Topik: Penjualan Mobil

  • Pertumbuhan Mobil Hybrid Lebih Cepat dari Mobil Listrik

    Pertumbuhan Mobil Hybrid Lebih Cepat dari Mobil Listrik

    Jakarta

    Shugo Watanabe, President Director PT. Honda Prospect Motor meyakini pasar Indonesia berpotensi besar terkait pertumbuhan mobil elektrifikasi. Honda meyakini adopsi mobil hybrid lebih besar ketimbang battery electric vehicles (BEV).

    “Kita melihat penerimaan konsumen, kita percaya (pertumbuhan) hybrid akan lebih cepat daripada BEV, untuk saat ini,” kata Shugo dikutip Rabu (11/6/2025).

    Berdasarkan data wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), secara year to date April 2025, tercatat penjualan mobil listrik sudah mencapai 23.952 unit atau menorehkan pangsa pasar 9,3 persen dari total penjualan. Sementara itu pada periode yang sama, penjualan mobil hybrid 18.462 unit. Pangsa pasar mobil hybrid itu sekitar 7,2 persen.

    Honda hingga saat ini sudah memiliki tiga mobil hybrid yakni CR-V, Accord, dan juga Civic RS. Barulah HR-V Hybrid meluncur pada 10 Juni 2025 sebagai produk keempat.

    Suzuki juga punya dua model dengan teknologi mild hybrid. Toyota yang punya sembilan model mobil hybrid di Tanah Air.

    Brand Jepang sangat agresif memperkenalkan produk hybrid di Indonesia. Berbeda dengan merek China, seperti Chery, BYD, Wuling, Geely, AION, Seres, hingga Neta. Merek Korea Hyundai juga sudah memiliki tiga model mobil listrik yang dijual di Indonesia hingga saat ini yaitu Kona Electric, Ioniq 5, dan Ioniq 6.

    Pabrikan Jepang bukan tidak punya mobil listrik. Toyota misalnya sudah meluncurkan mobil listrik bZ4X di dalam negeri. Lexus juga sudah memiliki mobil listrik yang dijual ke pasaran. Nissan, Mazda, Mitsubishi, sampai Honda juga sudah memiliki mobil listrik.

    Namun dibandingkan dengan para produsen China, model mobil listrik yang diboyong ke Indonesia itu belum banyak. Pun volume penjualannya juga tak sebanyak pabrikan China.

    Honda Tak Tutup Mata dengan Produk BEV di Indonesia.

    Honda menunjukkan komitmennya terhadap elektrifikasi di Indonesia dengan strategi yang terukur. Mereka melihat teknologi hibrida sebagai ‘jembatan’ penting untuk transisi, mengingat pengalaman pasar negara maju dan kesiapan konsumen serta infrastruktur di Indonesia. Mobil hybrid dinilai lebih diterima karena efisiensinya tanpa kekhawatiran jangkauan atau pengisian daya.

    Meskipun fokus pada mobil hybrid, Honda tetap berkomitmen pada net zero emissions dan akan mendorong adopsi BEV di masa depan. Buktinya, mereka sudah meluncurkan Honda e:N1 dan berencana menambah model BEV lain, namun tetap menyesuaikannya dengan permintaan konsumen Indonesia untuk memastikan relevansi produk.

    “Kami yakin saat ini teknologi hybrid diterima lebih luas di kalangan masyarakat Indonesia, melihat sejarah negara lebih maju, Eropa, China, Amerika Serikat, perlu jembatan teknologi,” kata dia.

    “Kita perlu jembatan yang bagus untuk transisi teknologi, kami percaya hybrid jembatan yang tepat untuk transisi elektrifikasi di Indonesia saat ini. Kami tetap punya komitmen di masa depan untuk mencapai net zero emissions.”

    “Kami tetap melakukan berbagai upaya untuk memperkenalkan teknologi BEV di Indonesia, salah satunya peluncuran e:N1, dan akan diperbanyak lagi model BEV lagi yang diperkenalkan lagi di Indonesia, itu akan disesuaikan sesuai permintaan konsumen Indonesia,” ungkapnya lagi.

    (riar/din)

  • Penjualan Mobil Listrik di Indonesia Naik Terus, Gaikindo Justru Wanti-wanti

    Penjualan Mobil Listrik di Indonesia Naik Terus, Gaikindo Justru Wanti-wanti

    Jakarta

    Mobil listrik di Indonesia sudah mulai banyak peminatnya. Penjualan mobil listrik di Tanah Air semakin meningkat. Namun, Gaikindo mewanti-wanti maraknya mobil listrik di Indonesia. Kenapa?

