Topik: Penjualan Mobil

  • Daftar Mobil Listrik Terlaris Mei 2025, Penjualan Merosot

    Daftar Mobil Listrik Terlaris Mei 2025, Penjualan Merosot

    Jakarta

    Mobil listrik terus bertambah jumlahnya di Indonesia. Mobil teknologi battery electric vehicles (BEV) merek China masih tampil dominan per Mei 2025, namun jumlahnya menyusut dari bulan lalu.

    Diolah dari data wholesales (distribusi pabrik ke dealer) Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan mobil listrik mencatat penjualan 6.334 unit pada Mei 2025, angka ini menyusut jika dibandingkan bulan sebelumnya, sebanyak 7.690 unit mobil listrik terdistribusi pada April 2025.

    BYD Sealion 7 merupakan model terlaris mobil listrik pada Mei 2025 dengan angka mencapai 1.232 unit, jumlahnya menyusut dari bulan sebelumnya yang menyentuh 1.792 unit.

    Posisi kedua masih ditempati MPV listrik 7-penumpang BYD M6. Mobil tersebut menorehkan angka penjualan 1.184 unit, turun dari bulan sebelumnya 1.257 unit.

    Berikutnya, Denza D9 yang juga masih berada dalam grup BYD mencatatkan angka 630 unit, disusul oleh Chery J6 (iCar3) dengan 580 unit, menunjukkan bahwa merek-merek Tiongkok mulai serius menancapkan taring di pasar kendaraan listrik nasional.

    Wuling yang lebih dulu memasarkan mobil listrik dengan strategi ABC Stories-nya masih masuk 10 besar. Penjualan terlarisnya adalah Wuling Air EV sebanyak 419 unit, BinguoEV mencapai 210 unit, dan Cloud EV sejumlah 419 unit.

    Sementara brand asal Korea Selatan, Hyundai yang sudah merakit lokal produknya di Indonesia bisa tembus 10 besar mobil listrik terlaris lewat Hyundai Ioniq 5 dengan capaian 226 unit. Sementara, Hyundai Kona sebaga mobil listrik termurah yang dipasarkan Hyundai cuma terdistribusi sebanyak 51 unit.

    Turunnya penjualan mobil listrik sejalan dengan total wholesales nasional yang tercatat sebanyak 60.613 unit. Angka ini turun 15,1% secara tahunan (yoy) atau dari bulan yang sama tahun sebelumnya sebanyak 71.391 unit.

    Sementara itu, data penjualan mobil sejak awal tahun sampai Mei tercatat 316.981 unit. Realisasi ini juga turun hingga 5,5% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 335.405 unit.

    Berikut ini 10 besar mobil listrik terlaris Mei 2025:

    1. BYD Sealion 7: 1.232 unit
    2. BYD M6: 1.184 unit
    3. Denza D9: 630 unit
    4. Chery J6 (iCar3): 580 unit
    5. Wuling Air EV: 419 unit
    6. Wuling Cloud EV: 419 unit
    7. Geely EX5: 377 unit
    8. Hyundai Ioniq 5: 226 unit
    9. Wuling BinguoEV: 210 unit
    10. BYD Seal: 203 unit

    (riar/din)

  • Penjualan Mobil Listrik di RI Lebih Unggul dari Hybrid

    Penjualan Mobil Listrik di RI Lebih Unggul dari Hybrid

    Jakarta

    Tren mobil elektrifikasi makin diminati di Indonesia. Bukan hanya mobil listrik dan hybrid saja, sekarang jenis plug in hybrid electric vehicles (PHEV) bisa terjual ratusan unit per bulannya.

    Berdasarkan data wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan bahwa pada Mei 2025, mobil listrik mencatat penjualan 6.334 unit, mengungguli mobil hybrid yang hanya mencapai 4.144 unit.

    Artinya dari total penjualan mobil nasional yang mencapai 60.613 unit per Mei 2025, mobil listrik meraih pangsa pasar sebesar 10,4%, sedangkan hybrid mengisi 6,8% dari keseluruhan pasar.

    Kuatnya performa BYD mempertegas dominasi merek-merek Tiongkok di pasar kendaraan listrik nasional. Sebagai bukti, BYD memimpin penjualan mobil listrik per Mei 2025 lewat Sealion 7 dengan angka 1.232 unit, plus di posisi kedua ditempati M6 dengan capaian 1.184 unit, dan MPV premium Denza D9 tembus posisi tiga besar.

    Model-model dari China yang semakin beragam, menawarkan teknologi canggih dengan harga yang kompetitif, serta daya jelajah dan fitur yang makin sesuai dengan kebutuhan konsumen Indonesia. Chery J6 melengkapi posisi 4 besar mobil listrik terlaris 2025.

