Topik: Penjualan Mobil

  • Penjualan Tesla di 2024 Anjlok Gegara Mobil China – Halaman all

    Penjualan Tesla di 2024 Anjlok Gegara Mobil China – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Penjualan mobil listrik Tesla, perusahaan otomotif milik Elon Musk, mengalami penurunan tajam selama tahun 2024.  

    Mengutip data Carscoops, sepanjang 2024, Tesla hanya mengirimkan 1.789.226 unit mobil ke konsumen. Jumlah itu turun sekitar 1 persen dari total penjualan tahun 2023 yang mencapai 1,8 juta unit. Jadi penurunan penjualan global pertama bagi Tesla sejak 2011.

    Bila dirinci, dari total 1,78 juta unit mobil listrik yang terjual pada 2024, yakni berasal dari dari dua model, yaitu Tesla Model Y dan Model 3, dimana unit itu terjual sebanyak 1.704.093. Sementara penjualan lainnya berasal dari Model S, Model X, dan Cybertruck yang baru diluncurkan.

    Adapun penurunan tersebut terjadi lantaran Tesla kalah saing dengan mobil-mobil murah dari China seperti misalnya BYD. Kendati penurunan telah menawarkan berbagai insentif menarik untuk memacu penjualan, termasuk pembiayaan tanpa bunga dan pengisian cepat gratis. Namun, insentif tersebut nyatanya gagal menarik pelanggan, terutama di tengah kekhawatiran mengenai tingginya biaya pinjaman.

    Masalah tersebut semakin diperparah lantaran produksi mobil Tesla kerap terjerat pemeriksaan dari regulator terkait teknologi self-drivingnya, hingga membuat perusahaan terpaksa me-recall jutaan kendaraan listriknya dan memicu kehilangan kepercayaan para pembeli.

    Hal itu yang membuat penjualan Tesla di sepanjang tahun 2024 menurun. Bahkan saham Tesla juga ikut merosot sekitar 6,8 persen dari 465 dolar AS per saham menjadi hanya 375 dolar AS pada penutupan perdagangan akhir tahun.

    Meski demikian, CEO Tesla Elon Musk tetap optimistis menyambut tahun baru. Musk bahkan memprediksi pertumbuhan penjualan lebih dari 20 persen pada 2025. 

    Ada beberapa alasan Musk merasa percaya diri, salah satunya adalah rencana Tesla untuk memproduksi mobil dengan harga lebih terjangkau guna bersaing dengan merek mobil China.

    Hal senada juga dilontarkan oleh para analis, mereka menilai Tesla membutuhkan model baru dengan harga lebih terjangkau untuk menarik pembeli dari segmen pasar yang lebih luas. Model baru seperti versi hemat Model Y dengan harga sekitar 35.000 dolar AS  diperkirakan bisa membantu memenuhi target pertumbuhan tahunan perusahaan.

    “Jika perusahaan (Tesla) ingin terus berkembang, mereka perlu mengembangkan model dan ukuran mobil baru dengan harga yang lebih terjangkau,” ujar Jeff Schuster, wakil presiden penelitian otomotif dari Global Data.

    Berbanding terbalik dengan Tesla, BYD justru melaporkan peningkatan penjualan sebanyak 4,27 juta unit kendaraan sepanjang tahun lalu. Ini merupakan kali pertama penjualan mobil BYD di pasar global tembus di atas empat juta.

    Dari total penjualan 2024, sebanyak 1.764.992 merupakan BEV (kendaraan listrik bertenaga baterai), atau meningkat 12 persen. Sedangkan kendaraan listrik murni menyumbang 41,5 persen dari total penjualan BYD pada 2024.

    BYD juga turut menjual 2.485.378 kendaraan PHEV pada tahun lalu,atau naik 72,8 persen dari 1,4 juta pada 2023. Serta kendaraan hibrida plug-in yang mewakili 58,5 persen dari total penjualan BYD selama 2024.

  • Gaikindo Pede Penjualan Mobil di Indonesia Tahun Ini Bisa Tembus 1 Juta Unit

    Gaikindo Pede Penjualan Mobil di Indonesia Tahun Ini Bisa Tembus 1 Juta Unit

    Jakarta

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) tetap optimistis penjualan mobil di tahun 2025 nggak akan jelek-jelek amat. Bahkan, penjualan mobil diproyeksi bisa kembali ke angka 1 juta unit.

