Topik: Penjualan Mobil

  • Penjualan Kendaraan Turun, Nilai Ekonomi RI Lenyap Rp 10 T

    Penjualan Kendaraan Turun, Nilai Ekonomi RI Lenyap Rp 10 T

    Jakarta

    Menteri Perindustrian (Menperin RI) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkap penurunan penjualan kendaraan bermotor tahun lalu berdampak langsung ke hilangnya nilai ekonomi negara. Tak tanggung-tanggung, angkanya sampai triliunan rupiah!

    Tahun lalu, kata Agus, penjualan kendaraan bermotor baru di Indonesia turun 3,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi tersebut membuat nilai ekonomi negara hilang Rp 10 triliun.

    “Data mengungkap, tahun lalu ada penurunan penjualan kendaraan bermotor di Indonesia. Hal ini berdampak langsung terhadap backward maupun forward linkage dalam industri otomotif. Ini berdampak terhadap nilai ekonomi sebesar Rp 10 triliun,” ujar Agus Gumiwang di SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (6/5).

    Dari angka tersebut, Rp 5,4 triliun berasal dari sektor hulu seperti karet, logam dan perangkat elektronik. Sementara sisanya, atau sekira Rp 4,6 triliun bersumber dari sektor hilir seperti logistik, perdagangan dan servis.

    Sayangnya, Agus tak mengurai lebih detail mengenai penurunan pasar kendaraan sebesar 3,1 persen tersebut. Hanya saja, kemungkinan besar, angka itu berasal dari seluruh sektor otomotif, termasuk mobil, motor dan industri pendukung.

    Khusus untuk mobil, penjualannya tahun lalu memang mengalami penurunan signifikan. Karuan saja, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, total penjualan mobil secara wholesales selama tahun lalu tercatat sebesar 865.723 unit atau turun 13,9 persen secara year on year atau YoY dari periode sama tahun lalu yang tembus 1.005.802 unit.

    Kemudian untuk penjualan ritel selama 2024 juga turun 10,9 persen menjadi 889.680 unit. Padahal, tahun sebelumnya, mencapai 998.059 unit. Meski turun, penjualan tersebut sudah melampaui target Gaikindo yang telah direvisi, yakni 850 ribu unit setahun.

    “Dengan populasi mencapai 278 juta jiwa atau 25 persen populasi ASEAN dan penjualan mobil tertinggi di kawasan, Indonesia menjadi pasar otomotif terbesar di ASEAN,” tuturnya.

    “Namun, rasio kepemilikan mobil masih rendah, artinya potensi pertumbuhan kendaraan bermotor masih sangat besar,” kata dia menambahkan.

    (sfn/rgr)

  • Jangan Santai! Ada 5 Tanda Ekonomi RI Tidak Baik-Baik Saja

    Jangan Santai! Ada 5 Tanda Ekonomi RI Tidak Baik-Baik Saja

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi RI kuartal I-2025 pada siang ini, Senin (5/5/2025). Ekonomi Indonesia diyakini sulit tumbuh mencapai 5% pada kuartal I-2025. Hal ini dipicu oleh ketidakpastian dari kebijakan dagang Presiden AS Donald Trump yang menekan banyak negara, termasuk Indonesia.

    Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,94% (year on year/yoy) dan terkontraksi 0,9% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq) pada kuartal I-2025.

    “Ya tentu kalau matematika ada pembulatan [jadi 5%],” tuturnya kepada awak media di kantor Kemenko Perekonomian, Jumat lalu (2/5/2025).

    Adapun, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih rendah. Dia memperkirakan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,91% pada kuartal I-2025. Dia melihat konsumsi rumah tangga hanya akan tumbuh 4,9% pada kuartal I-2025.

    Hal ini dipicu oleh pelemahan konsumsi masyarakat. Hal ini ditandai dengan belanja yang berkurang seiring dengan rumah tangga yang mulai menyimpan uangnya.

    Sementara itu, belanja pemerintah diperkirakan akan menurun menjadi 3,3% yoy pada kuartal I-2025 dari 4,3% yoy pada akhir kuartal IV-2024. Ini dimungkinkan terjadi akibat penyesuaian kebijakan dan pencairan yang lambat di awal tahun. Hal ini juga membebani investasi, yang diperkirakan tumbuh 1,7% yoy pada kuartal I-2025, turun dari 4,9% yoy pada kuartal IV-2024.

    “Pencairan fiskal yang tertunda, terutama untuk proyek infrastruktur dan investasi yang didukung pemerintah, telah menyebabkan laju pembentukan modal yang lebih lambat selama periode tersebut,” tulis Andry dalam catatannya.

    Proyeksi ini diperkuat dengan sejumlah indikator ekonomi di Tanah Air yang terjadi pada rentang kuartal I-2025, berikut ini rinciannya:

    Aktivitas manufaktur Indonesia terkontraksi pada April 2025. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis S&P Global Jumat lalu (2/5/2025). Data ini menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di level 46,7 atau mengalami kontraksi di April 2025.

