Topik: Penjualan Mobil

  • Indonesia Diharap Bisa Belajar dari VinFast, Bisa Kalahkan Mobil-mobil Jepang

    Indonesia Diharap Bisa Belajar dari VinFast, Bisa Kalahkan Mobil-mobil Jepang

    Jakarta

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto terkesan dengan merek mobil nasional Vietnam, VinFast, yang bisa kalahkan penjualan mobil buatan Jepang di Vietnam.

    “Indonesia harus belajar dari VinFast. Saya monitor di Vietnam, VinFast bisa mengalahkan berbagai merek, termasuk merek Jepang, sehingga VinFast bisa jadi nomor satu di Vietnam,” ungkap Airlangga saat memberi sambutan di peresmian pabrik VinFast di Subang, Jawa Barat, Senin (15/12/2025).

    Pernyataan Airlangga ada benarnya. VinFast memang menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dari segi penjualan, sepanjang Januari-November 2025, total penjualan VinFast di Vietnam mencapai angka 147.450 unit. Unggul dari Toyota yang hanya memasarkan 65.487 unit kendaraan.

    Pabrik VinFast di Subang Jawa Barat Foto: dok. Istimewa/Kurniawan

    Airlangga juga senang dengan strategi VinFast di Indonesia yang tak hanya menjual kendaraan listrik. Namun juga sekalian membangun ekosistemnya, dari fasilitas charging station, hingga jaminan resale value.

    “Strategi VinFast di Indonesia luar biasa. Tidak semua melihat bisnis seperti VinFast. Kita lihat mereka sudah membangun 1.000 charging station. Charging station di industri EV itu sama dengan ATM, orang datang ngambil listrik, bayar. Itu adalah cash business. Dan saya belum lihat ada satu perusahaan manapun, otomotif, yang membangun ekosistem charging station, kecuali VinFast,” tambah Airlangga.

    Diberitakan sebelumnya, pada Fase 1, VinFast menginvestasikan lebih dari USD 300 juta dengan kapasitas produksi awal 50.000 unit per tahun. Fasilitas ini juga dilengkapi lini produksi terintegrasi berstandar internasional dengan tingkat otomasi tinggi dan teknologi canggih. Area produksi mencakup body welding (pengelasan bodi), juga painting (pengecatan), assembly (perakitan), pusat inspeksi kualitas, serta gudang logistik.

    Pada tahap awal, pabrik akan memproduksi model EV strategis VinFast untuk pasar Indonesia, yakni VF 3, VF 5, VF 6, dan VF 7 dengan setir kanan. Model-model ini dirancang untuk kebutuhan mobilitas perkotaan, menyasar konsumen muda dan keluarga modern.

    (lua/dry)

  • Penjualan Menyusut, Daihatsu Yakin Pemerintah Tak Tinggal Diam

    Penjualan Menyusut, Daihatsu Yakin Pemerintah Tak Tinggal Diam

    Jakarta

    Penjualan mobil di Indonesia mengalami penyusutan. Penjualan retail (distribusi dealer ke konsumen) turun hingga 8 persen sepanjang Januari-November 2025. Daihatsu meyakini pemerintah tidak akan tinggal diam menghadapi situasi ini.

    “Ya, kami sebagai pelaku di otomotif pasti meyakini bahwa pemerintah juga pasti paham bahwa sektor otomotif itu memberikan kontribusi terhadap perekonomian di Indonesia yang tidak kecil,” kata Marketing and Customer Relations Division Head PT Astra International Tbk. Daihatsu Sales Operation, Tri Mulyono.

    “Sehingga kami yakin pemerintah pun pasti memonitor apa yang terjadi dengan penurunan pasar otomotif yang hampir 8-10 persen turun. Itu juga pasti menjadi pertimbangan dari pemerintah,” tambahnya lagi.

    Adanya insentif dipercaya bisa kembali menggairahkan pasar otomotif yang lagi lesu. Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut tak ada insentif buat industri otomotif tahun depan. Di lain pihak, Menteri Perindustrian bilang akan memperjuangkan agar industri otomotif dapat insentif lagi karena kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Diharapkan pemerintah dapat membantu keberlangsungan industri yang turut jadi penggerak roda ekonomi negara ini.