    “Ya (meskipun ada) beberapa kenaikan pajak ya, kita masih harus tetap menjaga optimisme. Kalau kita nggak optimis siapa lagi yang menjaga optimisme. Ada banyak hal yang bisa kita jadikan alasan rasional bahwa kita harusnya tetap optimis bisa mencapai 1 juta (unit),” kata Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara dalam Program Evening Up CNBC Indonesia.

    Pertama, kata Kukuh, karena proyeksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia diperkirakan sekitar 5 persen. Hal itu membuat Gaikindo yakin penjualan mobil bisa tembus 1 juta unit lagi.

    “Di antara negara G20, 5 persen nggak jelek-jelek amat kan. Itu cukup baik. Jadi itu menjadi salah satu alasan kita,” ujar Kukuh.

    “Kemudian kalau kita melihat lagi dari datanya Gaikindo, semenjak 2013, kita itu sudah memproduksi dan menjual rata-rata setiap tahunnya 1,1-1,2 juta unit mobil. Memang sempat turun, di tahun 2020 karena pandemi, itu turunnya cukup tajam sampai tinggal 550. Namun terima kasih kerja sama dan bantuan dari pemerintah dengan mengeluarkan PPNBM DTP itu dalam waktu singkat bisa recover,” ucapnya.

    Bahkan, ekspor mobil juga meningkat menjadi sekitar 500 ribuan unit. Dengan torehan itu, Kukuh optimistis industri otomotif di Indonesia akan bangkit.

    “Harusnya kita menjadi salah satu pemain kuat di ASEAN dan kita itu sebenarnya-yang nggak banyak diketahui orang-kita sudah swasembada mobil roda empat atau lebih. Minimal dari 2013 bahkan sebelumnya. Karena import kita sangat sedikit,” ucapnya.

    Sementara itu, di tahun 2024 penjualan mobil diperkirakan turun. Gaikindo sempat mengoreksi target penjualan dari 1,1 juta unit menjadi 850 ribu unit tahun 2024. “Mudah-mudahan tercapai, angkanya belum selesai,” katanya.

    Dampak PPN 12 Persen

    Industri otomotif kemungkinan akan terdampak PPN 12 persen. Sebab, pemerintah menyebutkan, PPN 12 persen dikenakan untuk barang yang tergolong mewah yang sebelumnya dikenakan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Hampir semua mobil dikenakan PPnBM.

    “Kemudian PPN yang 12 persen, untuk kendaraan-kendaraan yang harganya di bawah 300 juta itu banyak peminatnya, yang di atas itu ya mereka lain lagi kelasnya. Tapi dengan naiknya PPN 12 persen kalau dijatuhkan kemudian mereka kan belinya kredit, harusnya tidak terlalu berpengaruh,” kata Kukuh .

    Sebab, menurut Kukuh, mayoritas pembeli mobil di Indonesia menggunakan skema kredit. Jadi kenaikan PPN dari 11 persen menjadi 12 persen seharusnya tidak terasa dengan skema kredit.

    Kekhawatiran Soal Opsen Pajak

    Meski begitu, bukan kenaikan PPN yang membuat industri otomotif ketar-ketir. Kebijakan seperti opsen dan momen awal tahun 2025 ini yang kemungkinan bikin penjualan mobil lebih berat.

    “Mungkin kuartal pertama Januari, Februari, mungkin agak berat. Karena di bulan Februari itu ada puasa, kemudian ada lebaran. Itu juga biasanya penjualan akan menurun. Namun setelah itu harapan kita adalah semuanya akan membaik, kondisi ekonomi membaik dan sebagainya,” ujar Kukuh.

    “Yang paling berat itu bukan PPN yang 12 persen ya, tapi yang berat adalah opsen,” sambungnya.

    Sebab, dengan adanya opsen bea balik nama dan pajak kendaraan bermotor, harga mobil bakal naik. Hal itu dikhawatirkan dapat membuat penjualan kendaraan turun.

