Topik: Penjualan Mobil

  • Baru Masuk RI, Mobil Listrik China Ini di Ambang Kebangkrutan

    Baru Masuk RI, Mobil Listrik China Ini di Ambang Kebangkrutan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pabrikan mobil listrik asal China yakni Neta yang baru saja masuk pada pasar mobil listrik Indonesia saat ini berada di ambang kebangkrutan.

    Melansir Reuters dari Detik Oto, pemilik merek Neta, Zhejiang Hozon New Energy Automobile mengungkapkan bahwa pihaknya berada di ambang kebangkrutan. Hal itu juga dilaporkan oleh media lokal China CCTV.

    Dilaporkan, beberapa showroom Neta di Shanghai China juga telah ditutup.

    “Menurut platform pengungkapan kebangkrutan perusahaan nasional China, seorang kreditor bulan lalu mengajukan petisi kebangkrutan terhadap perusahaan tersebut,” dilansir Reuters dari Detik Oto, dikutip Jumat (27/6/2025).

    Dikutip situs berita Thailand The Nation, seorang kreditor, Shanghai Yuxing Advertising telah mengajukan petisi kebangkrutan terhadap Hozon. Kreditor itu mengutip biaya pencetakan pameran yang belum dibayar.

    Neta di Indonesia

    Persaingan kendaraan listrik di Indonesia berlangsung ketat. Terbaru, brand mobil asal China Neta resmi menutup dilernya yang berada di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

    Padahal, diler ini merupakan diler pertama Neta di Indonesia dan baru beroperasi kurang lebih hanya 1,5 tahun, yakni sejak 9 November 2023.

    “Tutupnya per April 2025 ini,” kata Brand PR & Digital Manager Neta Auto Indonesia Frietz F Roboth kepada CNBC Indonesia, Selasa (29/4/2025).

    Frietz menyebut penyesuaian operasional pada dealer NETA NEV Kelapa Gading merupakan bagian dari keputusan strategis yang diambil berdasarkan pertimbangan bisnis yang telah dikaji secara menyeluruh.

    “Keputusan ini merupakan hasil kesepakatan bersama antara kedua belah pihak, dan diambil dengan mengedepankan kepentingan pelanggan serta kesinambungan layanan purna jual ke depannya,” kata Frietz.

    Diler ini memiliki fasilitas Direct Current (DC) Fast Charging Station dengan daya 47 KW, di mana pengguna mobil listrik NETA dapat mengisi daya dari 30 hingga 80 persen hanya dalam waktu 30 menit saja.

    “Tentunya, keputusan bisnis ini tidak memengaruhi komitmen NETA Auto Indonesia dalam mendukung pertumbuhan industri kendaraan elektrifikasi di Tanah Air. Kami tetap berkomitmen penuh untuk menghadirkan produk dan layanan terbaik bagi masyarakat Indonesia, serta terus memperkuat jaringan dan kehadiran kami secara nasional,” katanya.

    Luas lahan diler pertama Neta ini mencapai 1.628 m2 yang tak hanya menawarkan layanan transaksi pembelian unit, pemeriksaan dan perbaikan kendaraan, serta pembelian suku cadang dan aksesori, melainkan juga punya fasilitas workshop lengkap seperti 6 Maintenance Bay, peralatan spesial seperti Hydraulic Battery Lifter, Insulated Tools, Special Diagnostic Instrument, dan Motor and reducer disassembly lift.

    “Kami juga ingin menegaskan bahwa seluruh benefit dan hak konsumen-termasuk garansi kendaraan, layanan Emergency Road Assistance (ERA), layanan Home Service, serta akses terhadap riwayat servis kendaraan-akan tetap berlaku secara penuh tanpa pengecualian. Pelanggan tetap dapat melanjutkan seluruh layanan tersebut melalui dealer resmi NETA di manapun,” kata Frietz.

    Jika berkaca dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil Neta di Indonesia sepanjang Januari-Maret 2025 memang tidak menggembirakan, yakni hanya 198 unit, bahkan di bulan Maret lalu hanya menjual 55 unit.

    Sementara itu di negara asalnya yakni China juga sudah ada pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi pegawai Neta, Dilansir dari Car News China, salah satu sumber menerangkan bahwa sebanyak 200 tenaga kerja sudah menandatangani surat pengunduran diri dari total 1.700 orang pekerja. Hal ini merupakan dampak dari merosotnya penjualan mobil listrik Neta.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Di Ambang Bangkrut, Neta Baru Seumur Jagung di Indonesia

    Di Ambang Bangkrut, Neta Baru Seumur Jagung di Indonesia

    Jakarta

    Merek mobil listrik China, Neta, dilaporkan berada di ambang kebangkrutan. Padahal, Neta belum lama berkiprah di Indonesia. Begini perjalanannya.

    Dilaporkan Reuters, Zhejiang Hozon New Energy Automobile, sebagai pemilik merek kendaraan listrik China Neta, secara resmi memasuki proses kebangkrutan. Hal itu dilaporkan oleh media lokal China CCTV.

    Menurut laporan itu, beberapa showroom Neta di Shanghai juga telah ditutup.

    “Menurut platform pengungkapan kebangkrutan perusahaan nasional China, seorang kreditor bulan lalu mengajukan petisi kebangkrutan terhadap perusahaan tersebut,” demikian dikutip Reuters.

    Dikutip situs berita Thailand The Nation, seorang kreditor, Shanghai Yuxing Advertising telah mengajukan petisi kebangkrutan terhadap Hozon. Kreditor itu mengutip biaya pencetakan pameran yang belum dibayar.