    Ini adalah kali pertama PMI mencatat kontraksi sejak November 2024 atau dalam lima bulan terakhir. Angka ini bahkan disebut sebagai kinerja terburuk sejak Agustus 2021, pada periode tersebut Indonesia tengah dihantam pandemi Covid-19 gelombang Delta. Kondisi ini terjadi di tengah panasnya tensi perang dagang, akibat kebijakan tarif resiprokal tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump kepada negara-negara mitra dagang utamanya, termasuk RI. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, merosotnya PMI Manufaktur itu disebabkan masalah perang dagang, yang membuat optimisme pelaku usaha di Indonesia maupun di seluruh dunia melemah. Sebab, perang tarif dagang menghambat aktivitas perdagangan dunia.

    “PMI turun kan karena trade war. Jadi, dunia kan perdagangannya shrinking, pertumbuhan Amerika juga negatif. Jadi ini namanya optimisme yang terganggu oleh trade war,” kata Airlangga di kantornya, Jakarta, dikutip Senin (5/5/2025).

    Untuk mengantisipasi masalah sentimen industri ini, Airlangga mengatakan pemerintah telah meluncurkan sejumlah strategi. Di antaranya ialah mendiversifikasi pasar ekspor Indonesia lebih kuat di luar negara mitra dagang utama, seperti China dan AS yang sedang perang tarif dagang. Salah satunya ialah pasar ekspor Eropa melalui percepatan perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).

    “Kita sedang mendorong untuk IEU CEPA. Memang sudah waktunya untuk mendiversifikasi pasar ekspor dan menurunkan tariff barrier, karena kalau kita turun, yang lain juga resiprokal menurunkan, maka produk kita akan lebih kompetitif,” ucap Airlangga.

    Selain diversifikasi pasar ekspor, Airlangga menekankan, pemerintah juga tengah menggodok kebijakan deregulasi untuk makin menggeliatkan aktivitas perdagangan internasional Indonesia, melalui Satgas Deregulasi.

    Setelah badai PHK melanda industri tekstil, kini industri perhotelan di Tanah Air dihampiri kisruh yang sama. Tenaga kerja di sektor perhotelan terus berkurang setelah pemerintah menerapkan kebijakan efisiensi. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran mengungkapkan bahwa saat ini hotel sudah tidak lagi menyerap pekerja harian karena kebutuhannya memang tidak ada.

    “Kontribusi pemerintah besar, antara 40-60%, kalau diperhatikan banyak daerah yang kontribusinya lebih dari itu, sampai 70% karena selama ini pasar pemerintah besar untuk mengadakan berbagai kegiatan dengan menggunakan kegiatan pertemuan hotel sehingga tumbuh convention tentu dengan kondisi yang ada sekarang,” ungkap Maulana kepada CNBC Indonesia, akhir April lalu (28/4/2025).

    Karenanya banyak pekerja yang akhirnya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) serta dirumahkan. Hotel yang paling banyak terkena khususnya pada hotel yang mengadakan MICE (meetings, incentives, conventions and exhibitions).

    “Setengah 50% sudah berkurang khususnya hotel yang bergerak ke venue mice, karena kebutuhan untuk itu nggak ada, nggak mungkin kita menyerap tenaga kerja kalau orderan ke kitanya juga nggak ada,” sebut Maulana.

    Adapun Dalam rilis Q1 2025 Colliers yang keluar akhir pekan lalu, dampak dari langkah-langkah efisiensi pemerintah cukup terasa, terutama bagi hotel yang sangat bergantung pada pasar pemerintah.

    “Jika tidak ada pelonggaran dari pemerintah, hampir dapat dipastikan bahwa pasar hotel di Jakarta akan bergantung sepenuhnya pada sektor non-pemerintah. Para pengelola hotel harus menemukan pasar dan sumber pendapatan tambahan untuk tetap bertahan; jika tidak, tahun 2025 akan cukup berat bagi mereka,” tulis Colliers dalam rilis kuartal I-2025, dikutip Senin (5/5/2025).

    Warga RI Pilih Nabung daripada Belanja

    Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) jenis tabungan perorangan justru meningkat signifikan pada Maret 2025 atau selama Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Namun, masyarakat semakin enggan menaruh uangnya di deposito.

    Meningkatnya jumlah tabungan selama Ramadan terbilang anomali mengingat biasanya masyarakat menguras tabungan selama Ramadan karena tingginya konsumsi. Sebagai catatan, Ramadan jatuh pada 1 Maret 2025 dan berakhir pada 30 Maret sementara Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 31 Maret 2025.

    Meningkatnya tabungan dan masih tekoreksinya deposito perorangan tercatat dalam data Bank Indonesia.

    Bank Indonesia (BI) pada Rabu (24/4/2025) telah merilis data uang beredar yang tampak masih tumbuh pada Maret 2025.

    Pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2025 tumbuh 6,1% (year on year/yoy) atau relatif stabil jika dibandingkan bulan sebelumnya yang naik sebesar 6,2% yoy sehingga tercatat Rp9.436,4 triliun.

    Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia Research, per Maret 2025, pertumbuhan DPK tabungan perorangan sebesar 6,4% year on year/yoy atau bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,7% yoy. Pertumbuhan DPK tabungan perorangan Maret 2025 juga merupakan yang tertinggi sejak November 2022 atau sekitar 2,5 tahun terakhir.

    Jika dilihat dari sisi nominal, jumlah DPK tabungan perorangan per Maret 2025 bertumbuh menjadi Rp2.574,2 triliun dari sebelumnya Rp2.505 triliun.

    Pertumbuhan tabungan perorangan pada Maret menembus 6,4% atau yang tertinggi sejak November 2024. Padahal. secara tradisi, pertumbuhan tabungan akan melandai saat Ramadan hingga Lebaran karena masyarakat menguras uang di rekening untuk belanja.

    Di sisi lain, banyak pusat perbelanjaan yang semakin sepi. Bahkan, pedagang di wilayah Mangga Dua baik Mangga Dua Square maupun WTC Mangga Dua mengeluhkan ekonomi yang semakin lesu belakangan. Kondisi saat ini bahkan disebut lebih buruk dibandingkan pandemi Covid-19.

    “Waktu pandemi kemarin masih mending banyak yang belanja, sekarang Rp 50 ribu sehari aja belum tentu, kita lebih banyak bengong sekarang dibanding ngelayanin pelanggan,” kata pedagang di Mangga Dua Square Anita kepada CNBC Indonesia, Kamis (24/4/2025).

    Ia beranggapan penurunan penjualan seperti tas hingga dompet dikarenakan masyarakat menjadikan barang-barang yang dijualnya sebagai kebutuhan terakhir setelah kebutuhan pokok. Selain itu ada juga faktor lainnya, yakni efisiensi dari pemerintah.

    “Sebelumnya banyak orang-orang daerah yang ke Jakarta buat dinas, ada acara di hotel-hotel dekat sini, baliknya pingin bawa oleh-oleh dari Jakarta jadi pada beli tas di sini, banyak yang datang juga rombongan, sekarang udah engga ada lagi,” kata Anita.

    Di tengah situasi yang sulit saat ini, Anita pun berharap bisa memilih bekerja lebih baik dibandingkan berusaha. Pasalnya belum tentu uang yang masuk sebanding dengan beban bulanan seperti biaya sewa lapak hingga kebutuhan sehari-hari.

    “Kalau bisa kerja mah lebih baik kerja lah, yang udah kerja mending bertahan aja, dihemat-hemat aja. Apalagi biaya sekolah naik, biaya hidup juga sama, kalau usaha belum tentu lah,” kata Anita.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi secara bulanan atau month-to-month (mtm) pada dua bulan pertama di tahun 2025. Deflasi tercatat sebesar 0,76 persen mtm pada Januari 2025 dan 0,48 persen mtm pada Februari 2025. Kondisi ini sangat jarang terjadi jelang Ramadan.

    Berdasarkan data BPS yang dapat diperoleh CNBC Indonesia Research sejak 1996, IHK secara bulanan untuk periode satu bulan sebelum bulan Ramadhan cenderung selalu mengalami inflasi. Namun berbeda halnya dengan Februari 2025 yang justru mengalami deflasi 0,48%.

    Dengan demikian, inflasi ini diduga terjadi karena faktor-faktor seperti penurunan konsumsi rumah tangga, pengangguran di sektor manufaktur, dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Sejak era krisis 1997/1998, Indonesia hanya mengalami dua kali deflasi (yoy) yakni pada Maret 2000 dan Februari tahun ini. Artinya, fenomena deflasi tahunan hanya terjadi 25 tahun yang lalu.

    Terjadinya deflasi pada Maret 2000 lebih disebabkan karena inflasi pada periode sebelumnya sangat tinggi, Inflasi pada Maret 1999 menembus 45%.

    Namun, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa deflasi bukan disebabkan oleh menurunnya daya beli. Namun, deflasi terjadi akibat adanya diskon 50% untuk tarif listrik dari pemerintah.

    “Ini bukan karena penurunan daya beli tapi karena diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi dua bulan berturut-turut,” ujar Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).

    Lebih lanjut, data Astra Internasional dan GAIKINDO menunjukkan penjualan mobil nasional kembali tertekan. Setelah sempat menikmati lonjakan signifikan di bulan Februari 2025 lalu, penjualan di bulan Maret 2025 berbalik turun.

    Data tersebut mencatat, penjualan mobil nasional bulan Maret 2025 turun 1,99% atau 1.44 unit menjadi 70.892 unit dibandingkan Februari 2025 yang mencapai 72.336 unit. Jika dibandingkan secara tahunan, penjualan bulan Maret 2025 mengalami penurunan sebanyak 3.828 unit. Atau drop sekitar 5,12% dari Maret 2024 yang mencapai 74.720 unit.