    Tiga besar mobil listrik per Mei 2025

    1. BYD Sealion 7: 1.232 unit

    2. BYD M6: 1.184 unit

    3. Denza D9: 630 unit

    4. Chery J6: 580 unit

    Meski kalah dari BEV secara total, mobil hybrid masih menunjukkan daya tarik tersendiri, khususnya untuk konsumen yang menginginkan efisiensi namun belum siap beralih sepenuhnya ke listrik. Tiga model hybrid terlaris pada Mei 2025 antara lain:

    1. Toyota Innova Zenix Hybrid: 2.539 unit

    2. Suzuki XL7 Hybrid: 612 unit

    3. Toyota Yaris Cross Hybrid: 288 unit

    Sayangnya, Suzuki Ertiga Hybrid terpantau dalam data Gaikindo tidak ada unit yang dikirim dealer di bulan ini, sebuah anomali yang cukup memengaruhi total performa segmen hybrid secara keseluruhan.

    Meski belum sebesar segmen BEV dan hybrid, mobil plug-in hybrid (PHEV) juga mulai mencatat angka berarti. Model yang paling menonjol yakni Chery Tiggo 8 Pro PHEV (CSH): 394 unit. Ini merupakan mobil PHEV termurah saat ini di Indonesia. PHEV menawarkan transisi antara hybrid dan listrik penuh, dan mulai diminati terutama oleh konsumen yang ingin efisiensi bahan bakar dengan fleksibilitas mobil konvensional.

    Melihat penjualan mobil listrik dan dominasi merek-merek China menandakan pasar otomotif nasional semakin berwarna. Mobil hybrid masih punya tempat, namun ke depan, bukan tidak mungkin mobil listrik murni berpotensi menjadi pilihan utama seiring ekosistem EV yang terus berkembang dan opsi model yang semakin beragam.

    (riar/lua)

  • Penjualan Kendaraan Drop, Suzuki Masih Bersyukur Berkat Hal Ini

    Penjualan Kendaraan Drop, Suzuki Masih Bersyukur Berkat Hal Ini

    Jakarta

    Fokus meningkatkan industri otomotif dengan mengandalkan sumber daya lokal masih menjadi fokus PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) di tengah menurunnya penjualan kendaraan saat ini.

    Meski demikian dalam siaran resmi yang diterima detikOto, kinerja penjualan ritel mobil yang dipasarkan olehPT Suzuki Indomobil Sales (SIS)sepanjang Mei 2025 mencatatkan capaian menggembirakan, dengan mampu terjualnya hingga 81 persen mobil-mobil Suzuki produksi Indonesia, seperti New Carry, New XL7, All New Ertiga, dan APV.

    Dominasi secara statistik tersebut merefleksikan komitmen berkelanjutan Suzuki dalam membangun kemandirian industri, mendorong daya saing manufaktur lokal, serta menumbuhkan keberlanjutan ekonomi pada sektor strategis.

    “Dominasi 81% kendaraan rakitan lokal dalam penjualan ritel Suzuki sepanjang Mei 2025 bukan sekadar indikator keberhasilan pasar, kepercayaan konsumen tersebut merupakan apresiasi terhadap kerja keras ribuan tenaga kerja lokal serta keterlibatan ratusan perusahaan pendukung yang tergabung dalam rantai pasok,”terang Dept. Head of 4W Sales PT SIS, Randy R. Murdoko.

    Secara keseluruhan, penjualan ritel Suzuki pada Mei 2025 mencatatkan pertumbuhan sebesar 11% dibandingkan bulan sebelumnya. New Carry kembali menjadi kontributor terbesar, disusul oleh New XL7 dan All New Ertiga yang stabil di segmen kendaraan penumpang. Keberhasilan ketiga model berkat efisiensi konsumsi bahan bakar, daya tahan tinggi, serta kesesuaian fitur terhadap kebutuhan konsumen Indonesia dari pengusaha mikro hingga keluarga muda di daerah urban maupun suburban.

    Tidak hanya di pasar domestik, ke empat model produksi Suzuki Indonesia tersebut juga menunjukkan kontribusi strategis di panggung global. Unit-unit produksi dalam negeri telah dikapalkan ke lebih dari 70 negara, menjangkau kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, hingga Amerika Latin. Perluasan ekspor ini mempertegas posisi Indonesia sebagai pilar penting dalam strategi global Suzuki.

    Suzuki Mulai Serius Garap Pasar Fleet. Foto: Dok. M Luthfi Andika

    UNtuk lebih meningkatkan perindustrian otomotif dan meningkatkan kualitas dalam negeri, Suzuki ikut memperkuat jangkauan layanan purnajual melalui 302 jaringan dealer dan 217 bengkel resmi yang tersebar di seluruh nusantara.

    Keberadaan jaringan ini bukan hanya sebagai titik layanan, tetapi juga penggerak ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja, memberdayakan sumber daya daerah, dan memperkuat ekosistem otomotif berbasis kolaborasi.

    “Penjualan ritel Suzuki banyak mendapat pengaruh dari kalangan pelaku usaha. Mereka membutuhkan kendaraan operasional yang akomodatif untuk berbagai keperluan, hemat bahan bakar dan tangguh. Hal tersebut dibuktikan dari kontribusi New Carry kami yang mencapai 55% dari keseluruhan model di line-up kami,” tutup Randy.

