Topik: Penjualan Mobil

  • Penjualan Mobil Turun, tapi Malaysia Nyaris Rebut Gelar Raja Otomotif dari RI

    Penjualan Mobil Turun, tapi Malaysia Nyaris Rebut Gelar Raja Otomotif dari RI

    Jakarta

    Malaysia hampir menyalip Indonesia dalam penjualan kendaraan. Indonesia, yang selama ini menjadi raja otomotif di Asia Tenggara, kini dibayang-bayangi Malaysia dengan ketat.

    Sebenarnya, penjualan mobil di Malaysia dan Indonesia sama-sama turun. Tapi, Malaysia bisa hampir menyalip Indonesia karena penurunan penjualannya tidak begitu tajam.

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil selama Januari-Oktober 2025 mengalami penurunan sebesar 10,6 persen dari periode sama tahun lalu. Penjualan mobil secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) sepanjang Januari-Oktober 2025 hanya tercatat sebanyak 634.844 unit, turun dibanding tahun lalu yang mencapai 711.064 unit.

    Sedangkan secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen) tercatat sebanyak 660.659 unit pada Januari-Oktober 2025. Angka itu turun 9,6 persen dari tahun lalu yang mencapai 731.113 unit.

    Sementara itu, Asosiasi Otomotif Malaysia (MAA) melaporkan, Total Industry Volume (TIV) atau registrasi mobil baru sepanjang Januari sampai Oktober 2025 tercatat sebanyak 655.328 unit. Penjualan mobil di Malaysia tersebut turun 2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

    Jika dibandingkan, penurunan penjualan kendaraan di Indonesia jauh lebih dalam ketimbang di Malaysia. Penjualan mobil di Indonesia pada 10 bulan pertama tahun 2025 turun hingga 10,6 persen. Sedangkan Malaysia penurunannya hanya 2 persen.

    Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan, jika penjualan mobil Indonesia kalah dari Malaysia, dikhawatirkan ekosistem industri otomotif di Indonesia cabut.

    “Nah jadi image itu penting ya. Kalau nomor 1 di Asia Tenggara itu nggak di Indonesia lagi, nanti ekosistemnya khawatirnya pindah. Jadi penting sekali kita mempertahankan reputasi kita sebagai nomor 1 di ASEAN,” ujar Bob baru-baru ini.

    Padahal, Bob membeberkan banyak dampak positif dari sektor otomotif. Beberapa di antaranya adalah penyumbang pendapatan negara hingga penyedia lapangan pekerjaan.

    (rgr/din)

  • Gawat! Malaysia Nyaris Rebut Gelar Raja Otomotif ASEAN dari Indonesia

    Gawat! Malaysia Nyaris Rebut Gelar Raja Otomotif ASEAN dari Indonesia

    Jakarta

    Penjualan mobil di Indonesia mengalami penurunan di tahun 2025 ini. Indonesia, yang selama ini dikenal sebagai raja otomotif di Asia Tenggara karena penjualan mobilnya paling banyak, kini dibayang-bayangi oleh Malaysia yang nyaris menyalip penjualan mobil Indonesia.

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil selama Januari-Oktober 2025 di Indonesia mengalami penurunan sebesar 10,6 persen dari periode yang sama tahun lalu. Penjualan mobil secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) sepanjang Januari-Oktober 2025 hanya tercatat sebanyak 634.844 unit, turun 10,6 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 711.064 unit.

    Sedangkan secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen) tercatat sebanyak 660.659 unit pada Januari-Oktober 2025. Angka itu turun 9,6 persen dari tahun lalu yang mencapai 731.113 unit.

    Dengan penurunan penjualan itu, Indonesia hampir disalip Malaysia dalam perebutan gelar raja otomotif ASEAN.

    Asosiasi Otomotif Malaysia (MAA) melaporkan, Total Industry Volume (TIV) atau registrasi kendaraan baru sepanjang Januari sampai Oktober 2025 tercatat sebanyak 655.328 unit. Penjualan mobil di Malaysia tersebut turun 2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

    Angka registrasi kendaraan baru di Malaysia yang mencapai 650 ribu unit itu nyaris menyalip retail sales di Indonesia yang sebanyak 660 ribu unit.