    “Dan rasanya dengan wacana yang saat ini beredar, rasanya kami juga ya wait and see, menunggu apa yang memang bisa dilakukan. Dan kami yakin bahwa apa yang akan diberikan ini pasti sudah dengan segala pertimbangan yang dimiliki oleh pemerintah,” ungkap Tri.

    Melihat turunnya permintaan mobil baru di Tanah Air, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi target penjualan. Sebelumnya, penjualan mobil di Indonesia ditargetkan tembus 900 ribu unit/tahun selama 2025. Namun, Gaikindo akhirnya melakukan perubahan angka menjadi 780 ribu unit/tahun.

    Penurunan target ini mengindikasikan bahwa industri telah memperkirakan tantangan yang lebih berat ke depan. Tri Mulyono menambahkan, dengan prediksi pasar yang ada, dan juga fenomena berakhirnya diskon opsen di akhir tahun ini, ia yakin pemerintah tidak akan berpangku tangan.

    Industri otomotif saat ini berada dalam posisi yang mengharapkan uluran tangan kebijakan dari pemerintah demi membantu keberlangsungan industri yang padat karya dan berkontribusi besar pada perekonomian nasional.

    “Rasanya pun dengan prediksi yang ada, dengan fenomena berakhirnya diskon opsen yang akhir tahun ini rasanya juga pemerintah menurut saya tidak tinggal diam,” kata Tri.

    (riar/dry)

  • Ini Daftar Mobil yang Bikin Malaysia Jadi Calon ‘Raja Baru’ di ASEAN

    Ini Daftar Mobil yang Bikin Malaysia Jadi Calon ‘Raja Baru’ di ASEAN

    Jakarta

    Penjualan mobil di Malaysia selama Januari-November 2025 telah mencapai 720 ribuan unit atau unggul 10 ribuan unit dari Indonesia. Bukan tak mungkin, Tanah Malaya menjadi ‘raja baru’ di ASEAN tahun ini.

    Disitat dari laman data.gov.my, Senin (15/12), penjualan mobil di Malaysia selama November 2025 saja mencapai 77 ribuan unit. Padahal, untuk periode yang sama, Indonesia hanya tembus 74 ribuan unit.

    Secara umum, penjualan mobil di Malaysia masih didominasi mobil bensin dengan catatan 65 ribuan unit, kemudian mobil diesel 4 ribuan unit, mobil listrik 5 ribuan unit dan hybrid 2 ribuan unit.

    Foto: Perodua

    Di Malaysia, mobil ‘buatan’ lokal masih menjadi primadona konsumen setempat. Pada November 2025, Perodua Bezza menjadi kendaraan terlaris dengan penjualan 9 ribuan unit, kemudian disusul Perodua Axia dengan 7 ribuan unit dan Proton Saga dengan 6 ribuan unit.

    Menariknya, dari tujuh mobil terlaris di Malaysia, enamnya disumbang produk buatan Perodua. Sementara brand Jepang hanya menempatkan dua wakil, yakni Toyota Vios dan Honda City di daftar 10 besar produk terlaris di sana.

    Hingga sekarang, Malaysia belum mengubah target penjualannya pada 2025, yakni masih 800 ribu unit. Sedangkan Indonesia baru menurunkan angka dari yang semula 900 ribu unit, menjadi hanya 780 ribu unit. Jika melihat tren dan pergerakkan pasar, Malaysia berpeluang menjadi ‘raja baru’ di ASEAN.

    Berikut Mobil Terlaris di Malaysia

    1. Perodua Bezza

    Oktober: 9.990 unitNovember: 9.073 unit

    2. Perodua Axia

    Oktober: 7.668 unitNovember: 7.558 unit

    3. Proton Saga

    Oktober: 7.852 unitNovember: 6.571 unit

    4. Perodua Myvi

    Oktober: 6.978 unitNovember: 5.795 unit

    5. Perodua Ativa

    Oktober: 2.795 unitNovember: 4.606 unit

    6. Perodua Alza

    Oktober: 4.998 unitNovember: 4.343 unit

    7. Toyota Vios

    Oktober: 2.793 unitNovember: 2.651 unit

    8. Honda City

    Oktober: 2.425 unitNovember: 2.290 unit

    9. Perodua Aruz

    Oktober: 1.687 unitNovember: 2.264 unit

    10. Proton X50

    Oktober: 2.693 unitNovember: 2.123 unit.

