Topik: Penjualan Mobil

  • Jurus Biar Harga Mobil Turun: Pajak Diturunkan-Pabrikan Kasih Diskon!

    Jurus Biar Harga Mobil Turun: Pajak Diturunkan-Pabrikan Kasih Diskon!

    Jakarta – Harga mobil saat ini disebut tidak sesuai dengan pendapatan masyarakat. Faktornya gara-gara pungutan pajak pemerintah, serta margin keuntungan pabrikan?

    Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Riyanto mengatakan harga mobil dengan pendapatan sudah tidak sejalan beriringan.

    “Jarak antara pendapatan dan harga mobil baru makin melebar. Terutama untuk segmen pembeli mobil di bawah harga 300 jutaan,” kata Riyanto saat dihubungi detikOto, Senin (14/7/2025).

    Komponen pajak pada perhitungan harga mobil baru cukup banyak. Bahkan bisa nyaris 50 persen. Mulai dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Pertambahan Nilai, serta biaya-biaya penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan hingga Buku Pemilik Kendaraan Bermotor.

    Guna mengurangi harga kendaraan bermotor, pertama, pemerintah perlu mengurangi pungutan pajak.

    “Komponen pajak mobil yang sekarang sekitar 41% harus dikurangi. PPnBM 15 % turunkan, PPN 12 % turunkan. PKB dan BBNKB 14% turunkan,” kata Riyanto.

    “Di samping itu, kebijakan opsen PKB dan BBNKB harus diformulasikan sedemikian rupa sehingga PKB dan BBNKB tidak naik, walau ada opsen pajak. Ini bisa? Bisa, karena beberapa provinsi bisa,” jelas Riyanto.

    Selanjutnya Riyanto menjelaskan satu-satunya cara untuk tetap kompetitif adalah mengorbankan sebagian margin demi volume penjualan.

    “Di samping itu, diskon harga ya, produsen mengurangi margin. Ya pemerintah berkorban dulu. Pabrikan juga, biar industri tetap berproduksi, tidak ada PHK,” kata Riyanto.

    Selanjutnya guna mendorong masyarakat membeli mobil, fasilitas kredit harus dipermudah. Sebab tidak semua orang mampu membeli mobil secara tunai. Kredit menjadi cara utama agar pembelian tetap berjalan meski ekonomi sedang melambat. Kemudian PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) atau batas pendapatan seseorang sebelum mulai dikenai pajak penghasilan.

    “Lebih jauh, agar daya beli meningkat, bisa beli mobil dengan kredit, batas PTKP (pendapatan tidak kena pajak) , naikkan, misal yang kena pajak penghasilan jika pendapatan di atas Rp 10 Juta,” tambahnya lagi.

    “Semua itu resep dari Kyenes ketika ekonomi melambat. Kasih stimulus dan pajak dikurangi,” jelas dia.

    Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil wholesales (distribusi pabrik ke dealer) Januari sampai Juni 2025 mencatatkan angka 374.740 unit. Sementara itu, wholesales periode yang sama tahun sebelumnya bisa mencapai 410.020 unit. Artinya terdapat penurunan 8,6 persen.

    Begitu juga dengan retail sales. Gaikindo mencatat, retail sales Januari-Juni 2024 sebanyak 432.453 unit. Angka itu turun, sebanyak 390.467 unit laku terjual pada periode yang sama tahun ini, minus 9,7 persen.

    (riar/dry)

  • LCGC Tidak Cocok Lagi Disebut Mobil Murah?

    LCGC Tidak Cocok Lagi Disebut Mobil Murah?

    Jakarta – Kenaikan harga mobil secara umum tidak sebanding dengan pendapatan masyarakat Indonesia, khususnya segmen Low Cost Green Car. Benarkah mobil LCGC sudah tidak pas disebut mobil murah?

    Harga termurah LCGC kini sudah berkisar Rp 138-an juta dan termahalnya bahkan menembus Rp 200 juta. Padahal, harga mobil ini saat awal meluncur tahun 2013 adalah sekitar Rp 76 jutaan.

    Menurut akademisi dari ITB, Yannes Pasaribu harga mobil makin tinggi namun tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan.

