Topik: Penjualan Mobil

  • Merek Mobil Paling Tak Laku di RI, Setahun 2024 Cuma Terjual 1 Unit

    Merek Mobil Paling Tak Laku di RI, Setahun 2024 Cuma Terjual 1 Unit

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tidak semua brand mobil di Indonesia laku terjual dengan angka yang tinggi. Sebagian lainnya justru tidak laku dan hanya terjual sedikit, bahkan ada yang hanya terjual puluhan unit di tahun 2024 lalu.

    Jika dibandingkan dengan brand terlaris seperti Toyota-Daihatsu yang menjual ratusan ribu unit dalam setahun tentu sangat jomplang. Toyota menjual 288.982 unit dari pabrikan ke diler (wholesales), sementara Daihatsu menjual 163.032 unit.

    Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), brand mobil Tata hanya terjual 1 unit yang tercatat pada bulan Maret 2024.

    Kemudian disusul Audi yang hanya terjual 25 unit, rata-rata hanya terjual 1-4 unit per bulan. Bahkan tercatat ada 5 bulan di 2024 yang hanya menjual 1 unit.

    Sementara itu Peugeot juga hanya menjual 27 unit yang terjual pada empat bulan awal 2024. Seperti diketahui brand asal Prancis ini sudah hengkang dari RI pada pertengahan tahun.

    Chief Executive PT Astra International Tbk – Peugeot Sales Operation kala itu, Rokky Irvayandi pun mengonfirmasi angkat kakinya brand yang sudah 52 tahun di Indonesia ini.

    “Berdasarkan informasi dari Stellantis sebagai prinsipal dari Peugeot, Stellantis telah mengambil keputusan strategis untuk menghentikan penjualan Peugeot di Indonesia. Ini terkait dengan strategi pertumbuhan bisnis Stellantis di kawasan Asean. Astra menghargai keputusan tersebut,” kata Rokky kepada CNBC Indonesia, Jumat (2/5/2024).

    Selanjutnya ada Volkswagen yang menjual 85 unit di 2024, disusul Seres yang menjual 89 unit.

    Secara keseluruhan, sepanjang 2024, penjualan mobil dari pabrikan ke diler (wholesales) hanya 865.723 unit, jauh lebih kecil dibanding 2023 yang tembus 1.005.802 unit. Artinya ada penurunan sebesar 140.079 unit atau 13,9%.

    Sedangkan penjualan dari diler ke konsumen (retail sales) juga anjlok dua digit yakni 10,9% atau 108.379 unit dari 998.059 unit di 2023 menjadi 889.680 unit.

    (dce/dce)

  • Penjualan Mobil 2024 Merosot hingga 140.079 Unit

    Penjualan Mobil 2024 Merosot hingga 140.079 Unit

    Jakarta

    Penjualan kendaraan atau mobil di Indonesia pada 2024 dipastikan menurun, jika dibandingkan dengan penjualan mobil pada 2023. Bahkan penurunan penjualan mobil di Indonesia tersebut dipastikan tidak sedikit, mencapai 140.079 unit.

    Berdasarkan data penjualan mobil Desember 2024 Astra International dan data GAIKINDO, penjualan mobil pada Desember 2024 mencapai 79.806 unit, sehingga memiliki total penjualan mobil pada 2024 mencapai 865.753 unit mobil. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan total penjualan mobil pada 2023 yakni 1.005.802 unit mobil.

    Jika melihat dari data penjualan tersebut, dikatakan otomotif Astra Group masih menguasai market seperti pada 2023 mencapai 56 persen, dan 44 persen dikuasai berbagai merek di luar Astra Group.