    Perjalanan Neta di Indonesia

    Perjalanan Neta di Indonesia belum terlalu lama. Neta pertama kali masuk pasar otomotif Indonesia pada 2023. Startup mobil listrik asal China itu melakoni debut di Indonesia di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023, tepatnya di bulan Agustus. Saat itu, Neta pertama kali memperkenalkan mobil listrik Neta V yang akan dijual di Indonesia.

    Neta kemudian mengumumkan harga Neta V dua bulan kemudian. Saat itu, Neta V dijual dengan harga Rp 379 juta on the road Jakarta. Neta juga menawarkan program garansi seumur hidup. Garansi seumur hidup itu diberikan untuk 2.024 konsumen pertama.

    Mobil listrik Neta V-II Foto: Septian Farhan Nurhuda / detik.com

    Lanjut lagi pada tahun 2024, Neta meluncurkan mobil baru Neta V-II. Neta V-II ini kemudian menjadi penerus dari Neta V. Neta V-II telah dirakit lokal di pabrik PT Handal Indonesia Motor. Harganya pun lebih murah dari Neta V yang meluncur sebelumnya. Neta V-II dijual dengan harga Rp 299 juta.

    Tak lama berselang, tepatnya di GIIAS 2024 bulan Juli, Neta meluncurkan mobil baru lagi. Modelnya adalah SUV yaitu Neta X. Sama seperti Neta V-II, Neta X juga telah dirakit lokal di pabrik PT Handal. Mobil itu dijual mulai dari Rp 428 juta.

    Neta X. Foto: Andhika PrasetiaKrisis Neta di China

    Namun, perusahaan mobil listrik rintisan asal China ini diterpa isu krisis. Pada November 2024, Neta dikabarkan menyetop produksi sekaligus memangkas gaji karyawannya di China.

    Penyebabnya, penjualan mobil Neta di China disebut-sebut menurun drastis. Dikutip Car News China, berdasarkan informasi dari sumber di industri kendaraan energi terbarukan China, penjualan mobil Neta merosot 40 persen pada Oktober 2024 dibandingkan periode sebelumnya. Ada beberapa hal yang disinyalir jadi penyebab merosotnya pengiriman Neta itu. Neta memang dikabarkan tengah mengalami masalah dengan pengiriman Neta S Hunting Wagon.

    Media DoNews memberitakan bahwa pabrik Neta di Tongxiang, Zhejiang, menghentikan produksi selama setengah bulan. Gaji karyawan ikut dipangkas menyesuaikan dengan kondisi tersebut.

    Tak cuma itu, Neta juga diterpa isu miring lagi. Merek yang berbasis di Shanghai itu disebut-sebut telah membubarkan tim riset dan juga pengembangan (R&D), serta tak mampu membayar kewajibannya ke para vendor.

    Dikutip dari Car News China, Neta membubarkan seluruh tim penelitian dan pengembangan karena kondisi keuangan yang memburuk. Tak hanya itu, sekitar 200 dari 1.700 stafnya telah mulai mengundurkan diri. Kondisi keuangan Neta yang memburuk tak lepas dari hasil penjualan mereka yang anjlok.

    Neta menjual 98% lebih sedikit mobil pada bulan Januari 2025 dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Bahkan di Februari 2025, Neta tidak berhasil menjual 400 unit mobil. Kondisi krisis Neta diperparah dengan tak bisanya mereka memenuhi kewajiban kepada para pemasok komponen alias vendor.

    Para vendor yang tidak dibayar pun dilaporkan berkumpul di kantor pusat Neta di Shanghai, bahkan ada yang tidur di lantai. Hal ini terjadi, di tengah kabar Neta mendapat investasi senilai 6 miliar yuan (Rp 13,7 triliun) dan karyawan yang tersisa memperoleh penghasilan 75% lebih rendah daripada sebelum Oktober 2023.

    Beberapa karyawan yang keluar dari Neta disebut-sebut hanya menerima upah minimum Shanghai, sementara mereka yang keluar pada bulan November 2023 belum juga mendapat kompensasi. Krisis yang dialami Neta disebut-sebut karena strategi mantan CEO yang lebih mengutamakan penjualan perusahaan ke perusahaan (B2B).

    Neta merespons pemberitaan media China tersebut. Neta membantah rumor yang mengatakan pihaknya membubarkan tim riset dan pengembangan (R&D). Menurut Neta, rumor dan propaganda lainnya terkait Neta adalah informasi yang tidak benar. Di sisi lain, Neta tidak membantah bahwa perusahaannya sedang melakukan efisiensi.

    “Rumor yang beredar di internet mengenai NETA AUTO membubarkan Tim R&D serta propaganda lainnya adalah informasi yang tidak benar,” tulis keterangan Neta Auto.

    Tapi, isu krisis Neta semakin menjadi-jadi. Dealer mobil listrik Neta satu-satunya di Singapura tutup. Padahal, dealer tersebut baru beroperasi tiga bulan. Mengutip laporan The Business Times, kondisi showroom Neta itu sudah kosong. Tak ada karyawan yang bekerja ataupun mobil yang dipamerkan. Sejatinya dealer tersebut baru beroperasi tiga bulan, tepatnya dimulai pada Januari 2025.

    Hingga kabar terbaru, Neta disebut resmi memasuki proses kebangkrutan. Beberapa showroom Neta di Shanghai juga tutup.

    Lakukan Restrukturisasi

    Belum lama ini, Neta juga mengumumkan proses restrukturisasi. Hal ini salah satunya bertujuan untuk menyelesaikan krisis utang melalui prosedur hukum.