    Ini berkaitan dengan insentif yang diberikan pemerintah untuk mobil listrik. Saat ini, mobil listrik impor utuh atau CBU (completely build up) mendapatkan keringanan pajak dari pemerintah. Padahal, mobil impor utuh atau CBU tidak bisa membantu industri lokal.

    “Yang perlu dilihat ya, itu kan banyak juga mobil listrik. Kebanyakan mobil listrik itu kan masih diimpor dalam bentuk CBU tuh. Nah itu juga perlu hati-hati juga,” kata Kukuh kepada detikOto, Rabu (11/6/2025).

    Kukuh menyebut, pangsa pasar mobil listrik di Indonesia kini sudah naik. Mobil listrik menyumbang hampir 10 persen penjualan mobil di Indonesia.

    “Nah kalau 10 persen itu dalam bentuk CBU, itu juga menjadi concern tersendiri,” ujar Kukuh.

    Soalnya, menurut Kukuh, mobil yang diimpor secara utuh dari luar negeri tidak dapat membantu industri otomotif dalam negeri. Padahal, industri otomotif dalam negeri menjadi salah satu penggerak perekonomian negara. Sebab, mata rantai industri otomotif nasional itu memperkerjakan lebih dari 1,5 juta orang.

    “Ya nggak (membantu industri dalam negeri). Itu (saat membeli mobil impor CBU) kita bayar tenaga kerja orang asing kan,” ucap Kukuh.

    Untuk itu, Kukuh menegaskan produsen mobil listrik tersebut harus segera memproduksi mobilnya di Indonesia. Hal itu demi mendongkrak industri otomotif Tanah Air yang sedang lesu di tengah daya beli masyarakat yang lemah.

    Perlu diketahui, mobil listrik CBU saat ini mendapat insentif pajak dari pemerintah. Mobil listrik CBU dibebaskan dari bea masuk dan PPnBM. Alhasil, meski diimpor utuh dari luar negeri, mobil listrik tersebut punya harga yang ‘murah’.

    Tapi, syarat mendapatkan insentif itu adalah pemain mobil listrik wajib membuka bank garansi dan komitmen produksi dalam negeri 1:1 dengan spesifikasi minimal sama. Relaksasi ini akan berakhir di penghujung 2025.

    (rgr/din)

  • Industri Otomotif RI Kritis! Kelas Menengah Turun, Harga Mobil Kian Tak Terjangkau

    Industri Otomotif RI Kritis! Kelas Menengah Turun, Harga Mobil Kian Tak Terjangkau

    Jakarta

    Industri otomotif sedang lesu. Penjualan anjlok akibat daya beli masyarakat melemah. Bahkan disebutkan, kondisinya sedang kritis.

    Penjualan mobil sepanjang 2025 ini belum pulih sepenuhnya. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil pada bulan Mei 2025 tercatat sebanyak 60.613 unit secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) dan sebanyak 61.339 unit secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen).

    Jika dibandingkan dengan bulan April 2025, penjualan wholesales Mei 2025 memang naik 18,4 persen dari 51.205 unit. Juga dari segi retail sales naik 7,6 persen dari 57.030 unit. Meski begitu, jika dibandingkan dengan penjualan mobil sebelum April, data penjualan Mei 2025 masih terbilang rendah.

    Sebagai pembanding, pada Januari 2025, Gaikindo mencatatkan penjualan wholesales 61.932 unit dan retail sales 64.029 unit. Lanjut pada Februari wholesales sebanyak 72.336 unit dan retail sales 69.872 unit. Kemudian pada bulan Maret wholesales sebanyak 70.895 unit dan retail sales sebanyak 76.582 unit. Artinya, penjualan mobil pada Mei 2025 masih di bawah angka normal yang biasanya menyentuh 70-80 ribuan unit per bulan.

    Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, daya beli masyarakat Indonesia saat ini memang sedang menurun. Terlebih, jutaan masyarakat kelas menengah di Indonesia turun kasta.

