Topik: Penjualan Mobil

  • Insentif Disetop Tahun Depan, Penjualan Mobil Listrik Bakal Terjun Bebas?

    Insentif Disetop Tahun Depan, Penjualan Mobil Listrik Bakal Terjun Bebas?

    Jakarta

    Pemerintah akan menyetop insentif untuk mobil listrik mulai tahun depan. Tak dipungkiri, adanya insentif bikin mobil listrik laris manis lantaran harganya bisa dijangkau oleh banyak konsumen. Andai insentif atau subsidi tersebut dihentikan, maka harga mobil listrik bisa melonjak signifikan. Apakah bisa berpengaruh ke penjualan mobil listrik?

    Head of PR & Government Relations PT BYD Motor Indonesia Luther Panjaitan mengatakan, pemberian insentif telah terbukti bisa bikin harga mobil listrik kompetitif sehingga penjualan mobil listrik pun terus meningkat setiap tahunnya. Maka seharusnya insentif buat mobil listrik tidak disetop, bahkan semestinya ditambah.

    “Tentunya kita juga harus akui bahwa salah satu motor atas tren positif dari EV ini adalah insentif dan policy (kebijakan) yang ditetapkan oleh pemerintah,” kata Luther di sela-sela acara Media Gathering 2025 di Sentul, Bogor, Kamis (11/12/2025).

    “Dan kami mungkin kurang confidence dapat tren ini bisa dapat continuous growth-nya rapidly seperti sekarang, kalau tidak adanya konsistensi atau perpanjangan dari policy yang sama dengan tahun ini. Dan kami masih berharap ya sebenarnya policy itu bisa diperpanjang insentif EV,” tambah Luther.

    “Bahkan sebetulnya, kalau berkaca pada negara-negara lainnya, insentif seperti ini bila growth-nya cukup baik, malah bisa dibikin lagi satu pengembangan dan penambahan, serta adjustment di sisi implementasinya. Kami masih berharap mudah-mudahan industri otomotif semakin bisa berkembang di tahun depan,” bilang Luther.

    Sebelumnya pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa tahun depan tidak akan ada insentif untuk sektor otomotif.

    “Insentif tahun depan tidak ada, karena industrinya sudah cukup kuat,” ungkap Airlangga di Tangerang, belum lama ini.

    Diketahui saat ini ada beberapa insentif yang berlaku di industri otomotif, salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 10% untuk mobil listrik.

    Pemerintah memberikan insentif PPN DTP 10% atas mobil listrik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025. Kendaraan listrik produksi lokal dengan TKDN tertentu berhak mendapatkan PPN DTP. Jadi, PPN yang ditanggung pembeli lebih kecil. Syaratnya, mobil listrik tersebut harus diproduksi lokal dan punya TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) minimal 40%.

    (lua/din)

  • BYD Berharap Insentif Mobil Listrik Lanjut Tahun Depan

    BYD Berharap Insentif Mobil Listrik Lanjut Tahun Depan

    Jakarta

    BYD berharap pemerintah bisa memberi insentif lagi untuk mobil listrik pada tahun depan. Insentif mobil listrik diketahui akan segera berakhir tahun ini dan pemerintah tidak memiliki rencana untuk memperpanjangnya.

    “Insentif tahun depan tidak ada, karena industrinya sudah cukup kuat,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Tangerang, belum lama ini.

    Diketahui saat ini ada beberapa insentif yang berlaku di industri otomotif, salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 10% untuk kendaraan listrik.

    Pemerintah memberikan insentif PPN DTP 10% atas mobil listrik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025. Kendaraan listrik produksi lokal dengan TKDN tertentu berhak mendapatkan PPN DTP. Jadi, PPN yang ditanggung pembeli lebih kecil. Syaratnya, mobil listrik tersebut harus diproduksi lokal dan punya TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) minimal 40%.

    Kalau insentif tersebut tidak diperpanjang tahun depan, maka akan menyulitkan pabrikan seperti BYD yang akan memulai merakit mobil listrik di Indonesia pada awal 2026.

    Menurut Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao, perkembangan EV di Indonesia sangat luar biasa. Indonesia menjadi salah satu negara dengan perkembangan EV tercepat di Asia Tenggara, di mana dalam dua tahun, penjualan EV di Indonesia meningkat dari 2% ke 12%.