    Jika dibandingkan, penurunan penjualan kendaraan di Indonesia jauh lebih dalam ketimbang di Malaysia. Penjualan mobil di Indonesia pada 10 bulan pertama tahun 2025 turun 10,6 persen. Sedangkan Malaysia penurunannya hanya 2 persen.

    Dampak Malaysia Salip Penjualan Mobil Indonesia

    Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan harapannya penjualan mobil Indonesia di tahun ini tetap bisa mencapai 800 ribu unit. Bob menilai, bahaya kalau industri otomotif Indonesia dikalahkan Malaysia.

    “Jadi image itu penting ya. Kalau nomor 1 di Asia Tenggara itu nggak di Indonesia lagi, nanti ekosistemnya khawatirnya pindah. Jadi penting sekali kita mempertahankan reputasi kita sebagai nomor 1 di ASEAN,” ujar Bob baru-baru ini.

    Menurut Bob, Malaysia bisa mempertahankan penjualan mobilnya agar tak terjun bebas karena pemerintah memberikan dukungan berupa insentif. Bahkan, insentif yang diberikan pemerintah Malaysia untuk industri otomotif sudah berlaku sejak pandemi COVID-19.

    “Nah negara lain tuh macam-macam. Seperti Vietnam dia menurunkan PPN dari 10 persen jadi 8 persen. Malaysia juga dia kasih insentif ya untuk otomotifnya sejak Covid. Sekarang kalau nggak salah tuh pembeli pertama itu dapat insentif dari Malaysia. Jadi memang negara lain tuh aktif ya memberikan insentif. Karena di otomotif itu multiplier effect-nya tuh besar ya,” kata Bob.

    Lebih lanjut, Bob membeberkan dampak positif dari sektor otomotif. Beberapa di antaranya adalah penyumbang pendapatan negara hingga penyedia lapangan pekerjaan.

    (rgr/din)

  • Insentif Mobil Hybrid dan Listrik Masih Timpang, Harusnya Bisa Adil

    Insentif Mobil Hybrid dan Listrik Masih Timpang, Harusnya Bisa Adil

    Jakarta

    Insentif yang diberikan untuk kendaraan ramah lingkungan dinilai belum adil. Soalnya, besaran insentif untuk mobil hybrid tak sebesar mobil listrik. Menurut peneliti senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Riyanto, seharusnya insentif buat mobil hybrid bisa setara dengan mobil listrik.

    “Segmen ini perlu diberikan kebijakan yang lebih fair dengan basis reduksi emisi dan TKDN. Insentif untuk HEV (Hybrid Electric Vehicle) saat ini belum fair,” kata Riyanto, dalam siaran resmi yang diterima detikOto.

    Dorongan terhadap insentif kendaraan hybrid juga menjadi relevan karena semakin banyak produsen yang telah memproduksi model hybrid di dalam negeri (lokal). Honda misalnya kini merakit HR-V e:HEV di pabriknya di Karawang. Selanjutnya ada, Wuling Indonesia memproduksi Almaz Hybrid di Bekasi.

    Terbaru ada Toyota yang memproduksi Veloz hybrid di Pabrik Karawang dengan TKDN 80% lebih. Sebelumnya, Toyota Indonesia sudah memproduksi Toyota Kijang Innova Zenix HEV pada 2022 dan Toyota Yaris Cross HEV pada 2023 di pabrik Karawang Jawa Barat.

    Toyota Veloz Hybrid Q TSS Modellista Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Kehadiran model-model hybrid produksi lokal ini, kata dia, telah menyerap ribuan tenaga kerja, mulai dari lini produksi, rantai pasok komponen, hingga sektor logistik dan penjualan. Aktivitas produksi hybrid yang terus meningkat ini berkontribusi langsung pada perputaran ekonomi nasional, terutama karena rantai pasoknya lebih panjang dibanding kendaraan impor utuh.