    Berikut penjualan kendaraan di Indonesia 2024:

    Group Astra

    – TOYOTA + LEXUS: 291,566 Unit

    – DAIHATSU: 163,032 Unit

    – ISUZU: 26,379 Unit

    – UD TRUCKS: 1,960 Unit

    – PEUGEOT: 27 Unit

    Ilustrasi suasana GIIAS 2019 Foto: Dok. Seven Events

    Non Group Astra

    – MITSUBISHI: 99,938 Unit

    – HONDA: 94,742 Unit

    – SUZUKI: 66,809 Unit

    – HYUNDAI: 22,361 Unit

    – WULING: 21,923 Unit

    – CHERY: 9,191 Unit

    – BYD: 15,429 Unit

    – Brand Lainnya/Gabungan: 52,366 Unit

    (lth/din)

  • China Gelontorkan Rp 179 T buat Subsidi Tukar Tambah Microwave-Rice Cooker

    China Gelontorkan Rp 179 T buat Subsidi Tukar Tambah Microwave-Rice Cooker

    Jakarta

    China akan mengalokasikan dana subsidi sebesar 81 miliar yuan atau Rp 179,01 triliun (kurs Rp 2.210 per yuan) untuk program tukar tambah peralatan rumah tangga di 2025. Untuk tahun ini, pemerintah akan menambah produk microwave dan rice cooker ke dalam program tersebut.

    Dikutip dari CNN, Jumat (10/1/2025), langkah ini dilakukan pemerintah China untuk meningkatkan permintaan di sektor rumah tangga yang sedang lesu. China menambah lebih banyak peralatan rumah tangga ke dalam daftar produk yang dapat digunakan dalam skema tukar tambah konsumen. Pemerintah juga menambah penawaran subsidi untuk barang-barang digital.

    Berdasarkan dokumen yang diterbitkan oleh perencana negara dan Kementerian Keuangan China, daftar barang yang akan disubsidi dan bisa ditukar tambah secara gratis antara lain oven, microwave, pemurni air (water purifiers), mesin pencuci piring, dan rice cooker.

    Selain peralatan rumah tangga seperti yang disebutkan di atas, pemerintah China juga menggelontorkan subsidi untuk produk-produk elektronik seperti ponsel, tablet, jam tangan pintar (smartwatch), dan gelang pintar yang harganya di bawah 6.000 yuan (US$ 818) atau Rp 13,26 juta. Besaran subsidi yang diberikan tiap barang sebesar 15%.

    Langkah tersebut merupakan bagian dari rencana pemerintah memacu pertumbuhan ekonomi negara 2025 imbas krisis properti yang mengikis daya beli konsumen dan merugikan pengeluaran rumah tangga. Kondisi sektor konsumen China yang sedang berjuang menjadi titik masalah khusus bagi perekonomian China.

    Para analis dan penasihat kebijakan menyerukan langkah-langkah mendesak terhadap pemerintah agar membuat rumah tangga kembali berbelanja.

    “Kami memperkirakan total subsidi akan berlipat ganda menjadi 300 miliar yuan pada tahun 2025. Ini menandai perubahan kebijakan menuju lebih banyak konsumsi,” kata ekonom senior di Economist Intelligence Unit, Xu Tianchen.

    Meski demikian, Xu menilai, subsidi terbatas yang diberikan untuk ponsel dan tablet di bawah 500 yuan per barang menunjukkan China tidak bermaksud mensubsidi orang kaya.

    Pada tahun lalu, China mengalokasikan 150 miliar yuan dari penerbitan obligasi khusus senilai 1 triliun yuan untuk mensubsidi penggantian peralatan lama, mobil, sepeda, dan barang-barang lainnya. Kebijakan dinilai berhasil, hingga mencatat penjualan mobil senilai 920 miliar yuan dan penjualan peralatan rumah tangga senilai 240 miliar yuan sepanjang 2024.

    Di sisi lain, para investor tidak terlalu gembira dengan pengumuman penambahan subsidi di tahun ini. Hal ini terlihat dari indeks saham elektronik konsumen China turun 3,2% pada jeda siang.

    (shc/ara)

  • Seberapa Laris Mobil Geely yang Sebentar Lagi Masuk Indonesia?

    Seberapa Laris Mobil Geely yang Sebentar Lagi Masuk Indonesia?

    Jakarta

    Indonesia kembali kedatangan merek mobil baru asal China, yakni Geely. Lantas, seberapa laris penjualan mereka di pasar global?

    Melalui keterangan resminya, Geely Auto mengumumkan akan mengenalkan merek di Indonesia pada akhir bulan ini. Sebagai permulaan, mereka membawa satu model kendaraan, yakni Geely EX5 yang sebelumnya sudah dijual di China.

