Namun, meski begitu, pabrikan mobil sepertinya tak mau tinggal diam. Padahal, target penjualan tahun ini sudah dipangkas jadi 850.000 unit dari sebelumnya dibidik 1,1 juta unit di akhir 2024 nanti. Terpantau, banyak pabrikan yang coba menggoda masyarakat Indonesia dalam pameran mobil di GJAW 2024. Salah satunya Aletra, Aletra Mobil Nusantara resmi meluncurkan produk pertamanya, L8 EV, dalam perhelatan Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2024 di Tangerang, Jumat (22/11). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Topik: Penjualan Mobil
-

LCGC Hybrid Bisa Kasih Dampak Positif ke Penjualan Mobil: Harga Murah-Minim Emisi
Jakarta –
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) setuju dengan usulan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang meminta produsen mobil di Indonesia membuat low cost green car atau LCGC hybrid.
Menurut mereka, ada dua dampak baik yang akan dirasakan negara dengan kehadiran LCGC hybrid: bertumbuhnya pasar roda empat dan berkurangnya emisi karbon.
Analis Kebijakan Ahli Madya Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI Rustam Effendi mengklaim, usulan Kemenperin soal LCGC hybrid benar-benar bagus. Sebab, secara harga, kendaraan tersebut pasti lebih murah dibandingkan mobil hybrid yang saat ini beredar di pasaran.
“Jadi memang hybrid perlu didorong. Usulan Kemenperin itu suatu usulan yang bagus bahwa LCGC di-hybrid-kan. Kemudian harganya mendekati LCGC (regular) dan kemudian ini akan menjadi kebutuhan masyarakat luas,” ujar Rustam dalam forum diskusi yang digelar di Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (21/11).
“Saya rasa ini akan lebih sukses dibandingkan mobil hybrid di pasaran yang harganya lebih mahal,” tambahnya.
Kemenperin bicara soal LCGC hybrid. Foto: Dok. Toyota Astra Motor
Di kesempatan yang sama, Kukuh Kumara selaku Sekertaris Umum (Sekum) Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) setuju dengan usulan Kemenperin. Menurutnya, LCGC kini tak lagi bisa dibilang murah. Itulah mengapa, teknologi hybrid tak masalah disematkan ke mobil tersebut.
“Menarik, itu bisa ke sana kalau volume-nya besar, LCGC volume besar tapi teknologi berubah. Tidak bisa emisinya segitu-gitu saja, jalan keluarnya hybrid,” ungkap Kukuh Kumara.
“Karena mobil ini bukan low cost lagi, dibandingkan yang lain juga emisinya sudah tinggi. Mau baru atau lama, kalau produk itu bisa diminati konsumen, ya menarik,” tambahnya.
Mobil Low Cost Green Car (LCGC) di GIIAS 2023 Foto: Ridwan Arifin
Diketahui, usulan produsen bikin LCGC hybrid disampaikan Dodiet Prasetya selaku Direktur Industri Alat Transportasi Darat Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kemenperin.
Dodiet mengatakan, penjualan LCGC cukup tinggi di Indonesia. Dia ingin, catatan baik itu ditingkatkan dengan meluncurkan varian hybrid.
“Kami mendorong para pabrikan untuk bisa menyematkan teknologi hybrid di LCGC. Poinnya satu, kita ingin meningkatkan pencapaian yang sudah bagus. Kemudian dalam rangka sumbangsih penurunan emisi dan ketahanan energi. Kami ingin meningkatkan apa yang sudah efisien menjadi lebih efisien,” kata dia.
Sebagai catatan, penjualan LCGC tahun lalu mencapai 204.705 unit dengan market share tembus 20,3 persen. Nominal tersebut mengalami kenaikan 9,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kini, ada lima model LCGC yang saat ini dijual di Indonesia, yakni Toyota Calya, Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Daihatsu Sigra dan Honda Brio Satya.
(sfn/dry)
-

Penjualan Mobil Berdarah-darah, Pemerintah Minta Tidak Ada PHK
Jakarta –
Industri otomotif Indonesia tahun ini berdarah-darah. Meski banyak merek baru bermunculan, penjualan kendaraan bermotor khususnya roda empat anjlok.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi target penjualan mobil tahun 2024. Sebelumnya, penjualan mobil tahun ini diproyeksikan sebanyak 1,1 juta unit. Namun, karena pasar lesu, Gaikindo merevisi target menjadi 850 ribu unit.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengakui industri otomotif Indonesia tahun ini sedang tidak baik-baik saja. Menurut Agus, penyebabnya karena daya beli yang melemah.