    Sebagai catatan, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, data penjualan mobil year to date dari Januari sampai Mei 2025 mencatatkan angka wholesales sebanyak 316.981 unit. Wholesales Januari-Mei 2025 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 335.405 unit.

    Begitu juga dengan retail sales. Gaikindo mencatat, retail sales Januari-Mei 2025 sebanyak 328.852 unit. Angka itu turun dari 362.163 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    (lth/riar)

  • Belajar dari Negara Tetangga dalam Memulihkan Industri Otomotif

    Belajar dari Negara Tetangga dalam Memulihkan Industri Otomotif

    Jakarta

    Industri otomotif Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Penjualan mobil belum pulih sepenuhnya. Malah mengalami penurunan.

    Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil pada Mei 2025 sebanyak 60.613 unit secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) dan sebanyak 61.339 unit secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen).

    Jika dibandingkan dengan bulan April 2025, penjualan wholesales Mei 2025 memang naik 18,4 persen dari 51.205 unit. Juga dari segi retail sales naik 7,6 persen dari 57.030 unit. Meski begitu, jika dibandingkan dengan penjualan mobil sebelum April, data penjualan Mei 2025 masih terbilang rendah.

    Sebagai pembanding, pada Januari 2025, Gaikindo mencatatkan penjualan wholesales 61.932 unit dan retail sales 64.029 unit. Lanjut pada Februari wholesales sebanyak 72.336 unit dan retail sales 69.872 unit. Kemudian pada bulan Maret wholesales sebanyak 70.895 unit dan retail sales sebanyak 76.582 unit. Artinya, penjualan mobil pada Mei 2025 masih di bawah angka normal yang biasanya menyentuh 70-80 ribuan unit per bulan.

    Sementara itu, data penjualan mobil year to date dari Januari sampai Mei 2025 mencatatkan angka wholesales sebanyak 316.981 unit. Wholesales Januari-Mei 2025 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 335.405 unit. Begitu juga dengan retail sales. Gaikindo mencatat, retail sales Januari-Mei 2025 sebanyak 328.852 unit. Angka itu turun dari 362.163 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara membandingkan kondisi di Indonesia dengan di negara tetangga. Menurut Kukuh, penjualan mobil di negara tetangga seperti Malaysia malah naik.

    “(Penjualan mobil) Malaysia naik. Malaysia itu rankingnya sekarang kedua (di ASEAN) setelah Indonesia (dalam hal) penjualan domestiknya. Geser Thailand. Thailand sekarang nomor tiga. Nah kita harus lihat latar belakang di balik itu, kenapa seperti itu,” ujar Kukuh kepada detikOto, Rabu (11/6/2025).

    Ternyata, kata Kukuh, industri otomotif Malaysia mendapat dukungan dari pemerintahnya. Malaysia tidak menghapus insentif untuk industri otomotif sejak pandemi COVID-19.

    “Ternyata semenjak Covid, Malaysia itu tidak mengubah kebijakan insentif untuk kendaraan bermotornya.Sehingga masyarakat sangat berminat untuk beli mobil. Di sisi lain lagi memang pendapatannya Malaysia lebih tinggi dari Indonesia ya. Nah kemudian Vietnam itu memberikan insentif pajak juga. Jadi insentif-insentif ini bisa mendorong sehingga ekonominya masih bisa tetap jalan. Begitu juga dengan Filipina. Jadi kita harus berkaca sama tiga negara itu ya. Karena Malaysia, Vietnam, dan Filipina, tetangga-tetangga kita semua kan kondisinya nggak jauh-jauh beda amat ya,” ujar Kukuh.

    Selain itu, menurut Kukuh, perpajakan kendaraan di negara tetangga tidak ruwet. Malah, besaran pajaknya tidak terlalu mahal dibanding Indonesia.

    “Di Malaysia mobil yang sama, Avanza misalnya, di sana tuh pajaknya nggak sampai Rp 1 juta (pajak) tahunan. Di Indonesia mobilnya sama ya, pajaknya bisa sampai Rp 4 jutaan (per tahun).Ini kan berat. Di samping tentunya ada masalah-masalah di balik itu lagi yang membuat harga mobil di Indonesia jadi relatif lebih mahal kan. Orang beli mobil harga dari pabrik Rp 100 juta, itu ujung-ujungnya bayarnya kan Rp 150 jutaan kan. Ya (karena) pajak-pajak tadi kan. Ada PPN, ada PPnBM, ada BBNKB, ada PKB, macam-macam lah. Sementara dari beli masyarakat kita lagi turun nih,” katanya.

    Industri otomotif Indonesia sempat terbantu dengan insentif dari pemerintah. Ketika pandemi COVID-19 lalu, pemerintah memberikan insentif PPnBM yang terbukti bisa mendongkrak penjualan mobil.