    “Dan capaian ini tidak akan terjadi tanpa adanya dukungan dari pemerintah (Indonesia),” ungkap Eagle dalam Media Gathering di Sentul, Bogor, Kamis (11/12/2025).

    “BYD juga sangat berkomitmen dengan ekosistem EV di Indonesia. Itu mengapa kami akan mengoperasikan pabrik kami (di Subang, Jawa Barat) pada kuartal pertama 2026,” tambah Eagle.

    Eagle menambahkan, saat ini pertumbuhan penjualan EV memang hanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta. Tapi jangan lupa, konsumen-konsumen di daerah juga banyak yang menanti perkembangan produk-produk mobil listrik. Tak hanya dari brand BYD, tapi juga brand-brand mobil listrik lainnya.

    Dia juga mengingatkan bahwa pada tahun 2024 dan 2025, industri otomotif di Indonesia banyak mengalami tantangan, di mana penjualan mobil mengalami penurunan. Meski begitu, mobil listrik bisa memberi kontribusi terhadap total volume industri otomotif dengan penjualan yang terus meningkat setiap tahunnya.

    “Dan untuk peningkatan produksi, kami masih membutuhkan waktu, karena dalam memproduksi EV itu tidak bisa cepat. Kami juga harus membuat ribuan lapangan kerja di bidang manufaktur kami,” bilang Eagle.

    “Pada 2026, tentunya kami membutuhkan dukungan lebih lanjut dari pemerintah terkait perpanjangan insentif untuk EV (mobil listrik),” tukasnya.

    (lua/dry)

  • BYD Atto 1 Nggak Kekejar, Tinggal Jauh Avanza-Innova dkk

    BYD Atto 1 Nggak Kekejar, Tinggal Jauh Avanza-Innova dkk

    Jakarta

    BYD Atto 1 belum terkalahkan di bulan November 2025. Mobil listrik mungil lagi-lagi berada di puncak daftar mobil terlaris di Indonesia.

    Dominasi BYD Atto 1 jelang penghujung tahun 2025 masih amat kuat. Buktinya, BYD Atto 1 lagi-lagi memuncaki daftar mobil terlaris di Indonesia periode November 2025. Atto 1 meninggalkan jauh rival-rivalnya yang bertengger di bawahnya. Berdasarkan data distribusi wholesales yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, pada bulan kesebelas ini, distribusi BYD Atto 1 mencapai 8.333 unit. Dari keseluruhan distribusi BYD, Atto 1 bahkan menyumbang 87 persen barulah sisanya model lain. Tak cuma itu, pencapaian ini juga membuat BYD menjadi satu-satunya mobil listrik di daftar mobil terlaris Indonesia.

    Torehan ini membuat BYD Atto 1 melesat. Kijang Innova yang biasanya memuncaki posisi teratas pun belum sanggup mengejar. Sebab, distribusinya ‘hanya’ mencapai 4.475 unit. Ini sekaligus menempatkan Innova jadi mobil terlaris nomor dua setelah BYD Atto 1. Selanjutnya di posisi ketiga ada Daihatsu Gran Max pikap. Meski berhadapan langsung dengan deretan mobil penumpang, nyatanya Gran Max pikap patut diperhitungkan sebagai rival berat. Selama November, distribusi Gran Max pikap itu mencapai 4.421 unit.

    Selanjutnya di posisi keempat ada Toyota Avanza yang mencatatkan distribusi sebanyak 3.912 unit. Toyota Avanza dibuntuti Suzuki Carry pikap yang menempati posisi kelima dalam daftar mobil terlaris bulan November 2025. Lengkapnya, berikut ini daftar mobil terlaris di Indonesia.