    Secara total, penjualan wholesale mobil sepanjang Januari-Maret 2025 tercatat mencapai 205.160 unit. Anjlok 10.090 unit atau 3,66% dari periode sama tahun 2024 yang tercatat sebanyak 215.250 unit.

    Sebelumnya, pada bulan Februari 2025, penjualan mobil nasional beri kabar baik. Tercatat, penjualan mobil mencapai 72.295 unit, melonjak 10.363 unit atau 16,73% dibandingkan Januari 2025 yang sebanyak 61.932 unit.

    Pengamat otomotif Yannes Pasaribu menilai, data jumlah pemudik 2025 turun 24,34% dari 2024 sudah jadi sinyal awal. Ini mengindikasikan memang terjadi tekanan ekonomi yang nyata di Indonesia.

    Apalagi, imbuh dia, pemutusan hubungan kerja (PHK) terus terjadi dan meningkat. Yang memperparah kondisi masyarakat kelas menengah di Indonesia.

    Menurut Yannes, penurunan penjualan mobil nasional di bulan Maret 2025 mencerminkan tekanan signifikan dari pelemahan ekonomi makro.

    “Indeks Keyakinan Konsumen yang terus menurun dan deflasi beruntun juga menunjukkan kehati-hatian masyarakat dalam belanja. Dalam situasi ini, pembelian mobil sebagai kebutuhan tersier berbiaya tinggi, besar kemungkinan akan ditunda,” kata Yannes kepada CNBC Indonesia, dikutip (5/5/2025).

    “Konsumen tampaknya lebih memilih mengalokasikan dana untuk kebutuhan primer, menabung, atau membayar kewajiban expenditure keluarga lain yang lebih penting dan mendesak,” sambungnya.

    Dia menambahkan, warga RI kemungkinan memilih menunggu kepastian pemulihan ekonominya dan kestabilan daya beli sebelum mengambil keputusan pembelian besar.

    (haa/haa)

  • Gaikindo Sarankan Kebijakan untuk Industri Jangan Hanya Berlaku Setahun – Halaman all

    Gaikindo Sarankan Kebijakan untuk Industri Jangan Hanya Berlaku Setahun – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penjualan mobil di Indonesia tahun 2024 turun 13,9 persen dengan volume mencapai 865.723 unit dibandingkan tahun sebelumnya.

    Untuk mendongkrak penjualan mobil di Indonesia, pemerintah perlu memberikan insentif. Sayangnya, insentif hanya diberikan untuk pembelian mobil listrik dan hybrid.

    Situasi penjualan yang turun, serta kebijakan yang hanya berlaku singkat kian mempersulit kondisi industri pembuatan mobil maupun industri lain.

    Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, pelaku industri perlu mendapatkan kebijakan yang konsisten dan berlaku dalam waktu yang lama.

    “Kebijakan pemerintah kalau bisa sih jangka panjang, jangan setahun, dua tahun, tiga tahun. Jadi pemain itu ketika mau investasi di Indonesia jadi nggak menarik,” ungkap Kukuh dihubungi Tribunnews.com, Jumat (2/5/2025).

    Bukan hanya investasi pada fasilitas produksi yang disoroti Kukuh, penanaman modal untuk membuat model baru juga melambat akibat regulasi yang cepat berganti.

    Contohnya ada pada model kendaraan paling banyak diminati pasar, yakni LCGC. Saat ini hanya tersisa tiga brand yang memiliki model ini dan inovasi produknya menjadi lama.

    Mengubah model teknologi bisa dilakukan, namun kembali lagi regulasi yang konsisten dan bertahan lama bisa menjadi langkah baik untuk mendongkrak inovasi dan penjualan.

    “Dia freeze modelnya, dibiarin kayak gitu, jebol juga kita. Di sisi lain LCGC juga upgrade. Jangan mengandalkan model teknologi yang kayak gitu-gitu saja. Harus ada upgrade. Apakah mereka memperkenalkan LCGC hybrid.

    “Kalau LCGC hybrid diberikan insentif, itu akan menarik. Memberikan kesempatan masyarakat yang jauh lebih luas untuk kontribusi di sana gitu,” jelas Kukuh.

  • Perang Tarif dan Pelemahan Rupiah Turut Memukul Industri Otomotif  – Halaman all

    Perang Tarif dan Pelemahan Rupiah Turut Memukul Industri Otomotif  – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Perang tarif yang ditabuh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, serta pelemahan nilai tukar rupiah makin memukul industri otomotif.

    Penjualan kendaraan roda empat di kuartal I 2025 melemah dibanding periode sama di 2024. Sementar, nilai tukar rupiah pada 7 April 2025 pernah tembus Rp 17.261.

    Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, jika rupiah terus melemah akan semakin membuat sulit kondisi ekonomi.