    “Harga mobil kini tidak lagi proporsional dengan daya beli karena lonjakan harga LCGC yang signifikan, dari tahun 2013 sekitar kurang lebih Rp 85 jutaan jadi mendekati ke Rp 200 juta di 2025. Sejak diluncurkan pertama kali, jauh melampaui kenaikan pendapatan yang hanya sekitar 50-70%,” jelas Pengamat Otomotif, Yannes Pasaribu kepada detikOto, Senin (14/7/2025).

    Mobil LCGC dirancang dan dipasarkan untuk konsumen yang membutuhkan mobil murah, irit, dan fungsional. Tetapi penjualan LCGC yang turun mencerminkan kondisi ekonomi sehingga orang-orang lebih menahan untuk pembelian mobil.

    Opsi lain yang dipilih, kata Yannes, ialah membeli mobil bekas. Sebab saat pembelian mobil baru, konsumen bakal dibebankan oleh berbagai instrumen perpajakan. Apalagi LCGC juga sudah tidak mendapat keistimewaan bebas pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).

    Dulu LCGC mendapat keistimewaan karena bebas PPnBM. Berkat kehadiran LCGC, penjualan mobil di Indonesia bisa tembus di atas 1 juta unit. Torehan tertinggi yang belum pernah pecah rekor lagi pada tahun 2013, angkanya mencapai 1.229.811 unit. Selain inflasi, harga mobil LCGC juga dipengaruhi oleh instrumen pajak. Tahun ini LCGC tetap masuk barang yang masuk kategori Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

    “Kebijakan fiskal seperti kenaikan PPN menjadi 12% ditambah inflasi harga komponen, depresiasi rupiah, serta pungutan pajak daerah (opsen), semakin memperparah beban biaya pembelian kendaraan entry-level ini,” jelas Yannes.

    “Situasi ini diperumit tekanan ekonomi global yang menciptakan ketidakpastian tinggi, akibatnya mendorong masyarakat untuk menunda pembelian kendaraan baru dan cenderung untuk memilih alternatif mobil bekas atau meningkatkan tabungan mereka untuk belanja kebutuhan rumah tangga dan lainnya yang lebih mendesak,” tambah Yannes.

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebut hampir 70 persen kendaraan yang diminati masyarakat Indonesia adalah mobil seharga Rp 300 juta ke bawah.

    Namun menurut Pengamat Otomotif dari LPEM UI, Riyanto, harga mobil baru saat ini tidak diimbangi dengan pendapatan.

    “Jarak antara pendapatan dan harga mobil baru makin melebar. Terutama untuk segmen pembeli mobil di bawah harga Rp 300 jutaan,” kata Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Riyanto saat dihubungi detikOto, Senin (14/7/2025).

    (riar/rgr)

  • Penjualan LCGC Ambrol, Orang Pilih Nabung atau Beli Mobil Bekas

    Penjualan LCGC Ambrol, Orang Pilih Nabung atau Beli Mobil Bekas

    Jakarta – Penjualan mobil low cost green car (LCGC) pada semester pertama 2025 mengalami penyusutan. Apa sebabnya?

    Mobil LCGC dirancang dan dipasarkan untuk konsumen yang membutuhkan mobil murah, irit, dan fungsional sebagai alat transportasi utama. Tetapi penjualan LCGC yang turun mencerminkan kondisi ekonomi sehingga orang-orang lebih menahan untuk pembelian mobil.

    “Tren penurunan penjualan mobil terutama segmen LCGC yang menjadi andalan kelas menengah-bawah memang mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat yang semakin berat di saat ini ya,” kata Pengamat Otomotif Yannes Pasaribu kepada detikOto, Senin (15/7/2025).

    Yannes menambahkan kondisi ekonomi tidak menentu, misalnya inflasi tinggi, ancaman PHK, atau pertumbuhan ekonomi melambat bikin masyarakat menjadi lebih hati-hati dalam mengelola uang. Orang takut pendapatan mereka akan menurun atau tidak stabil, sehingga memilih menunda pembelian kebutuhan tersier seperti mobil.

    “Kebijakan fiskal seperti kenaikan PPN menjadi 12% ditambah inflasi harga komponen, depresiasi rupiah, serta pungutan pajak daerah (opsen), semakin memperparah beban biaya pembelian kendaraan entry-level ini,” jelas Yannes.