    (sfn/dry)

  • Bos BYD Berharap Penjualan Mobil Listrik di Indonesia Bisa Naik 2 Kali Lipat

    Bos BYD Berharap Penjualan Mobil Listrik di Indonesia Bisa Naik 2 Kali Lipat

    Jakarta

    Bos BYD terkesan dengan pertumbuhan pasar mobil listrik di Indonesia yang begitu cepat. Tahun ini, pasar mobil listrik di Indonesia sudah menembus dua digit alias 12%. Harapannya, tahun depan penjualan mobil listrik di Indonesia bisa meningkat lagi, jadi 25%, atau meningkat dua kali lipat.

    “Perkembangan EV di Indonesia sangat luar biasa dan membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan perkembangan pasar mobil listrik tercepat di kawasan,” ujar Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao dalam acara media gathering di Bogor belum lama ini.

    Eagle memang sangat terkesan dengan pertumbuhan penjualan mobil listrik di Indonesia. Kata Eagle, dengan dukungan insentif dari pemerintah, banderol mobil listrik jadi terjangkau, sehingga banyak konsumen yang mampu membeli kendaraan tanpa emisi tersebut. Eagle pun membandingkannya dengan pasar di negaranya, China.

    “Bayangkan dari 2% ke 12% hanya perlu dua tahun, padahal di pasar China sendiri kami butuh setidaknya 8 tahun buat mencapai itu. Maka, kita apresiasi pasar domestik (Indonesia) karena dukungan pemerintah dan teman-teman semua kita dapat mencapai ini,” terang Eagle.

    Dari 12% market share mobil listrik saat ini, sebanyak 25% tersebar di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Kata Eagle, setiap 5 mobil di Jabodetabek, 1 mobil merupakan BEV (mobil listrik full baterai).

    Secara akumulatif, BYD Indonesia telah menjual sebanyak 47.300 unit dari Januari sampai November 2025. BYD Indonesia juga memecahkan rekor penjualan beberapa bulan terakhir sebanyak 10 ribu unit per bulan. BYD juga mengklaim menguasai lebih dari 57% market share mobil listrik full baterai di Indonesia.

    Lebih dari itu, BYD kini juga merangsek ke papan atas sebagai salah satu merek mobil terlaris di Indonesia. Bahkan, penjualan BYD bisa mengungguli merek-merek Jepang seperti Mitsubishi, Suzuki, dan Honda. Eagle juga berharap pasar mobil listrik secara umum bisa naik dua kali lipat di tahun depan, meski belum ada kejelasan insentif.

    “12% adalah pencapaian untuk tahun ini. Kami berharap pasar mobil listrik bisa mencapai 25% di tahun depan,” tambahnya lagi.

    “Pada 2026, tentunya kami membutuhkan dukungan lebih lanjut dari pemerintah terkait perpanjangan insentif untuk EV (mobil listrik),” terang Eagle.

    (lua/dry)

  • Indonesia Kalah Lagi, Malaysia OTW Jadi ‘Raja Mobil ASEAN’

    Indonesia Kalah Lagi, Malaysia OTW Jadi ‘Raja Mobil ASEAN’

    Jakarta

    Malaysia melalui asosiasinya telah mengumumkan penjualan mobil selama November 2025. Hasilnya, untuk kesekian kali, angkanya melampaui Indonesia. Kini, mereka makin dekat sebagai ‘raja baru’ di industri roda empat ASEAN.

    Disitat dari data.gov.my dan Carz Automedia, Senin (15/12), penjualan mobil di Malaysia pada November 2025 tembus 77 ribuan unit. Nominal tersebut lebih tinggi dari penjualan wholesales di Indonesia yang hanya 74 ribuan unit pada periode serupa.

    Dengan demikian, penjualan mobil di Malaysia selama Januari-November 2025 telah mencapai 720 ribuan unit. Sementara pada periode yang sama, Indonesia baru tembus 710 ribuan unit.

    Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Hingga sekarang, Malaysia belum mengubah target penjualannya pada 2025, yakni masih 800 ribu unit. Sedangkan Indonesia baru menurunkan angka dari yang semula 900 ribu unit, menjadi hanya 780 ribu unit. Jika melihat tren dan pergerakan pasar, Malaysia berpeluang menjadi ‘raja baru’ di ASEAN.