    “Hal ini menjadi alasan kuat bagi pemerintah untuk memberikan insentif yang lebih berimbang, agar industri hybrid, yang sudah mengakar di dalam negeri, dapat terus berkembang dan memberikan dampak ekonomi yang lebih luas,” kata Riyanto.

    Dia memperkirakan prospek kendaraan hybrid pada 2026 lebih baik dibandingkan tahun ini, terutama setelah insentif untuk BEV berstatus impor utuh atau CBU (completely built-up) berakhir. Kondisi tersebut dinilai akan mendorong peningkatan permintaan terhadap kendaraan hybrid.

    “Yang jelas tahun depan HEV akan lebih baik dari tahun ini, karena tahun ini BEV CBU yang penjualannya menggerus pasar BEV CKD dan juga HEV. Estimasi saya kalau HEV bisa 5% market sharenya. Beberapa pemain yang tadinya hanya menjual BEV akan menawarkan HEV, jadi akan banyak variasi model dari yang kecil sampai yang besar,” ungkap Riyanto.

    Lebih lanjut, Riyanto menilai bahwa kendaraan listrik murni dan hybrid akan memiliki segmentasi pasar yang berbeda. Pasar daerah cenderung akan lebih menerima kendaraan hybrid faktornya karena belum seluruh wilayah memiliki kesiapan dalam memfasilitasi BEV, terutama Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) sebagai ekosistem penting bagi pengoperasian BEV.

    “Ya kalau BEV pasti konsumen di kota karena perlu SPKLU. Untuk hybrid perlu lebih banyak sosialisasi ke daerah terutama luar Jawa, banyak yang belum tahu hybrid,” katanya.

    Dia menambahkan, dengan berakhirnya insentif untuk BEV CBU, pasar kendaraan hybrid dan BEV produksi ataupun rakitan lokal diprediksi akan kembali menggeliat.

    “Insentif BEV CBU akan berakhir. Dampaknya BEV CKD dan HEV akan meningkat pasarnya. Tentu saja industri HEV akan bergairah kembali,” ujar Riyanto.

    Sebagai catatan, saat ini mobil hybrid alias hybrid electric vehicle (HEV) mendapatkan insentif diskon pajak penjualan barang mewah (PPnBM) 3% yang akan habis pada akhir tahun. Insentif ini dinilai relatif jauh lebih kecil dibandingkan mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) yang mendapatkan insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) 10% dan PPnBM 0% untuk produksi lokal.

    Detikers, Sudah Bisa Pesan Wuling Almaz Hybrid di GIIAS Lho Foto: Grandyos Zafna

    BEV juga tidak dikenakan pajak daerah, yakni pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB). Alhasil, BEV rakitan lokal yang memenuhi syarat TKDN hanya membayar pajak 2%. Sementara, HEV tetap membayar PPN, BBN, dan PKB tarif normal dan kena opsen pajak.

    Bahkan, BEV impor dalam skema tes pasar diberi insentif pembebasan bea masuk (BM) impor sebesar 50%, sehingga cukup kena pajak 12% dari harusnya 77%. Insentif ini akan habis akhir 2025.

    Struktur pajak yang sangat timpang ini dinilai Riyanto, perlu dievaluasi demi membangkitkan industri otomotif, yang mencetak penurunan penjualan domestik sebesar 10,6% per Oktober 2025. Perluasan insentif ke mobil bermesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE) juga patut dipertimbangkan, karena masih mendominasi penjualan mobil domestik.

    Kebijakan insentif untuk BEV pun banyak mendapat sorotan. Sehingga para pengamat menilai pemerintah perlu menyeimbangkan dukungan terhadap kendaraan hybrid yang memiliki kontribusi signifikan terhadap reduksi emisi dan efisiensi energi.

    (lth/dry)

  • Auto2000 Raih Gelar Ekosistem Dealer Otomotif Terpadu

    Auto2000 Raih Gelar Ekosistem Dealer Otomotif Terpadu

    Jakarta

    Auto2000 sebagai dealer resmi Toyota terbesar di Indonesia meraih penghargaan ‘Ekosistem Dealer Otomotif Terpadu di Indonesia’ di detikcom Awards 2025. Jaringan Auto2000 menghadirkan ekosistem terpadu yang tidak hanya sebagai pusat jual-beli mobil baru, tapi juga berbagai layanan untuk konsumen.