    “Perusahaan induk Neta Auto, yakni Hozon New Energy Automobile Co., Ltd. telah memulai proses restrukturisasi hari ini. Restrukturisasi ini merupakan tindakan penyelamatan diri yang aktif yang dipimpin oleh pemerintah dan diawasi oleh Pengadilan Menengah Rakyat Jiaxing di Provinsi Zhejiang, dengan tujuan menyelesaikan krisis utang melalui prosedur hukum, memperkenalkan sumber daya strategis, mengoptimalkan sistem manajemen, dan membuka jalur baru untuk pembangunan berkelanjutan perusahaan. Kami memahami bahwa pilihan ini mempengaruhi setiap mitra, karyawan, dan pemilik mobil,” demikian dikutip dari pernyataan resmi Neta.

    Dalam pernyataan tertulisnya, Neta mengakui bahwa Hozon New Energy menghadapi rintangan berkala akibat persaingan ketat di sektor energi baru. Penurunan penjualan, beban utang, dan masalah rantai pasokan semuanya mengakibatkan kesulitan operasional.

    Namun, sebagai merek yang pernah menduduki puncak tangga penjualan di antara kekuatan baru dengan penjualan tahunan sebesar 152.000 kendaraan, Hozon New Energy masih memiliki akumulasi teknologi inti dan nilai pasar. Tujuan utama restrukturisasi ini adalah untuk memastikan produksi, menstabilkan pengiriman, dan melindungi hak dan kepentingan. Perusahaan akan direvitalisasi melalui optimalisasi utang, perbaikan manajemen, dan suntikan modal.

    “Hozon New Energy dengan tulus berterima kasih kepada pemerintah di semua tingkatan, kreditor, pemasok, dan pemilik mobil global atas kepercayaan dan dukungan mereka. Selama masa restrukturisasi, kami akan mematuhi prinsip komunikasi yang transparan dan mengungkapkan progress secara berkala melalui situs web resmi dan saluran resmi kami. Meski jalan menuju kelahiran kembali itu sulit, kami sungguh yakin bahwa dengan kerja sama semua pihak, Hozon New Energy akan kembali ke pasar dengan cara yang lebih stabil dan berkontribusi pada pengembangan industri energi baru yang berkualitas tinggi,” katanya.

    (rgr/lua)

  • Dari Tes Tabrak Nilai 0 sampai Krisis di China

    Dari Tes Tabrak Nilai 0 sampai Krisis di China

    Jakarta

    Merek mobil listrik asal China, Neta, dikabarkan sedang di ambang kebangkrutan. Start-up mobil listrik yang berbasis di Shanghai, China, itu sedang diterpa krisis.

    Dilaporkan Reuters, Zhejiang Hozon New Energy Automobile, sebagai pemilik merek kendaraan listrik China Neta, secara resmi memasuki proses kebangkrutan. Hal itu dilaporkan oleh media lokal China CCTV. Menurut laporan itu, beberapa showroom Neta di Shanghai juga telah ditutup.

    “Menurut platform pengungkapan kebangkrutan perusahaan nasional China, seorang kreditor bulan lalu mengajukan petisi kebangkrutan terhadap perusahaan tersebut,” demikian dikutip Reuters.

    Dikutip situs berita Thailand The Nation, seorang kreditor, Shanghai Yuxing Advertising telah mengajukan petisi kebangkrutan terhadap Hozon. Kreditor itu mengutip biaya pencetakan pameran yang belum dibayar.

    Neta beberapa kali diterpa isu miring. Mulai dari krisis di China, bahkan sampai mobil listriknya yang dites tabrak tapi dapat nilai nol.

    Tes Tabrak Nilai Nol

    Belum lama ini, lembaga penilaian mobil baru untuk negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN NCAP (New Car Assessment Program) melakukan uji tabrak untuk mobil listrik Neta V. Hasilnya mengecewakan, Neta V diganjar nilai nol bintang dalam tes tabrak ASEAN NCAP tersebut.

    Dalam pengujian ini, ada dua tes tabrak yang dijalani Neta V, yaitu tabrakan depan dan tabrakan samping. Saat dites tabrak depan, dua airbag untuk sopir dan penumpang depan langsung keluar. Namun, ASEAN NCAP menilai, Neta V tampil mengecewakan dengan memperoleh poin nol untuk uji offset depan. Sampel boneka pengemudi dalam pengetesan menerima perlindungan yang buruk di kepala, leher, dada, dan tungkai bawah kanan. Alhasil, ASEAN NCAP diberi nilai 0,00 untuk tes tabrak depan.

    Selanjutnya, ASEAN NCAP menguji tabrakan samping. ASEAN NCAP menilai, boneka pengujian menerima perlindungan marjinal di bagian dada saat tes tabrak samping. Dalam uji benturan samping, model ini hanya memperoleh 6,31 poin dari 8,00 poin dengan boneka menerima perlindungan marjinal di dada. Lebih jauh, model ini tidak dilengkapi dengan peralatan Teknologi Pelindung Kepala (HPT), yang mengakibatkan tidak memperoleh poin apa pun untuk penilaian. Totalnya, Neta V hanya mendapat skor 7,89 poin dari nilai maksimal 40,00 poin untuk kategori perlindungan penumpang dewasa (AOP).

    Lalu, untuk perlindungan penumpang anak (COP), Neta V hanya meraih skor 13,51 poin dari nilai maksimal 20,00 poin. Dalam penilaian dinamis untuk kategori COP, NETA V tampil baik dalam uji tabrakan depan dan benturan samping. Namun, Neta V menerima poin buruk untuk penilaian pemasangan Child Restraint System (CRS). Meskipun memiliki ISOFIX dan pemasangan top tether, model ini tidak dapat dipasang dengan baik pada lebih dari setengah daftar CRS yang direkomendasikan ASEAN NCAP.