    “Nah kalau kita melihat dari negara sebelah ya, kurang lebih sama. Tadi Malaysia memberikan insentif pajak. Vietnam juga demikian, sehingga terjaga. Pada waktu COVID-19, waktu itu kita ada harapan. Akhirnya pemerintah memberikan insentif dengan PPnBM. Tahun 2021 itu dari drop yang tinggal 500 ribu unit,langsung balik ke 800-900 ribu. Kemudian yang berikutnya naik lagi kan.Nah ini yang harus segera dilakukan, tindakan itu,” ungkap Kukuh.

    (rgr/dry)

  • 20 Mobil Terlaris di Indonesia Mei 2025: Kijang Innova Belum Terkejar

    20 Mobil Terlaris di Indonesia Mei 2025: Kijang Innova Belum Terkejar

    Jakarta

    Kijang Innova tak terbendung. Posisinya masih sangat kuat di daftar mobil terlaris Indonesia. Ini buktinya.

    Penjualan mobil di Indonesia belum sepenuhnya pulih. Meski mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, namun bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya justru tetap menurun. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, secara wholesales, penjualan mobil di Indonesia Mei 2025 sebanyak 60.613 unit sementara pada periode yang sama tahun lalu menyentuh 71.391 unit.

    Penjualan secara retail pun tak berbeda jauh. Pada bulan kelima tahun ini, penjualan retail hanya 61.339 unit sedangkan pada Mei tahun lalu 72.246 unit. Data penjualan mobil year to date dari Januari sampai Mei 2025 mencatatkan angka wholesales sebanyak 316.981 unit. Wholesales Januari-Mei 2025 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 335.405 unit. Begitu juga dengan retail sales. Gaikindo mencatat, retail sales Januari-Mei 2025 sebanyak 328.852 unit. Angka itu turun dari 362.163 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    Penurunan penjualan mobil mencerminkan tantangan ekonomi yang dihadapi masyarakat Indonesia, termasuk inflasi, suku bunga tinggi, dan daya beli yang menurun.

    Adapun posisi mobil terlaris belum mengalami perubahan yang signifikan. Mobil-mobil Toyota masih jadi primadona. Penjualannya masih unggul jauh ketimbang merek lainnya. Mobil-mobil Toyota itu juga cukup mendominasi di daftar terlaris Indonesia Mei 2025. Contohnya di posisi teratas ada Kijang Innova yang kian tak terkejar. Tepat di bawah Innova, ada Toyota Avanza yang membukukan penjualan wholesales sebanyak 3.360 unit. Di tempat ketiga, ada Daihatsu Gran Max pikap dengan penjualan sebanyak 3.283 unit.

    Selanjutnya di posisi keempat, bertengger Daihatsu Sigra yang tercatat terkirim sebanyak 3.059 unit. Di posisi kelima, kembarannya Toyota Calya mencatatkan penjualan 2.480 unit. Untuk tahu lebih lengkapnya, berikut ini 20 mobil terlaris Mei 2025.

    Mobil Terlaris Mei 2025

    1. Toyota Kijang Innova (Reborn dan Zenix): 5.173 unit
    2. Toyota Avanza: 3.360 unit
    3. Daihatsu Gran Max pikap: 3.283 unit
    4. Daihatsu Sigra: 3.059 unit
    5. Toyota Calya: 2.480 unit
    6. Toyota Rush: 2.431 unit
    7. Suzuki Carry pikap: 2.307 unit
    8. Mitsubishi Xpander (termasuk Xpander Cross): 1.959 unit
    9. Daihatsu Terios: 1.689 unit
    10. Daihatsu Gran Max (Blind Van dan Minibus): 1.594 unit
    11. Honda Brio (RS dan Satya): 1.451 unit
    12. Toyota Fortuner: 1.402 unit
    13. Toyota Veloz: 1.192 unit
    14. BYD M6: 1.184 unit
    15. Toyota Agya: 1.070 unit
    16. Toyota Raize: 1.054 unit
    17. Mitsubishi L300 pikap: 954 unit
    18. Daihatsu Ayla: 881 unit
    19. Chery Tiggo Cross: 755 unit
    20. Mitsubishi Pajero Sport: 748 unit

    (dry/din)

  • Industri Otomotif Tidak Baik-baik Saja, Butuh Pertolongan Pemerintah

    Industri Otomotif Tidak Baik-baik Saja, Butuh Pertolongan Pemerintah

    Jakarta

    Penjualan mobil di Indonesia masih melemah. Daya beli masyarakat belum menguat. Industri otomotif butuh bantuan pemerintah.

    Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil pada bulan Mei 2025 tercatat sebanyak 60.613 unit secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) dan sebanyak 61.339 unit secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen).

    Sebagai pembanding, pada Januari 2025, Gaikindo mencatatkan penjualan wholesales 61.932 unit dan retail sales 64.029 unit. Lanjut pada Februari wholesales sebanyak 72.336 unit dan retail sales 69.872 unit. Kemudian pada bulan Maret wholesales sebanyak 70.895 unit dan retail sales sebanyak 76.582 unit. Artinya, penjualan mobil pada Mei 2025 masih di bawah angka normal yang biasanya menyentuh 70-80 ribuan unit per bulan.

    Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, memang daya beli masyarakat di semua sektor, termasuk sektor otomotif, sedang menurun. Menurut Kukuh, perlu langkah cepat dan tepat untuk memulihkan industri otomotif Tanah Air.

    “Otomotif sebetulnya itu salah satu motor utama penggerak ekonomi kita.Karena mata rantai industri otomotif nasional itu memperkerjakan lebih dari 1,5 juta (orang). Nah kalau ini terganggu, itu bisa mengganggu ekonomi nasional juga kan,” kata Kukuh kepada detikOto melalui sambungan telepon, Rabu (11/6/2025).

    “Sebenarnya kalau kita dari industri ini udah kondisi kritis ya yang kita nggak harapkan. Harus ada langkah yang cepat dan tepat ya.Sehingga kemudian pulih. Ada peningkatan pembelian. Peningkatan pembelian itu kan artinya kemudian menggerakkan ekonomi ya. Nah kalau ekonominya bergerak kan daya belinya meningkat lagi kan,” sebut Kukuh.

    Kukuh mencontohkan beberapa negara tetangga yang industri otomotifnya telah pulih. Di antaranya Malaysia, Vietnam dan Filipina. Ketiga negara itu, menurut Kukuh, mendapat dukungan dari pemerintahnya untuk industri otomotif.

    “Malaysia (penjualan mobil) naik. Malaysia itu rankingnya sekarang kedua setelah Indonesia (dalam hal) penjualan domestik. Geser Thailand. Thailand itu nomor tiga sekarang. Kemudian Vietnam meningkat cukup tajam sekitar 22 persen, kemudian ada Filipina yang meningkat sekitar 8 persenan. Nah ini juga harus kita jadikan pelajaran kenapa bisa seperti itu,” sebut Kukuh.

    Ternyata, kata Kukuh, negara-negara itu mendapat dukungan dari pemerintahnya. Contoh Malaysia yang tidak menghapus insentif untuk industri otomotif sejak pandemi COVID-19.

    “Ternyata semenjak Covid, Malaysia itu tidak mengubah kebijakan insentif untuk kendaraan bermotornya.Sehingga masyarakat sangat berminat untuk beli mobil. Di sisi lain lagi memang pendapatannya Malaysia lebih tinggi dari Indonesia ya. Nah kemudian Vietnam itu memberikan insentif pajak juga. Jadi insentif-insentif ini bisa mendorong sehingga ekonominya masih bisa tetap jalan. Begitu juga dengan Filipina. Jadi kita harus berkaca sama tiga negara itu ya. Karena Malaysia, Vietnam, dan Filipina, tetangga-tetangga kita semua kan kondisinya nggak jauh-jauh beda amat ya,” ujar Kukuh.

    Industri otomotif Indonesia sempat terbantu dengan insentif dari pemerintah. Ketika pandemi COVID-19 lalu, pemerintah memberikan insentif PPnBM yang terbukti bisa mendongkrak penjualan mobil.

    “Nah kalau kita melihat dari negara sebelah ya, kurang lebih sama. Tadi Malaysia memberikan insentif pajak. Vietnam juga demikian, sehingga terjaga. Pada waktu COVID-19, waktu itu kita ada harapan. Akhirnya pemerintah memberikan insentif dengan PPnBM.Tahun 2021 itu dari drop yang tinggal 500 ribu unit,langsung balik ke 800-900 ribu. Kemudian yang berikutnya naik lagi kan.Nah ini yang harus segera dilakukan, tindakan itu,” ungkap Kukuh.

    (rgr/din)

  • Gawat! Penjualan Mobil di Indonesia Tahun Ini Bisa Ambruk Lagi

    Gawat! Penjualan Mobil di Indonesia Tahun Ini Bisa Ambruk Lagi

    Jakarta

    Penjualan mobil di Indonesia tahun ini turun. Dalam setahun penuh, penjualan mobil di Indonesia bisa anjlok dibanding tahun lalu.

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, data penjualan mobil year to date dari Januari sampai Mei 2025 mencatatkan angka wholesales sebanyak 316.981 unit. Wholesales Januari-Mei 2025 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 335.405 unit.

    Begitu juga dengan retail sales. Gaikindo mencatat, retail sales Januari-Mei 2025 sebanyak 328.852 unit. Angka itu turun dari 362.163 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    Tahun ini, Gaikindo menargetkan target penjualan mobil sebanyak 900 ribu unit. Untuk saat ini, Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara bilang pihaknya belum merevisi taeget.

    “Sejauh ini kita belum berpikiran untuk mengubah target ya.Tapi kita punya concern sekarang dengan kondisi yang seperti ini. Harusnya tuh setelah lebaran pola perbaikannya harusnya lebih cepat ya.

    Kukuh menilai, Gaikindo masih optimistis penjualan mobil sampai akhir tahun tetap bisa tembus 900 ribu uit. Namun, dengan adanya pajak yang memberatkan, penjualan mobil bisa ambruk lagi.