    “Kita juga berdiskusi, kita sampaikan pemikiran-pemikiran kita dengan kenaikan opsen. Karena kenaikan opsen itu cukup tinggi. Dan beberapa daerah sudah punya pengalaman, dengan menaikkan BBNKB dan PKB itu berdampak pada penurunan penjualan kendaraan bermotor,” kata Kukuh.

    Padahal, lanjut Kukuh, di kebanyakan provinsi pendapatan asli daerah (PAD) dari kendaraan bermotor cukup besar, antara 40 sampai 80 persen.

    “Kalau ini (PKB dan BBNKB) dinaikkan (dengan adanya opsen), itu kemudian penjualan (kendaraan) yang menurun, artinya Pemda akan kekurangan atau mengalami penurunan revenue. Itu yang kita sampaikan,” ujar Kukuh.

    (rgr/dry)

  • Selain Kenaikan PPN, Opsen Pajak Juga Bikin Berat Industri Otomotif Tahun Ini – Halaman all

    Selain Kenaikan PPN, Opsen Pajak Juga Bikin Berat Industri Otomotif Tahun Ini – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penjualan mobil baru periode Januari – November 2024 mencapai 784.788 unit. Jumlahnya turun 14,74 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Di tahun ini, dengan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) banyak pihak berpandangan industri otomotif akan semakin sulit.

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, menilai pungutan pajak daerah atau opsen yang menjadi tantangan besar bagi produsen dan konsumen.

    “Yang paling sulit untuk produsen dan konsumen adalah pajak dari pemerintah daerah atau kita sebut opsen,” tutur Agus kepada Wartawan di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Jumat (3/1/2025).

    Sebagai informasi, dasar pengenaan opsen merujuk Pasal 16 dan 17 Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2023 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dasar pengenaan opsen pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor, yakni PKB dan BBNKB terutang.

    Besaran pokok Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak sebesar 66 persen.

    Menperin menilai, dengan pengenaan pajak dari daerah yang cukup tinggi, akan membuat masyarakat enggan membeli mobil baru. Ini akan berdampak pada pendapatan pajak daerah.

    “Saya kira tidak akan lama Pemda merasakan bahwa kebijakan opsen akan merugikan daerah itu sendiri. Saya melihat Pemda itu akan menerbitkan regulasi seperti relaksasi, karena orang lokal tidak akan bisa beli mobil baru. Otomatis mereka tidak akan dapat income karena masyarakatnya nggak jadi beli mobil. Saya rasa Pemda akan evaluasi itu, mereka akan rugi sendiri (kalau tetap kenakan opsen),” jelas Agus Gumiwang.

  • Pertama dalam 1 Dekade, Penjualan Mobil Listrik Tesla Merosot!

    Pertama dalam 1 Dekade, Penjualan Mobil Listrik Tesla Merosot!

    Jakarta

    Produsen mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla menutup 2024 dengan catatan buruk. Sebab, untuk pertama kali dalam satu dekade, penjualan mereka di pasar global mengalami penurunan!

    Disitat dari Carscoops, Jumat (3/1), Tesla sebenarnya mengirim 495 ribuan kendaraan pada kuartal terakhir 2024. Catatan tersebut menjadi penjualan kuartal terbaik sepanjang tahun lalu. Meski demikian, angkanya tak mampu ‘menolong’ penurunan yang terjadi di bulan-bulan sebelumnya.

    Secara umum, Tesla mengirim 1,7 jutaan kendaraan selama 2024. Nominal tersebut turun sekira 100 ribu unit dibandingkan tahun sebelumnya. Menariknya, 90 persen penjualan mereka disumbang Model Y dan Model 3.

    Penjualan mobil listrik Tesla turun. Foto: Liesa Johannssen/Getty Images

    Sementara Model S, Model X dan Cybertruck secara kolektif hanya menyumbang kurang dari 5 persen dari total penjualan. Hal tersebut membuktikan betapa tergantungnya Tesla terhadap penjualan Model Y dan 3 di pasar global.