    “Kalau perang tarif itu dampaknya bersumber dari nilai tukar, karena kalau nilai tukarnya terus kayak gitu berat juga. Mereka (industri) waktu itu nge-setnya mungkin di Rp 15.000 – Rp 16.000. Ini tembus di Rp17.000,” ucap Kukuh kepada Tribunnews.com, Jumat (2/5/2025).

    Dengan kondisi rupiah yang melemah ke angka Rp 17.000, Kukuh memprediksi ketahanan industri otomotif hanya akan berlangsung beberapa bulan ke depan.

    “Ya, bisa bertahan paling dua bulan, tiga bulan. Kalau terus-terus kayak gitu, berat. Tapi sisi positifnya sebetulnya adalah pabrikan maupun masyarakat kalau kita lihat dari data kita selalu ada penyesuaian. Tapi penyesuaian ini dalam kondisi yang lagi betul-betul parah nih sekarang,” jelasnya.

    Meski Indonesia pernah mengalami krisis seperti ini pada tahun 1998 dan 2008, tetap saja tidak hanya bisa mengandalkan industri dan masyarakat untuk melakukan penyesuaian.

    Meski kondisi sulit masih dirasakan, Gaikindo tetap optimis penjualan mobil di tahun ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan bersama.

    “Kalau kita masih ngelihatnya positif (pasar), masih di 850.000 unit. Nah kenapa begitu? Kita berharap bahwa opsen itu udahlah, jangan kebanyakan pajak. Opsen itu juga salah satu beban tersendiri itu,” tutur Kukuh.

  • PMI Manufaktur RI di April 2025 Merosot, Industri Otomotif Sudah Prediksi Sejak Awal – Halaman all

    PMI Manufaktur RI di April 2025 Merosot, Industri Otomotif Sudah Prediksi Sejak Awal – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia April 2025 mengalami fase kontraksi terdalam sejak beberapa bulan terakhir, dengan berada pada level 46,7 poin, menurut laporan S&P Global.

    Melambatnya output atau produksi hingga pesanan baru membuat industri secara psikologis menurun secara kinerjanya.

    Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, pihaknya sudah memprediksi hal tersebut pada bulan lalu.

    “Saya kemarin sudah khawatir pada waktu bulan lalu. Bulan lalu itu ada indikasi yang kurang bagus, cuman kita tahan dulu. Habis lebaran wholesale-nya turun. Wholesale ini turun nggak sejalan dengan retailnya naik,” tutur Kukuh saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (2/5/2025).

    Wholesale atau pengiriman dari pabrik ke dealer menurun disebabkan dealer juga mulai menampung banyak stok. Sedangkan penjualan ke konsumen atau retail tidak mengalami kenaikan signifikan.

    “Artinya ini stoknya udah kebanyakan, dealernya udah nggak sanggup. Tapi walaupun jualannya bagus, ternyata sekarang ini step berikutnya jauh banget. Kaget saya, nggak tahu mau ngapain lagi,” kata Kukuh.

    Dampaknya, penjualan mobil kian melambat, disebabkan kondisi ekonomi yang semakin tidak pasti. Masyarakat kelas menengah yang menjadi pasar utama semakin tergerus.

    Meski tren Electric Vehicle (EV) naik, sayangnya segmen ini diisi oleh orang-orang yang sudah memiliki mobil sebelumnya.

    “Masyarakat kelas menengah ini kan lagi tergerus, itu anomali dari data kita. Kita melihat EV naik penjualannya. Market share-nya naik. EV itu pembelinya bukan first time buyer. Mereka udah punya mobil yang lain. Ini menjadi kekhawatiran kita,” jelas Kukuh.

  • Ada Model Baru, Seres Pasang Target Penjualan Segini di Indonesia

    Ada Model Baru, Seres Pasang Target Penjualan Segini di Indonesia

    Jakarta

    PT Sokonindo Automobile selaku produsen kendaraan Seres di Indonesia telah mengumumkan target penjualan mobil listrik untuk tahun ini. Mereka berharap mampu menjual setidaknya ribuan unit sebelum pergantian tahun.

    Kini, Seres sudah punya dua produk di Indonesia, yakni Seres E1 dan Seres 3. Khusus untuk nama kedua, unitnya baru meluncur di pameran Periklindo Electric Vehicle Show atau PEVS 2025.

    Alexander Barus selaku Chief Executive Officer (CEO) PT Sokonindo Automobile mengatakan, kehadiran model baru membuat pihaknya memasang target penjualan hingga 2 ribu unit per tahun. Namun, dia tak mengungkap berapa penjualan yang telah diraih selama empat bulan pertama tahun ini.

    “Jadi untuk produk Seres, kita harapkan bisa menjual 1.800 hingga 2 ribu unit kendaraan lah tahun ini. Ini kan sudah bulan keempat mau kelima ya, sisa delapan bulan lagi,” ujar Barus saat ditemui di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, belum lama ini.