    “Optimisnya di 900 ribu (unit).Tapi kita punya concern, belum lagi ada masalah opsen ya. Pajak daerah itu juga mengganggu. Nah itu kalau kondisinya nggak berubah ya kita mungkin berpikir 750 atau 800 ribuan ya untuk sisi konservatifnya,” ujar Kukuh.

    Sebagai perbandingan, penjualan mobil sepanjang tahun 2024 lalu tercatat sebanyak 865.723 unit. Angka itu turun 13,9 persen dibanding tahun sebelumnya.

    Butuh Bantuan Pemerintah

    Menurut Kukuh, dalam mendongkrak dan menggairahkan pasar otomotif tidak hanya butuh peran pemain industri otomotif. Dibutuhkan juga peran dari pemerintah untuk memulihkan industri otomotif yang menjadi salah satu penggerak roda ekonomi negara.

    “Otomotif sebetulnya itu salah satu motor utama penggerak ekonomi kita.Karena mata rantai industri otomotif nasional itu memperkerjakan lebih dari 1,5 juta (orang). Nah kalau ini terganggu, itu bisa mengganggu ekonomi nasional juga kan,” kata Kukuh kepada detikOto melalui sambungan telepon, Rabu (11/6/2025).

    “Sebenarnya kalau kita dari industri ini udah kondisi kritis ya yang kita nggak harapkan. Harus ada langkah yang cepat dan tepat ya.Sehingga kemudian pulih. Ada peningkatan pembelian. Peningkatan pembelian itu kan artinya kemudian menggerakkan ekonomi ya. Nah kalau ekonominya bergerak kan daya belinya meningkat lagi kan,” sebut Kukuh.

    Kukuh mencontohkan beberapa negara tetangga yang industri otomotifnya telah pulih. Di antaranya Malaysia, Vietnam dan Filipina. Ketiga negara itu, menurut Kukuh, mendapat dukungan dari pemerintahnya untuk industri otomotif.

    “Malaysia (penjualan mobil) naik. Malaysia itu rankingnya sekarang kedua setelah Indonesia (dalam hal) penjualan domestik. Geser Thailand,” sebut Kukuh.

    “Ternyata semenjak Covid, Malaysia itu tidak mengubah kebijakan insentif untuk kendaraan bermotornya.Sehingga masyarakat sangat berminat untuk beli mobil. Di sisi lain lagi memang pendapatannya Malaysia lebih tinggi dari Indonesia ya. Nah kemudian Vietnam itu memberikan insentif pajak juga. Jadi insentif-insentif ini bisa mendorong sehingga ekonominya masih bisa tetap jalan. Begitu juga dengan Filipina. Jadi kita harus berkaca sama tiga negara itu ya. Karena Malaysia, Vietnam, dan Filipina, tetangga-tetangga kita semua kan kondisinya nggak jauh-jauh beda amat ya,” ujar Kukuh.

    Industri otomotif Indonesia sempat terbantu dengan insentif dari pemerintah. Ketika pandemi COVID-19 lalu, pemerintah memberikan insentif PPnBM yang terbukti bisa mendongkrak penjualan mobil.

    “Nah kalau kita melihat dari negara sebelah ya, kurang lebih sama. Tadi Malaysia memberikan insentif pajak. Vietnam juga demikian, sehingga terjaga. Pada waktu COVID-19, waktu itu kita ada harapan. Akhirnya pemerintah memberikan insentif dengan PPnBM.Tahun 2021 itu dari drop yang tinggal 500 ribu unit,langsung balik ke 800-900 ribu. Kemudian yang berikutnya naik lagi kan.Nah ini yang harus segera dilakukan, tindakan itu,” ungkap Kukuh.

    (rgr/din)

  • Membandingkan Pajak Tahunan Avanza di Malaysia dan Indonesia, Beda Jauh

    Membandingkan Pajak Tahunan Avanza di Malaysia dan Indonesia, Beda Jauh

    Jakarta

    Penjualan mobil di Malaysia naik di saat negara-negara tetangganya seperti Indonesia dan Thailand mengalami penurunan. Bahkan, kini Malaysia menjadi pasar otomotif terbesar kedua di Asia Tenggara, menggeser Thailand dan mendekati Indonesia.

    Salah satu hal yang membuat industri otomotif Malaysia bergairah di tengah pasar global yang lesu adalah kemudahan kepemilikan kendaraan. Menurut Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara, pemerintah Malaysia masih memberikan perhatian kepada industri otomotif.

    “Ternyata semenjak Covid, Malaysia itu tidak mengubah kebijakan insentif untuk kendaraan bermotornya.Sehingga masyarakat sangat berminat untuk beli mobil. Di sisi lain lagi memang pendapatannya Malaysia lebih tinggi dari Indonesia ya. Nah kemudian Vietnam itu memberikan insentif pajak juga. Jadi insentif-insentif ini bisa mendorong sehingga ekonominya masih bisa tetap jalan. Begitu juga dengan Filipina. Jadi kita harus berkaca sama tiga negara itu ya. Karena Malaysia, Vietnam, dan Filipina, tetangga-tetangga kita semua kan kondisinya nggak jauh-jauh beda amat ya,” ujar Kukuh saat berbincang dengan detikOto.