    Di Malaysia, mobil ‘buatan’ lokal masih menjadi primadona konsumen setempat. Pada November 2025, Perodua Bezza menjadi kendaraan terlaris dengan penjualan 9 ribuan unit, kemudian disusul Perodua Axia dengan 7 ribuan unit dan Proton Saga dengan 6 ribuan unit.

    Menariknya, dari tujuh mobil terlaris di Malaysia, enamnya disumbang produk buatan Perodua. Sementara brand Jepang hanya menempatkan dua wakil, yakni Toyota Vios dan Honda City di daftar 10 besar produk terlaris di sana.

    Jika dipecah berdasarkan segmen, mobil bensin terjual 65 ribu unit di Malaysia, kemudian mobil diesel 4 ribuan unit, mobil listrik 5 ribuan unit dan hybrid 2 ribuan unit.

    Sebelumnya, Sekretariat Umum (Sekum) Gaikindo, Kukuh Kumara mengatakan, pasar otomotif Malaysia belakangan memang sedang tumbuh. Sementara di saat bersamaan, Indonesia justru mengalami penurunan.

    Menurut Kukuh, pertumbuhan pasar otomotif di Malaysia disebabkan insentif jangka panjang yang telah diberikan sejak era pandemi.

    “Sebabnya pengurangan pajak, saya nggak tahu detailnya seperti apa. Mereka (kasih insentif mobil) lebih dulu dari kita, tapi sampai sekarang belum berhenti,” ujar Kukuh Kumara saat ditemui di Tanah Abang, Jakarta Pusat, belum lama ini.

    Kukuh tak menjelaskan, insentif seperti apa yang diadopsi di Malaysia. Namun, saat pandemi Covid-19, pemerintah setempat menerbitkan aturan baru soal perpajakan. Ketika itu, mereka memberikan diskon 100 persen untuk mobil produksi lokal dan 50 persen untuk mobil impor.

    (sfn/dry)

  • Harga Naik, Penjualan Bisa Anjlok

    Harga Naik, Penjualan Bisa Anjlok

    Jakarta

    Nasib insentif buat mobil listrik tahun depan belum jelas. Kalau tak lanjut, harga mobil listrik dipastikan naik. Kenaikan harga itu bisa membuat penjualan mobil listrik anjlok!

    Insentif buat sektor otomotif tahun depan bakal disetop. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut industri otomotif dalam negeri sudah cukup kuat. Hal itu lah yang menjadi dasar tak berlanjutnya insentif di sektor otomotif tahun depan.

    “Insentif tahun depan tidak ada, karena industrinya sudah cukup kuat,” kata Airlangga belum lama ini.

    Harga Mobil Listrik-Hybrid Bakal Naik Tanpa Insentif?

    Bila tak berlanjut, tentu akan memberikan dampak signifikan terhadap kenaikan harga. Pengamat otomotif sekaligus akademisi ITB Yannes Pasaribu menilai, wacana penyetopan insentif untuk tahun 2026 jelas bisa membuat penjualan mobil jeblok secara keseluruhan. Sebab, harga jual mobil pasti naik. Khususnya kalau bicara mobil listrik yang saat ini tengah mendapat karpet merah dengan guyuran insentif dari pemerintah.

    “Tanpa insentif seperti PPNDTP dan bebas bea masuk, harga EV, terutama model CBU yang tidak mulai dirakit dengan TKDN 40 persen bisa naik signifikan, misalnya hingga sekitar 30-40 persen,” terang Yannes kepada detikOto.

    Kenaikan itu tentu membuat daya tarik terhadap mobil listrik makin menyusut. Harganya yang tinggi membuat kelompok konsumen dari kalangan menengah ke bawah makin tak melirik mobil listrik. Sebab, kata Yannes, selama ini kelompok konsumen tersebut cukup terbantu dengan kehadiran insentif.

    “Akibatnya, permintaan diprediksi akan melemah, terutama di segmen middle class yang sensitif harga, dan berisiko memperlambat laju adopsi BEV di Indonesia,” ujar Yannes.

    Momentum ini justru menjadi peluang bagi mobil hybrid. Menurutnya, pasar mobil hybrid bisa kembali merangkak bila insentif buat EV sepenuhnya disetop. Ini berlaku bagi para produsen yang melahirkan mobil hybrid baik itu pabrikan Jepang maupun China.