“Faktanya sekarang industri otomotif sedang dalam tekanan, kita harus akui itu. Berbagai macam teori mengapa industri otomotif sedang dalam tekanan, tapi menurut pandangan saya akibat yang paling utamanya adalah karena kelesuan dari pasar. Ada yang mengatakan karena masalah politik, menunggu pilpres, saya kira itu tidak menjadi penyebab utama. Penyebab utamanya menurut saya adalah kelesuan pasar, artinya data beli melemah,” kata Agus dalam acara pembukaan pameran otomotif Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2024 di ICE, BSD, Tangerang, Jumat (22/11/2024).
Agus memahami mengapa Gaikindo harus merevisi target penjualan mobil tahun ini. Namun, lesunya penjualan mobil tahun ini diprediksi akan membawa dampak negatif.
“Pemerintah melihat bahwa sektor otomotif itu sangat penting. Peran sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi, bagi kontribusi terhadap GDP, khususnya GDP manufaktur. Keterlibatan dari backward dan forward linkage sangat besar. Ekosistem yang ada di dalam backward dan forward linkage industri otomotif itu sangat besar. Sebut saja keterlibatan banyak IKM (industri kecil menengah). Supply chain banyak sekali melibatkan IKM kita. Menunjukkan nilai TKDN (tingkat komponen dalam negeri) dari produk-produk otomotif yang ada di Indonesia rata-rata sekitar 70 persen, artinya supply chain-nya sudah bisa dipenuhi dari dalam negeri,” sebut Agus.
Industri otomotif pun membuka banyak lapangan pekerjaan. Agus meminta, walaupun industri otomotif sedang tidak baik-baik saja, jangan sampai ada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap tenaga kerja di industri otomotif.
“Ketika kita menghadapi COVID, komunikasi kita dengan Gaikindo sangat baik dan semua yang diharapkan pemerintah bisa direalisasikan oleh Gaikindo. Misalnya ketika itu, saya minta kepada Gaikindo tidak ada PHK. Di sektor otomotif ketika COVID tidak terjadi PHK. Jadi COVID tidak ada PHK, sekarang dengan tekanan-tekanan yang luar biasa juga tidak boleh ada PHK,” tegas Agus.
(rgr/dry)
-

Biang Kerok Sebenarnya Penjualan Mobil 2024 Anjlok Diungkap Menperin
Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengakui penurunan penjualan mobil di tahun ini akibat melemahnya daya beli masyarakat. Daya beli juga menjadi faktor besar yang membuat industri otomotif nasional menjadi lesu belakangan ini.
Data Gaikindo menunjukkan, total akumulasi penjualan mobil nasional periode Januari-Oktober 2024 sudah mencapai 710.406 unit. Angka ini lebih rendah 125.722 unit atau 15,05% dibandingkan akumulasi penjualan mobil Januari-Oktober 2023 yang mencapai 836.128 unit.
Memang, penjualan di bulan Oktober 2024 berhasil cetak level tertinggi sejak awal tahun, mencapai 77.191 unit. Pencapaian ini melesat 4.525 unit atau 6,22% dibandingkan bulan September 2024 yang tercatat sebanyak 72.666 unit. Namun, masih lebih rendah 3.159 unit atau 3,93% dibandingkan Oktober 2023.
“Ada yang mengatakan karena masalah politik, menunggu pilpres, menunggu pileg, saya kira itu tidak menjadi penyebab utama. Penyebab utamanya adalah kelesuan pasar yang artinya adalah daya beli dari masyarakat melemah,” sebut Agus di GJAW, Jumat (22/11/2024).
Lebih lanjut ia menilai tekanan untuk sektor otomotif seringkali datang dari diri sendiri, misalnya nilai pajak besar dari pemerintah daerah, dimana dalam undang-undang nomor 1 tahun 2022 misalnya berkaitan dengan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).
“Itu tentu akan memberi dampak bagi penjualan otomotif di Indonesia khususnya roda empat dan ini menjadi tekanan tambahan bagi sektor otomotif, bukan hanya pasar sedang lesu tapi BBNKB yang diatur dalam undang-undang 1 tahun 2022 ini juga akan berdampak negatif terhadap penjualan otomotif di Indonesia,” kata Agus.