    Menurut Kukuh, pajak kendaraan di Malaysia juga tidak setinggi di Indonesia. Untuk pajak yang harus dibayarkan setiap tahun oleh pemilik kendaraan di sana tidak sampai jutaan rupiah.

    “Di Malaysia mobil yang sama, Avanza misalnya, di sana tuh pajaknya cuma nggak sampai Rp 1 juta, tahunan. Di Indonesia mobilnya sama ya, pajaknya bisa sampai Rp 4 juta (per tahun),” kata Kukuh.

    “Ini kan berat. Di samping tentunya ada masalah-masalah di balik itu yang membuat juga harga mobil Indonesia jadi relatif lebih mahal kan,” ucap Kukuh.

    Menurut Kukuh, pajak tahunan Avanza 1.5L di Malaysia hanya mencapai Rp 300 ribuan. Di sana tidak ada perpanjangan STNK 5 tahunan. Dan bea balik nama hanya sekitar Rp 500 ribuan. Juga tidak ada mutasi daerah.

    Sementara itu, mobil yang sama yaitu Avanza 1.5L di Indonesia, pajak tahunannya bisa mencapai Rp 4 jutaan. Ditambah ada kewajiban perpanjangan STNK lima tahunan dan terdapat bea balik nama yang tinggi.

    “Orang beli mobil (di Indonesia) harga dari pabrik Rp 100 juta, itu ujung-ujungnya bayarnya kan Rp 150 jutaan kan. Ya (karena) pajak-pajak tadi kan. Ada PPN, ada PPnBM, ada BBNKB, ada PKB, macam-macam lah.Sementara daya beli masyarakat kita lagi turun nih,” katanya.

    (rgr/din)

  • Mobil Baru Tak Terbeli, Mobil Bekas Jadi Opsi, tapi…

    Mobil Baru Tak Terbeli, Mobil Bekas Jadi Opsi, tapi…

    Jakarta

    Penjualan mobil baru di Indonesia turun. Daya beli masyarakat masih lemah. Ditambah harga mobil yang semakin melambung tinggi. Ujung-ujungnya, mobil bekas menjadi opsi.

    Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil pada bulan Mei 2025 tercatat sebanyak 60.613 unit secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) dan sebanyak 61.339 unit secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen).

    Jika dibandingkan dengan bulan April 2025, penjualan wholesales Mei 2025 naik 18,4 persen dari 51.205 unit. Juga dari segi retail sales naik 7,6 persen dari 57.030 unit.
    Meski begitu, jika dibandingkan dengan penjualan mobil sebelum April, data penjualan Mei 2025 masih terbilang rendah.

    Sebagai pembanding, pada Januari 2025, Gaikindo mencatatkan penjualan wholesales 61.932 unit dan retail sales 64.029 unit. Lanjut pada Februari wholesales sebanyak 72.336 unit dan retail sales 69.872 unit. Kemudian pada bulan Maret wholesales sebanyak 70.895 unit dan retail sales sebanyak 76.582 unit. Artinya, penjualan mobil pada Mei 2025 masih di bawah angka normal yang biasanya menyentuh 70-80 ribuan unit per bulan.

    Sementara itu, data penjualan mobil year to date dari Januari sampai Mei 2025 mencatatkan angka wholesales sebanyak 316.981 unit. Wholesales Januari-Mei 2025 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 335.405 unit. Begitu juga dengan retail sales. Gaikindo mencatat, retail sales Januari-Mei 2025 sebanyak 328.852 unit. Angka itu turun dari 362.163 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, menurunnya kelas menengah di Indonesia yang menjadi potensi pembeli kendaraan turut mempengaruhi. Di sisi lain, harga mobil yang semakin tinggi tidak dibarengi dengan peningkatan kelas menengah.

    “Kalau kemudian dikaitkan dengan penjualan kendaraan bermotor, harga mobilnya itu naiknya sekitar 7,5 persen setahun.Sementara kelas menengah sebagai potensial pembeli kendaraan bermotor itu naiknya cuma 3 persen, jadi gap-nya makin lama makin besar,” ujar Kukuh kepada detikOto.

    Artinya, harga mobil yang semakin tinggi setiap tahunnya semakin tidak terjangkau oleh kebanyakan orang Indonesia. Apalagi, menurut Kukuh, kebanyakan masyarakat Indonesia lebih memilih mobil dengan harga di bawah Rp 400 juta.

    Beralih ke Mobil Bekas

    Namun, ada tren pembeli mobil justru beralih ke mobil bekas. Menurut Kukuh, penjualan mobil bekas sempat lebih tinggi dibanding mobil baru.

    “Masyarakat yang nggak mampu beli mobil baru,akhirnya lari ke beli mobil bekas.Mobil bekas ini pasarnya sempat naik sampai lebih 2 juta (unit).Padahal mobil barunya nggak sampai 1 juta (unit),” kata Kukuh.