    Deretan Insentif di Sektor Otomotif Roda Empat

    Insentif Mobil Listrik

    Untuk diketahui saat ini memang ada beberapa insentif yang berlaku di industri otomotif. Khusus mobil listrik, tak dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Tertulis pada pasal 2 PMK No. 135 Tahun 2024, PPnBM yang terutang atas impor KBL Berbasis Baterai CBU Roda Empat tertentu oleh Pelaku Usaha ditanggung Pemerintah untuk tahun anggaran 2025. Lanjut pada pasal 3 PMK No. 135 Tahun 2024 menyatakan, PPnBM atas impor mobil listrik CBU ditanggung Pemerintah sebesar 100 dari jumlah PPnBM yang terutang. Lalu, PPnBM atas penyerahan mobil listrik yang diproduksi CKD ditanggung pemerintah sebesar 100 persen.

    Selain bebas PPnBM, ada juga insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk kendaraan listrik. Pemerintah memberikan insentif PPN DTP atas mobil listrik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025. Kendaraan listrik produksi lokal dengan TKDN tertentu berhak mendapatkan PPN DTP. Jadi, PPN yang ditanggung pembeli lebih kecil. Insentif ini bisa dinikmati beberapa produsen yang memenuhi persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen yaitu Wuling, Hyundai, MG, Chery, dan Neta. Dengan demikian deretan mobil listrik yang memenuhi syarat TKDN itu hanya dikenai PPN 2 persen.

    Insentif juga diberikan untuk produsen mobil listrik lain seperti BYD, AION, Geely, Citroen, VinFast, dan Xpeng. Deretan merek tersebut juga dibebaskan dari PPnBM meski menjual mobil dari impor. Selain itu, meski mendatangkan mobilnya secara impor, deretan produsen di atas dibebaskan dari bea masuk yang seharusnya dikenai tarif 50 persen. Dengan catatan, merek-merek tersebut menyetujui komitmen investasi di Indonesia. Kalau tidak, maka ada bank garansi setiap unit impor sesuai dengan ketentuan. Bank garansi tersebut akan dicairkan atau hangus untuk mengembalikan insentif yang telah diberikan oleh pemerintah. Dalam periode 1 Januari 2026 hingga 31 Desember 2027, produsen wajib mewujudkan komitmen produksi 1:1 sesuai road map tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).

    Insentif Buat Mobil Hybrid

    Selain mobil listrik, pemerintah juga telah memberikan insentif buat mobil hybrid meski nilainya tak terlalu besar. Insentifnya berupa PPnBM ditanggung pemerintah sebesar 3 persen. Tarif PPnBM mobil hybrid yang harusnya 6-8 persen jadi hanya 3-5 persen. Mobil dengan teknologi mild hybrid pajaknya beda lagi. Tarifnya sebesar 8-12 persen tergantung dari emisi gas buang yang dihasilkan. Dengan adanya insentif, tarif PPnBM mobil mild hybrid menjadi 5-9 persen.

    Selanjutnya untuk mobil berjenis plug-in hybrid, tarif PPnBM yang dikenakan lebih kecil yaitu 5 persen berlaku untuk semua jenis tanpa diatur besar emisi gas buang yang dihasilkan. Dengan adanya insentif, mobil PHEV hanya kena tarif PPnBM 2 persen.

    (dry/din)

  • Pabrikan Jepang Nggak Bisa Terus-terusan Ngotot dengan Mobil Hybrid

    Pabrikan Jepang Nggak Bisa Terus-terusan Ngotot dengan Mobil Hybrid

    Jakarta

    Pabrikan Jepang disebut tak bisa terus-terusan ngotot dengan mobil hybrid di tengah gempuran mobil listrik. Kalau tidak, jangan kaget bila pasarnya bakal tergerus.

    Pasar otomotif Indonesia kian gemuk. Banyak merek baru, khususnya dari China ikut meramaikan pasar otomotif Indonesia. Sejumlah pabrikan China itu juga membawa angin segar karena menghadirkan mobil listrik yang harganya setara dengan mobil bermesin konvensional merek Jepang. Gayung pun bersambut, mobil China mulai banyak diminati orang Indonesia. Satu merek yang cukup mencolok adalah BYD. Meski baru seumur jagung di industri otomotif dalam negeri, BYD sudah menguasai pangsa pasar mobil listrik.