    Pada Oktober 2024, BPS melaporkan jumlah kelas menengah di Indonesia turun menjadi 17,13% dari proporsi masyarakat di Indonesia. Total kelas menengah di Indonesia sebanyak 46,85 juta jiwa. Angka itu tercatat mengalami penurunan sejak 2019, di mana saat itu proporsinya 21,45% atau berjumlah 57,33 juta jiwa. Kemudian pada 2021 juga mengalami penurunan menjadi 19,82% atau 53,83 juta penduduk.

    “(Penurunan kelas menengah) itu kan lumayan,” kata Kukuh.

    “Kalau kemudian dikaitkan dengan penjualan kendaraan bermotor, harga mobilnya itu naiknya sekitar 7,5 persen setahun. Sementara kelas menengah sebagai potensial pembeli kendaraan bermotor itu naiknya cuma 3 persen, jadi gap-nya makin lama makin besar,” ujar Kukuh.

    Artinya, harga mobil yang semakin tinggi setiap tahunnya semakin tidak terjangkau oleh kebanyakan orang Indonesia. Apalagi, menurut Kukuh, kebanyakan masyarakat Indonesia lebih memilih mobil dengan harga di bawah Rp 400 juta.

    “Kalau dari data kami itu rata-rata pembeli kendaraan bermotor Indonesia yang paling banyak itu mereka beli kendaraan-kendaraan yang harganya di kisaran di bawah Rp 300-400 jutaan itu yang banyak dibeli. Itu kisarannya sekitar 75 persen itu pembeli kendaraan-kendaraan yang harganya di kisaran itu. Tapi dalam kondisi sekarang itu daya beli masyarakatnya juga lagi turun,” kata Kukuh.

    Bisa dilihat dari penjualan mobil di segmen low cost green car (LCGC) yang menjadi mobil terjangkau di Indonesia. Penjualan LCGC, menurut Kukuh, mengalami penurunan.

    “Itu kan menunjukkan bahwa kelompok masyarakat ini mengalami penurunan lah. Mereka nggak beli mobil, padahal mobil-mobil ini kan di samping untuk kepentingan pribadi juga digunakan untuk kegiatan ekonomi kan, untuk ride-hailing. Ini kan jenis-jenis kelompok ini kan. Begitu tergerus, ini juga langsung drop,” ujar Kukuh.

    “Nah ini yang harus segera disikapi. Sebetulnya kalau kita dari industri ini udah kondisi kritis ya yang kita nggak harapkan. Harus ada langkah yang cepat dan tepat sehingga kemudian pulih, ada peningkatan pembelian. Peningkatan pembelian itu kan artinya kemudian menggerakkan ekonomi ya. Nah kalau ekonominya bergerak kan daya belinya meningkat lagi kan,” bebernya.

    (rgr/din)

  • Pertumbuhan Mobil Hybrid Lebih Cepat dari Mobil Listrik

    Pantes Harga Honda HR-V Hybrid Lebih Terjangkau, Ternyata Ini Sebabnya

    Jakarta

    HR-V e:HEV menjadi mobil hybrid pertama Honda yang dirakit lokal, plus mobil itu dijual di bawah Rp 500 juta. Apa yang membuat mobil ini menjadi lebih terjangkau?

    Ya, seperti diketahui Honda HR-V Turbo RS sebagai varian teratas pada waktu lalu tembus Rp 551,4 juta. Tembus setengah miliar! Honda secara tiba-tiba memperkenalkan HR-V e:HEV yang sudah dibekali teknologi hybrid. Konsumsi BBM lebih irit dan harga lebih terjangkau, banderolan HR-V e:HEV dijual Rp 449 juta, sedangkan trim tertinggi HR-V e: HEV RS dibanderol Rp 488 juta.

    HR-V saat ini menjadi salah satu SUV kompak yang terpopuler di kalangan masyarakat Indonesia. Meski diadang banyak rival, nyatanya Honda HR-V masih sanggup memenangi hati para pencinta SUV kompak dalam negeri.

    Honda memilih HR-V sebagai model yang mendapat suntikan elektrifikasi supaya bisa menjembatani teknologi transisi dari internal combustion engine (ICE) ke battery electric vehicles (BEV).

    Salah satu penentu dari keberhasilan transisi teknologi ialah penetapan harga. Honda ingin menjangkau lebih luas teknologi strong hybrid lewat HR-V e:HEV.