    “Ini kan konsen tersendiri. Bahkan belakangan mobil bekas terganggu juga. Ngeluh, wah ini nggak bisa jualan lagi,” ujarnya.

    Namun, peralihan ke mobil bekas ini tidak bisa membantu banyak dalam menggenjot perekonomian negara. Sebab, mobil bekas tidak ada nilai industrinya.

    “Ini kalau mobil bekas itu nggak ada industri, nggak ada dampak industri.Itu orang jual-beli aja kan,” sebut Kukuh.

    Padahal, industri otomotif menjadi penggerak roda ekonomi negara. Sebab, rantai industri otomotif dari hulu ke hilir banyak melibatkan kegiatan ekonomi.

    “Otomotif sebetulnya itu salah satu motor utama penggerak ekonomi kita.Karena mata rantai industri otomotif nasional itu memperkerjakan lebih dari 1,5 juta (orang). Nah kalau ini terganggu, itu bisa mengganggu ekonomi nasional juga kan,” kata Kukuh

    (rgr/din)

  • Pertumbuhan Mobil Hybrid Lebih Cepat dari Mobil Listrik

    Pertumbuhan Mobil Hybrid Lebih Cepat dari Mobil Listrik

    Jakarta

    Shugo Watanabe, President Director PT. Honda Prospect Motor meyakini pasar Indonesia berpotensi besar terkait pertumbuhan mobil elektrifikasi. Honda meyakini adopsi mobil hybrid lebih besar ketimbang battery electric vehicles (BEV).

    “Kita melihat penerimaan konsumen, kita percaya (pertumbuhan) hybrid akan lebih cepat daripada BEV, untuk saat ini,” kata Shugo dikutip Rabu (11/6/2025).

    Berdasarkan data wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), secara year to date April 2025, tercatat penjualan mobil listrik sudah mencapai 23.952 unit atau menorehkan pangsa pasar 9,3 persen dari total penjualan. Sementara itu pada periode yang sama, penjualan mobil hybrid 18.462 unit. Pangsa pasar mobil hybrid itu sekitar 7,2 persen.

    Honda hingga saat ini sudah memiliki tiga mobil hybrid yakni CR-V, Accord, dan juga Civic RS. Barulah HR-V Hybrid meluncur pada 10 Juni 2025 sebagai produk keempat.

    Suzuki juga punya dua model dengan teknologi mild hybrid. Toyota yang punya sembilan model mobil hybrid di Tanah Air.

    Brand Jepang sangat agresif memperkenalkan produk hybrid di Indonesia. Berbeda dengan merek China, seperti Chery, BYD, Wuling, Geely, AION, Seres, hingga Neta. Merek Korea Hyundai juga sudah memiliki tiga model mobil listrik yang dijual di Indonesia hingga saat ini yaitu Kona Electric, Ioniq 5, dan Ioniq 6.

    Pabrikan Jepang bukan tidak punya mobil listrik. Toyota misalnya sudah meluncurkan mobil listrik bZ4X di dalam negeri. Lexus juga sudah memiliki mobil listrik yang dijual ke pasaran. Nissan, Mazda, Mitsubishi, sampai Honda juga sudah memiliki mobil listrik.

    Namun dibandingkan dengan para produsen China, model mobil listrik yang diboyong ke Indonesia itu belum banyak. Pun volume penjualannya juga tak sebanyak pabrikan China.

    Honda Tak Tutup Mata dengan Produk BEV di Indonesia.

    Honda menunjukkan komitmennya terhadap elektrifikasi di Indonesia dengan strategi yang terukur. Mereka melihat teknologi hibrida sebagai ‘jembatan’ penting untuk transisi, mengingat pengalaman pasar negara maju dan kesiapan konsumen serta infrastruktur di Indonesia. Mobil hybrid dinilai lebih diterima karena efisiensinya tanpa kekhawatiran jangkauan atau pengisian daya.

    Meskipun fokus pada mobil hybrid, Honda tetap berkomitmen pada net zero emissions dan akan mendorong adopsi BEV di masa depan. Buktinya, mereka sudah meluncurkan Honda e:N1 dan berencana menambah model BEV lain, namun tetap menyesuaikannya dengan permintaan konsumen Indonesia untuk memastikan relevansi produk.

    “Kami yakin saat ini teknologi hybrid diterima lebih luas di kalangan masyarakat Indonesia, melihat sejarah negara lebih maju, Eropa, China, Amerika Serikat, perlu jembatan teknologi,” kata dia.

    “Kita perlu jembatan yang bagus untuk transisi teknologi, kami percaya hybrid jembatan yang tepat untuk transisi elektrifikasi di Indonesia saat ini. Kami tetap punya komitmen di masa depan untuk mencapai net zero emissions.”

    “Kami tetap melakukan berbagai upaya untuk memperkenalkan teknologi BEV di Indonesia, salah satunya peluncuran e:N1, dan akan diperbanyak lagi model BEV lagi yang diperkenalkan lagi di Indonesia, itu akan disesuaikan sesuai permintaan konsumen Indonesia,” ungkapnya lagi.

    (riar/din)