    “Situasi ini diperumit tekanan ekonomi global yang menciptakan ketidakpastian tinggi, akibatnya mendorong masyarakat untuk menunda pembelian kendaraan baru dan cenderung untuk memilih alternatif mobil bekas atau meningkatkan tabungan mereka untuk belanja kebutuhan rumah tangga dan lainnya yang lebih mendesak,” tambah Yannes.

    Sudah 64.063 unit mobil LCGC dikirim ke dealer sepanjang semester pertama 2025, angkanya itu turun 28,5 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Secara bulanan, penjualan LCGC ambrol parah. Sebanyak 7.762 unit LCGC terdistribusi pada Juni 2025, sedangkan Juni 2024 itu LCGC dikirim sebanyak 15.252 unit. Artinya ada penurunan sebesar 49 persen.

    (riar/rgr)

  • Daftar Harga Mobil LCGC yang Penjualannya Merosot Terus: Tembus Rp 200 Jutaan

    Daftar Harga Mobil LCGC yang Penjualannya Merosot Terus: Tembus Rp 200 Jutaan

    Jakarta

    Tren penjualan mobil di Indonesia sedang menurun. Terutama mobil Low Cost Green Car yang selama ini menjadi andalan masyarakat menengah-bawah juga terdampak.

    LCGC merupakan mobil baru yang paling terjangkau dijual di Indonesia. Harga termurah LCGC kini sudah berkisar Rp 138-an juta dan termahalnya bahkan menembus Rp 200 juta. Padahal, harga mobil ini saat awal meluncur tahun 2013 adalah sekitar Rp 76-an juta.

    Ya, harga mobil LCGC makin tinggi memasuki tahun 2025. Proyek LCGC yang berhasil mendongkrak penjualan mobil 12 tahun lalu itu sekarang harganya tembus Rp 200 juta.

    Penyesuaian harga LCGC dilakukan masing-masing pabrikan mobil di Indonesia. Honda Brio Satya termasuk salah satunya, LCGC andalan Honda itu kini tembus Rp 200 juta, tepatnya untuk model Brio Satya E CVT Rp 202,5 juta.

    Mayoritas mobil LCGC tipe tertinggi sekarang mepet-mepet di harga Rp 200 juta. Brio Satya masih menyandang status sebagai LCGC termahal di Indonesia. Nomor dua ada Toyota Agya G CVT dengan banderol tertinggi Rp 200,6 juta. Sebagai perbandingan, Toyota Calya varian tertinggi dibanderol Rp 192,6 juta, Daihatsu Ayla Rp 188,5 juta, dan Daihatsu Sigra Rp 194,4 juta.

    Mengacu pada data wholesales (distribusi pabrik ke dealer) Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan LCGC tiap bulannya mengalami penyusutan.

    Sepanjang semester pertama 2025 sudah 64.063 unit mobil LCGC dikirim ke dealer, angkanya itu turun 28,5 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Secara bulanan, penjualan LCGC ambrol parah. Sebanyak 7.762 unit LCGC terdistribusi pada Juni 2025, sedangkan Juni 2024 itu LCGC dikirim sebanyak 15.252 unit, turun 49 persen.

    Penurunan penjualan mobil yang terjadi, terutama anjloknya penjualan LCGC jadi tanda-tanda pelemahan signifikan daya beli masyarakat Indonesia.

    Dulu LCGC mendapat keistimewaan karena bebas pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Berkat kehadiran LCGC, penjualan mobil di Indonesia bisa tembus di atas 1 juta unit. Torehan tertinggi yang belum pernah pecah rekor lagi pada tahun 2013, angkanya mencapai 1.229.811 unit.

    Pemerintah merilis aturan baru mengenai PPnBM mobil LCGC yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2021 tentang Kendaraan Bermotor Roda Empat Emisi Karbon Rendah, yang diundangkan pada 31 Desember 2021 mobil LCGC dikenakan PPnBM sebesar 3%. Praktis, mobil LCGC mulai kehilangan keistimewaan.