Sektor otomotif khususnya Roda 4 sedang mendapat tekanan. Agus menilai tidak perlu menutup-nutupi tekanan yang ada. Ia pun mencontohkan bagaimana Presiden Prabowo Subianto juga mengakui bahwa tekanan itu ada.
“Presiden selalu menyampaikan kepada kami bahkan di sambutan atau pidato beliau di MPR bahwa kita harus berani mengatakan bahwa kita ada masalah, berani mengatakan bahwa kita ada dalam tekanan. dari situ kita bisa mencoba mencari penyebabnya dan kemudian solusinya. Faktanya sekarang industri otomotif sedang dalam tekanan, kita harus akui itu,” sebut Agus.
Foto: Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Gaikindo Jakarta Auto Week, Jumat (22/11/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Gaikindo Jakarta Auto Week, Jumat (22/11/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)(dce)
-

PPN Mulai Tahun Depan Naik, Begini Imbasnya ke Mobil Bekas
Jakarta –
Tidak cuma pungutan pajak pertambahan nilai (PPN) mobil baru yang naik. PPN untuk mobil bekas juga bakal meningkat. Namun kondisi pasar mobil bekas tidak akan berdampak.
Diakui dengan naiknya PPN, pasar mobil baru di Indonesia makin menantang. Di sisi lain, penjualan mobil di Indonesia tengah lesu. Penurunannya pun cukup signifikan. Dalam data penjualan wholesales yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sepanjang Januari hingga September 2024 baru terjual 633.218 unit atau turun 16,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Balai Lelang Otomotif JBA Indonesia resmi beroperasi selama 13 tahun di Indonesia. Perusahaan itu mencatatkan kenaikan signifikan dengan melelang lebih dari 220.000 mobil dan lebih dari 180.000 motor sejak berdiri 2011 lalu. Angka yang terus meningkat ini menembus angka penjualan mobil lebih dari 57.000 unit mobil dan 42.000 unit motor pada akhir kuartal tiga tahun ini.
“Jualan mobil baru lagi agak lesu, tetapi yang kami lihat itu ada switching ke mobil bekas yang memang justru jadi peluang buat JBA untuk terus besarkan market,” kata Chief Operating Officer JBA Indonesia, Deny Gunawan di Jakarta.
PPN atas penyerahan kendaraan bermotor bekas bukan pengaturan jenis pajak baru, melainkan sudah dikenakan sejak tahun 2000. Ini pun dikenakan jika membelinya kepada pengusaha jual beli kendaraan bekas.
PPN atas penyerahan kendaraan bermotor bekas diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 65 Tahun 2022 dari yang sebelumnya pada PMK Nomor 79 Tahun 2010 tentang Pedoman Perhitungan Pengkreditan Pajak Masukan Bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan Kegiatan Usaha Tertentu. Aturan yang saat ini berlaku dinilai lebih sederhana.
Dalam Pasal 2 Ayat 2 setiap transaksi jual beli kendaraan bermotor bekas, baik itu mobil atau motor akan dikenakan pajak pertambahan nilai atau PPN bagi para pembeli. Adapun untuk besaran pajak yang dikenakan, yakni 1,1 persen untuk periode 2022. Besaran itu akan meningkat jadi 1,2% pada 2025 seiring dengan kenaikan tarif PPN.
Hal itu diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 65 Tahun 2022 tentang PPN atas Penyerahan Kendaraan Bermotor Bekas. Aturan diteken pada 30 Maret 2022.
“Pengusaha kena pajak yang melakukan kegiatan usaha tertentu berupa penyerahan kendaraan bermotor bekas wajib memungut dan menyetorkan PPN yang terutang atas penyerahan kendaraan bermotor bekas dengan besaran 1,1% dari harga jual yang mulai berlaku 1 April 2022,” bunyi pasal 2 ayat (2) dan (5) aturan tersebut.
“Saya kira ini peluang ya pak, kalau pajak naik dan pendapatan tetap saya rasa akan menjadi sulit untuk mobil baru,” kata Johan Wijaya, Sales & Operational General Manager PT JBA Indonesia.
“Biasanya kalau (mobil baru)ada 12 persen, biasanya kita ikut PMK nya. Harga mobil dan motor bekas jauh bedanya,”
“Sekarang dari 1,1 jadi 1,2 persen itu 150-200 ribu unit artinya tidak terlalu ada impact-nya,” tambahnya lagi.
