Topik: Penjualan Mobil

  • Video: BYD Kalahkan Tesla Jadi Raja Mobil Listrik Dunia

    Video: BYD Kalahkan Tesla Jadi Raja Mobil Listrik Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia – BYD kembali mengukuhkan namanya menjadi raja mobil listrik dunia. Pabrikan mobil listrik asal China itu lagi-lagi mengalahkan Tesla dalam hal penjualan mobil listrik global.

    Selengkapnya dalam program Autobizz CNBC Indonesia, Selasa (07/10/2025).

  • BYD Kalahkan Tesla Jadi Raja Mobil Listrik Dunia

    BYD Kalahkan Tesla Jadi Raja Mobil Listrik Dunia

    Jakarta

    BYD kembali mengukuhkan namanya menjadi raja mobil listrik dunia. Pabrikan mobil listrik asal China itu lagi-lagi mengalahkan Tesla dalam hal penjualan mobil listrik global.

    Dikutip Carnewschina, penjualan mobil listrik murni BYD secara kumulatif hingga kuartal ketiga tahun 2025 mencapai 1,6 juta unit. Hal itu jauh lebih tinggi ketimbang Tesla yang hanya mencatatkan penjualan sebanyak 1,2 juta unit pada periode yang sama. Setidaknya ada selisih 388 ribu unit antara penjualan BYD dengan Tesla.

    Pada kuartal ketiga saja, BYD mengirimkan 582.500 kendaraan listrik murni. Meskipun ini menunjukkan sedikit penurunan secara kuartal sebesar 4 persen, angka penjualan itu tercatat naik 31,4 persen dibanding tahun lalu.

    Sebagai pembanding, Tesla pada kuartal ketiga tahun ini hanya mencatatkan penjualan sebanyak 497.100 unit. Penjualan itu menunjukkan pertumbuhan 29,4 persen dibanding kuartal sebelumnya dan naik 7,4 persen dibanding tahun lalu.

    Sejak menyalip Tesla untuk kedua kalinya pada kuartal keempat 2024, BYD telah mempertahankan kepemimpinan penjualan mobil listrik secara global selama empat kuartal berturut-turut.

    Perusahaan riset pasar Counterpoint Research memproyeksikan BYD akan mengakhiri tahun 2025 sebagai pemimpin penjualan kendaraan listrik global. BYD diprediksi akan menguasai pangsa pasar 15,7 persen. Hal itu bakal memperkuat posisi pabrikan China tersebut di puncak industri kendaraan listrik yang berkembang pesat.

    BYD kemungkinan besar akan menjadi penjual mobil listrik teratas di dunia pada tahun 2025. Sebelumnya, predikat itu selalu dikuasai oleh Tesla.

    Sementara itu, BYD juga menguasai pasar mobil listrik Indonesia. BYD dan Denza menjadi merek mobil listrik paling laris di Indonesia saat ini. Dari Januari sampai Agustus, BYD telah mengirim 18.989 unit mobil listrik yang terdiri dari BYD Seal, Atto 3, Dolphin, M6, E6 dan Sealion 7 (data penjualan BYD Atto 1 belum tersedia). Sedangkan Denza, yang baru jualan satu model yaitu Denza D9, telah mengirimkan 6.548 unit mobil listrik.

    Jika dijumlahkan, BYD dan Denza mencatatkan angka penjualan wholesales kumulatif sebanyak 25.537 unit dalam periode Januari sampai dengan Agustus 2025. Artinya, dari total 50.831 unit mobil listrik yang terjual di Indonesia, 50,23 persennya didominasi oleh mobil listrik BYD dan Denza.

    (rgr/dry)

  • Mobil Listrik Murah Bisa Bikin Pasar Otomotif Bergairah?

    Mobil Listrik Murah Bisa Bikin Pasar Otomotif Bergairah?

    Jakarta

    Pasar mobil baru di Indonesia sedang mengalami tantangan. Faktor-faktor seperti kenaikan pajak, suku bunga tinggi, dan ketidakpastian ekonomi telah membuat penjualan mobil konvensional menurun. Fakta uniknya, di tengah kondisi yang lesu, mobil listrik justru tumbuh pesat. Apakah lantaran munculnya mobil listrik murah?

    Laporan Gaikindo menunjukkan pasar mobil listrik di Indonesia semakin berkembang. Selama delapan bulan pertama tahun 2025, penjualan wholesales (distribusi pabrik ke dealer) mobil listrik mencapai 51.191 unit dari total 500.951 unit mobil yang terjual. Angka ini setara dengan 10,14% dari pangsa pasar mobil nasional.