    Daftar Mobil Terlaris di Indonesia November 2025

    1. BYD Atto 1: 8.333 unit
    2. Kijang Innova (Reborn dan Zenix): 4.475 unit
    3. Daihatsu Gran Max pikap: 4.421 unit
    4. Toyota Avanza: 3.912 unit
    5. Suzuki Carry pikap: 3.157 unit
    6. Toyota Calya: 3.122 unit
    7. Toyota Rush: 2.597 unit
    8. Daihatsu Gran Max (blind van dan minibus): 2.569 unit
    9. Mitsubishi Xpander (termasuk Xpander Cross): 2.147 unit
    10. Daihatsu Sigra: 2.105 unit
    11. Honda Brio (Satya dan RS): 1.839 unit
    12. Mitsubishi Destinator: 1.814 unit
    13. Toyota Hilux pikap: 1.534 unit
    14. Toyota Agya: 1.416 unit
    15. Toyota Fortuner: 1.412 unit
    16. Suzuki Fronx: 1.412 unit
    17. Mitsubishi L300: 1.411 unit
    18. Daihatsu Terios: 979 unit
    19. Mitsubishi Pajero Sport: 912 unit
    20. Honda HR-V: 609 unit

    Secara keseluruhan, penjualan mobil di Indonesia periode November tercatat naik tipis yakni 0,3 persen. Sedangkan secara retail, peningkatannya mencapai 6,1 persen. Sepanjang November, penjualan wholesales mencapai 74.252 unit dan secara retail 79.310 unit. Total selama 11 bulan tahun ini, sudah ada 700 ribu unit lebih mobil yang terjual di Indonesia.

    (dry/rgr)

  • Pembeli Mobil Pertama Mulai Incar Mobil Listrik

    Pembeli Mobil Pertama Mulai Incar Mobil Listrik

    Jakarta

    Pembeli mobil pertama di China mulai mengincar mobil listrik. Harga yang murah jadi satu faktornya.

    Makin banyak pembeli mobil pertama di China yang menginginkan mobil listrik ketimbang mobil bensin. Dalam survei yang dilakukan Bloomberg Intelligence, harganya yang terjangkau, model makin beragam, seiring dengan makin banyaknya SPKLU, membuat mobil listrik makin menarik di mata pembeli mobil pertama.

    Dalam studi yang dilakukan pada November, dari 1.000 responden yang ingin membeli mobil dalam 12 bulan ke depan di China, 47 persen calon pembeli mobil pertama berencana untuk meminang mobil listrik. Angka ini tercatat naik 25 persen dari survei sebelumnya yang dilakukan pada Februari.

    Meskipun China merupakan pasar mobil listrik terbesar di dunia, namun keterjangkauan dan kinerja baterai juga bikin konsumen khawatir. Terlebih saat cuaca dingin. Kendati demikian, teknologi mobil listrik yang makin canggih, biaya perawatan makin rendah, serta adopsi platform yang memungkinkan pengisian daya lebih cepat, menjadi faktor pemikat bagi konsumen, demikian menurut survei tersebut.

    Dari segmen konsumen pemilik mobil, 52 persen responden mengatakan bahwa pembelian mobil berikutnya adalah berjenis EV. Angka tersebut naik 34 persen dibandingkan survei pada Februari.

    “Negara ini mengungguli Eropa dan AS dengan mobil listrik baterai yang harganya sudah setara dibandingkan mobil bensin, sementara minat konsumen yang kuat terhadap fitur teknologi canggih memberikan keunggulan bagi startup lokal dan raksasa teknologi Huawei Technologies dan Xiaomi dalam persaingan pasar yang ketat,” demikian ditulis analis Bloomberg Intelligence.

    Kendaraan energi baru, termasuk EV maupun hybrid, diprediksi untuk pertama kalinya akan menyumbang lebih dari setengah penjualan mobil baru di China. Lebih dari seperempatnya berupa mobil listrik bertenaga baterai.

    Di sisi lain, melambatnya penjualan seiring pemerintah mengurangi insentif bagi konsumen juga bikin kekhawatiran tersendiri terkait kesenjangan adopsi EV di kota besar dan kota kecil.

    (dry/din)

  • BYD Tiga Besar, Geser Mitsubishi, Honda, Suzuki

    BYD Tiga Besar, Geser Mitsubishi, Honda, Suzuki

    Jakarta

    BYD berhasil masuk posisi tiga besar penjualan mobil di Indonesia per November 2025. BYD unggul dari Mitsubishi, Suzuki, dan Honda!