    Meski penjualan mobilnya turun, namun Tesla melaporkan kinerja memuaskan dalam bisnis energinya. Mereka mengklaim telah mengirim 11,0 GWh produk penyimpanan energi pada kuartal keempat tahun lalu. Mereka belum merilis hasil keuangan yang dapat memberikan sedikit gambaran tentang kinerja di sektor tersebut.

    Laporan penjualan Tesla belum mampu membantu memulihkan saham perusahaan yang menurun. Kini, atau ketika artikel dibuat, saham Tesla telah turun 6,8 persen. Selama lima hari perdagangan terakhir, TSLA telah turun dari harga tertinggi US$ 465 per saham menjadi hanya US$ 375.

    Salah satu faktor yang bisa ‘menyelamatkan’ Tesla dari penurunan penjualan adalah kemunculan Model Y versi terbaru dengan kode proyek Juniper. Kendaraan tersebut digadang-gadang akan meluncur bulan depan dan menjadi jagoan baru perusahaan di pasar global.

    Elon Musk selaku Chief Executive Officer (CEO) Tesla memprediksi, penjualan mobil listriknya akan meningkat 20 persen tahun ini. Lebih lagi, pihaknya juga berencana menjual kendaraan dengan banderol lebih terjangkau.

    (sfn/sfn)

  • Edan! BYD Jual 4,2 Juta Mobil Sepanjang 2024

    Edan! BYD Jual 4,2 Juta Mobil Sepanjang 2024

    Jakarta

    Build Your Dreams (BYD) menutup 2024 dengan suka cita. Bayangkan saja, produsen asal China tersebut menjual 4,27 juta unit kendaraan sepanjang tahun lalu!

    Disitat dari Carnewschina, Kamis (2/1), ini merupakan kali pertama penjualan mobil BYD di pasar global tembus kepala empat (di atas empat juta). Catatan luar biasa tersebut didukung penjualan Desember 2024 yang sangat impresif, yakni tembus 514 ribuan unit.

    Dengan raihan 4,27 juta unit selama 2024, BYD mengalami peningkatan penjualan 41,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di kisaran 3 juta unit. Sementara, dari jumlah tersebut, 1,76 juta unit atau 41,5 persennya merupakan mobil listrik bertenaga baterai jenis penumpang.

    Penjualan BYD. Foto: REUTERS/ANNEGRET HILSE

    BYD menjual 2,48 juta kendaraan PHEV (plug-in hybrid) penumpang pada 2024 atau naik 72,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kendaraan tersebut menyumbang 58,5 persen dari total penjualan BYD pada tahun 2024.

    Sementara untuk mobil bensin atau ICE, BYD telah menghentikan produksinya sejak April 2024. Kini, mereka memang hanya fokus mengembangkan dan menjual mobil-mobil ramah lingkungan seperti BEV, PHEV hingga FCEV (hidrogen).

    Kembali ke penjualan, BYD selama tahun lalu mencatat tiga kali penjualan bulanan di atas 500 ribu unit. Sebelumnya, mereka tak pernah mengukir prestasi tersebut. Bahkan, catatan selama Desember 2024 yang mencapai 509 ribu unit meningkat nyaris 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Penjualan BYD. Foto: Doc. Reuters.

    Khusus untuk kendaraan komersial, penjualan kumulatifnya selama 2024 mencapai 21,775 unit. Sedangkan ekspor kendaraan secara umum mencapai 417 ribuan kendaraan atau naik 71,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Selain mobil, BYD merupakan pemasok baterai terbesar kedua di Tiongkok. Pelanggannya juga banyak, ada Tesla, Nio, dan Toyota. Pada 2024, pemasangan baterai kumulatif mereka mencapai 194,7 GWh atau naik 29 persen dari tahun 2023.

    (sfn/din)

  • Ini 2 Mobil China XPENG yang Bakal Meluncur di Indonesia Awal 2025

    Ini 2 Mobil China XPENG yang Bakal Meluncur di Indonesia Awal 2025

    Jakarta

    Mobil China, XPENG, akan masuk Indonesia mulai 2025. Pada tahap awal, XPENG bakal meluncurkan dua mobil untuk Indonesia.

    Mobil XPENG di Indonesia akan dijual oleh Erajaya Active Lifestyle (ERAL) yang baru ditunjuk sebagai agen tunggal pemegang merek (ATPM) XPENG. XPENG dan ERAL telah resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk memasarkan mobil XPENG di Indonesia.