    Auto2000 adalah jaringan dealer resmi Toyota terbesar di Indonesia. Berdiri sejak 1975, Auto2000 kini mengelola lebih dari 130 cabang yang tersebar luas di Indonesia.

    Sebagai dealer otomotif dengan ekosistem terpadu, Auto2000 bukan hanya tempat beli mobil Toyota. Jaringan Auto2000 juga menyediakan penjualan mobil baru Toyota, layanan purnajual (servis berkala, perbaikan, sparepart hingga body paint), layanan booking service online, sampai layanan trade in. Auto2000 juga menyediakan layanan Auto2000 Home Service dan Express Maintanance yang memudahkan pemilik mobil Toyota.

    Kini, Auto2000 semakin serius memperkuat transformasi digital yang semakin memudahkan pemilik mobil Toyota. Melalui Auto2000 Digiroom, Auto2000 menyediakan fitur pembelian mobil secara online yang praktis dan aman. Lewat situs maupun aplikasi, pemilik mobil Toyota bisa memilih mobil yang ingin dibeli, simulasi kredit, booking servis, bahkan sampai tukar tambah atau trade in dengan mobil baru.

    Ilustrasi bengkel auto2000 Foto: dok. Auto2000

    Auto2000 juga bekerja sama dengan lembaga pembiayaan terpercaya seperti ACC dan TAF, yang sudah diawasi dan terdaftar di OJK. Jadi, proses kredit kendaraan akan lebih aman dan transparan.

    Karenanya, Auto2000 diganjar penghargaan bergengsi di detikcom Awards 2025. Auto2000 meraih gelar ‘Ekosistem Dealer Otomotif Terpadu di Indonesia’.

    detikcom Awards 2025 digelar untuk memberikan apresiasi bagi yang berkontribusi nyata untuk Indonesia. Tahun ini, ajang penghargaan mengusung tema ‘Apresiasi Karya Insan Nusantara, Merajut Indonesia Gemilang’.

    Penghargaan ini ditujukan bagi individu, pelaku usaha, dan unsur pemerintah yang telah menorehkan prestasi serta memberi dampak signifikan bagi bangsa.

    Awards ini menyoroti karya, tata kelola, dan pencapaian unggul di berbagai bidang. Ajang ini menjadi salah satu cara detikcom untuk menjaga semangat berkarya, berdedikasi, dan bertransformasi dalam ‘rumah besar’ Indonesia.

    (rgr/dry)

  • Mobil Dipakai buat Cari Duit Harusnya Dapat Keringanan Pajak

    Mobil Dipakai buat Cari Duit Harusnya Dapat Keringanan Pajak

    Jakarta

    Rata-rata mobil penumpang di Indonesia dikenakan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Padahal, ada juga kendaraan penumpang yang digunakan untuk mencari cuan. Salah satunya adalah mobil low cost green car (LCGC).

    Dulu, LCGC memang dapat keistimewaan berupa pembebasan PPnBM. Namun sekarang dengan aturan terbaru LCGC telah dikenakan PPnBM sebesar 3 persen.

    “iya kan dia (LCGC) masih bayar pajak 3 persen PPnBM. Bayangin itu kan mobil yang dipakai teman-teman yang ada di (taksi) online ya.Itu kan sebenarnya buat cari duit tuh. Mestinya itu dikasih insentif yang lebih banyak oleh pemerintah,” kata Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam.

    “Tapi dia bayar pajak barang mewah lho. Dia masih bayar pajak daerah lho. Coba kalau itu dibebasin kan mungkin perkembangannya akan lebih bagus,” sambungnya.

    Menurut Bob, mobil-mobil di segmen LCGC dapat menolong mobilitas masyarakat karena harganya yang terjangkau. Rata-rata pembeli mobil LCGC berharap kendaraan yang memiliki durabilitas.

    “Kalau misalnya 3-4 tahun harus ganti mobil juga, berat lagi mereka. Nah sebenernya LCGC itu menawarkan durability yang lebih panjang,” ujar Bob.