    Bandingkan pada 2021, pasar mobil listrik di Indonesia cuma 0,5 persen. Lalu melesat hampir 5 persen pada tahun 2024 yang terus berkembang mencapai lebih dari 10 persen pada kuartal tiga tahun 2025.

    BYD ambil bagian mendominasi pasar mobil listrik nasional dengan penjualan 18.989 unit pada 2025. Angka ini bukan sesuatu yang mengejutkan lagi, sebab BYD pernah memegang rekor sebagai penguasa pasar lebih dari 50 persen pada enam bulan pertama.

    Salah satu kunci keberhasilan melesatnya pertumbuhan mobil listrik di Indonesia ialah kehadiran model dengan harga lebih kompetitif. Contohnya BYD Atto 1 di segmen city car dan BYD M6 di kelas Multi Purpose Vehicles (MPV) dinilai bisa menjadi angin segar.

    Secara umum, harga mobil listrik yang lebih terjangkau memang berpotensi besar untuk meningkatkan pasar yang lesu. Selain harga di awal yang mulai terjangkau, biaya operasional dan perawatan mobil listrik juga lebih rendah dibanding mobil berbahan bakar konvensional. Ambil contoh dari Atto 1.

    Sebagai gambaran, misalnya city car bermesin bensin di segmen yang sama, harus menghabiskan biaya sekitar Rp 7.200.000 per tahun hanya untuk bahan bakar. Ditambah pajaknya sekitar Rp 3.000.000 dan biaya servisnya Rp 2.000.000. Jadi, total uang yang harus dikeluarkan setiap tahunnya mencapai Rp 12.200.000.

    Sementara itu, mobil listrik BYD Atto 1, jika menggunakan sistem pengecasan di SPKLU dengan tarif Rp 2.630 kWh, maka setiap tahunnya butuh Rp 4.455.529 hanya untuk biaya ngecas. Ditambah biaya pajak Rp 150.000 dan biaya servis Rp 1.000.000, totalnya jadi Rp 5.605.529.

    Biaya listrik BYD Atto 1 bakal lebih murah lagi jika menggunakan sumber listrik di rumah (home charging) yang punya tarif sekitar Rp 1.447 per kWh. Jadi setiap tahun hanya perlu keluar kocek Rp 2.451.388 untuk biaya ngecas. Ditambah biaya pajak Rp 150.000 dan biaya servis Rp 1.000.000, sehingga totalnya jadi Rp 3.601.388.

    Kehadiran mobil listrik yang terjangkau juga diamini pengamat otomotif Yannes untuk menyuntikkan gairah baru.

    “Harga yang kompetitif tersebut secara nyata meningkatkan aksesibilitas bagi konsumen kelas menengah, terutama kalangan milenial dan Gen Z yang tinggal di kawasan kota tier 1, di aktivitas harian mereka,” ungkap Yannes, akademisi dari Institut Teknologi Bandung, kepada detikoto, Kamis (18/9/2025).

    Yannes menambahkan, kelompok usia ini sangat responsif terhadap teknologi baru, nilai produk, dan kepraktisan.

    “Nilai-nilai ini menjadi pertimbangan utama bagi mereka dalam membeli produk,” jelasnya.

    Dengan harga yang lebih ‘ramah di kantong’, EV bisa menjadi alternatif menarik bagi mereka yang selama ini mungkin ragu untuk beralih dari mobil konvensional.
    Namun, Yannes juga memberikan perspektif lain. Meskipun pertumbuhan EV sangat pesat, kontribusinya terhadap total pasar otomotif secara keseluruhan masih terbatas.
    “Baru menyumbang di bawah 10% dari total pasar yang secara keseluruhan justru turun,” ujarnya.

    “Ini menunjukkan bahwa dampak kebangkitan EV saat ini masih bersifat niche dan belum cukup untuk sepenuhnya mengangkat pasar yang lesu. Faktor-faktor makroekonomi seperti kenaikan pajak dan suku bunga tinggi masih menjadi tantangan utama yang harus dihadapi industri ini,” ujar Yannes.

    Melihat data sebelumnya, mobil listrik kini bukan lagi sekadar tren, melainkan sudah menunjukkan daya tarik nyata di mata konsumen. Harga yang makin kompetitif, biaya perawatan yang lebih rendah, hingga dukungan infrastruktur membuat EV semakin dilihat sebagai pilihan rasional, bukan hanya gaya hidup.