    “Penandatanganan MoU dengan XPENG merupakan pencapaian penting dalam perjalanan ERAL, dengan langkah strategis memasuki bisnis kendaraan listrik (EV) sebagai agen tunggal pemegang merek mereka. Kami bangga dapat berkolaborasi dengan XPENG, salah satu pemain EV terkemuka di dunia, untuk mendorong pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia,” kata CEO Erajaya Active Lifestyle Djohan Sutanto dalam siaran persnya, Selasa (31/12/2024).

    ERAL memastikan kendaraan listrik dari XPENG mendapatkan dukungan penuh mulai dari impor, perakitan, hingga layanan purnajual. Terlebih, penjualan mobil listrik di Indonesia berkembang pesat.

    “Pertumbuhan kendaraan listrik bukan hanya tren global, tetapi juga bagian penting dari transformasi ekonomi menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil listrik dari semua merek pada Januari hingga Juli 2024 meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Kami yakin bahwa keunggulan teknologi dan berbagai produk yang ditawarkan oleh XPENG akan diterima dengan baik oleh masyarakatIndonesia,” kata Djohan.

    Untuk tahap awal, XPENG mobil listrik XPENG G6, sebuah SUV coupe mid-size bertenaga listrik murni serta XPENG X9, MPV 7-seater listrik premium. Berikut profil kedua mobil tersebut.

    XPENG G6Mobil China XPENG Masuk Indonesia Foto: Dok. XPENG

    XPENG G6 merupakan mobil listrik bergaya SUV coupe. G6 menggunakan platform EV ringan dan kuat generasi terbaru XPENG, SEPA2.0.

    Mobil ini didasarkan pada teknologi 800 volt. Hal ini membuat G6 mampu melakukan pengisian daya super cepat di stasiun pengisian daya cepat, dengan kapasitas pengisian daya hingga 280 kW. Pengisian daya baterai dari 10 hingga 80% membutuhkan waktu kurang dari 20 menit.

    XPENG menawarkan G6 dengan pilihan baterai LFP 66 kWh berjarak tempuh 435 km (WLTP) dan baterai NCM 87,5 kWh dengan jarak tempuh 550 km hingga 570 km (WLTP). SUV coupe ini memiliki penggerak roda belakang sebagai standar, tetapi baterai terbesar dapat dikombinasikan dengan penggerak all wheel drive.

    RWD Standard Range menghasilkan tenaga hingga 190 kW/258 hp dengan torsi maksimal 440 Nm, RWD Long Range menghasilkan 210 kW/286 hp dan 440 Nm, sedangkan AWD Performance menghasilkan 350 kW/476 hp dan 660 Nm berkat dua motor listrik, yang memungkinkannya berakselerasi dari 0 hingga 100 km/jam dalam 4 detik. Kecepatan tertinggi semua versi adalah 200 km/jam.

    XPENG X9Mobil China XPENG Masuk Indonesia Foto: Dok. XPENG

    Sementara itu, XPENG X9 merupakan MPV mewah bertenaga listrik. MPV bongsor ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan perjalanan individu dan keluarga, menawarkan ruang lantai mobil terbaik di kelasnya seluas 7,7 m². Bahkan dengan tujuh penumpang di dalamnya, mobil ini dapat menampung peralatan berkemah dan olahraga. Kursi baris ketiga dapat dilipat secara elektrik dengan sekali klik, memperluas ruang bagasi hingga 2.554 L.

    XPENG X9 menawarkan platform SiC (silikon karbida) tegangan tinggi 800 V dan sel baterai 3C, yang menghasilkan jangkauan maksimum hingga 702 km (CLTC). Konsumsi energinya diklaim mencapai 16,2 kWh per 100 km. Berkat platform SiC 800 V, pengisian daya selama 10 menit dapat menambah jangkauan hingga 300 km.

    Sistem powertrain XPower 800 V yang dikembangkan sendiri oleh XPENG menghasilkan daya maksimum 370 kW dengan torsi puncak 640 Nm. Alhasil, XPENG X9 mampu berakselerasi dari 0 hingga 100 km/jam hanya dalam 5,7 detik, dan menghasilkan kecepatan tertinggi hingga 200 km/jam.