    Untuk penilaian Safety Assist, Neta V cuma mendapat nilai 7,14 poin dari nilai maksimal 20 poin. Sebab, mobil ini tidak memiliki fitur Autonomous Emergency Braking (AEB) untuk jalan perkotaan maupun luar kota, Forward Collision Warning (FCW), Lane Keep Assist (LKA) dan Lane Departure Warning (LDW). Neta V cuma memiliki ABS, ESC dan pengingat penggunaan sabuk pengaman sisi pengemudi.

    Kemudian untuk kategori keselamatan untuk pengendara sepeda motor, Neta V diganjar nilai nol. Sebab, mobil ini tidak memiliki fitur-fitur seperti Blind Spot Technology (BST), Auto High Beam (AHB) dan Pedestrian Protection (PP).

    Berdasarkan penilaian itu, ASEAN NCAP memberikan skor 28,55 poin untuk Neta V. Nilai itu membuat Neta V diganjar rating penilaian nol bintang.

    Krisis Neta di China

    Tak cuma itu, Neta juga diterpa isu krisis di negara asalnya. Pada November 2024, Neta dikabarkan menyetop produksi sekaligus memangkas gaji karyawannya di China.

    Penyebabnya, penjualan mobil Neta di China disebut-sebut menurun drastis. Dikutip Car News China, berdasarkan informasi dari sumber di industri kendaraan energi terbarukan China, penjualan mobil Neta merosot 40 persen pada Oktober 2024 dibandingkan periode sebelumnya. Media DoNews memberitakan bahwa pabrik Neta di Tongxiang, Zhejiang, menghentikan produksi selama setengah bulan. Gaji karyawan ikut dipangkas menyesuaikan dengan kondisi tersebut.

    Neta juga diterpa isu miring lagi. Merek yang berbasis di Shanghai itu disebut-sebut telah membubarkan tim riset dan juga pengembangan (R&D), serta tak mampu membayar kewajibannya ke para vendor.

    Namun, Neta merespons pemberitaan media China tersebut. Neta membantah rumor yang mengatakan pihaknya membubarkan tim riset dan pengembangan (R&D). Menurut Neta, rumor dan propaganda lainnya terkait Neta adalah informasi yang tidak benar. Di sisi lain, Neta tidak membantah bahwa perusahaannya sedang melakukan efisiensi.

    “Rumor yang beredar di internet mengenai “NETA AUTO membubarkan Tim R&D serta propaganda lainnya adalah informasi yang tidak benar,” tulis keterangan Neta Auto.

    Tapi, isu krisis Neta semakin menjadi-jadi. Dealer mobil listrik Neta satu-satunya di Singapura tutup. Padahal, dealer tersebut baru beroperasi tiga bulan. Mengutip laporan The Business Times, kondisi showroom Neta itu sudah kosong. Tak ada karyawan yang bekerja ataupun mobil yang dipamerkan. Sejatinya dealer tersebut baru beroperasi tiga bulan, tepatnya dimulai pada Januari 2025.

    Hingga kabar terbaru, Neta disebut resmi memasuki proses kebangkrutan. Beberapa showroom Neta di Shanghai juga tutup.

    Lakukan Restrukturisasi

    Belum lama ini, Neta juga mengumumkan proses restrukturisasi. Hal ini salah satunya bertujuan untuk menyelesaikan krisis utang melalui prosedur hukum.

    “Perusahaan induk Neta Auto, yakni Hozon New Energy Automobile Co., Ltd. telah memulai proses restrukturisasi hari ini. Restrukturisasi ini merupakan tindakan penyelamatan diri yang aktif yang dipimpin oleh pemerintah dan diawasi oleh Pengadilan Menengah Rakyat Jiaxing di Provinsi Zhejiang, dengan tujuan menyelesaikan krisis utang melalui prosedur hukum, memperkenalkan sumber daya strategis, mengoptimalkan sistem manajemen, dan membuka jalur baru untuk pembangunan berkelanjutan perusahaan. Kami memahami bahwa pilihan ini mempengaruhi setiap mitra, karyawan, dan pemilik mobil,” demikian dikutip dari pernyataan resmi Neta.

    Dalam pernyataan tertulisnya, Neta mengakui bahwa Hozon New Energy menghadapi rintangan berkala akibat persaingan ketat di sektor energi baru. Penurunan penjualan, beban utang, dan masalah rantai pasokan semuanya mengakibatkan kesulitan operasional.

    Namun, sebagai merek yang pernah menduduki puncak tangga penjualan di antara kekuatan baru dengan penjualan tahunan sebesar 152.000 kendaraan, Hozon New Energy masih memiliki akumulasi teknologi inti dan nilai pasar. Tujuan utama restrukturisasi ini adalah untuk memastikan produksi, menstabilkan pengiriman, dan melindungi hak dan kepentingan. Perusahaan akan direvitalisasi melalui optimalisasi utang, perbaikan manajemen, dan suntikan modal.

    “Hozon New Energy dengan tulus berterima kasih kepada pemerintah di semua tingkatan, kreditor, pemasok, dan pemilik mobil global atas kepercayaan dan dukungan mereka. Selama masa restrukturisasi, kami akan mematuhi prinsip komunikasi yang transparan dan mengungkapkan progress secara berkala melalui situs web resmi dan saluran resmi kami. Meski jalan menuju kelahiran kembali itu sulit, kami sungguh yakin bahwa dengan kerja sama semua pihak, Hozon New Energy akan kembali ke pasar dengan cara yang lebih stabil dan berkontribusi pada pengembangan industri energi baru yang berkualitas tinggi,” katanya.

    (rgr/din)

  • Nol Distribusi, Ada Apa dengan Ertiga Hybrid?