    Lima tahun ke belakang, mobil listrik mungkin dianggap sebagai mainan mahal untuk para pencinta teknologi atau simbol status bagi kaum elite. Namun, sekarang, mobil listrik telah berkembang pesat dan menjadi kekuatan pasar yang tak bisa diabaikan. Mobil listrik mulai menancapkan dominasinya, menawarkan solusi yang efisien, ramah lingkungan, dan secara ekonomi semakin masuk akal bagi masyarakat luas.

    (riar/rgr)

  • MG Bawa Serangkaian Produk Inovatif di GIIAS Bandung

    MG Bawa Serangkaian Produk Inovatif di GIIAS Bandung

    JAKARTA – MG Motor Indonesia menegaskan eksistensi di pasar otomotif nasional dengan mengikuti pameran GIIAS The Series Bandung, 2025 yang berlangsung hingga 5 Oktober mendatang.

    Dalam pameran yang digelar di Sudirman Grand Ballroom Kota Bandung ini, MG hadir dengan tema ‘Driven by Passion’, perusahaan menghadirkan kombinasi inovasi, desain, dan pengalaman berkendara yang ditujukan bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya Bandung yang dikenal sebagai kota kreatif dengan gaya hidup dinamis.

    Kehadiran MG di pameran ini menjadi langkah strategis untuk semakin mendekatkan diri dengan konsumen di Bandung Raya dan Jawa Barat, salah satu pasar otomotif terbesar di Indonesia.

    Chief Executive Officer MG Motor Indonesia Jason Huang, mengatakan partisipasi di GIIAS Bandung ini menjadi langkah penting, terutama agar lebih dekat dengan konsumen Jawa Barat.

    “Bandung dikenal dengan energi kreatifnya, dan kami ingin menjadi bagian dari gaya hidup modern masyarakatnya dengan menghadirkan pilihan mobil yang tidak hanya inovatif, tetapi juga relevan dengan kebutuhan sehari-hari. Baik melalui model EV maupun ICE, MG berkomitmen menghadirkan kendaraan yang fun to drive sekaligus berkelanjutan,” katanya, dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat, 3 Oktober.

    Berdasarkan data yang dibagikan, potensi pasar otomotif Jawa Barat sangat positif terutama wilayah Bandung Raya. Hingga Juli tahun ini memiliki kontribusi terbesar dengan penjualan mobil 15.521 unit atau berkontribusi 25,5 persen dari total penjualan mobil baru di Jawa Barat.

    Sementara di tingkat provinsi, Jawa Barat menguasai 14,4 persen dari total penjualan kendaraan nasional pada periode Januari–Mei 2025. Angka ini menempatkan Jawa Barat sebagai wilayah dengan kontribusi terbesar kedua setelah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

    Tak heran jika ajang GIIAS Bandung dipandang sebagai panggung penting bagi para pelaku industri otomotif untuk memperkuat eksistensinya.

    Di GIIAS Bandung 2025, MG memamerkan empat model unggulan yang mencerminkan arah masa depan sekaligus kebutuhan mobilitas sehari-hari.

    Sorotan utama jatuh pada MG Cyberster dalam balutan merah yang berani, roadster listrik yang menjadi simbol keberanian MG dalam memasuki era elektrifikasi dengan performa tinggi. Tak kalah menarik, pengunjung juga bisa melihat langsung MG4 EV yang menjadi ikon elektrifikasi MG secara global, MG ZS EV sebagai SUV ramah lingkungan, serta MG ZS versi ICE yang tetap relevan untuk mereka yang menginginkan mesin konvensional dengan desain stylish dan inovasi modern.

    Selain menghadirkan display, MG juga menyiapkan satu unit MG4 EV untuk test drive, memberikan kesempatan bagi warga Bandung merasakan langsung performa gesit, teknologi pintar, dan sensasi berkendara yang ramah lingkungan dari kendaraan listrik MG.

    Di GIIAS Bandung 2025 ini, MG telah menyiapkan program istimewa untuk produk ICE dan hybrid (HEV) dalam . Bagi konsumen MG HS, MG ZS, MG 5 GT, dan MG VS HEV, MG telah mempersiapkan program terbatas yang sangat menarik dengan beragam keuntungan hingga Rp200 jutaan.

    “Kami mengundang masyarakat Bandung untuk berkunjung ke booth MG di GIIAS Bandung dan rasakan langsung inovasi yang kami hadirkan. Pengunjung bisa mencoba pengalaman berkendara melalui test drive, sekaligus menikmati berbagai program promo spesial yang kami siapkan untuk setiap pembelian kendaraan MG,” pungkas Jason.