    Seres E1. Foto: Septian Farhan Nurhuda / detikOto

    Barus memastikan, seluruh produk Seres yang dijual di Indonesia sudah dirakit di pabrik Cikande, Banten. Sekalipun ada rencana pelonggaran TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) yang digaungkan pemerintah, namun pihaknya tetap akan melokalisasi seluruh produk-produknya.

    “Kita tetap saja bagaimana pun akan mem-push produk lokal. Karena bagaimanapun, kalau sumber, spare part, komponen semua lokal akan lebih murah. Jadi terlepas dari ada TKDN atau tidak, kita tetap push untuk bisa lokalisasi produk dan spare part kita,” kata dia.

    SERES 3 di PEVS 2025 Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Sebagai catatan, Seres bermain di pasar mobil listrik entry level yang cukup menjanjikan. Selain dimensi kompak, nilai jual produk mereka terletak pada harganya yang terjangkau.

    Bahkan, mereka membanderol dua produknya di bawah para rival-rivalnya. Seres E1 dipasarkan senilai Rp 189-219 jutaan. Sementara Seres 3 khusus untuk prebook selama PEVS 2025 dipatok berkisar Rp Rp 370-398 juta. Seluruhnya berstatus on the road Jakarta.

    (sfn/dry)

  • BYD Klaim Kuasai Separuh Pasar Mobil Listrik di Indonesia

    BYD Klaim Kuasai Separuh Pasar Mobil Listrik di Indonesia

    Jakarta

    Build Your Dreams (BYD) mengumumkan penjualan mobil listriknya selama kuartal pertama tahun ini. Hasilnya, angka kumulatif BYD dan Denza sebagai sub-brand tembus 8.200 unit atau 50 persen dari pasar mobil listrik nasional!

    Pencapaian tersebut diumumkan Nathan Sun selaku Operation Director BYD Indonesia di pameran Periklindo Electric Vehicle Show atau PEVS 2025. Dia menegaskan, angka itu membuktikan betapa perkasanya BYD di pasar kendaraan listrik nasional.

    “Kami saat ini menguasai separuh pasar BEV (battery electric vehicle) di Indonesia. Ini jadi bukti kami merek mobil listrik nomor satu di sini,” ujar Nathan saat menyampaikan materi di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.

    BYD dan Denza di PEVS 2025. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Meski berstatus sebagai pendatang baru di Indonesia, namun BYD dan Denza telah memasarkan sejumlah mobil listrik dari berbagai model, yakni BYD Dolphin, Atto 3, Seal, Sealion, M6 dan MPV mewah Denza D9.

    Nathan memastikan, BYD tak hanya besar di pasar Indonesia, melainkan juga global. Perusahaan asal China tersebut menjual 1 juta unit mobil listrik di dunia selama Januari-Maret 2025. Nominal tersebut naik 59,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Kinerja ekspor BYD juga menunjukkan tren positif, dengan pengiriman lebih dari 72 ribu unit ke pasar internasional hanya di bulan Maret 2025. Angka tersebut mencatatkan pertumbuhan 89% dibandingkan Maret tahun lalu, sekaligus menjadi rekor baru dalam sejarah ekspor perusahaan.

    Kini, mobil BYD telah bisa ditemukan di lebih dari 107 negara di dunia. Nathan memastikan, pihaknya akan terus melakukan penetrasi pasar dengan tujuan menuju era netralitas karbon.

    BYD di PEVS 2025. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    BYD bersama Denza juga turut hadir di pameran PEVS 2025 yang masih berlangsung hingga hari ini. Mereka memajang banyak produk andalan, termasuk BYD Seal dan Denza D9 yang penjualannya sedang ‘gila-gilaan’.

    “Untuk memperluas jangkauan dan penetrasi kendaraan listrik, kami turut berpartisipasi aktif ikut dalam berbagai pameran dunia, salah satunya PEVS 2025,” kata dia.

    (sfn/dry)

  • Media China Soroti Denza D9 yang Berhasil Rajai Penjualan Mobil Listrik di Indonesia

    Media China Soroti Denza D9 yang Berhasil Rajai Penjualan Mobil Listrik di Indonesia

    Jakarta

    Media otomotif asal China, Carnewschina, menyoroti penjualan MPV premium Denza D9 yang berhasil memuncaki daftar mobil listrik terlaris di Indonesia Maret 2025. Hal itu membuktikan kesuksesan Denza D9 di pasar lokal China, maupun di pasar internasional seperti Indonesia.

    Bagi yang belum tahu, Denza merupakan merek premium dari BYD. Di Indonesia, Denza sudah memasarkan varian MPV premium pesaing Toyota Alphard, yakni D9. Dengan harga jauh lebih murah dibandingkan Alphard, MPV bongsor bermesin listrik itu sukses mencuri perhatian konsumen mobil di Indonesia.