    Nol Distribusi, Ada Apa dengan Ertiga Hybrid?

    Jakarta

    Tidak ada Suzuki Ertiga Hybrid yang terdistribusi pada Mei 2025. Apa sebabnya Ertiga Hybrid tidak dikirim ke dealer bulan lalu?

    Berbekal teknologi mild hybrid, Suzuki Ertiga ini biasanya selalu mengisi 10 besar mobil hybrid terlaris di Indonesia. Namun pemandangan itu tidak terlihat pada data wholesales (distribusi pabrik ke dealer) Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) per Mei 2025. Terlihat Suzuki tidak melakukan pengiriman Ertiga Hybrid ke dealer.

    Menurut Harold Donnel, 4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), langkah itu diambil untuk menyesuaikan stok dan permintaan dari masyarakat.

    “Penyesuaian dan stock management saja kok. Supaya kesehatan stock kontrol lebih sehat dan balancing supply dan demand,” kata Harold kepada detikOto, Selasa (24/6/2025).

    Diolah dari data wholesales Gaikindo, penjualan mobil hybrid pada Mei 2025 tercatat 4.144 unit. Angka itu turun 7,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

    Innova Zenix Hybrid tetap nomor satu dengan angka penjualan 2.539 unit pada April 2025, naik dari bulan sebelumnya 2.421 unit. Dengan angka tersebut, Innova Zenix Hybrid terbukti menjadi tulang punggung segmen elektrifikasi Toyota di Indonesia.

    Suzuki masih menyumbang angka penjualan terbesar lewat XL7 Hybrid. Posisi runner up mobil Hybrid ditempati XL7 Hybrid dengan angka penjualan 612 unit.

    Bulan sebelumnya Ertiga Hybrid menempati posisi dua, namun pada Mei 2025, terpantau Ertiga hybrid tidak terdistribusi ke dealer sama sekali. Saat ini Suzuki Ertiga Hybrid masih dipasarkan mulai dari Rp 274,9 juta hingga Rp 287,8 juta.

    Yaris Cross Hybrid melengkapi tiga besar dengan angka penjualan sebanyak 288 unit. Angka ini meningkat dari bulan sebelumnya cuma 161 unit.

    Berikut ini penjualan Ertiga Hybrid sepanjang Januari-Mei 2025:

    Januari: 126 unit
    Februari: 125 unit
    Maret: 190 unit
    April: 727 unit
    Mei: –

    (riar/rgr)

  • Ini Tantangan BYD Jualan Mobil Listrik di Indonesia

    Ini Tantangan BYD Jualan Mobil Listrik di Indonesia

    Jakarta

    BYD baru setahun mengisi pasar otomotif Indonesia. Berikut ini tantangan yang harus dihadapi BYD saat berjualan mobil listrik di Tanah Air.

    BYD meramaikan pasar kendaraan listrik dalam negeri setahun belakangan. Meski terhitung sebagai pendatang baru, kehadiran BYD di pasar kendaraan listrik cukup disambut antusias masyarakat. Sebagai buktinya, penjualan mobil listrik BYD laris manis. Bahkan kini BYD sudah merambah daftar 10 besar merek mobil terlaris di Indonesia dalam tiga bulan terakhir.

    Meski mencatatkan penjualan moncer, tak berarti perjalanan BYD menjajakan mobil listrik di dalam negeri mulus. Nyatanya ada tiga tantangan utama yang dialami BYD saat menjual mobil listrik di Indonesia. Head of Public and Government Relations PT BYD Motor Indonesia Luther Panjaitan mengungkap, tantangan pertama berkaitan dengan pemahaman soal mobil listrik.

    “Kalau kita kendalanya kita menghadapi customer, belum pernah pakai EV, belum tahu EV itu sebenarnya hanya masalah mengubah gaya hidup. Banyakan mereka itu kan ter-brainstorm dengan hal-hal yang mungkin beredar di luar yang tidak benar gitu tentang penggunaan EV itu bagaimana baik dari sisi keamanan, kerepotan, kemudian dari range dan segala macam,” tutur Luther belum lama ini.

    Tenaga penjual BYD pun harus lebih menjelaskan lebih detail soal mobil listrik karena berbeda dengan mobil konvensional.

    Tantangan kedua, banyak merek mobil listrik bermunculan di Indonesia. Harga yang ditawarkan pabrikan juga cukup kompetitif. BYD harus mencari celah agar konsumen mau meminang produknya.

    “Nah itu harus kita jelaskan juga ‘Oh BYD ini sebagai number one EV company in the world, saat ini juga number one di Indonesia, kita fokus dan konsen dengan pengembangan bisnis di Indonesia’, jaringan kita bagaimana, ada di mana, kemudian aftersales kita bagaimana, nah itu berbeda dengan brand lain,” lanjut Luther.

    Dibandingkan pabrikan lain sekelas Toyota, Honda, hingga Suzuki, jaringan purnajualnya memang sudah sangat luas. Layanan purnajual yang luas memang sangat memudahkan konsumen dalam melakukan perawatan kendaraannya.

    Tantangan terakhir yang harus dihadapi adalah penerimaan di daerah-daerah. Meski sudah masuk di beberapa daerah, nyatanya penerimaan pasar masih belum cukup baik.

    “Kita mau mengenalkan ke daerah itu, bahwa daerah itu pun layak menggunakan mobil EV yang baik untuk lingkungan,” pungkas Luther.

    (dry/rgr)

  • Suzuki Masih Optimis Penjualan Mobil di Indonesia Membaik

    Suzuki Masih Optimis Penjualan Mobil di Indonesia Membaik

    Jakarta

    Penjualan mobil di Indonesia sepanjang 2025 ini anjlok. Namun, Suzuki masih optimistis penjualan mobil di Tanah Air bisa bangkit lagi.

    Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil pada bulan Mei 2025 tercatat sebanyak 60.613 unit secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) dan sebanyak 61.339 unit secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen).

    Jika dibandingkan dengan bulan April 2025, penjualan wholesales Mei 2025 naik 18,4 persen dari 51.205 unit. Juga dari segi retail sales naik 7,6 persen dari 57.030 unit.
    Meski begitu, jika dibandingkan dengan penjualan mobil sebelum April, data penjualan Mei 2025 masih terbilang rendah. Bisa dibilang, penjualan mobil bulan lalu belum sepenuhnya pulih.

    Sebagai pembanding, pada Januari 2025, Gaikindo mencatatkan penjualan wholesales 61.932 unit dan retail sales 64.029 unit. Lanjut pada Februari wholesales sebanyak 72.336 unit dan retail sales 69.872 unit. Kemudian pada bulan Maret wholesales sebanyak 70.895 unit dan retail sales sebanyak 76.582 unit. Artinya, penjualan mobil pada Mei 2025 masih di bawah angka normal yang biasanya menyentuh 70-80 ribuan unit per bulan.

    Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales Donny Saputra yakin penjualan mobil bisa bangkit di tahun ini. Bahkan, target yang telah ditetapkan pun dipercaya bisa tercapai.

    “Kenapa saya bisa berbicara begitu? Karena kondisi global kan penuh uncertain (ketidakpastian).Dalam artian, dalam hitungan hari, dalam hitungan bulan, kondisi bisa juga berbalik arah menjadi membaik gitu kalau ada solusi.Tapi terlepas dari itu, kita lihat juga dengan perkenalan produk, salah satunya dari Suzuki ini Fronx Ini juga akan menambah volume (penjualan) di Suzuki,” kata Donny saat ditemui di Bandung, Jawa Barat, Senin (23/6/2025) malam.

    Terlebih, dalam waktu dekat juga akan digelar pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025. Diharapkan, beberapa pameran otomotif yang akan digelar sampai akhir tahun dapat membangkitkan industri otomotif.

    “Banyak rencana pameran-pameran.Pameran besar yang didukung oleh aktivitas penjualan di beberapa merek akan mampu merangsang pertumbuhan industri otomotif,” sebut Donny.

    Tren penjualan mobil dari bulan ke bulan juga menunjukkan sisi positif. Tren positif itu diharapkan bisa berlanjut di sisa tahun 2025 ini.

    “Menurut kami cukup signifikan perbaikannya, di kami sendiri sekitar di angka 10 persen ada perbaikan secara volume. Memang masih belum sesuai dengan yang kami harapkan. Tapi dengan tren positif ini, kami harapkan dengan berbagai eksibisi besar, dengan diluncurkannya produk-produk baru yang dilengkapi dengan program penjualan, dan juga existing-existing produk yang dilengkapi dengan program penjualan yang menarik, yang nantinya akan didukung oleh lembaga pembiayaan. Kondisi ini bisa berangsur membaik dan harapan kami bisa menjadi titik recovery untuk kita bersama di tahun 2025,” beber Donny.

    “Kalau Mei membaik dari bulan April, Juni membaik dari bulan Mei,dan bulan-bulan seterusnya membaik, ya harapannya kondisi market otomotif di Indonesia bisa mencapai target yang kita tentukan bersama oleh rekan-rekan Gaikindo,” sambungnya.

    (rgr/dry)

  • Cara Suzuki Goda Orang Indonesia Pakai Fronx saat Penjualan Lesu

    Cara Suzuki Goda Orang Indonesia Pakai Fronx saat Penjualan Lesu

    Jakarta

    Penjualan mobil di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Sepanjang 2025 ini, penjualan mobil anjlok. Tapi, Suzuki justru berani meluncurkan mobil baru di Indonesia, yaitu Suzuki Fronx.

    Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil pada bulan Mei 2025 tercatat sebanyak 60.613 unit secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) dan sebanyak 61.339 unit secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen).

    Jika dibandingkan dengan bulan April 2025, penjualan wholesales Mei 2025 naik 18,4 persen dari 51.205 unit. Juga dari segi retail sales naik 7,6 persen dari 57.030 unit.
    Meski begitu, jika dibandingkan dengan penjualan mobil sebelum April, data penjualan Mei 2025 masih terbilang rendah. Bisa dibilang, penjualan mobil bulan lalu belum sepenuhnya pulih.

    Sebagai pembanding, pada Januari 2025, Gaikindo mencatatkan penjualan wholesales 61.932 unit dan retail sales 64.029 unit. Lanjut pada Februari wholesales sebanyak 72.336 unit dan retail sales 69.872 unit. Kemudian pada bulan Maret wholesales sebanyak 70.895 unit dan retail sales sebanyak 76.582 unit. Artinya, penjualan mobil pada Mei 2025 masih di bawah angka normal yang biasanya menyentuh 70-80 ribuan unit per bulan.

    Di saat penjualan mobil lesu, Suzuki menargetkan penjualan Suzuki Fronx cukup tinggi. Sebulan, Suzuki Fronx ditargetkan terjual sebanyak 2.000 unit. Mampukah target itu tercapai di saat industri otomotif lesu?

    Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales Donny Saputra yakin target itu masih realistis. Untuk mencapai target itu, Suzuki telah menyiapkan berbagai strategi.

    “Jadi bagaimana kami mencapai itu tentunya tidak hanya program marketing yang dilakukan oleh Suzuki, tapi juga beberapa program penjualan melalui ketersediaan unit test drive, ketersediaan unit display, beberapa pameran yang kami lakukan dan juga program penjualan yang menarik,” kata Donny saat ditemui di Bandung, Jawa Barat, Senin (23/6/2025) malam.