    Berdasarkan data wholesales (distribusi pabrik ke dealer) Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), BYD mencatatkan angka penjualan 9.481 unit per November 2025. Angka itu turun dari bulan Oktober yang menyentuh 10.593 unit.

    Meskipun turun, angka itu masih cukup buat BYD untuk bertengger sebagai mobil ketiga terlaris di Indonesia per November 2025. Hasil ini mengulangi kesuksesan yang sama pada bulan sebelumnya.

    BYD unggul dari beberapa merek Jepang yang sudah lama berjualan di Indonesia. Capaian bulan November itu bikin BYD unggul dari Mitsubishi dengan torehan 7.402 unit, Suzuki sebanyak 6.102 unit, dan Honda mencatatkan penjualan 3.032 unit.

    Posisi teratas masih dikuasai oleh Toyota. Raksasa mobil di Indonesia itu menjual 21.642 unit. Naik 5,27 persen dari sebelumnya yang menyentuh penjualan 20.559 unit.

    Daihatsu mengekor sebagai runner up. Daihatsu mencatat penjualan 11.684 unit pada bulan ini.

    Hal yang sama masih tercermin dari retail sales (distribusi dealer ke konsumen). Posisi lima besar mobil terlaris per November 2025 secara berurutan ditempati oleh Toyota, Daihatsu, BYD, Mitsubishi, Suzuki, dan Honda.

    Wholesales secara total sebanyak 74.252 unit terdistribusi pada November 2025. Angka tersebut naik 0,32 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 74.014 unit.

    Angka retail sales juga mengalami tren positif. Penjualan November 2025 tembus 79.310 unit. Angka tersebut naik 6,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang menyentuh 74.720 unit.

    Bulan November tahun ini merupakan penjualan tertinggi sepanjang 2025. Namun nampaknya penjualan otomotif nasional tidak akan tembus 800 ribu unit hingga akhir tahun.

    Secara kumulatif, wholesales Januari-November 2025 mencapai 710.084 unit. Sebagai pembanding, periode yang sama tahun lalu bisa tembus 785.917 unit. Artinya ada penurunan pasar sebesar 9,6 persen.

    Kemudian retail sales, angkanya bisa tembus 739.977 unit selama 11 bulan tahun ini. Padahal periode yang sama tahun lalu itu tembus 807.586 unit.

    Sebagai catatan, penjualan mobil di Indonesia sempat ditargetkan tembus 900 ribu unit selama 2025. Namun, Gaikindo melakukan revisi angka menjadi 780 ribu unit.

    Wholesales merek mobil terlaris per November 2025

    1. Toyota: 21.642 unit
    2. Daihatsu: 11.684 unit
    3. BYD: 9.481 unit
    4. Mitsubishi: 7.402 unit
    5. Suzuki: 6.102 unit
    6. Honda: 3.031 unit
    7. Isuzu: 2.556 unit
    8. Mitsubishi Fuso: 2.418 unit
    9. Wuling: 1.703 unit
    10. Hino: 1.667 unit
    11. Hyundai: 1.303 unit
    12. Chery: 1.211 unit

    Retail sales merek mobil terlari per November 2025

    1. Toyota: 24.268 unit
    2. Daihatsu: 12.750 unit
    3. BYD: 8.243 unit
    4. Mitsubishi: 7.020 unit
    5. Suzuki: 6.096 unit
    6. Honda: 5.505 unit
    7. Isuzu: 2.723 unit
    8. Mitsubishi Fuso: 2.515 unit
    9. Wuling: 1.778 unit
    10. Hino: 1.738 unit
    11. Chery: 1.404 unit
    12. Hyundai: 1.305 unit

    (riar/rgr)

  • Jelang Tutup Tahun, Gaikindo Revisi Target Penjualan Mobil Baru Jadi 780 Ribu Unit

    Jelang Tutup Tahun, Gaikindo Revisi Target Penjualan Mobil Baru Jadi 780 Ribu Unit

    JAKARTA – Pasar mobil baru di Indonesia kembali menunjukkan dinamika yang tidak ringan. Tahun 2025, industri otomotif dihadapkan pada sejumlah tantangan yang membuat laju penjualan kendaraan roda empat melambat.