    Mengutip data wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), bulan Maret 2025 Denza D9 sukses terjual sebanyak 1.587 unit. Kalau digabungkan dengan penjualan dari Januari hingga Maret 2025, model ini total sudah terjual 2.524 unit.

    Dengan penjualan lebih dari 1.500 unit pada bulan lalu, Denza menjadi mobil listrik terlaris, mengalahkan BYD M6, BYD Sealion 7, Chery J6, AION Hyptec, Wuling Air ev, lalu Wuling Binguo EV, BYD Atto 3, Wuling Cloud EV, dan BYD Seal.

    Di Indonesia harga Denza D9 yakni Rp 950 juta. Menariknya, harga tersebut jauh lebih murah dibandingkan harga Denza D9 di China yang mencapai Rp 1,153 miliar atau Rp 203 juta lebih mahal. Tak hanya laris di Indonesia, Denza D9 juga laris manis di negara asalnya. Pada Maret 2025, Denza D9 di China terjual hingga 9.326 unit.

    Menurut Carnewschina, Denza D9 bisa diterima masyarakat luas karena fiturnya yang lengkap dan hampir tidak memiliki kelemahan. Alhasil, kendaraan ini secara konsisten menempati peringkat teratas sejak diluncurkan pada tahun 2022.

    “Keberhasilan pesat di pasar domestik dan internasional ini menunjukkan pengaruh BYD Group yang semakin besar dalam industri kendaraan listrik global. Merek BYD makin diterima oleh segmen konsumen kendaraan listrik premium China, maupun di pasar Asia Tenggara (seperti Indonesia),” tulis laman Carnewschina.

    (lua/dry)

  • Chery Siapkan Mobil Listrik Baru di Indonesia, Siap Tantang BYD M6!

    Chery Siapkan Mobil Listrik Baru di Indonesia, Siap Tantang BYD M6!

    Wuhu

    Chery mengakui sedang menyiapkan produk mobil listrik baru berjenis MPV berkapasitas 7 penumpang buat pasar Indonesia. Jika model tersebut jadi diluncurkan, tentunya bakal bersaing dengan MPV listrik andalan BYD, M6, yang laris manis di Indonesia.

    Dalam sesi interview eksklusif antara President of Chery International, Zhang Guibing, dengan media-media dari Indonesia belum lama ini, salah satu wartawan menanyakan soal line up mobil listrik Chery di Indonesia yang saat ini baru diisi dua model, yakni Omoda E5 dan J6. Sementara kompetitornya dari negara yang sama, BYD, punya banyak model mobil listrik, dari sedan listrik, SUV listrik, hingga MPV listrik dalam wujud BYD M6.

    President of Chery International, Zhang Guibing (tengah) Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Zhang Guibing pun merespons pertanyaan tersebut dengan tegas. Zhang bilang saat ini Chery sedang mengembangkan mobil listrik terbaru, baik itu jenis SUV maupun MPV. Menariknya, Zhang juga bilang jika calon mobil listrik anyar Chery ini akan memiliki kapasitas kursi 7 penumpang.

    “Kami sedang merancang beberapa model mobil (listrik). Kami membuatnya dalam ukuran besar, seperti SUV. Orang bisa dengan mudah melihat ke dalamnya. Bahkan, ada tujuh kursi di bagian belakang. Jadi selain SUV, kami juga akan bikin MPV,” kata Zhang dalam sesi interview eksklusif dengan media-media Indonesia di Wuhu, Anhui, China, belum lama ini.

    Tak hanya itu, Zhang memastikan model mobil listrik terbaru ini bakal diluncurkan di Indonesia. “Sekarang kami sedang dalam proses. Saya pikir nanti kami bisa memberikan tanda-tanda atau teaser-nya. Saya harap tahun depan kami bisa mewujudkannya di Indonesia,” ungkap Zhang.

    MPV 7 penumpang atau lebih memang sudah menjadi semacam mandatory di pasar otomotif Indonesia. Mobil jenis ini sangat disukai masyarakat Indonesia karena fungsional. Bisa membawa banyak penumpang, sekaligus barang.

    Contoh nyatanya, dua mobil MPV listrik BYD merajai penjualan mobil listrik di Indonesia, bulan Maret 2025. Menurut data wholesales Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), sepanjang Maret 2025 BYD Denza D9 jadi yang terlaris dengan penjualan 1.587 unit, sementara di posisi kedua ada model BYD M6 dengan angka 1.293 unit.

    (lua/dry)

  • Kinerja Kuartal I 2025, MPMX Fokus Pertahankan Stabilitas Bisnis

    Kinerja Kuartal I 2025, MPMX Fokus Pertahankan Stabilitas Bisnis

    Jakarta: PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (IDX Ticker: MPMX), perusahaan konsumer otomotif dan transportasi yang berfokus pada beberapa segmen bisnis termasuk distribusi dan ritel sepeda motor, asuransi umum, transportasi, dan pembiayaan, telah merilis laporan keuangan tidak diaudit untuk kuartal I tahun 2025. 
     