    “Kami mengundang Anda untuk menghadiri peluncuran Geely Auto Indonesia. Pada acara ini, Geely Auto Indonesia akan memaparkan visi jangka panjangnya untuk Indonesia,” demikian bunyi undangan yang masuk ke meja redaksi detikOto, dikutip Rabu (8/1).

    “Di samping itu, Geely Auto Indonesia juga akan menampilkan Geely EX5 secara perdana, sebuah SUV yang merepresentasikan filosofi dan nilai-nilai merek Geely Auto,” lanjutnya.

    Geely EX5 Foto: Dok. Geely

    Penggemar roda empat di Indonesia pasti sudah familiar dengan Geely Auto. Sebab, merek tersebut cukup tenar di pasar global. Bahkan, penjualannya menjadi salah satu yang tertinggi di China.

    Disitat dari Carnewschina, Geely Group menjual 2,17 juta unit kendaraan sepanjang tahun lalu. Nominal tersebut meningkat 32 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

    Pada bulan Desember saja, penjualan mobil penumpang mereka mencapai 210.055 unit, peningkatan year on year-nya tembus 43 persen. Hal tersebut menandai bulan keempat berturut-turut dengan penjualan yang melampaui 200 ribu unit.

    Geely Foto: Lucas Aditya/detikcom

    Sementara untuk ekspor kendaraan, Geely Automobile Group mencatat penjualan kumulatif sebesar 403 ribu unit selama tahun lalu. Angka itu meningkat lebih dari 53 persen secara year on year.

    Dengan momentum penjualan yang kuat dan serangkaian produk yang sedang dikembangkan, Geely menetapkan target penjualan tahun ini sebesar 2,71 juta unit. Sedangkan lebih dari separuhnya disumbang kendaraan listrik.

    Jadi, bagaimana? Sudah siap menyambut kedatangan Geely di Indonesia?

    (sfn/dry)

  • Penjualan Mobil Listrik BYD 2024 Jadi Rekor, Capai 4,27 Juta

    Penjualan Mobil Listrik BYD 2024 Jadi Rekor, Capai 4,27 Juta

    Perusahaan otomotif asal Tiongkok, BYD, melaporkan total penjualan mobil selama 2024 menyentuh 4.272.145 unit. Penjualan ini tercatat naik 41,3% dibandingkan penjualan pada 2023 berkisar 3 juta unit.

    Di pengujung 2024, BYD dalam laporan Carnewschina mencatatkan penjualan 514.809 kendaraan energi baru (NEV). Angka tersebut juga memecahkan rekor.

    Secara rinci, sebanyak 1.764.992 unit dari total penjualan merupakan BEV atau kendaraan listrik bertenaga baterai, menunjukkan peningkatan 12%. Kendaraan listrik murni berkontribusi 41,5% dari total penjualan BYD pada 2024.

    Di sisi lain, BYD berhasil menjual 2.485.378 unit kendaraan PHEV (kendaraan plug-in hibrida yang menggunakan dua mesin) pada tahun lalu. Naik 72,8% dibandingkan posisi 1,4 juta unit pada 2023. Kendaraan hibrida plug-in ini mencakup 58,5 persen dari total penjualan BYD sepanjang 2024.

    Perusahaan juga berhasil mengekspor 417.204 kendaraan ke luar Cina. Mencatatkan kenaikan sebesar 71,9% dibandingkan posisi pada 2023.

    Selain mobil, BYD juga merupakan pemasok baterai terbesar kedua di Cina dengan pelanggan-pelanggan seperti Tesla, Nio, dan Toyota.

    Pada Desember 2024, BYD menginstal kapasitas baterai sebesar 23,5 GWh, meningkat 32% dibandingkan tahun sebelumnya. Sepanjang 2024, total kapasitas pemasangan baterai mencapai 194,7 GWh, naik 29% dari posisi pada 2023. Angka ini mencakup baterai yang dipasang pada kendaraan listrik serta untuk penyimpanan energi stasioner.

    Sempat ubah target penjualan 2024

    byd yangwang u8 (Dok. byd.com)

    BYD dilaporkan sempat menaikkan target penjualannya untuk 2024 menyusul kinerja yang kuat dari model kendaraan listrik hibrida plug-in (PHEV).