    “Terima kasih atas dukungan pemerintah, itu adalah kontribusi dari berbagai upaya investasi yang kami lakukan dari dulu sampai sekarang, sehingga itu memungkinkan kami untuk memaksimalkan posisi dari produksi lokal untuk model ini. Jadi memang desain harga itu kami buat atas dukungan insentif, dukungan pemerintah, lokal produksi, berbagai upaya dari internal, menjaga kualitas, dan juga memberikan value terbaik untuk konsumen,” ujar Presiden Direktur PT Honda Prospect Motor (HPM) Shugo Watanabe.

    Di tengah pasar otomotif yang semakin kompetitif, harga telah menjadi satu penentu utama keberhasilan penjualan mobil.

    Honda memanfaatkan kebijakan regulasi yang sudah digulirkan pemerintah untuk mobil hybrid. Seperti diketahui mobil hybrid rakitan lokal bisa mendapatkan potongan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).

    Selain itu, Yusak Billy sebagai Sales & Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor menambahkan pihaknya melakukan langkah fundamental dengan efisiensi produksi, mulai dari mengoptimalkan proses manufaktur untuk mengurangi biaya produksi.

    “Insentif sudah mendapatkan dari pemerintah. Oleh karena itu harga bisa kami tekan,” kata Billy.

    “Banyak juga aktivitas meningkatkan produktivitas, efisiensi, menjaga standar kualitas yang sudah tinggi, itu membuat kita selalu sesuai dengan ekspektasi konsumen,” tambah dia.

    (riar/din)

  • Berat! Penjualan Mobil Masih Ambruk, Apa Penyebabnya?

    Berat! Penjualan Mobil Masih Ambruk, Apa Penyebabnya?

    Jakarta

    Penjualan mobil di Indonesia belum sepenuhnya pulih. Daya beli yang menurun menjadi penyebabnya.

    Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil pada bulan Mei 2025 tercatat sebanyak 60.613 unit secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) dan sebanyak 61.339 unit secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen).

    Jika dibandingkan dengan bulan April 2025, penjualan wholesales Mei 2025 naik 18,4 persen dari 51.205 unit. Juga dari segi retail sales naik 7,6 persen dari 57.030 unit.
    Meski begitu, jika dibandingkan dengan penjualan mobil sebelum April, data penjualan Mei 2025 masih terbilang rendah. Bisa dibilang, penjualan mobil bulan lalu belum sepenuhnya pulih.

    Sebagai pembanding, pada Januari 2025, Gaikindo mencatatkan penjualan wholesales 61.932 unit dan retail sales 64.029 unit. Lanjut pada Februari wholesales sebanyak 72.336 unit dan retail sales 69.872 unit. Kemudian pada bulan Maret wholesales sebanyak 70.895 unit dan retail sales sebanyak 76.582 unit. Artinya, penjualan mobil pada Mei 2025 masih di bawah angka normal yang biasanya menyentuh 70-80 ribuan unit per bulan.

    Sementara itu, data penjualan mobil year to date dari Januari sampai Mei 2025 mencatatkan angka wholesales sebanyak 316.981 unit. Wholesales Januari-Mei 2025 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 335.405 unit. Begitu juga dengan retail sales. Gaikindo mencatat, retail sales Januari-Mei 2025 sebanyak 328.852 unit. Angka itu turun dari 362.163 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, membeberkan faktor penyebab penjualan mobil masih lemah. Menurut Kukuh, daya beli masyarakat Indonesia belum pulih.

    “Memang masih berat, memang masih berat. Ya kita lihat secara keseluruhan kondisi global kan ekonominya lagi tidak baik-baik saja. Di samping itu di dalam negeri pun juga sedang tidak baik-baik saja. Artinya itu daya beli masyarakat kita itu kan sedang menurun. Kalau nggak salah ada 11 juta kelas menengah yang daya belinya menurun. Itu kan lumayan,” kata Kukuh saat dihubungi detikOto, Rabu (11/6/2025).

    Di sisi lain, harga mobil di Indonesia semakin naik. Kenaikan harga mobil tersebut, menurut Kukuh, tidak dibarengi dengan daya beli masyarakat.

    “Nah kalau dibanding kemudian dikaitkan dengan penjualan kendaraan bermotor, harga mobilnya itu naiknya sekitar 7,5 persen setahun. Sementara kelas menengah sebagai potensial pembeli kendaraan bermotor itu naiknya cuma 3 persen, jadi gap-nya makin lama makin besar,” sebut Kukuh.