    Data penjualan LCGC semester pertama 2025:

    Januari: 12.324 unitFebruari: 13.618 unitMaret: 12.726 unitApril: 9.087 unitMei: 8.546 unitJuni: 7.762 unitDaftar Harga LCGC

    Berikut ini daftar harga LCGC terbaru seperti dikutip dari laman resmi pabrikan:

    Harga Honda Brio Satya

    Honda Brio Satya S M/T: Rp 170,4 jutaHonda Brio Satya E M/T: Rp 185,5 jutaHonda Brio Satya E CVT: Rp 202,5 juta

    Harga Toyota Agya

    Toyota Agya E: Rp 173,2 jutaToyota Agya G: Rp 180,9 jutaToyota Agya Stylix: Rp 200,6 juta

    Harga Daihatsu Sigra

    Daihatsu Sigra 1.0 D M/T: Rp 141,5 jutaDaihatsu Sigra 1.0 M M/T: Rp 152,1 jutaDaihatsu Sigra 1.2 X M/T: Rp 159,8 jutaDaihatsu Sigra 1.2 X A/T: Rp 173,1 jutaDaihatsu Sigra 1.2 X Deluxe M/T: Rp 165,4 jutaDaihatsu Sigra 1.2 X Deluxe A/T: Rp 178,6 jutaDaihatsu Sigra 1.2 R M/T: Rp 166,5 jutaDaihatsu Sigra 1.2 R A/T: Rp 181,3 jutaDaihatsu Sigra 1.2 R Deluxe M/T: 170,3 jutaDaihatsu Sigra 1.2 R Deluxe A/T: Rp 185,1 juta

    Harga Toyota Calya

    Toyota Calya Type E: Rp 167 jutaToyota Calya Type G: Rp 178,2 juta

    Harga Daihatsu Ayla

    Daihatsu Ayla 1.0 M M/T: Rp 138,5 jutaDaihatsu Ayla 1.0 X M/T: Rp 151,4 jutaDaihatsu Ayla 1.0 X CVT: Rp 171,4 jutaDaihatsu Ayla 1.0 X ADS M/T: Rp 157,3 jutaDaihatsu Ayla 1.0 X ADS CVT: Rp 177,3 jutaDaihatsu Ayla 1.2 R M/T: Rp 168,5 jutaDaihatsu Ayla 1.2 R CVT: Rp 188,5 jutaDaihatsu Ayla 1.2 R ADS M/T: Rp 174,4 jutaDaihatsu Ayla 1.2 R ADS CVT: 194,4 juta

    (riar/dry)

  • Harga Mobil Makin Tinggi, Tak Sebanding Pendapatan

    Harga Mobil Makin Tinggi, Tak Sebanding Pendapatan

    Jakarta – Penjualan mobil secara nasional kembali masuk dalam tren negatif. Salah satu faktornya harga mobil makin tinggi, namun tidak dibarengi dengan kenaikan pendapatan.

    “Jarak antara pendapatan dan harga mobil baru makin melebar. Terutama untuk segmen pembeli mobil di bawah harga 300 jutaan,” kata Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Riyanto saat dihubungi detikOto, Senin (14/7/2025).

    Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil wholesales (distribusi pabrik ke dealer) Januari sampai Juni 2025 mencatatkan angka 374.740 unit. Sementara itu, wholesales periode yang sama tahun sebelumnya bisa mencapai 410.020 unit. Artinya terdapat penurunan 8,6 persen.

    Begitu juga dengan retail sales. Gaikindo mencatat, retail sales Januari-Juni 2024 sebanyak 432.453 unit. Namun pada periode yang sama tahun 2025, angkanya turun, sebanyak 390.467 unit laku terjual pada periode yang sama tahun ini, minus 9,7 persen.

    Penjualan mobil baru tidak melonjak signifikan lantaran pendapatan per kapita rata-rata orang Indonesia tidak dapat mengejar kenaikan harga mobil baru.

    Beberapa waktu silam, Riyanto menjelaskan, misalnya harga untuk model Low Multi Purpose Vehicles (MPV), salah satu model yang paling laris penjualannya di Indonesia.

    “Kenaikan harga mobil periode 2013-2022, misalnya kita ambil MPV entry low per tahun sudah 7 persenan, lebih besar dari rata-rata inflasi kita. Jadi ini masalahnya,” kata Riyanto saat diskusi Solusi Mengatasi Stagnasi Pasar Mobil di Gedung Kementerian Perindustrian, beberapa waktu yang lalu.