    Melansir CnEVPost, Selasa (10/9), BYD telah meningkatkan target penjualan tahunannya menjadi 4 juta unit, kata analis otomotif Morgan Stanley, Tim Hsiao dalam catatan risetnya, dengan mengutip komentar dari manajemen BYD.

    Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi perusahaan sebelumnya yang sekitar 3,6 juta unit.

    Hsiao menghubungkan target baru BYD, serta kenaikan volume dan margin pada paruh kedua tahun ini dengan model-model baru yang lebih lengkap.

    Prospek yang lebih positif muncul karena konsumen Cina berbondong-bondong membeli kendaraan listrik dan hibrida dalam jumlah lebih besar.

    BYD telah menghentikan produksi dan penjualan mobil yang sepenuhnya ditenagai oleh mesin pembakaran internal pada Maret 2022, lalu beralih fokus pada produksi PHEV dan kendaraan listrik baterai (BEV).

  • BYD Pecahkan Rekor, 4,3 Juta Mobil Listriknya Terjual Sepanjang 2024

    BYD Pecahkan Rekor, 4,3 Juta Mobil Listriknya Terjual Sepanjang 2024

    Jakarta

    Penjualan mobil energi baru BYD memecahkan rekor lagi. Tahun lalu, BYD menjual lebih dari 4 juta unit mobil.

    Dikutip dari laporan Carnewschina, pada bulan Desember 2024 BYD menjual 514.809 unit kendaraan energi baru (NEV). Angka itu telah memecahkan rekor.

    Dengan pencapaian di akhir tahun 2024, total sepanjang tahun lalu BYD telah menjual 4.272.145 unit, naik 41,3% dibandingkan tahun 2023 yang mencatatkan penjualan sebanyak 3 juta unit. Ini menandai pertama kalinya BYD menjual lebih dari 4 juta mobil dalam satu tahun.

    Dari jumlah tersebut, 1.764.992 unit merupakan kendaraan listrik bertenaga baterai (BEV). Mobil listrik penumpang BYD itu mencatatkan peningkatan penjualan 12% dari 1,6 juta pada tahun 2023. Kendaraan listrik murni mewakili 41,5% dari total penjualan BYD pada tahun 2024.

    Selain itu, BYD menjual 2.485.378 unit kendaraan listrik bertenaga PHEV (kendaraan plug-in hybrid) penumpang pada tahun 2024, naik 72,8% dari 1,4 juta pada tahun 2023. Kendaraan plug-in hybrid itu mewakili 58,5% dari total penjualan BYD pada tahun 2024.

    Laporan penjualan BYD mencakup kendaraan penumpang dan komersial. Pada bulan Desember, perusahaan menjual 509.440 kendaraan penumpang, naik 49,8% dari tahun sebelumnya. Ini menandai bulan ketiga BYD melampaui tonggak sejarah 500.000. Ini menjadikan penjualan kumulatif kendaraan penumpang tahun 2024 menjadi 4.250.370 unit.

    Sedangkan kendaraan komersial pada Desember 2024 terjual sebanyak 5.369, naik 520% dari tahun sebelumnya. Penjualan kumulatif tahun 2024 untuk kendaraan komersial BYD adalah 21.775 unit.

    Selain mobil, BYD adalah pemasok baterai terbesar kedua di China, dengan pelanggan seperti Tesla, Nio, dan Toyota. BYD menginstal kapasitas baterai sebesar 23,5 GWh pada bulan Desember, naik 32% dari tahun lalu. Pada tahun 2024, total pemasangan baterai mencapai 194,7 GWh, naik 29% dari tahun 2023. Jumlah ini termasuk baterai yang dipasang pada kendaraan listrik dan penyimpanan energi stasioner.

    (rgr/din)

  • Rekor! Chery Group Sukses Jual Lebih dari 2,6 juta unit Mobil Sepanjang 2024

    Rekor! Chery Group Sukses Jual Lebih dari 2,6 juta unit Mobil Sepanjang 2024

    Jakarta

    Grup otomotif raksasa asal China, Chery Holding, mencatatkan pencapaian luar biasa sepanjang tahun 2024. Mereka berhasil menjual lebih dari 2,6 juta unit kendaraan di seluruh dunia, memecahkan rekor penjualan perusahaan.