    Sementara itu, Bob juga menyoroti penjualan kendaraan Indonesia yang turun tahun ini. Bob mengatakan harapannya penjualan mobil Indonesia di tahun ini tetap bisa mencapai 800 ribu unit. Dia bilang, bahaya kalau industri otomotif Indonesia dikalahkan Malaysia.

    “Kalau kurang dari 800 (ribu) bahaya itu. Nah jadi image itu penting ya. Kalau nomor 1 di Asia Tenggara itu nggak di Indonesia lagi, nanti ekosistemnya khawatirnya pindah.Nah jadi penting sekali kita mempertahankan reputasi kita sebagai nomor 1 di ASEAN,” ujar Bob baru-baru ini.

    Menurut Bob, Malaysia bisa mempertahankan penjualan mobilnya karena pemerintah memberikan dukungan berupa insentif. Bahkan, insentif yang diberikan pemerintah Malaysia untuk industri otomotif sudah berlaku sejak pandemi COVID-19.

    “Nah negara lain tuh macam-macam.Seperti Vietnam dia menurunkan PPN dari 10 persen jadi 8 persen. Nah Malaysia juga dia kasih insentif ya untuk otomotifnya sejak Covid. Sekarang kalau nggak salah tuh pembeli pertama itu dapat insentif dari Malaysia. Jadi memang negara lain tuh aktif ya memberikan insentif. Karena di otomotif itu multiplier efeknya tuh besar ya,” kata Bob.

    (rgr/dry)

  • Pabrik BYD di Subang Beroperasi Awal Tahun 2026

    Pabrik BYD di Subang Beroperasi Awal Tahun 2026

    Jakarta

    BYD sudah merajai penjualan mobil listrik di Indonesia. Produknya masih impor utuh dari China. Di sisi lain, proses pembangunan pabrik BYD di Subang masih terus berjalan. Rencananya pabrik itu mulai beroperasi pada kuartal pertama 2026.

    “Sementara ini kita sudah masuk tahap akhir ya, karena kita sudah dapat audit dari BKPM, sekarang lagi konsisten koordinasi dengan Kementerian Perindustrian, karena ini adalah transisi, ke depan mitra kita adalah Kementerian Perindustrian,” kata Luther selaku Head of Public and Government Relations PT BYD Motor Indonesia di ICE BSD City, Tangerang, belum lama ini.

    “Ini mulai start proses tahap terakhir, harusnya lancar. Itu semua dimulai di kuartal I 2026,” jelas Luther.

    Sebanyak 69.146 unit mobil listrik sudah terdistribusi sepanjang tahun 2025. BYD menjadi model yang paling populer di Indonesia dengan capaian 30.670 unit. Sementara sub brand mewahnya, Denza mendistribusikan sebanyak 6.967 unit.

    PT BYD Auto Indonesia merupakan merek yang mengikuti program insentif impor mobil listrik dengan investasi terbesar. Mereka membangun pabrik senilai Rp 11,2 triliun dengan kapasitas produksi 150 ribu unit per tahun.

    BYD optimistis jika pabrik sudah berdiri tetap bisa memimpin pasar mobil listrik di Indonesia.

    “Malah kalau kita berbasis manufaktur, itu kita justru lebih confidence dan lebih optimis. Karena assurance terhadap production dan supply itu lebih clear,” jelas dia.

    “Kalau sekarang kan kita dengan metode ini, kita mungkin masih dapat kondisi-kondisi tertentu. Yang mungkin membuatnya menjadi tidak certain. Kalau berbasis manufaktur pasti lebih certain secara keseluruhan,” tambah Luther.

    BYD sebagai penerima insentif itu harus melaksanakan komitmennya untuk memproduksi mobil di dalam negeri.

    Hal itu sesuai dengan Peraturan Menteri Investasi No. 6 Tahun 2023 jo No. 1 Tahun 2024. Berdasarkan aturan itu, ada sejumlah kewajiban yang harus ditunaikan produsen mobil listrik penerima insentif EV CBU. Sebelum mendapatkan insentif, pabrikan itu harus menyertakan surat komitmen yang salah satu isinya adalah janji untuk memproduksi mobil listrik di dalam negeri.