    “Pendapatan per kapita kelompok ini dulu gap-nya kecil, misalnya harga Rp 167 juta, pendapatan per kapitanya Rp 155 juta. Kan kecil gap-nya, tapi sekarang pendapatan per kapitanya Rp 218 juta, harga mobilnya Rp 255 juta. Jadi makin lebar,” tambahnya lagi.

    Pasar mobil Indonesia menunjukkan stagnasi pada level penjualan sekitar satu jutaan unit per tahunnya, padahal rasio kepemilikan mobil masih sekitar 99 mobil per 1.000 penduduk.

    Selain harga mobil yang tekerek naik namun tidak seimbang dengan pendapatan per kapita, terdapat juga faktor ekonomi makro lainnya seperti nilai tukar dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap penjualan mobil.

    Di sisi lain anjloknya penjualan mobil Low Cost Green Car (LCGC) menunjukkan adanya pelemahan signifikan daya beli masyarakat Indonesia.

    “Kondisi ini diperparah oleh inflasi yang tinggi, kenaikan PPN menjadi 12%, suku bunga kredit kendaraan yang mahal, kenaikan rerata tahunan harga jual mobil baru, serta pelemahan rupiah yang semakin menaikkan harga jual mobil dan biaya cicilan,” kata Pengamat Otomotif Yannes Pasaribu dikutip dari CNBC Indonesia.

    “Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang masih di bawah 5% dan meningkatnya PHK di sektor formal semakin mengurangi kemampuan konsumsi masyarakat untuk barang tersier seperti mobil,” tambah Yannes.

    Penjualan mobil tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2013 yang mencapai 1.229.811 unit, kemudian terus merosot di tahun berikutnya namun tetap berada di level satu jutaan.

    Pendapat per kapita yang naik tipis tersebut disebabkan pertumbuhan ekonomi yang berkisar antara lima persen dalam kurun waktu periode 2015-2022. Ini menjadi salah satu penyebab penjualan mobil di Indonesia stagnan di level satu juta unit.

    Namun belakangan sulit untuk tembus ke level 1 juta. Penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 865.723 unit, menurun 13,9% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1.005.802 unit.

    (riar/rgr)

  • Penjualan Mobil LCGC Ambrol Nyaris 50 Persen

    Penjualan Mobil LCGC Ambrol Nyaris 50 Persen

    Jakarta

    Penjualan mobil Low Cost Green Car (LCGC) merosot pada semester satu 2025. Angka ini sejalan dengan total penjualan otomotif nasional yang menurun.

    Mengacu pada data wholesales (distribusi pabrik ke dealer) Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan LCGC tiap bulannya mengalami penyusutan.

    Data penjualan LCGC semester pertama 2025:

    Januari: 12.324 unitFebruari: 13.618 unitMaret: 12.726 unitApril: 9.087 unitMei: 8.546 unitJuni: 7.762 unit

    Sepanjang semester pertama 2025 sudah 64.063 unit mobil LCGC dikirim ke dealer, angkanya itu turun 28,5 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Secara bulanan, penjualan LCGC ambrol parah. Sebanyak 7.762 unit LCGC terdistribusi pada Juni 2025, sedangkan Juni 2024 itu LCGC dikirim sebanyak 15.252 unit, turun 49 persen.

    Adapun Daihatsu Sigra masih menjadi LCGC terlaris sepanjang tahun ini dengan angka penjualan 21.029 unit.

    Berikutnya, Honda Brio Satya bertengger di peringkat kedua dengan capaian 18.233 unit pada semester pertama 2025.

    Toyota Calya menempati urutan ketiga dengan capaian 14.359 unit. Baru kemudian secara berurutan ditempati Daihatsu Ayla terdistribusi 6.434 unit, dan Toyota Agya sebanyak 4.008 unit.

    LCGC merupakan mobil baru yang paling terjangkau dijual di Indonesia. Harga termurah LCGC kini sudah berkisar Rp138-an juta dan termahalnya bahkan menembus Rp 200 juta. Padahal, harga mobil ini saat awal meluncur tahun 2013 adalah sekitar Rp 76-an juta.

