitan bersaing dengan produsen besar yang telah mendominasi pasar,” ucapnya.
     
     

     

    Pengawasan ketat dari KPPU

    Dia menekankan pentingnya pengawasan yang ketat oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk memastikan persaingan yang adil tetap terjaga. Dian menambahkan KPPU dan asosiasi pelaku usaha otomotif perlu segera bertindak secara proaktif untuk merumuskan regulasi khusus di sektor otomotif. Cara ini dapat mendorong ekosistem persaingan usaha yang efektif dan sehat.
     
    Relevansi UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat juga mendapat sorotan. Menurutnya, diterapkannya perjanjian eksklusivitas pada industri otomotif telah melanggar UU 5/1999. Meski telah diatur dalam undang-undang, acap kali ada mereka yang nakal. Relasi kuasa antara ATPM dengan pengecer bisa menjadi celah mengakali UU 5/1999 tersebut.
     
    Dian pun menegaskan perjanjian eksklusivitas ini dilarang di Indonesia. Meskipun regulasi telah ada, penerapannya sering kali belum optimal. Industri ini membutuhkan pengaturan yang lebih komprehensif untuk mendukung iklim persaingan yang sehat.
     
    Sementara itu, Guntur menyarankan agar kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan KPPU dibutuhkan untuk mendorong inovasi dan investasi yang berkelanjutan di sektor otomotif. Apalagi pada 2023 ada peningkatan ekspor untuk sektor otomotif sebesar 5,96 persen (yoy).
     
    “Industri otomotif tidak hanya berkontribusi terhadap perekonomian, tetapi juga menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari 1,5 juta orang di seluruh Indonesia,” tambah dia.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (AHL)

  • Kalau Masih Begini, Manfaat Pengurangan Emisi Mobil Listrik di RI Takkan Terasa

    Kalau Masih Begini, Manfaat Pengurangan Emisi Mobil Listrik di RI Takkan Terasa

    Jakarta

    Pakar mewanti-wanti terkait transisi energi di Indonesia, termasuk dari sektor transportasi. Pemerintah memang gencar soal peralihan dari mobil bensin ke mobil listrik, namun sumber utama pembangkitnya juga perlu menjadi perhatian.

    “Penelitian ERIA yang kami lakukan (di) lembaga saya bekerja, menunjukkan kalau energi bauran, energi pembangkit masih seperti sekarang, jadi 60 persen masih batu bara, lalu EBT masih di bawah 20 persen, itu walaupun penjualan mobil listrik kita bisa mencapai 100 persen pun, pengurangan (gas rumah kacanya) masih di bawah satu persen,” ujar Dr. Alloysius Joko Purwanto, Energy Economist dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) saat berbincang bersama detikOto di Jakarta Selatan, beberapa waktu yang lalu.

    Manfaat mobil listrik untuk menurunkan emisi semakin sulit dicapai jika pembangkit energi yang dipakai berasal dari energi kotor, seperti PLTU batu bara, yang sedang terjadi di Indonesia.

    “Memang ada efeknya. Impor bensin berkurang, atau polusi udara di kota berkurang. Tapi CO2 secara total nyaris tidak efektif,” sambung Joko.

    Mobil hybrid terbukti bisa menyedot perhatian masyarakat Indonesia. Tapi pakar mewanti-wanti jangan terlena lama-lama demi mengejar target NZE 2060.

    Mobil hybrid itu bisa memangkas penggunaan konsumsi BBM. Emisi yang dikeluarkan juga lebih ramah lingkungan.

    “Hybrid electric vehicles lebih optimum dari carbon dioxide yang dikeluarkan dan juga konsumsi bahan bakar. Jadi nilai ekonomisnya terbentuk,” kata Guru Besar Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Deendarlianto dalam kesempatan yang sama.

    “Saran saya jangan sampai kita tidak punya target kapan berhentinya, kapan kita switch-nya. Karena jangan sampai transisi terus, akhirnya tidak pernah berubah,” jelas dia.

    Kenapa emisi hybrid bisa lebih baik dari mobil listrik untuk saat ini?

    Keunggulan mobil listrik bisa buat udara perkotaan yang bersih dari emisi gas buang. Namun sumber pembangkit listrik Indonesia mayoritas masih mengandalkan batu bara. Jika kondisinya demikian, mobil hybrid berfungsi untuk jadi transisi menuju kendaraan ramah lingkungan, meskipun di satu sisi hybrid juga sudah jauh lebih unggul dari mobil internal combustion engine.

    “Kalau dari studi kami sendiri, pertama kami melihat HEV ini punya potensi yang besar untuk mengurangi gas rumah kaca dan konsumsi. Kalau bauran pembangkit listrik kita seperti saat ini (60 persen masih batu bara). HEV ini lebih bersih dibandingkan listrik yang full (battery). Itu lebih bersih,” jelas Joko.

    “Karena istilahnya emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan listrik itu terutama di pembangkit begitu besar.”

    “HEV konsumsi bahan baker lebih efisien dibandingkan ICE. Itu potensinya besar untuk mengurangi GRK (Gas Rumah Kaca) dan konsumsi energi. Kalau kita 2040 sampai 2060 bauran kita (masih) 60 persen batu bara, EBT kita masih di bawah 20 persen, mendingan HEV saja daripada BEV. Hybrid saja daripada mobil listrik yang full EV,” kata Joko.

    Joko menambahkan ekonomi Indonesia masih tergantung dengan pembangkit batu bara karena harganya paling murah.

    “Masih menempatkan prioritaskan ekonomi di atas tujuan iklim,” kata Joko.

    “Masih kurang mengubah tantangan itu menjadi peluang. Dampaknya apa? Salah satunya adalah penetrasi mobil listrik jadi kurang efisien dalam mengurangi gas emisi rumah kaca,” jelasnya lagi.

    Pemerintah menargetkan produksi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) pada tahun 2030 sebesar 600 ribu unit untuk roda empat atau lebih dan 2,45 juta unit untuk roda dua.

    Dengan target tersebut diharapkan akan mampu mengurangi emisi CO2 sebesar 2,7 juta ton untuk roda empat dan lebih dan sebesar 1,1 juta ton untuk roda dua.

    Indonesia memiliki potensi sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang besar. Jumlahnya mencapai 3,6 terawatt (TW) yang sebagian besar berasal dari tenaga surya 3,3 TW.

    Plt Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman Parada Hutajulu mengungkap jumlah EBT yang sudah dimanfaatkan Indonesia belum mencapai 1%.

    “Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah lebih dari 3,6 TW, yang sebagian besar berasal dari energi matahari yaitu 3,3 TW namun baru dapat dimanfaatkan kurang dari 1%,” ucap Jisman di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Selasa (5/3/2024).

    Bauran energi di Indonesia masih didominasi energi fosil yang berasal dari minyak, gas, dan batu bara. Padahal, pemerintah sudah menargetkan bauran EBT mencapai 23% pada 2025.

    (riar/rgr)