    Menurut laporan China Automotive Research Institute di laman Yiche, Chery Holding, notabene perusahaan induk dari merek Chery, Exeed, Jetour, iCar, dan Luxeed, membukukan peningkatan penjualan hingga 38,4% dibandingkan tahun 2023.

    Penjualan Chery Holding sepanjang 2024 Foto: dok. Chery

    Total kendaraan yang berhasil dipasarkan oleh Chery di seluruh dunia mencapai 2.603.916 unit, dengan 1.144.588 unit di antaranya merupakan volume ekspor. Angka ekspor ini mencatat kenaikan signifikan sebesar 21,4% dibandingkan tahun sebelumnya.

    Chery Holding juga mencatatkan kesuksesan besar di segmen kendaraan energi baru (New Energy Vehicle/NEV), dengan menjual 583.569 unit kendaraan listrik murni dan plug-in hybrid sepanjang tahun 2024.

    Dari total penjualan tersebut, merek Chery tetap menjadi pemimpin dengan kontribusi terbesar, yakni 1.611.374 unit terjual. Posisi kedua ditempati oleh merek Jetour dengan 568.387 unit, disusul oleh Exeed di posisi ketiga dengan 140.959 unit.

    Merek iCar berada di posisi keempat dengan penjualan 65.964 unit, sementara Luxeed menutup daftar dengan 57.956 unit sepanjang tahun 2024.

    Data penjualan mobil China sepanjang 2024 Foto: dok. China Automotive Research Institute

    Chery Holding juga memiliki merek Omoda-Jaecoo yang secara khusus ditujukan untuk pasar ekspor. Oleh karena itu, data penjualan merek ini digabungkan dalam volume ekspor dan tidak dihitung secara terpisah dalam laporan domestik. Angka penjualan masing-masing submerek di atas hanya mencakup kendaraan yang dijual di pasar domestik China.

    Tingginya angka penjualan yang berhasil dicatatkan oleh Chery Holding ini membuat mereka menempati posisi kedua mobil terlaris di China sepanjang 2024. Chery berada di bawah BYD dan di atas Geely Group.

    (mhg/rgr)

  • Video Tren Otomotif Norwegia di 2024: Mobil Listrik Laku Keras

    Video Tren Otomotif Norwegia di 2024: Mobil Listrik Laku Keras

    Mobil listrik telah menyumbang 88,9% penjualan mobil baru di Norwegia. Meningkat dari 82,4% pada tahun 2023, menurut data dari Federasi Transportasi dan Jalan Norwegia (OFV). Gegara kebijakan di Norwegia yang memberikan pajak yang tinggi untuk mobil berbahan bakar bensin.

  • Penjualan Mobil Listrik Premium China Melambat, Ini Biang Masalahnya

    Penjualan Mobil Listrik Premium China Melambat, Ini Biang Masalahnya

    Jakarta

    Permintaan mobil listrik premium buatan China mulai melemah. Kondisi tersebut membuat pabrikan mulai mengurangi peluncuran produk di segmen terkait. Lantas, apa biang masalahnya?

    Disitat dari Carscoops, Sabtu (4/1), sejumlah merek asal China belakangan mulai menjual mobil-mobil listrik premium. Bukan hanya brand mewah, brand umum seperti Xpeng, Nio dan BYD juga masuk ke pasar tersebut. Sementara harga termurahnya di atas 300 ribu yuan atau Rp 670 juta.

    Meski model yang diluncurkan punya keunikan masing-masing, namun peminatnya sangat terbatas. Bahkan, potensinya untuk tumbuh benar-benar berat. Itulah mengapa, sejumlah merek diprediksi akan mengurangi peluncuran produk baru di segmen premium.

    “Saya pikir produsen mobil akan memperlambat peluncuran model premium baru pada tahun 2025 dan fokus pada peningkatan model yang sudah ada,” ujar Pendiri CnEVPost, Phate Zhang.

    “Segmen pasar ini tidak mudah untuk diperluas. Ditambah dengan perlambatan keseluruhan di pasar mobil listrik, penjualan model mobil listrik kelas atas menghadapi tantangan yang cukup besar tahun ini,” tambahnya.