  • Tanpa Insentif, Penjualan Mobil Listrik Bisa Runtuh

    Tanpa Insentif, Penjualan Mobil Listrik Bisa Runtuh

    Jakarta

    Program pajak kendaraan listrik federal atau Federal EV Tax telah berakhir di Amerika Serikat (AS). Imbasnya, mobil nonemisi di sana tak lagi mendapat insentif sebesar US$ 7.500 atau Rp 125 jutaan. Bagaimana dampaknya terhadap penjualan?

    Disitat dari Carscoops, Federal EV Tax telah berakhir sejak Selasa (30/9). Menurut Chief Executive Officer (CEO) Ford, Jim Farley, situasi tersebut membuat penjualan mobil listrik setempat kemungkinan runtuh. Bahkan, dia meramal, penurunannya bisa mencapai 50 persen!

    Farley menilai dampak absennya keringanan pajak sangat besar. Jika sebelumnya pangsa pasar mobil listrik di AS mencapai 10-12 persen, dia khawatir angka itu akan kembali jeblok ke lima persen atau setara tiga tahun lalu.

    “Saya pikir ini akan tetap jadi industri yang hidup, tapi lebih kecil, jauh lebih kecil dari yang kita kira. Apalagi dengan perubahan kebijakan emisi gas buang, plus insentif US$ 7.500 yang hilang,” ujar Jim Farley dalam acara Ford Pro Accelerate di Detroit, dikutip Kamis (10/2).

    “Sebulan lagi kita akan lihat, tapi saya tidak akan kaget kalau penjualan EV di AS turun menjadi hanya 5 persen,” tambahnya.

    Mobil listrik Ford. Foto: Dok. Ford

    Kondisi itu membuat tim Model e Ford terus menghitung ulang arah bisnisnya. Kapasitas pabrik mobil listrik dan baterai yang sudah terlanjur dibangun mungkin harus dialihfungsikan bila penurunan permintaan benar-benar terjadi.

    “Kami akan tetap mengisinya (pabrik), tapi akan lebih stres, karena sebelumnya ada kebijakan jelas selama empat tahun. Sekarang kebijakannya berubah. Semua harus menyesuaikan, dan saya pikir ini baik untuk negara, tapi jelas akan jadi satu tekanan lagi,” jelasnya.

    Di sisi lain, Farley juga jujur soal preferensi konsumen. Menurut dia, masyarakat belum tertarik untuk membeli mobil listrik mahal.

    “Pelanggan tidak tertarik dengan mobil listrik US$ 75 ribu (Rp 1,5 miliar). Mereka menganggapnya menarik-mobilnya cepat, efisien, tidak perlu ke SPBU-tapi tetap saja mahal,” kata dia.

    (sfn/din)

  • Bos Produsen Otomotif AS Siaga Tinggi Bersiap Hadapi Hancurnya Penjualan Mobil Listrik Usai Insentif Pajak Berakhir

    Bos Produsen Otomotif AS Siaga Tinggi Bersiap Hadapi Hancurnya Penjualan Mobil Listrik Usai Insentif Pajak Berakhir

    JAKARTA – Para CEO produsen otomotif di Amerika Serikat (AS) kini berada dalam status siaga tinggi, bersiap menghadapi jatuh bebasnya penjualan kendaraan listrik (EV) menyusul berakhirnya insentif pajak federal sebesar 7.500 dolar AS (sekitar Rp124,5 juta) bagi pembeli sejak akhir September.

    Dilansir dari Reuters, Kamis, 2 Oktober, CEO Ford Jim Farley bahkan menyebut hilangnya subsidi hasilkan perubahan signifikan di pasar. Berakhirnya kredit pajak pada 30 September memicu kepanikan di kalangan industri, yang sebelumnya telah melihat lonjakan rekor penjualan pada Agustus saat konsumen bergegas memanfaatkan kredit yang tersisa.

    Kekhawatiran mendalam muncul dari para pemimpin industri mengenai dampak langsung dari berakhirnya insentif tersebut. Jim Farley memprediksi bahwa penjualan mobil listrik bisa anjlok hingga 5 persen dari total penjualan kendaraan bulan depan atau setengah dari rekor yang tercatat di musim panas lalu.

    Prediksi yang sama suramnya datang dari Chairman Nissan Americas Christian Meunier, yang memperkirakan keruntuhan pasar EV pada bulan Oktober ini. Meunier menambahkan bahwa persaingan akan menjadi super-brutal karena banyak pesaing telah membangun stok EV yang melimpah, dan kini harus berjuang keras untuk menemukan pembeli.