    (rgr/din)

  • Ini 2 Mobil China XPENG yang Bakal Meluncur di Indonesia Awal 2025

    Satu Lagi Mobil Listrik China yang Bakal Masuk Indonesia Tahun 2025

    Jakarta

    Merek otomotif asal China terus berdatangan ke Indonesia. Tahun 2025, pasar otomotif Indonesia akan kembali kedatangan pemain baru dari China. Ya, merek mobil China, XPENG, akan masuk Indonesia awal 2025.

    Mobil XPENG di Indonesia akan dijual oleh Erajaya Active Lifestyle (ERAL) yang baru ditunjuk sebagai agen tunggal pemegang merek (ATPM) XPENG. XPENG dan ERAL telah resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk memasarkan mobil XPENG di Indonesia.

    “Penandatanganan MoU dengan XPENG merupakan pencapaian penting dalam perjalanan ERAL, dengan langkah strategis memasuki bisnis kendaraan listrik (EV) sebagai agen tunggal pemegang merek mereka. Kami bangga dapat berkolaborasi dengan XPENG, salah satu pemain EV terkemuka di dunia, untuk mendorong pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia,” kata CEO Erajaya Active Lifestyle Djohan Sutanto dalam siaran persnya, Selasa (31/12/2024).

    ERAL memastikan kendaraan listrik dari XPENG mendapatkan dukungan penuh mulai dari impor, perakitan, hingga layanan purnajual. Terlebih, penjualan mobil listrik di Indonesia berkembang pesat.

    “Pertumbuhan kendaraan listrik bukan hanya tren global, tetapi juga bagian penting dari transformasi ekonomi menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil listrik dari semua merek pada Januari hingga Juli 2024 meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Kami yakin bahwa keunggulan teknologi dan berbagai produk yang ditawarkan oleh XPENG akan diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia,” kata Djohan.

    Untuk tahap awal, XPENG akan merilis dua mobil listrik. Pertama adalah XPENG G6, sebuah SUV coupe mid-size bertenaga listrik murni. Kemudian akan ada XPENG X9, MPV 7-seater listrik premium.

    XPENG X9 Foto: Dok. XPENG

    “Menggabungkan performa tinggi, teknologi mutakhir, dan nol emisi knalpot, G6 menawarkan supercharging 800 volt dan jangkauan berkendara yang lebih luas, memenuhi kebutuhan konsumen Eropa yang terus berkembang. Sistem operasi generasi terkini dan fitur-fitur premiumnya akan memberikan pengalaman berkendara yang mulus dan terintegrasi dengan AI yang menetapkan tolok ukur baru dalam mobilitas listrik bagi pengemudi di Indonesia. X9 7-seater juga diharapkan mampu merebut hati konsumen Indonesia yang selalu menyukai MPV 7-seater. Fitur-fiturnya mencakup sistem kemudi roda belakang aktif pertama di dunia; tampilan sistem infotainment berukuran 21,4″ -yang terbesar di kategorinya; kulkas pintar untuk panas dan dingin di dalam kendaraan serta kursi mewah akan siap memanjakan pelanggan Indonesia,” demikian dikutip dari siaran persnya.

    XPENG akan diluncurkan di Indonesia pada awal tahun 2025 dengan diperkenalkannya G6 dan X9.

    (rgr/din)

  • Opsen Pajak Bikin Heboh, Bos Daihatsu Buka Suara

    Opsen Pajak Bikin Heboh, Bos Daihatsu Buka Suara

    Jakarta CNBC Indonesia – Penjualan mobil di tahun ini tengah anjlok jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Marketing & Consumer Relations Division Head Astra Internasional Daihatsu Sales Operation (DSO) Tri Mulyono menilai bahwa tahun depan kondisi industri otomotif bakal semakin menantang.

    “Terkait market otomotif sampai kemarin November (retail sales) udah 806.700an, berkaca di November (penjualan) di satu bulan terjual 70 ribu unit, berarti kita kurang lebih 870-880 ribu unit tahun ini, dengan kondisi sekarang cukup punya challange, cukup abu-abu terkait opsen dan kenaikan PPN,” katanya kepada CNBC Indonesia Selasa (31/12/2024).