    Situasi tersebut mendorong Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menurunkan proyeksi penjualan tahun ini. “Sudah diputuskan (revisi target penjualan mobil baru), proyeksi tahun 2025 menjadi 780 ribu unit,” ujar Ketua I Gaikindo Jongkie D Sugiarto, dikutip dari situs resmi Gaikindo, Sabtu, 6 Desember.

    Jongkie tidak merinci alasan spesifik di balik revisi tersebut, termasuk pertimbangan angka baru yang dipilih. Namun sebelumnya, ia telah menyampaikan bahwa Gaikindo akan mengevaluasi target tahunan setelah pameran otomotif Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2025 di ICE BSD pada 21–30 November.

    “Beberapa hari lalu (keputusan revisi dibuat), waktu ada GJAW 2025,” kata Jongkie.

    Hingga Oktober 2025, penjualan retail yakni distribusi dari dealer ke konsumen baru mencapai 660.659 unit. Realisasi ini masih jauh dari target awal yang dipatok pada kisaran 850 ribu sampai 900 ribu unit.

    Dengan tren penjualan yang melemah, pencapaian target lama dinilai semakin sulit direalisasikan. Perjalanan pasar sepanjang tahun pun tidak stabil. Whole sales dari agen pemegang merek (APM) ke dealer sempat merosot tajam pada April 2025, hanya mencatat 52.369 unit.

    Kondisi sedikit membaik pada Mei menjadi 60.847 unit, meski kembali turun pada Juni ke 58.338 unit. Pemulihan mulai terlihat pada Juli dengan 60.878 unit, kemudian naik tipis pada Agustus di angka 61.777 unit, dan kembali meningkat pada September menjadi 62.077 unit. Oktober menjadi bulan dengan capaian tertinggi sepanjang tahun, mencatat 74.019 unit.

    Melihat fluktuasi tersebut, serta pemulihan ekonomi yang belum sepenuhnya merata, Gaikindo menilai penyesuaian target merupakan langkah realistis. Dengan revisi menjadi 780 ribu unit, asosiasi berharap proyeksi baru ini lebih mencerminkan kondisi faktual pasar otomotif nasional sepanjang 2025.

  • Merek Mobil yang Penjualannya Meroket di Indonesia: BYD Naik 178%

    Merek Mobil yang Penjualannya Meroket di Indonesia: BYD Naik 178%

    Jakarta

    Selama Januari-Oktober 2025, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat sejumlah merek mobil dengan growth penjualan tertinggi. Hasilnya tak mengejutkan, produsen China sukses memuncaki daftar tersebut.

    Secara umum, penjualan mobil selama Januari-Oktober 2025 baru mencapai 630 ribuan unit atau turun 10,6 persen dibandingkan tahun lalu. Pada periode tersebut, banyak merek mengalami peningkatan penjualan, namun tak sedikit yang justru mengalami penurunan.

    Hasil terbaik datang dari merek baru yang sebagian besar berasal dari China. BYD dan merek turunannya, Denza, mengalami peningkatan signifikan, naik masing-masing 178,2 persen dan 651,1 persen pada Januari-Oktober dikomparasi dengan periode sama sebelumnya.

    Penjualan mobil di Indonesia turun Foto: Agung Pambudhy

    Selain itu, ada merek lain yang juga mengalami lonjakan penjualan, misalnya Chery 142,7 persen, GWM 94,6 persen, BAIC 167,8 persen, Scania 32,4 persen dan Volkswagen 193,2 persen.

    Sementara lima besar merek terlaris mengalami penurunan penjualan. Honda menjadi yang terparah dengan penurunan 35,5 persen, kemudian Daihatsu 23,5 persen, Toyota 14 persen, Suzuki 8,6 persen dan Mitsubishi 5,3 persen.

    Angka tersebut sebenarnya wajar. Sebab, merek-merek China cenderung masih baru di Indonesia. Bahkan, Denza baru mulai jualan mobil di Tanah Air tahun ini. Sehingga, secara persentase, pasti naik signifikan.

    Penjualan mobil di Indonesia ditargetkan tembus 780 ribu unit/tahun Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Sementara merek-merek Jepang sudah ada sejak lama. Ketika penurunan penjualan secara akumulatif turun, maka mereka merupakan pihak yang benar-benar paling terdampak.