    “Jadi memang betul daya beli menurun itu kan sudah dibuktikan oleh banyak kajian-kajiannya dari kacamata ekonomi,” sambungnya.

    Memang, daya beli masyarakat Indonesia yang menurun itu tidak hanya terjadi di industri otomotif. Meski begitu, Kukuh menilai industri otomotif adalah salah satu penggerak ekonomi negara sehingga kalau daya belinya menurun dapat mempengaruhi kondisi ekonomi negara.

    “Otomotif sebetulnya itu salah satu motor utama penggerak ekonomi kita. Karena mata rantai industri otomotif nasional itu memperkerjakan lebih dari 1,5 juta (orang). Nah kalau ini terganggu, itu bisa mengganggu ekonomi nasional juga,” sebut Kukuh.

    (rgr/din)

  • Kenapa Bisa Marak Mobil Bekas 0 Kilometer?

    Kenapa Bisa Marak Mobil Bekas 0 Kilometer?

    Jakarta

    China sedang kebanjiran mobil bekas nol kilometer. Tapi, maraknya mobil bekas rasa baru tersebut menjadi kontroversi.

    Dilansir Autopost, Kementerian Perdagangan China membuka penyelidikan terhadap penjualan mobil bekas nol kilometer. Penyelidikan tersebut menargetkan produsen mobil dan dealer yang dituduh menggelembungkan penjualan dengan menjual kendaraan yang baru didaftarkan sebagai mobil bekas.

    Mobil bekas nol kilometer tersebut adalah kendaraan yang telah terdaftar tapi tidak pernah dikendarai. Mobil jenis itu sekarang membanjiri pasar mobil bekas.

    Inti dari fenomena mobil bekas nol kilometer di China terletak pada proses di mana kendaraan baru didaftarkan sebagai mobil yang terjual, sering kali ke dealer afiliasi atau platform pihak ketiga, dan kemudian dijual kembali sebagai mobil bekas meskipun jarak tempuhnya sedikit atau tidak ada sama sekali.

    Kendaraan ini terdaftar dan diberi pelat nomor. Namun, mobil-mobil itu tidak pernah dikendarai. Chairman Great Wall Motors Wei Jianjun melaporkan 3.000 hingga 4.000 dealer di platform mobil bekas China menggunakan praktik ini. Kenapa praktik mobil bekas nol kilometer bisa marak di China?

    Sumber industri melaporkan, produsen dan dealer menggunakan taktik ini untuk memenuhi target penjualan yang agresif. Kendaraan dijual dan didaftarkan tanpa pengiriman, lalu dijual kembali sebagai mobil bekas.

    “Manuver ini memiliki banyak tujuan: membantu produsen mobil mencapai target penjualan, memungkinkan dealer untuk melepas stok yang tidak terjual, dan, dalam beberapa kasus, memanfaatkan subsidi atau kebijakan ekspor yang terkait dengan status registrasi kendaraan,” tulis Carnewschina.

    Praktik ini menipu konsumen dan merusak integritas pasar mobil bekas. Otoritas China bekerja sama dengan pemangku kepentingan industri menyelesaikan masalah ini.

    Tren mobil bekas nol kilometer di China menyoroti masalah transparansi dan kredibilitas pasar yang serius. Meskipun dapat meningkatkan penjualan jangka pendek, hal itu berisiko mengikis kepercayaan konsumen dan merusak kesehatan jangka panjang pasar mobil bekas.

    Tren ini dapat mendistorsi harga pasar mobil bekas. Menjual kendaraan tanpa jarak tempuh sebagai kendaraan bekas akan mendistorsi struktur harga, sehingga sulit bagi konsumen untuk mengetahui nilai pasar yang wajar.

    Penanganan masalah ini memerlukan peraturan pemerintah yang ketat dan regulasi mandiri industri. Produsen mobil dan dealer harus mengadopsi kebijakan penjualan yang transparan dan memberikan informasi yang akurat untuk memulihkan kepercayaan konsumen.

    Konsumen harus memverifikasi tanggal registrasi dan jarak tempuh saat membeli kendaraan dan mencari penilaian ahli jika diperlukan. Upaya ini dapat mendorong pasar mobil bekas yang lebih transparan dan kuat.