    Adapun tahun ini diperkirakan penjualan lebih dari target revisi Gaikindo yang memperkirakan penjualan di 850 ribu unit. Angka tersebut merupakan revisi dari target penjualan 1 juta unit yang gagal dicapai. Namun untuk tahun depan masih sulit diperkirakan berapa capaiannya.

    “Jadi tahun ini 870-880 ribu unit, mungkin tahun depan belum bisa kasih referensi angka tertentu, karena ada beberapa faktor yang masih belum cukup clear yang dimana faktor-faktor ini akan sangat berpengaruh ke size pasar otomotif di tahun depan,” kata Tri.

    Foto: Mobil Daihatsu New SIgra dalam pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show Gaikindo Indonesia International Auto Show di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis (10/8/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
    Mobil Daihatsu New SIgra dalam pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show Gaikindo Indonesia International Auto Show di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis (10/8/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

    Industri otomotif sedang menunggu kebijakan dari masing-masing provinsi maupun Gubernur agar adanya opsen maka tidak menambah beban biaya wajib pajak. Pasalnya jika menambah beban pajak maka penjualan bisa semakin drop.

    “Ada wacana untuk mereview kembali maka pergub yang udah keluar masing-masing provinsi diminta tinjau kembali gimana supaya opsen bisa ditanggapi lebih bijaksana kembali pada koridor mengatur keuangan provinsi kota kabupaten aja, tapi gak ada korelasi penambahan tanggung jawab pada wajib pajaknya,” sebut Tri.

    Adapun opsen tambahan pajak kini alokasinya langsung diberikan ke kota kabupaten, jika bea balik nama (BBN) sebelumnya ada pembagian antara provinsi, kota, kabupaten tapi dilakukan biasanya akhir kalender, tapi yang sekarang hubungan keuangan antara provinsi dan kota kabupaten sudah diatur dari awal ketika terjadi ada transaksi biaya BBN. Harapannya opsen hanya mengatur teknis pembagian tanpa menambah beban wajib pajak.

    “Tambahan beban wajib pajak ini yang disinyalir bisa memberi kontribusi negatif pada pasar otomotif yang dimana pasar otomotif memberi dampak signifikan pada penyerapan tenaga kerja dan sebagainya,” sebut Tri.

    (fys/wur)

  • Dicerai Stellantis, PT DAS Berhenti Jual Mobil Jeep di Indonesia

    Dicerai Stellantis, PT DAS Berhenti Jual Mobil Jeep di Indonesia

    Jakarta

    PT DAS Indonesia Motor tak lagi menjadi distributor mobil Jeep di Tanah Air. Sebab, hubungan mereka dengan Stellantis-FCA selaku induk perusahaan terkait sudah kandas sejak Mei tahun lalu!

    Melalui pernyataan resminya, PT DAS Indonesia Motor mengatakan, keputusan tersebut didasarkan pada klausul perjanjian awal yang bilang ‘salah satu pihak bisa memutus hubungan dalam kurun waktu tiga bulan sebelum kontrak berakhir tanpa harus menjelaskan alasannya’.

    “Alasan pemutusan hubungan didasarkan klausul perjanjian awal, yang menyatakan ‘salah satu pihak dapat memutuskan hubungan perjanjian dalam kurun waktu 3 bulan sebelum berakhirnya masa perjanjian, tanpa perlu menjelaskan alasan apa pun’,” demikian bunyi pernyataan PT DAS melalui keterangan resmi.

    “Namun keputusan ini ditolak pihak PT DAS Indonesia Motor, dikarenakan selama menjadi distributor utama merek Jeep di Indonesia, PT DAS Indonesia Motor selalu memiliki performa yang bagus, baik dari segi penjualan, pembangunan jejaring dealer, serta pelayanan purna-jual,” lanjutnya.

    Mobil Jeep. Foto: Muhammad Hafizh Gemilang/detikOto

    Selain itu, PT DAS Motor Indonesia juga mengklaim telah berhasil membangun kepercayaan konsumen terhadap merek Jeep di Tanah Air. Hal tersebut dicapai melalui pendirian komunitas serta manajemen keuangan yang baik.