    BYD memang agresif mendatangkan produk mobil listriknya untuk mengisi berbagai segmen. Untuk menjegal mobil di segmen Low Cost Green Car (LCGC) misalnya, BYD punya Atto 1. Dari komposisi harga Atto 1 berada di level yang sama dengan deretan mobil LCGC. Lebih mengejutkan lagi, penjualan Atto 1 juga meroket dalam dua bulan terakhir. Nama BYD Atto 1 bahkan mengisi daftar penjualan mobil terlaris pada periode Oktober-November 2025. Keberhasilan BYD lewat Atto 1 dinilai menjadi sinyal lahirnya struktur persaingan baru di industri otomotif Indonesia.

    Pengamat otomotif sekaligus akademisi ITB Yannes Pasaribu menilai, fenomena harga Atto 1 justru membuat konsumen yang sebelumnya resisten dengan mobil listrik malah jadi runtuh.

    “Lalu, label BYD yg begitu gencar diwartakan pada banyak sekali medsos sebagai produsen BEV global terbesar juga semakin memperkuat brand trust, sehingga kekhawatiran soal kualitas, baterai, dan after-sales berkurang signifikan,” terang Yannes kepada detikOto.

    Hal itu kata Yannes membuat Atto 1 menjadi rival langsung deretan mobil LCGC dan juga city car bermesin konvensional. Ke depan, bukan tidak mungkin justru pasarnya makin membesar. Menurutnya, untuk bisa bersaing, para pabrikan Jepang tidak seharusnya terus-terusan ngotot dengan mobil hybrid.

    “Konsekuensinya, fenomena ini sangat mungkin semakin membesar seiring waktu dan bakal memaksa pabrikan Jepang yang ada di Indonesia untuk merespons dengan mau tidak mau harus segera menciptakan BEV entry-level yang sama agresifnya. Tidak terus-terusan ngotot memaksakan mobil hybrid mengikuti policy prinsipal Jepangnya,” jelasnya lagi.

    Kalau terus bertahan dengan mobil hybrid, bisa jadi pangsa pasar mobil Jepang justru tergerus. Sebab tren konsumen mulai mengarah ke kendaraan listrik. Di sisi lain, sejumlah pabrikan China juga sudah punya mobil hybrid dengan teknologi lebih canggih dan harga terjangkau.

    “Jika Jepang bersikeras hanya mengandalkan hybrid yang juga harus berkompetisi dengan berbagai brand baru hybrid China yang lebih unggul desain dan fiturnya, tanpa mempercepat produksi BEV lokal, maka pangsa pasarnya akan terus menyusut seiring bergantinya generasi pembeli mayoritas ke gen Millenial dan utamanya Gen Z yang lebih aware terhadap value for money,” tutup Yannes.

    Tergerusnya pasar mobil Jepang sebenarnya sudah mulai terlihat. Kalau mengacu pada data distribusi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, hal itu mulai terlihat pada tahun 2024.

    Meskipun Toyota tetap kokoh di puncak dengan 33%, jika ditotal, pangsa lima besar merek Jepang turun menjadi 79,6%, turun 5% dari capaian 2020. Ya sebelumnya mobil Jepang mencatatkan pangsa pasar di atas 80%.

    Sementara itu, pabrikan China mulai membagi kekuatannya. Wuling memperkuat posisinya di 2,8% (25.067 unit), dan yang mengejutkan, BYD yang baru masuk langsung merebut 1,6% pasar (13.964 unit). Mereka menunjukkan keseriusan dengan mengincar segmen mobil listrik yang mulai diminati konsumen. Tren kenaikan itu juga berlanjut tahun 2025. Ini menjadi sinyal bagi pabrikan Jepang untuk makin waspada.

    Total penjualan retail hingga November 2025 tercatat 739.977 unit. Angka kolektif lima merek Jepang teratas kini hanya menyisakan 73,6% pangsa pasar. Terlihat jelas, dominasi Jepang yang dulu mencapai 85% kini berada di angka 73,6%. Angka yang hilang itu-sekitar 11%-hampir seluruhnya diambil oleh merek China.