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang memastikan program LCGC tetap didukung lewat insentif. Saat ini LCGC mendapatkan keistimewaan karena cuma dikenakan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar tiga persen.

    Agus memastikan bahwa program insentif Low Cost Green Car (LCGC) akan terus dilanjutkan hingga tahun 2031. Hal ini bertujuan untuk menjaga keterjangkauan kendaraan bagi masyarakat serta
    mendukung transisi elektrifikasi secara bertahap. Hal ini disampaikan Menperin saat di Paviliun Indonesia dalam rangka menghadiri World Expo 2025 Osaka, Jepang.

    “Program LCGC terbukti berhasil meningkatkan kepemilikan kendaraan masyarakat dan mendukung industri otomotif nasional. Oleh karena itu, insentif untuk LCGC akan kami lanjutkan hingga 2031,” kata Agus dalam keterangan resmi dikutip Minggu (13/7/2025).

    (riar/din)

  • Suzuki Curhat Penjualan Mobil Niaga Ringan Lesu, Pemerintah Siapkan Solusinya

    Suzuki Curhat Penjualan Mobil Niaga Ringan Lesu, Pemerintah Siapkan Solusinya

    Jakarta

    Situasi ekonomi global yang sedang tidak menentu membuat berbagai industri tersendat, salah satunya industri otomotif. Seperti yang disampaikan Suzuki kepada Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, pada ajang World Expo 2025 Osaka, Jepang.

    Dalam siaran pers yang disampaikan Kemenperin, Suzuki menyebut mengalami penurunan penjualan kendaraan niaga ringan di Indonesia.

    Suzuki menyampaikan kekhawatirannya atas kondisi pasar yang menurun, yang berdampak pada produk andalan mereka seperti Suzuki Carry. Namun, pihak Suzuki tetap berkomitmen mendukung pasar Indonesia dan menyambut baik arahan Menperin untuk tidak melakukan PHK.

    Menanggapi hal tersebut, Agus Gumiwang menyampaikan bahwa pemerintah sedang mengevaluasi berbagai kebijakan untuk merangsang kembali permintaan kendaraan niaga.

    “…termasuk melalui pembelian pemerintah daerah dan insentif fiskal untuk UMKM,” terang Agus Gumiwang dalam siaran resminya.

    Langkah pemerintah ini tidak lain sebagai bentuk kepedulian pemerintah untuk meningkatkan industri otomotif tanah air.

    Suzuki New Carry Pick Up Foto: dok. Suzuki Indomobil Sales

    Terlebih Kemenperin mencatat, industri kendaraan bermotor Indonesia memiliki skala besar dengan kontribusi signifikan dari segmen roda 4 serta roda 2 dan 3. Segmen roda 4 didukung 32 pabrikan dengan kapasitas produksi 2,35 juta unit per tahun, dengan menyerap tenaga kerja hingga 69,39 ribu orang, dan realisasi investasi mencapai Rp 143,91 triliun.

    Menperin optimistis, langkah antisipatif ini akan mendapat respons positif dari publik dan pelaku industri sebagai sinyal kepastian dan keberpihakan pemerintah terhadap keberlangsungan industri otomotif nasional di tengah dinamika ekonomi global.

    (lth/din)

  • 20 Mobil Terlaris di Indonesia Juni 2025: Suzuki Fronx-Denza D9 Melesat!

    20 Mobil Terlaris di Indonesia Juni 2025: Suzuki Fronx-Denza D9 Melesat!

    Jakarta

    Posisi Kijang innova di daftar mobil terlaris masih sangat kokoh. Namun ada dua model yang tercatat melesat yaitu Suzuki Fronx dan Denza D9.

    Kijang Innova masih sulit digusur oleh model mobil lain di Indonesia. Buktinya, Innova tercatat masih jadi mobil yang penjualannya paling laris di dalam negeri. Berdasarkan penjualan wholesales yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) periode Juni 2025, distribusi Innova dari pabrik ke dealer itu mencapai 4.814 unit.