    “Pembelian unit kepada pihak principal Stellantis-FCA pun selalu kami bayarkan tepat waktu. Akan tetapi, pihak Stellantis-FCA tetap berkeputusan untuk mengakhiri perjanjian kerja sama dengan PT DAS Indonesia, bahkan setelah dengan melalui proses hukum di Amerika Serikat sesuai dengan ketentuan perjanjian,” jelasnya.

    Mereka mengklaim sudah berusaha keras mempertahankan agar penjualan mobil Jeep di Indonesia tetap dipegang PT DAS Motor Indonesia. Mereka juga mengaku sudah menjalankan proses hukum sesuai perjanjian dengan dampingan konsultan hukum. Namun, keputusan cerai yang dilayangkan Stellantis-FCA tak bisa diubah.

    “Kami mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan perhatian rekan-rekan media, mitra bisnis dan semua pihak yang telah banyak mendukung dan membantu PT DAS Indonesia Motor selama menjalankan penjualan Jeep sehingga bisa menjadi merek terkenal di Indonesia,” kata mereka.

    Setelah lepas dari ‘pelukan’ PT DAS Indonesia Motor, penjualan mobil Jeep di Tanah Air saat ini dipegang PT Indomobil National Distributor (IND). Keputusan tersebut merupakan langkah lanjutan dari kemitraan kuat Indomobil Group dengan Stellantis.

    (sfn/rgr)

  • Penjualan Mobil Listrik Diprediksi ‘Meledak’ Tahun Depan

    Penjualan Mobil Listrik Diprediksi ‘Meledak’ Tahun Depan

    Jakarta

    Studi yang dikerjakan pakar dari S&P Global Mobility mengungkap, penjualan mobil listrik secara global akan ‘meledak’ tahun depan. Bahkan, menurut mereka, peningkatan angkanya tak main-main!

    Peneliti atau pakar dari S&P Global Mobility mengatakan, penjualan mobil listrik global bisa tembus 15,1 juta unit tahun depan. Catatan tersebut naik 30 persen dibandingkan tahun ini yang berada di level 11,6 juta unit.

    Maka, seandainya studi tersebut akurat, maka market share mobil listrik di pasar global meningkat dari yang semula 13,2 persen menjadi 16,7 persen. Peningkatan tersebut cukup signifikan saat sejumlah brand mulai membatasi peluncuran produk terkait.

    “Pertumbuhan pasarnya akan sangat bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya, dan akan dipengaruhi banyak faktor termasuk kebijakan pemerintah, tarif dan insentif, ditambah tentu saja ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang sesuai,” demikian bunyi studi tersebut, dikutip Senin (30/12).

    Proyeksi pasar mobil listrik tahun depan. Foto: Doc. S&P Global Mobility

    Mobil listrik diperkirakan hanya menyumbang 7,5 persen dari total penjualan roda empat di India. Meski demikian, peningkatannya mencapai 117 persen dari tahun ke tahun. Hal itu membuktikan ada perkembangan pesat di kawasan setempat.

    Di Amerika Serikat, penjualan mobil listrik diproyeksikan tumbuh sebesar 36 persen secara year on year (YoY) tahun depan. Sementara market share-nya tembus 11,2 persen di dunia. Namun, proyeksi tersebut sangat dipengaruhi kebijakan Donald Trump soal subsidi mobil listrik yang diproduksi di luar AS.

    Sementara China kemungkinan masih menjadi pasar utama mobil listrik di dunia. Bahkan, market share-nya diprediksi bisa mencapai 29,7 persen. Catatan tersebut mengungguli Eropa yang disebut-sebut bisa menorehkan market share 20,4 persen tahun depan.

    Meski demikian, market share di Eropa bisa lebih tinggi, tergantung penjualan di wilayah Barat dan Tengah. Sebab, meski sejumlah negara setempat menunjukkan tanda-tanda peningkatan, namun Prancis dan Spanyol sebagai ‘pasar penentu’ kabarnya akan mengurangi subsidi tahun depan.

    (sfn/din)