    (dry/lua)

  • Performa Penjualan Daihatsu di Sulawesi Utara, Ini Juaranya

    Performa Penjualan Daihatsu di Sulawesi Utara, Ini Juaranya

    Bitung

    Daihatsu Kumpul Sahabat berlangsung di Bitung, Sulawesi Utara, Sabtu (13/12/2025). Kota penghasil ikan Cakalang terbesar di Indonesia ini punya potensi pasar yang menjanjikan.

    “Daihatsu sebagai pelaku otomotif melihat kota Bitung ini memiliki potensi yang baik. Dalam hal otomotif roda empat, Bitung memberikan kontribusi termasuk tertinggi keempat dari sekitar 15 kota kabupaten yang ada di Sulawesi Utara,” ujar Domestic Marketing Division Head PT Astra Daihatsu Motor, Budi Mahendra di di lokasi acara Lapangan Satrol Lantamal VIII, Kota Bitung, Sulawesi Utara, Sabtu (13/12/2025).

    “Kami juga di sini mengapresiasi atas kepercayaan masyarakat Sulawesi Utara dan Bitung, karena kalau kita lihat performa Daihatsu di Bitung sangat baik sekali,” ujar dia.

    “Sampai saat ini, di Bitung, Daihatsu berada di posisi nomor dua. Dengan market share, sekitar 29 persen. Ini lebih tinggi daripada secara nasional walaupun Daihatsu nomor dua, market share (nasional ya 16,9 persen year to date,” tambahnya lagi.

    Tri Mulyono selaku Marketing & Customer Relation Division Head PT Astra International – Daihatsu Sales Operation menjelaskan lebih lanjut, Daihatsu Granmax komersial ringan menempati urutan teratas penjualan mobil Daihatsu.

    Foto: Dok. Daihatsu

    “Kalau di Manado, Bitung itu kebetulan 28% itu Granmax pick up,” ujar Tri dalam kesempatan yang sama.

    Profil konsumen di Sulawesi Utara sangat cocok dengan Daihatsu yang menyasar first buyer. Hal ini tercermin dari data penjualan di wilayah Manado dan Bitung.

    “Lalu 24% nya Sigra, 22% nya baru Ayla. Lalu dilanjutkan dengan Terios 11%,” kata dia.

    “Sisanya berbagi dengan model-model yang lain. Ya, 28% karena memang secara nature-nya disini kan banyak hasil bumi. Mulai dari perkebunan, lalu juga perikanan gitu ya.”

    “Jadi memang kebutuhan terkait dengan sarana pengangkutan yang size-nya low. Ini memang Granmax pikap mendapatkan apresiasi yang cukup baik. Jadi setiap bulannya kami 28% dari penjualan kami di Manado, Bitung itu didapatkan dari Granmax pikap,” jelas Tri.

    (riar/lth)

  • Penjualan Honda di Indonesia Merosot, Ini Model Paling Larisnya

    Penjualan Honda di Indonesia Merosot, Ini Model Paling Larisnya

    Jakarta

    Penjualan mobil Honda di Indonesia turun 35 persen. Ini model yang masih memberi sumbangan penjualan terbesar.

    Pangsa pasar mobil Honda di Indonesia tergerus dengan kedatangan sederet mobil China. Dalam setahun belakangan, penjualan Honda secara wholesales maupun retail turun 30 persenan. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, secara wholesales Januari-November 2025, penjualan Honda hanya mencapai 53.301 unit. Padahal setahun sebelumnya menyentuh 86.350 unit dalam waktu 11 bulan tahun lalu.

    Penjualan retail juga demikian. Data Gaikindo menunjukkan, pada Januari-November 2024, Honda membukukan penjualan sebanyak 92.327 unit. Sementara pada periode yang sama tahun 2025, penjualannya baru menyentuh 64.225 unit. Pangsa pasarnya juga ikut tergerus. Kalau dulu bisa menyentuh 11,4 persen, kini hanya 8,7 persen secara retail sales.

    Secara produk, Honda sejatinya merilis beberapa model baru tahun ini. Beberapa di antaranya Honda HR-V Hybrid dan juga Step Wgn Hybrid. Di tengah gempuran mobil listrik China, Honda justru percaya mobil hybrid jadi jembatan sebelum akhirnya beralih sepenuhnya ke era elektrifikasi. Sejatinya, Honda juga sudah meluncurkan mobil listrik e:N1. Namun mobil tak bisa dibeli putus. Kamu yang tertarik bisa meminangnya dengan skema sewa selama lima tahun. Pun kalau ditotal, biaya yang dikeluarkan cukup fantastis yakni mencapai Rp 1 miliar meski tak repot mikirin pajak dan juga perawatannya.