    Untuk itu, saat periode peluncuran Suzuki Fronx ini, Suzuki menawarkan harga khusus. Ada diskon buat pembelian Fronx sampai dengan September.

    “Pada saat kami luncurkan sampai nanti di bulan September, kami akan memberikan harga atau penawaran khusus sebesar pengurangan Rp 10 juta daripada harga yang sudah kami tentukan,” kata Donny.

    Berikut Daftar Harga Suzuki FronxGL MT: Rp 259 jutaGL AT: Rp 271 jutaGX MT: Rp 276 jutaGX AT: Rp 293,9 jutaSGX AT: Rp 319,9 jutaSGX AT Two Tone: Rp 321,9 juta.

    Sebagai catatan, harga tersebut berstatus on the road Jakarta. Harga tersebut belum dipotong diskon sampai dengan September.

    (rgr/dry)

  • Was-was Perang Dunia Ketiga, Industri Otomotif Bisa Suram

    Was-was Perang Dunia Ketiga, Industri Otomotif Bisa Suram

    Jakarta

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) harap eskalasi konflik yang terjadi di Timur Tengah tidak meningkat menjadi perang dunia ketiga. Saat ini industri otomotif global dan Indonesia cukup struggling dalam menghadapi penurunan penjualan mobil akibat krisis yang terjadi sehubungan perang yang terjadi di beberapa negara.

    Konflik Israel vs Iran memasuki babak baru seiring bergabungnya Amerika Serikat yang mengebom tiga fasilitas nuklir di Iran pada Minggu (22/6) dini hari menggunakan pesawat pengebom B-2 Spirit. Bergabungnya AS dalam palagan perang Israel dan Iran dikhawatirkan memicu terjadinya perang dunia ketiga.

    Menurut Ketua Gaikindo Yohannes Nangoi, jika perang dunia ketiga terjadi, maka industri otomotif akan semakin suram, bahkan bisa mencapai titik nadir.

    “Kemarin Pakistan dan India bersitegang. Nah ini terlalu dekat dengan Asia Tenggara. Sekarang di Timur Tengah Israel dengan Hamas mulai agak sedikit mereda, eh dengan Iran malah lebih besar lagi. Kemudian negara pendukung sudah saling menyatakan dukungannya. Dari G7 mereka bilang bahwa Israel punya hak untuk membela diri, kemudian yang namanya Inggris, Prancis, dan juga Amerika mendukung (Israel).Sementara dari China dan Rusia dukungan ke Iran. Jadi kita masih perlu tahu (ke depannya) mudah-mudahan nggak jadi perang yang lebih besar,” ungkap Nangoi di Jakarta (18/6/2025)

    “Karena kalau sampai terjadi perang itu (meluas) bisa-bisa perang dunia ketiga meletus. Kalau itu terjadi ya, selesai lah sebetulnya. Jadi kalau ditanya, kami nggak ada pengalaman (menghadapi situasi perang dunia). Perang dunia kedua itu saya belum lahir. Saya nggak tahu pada saat perang dunia kedua seperti apa kondisi ekonomi dunia. Tapi kalau saya lihat harusnya PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) masih berperan. Perdamaian masih bisa kita wujudkan,” sambung Nangoi.

    Indonesia Jauh dari Pusat Lokasi Konflik

    Di sisi lain, Nangoi pun mengatakan Indonesia beruntung karena jauh dari pusat konflik saat ini. Selain itu, Indonesia masih menjadi salah satu negara tujuan investasi bagi merek-merek otomotif global.

    “Yang membanggakan Indonesia agak jauh dari konflik-konflik tersebut. Ukraina dengan Rusia, Timur Tengah, India dengan Pakistan. Dan yang bikin bangga lagi bahwa kita masih menjadi tempat tujuan investasi, sehingga pabrik-pabrik baru dari teman-teman di sini, ada dari BYD, dari manapun juga masih terus dibangun, masih lagi berjalan, sehingga investasi kita dalam beberapa tahun terakhir mencapai angka Rp 150 triliun untuk otomotif. Jadi kalau ditanya masa depan (industri otomotif Indonesia) seperti apa?Ya bagus,cuma memang akan sedikit melambat,” terang Nangoi.

    Gaikindo sendiri menargetkan penjualan mobil di Indonesia tahun 2025 sebanyak 850 ribu unit. Angka tersebut tak jauh-jauh dari penjualan tahun 2024 lalu yang sukses mencatatkan angka 865.723 unit.

    (lua/dry)

  • Diler Banting Harga Avanza-Pajero-Fortuner, Diskonnya Sampai Segini

    Diler Banting Harga Avanza-Pajero-Fortuner, Diskonnya Sampai Segini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Diler mobil mulai banyak memberikan potongan harga hingga puluhan juta. Salah satu mobil yang didiskon gede-gedean di pertengahan tahun ini adalah Toyota Avanza

    “Avanza tipe E matic potongannya sekarang Rp 27 juta, jadi diskonnya lebih dari 10% dari harga mobil, lagi lumayan besar sekarang, dan ini untuk NIK (Nomor Induk Kendaraan) 2025,” kata tenaga penjual Toyota kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (21/6/2025).

    Sebagai gambaran, harga Avanza tipe E saat ini di angka Rp 257,6 juta. Sehingga potongan harga tersebut tergolong tinggi pada pertengahan tahun, biasanya Diler memberikan diskon pada awal tahun.

    “Makanya lagi jarang-jarang diskon sebesar itu, biasanya belasan juta juga udah tergolong besar,” kata tenaga penjual Toyota tersebut.