(riar/riar)
-

Industri Otomotif Babak Belur, Pemerintah Siapkan Insentif
Jakarta –
Industri otomotif Indonesia tahun ini mengalami momen berat. Penjualan kendaraan bermotor khususnya roda empat turun. Target penjualan pun direvisi.
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengatakan, industri otomotif Indonesia mengalami masa-masa yang berat di tahun 2024. Penjualan turun, target penjualan mobil tahunan pun direvisi.
“Kami sadari bahwa tahun 2024 adalah tahun yang sangat berat untuk industri otomotif. Sehingga Gaikindo terpaksa untuk mengubah target tahunannya dari 1,1 juta kendaraan menjadi 850 ribu di akhir 2024,” kata Nangoi dalam sambutannya di opening ceremony Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) di ICE, BSD, Tangerang, Jumat (22/11/2024).
Nangoi memprediksi masa-masa berat ini akan berlanjut di tahun depan. Apalagi, ada rencana kenaikan pajak-pajak seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB).
“Walaupun terjadi geliat sedikit perbaikan ekonomi yang berimbas pada ekonomi Indonesia pula, namun beberapa faktor masih menghambat pertumbuhan industri otomotif Indonesia. Seperti tingginya suku bunga serta adanya informasi mengenai rencana pertambahan pajak-pajak. Misalnya pajak pertambahan nilai dan kemungkinan kenaikan bea balik nama kendaraan bermotor. Hal ini tentu akan mempengaruhi pertumbuhan industri otomotif yang sangat rentan mengalami perubahan harga,” ujar Nangoi di hadapan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
“Kelangsungan industri otomotif Indonesia sangat signifikan dan harus terus dijaga. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan perhatian dari pemerintah khususnya dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia untuk memberikan kemungkinan adanya stimulus untuk menjaga pasar kendaraan Indonesia,” sambungnya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pun menanggapi harapan dari Gaikindo tersebut. Menurut Agus, pemerintah sedang menyiapkan insentif untuk industri otomotif mengingat pentingnya sektor otomotif bagi perekonomian Indonesia.
“Tekanan juga kadang-kadang datang dari diri kita sendiri. Misalnya kalau kita bicara soal Undang-Undang No. 1 Tahun 2022 yang tadi juga menjadi keluhan dari Bapak Ketua Umum (Gaikindo Yohannes Nangoi) yang dikaitkan dengan BBNKB, itu tentu akan memberikan dampak bagi penjualan otomotif Indonesia khususnya roda empat. Dan ini menjadi tekanan tambahan bagi sektor otomotif. Bukan hanya pasar sedang lesu, tapi BBNKB yang diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2022 juga berdampak negatif terhadap penjualan otomotif di Indonesia,” katanya.
“Oleh sebab itu, salah satu prioritas dari program yang sekarang sedang dirumuskan itu adalah menyiapkan program-program insentif dan stimulus bagi industri otomotif,” sambung Agus.
Kata Agus, pemerintah pernah memberikan insentif kepada industri otomotif pada saat pandemi COVID-19 berupa Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP). Terbukti, stimulus itu bisa mendongkrak penjualan kendaraan di tengah pandemi.
“Nah ini yang sekarang yang sedang kita bahas dan Insyaaalah dalam waktu dekat akan diputuskan oleh pemerintah terhadap program insentif dan stimulus untuk sektor otomotif. Saya belum bisa mengatakan bagaimana bentuk programnya, seberapa besar insentifnya, ini sedang dibahas. Tapi, pasti insentif dan stimulus itu Insyaallah akan kita terbitkan mengingat pentingnya sektor otomotif bagi perekonomian nasional,” ucap Agus.
(rgr/din)
-

Penjualan Disalip BYD, Begini Kata Hyundai
Jakarta –
Penjualan mobil Hyundai mulai disalip pabrikan China, BYD. Pada September 2024 misalnya, Hyundai hanya mendistribusikan 1.596 unit mobil dari pabrik ke dealer. Sementara BYD yang hanya menjual mobil listrik BEV, mencatatkan penjualan wholesales 2.075 unit di periode yang sama. Gimana tanggapan Hyundai?
Dijelaskan Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranoto, Hyundai bermain di segmen mobil listrik premium yang volume marketnya memang kecil. Sementara BYD bermain di segmen mobil listrik menengah yang volume marketnya sangat besar, hingga 70%.