    (rgr/mhg)

  • Sepi Peminat, Penjualan Mobil Listrik Mercedes G-Class Buruk

    Sepi Peminat, Penjualan Mobil Listrik Mercedes G-Class Buruk

    Jakarta, Beritasatu.com – Performa penjualan mobil listrik Mercedes Benz G-Class tampaknya jauh dari harapan perusahaan. Model G580 yang sepenuhnya bertenaga listrik diluncurkan dengan ekspektasi tinggi, tetapi kenyataannya justru mengecewakan di berbagai pasar utama dunia.

    Dalam wawancara eksklusif dengan surat kabar Jerman Handelsblatt, beberapa eksekutif Mercedes Benz tak menutupi kekecewaannya.

    Dikutip dari media otomotif Drive pada Minggu (8/6/2025), salah satu eksekutif yang enggan disebutkan namanya mengatakan secara blak-blakan bahwa penjualan mobil tersebut gagal.

    “Mobil itu hanya laku di diler, benar-benar gagal,” ujarnya.

    Seorang manajer lain dari internal perusahaan menambahkan bahwa G-Class versi listrik ini memang dimaksudkan sebagai model khusus dengan produksi terbatas. Namun, rendahnya minat pasar tetap menjadi sinyal yang mengkhawatirkan.

    Diluncurkan sejak April 2024, Mercedes Benz G580 baru membukukan penjualan sebanyak 1.450 unit di Eropa dan hanya 58 unit di China.

    Padahal, pasar China selama ini menjadi andalan utama bagi pertumbuhan kendaraan listrik global.

    Kurangnya respons positif terhadap model G580 membuat Mercedes Benz kini tengah mempertimbangkan strategi baru, termasuk kemungkinan menghadirkan versi yang lebih kecil dan lebih terjangkau dari G-Class listrik.

    Kinerja buruk ini bukan kasus tunggal. Tren serupa juga terlihat pada penjualan model listrik Mercedes lainnya, seperti EQE dan EQS yang gagal mencapai target penjualan global.

    Di Australia, tempat G-Class listrik baru resmi diluncurkan pada Mei 2025, data penjualan menunjukkan angka yang tak menggembirakan.

    Hingga akhir Mei 2025, hanya 156 unit G-Class yang berhasil terjual, menyumbang kurang dari 2% dari total penjualan Mercedes Benz di negara tersebut sejak awal tahun.

    Bahkan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2024, penjualan G-Class secara keseluruhan di Australia mengalami penurunan tajam hingga 20,8%.

    Kegagalan penjualan mobil listrik Mercedes G-Class menjadi cerminan tantangan yang dihadapi produsen otomotif besar dalam transisi ke kendaraan listrik. Meski teknologi ramah lingkungan semakin ditekankan, tidak semua model mampu menyesuaikan diri dengan ekspektasi konsumen, terutama di segmen premium seperti G-Class.

  • Kenapa Bisa Marak Mobil Bekas 0 Kilometer?

    Praktik Curang ‘Mobil Bekas 0 Km’ di China, Akal-akalan Palsukan Angka Jualan?

    Jakarta

    Di China sedang marak fenomena penjualan mobil bekas nol kilometer. Namun, maraknya mobil bekas rasa baru tersebut justru malah menuai kontroversi.

    Dikutip Carnewschina, mobil bekas nol kilometer tersebut adalah kendaraan yang telah terdaftar tapi tidak pernah dikendarai. Mobil jenis itu sekarang membanjiri pasar mobil bekas.

    Inti dari fenomena mobil bekas nol kilometer di China terletak pada proses di mana kendaraan baru didaftarkan sebagai mobil yang terjual, sering kali ke dealer afiliasi atau platform pihak ketiga, dan kemudian dijual kembali sebagai mobil bekas meskipun jarak tempuhnya sedikit atau tidak ada sama sekali.

    “Manuver ini memiliki banyak tujuan: membantu produsen mobil mencapai target penjualan, memungkinkan dealer untuk melepas stok yang tidak terjual, dan, dalam beberapa kasus, memanfaatkan subsidi atau kebijakan ekspor yang terkait dengan status registrasi kendaraan,” tulis Carnewschina.

    Analis menunjukkan, praktik ini terkait erat dengan tantangan sistemik dalam industri. Perang harga yang intens terjadi di China dan ketergantungan pada subsidi pemerintah, khususnya kendaraan energi baru (NEV) telah menciptakan kondisi strategi penjualan yang tidak transparan tersebut.