    Mereka harus mulai memproduksi mobil listrik di dalam negeri paling lambat 1 Januari 2026. Dalam rentang Januari 2026 sampai dengan 31 Desember 2027, pabrikan mobil listrik itu harus memproduksi mobil dengan jumlah dan spesifikasi teknis yang minimal sama dengan yang diimpor.

    (riar/dry)

  • Penjualan Mobil di Indonesia Babak Belur, Bahaya kalau Sampai Disalip Malaysia

    Penjualan Mobil di Indonesia Babak Belur, Bahaya kalau Sampai Disalip Malaysia

    Jakarta

    Penjualan mobil di Indonesia mengalami penurunan. Dengan penurunan penjualan ini, dikhawatirkan industri otomotif Indonesia dikalahkan oleh negara tetangga, Malaysia. Toyota bilang, bahaya kalau industri otomotif Indonesia disalip Malaysia.

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil selama Januari-Oktober 2025 mengalami penurunan sebesar 10,6 persen dari periode sama tahun lalu. Gaikindo pun akan mengoreksi target penjualan mobil tahun ini.

    Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto menegaskan, rapat khusus untuk membahas perubahan target akan digelar pekan depan atau setelah pameran Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW 2025) berakhir. Nantinya, dia akan meminta masukan-masukan dari seluruh anggota.

    Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan harapannya penjualan mobil Indonesia di tahun ini tetap bisa mencapai 800 ribu unit. Bob menilai, bahaya kalau industri otomotif Indonesia dikalahkan Malaysia.

    “Kalau kurang dari 800 (ribu) bahaya itu. Nah jadi image itu penting ya. Kalau nomor 1 di Asia Tenggara itu nggak di Indonesia lagi, nanti ekosistemnya khawatirnya pindah.Nah jadi penting sekali kita mempertahankan reputasi kita sebagai nomor 1 di ASEAN,” ujar Bob baru-baru ini.

    Menurut Bob, Malaysia bisa mempertahankan penjualan mobilnya karena pemerintah memberikan dukungan berupa insentif. Bahkan, insentif yang diberikan pemerintah Malaysia untuk industri otomotif sudah berlaku sejak pandemi COVID-19.

    “Nah negara lain tuh macam-macam.Seperti Vietnam dia menurunkan PPN dari 10 persen jadi 8 persen. Nah Malaysia juga dia kasih insentif ya untuk otomotifnya sejak Covid. Sekarang kalau nggak salah tuh pembeli pertama itu dapat insentif dari Malaysia. Jadi memang negara lain tuh aktif ya memberikan insentif. Karena di otomotif itu multiplier efeknya tuh besar ya,” kata Bob.

    Menurutnya, industri otomotif banyak menyumbang dampak positif buat ekonomi negara. Bahkan, pajak daerah pun tergantung kepada penjualan kendaraan.

    “Kalau jualan mobilnya turun ya pendapatan daerah juga turun. Apalagi tahun depan kan dana transfer daerah dipotong tuh.Nah jadi harus dipikirin betul-betul ya.Jangan sampai daerah nanti nggak punya duit,” ucap Bob.

    (rgr/dry)

  • Mobil Listrik Murah China Disebut Bisa Gerus Pasar LCGC, Daihatsu Bilang Gini

    Mobil Listrik Murah China Disebut Bisa Gerus Pasar LCGC, Daihatsu Bilang Gini

    Jakarta

    Mobil listrik mulai membanjiri pasar otomotif Indonesia. Dengan harga mulai di bawah Rp 200 juta, mobil listrik murah seperti BYD Atto 1 mencatat penjualan yang cukup signifikan, bahkan bisa mengalahkan penjualan mobil konvensional murah seperti LCGC (low cost green car). Apakah artinya kehadiran mobil listrik murah bakal menggerus pasar mobil LCGC? Ini kata Daihatsu.