    Mobil listrik premium buatan China. Foto: Doc. Carnewschina

    Kendaraan premium hanya menyumbang 10 persen dari total penjualan mobil listrik di China. Meski angkanya tak terlalu buruk, namun pertumbuhannya terus melambat. Setidaknya demikian menurut data Asosiasi Mobil Penumpang China (CPCA).

    Kabarnya, kondisi tersebut disebabkan perang harga yang makin tak masuk akal. Hal itu mempersulit penawaran baru untuk memasuki pasar dan membuktikan daya saingnya.

    “Hanya sedikit perusahaan yang berhasil memasuki pasar premium, sementara sebagian besar lainnya menderita penjualan yang lemah dan kerugian investasi yang besar,” kata peneliti Institut Teknologi Energi Baru Jiangxi, Zhang Xiang.

    Beberapa merek lokal mulai merasakan dampak dari melambatnya pertumbuhan penjualan pada 2024. Agustus lalu, Human Horizons mengajukan kebangkrutan, setelah menjual kurang dari 8.000 model EV premiumnya pada 2023. Sementara pada Desember lalu, merek EV Jiyue milik Geely berada di ambang kehancuran.

    (sfn/dry)

  • Penjualan Mobil 2024 Merosot hingga 140.079 Unit

    Bagaimana Dampak PPN 12% ke Penjualan Mobil?

    Jakarta

    Pemerintah telah mengumumkan penerapan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen untuk barang dan jasa yang tergolong mewah. Mengacu pada hal itu, hampir semua mobil berarti dikenakan PPN 12 persen.

    Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani telah mengumumkan daftar barang yang terdampak pajak penambahan nilai (PPN) 12 persen mulai 1 Januari 2025. Kendaraan bermotor yang telah dikenakan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) masuk kategori tersebut.

    “Kemudian kelompok kapal pesiar mewah kecuali untuk angkutan umum seperti pesiar dan yacht itu kena 12 persen, dan kendaraan bermotor yang sudah kena PPnBM. Jadi itu saja yang kena 12 persen, yang lain tidak,” ujar Sri Mulyani dalam presentasinya di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta.

    PPnBM untuk kendaraan bermotor diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.010/2021 tentang Penetapan Jenis Kendaraan Bermotor yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Tata Cara Pengenaan Pemberian dan Penatausahaan Pembebasan, dan Pengembalian Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Bila mengacu pada aturan tersebut, hampir semua mobil dikenakan PPnBM.

    Akankah penjualan mobil turun akibat PPN 12 persen? Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, PPN 12 persen kemungkinan tidak signifikan mempengaruhi keputusan orang untuk beli mobil.

    “Kemudian PPN yang 12 persen, untuk kendaraan-kendaraan yang harganya di bawah 300 juta itu banyak peminatnya, yang di atas itu ya mereka lain lagi kelasnya. Tapi dengan naiknya PPN 12 persen kalau dijatuhkan kemudian mereka kan belinya kredit, harusnya tidak terlalu berpengaruh,” kata Kukuh dalam Program Evening Up CNBC Indonesia.

    Sebab, menurut Kukuh, mayoritas pembeli mobil di Indonesia menggunakan skema kredit. Jadi kenaikan PPN dari 11 persen menjadi 12 persen seharusnya tidak terasa dengan skema kredit.

    Meski begitu, bukan kenaikan PPN yang membuat industri otomotif ketar-ketir. Kebijakan seperti opsen dan momen awal tahun 2025 ini yang kemungkinan bikin penjualan mobil lebih berat.

    “Mungkin kuartal pertama Januari, Februari, mungkin agak berat. Karena di bulan Februari itu ada puasa, kemudian ada lebaran. Itu juga biasanya penjualan akan menurun. Namun setelah itu harapan kita adalah semuanya akan membaik, kondisi ekonomi membaik dan sebagainya,” ujar Kukuh.

    “Yang paling berat itu bukan PPN yang 12 persen ya, tapi yang berat adalah opsen,” sambungnya.

    Sebab, dengan adanya opsen bea balik nama dan pajak kendaraan bermotor, harga mobil bakal naik. Hal itu dikhawatirkan dapat membuat penjualan kendaraan turun.

    (rgr/dry)