    Mobil bekas nol kilometer ini memang sering kali dibanderol dengan harga lebih murah. Bahkan terkadang harganya 30 persen di bawah harga baru dari pabrikan. Di sisi lain, kendaraan ini membawa risiko tersembunyi.

    Garansi biasanya dimulai saat pendaftaran, yang berarti pembeli mobil bekas 0 kilometer dapat kehilangan perlindungan selama berbulan-bulan. Beberapa model juga disertai pinjaman yang belum dibayar atau riwayat kepemilikan yang tidak jelas. Hal itu mengancam konsumen menghadapi potensi masalah hukum dan keuangan.

    “Analis pasar memperingatkan bahwa konsekuensi jangka panjang melampaui transaksi individual. Data penjualan yang digelembungkan secara artifisial dapat menyesatkan investor, mengaburkan permintaan pasar, dan mendistorsi persaingan. Misalnya, harga mobil bekas untuk model seperti BYD Qin L telah anjlok 30-40% di bawah harga resmi, yang memicu efek domino di antara model-model yang bersaing dan berkontribusi pada penurunan ekspektasi harga yang lebih luas,” sebut Carnewschina.

    Menanggapi meningkatnya kekhawatiran tersebut, Kementerian Perdagangan China mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan para produsen otomotif utama, termasuk BYD, Dongfeng, dan platform mobil bekas Guazi. Pembahasan difokuskan pada pengetatan pengawasan transaksi mobil bekas dan penindakan pelaporan penjualan yang curang.

    (rgr/din)

  • Ini Mobil Bekas yang Diburu tapi yang Jual Sedikit

    Ini Mobil Bekas yang Diburu tapi yang Jual Sedikit

    Jakarta

    Mobil bekas menarik buat jadi pilihan. Tahu nggak sih, model apa saja yang diburu tapi yang jual sedikit?

    Beberapa waktu yang lalu OLX menyebut Suzuki Aerio banyak dicari tapi jarang yang menjual pada platform tersebut.

    Aerio merupakan hatchback yang dikenalkan Suzuki pada tahun 2001. Mobil itu disuntik mati pada tahun 2008 dan tak lagi dijual hingga saat ini. Ditelusuri detikOto, di laman OLX, masih ada beberapa Suzuki Aerio yang ditawarkan.

    Lantaran Aerio hanya dijual beberapa tahun, jadi jumlah unit di pasar bekas memang tidak sebanyak mobil yang punya generasi panjang seperti Toyota Avanza.

    Ditelusuri detikOto, di laman OLX, masih ada beberapa Suzuki Aerio yang ditawarkan. Tahun 2003 dijual mulai dari Rp 45 juta, semakin muda tahunnya maka harganya lebih tinggi.

    Melalui platform marketplace lain seperti Facebook, terlihat masih tersedia beberapa iklan Suzuki Aerio. Dalam penelusuran detikOto, Aerio tahun 2003 dijual Rp 40 – 50 juta, tahun 2004 dibanderol Rp 50 – 60 juta. Dengan catatan jarak tempuhnya sudah mencapai ratusan ribu kilometer.

    Dalam internal OLX, pencarian Suzuki Aerio itu lebih unggul dari Honda City Type-Z, Kia Carnival, Peugeot 206, dan Toyota Soluna.

    Mayoritas mobil yang diminati tapi jumlah iklan sedikit versi OLXmobbi itu sudah tidak dijual dan diproduksi di Indonesia.

    Dalam data terbaru OLX, Avanza, si mobil sejuta umat banyak dicari dan unggul atas saudaranya Kijang Innova. Dalam situs iklan baris OLX, jumlah mobil bekas Avanza yang dijual di Indonesia mencapai 4.397 unit.

    OLX memproyeksikan ada peningkatan pencarian sebesar 22 persen dibandingkan periode biasa. Di samping itu, pameran otomotif yang sedang digelar juga diharapkan bisa mendorong penjualan mobil hingga 20 persen.

    Berdasarkan data internal OLX, rata-rata pengunjung yang mencari mobil bekas di Q4 2024 meningkat sebesar 27% dibandingkan Q1 2024. Rata-rata pembelian mobil bekas secara kredit juga meningkat sebesar 10% selama 2024, dan diharapkan tren ini terus berlanjut.

    (riar/lua)

  • Tesla Mendadak Laku Keras Usai Elon Musk Ditendang Trump

    Tesla Mendadak Laku Keras Usai Elon Musk Ditendang Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penjualan Tesla hancur lebur di beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Hal ini dipicu sentimen negatif terhadap sikap politik Elon Musk yang memunculkan gerakan boikot Tesla.