“Sekarang kalau kita perhatikan market, bahwa ada pergeseran, misalnya apakah itu sekarang mobil listrik mendapatkan respons yang besar. Yang perlu diingat, seperti yang pernah saya sampaikan, dulu pemainnya cuma dua, Wuling dan Hyundai. Wuling bermain di pasar bawah, Hyundai bermain di pasar atas,” buka Frans kepada wartawan di Jakarta, Kamis (21/11/2024).
BYD M6 Foto: Ryan Priatna
“Nah sekarang banyak masuk, mobil-mobil listrik yang harganya di range menengah, dan itu kurang lebih komposisinya 70%. Jadi sangatlah wajar apabila secara volume akan lebih tinggi,” tambah Frans.
Frans menggambarkan produk-produk mobil listrik Hyundai layaknya sebuah tas branded dengan harga yang premium. Diketahui Hyundai memiliki produk mobil listrik Ioniq 5 N, Ioniq 6, Ioniq 5, dan All New Kona EV.
“Saya pernah menggambarkan, tas itu yang mereknya Hermes, LV. Kita memang menempatkan produk-produk kita di tempat yang premium. Kenapa? Karena kita melihat bahwa inovasi (mobil listrik) ini masih baru dan masyarakat yang mau mencoba adalah orang yang berani ambil rugi. Kita masuk di situ. Tapi memang ada masyarakat yang belum bisa kami sentuh, akan diambil oleh kelas yang menengah,” terang Frans.
All New Kona Electric Foto: Rangga Rahadiansyah/detikOto
“Kita juga memperkenalkan All New Kona EV kemarin, responsnya positif. Sayangnya, kita masih minta supaya kapasitas produksinya ditambah. Mudah-mudahan segera bisa dipenuhi supaya bisa kembali lagi menjadi leader di kelasnya,” bilang Frans lagi.
Diberitakan sebelumnya, penjualan Hyundai di Indonesia terpantau menurun. Mengutip data wholesales yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, Hyundai kesulitan untuk menembus angka penjualan 2.000 unit sejak Maret. Terbaru, selama September 2024, Hyundai hanya mendistribusikan 1.596 unit mobil dari pabrik ke dealer.
Pun begitu dengan penjualan retail Hyundai, sejak Juni belum lagi menyentuh 2.000 unit. Bahkan dalam tiga bulan terakhir terlihat kian merosot. Misalnya pada Juni, Hyundai mendistribusikan 2.313 unit mobilnya dari dealer ke garasi konsumen. Kemudian pada Juli hanya 1.759 unit yang terdistribusi ke konsumen. Pada Agustus, jumlahnya kembali menurun menjadi 1.555 unit. Tren negatif itu rupanya masih berlanjut pada September. Hanya 1.491 unit mobil Hyundai dikirimkan ke garasi konsumen di Indonesia.
Menurunnya penjualan Hyundai itu membuat pabrikan asal Negeri Ginseng tersebut harus rela posisinya digusur sang pendatang baru BYD. BYD secara wholesales mengirimkan 2.075 unit mobilnya ke dealer sepanjang September 2024. Pada periode yang sama, BYD mendistribusikan 1.788 unit mobilnya ke konsumen. Torehan itu sekaligus membuat BYD masuk ke jajaran merek mobil terlaris di Indonesia.
Dalam data penjualan wholesales, BYD menempati posisi kedelapan, sementara dalam penjualan retail pabrikan China itu duduk di peringkat kesepuluh. Kehadiran BYD itu juga sekaligus menambah panjang mobil China yang masuk dalam daftar merek mobil terlaris di Indonesia.
Kendati demikian, bila dihitung secara akumulatif, Hyundai masih jauh lebih unggul. Selama Januari-September 2024, Hyundai telah menjual 17.164 unit mobil secara wholesales dan 17.441 unit secara retail. Saat ini mobil-mobil Hyundai itu memiliki pangsa pasar sebesar 2,7 persen dari keseluruhan penjualan mobil di Indonesia.
Sementara itu, BYD membukukan penjualan wholesales sebanyak 8.536 unit dan retail sales 6.224 unit. Namun perlu digarisbawahi, angka penjualan BYD itu tak dihitung dari Januari, melainkan dari Juni untuk wholesales dan Juli untuk retail sales. Bicara pangsa pasar, saat ini BYD memiliki pangsa pasar sebesar 0.9 persen dalam penjualan retail dan 1,3 persen secara wholesales.