    Selain tipe E, Avanza dengan model lebih tinggi juga mendapat diskon yang tidak kalah besar, yakni untuk tipe tertinggi Avanza yakni Avanza 1.5 G CVT yang dijual dengan harga Rp 280,4 juta.

    “Diskonnya bisa Rp 30 juta, bisa dimasukkan ke DP jadi tenornya lebih rendah,” ujarnya.

    Bukan hanya Toyota Avanza, diler Toyota juga tengah mengobral Fortuner dengan diskon lebih tinggi. Kedua mobil ini saling bersaing dalam penjualan mobil ladder frame SUV.

    “Fortuner bisa lebih tinggi di Rp 35 juta,” sebut tenaga penjual tersebut.

    Foto: Foto kolase Mobil Mitsubishi Pajero Sport, Toyota Rush, dan Toyota Fortuner. (Dok. Toyota dan Mitsubishi)
    Foto kolase Mobil Mitsubishi Pajero Sport, Toyota Rush, dan Toyota Fortuner. (Dok. Toyota dan Mitsubishi)

    Adapun harga Fortuner berbeda pada masing-masing tipe yakni 2.8 VRZ 4×2 A/T di angka Rp 650.100.000, tipe 2.8 VRZ 4×4 A/T dibanderol Rp 756.300.000 dan 2.8 VRZ 4×4 A/T GR Sport di Rp 786.200.000.

    Sementara itu, diler Mitsubishi tengah mengobral MPV andalannya Xpander dengan nilai sampai puluhan juta, khususnya untuk tipe lama.

    “Diskonnya Rp 37 juta untuk Xpander Ultimate tipe lama, sekarang sisa beberapa unit lagi karena untuk menghabiskan stok,” kata tenaga penjual Mitsubishi kepada CNBC Indonesia.

    Selain Xpander, Mitsubishi Pajero Sport juga lagi didiskon.

    “Pajero Sport tipe Dakar 4×2 diskonnya lagi lumayan Rp 30 juta, ini yang paling besar,” kata tenaga penjual Mitsubishi tersebut.

    Diskon sebesar itu tergolong jarang di pertengahan tahun seperti saat ini. Dengan harga Pajero itu di harga Rp 665.300.000 maka harganya menjadi Rp 635.300.000, Sedangkan untuk tipe di lain didiskon dengan nilai lebih kecil.

    “Pajero Sport tipe Dakar Ultimate 4×2 diskonnya Rp 20 juta, lalu untuk Pajero Sport Exceed lagi ada potongan Rp 15 juta,” sebut tenaga penjual tersebut.

    Adapun Pajero Sport tipe Ultimate CVT harganya Rp 779.650.000, maka harganya menjadi 759.650.000. Kemudian Pajero Sport Exceed yang dibanderol dengan harga Rp 593.000.000 menjadi Rp 578.000.000.

    (wur/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kata Chery soal Rencana Pramono Naikkan Tarif Parkir di Jakarta

    Kata Chery soal Rencana Pramono Naikkan Tarif Parkir di Jakarta

    Jakarta

    Produsen mobil asal China, Chery mengomentari rencana Gubernur Jakarta, Pramono Anung yang mau menaikkan tarif parkir kendaraan di Jakarta. Menurut mereka, kebijakan tersebut kemungkinan akan berpengaruh ke penjualan mobil di Indonesia.

    Budi Darmawan selaku Direktur Pemasaran PT Chery Sales Indonesia (CSI) mengatakan, berpengaruh atau tidaknya kebijakan itu ditentukan seberapa besar kenaikan tarif parkir di Jakarta. Dia menduga, jika revisinya signifikan, maka konsumen akan berpikir ulang membeli kendaraan baru.

    “Mobil itu kan kebutuhan pokok ya, kalau untuk orang Jakarta. Tentunya sedikit-banyak kebijakan baru apapun akan berdampak, baik positif maupun negatif,” ujar Budi Darmawan saat ditemui di Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Selasa (17/6).

    “Kalau hal ini beneran diterapkan, mungkin saja (berdampak ke penjualan), tergantung besaran (kenaikannya). Kalau signifikan, orang bakal berpikir sisi ekonomisnya, mana yang lebih efisien,” tambahnya.

    Logo Chery. Foto: Septian Farhan Nurhuda / detikOto

    Meski demikian, menurut Budi, konsumen terkadang membeli mobil baru untuk mengincar kepraktisan. Lebih lagi, kata dia, kendaraan tersebut sudah menjadi kebutuhan pokok konsumen perkotaan. Sehingga, mereka yang ‘tak peduli’ dengan kenaikan parkir tentu masih ada.

    Diberitakan detikOto sebelumnya, Pramono Anung berencana akan menaikkan tarif parkir kendaraan di Jakarta. Nantinya, pemasukan dari sumber tersebut akan dialihkan untuk subsidi transportasi umum di kawasan setempat.

    “Mohon maaf bagi orang-orang yang mampu, nanti pelan-pelan (tarif) parkirnya saya mau naikkan,” kata Pramono di Semanggi, Jakarta Selatan, pekan lalu.

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Foto: Belia/detikcom

    Pramono menjelaskan, kebijakan tersebut tak hanya bertujuan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta, melainkan juga untuk memberikan subsidi kepada 15 golongan masyarakat agar bisa menikmati layanan transportasi umum secara gratis.

    Tak hanya menaikkan tarif parkir, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta juga akan menerapkan sistem Electronic Road Pricing (ERP) atau jalan berbayar elektronik. Kebijakan tersebut secara spesifik menyasar pengguna kendaraan pribadi yang tergolong mampu secara finansial.

    (sfn/dry)