    Marketing and Corporate Communication Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Sri Agung Handayani mengatakan, pihaknya belum bisa menyimpulkan apakah mobil listrik murah China sudah menggerus pasar mobil LCGC. Sebabnya, konsumen mobil LCGC memiliki karakter yang berbeda dengan mobil listrik murah.

    “Kalau menggerus saya tidak tahu ya. Karena tidak dan belum melakukan survei berkaitan dengan ini. Tapi kalau di LCGC, LCGC sendiri, kebutuhannya yang perlu teman-teman tahu, 70% sampai 80% adalah first car buyer,” buka Agung menjawab pertanyaan detikOto di arena GJAW 2025, ICE-BSD City, Tangerang (21/11/2025).

    “First car buyer itu belum beli sudah mikirin jual, belum beli sudah mikirin gimana ngerawatnya. Jadi affordable saat beli, affordable saat rawat, mendapatkan keuntungan saat jual. Jadi itu adalah ownership di first car buyer,” tambah Agung.

    Agung mengatakan, meski Daihatsu belum melihat mobil listrik murah sebagai ancaman buat mobil LCGC, kehadiran mobil seperti BYD Atto 1 memiliki peran yang positif buat industri otomotif Indonesia.

    “Jadi bagaimana antara LCGC dengan kendaraan elektrifikasi, walaupun memiliki range harga yang sama, saya rasa keduanya memiliki sama-sama peran positif di market otomotif Indonesia,” terangnya.

    Diberitakan sebelumnya, kendati baru seumur jagung, BYD Atto 1 sudah membetot perhatian orang Indonesia melalui capaian penjualan yang fantastis.

    Berdasarkan data wholesales Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), BYD Atto 1 terdistribusi sebanyak 9.396 unit per Oktober 2025. Angka ini terbilang besar untuk satu model mobil yang bahkan masih diimpor utuh dari China.

    BYD Atto 1 secara resmi dijual di Indonesia mulai Juli saat GIIAS 2025 berlangsung, dan pengiriman unit kepada konsumen dimulai pada Oktober 2025. Artinya baru sebentar saja, BYD Atto 1 sudah sukses menyalip penjualan mobil termurah di Indonesia, yaitu LCGC.

    Total penjualan LCGC per Oktober 2025 mencapai 8.505 unit. Bila dirinci per model; Toyota Calya 3.057 unit, Honda Brio Satya 2.021 unit, Daihatsu Sigra 1.689 unit, Toyota Agya 887 unit, dan Daihatsu Ayla 851 unit.

    Mobil LCGC Daihatsu Sigra Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Awalnya LCGC diposisikan sebagai mobil pertama dengan harga terjangkau (di bawah Rp 150 juta). Namun saat ini, banyak model LCGC tembus Rp 180 juta-Rp 200 juta. Kenaikan harga akibat regulasi emisi, penambahan fitur, dan biaya produksi membuat daya tarik ‘low cost’ semakin pudar.

    Melihat komposisi harga dan juga fitur, BYD Atto 1 disebut pengamat, bisa menggerogoti pasar LCGC. Terlebih, biaya perawatan mobil listrik yang lebih murah ketimbang mobil bermesin konvensional juga jadi daya tarik lainnya.

    “Terutama bagi konsumen gen millenial dan gen Z kota besar atau tier 1 khususnya Jabodetabek yang mengutamakan biaya operasional rendah, aksesibilitas ke wilayah ganjil-genap, performa yang lebih baik, dan fitur konektivitas modern,” jelas Pengamat Otomotif senior dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung Yannes Pasaribu dalam keterangannya.

    (lua/dry)

  • Harga Mobil BYD Setelah Produksi di Indonesia, Bisa Lebih Murah?

    Harga Mobil BYD Setelah Produksi di Indonesia, Bisa Lebih Murah?

    Jakarta

    Pabrik BYD akan mulai beroperasi di Indonesia mulai awal tahun depan. Pertanyaannya, apakah harga mobil listrik BYD bisa lebih murah jika sudah diproduksi lokal?

    Jika mobil sudah produksi lokal tak sedikit yang berekspektasi harga mobil tersebut bisa lebih murah karena berbagai efisiensi biaya produksi lokal, penggunaan komponen dalam negeri dan sebagainya.