(lua/din)
-

Penjualan Mobil Lesu, Indonesia Diminta Belajar dari Malaysia
Jakarta –
Pasar mobil baru di Indonesia sedang tak baik-baik saja. Bahkan, bukan mustahil, situasi yang sama kembali terjadi tahun depan. Kondisi tersebut membuat pemerintah diminta belajar dari Malaysia.
Kukuh Kumara selaku Sekretaris Umum (Sekum) Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengatakan, pemerintah Indonesia seharusnya menghidupkan lagi insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk mobil penumpang.
Sebab, pasar roda empat di Malaysia mulai tumbuh drastis berkat stimulus yang sama. Bahkan, kata Kukuh, penjualan mobil di Negeri Jiran mencapai level tertinggi setahun terakhir.
“Jadi kami sepakat stimulus harus diberikan, karena ini juga akan memberikan dampak pada penjualan. (Kita) saat ini bisa belajar dari Malaysia yang dalam kondisi sulit ternyata muncul sebagai kekuatan baru di ASEAN,” ujar Kukuh dalam forum diskusi di Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (21/11).
“Sementara Thailand turun, kebijakan Thailand-Indonesia kan berhubungan. Pada saat yang sama, Malaysia menjadi pendongkrak di ASEAN dengan insentif pajaknya,” tambahnya.
Pemerintah diminta kembali hidupkan insentif PPnBM. Foto: (Ridwan Arifin/detikOto)
Kukuh tak menjelaskan, insentif seperti apa yang diadopsi di Malaysia. Namun, saat pandemi corona, pemerintah setempat menerbitkan aturan baru soal perpajakan. Ketika itu, mereka memberikan diskon 100 persen untuk mobil produksi lokal dan 50 persen untuk mobil impor.
“Menariknya, insentif di Malaysia tetap dipertahankan hingga sekarang, sehingga mampu meningkatkan penjualan. Malaysia belum pernah penjualan domestiknya hampir 800 ribu. Itu mengejutkan,” ungkapnya.
Berkaca dari kenyataan tersebut, Kukuh berharap, insentif PPnBM kembali dihidupkan. Sebab, jika situasinya terus seperti sekarang, bukan tak mungkin penjualan mobil di Indonesia kalah dari Malaysia.
“Nah, ini menjadi kekhawatiran kita sendiri, di mana saat ini Indonesia sedang mengalami gejolak dan target tahunan diturunkan menjadi 850 ribu unit. Malaysia masih akan terus naik, jadi mereka berpotensi untuk nomor 1 di ASEAN,” kata dia.
Sebagai catatan, insentif PPnBM DTP pernah diterapkan saat Indonesia ditimpa pandemi tiga tahun lalu. Ketika itu, permintaan kendaraan mengalami kenaikan saat daya beli konsumen sedang lemah-lemahnya.
(sfn/din)
-
Penjualan mobil penumpang di China naik 11,3 persen pada Oktober 2024
Beijing (ANTARA) – Asosiasi Mobil Penumpang China (China Passenger Car Association/CPCA) menyebut penjualan retail mobil penumpang di China naik 11,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Oktober 2024.
Sebanyak 2,26 juta unit kendaraan penumpang terjual bulan lalu, didorong oleh libur Hari Nasional selama sepekan dan berbagai kebijakan termasuk program tukar tambah nasional, seperti ditunjukkan data CPCA, Kamis (21/11).
Dari jumlah tersebut, penjualan kendaraan energi baru (new-energy vehicle/NEV) tercatat melonjak hingga hampir 1,2 juta unit pada Oktober, sementara penjualan kendaraan berbahan bakar bensin turun menjadi 1,07 juta unit, papar CPCA.
Asosiasi itu mengatakan pihaknya memperkirakan penjualan mobil penumpang akan terus meningkat pada November didorong oleh festival belanja “Double 11” di China dan Pameran Otomotif Internasional Guangzhou (Guangzhou International Automobile Exhibition) ke-22 yang berlangsung dari 15 hingga 24 November.
CPCA memperkirakan penjualan mobil penumpang akan meningkat sebesar 15,4 persen (yoy) menjadi 2,4 juta unit pada November, dan penjualan retail kendaraan listrik akan mencapai 1,28 juta unit.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024