    Sebagai catatan, penjualan mobil di Indonesia sempat ditargetkan tembus 900 ribu unit selama 2025. Namun, Gaikindo melakukan revisi angka menjadi 780 ribu unit. Penentuan angka tersebut telah melalui banyak hitung-hitungan.

    “Iya, proyeksi (penjualan) menjadi 780 ribu unit,” kata Ketua I Gaikindo Jongkie D Sugiarto saat dikonfirmasi, dikutip dari CNN Indonesia.

    (sfn/dry)

  • Menko Airlangga Bidik Transaksi Harbolnas 2025 Tembus Rp 35 Triliun

    Menko Airlangga Bidik Transaksi Harbolnas 2025 Tembus Rp 35 Triliun

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Menko Airlangga) menjelaskan, pasar otomotif Indonesia memasuki fase baru setelah kehadiran mobil listrik skala massal membuat harga mobil konvensional mengalami koreksi signifikan.

    Dalam pameran otomotif di Bumi Serpong Damai (BSD), harga rata-rata mobil turun hingga kisaran Rp 300 juta. Bahkan beberapa model kini ditawarkan hanya Rp 175–190 juta, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    “Kalau kita lihat kemarin di pameran di Bumi Serpong Damai harga mobil rata-rata Rp 300 juta rupiah dan bahkan ada mobil yang harganya Rp 175 sampai Rp 190 juta. Artinya, dengan kehadiran electric vehicle harga mobil tertekan ke bawah dan ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Airlangga di Rapimnas Kadin, di Park Hyatt, Jakarta, Selasa (2/12/2025).

    Airlangga menjelaskan bahwa fenomena ini merupakan hasil dari meningkatnya penetrasi kendaraan listrik (electric vehicle/EV), baik dari produsen lokal maupun global. Kompetisi harga yang ketat memaksa produsen mobil berbahan bakar bensin untuk menyesuaikan harga agar tetap kompetitif.

    Koreksi harga tersebut dinilai dapat membuka peluang lebih besar bagi masyarakat untuk memiliki kendaraan pribadi, terutama di segmen menengah.

    Kondisi pasar menunjukkan bahwa selera konsumen mulai bergeser. Penjualan mobil listrik naik 18,27% sepanjang 2025, jauh melampaui pertumbuhan penjualan mobil konvensional yang cenderung stabil. Sementara itu, penjualan sepeda motor naik 8,4%, menandakan permintaan kendaraan pribadi tetap tinggi.

    “Penjualan mobil stabil namun penjualan mobil listrik naik 18,27 persen jadi terjadi shifting dari mobil bensin ke mobil listrik,” ujarnya.

     

  • Harga Mobil di Indonesia Turun Usai Serbuan Mobil Listrik Murah

    Harga Mobil di Indonesia Turun Usai Serbuan Mobil Listrik Murah

    Jakarta

    Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menegaskan, kemunculan mobil listrik murah membuat harga mobil bensin di Indonesia makin terjangkau. Sebab, produsen melakukan penyesuaian agar tetap bisa kompetitif.

    Airlangga Hartaro menjelaskan, dalam suatu pameran yang digelar di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, banyak mobil bensin yang dibanderol di bawah Rp 200 juta. Namun, dia tak mengurai secara detail model-modelnya.

    Pernyataan Airlangga kemungkinan mengacu pada harga mobil terjangkau dan ramah lingkungan (Low Cost Green Car/LCGC). Saat ini, hanya ada tiga produsen yang memasarkan kendaraan tersebut, mulai dari Honda, Toyota, dan Daihatsu.

    “Artinya dengan kehadiran electric vehicle harga mobil tertekan ke bawah. Dan ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Airlangga dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia di Park Hyatt, Jakarta, dikutip dari CNN Indonesia, Rabu (3/12).

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto Foto: Ignacio Geordi Oswaldo

    Jika kita melihat pasar, sebenarnya yang paling terlihat mengalami penurunan nilai jual adalah mobil hybrid. Misalnya, Toyota yang hanya membanderol Veloz hybrid mulai dari Rp 299 juta dan Honda yang berani menjual HR-V Hybrid Rp 60 juta lebih murah dari varian termahal di model sebelumnya.