    Angkanya unggul jauh dibandingkan model-model lainnya. Di posisi kedua, ada Daihatsu Gran Max pikap yang mencatatkan distribusi sebanyak 2.834 unit. Ini sekaligus menjadikan Gran Max pikap sebagai mobil komersial terlaris di dalam negeri. Berlanjut di posisi ketiga ada Daihatsu Sigra yang mencatatkan distribusi sebanyak 2.742 unit.

    Kemudian di posisi keempat ada mobil sejuta umat Toyota Avanza. Distribusi Avanza dari pabrik ke seluruh dealer Toyota itu tercatat sebanyak 2.632 unit. Berlanjut menghuni posisi lima besar ada Honda Brio berkat kontribusi model Satya dan RS. Distribusinya tercatat sebanyak 2.385 unit.

    Denza D9 Foto: (Ridwan Arifin/detikOto)

    Di posisi sepuluh besar, hanya ada satu mobil listrik yang masuk daftar. Mobil listrik yang dimaksud adalah Denza D9. MPV listrik penantang Alphard itu mencatatkan distribusi sebanyak 1.768 unit, melesat dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 630 unit. Model baru Suzuki Fronx juga bersaing di posisi 10 besar dengan catatan distribusi sebanyak 1.782 unit atau satu tingkat di atas Denza D9. Pada Juni merupakan kali pertama Fronx mencatatkan distribusinya. Untuk tahu lebih lengkapnya, berikut ini 20 mobil terlaris di Indonesia periode Juni 2025.

    20 Mobil Terlaris di Indonesia Juni 2025

    1. Kijang Innova (Reborn dan Zenix): 4.814 unit
    2. Daihatsu Gran Max pikap: 2.834 unit
    3. Daihatsu Sigra: 2.742 unit
    4. Toyota Avanza: 2.632 unit
    5. Honda Brio (RS dan Satya): 2.385 unit
    6. Toyota Rush: 2.355 unit
    7. Mitsubishi Xpander (termasuk Xpander Cross): 2.290 unit
    8. Suzuki Fronx: 1.782 unit
    9. Denza D9: 1.768 unit
    10. Toyota Calya: 1.662 unit
    11. Suzuki Carry pikap: 1.608 unit
    12. Toyota Fortuner: 1.409 unit
    13. Daihatsu Gran Max (Blind Van dan Minibus): 1.300 unit
    14. Daihatsu Terios: 1.247 unit
    15. Toyota Hilux: 1.162 unit
    16. Chery Tiggo 8 CSH: 1.102 unit
    17. Honda HR-V: 1.079 unit
    18. BYD Sealion 7: 1.068 unit
    19. Toyota Veloz: 1.057 unit
    20. Toyota Agya: 952 unit

    Secara keseluruhan, penjualan mobil di Indonesia belum naik signifikan. Penjualan wholesales justru tercatat menurun dari bulan sebelumnya. Pada Juni, penjualan wholesales hanya menyentuh 57.760 unit. Sementara penjualan naik retail naik tipis dari sebelumnya 61.307 unit menjadi 61.647 unit.

    Selama semester I tahun 2025, secara kumulatif penjualan secara wholesales baru mencapai 374.740 unit sedangkan secara retail 390.467 unit. Masih ada enam bulan tersisa untuk mengejar target penjualan sebanyak 900.000 unit mobil.

    (dry/din)

  • Berkat HR-V Baru, Penjualan Mobil Honda di Indonesia Naik

    Berkat HR-V Baru, Penjualan Mobil Honda di Indonesia Naik

    Jakarta

    Honda melaporkan penjualan retail (distribusi dealer ke konsumen) mencapai 39.193 unit di semester pertama 2025. Angka tersebut cukup mengantarkan Honda menghuni posisi tiga sebagai merek terlaris di Indonesia.

    Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan retail nasional mencapai 390.467 unit. PT Honda Prospect Motor mengambil pangsa pasar sebesar 10 persen. Honda berhasil mempertahankan eksistensinya di tengah kompetisi ketat di industri otomotif Tanah Air.

    Angka tersebut juga ditopang penjualan Juni 2025 yang mencapai 5.238 unit, naik dari bulan sebelumnya 4.740 unit.

    Lebih rinci, kenaikan penjualan di bulan Juni 2025 dikontribusikan oleh model unggulan Honda HR-V dengan membukukan penjualan sebanyak 1.555 unit.