    Head of Marketing PR and Government Relation BYD Motor Indonesia Luther T Panjaitan mengatakan harga mobil listriknya yang dijual saat ini disesuaikan dengan skema mobil yang akan diproduksi di dalam negeri nantinya.

    “Nah harus diketahui bahwa BYD ini saat ini memanfaatkan policy incentive. Yang membuat kondisi BYD dengan dan tanpa manufaktur itu relatively sama. Nah ini membuat keyakinan atau confidence kepada customer membeli BYD, Baik sekarang atau nanti. Jadi saya sampaikan bahwa itu (harganya) pasti sama,” ujar Luther di ICE BSD City, Tangerang, belum lama ini.

    Sebagai contoh GAC AION. Saat ini, AION sudah memproduksi lokal mobil listrik AION V di pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat. Harga AION V sejak awal peluncuran di Indonesia telah di-setting menggunakan skema harga Completely Knocked Down (CKD). Jadi, tidak ada perubahan harga antara AION V sebelum diproduksi lokal dan setelah diproduksi lokal.

    BYD sudah merajai penjualan mobil listrik di Indonesia. Produknya masih impor dari China, proses pembangunan pabrik BYD di Subang masih terus berjalan. Rencananya pabrik itu mulai beroperasi pada kuartal pertama 2026.

    Sebanyak 69.146 unit mobil listrik sudah terdistribusi sepanjang tahun 2025. BYD menjadi model yang paling populer di Indonesia dengan capaian 30.670 unit. Sementara sub brand mewahnya, Denza mendistribusikan sebanyak 6.967 unit.

    (riar/din)

  • Gaikindo Bakal Revisi Target Penjualan Mobil 2025 di Indonesia!

    Gaikindo Bakal Revisi Target Penjualan Mobil 2025 di Indonesia!

    Jakarta

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memastikan akan merevisi target penjualan mobil di Tanah Air tahun ini. Bahkan, mereka bakal menggelar rapat dengan seluruh anggota terkait untuk merumuskan angka baru.

    Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto menegaskan, rapat khusus untuk membahas perubahan target akan digelar pekan depan atau setelah pameran Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW 2025) berakhir. Nantinya, dia akan meminta masukan-masukan dari seluruh anggota.

    “Sampai dengan akhir tahun, kami akan revisi target. Tapi saya pikir, kita tunggu dulu deh. Selesai GJAW 2025, kita bakal kumpul dengan para anggota untuk menentukan target penjualan 2025 ini ke arah mana,” ujar Jongkie saat ditemui di ICE BSD, Tangerang, Jumat (21/11).

    Gaikindo bakal revisi target penjualan mobil di Indonesia. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Ketika ditanya soal angka terbaru pascarevisi target, Jongkie memilih bungkam. Dia menegaskan, nominal tersebut baru bisa ditentukan setelah rapat anggota selesai digelar.

    “Belum, rapatnya belum (digelar). Jadi, angkanya belum ditentukan. Semua anggota kan punya suara,” kata dia.

    Disitat dari laman resmi Gaikindo, penjualan mobil selama Januari-Oktober 2025 mengalami penurunan sebesar 10,6 persen dari periode sama tahun lalu.

    Lima besar merek terlaris mengalami penurunan penjualan. Honda menjadi yang terparah dengan penurunan 35,5 persen, kemudian Daihatsu 23,5 persen, Toyota 14 persen, Suzuki 8,6 persen dan Mitsubishi 5,3 persen.

    Hasil terbalik datang dari para merek baru yang sebagian besar berasal dari China. BYD dan merek turunannya, Denza, mengalami peningkatan paling signifikan, naik masing-masing 178,2 persen dan 651,1 persen pada Januari-Oktober 2025 dikomparasi dengan periode sama sebelumnya.

    Merek lain yang melonjak adalah Chery 142,7 persen, GWM 94,6 persen, BAIC 167,8 persen, Scania 32,4 persen dan Volkswagen 193,2 persen.

    (sfn/rgr)