    Perseroan membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp3.998 miliar sepanjang Kuartal I 2025, meningkat secara moderat sebesar 3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, didukung oleh kinerja positif dari segmen distribusi dan ritel. Sejalan dengan itu, laba kotor juga mengalami peningkatan sebesar 2% YoY menjadi Rp354 miliar.
     
    Namun demikian, laba operasional tercatat menurun sebesar 7% YoY menjadi Rp170 miliar, yang disebabkan oleh kenaikan beban operasional. Akibatnya, laba bersih konsolidasian turun sebesar 7% YoY menjadi Rp154 miliar, yang terutama dipengaruhi oleh tantangan pasar yang dihadapi oleh segmen asuransi dan transportasi. 
     
    Kinerja Kuartal I 2025 ini dipengaruhi oleh beberapa tantangan eksternal seperti penurunan kinerja pasar sepeda motor nasional yang memberikan tekanan pada segmen distribusi. Selain itu, segmen asuransi juga terpengaruh oleh penurunan kontribusi dari produk kendaraan bermotor, sementara segmen transportasi menghadapi penurunan akibat penghentian kontrak dan proyek yang selesai dan turunnya margin penjualan mobil bekas.

    Entitas Anak dan Asosiasi menunjukkan hasil yang bervariasi dalam menghadapi dinamika eksternal yang penuh tantangan tersebut. Berikut adalah ringkasan kinerja masing-masing entitas anak pada kuartal pertama 2025.
     
    Pada segmen bisnis distribusi dan ritel kendaraan roda dua, pendapatan tumbuh sebesar 3% YoY menjadi Rp3.934 miliar selama Kuartal I 2025 didorong oleh pendapatan penjualan sepeda motor serta segmen purnajual.
     
    Kinerja MPMulia cukup stabil dengan mencatat pertumbuhan sebesar 2% yang didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata, di tengah penurunan penjualan sepeda motor nasional sebesar 3%YoY selama Kuartal I 2025. Sementara itu MPMMotor tumbuh sebesar 7% YoY, didukung oleh volume penjualan yang stabil serta kenaikan harga jual rata-rata.  
     
    Pada segmen purnajual, pendapatan distributor meningkat sebesar 3% YoY, sedangkan pendapatan ritel tumbuh sebesar 34% YoY, didorong oleh peningkatan pendapatan dari penjualan suku cadang dan layanan servis. Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, laba kotor naik sebesar 3% YoY menjadi Rp316 miliar, dengan margin laba kotor yang tetap relatif stabil.
     
    Segmen bisnis asuransi MPMInsurance menghadapi tantangan di Kuartal I 2025 ini dengan mencatat penurunan pada pendapatan premi bersih sebesar 6% YoY menjadi Rp67 miliar, terpengaruh oleh kinerja sektor leasing untuk produk kendaraan bermotor yang lebih lemah.
     
    Sementara itu, produk properti tetap relatif stabil, dan kontribusi dari produk lainnya, terutama produk rekayasa, masih menunjukkan pertumbuhan yang keduanya mendapatkan manfaat dari sinergi yang ada di seluruh grup. 
     
    Di bisnis penyewaan kendaraan, MPMRent mengalami pertumbuhan pendapatan sebesar 5% YoY berkat segmen penjualan mobil bekas melalui AUKSI yang tercatat meningkat sebesar 11% YoY, terutama didorong oleh kendaraan komersial, meskipun margin tercatat lebih rendah 11% YoY.
     
    Sementara kombinasi pendapatan dari sewa kendaraan dan pengemudi mengalami penurunan 0,1% YoY disebabkan adanya efisiensi biaya dari beberapa sektor industri. Kontraksi margin di semua lini bisnis menyebabkan penurunan laba kotor sebesar 14% YoY.
     
    Di bisnis jasa keuangan, Jaccs MPM Finance Indonesia (JMFI) pendapatan bersih Kuartal I 2025 tercatat turun sebesar 21% YoY, terutama disebabkan oleh penghentian pembiayaan mobil dan pembiayaan korporasi. Namun, inisiatif peningkatan kualitas aset dan efisiensi biaya berhasil mengurangi kerugian bersih sebesar 6% YoY.
     
    “Peningkatan margin laba kotor mencerminkan efektivitas strategi efisiensi yang kami jalankan, meskipun secara pendapatan kami sedikit mengalami tekanan dibandingkan tahun lalu,” kata Beatrice Kartika, Group CFO MPMX.
     
    “Kami akan terus fokus dalam memperkuat pengelolaan biaya, menjaga likuiditas, serta memastikan setiap lini bisnis berkontribusi secara optimal terhadap kinerja MPMX ke depan. Dengan langkah-langkah strategis yang terus dilakukan, MPMX tetap optimis dalam menghadapi tantangan pasar di kuartal-kuartal berikutnya.”
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (MMI)