    Meski sudah punya beberapa produk elektrifikasi, nyatanya mobil paling laris Honda justru masih bermesin konvensional. Adalah Honda Brio yang merupakan mobil Honda dengan harga paling murah. Honda Brio bisa dimiliki dengan mahar mulai Rp 170 jutaan hingga yang termahal Rp 258,2 juta.

    Secara penjualan, Brio masih memikat. Setiap bulan nama Brio yang terdiri dari Satya dan RS itu kerap mengisi daftar mobil terlaris di Indonesia. Di segmen LCGC dan city car, Honda Brio jadi rajanya. Sepanjang Januari hingga November 2025, Honda telah mendistribusikan 31.068 unit Brio ke dealer-dealernya.

    Namun kini keberadaan Brio mulai terganggu dengan pendatang baru dari China BYD Atto 1. Bermodalkan baterai sebagai sumber tenaga dan harga yang mirip-mirip, Atto 1 perlahan-lahan merebut pasar Brio. Penjualan Atto 1 pun meledak dan menjadikannya mobil terlaris dalam dua bulan terakhir tahun 2025. Ini bisa menjadi sinyal bagi Honda untuk segera berbenah. Kalau tidak, bukan tak mungkin pangsa pasarnya jadi makin tergerus rival-rival baru.

    (dry/lth)

  • Kata Fuso soal Pasar Kendaraan Komersial di Indonesia 2026

    Kata Fuso soal Pasar Kendaraan Komersial di Indonesia 2026

    Surabaya

    PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) selaku produsen Mitsubishi Fuso di Indonesia bicara mengenai pasar kendaraan komersial di dalam negeri tahun depan. Mereka menegaskan, kondisinya masih akan menantang!

    Hal tersebut disampaikan Sales and Marketing Director PT KTB, Aji Jaya. Menurutnya, harus ada gebrakan atau kebijakan baru agar penjualan mobil komersial tumbuh tahun depan.

    “Saya pernah bilang, beberapa sektor kalau nggak berubah, itu kondisinya sama aja. Kondisinya masih menantang,” ujar Aji Jaya saat ditemui di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (11/12).

    “Kita punya banyak commodity, cuma commodity itu kan banyak tergantung dengan global ekonomi, dengan geopolitik, kalau di luar sana kondisi lagi nggak bagus, nggak belanja mereka kan. Otomatis pengusaha sawit, pengusaha tambang, juga nggak investasi, karena nggak dapet income yang cukup,” tambahnya.

    Mitsubishi Fuso. Foto: Doc. Mitsubishi Fuso

    Menurut Aji, sektor-sektor yang mengalami tantangan di tahun ini kemungkinan besar masih menghadapi situasi yang sama tahun depan. Namun, khusus untuk kendaraan komersial, dia berharap pemerintah punya proyek strategis yang berdampak langsung ke permintaan produk.

    “Kondisi komersial mungkin sama aja. Cuma tadi, kecuali ada beberapa proyek strategis pemerintah yang direalisasikan, ya itu mungkin jumlahnya juga bisa berubah. Kalau kita menghitung kemungkinan realisasi pemerintah, kemungkinan sama,” tuturnya.

    “Tapi kalau tadi ditambah ada realisasi proyek strategis pemerintah, ya bisa jadi lebih besar. Jadi lebih besar. Yang penting pemerintahnya belanja aja,” kata dia menambahkan.

    Foto: Dok. Fuso

    Sebagai catatan, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales Mitsubishi Fuso turun 9,9 persen secara year on year (YoY) pada Januari-Oktober 2025. Namun, secara umum, penjualan kendaraan niaga di Indonesia memang sedang mengalami pelemahan.

    Itulah mengapa, meski penjualan turun, namun market share Fuso masih tetap tinggi. Bahkan, tahun ini diprediksi mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu.

    “Secara unit turun jualannya, cuman market share-nya tadi yang masih bertahan. Bahkan (bisa) naik dibandingkan tahun lalu,” kata Aji.

    (sfn/sfn)