    Kemudian disusul oleh Honda BR-V yang terjual sebanyak 575 unit atau naik sebesar 15% dari bulan sebelumnya.

    Model populer Honda Brio tetap menjadi penyumbang terbesar penjualan Honda dengan mencatatkan penjualan dengan 2.437 unit. Sementara itu, Honda CR-V, Civic, Accord dan model Honda lainnya secara total menyumbang penjualan 671 unit sepanjang bulan Juni.

    “Kami berterima kasih atas kepercayaan konsumen terhadap produk Honda, khususnya Honda HR-V yang baru saja diluncurkan, sehingga kami dapat mencapai peningkatan penjualan di tengah kondisi pasar yang dinamis saat ini,” kata Yusak Billy, Sales & Marketing and After Sales Director PT HPM dalam keterangannya dikutip Rabu, (9/7/2025).

    “Kami terus berkomitmen menghadirkan model yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan kualitas dan value yang sudah terbukti,” tambah dia.

    Guna mendongkrak permintaan pasar. Honda akan menampilkan inovasi lini produk terkini, serta kesempatan test drive model elektrifikasi di booth Honda pada ajang GIIAS 2025, yang akan berlangsung pada 24 Juli – 3 Agustus 2025 mendatang.

    “Memasuki semester kedua, kami berharap pasar otomotif akan terus bertumbuh didukung oleh pameran kendaraan yang akan dilangsungkan pada akhir bulan ini,” tambah dia.

    (riar/dry)

  • Honda Disebut Batalkan Proyek SUV Listrik 3 Baris, Ini Sebabnya

    Honda Disebut Batalkan Proyek SUV Listrik 3 Baris, Ini Sebabnya

    Jakarta

    Honda dikabarkan membatalkan proyek SUV listrik tiga baris mereka. Penyebabnya, Honda melakukan pemangkasan anggaran besar-besaran hingga 30% untuk beberapa model mobil listrik terbaru mereka yang akan dirilis pada 2030 mendatang.

    Seperti dikutip dari Nikkei Asia, pada bulan Mei 2025 Honda mengumumkan akan memangkas anggaran R&D untuk model-model yang akan dirilis pada tahun 2030 dari 10 triliun yen (Rp 1.300 triliun) menjadi 7 triliun yen (Rp 910 triliun).

    Kabarnya sebagian dana yang dihemat tersebut akan difokuskan untuk pengembangan mobil hybrid. Honda juga disebut-sebut tak lagi menargetkan 30% penjualan mobil listrik BEV dari total penjualan mereka pada 2030 nanti.

    Tentunya bukan hal aneh jika pabrikan-pabrikan otmotif ternama dunia merevisi ulang target mereka terkait kendaraan elektrifikasi. Sebelum Honda, Ford dan Toyota sudah lebih dahulu menunda peluncuran crossover EV terbaru mereka.

    Pabrikan besar lainnya seperti Nissan juga menunda peluncuran Xterra listriknya selama sepuluh bulan hingga November 2028 dan saudaranya, Infiniti, hingga Maret 2029.

    Langkah Honda dipandang sebagai reaksi terhadap melambatnya permintaan kendaraan listrik di banyak negara, dan perubahan pajak kendaraan listrik di Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

    Kendati ada efisiensi, Honda masih memiliki beberapa kendaraan listrik yang siap diproduksi, termasuk 0 SUV dan 0 Saloon sedan yang rencananya diluncurkan secara global tahun depan.

    Honda juga sedang mengembangkan Afeela 1 bekerja sama dengan Sony. Sementara itu di China, perusahaan ini sudah memiliki tiga mobil listrik ‘Ye’ – SUV P7 dan S7, serta GT yang akan segera diluncurkan.

    Sehubungan dengan peralihan fokus, Honda akan mengumumkan model hybrid terbaru mereka, termasuk Prelude yang akan segera hadir pada tahun 2027. Arsitektur baru ini disebut-sebut dapat mengurangi biaya hingga 30% dan meningkatkan penghematan bahan bakar hingga 10%.

    Honda memperkirakan penjualan mobil hybrid akan mencapai angka 2,2 juta unit pada tahun 2030, dengan penjualan EV berkurang menjadi sekitar 750.000 unit.

    (lua/dry)