    Di kesempatan yang sama, Airlangga Hartarto mengatakan penjualan mobil listrik mengalami kenaikan 18,27 persen (yoy) per Oktober 2025. Hal tersebut membuktikan, konsumen Indonesia mulai beralih dari kendaraan konvensional ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan.

    “Terjadi shifting dari mobil bensin ke mobil listrik,” ungkapnya.

    Di lain sisi, Airlangga mengklaim, investasi kendaraan listrik di Indonesia terus bertambah. Misalnya BYD yang berinvestasi Rp 11,2 triliun dengan produksi 150 ribu unit. Kemudian Chery Automobile berkomitmen memberikan investasi tambahan sebesar Rp 5,2 triliun.

    Selain BYD dan Chery, ada Wuling yang investasi Rp 9,3 triliun untuk produksi kendaraan dan Rp 7,5 triliun untuk pabrik baterai.

    “Vinfast dari Vietnam sudah investasi Rp 3,7 triliun, kapasitasnya 50 (ribu) unit per tahun. Hyundai investasi tambahan Rp 20 triliun,” kata Airlangga.

    (sfn/rgr)

  • Jenis Mobil yang Diusulkan Dapat Insentif biar Harganya Lebih Murah

    Jenis Mobil yang Diusulkan Dapat Insentif biar Harganya Lebih Murah

    Jakarta

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai industri otomotif masih butuh suntikan insentif. Sebab, kondisi saat ini industri otomotif sedang tidak baik-baik saja. Jika tidak diselamatkan, dikhawatirkan dampaknya bisa sampai PHK di industri ini.

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai industri otomotif saat ini sangat membutuhkan insentif guna memperkuat ekosistem industrinya dari hulu-hilir. Insentif tersebut diperlukan untuk mempertahankan utilisasi produksi, melindungi investasi dan pekerja industrinya dari PHK, serta meningkatkan daya saing produk otomotif dalam negeri.

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil selama Januari-Oktober 2025 secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) hanya sebanyak 634.844 unit. Angka itu turun 10,6 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 711.064 unit. Sedangkan secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen) tercatat sebanyak 660.659 unit pada Januari-Oktober 2025. Angka itu turun 9,6 persen dari tahun lalu yang mencapai 731.113 unit.

    Data yang dihimpun Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) menunjukkan produksi kendaraan juga mengalami penurunan menjadi 957.293 unit dari 996.741 unit pada 2024.

    Penurunan paling dalam terjadi pada segmen kendaraan yang justru menjadi tulang punggung industri otomotif nasional, yaitu segmen entry dengan harga di bawah Rp 200 juta. Segmen itu anjlok hingga 40 persen. Selain itu, segmen low dengan harga Rp 200-400 juta juga merosot 36 persen, serta segmen kendaraan komersial turun 23%. Ketiga segmen tersebut selama ini menyasar konsumen domestik, terutama kelompok masyarakat kelas menengah, serta menjadi basis produksi terbesar di dalam negeri.

    Kemenperin menegaskan, insentif otomotif menjadi instrumen krusial dalam upaya memulihkan pasar kendaraan bermotor sekaligus menjaga keberlangsungan industri otomotif nasional.

    “Kami memandang bahwa dibutuhkan insentif untuk membalikkan keadaan tersebut,” kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief dalam keterangan tertulis.

    Febri menyatakan, kebijakan insentif tidak hanya penting bagi pelaku industri, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sebagai konsumen. Menurutnya, insentif akan menciptakan ruang bagi penurunan harga kendaraan, memperbaiki sentimen pasar, serta mempertahankan daya beli masyarakat, khususnya kelompok kelas menengah dan pembeli mobil pertama yang sangat sensitif terhadap perubahan harga.

    Adapun jenis mobil yang diusulkan mendapatkan insentif adalah mobil di segmen menengah-bawah. Selain itu, mobil produksi lokal dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang tinggi juga diutamakan.

    “Walaupun Kemenperin belum merumuskan jenis, bentuk dan target insentif/stimulus, tapi usulannya akan mengarah ke segmen kelas menengah-bawah dan didasarkan pada nilai TKDN.,” ungkap Febri.

    (rgr/dry)