    Namun, tren berbeda justru muncul di Australia. Penjualan Tesla melesat mencapai level tertinggi selama 12 bulan terakhir pada Mei 2025.

    Tesla mengatakan pada pekan ini penjualan mobil listrik Tesla loncat menjadi 3.897 unit. Hal ini didorong penjualan moncer Model Y versi baru yang disulap menjadi kendaraan sport serbaguna dan compact.

    Penjualan Model Y di Australia tumbuh 122,5% dari tahun-ke-tahun (YoY), sementara penjualan Model 3 anjlok signifikan, dikutip dari CNBC International, Kamis (5/6/2025).

    Total pengiriman Tesla di Australia tumbuh 9,3% YoY. Namun, peningkatan dari April ke Mei 2025 naik 675%. Pada April lalu, Tesla hanya menjual 500 unit mobil listrik di Australia, menurut Dewan Kendaraan Listrik Australia.

    Penjualan Tesla pada April 2025 di Australia mencatat kinerja terburuk sepanjang tahun. Meski penjualannya bangkit pada Mei 2025, namun total penjualan di Australia sepanjang tahun berjalan masih tercatat turun 48,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    “Pertumbuhan penjualan Tesla yang kuat di Australia pada Mei 2025 didorong secara signifikan oleh pembaruan Model Y. Namun, penjualan global masih mengalami tekanan,” kata associate director di firma riset Counterpoint, Liz Lee.

    Menurut catatan Counterpoint, penjualan global Tesla anjlok 13% YoY pada kuartal-I (Q1) 2025.

    “Meskipun Tesla menunjukkan kebangkitan di Australia, tetapi belum ada sinyal pemulihan secara global,” Lee menambahkan.

    Reputasi Elon Musk Hancur Lebur

    Penjualan global Tesla merana dalam beberapa bulan terakhir karena sengitnya kompetisi dan rusaknya reputasi Musk.

    Sebelum Mei 2024, penjualan Tesla di Australia lesu setelah aksi vandalisme dan protes terkait pekerjaan Musk di pemerintahan Presiden AS DOnald Trump. Selain itu, Musk juga dihujat karena sikapnya yang membela partai sayap kanan di Eropa.

    Pada pekan ini, Tesla melaporkan penjualan di AS anjlok 11% YoY. Kelompok industri Eropa pada pekan ini juga mencatat sinyal penjualan yang rendah untuk mobil Tesla baru di Spanyol, Portugal, Denmark, dan Swedia.

    Namun, titik cerah juga muncul di Norwegia, sama seperti Australia. Model Y berhasil membantu meningkatkan pertumbuhan 213% pada Mei 2025 di Norwegia, dibandingkan tahun sebelumnya.

    Tesla juga melaporkan penjualan pecah rekor di Turki sebanyak 1.545 unit pada bulan lalu.

    Data ini muncul sesaat setelah Trump menggelar konferensi pers pada pekan lalu dan mengumumkan Elon Musk secara resmi mundur dari jabatannya di pemerintahan federal dan Gedung Putih.

    Meski Trump menekankan Musk tetap menjadi penasihatnya, namun pernyataan lanjutan dari pengusaha Dan Ives mengatakan masa-masa politik Musk sejatinya telah berakhir.

    Tesla Digempur Mobil China

    Kembalinya Musk untuk fokus ke Tesla bertepatan dengan momentum persaingan industri mobil listrik yang kian ketat, terutama dari pabrikan asal China. Misalnya saja BYD yang makin gencar berekspansi secara global dan mulai head-to-head dengan Tesla.

    Pada April 2025, penjualan BYD di Eropa telah melampaui Tesla untuk pertama kalinya, menurut JATO Dynamics. BYD baru-baru ini mengumumkan akan memangkas diskon. Tren ini juga diikuti pabrikan mobil listrik asal China lainnya.

    Pada Maret lalu, data menunjukkan pendapatan tahunan Tesla juga sudah kalah dibandingkan BYD.

    Namun, pada Mei 2025, Tesla berhasil kembali memimpin pasar mobil listrik di Australia dan mengalahkan BYD. Penjualan Tesla tembus 3.897 unit, berbanding BYD yang mencatat penjualan 3.225 unit.

    (fab/fab)