    Pencabutan insentif ini semakin memperburuk posisi pasar AS, yang sudah tertinggal jauh dalam adopsi EV dibandingkan pasar global lainnya. Di China, pemimpin dunia dalam EV dan produksi baterai, kendaraan listrik dan plug-in hybrid telah melampaui 40 persen dari total penjualan, sementara Eropa berada di sekitar 20 persen. Lebih lanjut, pertumbuhan penjualan EV di AS sudah melambat dalam dua tahun terakhir, bahkan saat insentif masih berlaku. Sebuah studi akademis memperkirakan bahwa tanpa insentif, registrasi kendaraan listrik di AS dapat turun hingga 27 persen.

    Dampak langsung terasa hingga ke tingkat dealer, di mana kekhawatiran meningkat tentang menumpuknya inventaris EV yang tidak terjual. Dealer-dealer khawatir model-model mahal, seperti truk pikap listrik Chevy Silverado dari General Motors yang harganya bisa mencapai lebih dari 90.000 dolar AS (sekitar Rp1,5 miliar), akan kesulitan menarik pembeli tanpa adanya bantuan subsidi. Untuk meredam pukulan ini, pabrikan besar seperti GM dan Ford telah berupaya mengalihkan insentif pajak ke dalam persyaratan sewa (lease terms) untuk beberapa bulan ke depan, sementara Hyundai langsung menawarkan potongan harga hingga 7.500 dolar AS untuk model Ioniq 5 tahun 2025.

  • Definisi Kemewahan Tanpa Rasa Khawatir

    Definisi Kemewahan Tanpa Rasa Khawatir

    Jakarta

    Mungkin masih banyak konsumen yang memiliki kekhawatiran terhadap daya jangkau mobil listrik lantaran stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) tidak sebanyak SPBU untuk kendaraan konvensional. Tapi, teknologi mobil listrik saat ini semakin canggih. Cuma mengandalkan pengisian di rumah, mobil listrik sudah bisa melaju jauh dan kembali ke rumah untuk dicas lagi.

    Seperti diketahui, pasar mobil listrik di Indonesia berkembang begitu pesat. Permintaan kendaraan listrik terus tumbuh. Terbukti, dari data wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) yang dirilis Gaikindo, sepanjang Januari sampai dengan Agustus 2025 penjualan mobil listrik mencapai 50.831 unit. Pangsa pasar mobil listrik terus tumbuh. Di tahun 2024 mobil listrik hanya menyumbang 5 persen, kini di tahun 2025 baru sampai bulan Agustus pangsa pasarnya meningkat jadi 10 persen. Hal itu menunjukkan peningkatan dua kali lipat dalam waktu belum setahun.

    Di segmen MPV listrik premium, sub-brand luxury di bawah naungan BYD Group, Denza, menempati posisi teratas. Denza, yang baru jualan satu model yaitu Denza D9, telah mengirimkan 6.548 unit mobil listrik, menjadi yang tertinggi di segmennya.

    Pesatnya pertumbuhan kendaraan listrik tersebut membuat cara pengisian baterai jadi semakin fleksibel. Tidak hanya di SPKLU, pengisian baterai mobil listrik bisa dilakukan di dealer Denza. BYD Group berkomitmen untuk memperluas jaringan showroom ke berbagai wilayah strategis yang dilengkapi dengan charging station. Peningkatan layanan purnajual yang menjadi prioritas utama Denza tersebut menambah kenyamanan konsumennya.

    Selain di SPKLU dan di dealer Denza, mobil listrik Denza D9 juga bisa dicas di rumah menggunakan home charging. Mobil listrik premium dari Denza ini bisa digas hingga ratusan kilometer dalam kondisi baterai penuh. Untuk penggunaan harian saja, Denza D9 bahkan tidak perlu ngecas di luar rumah.

    Denza D9. Foto: Rifkianto Nugroho

    Home charging atau fasilitas pengecasan mobil listrik yang terpasang di rumah menjadi salah satu solusi pemilik kendaraan listrik. Pulang beraktivitas, mobil listrik bisa langsung dicas di rumah. Keesokan harinya ketika akan memulai aktivitas kembali, posisi baterai sudah terisi penuh.

    Denza D9 menawarkan performa melalui platform e-Platform 3.0. Denza D9 memiliki baterai Blade LFP khas BYD. Kapasitas baterainya nggak nanggung-nanggung, mencapai 103,36 kWh. Alhasil, dalam kondisi baterai penuh mobil ini bisa melaju hingga 600 km (NEDC).

    Dengan daya jangkau yang sangat jauh itu, untuk penggunaan harian sudah lebih dari cukup. Jika dipakai aktivitas harian di dalam kota yang rata-rata 50-60 km per hari, maka mobil listrik ini bisa dipakai seminggu lebih tanpa harus mampir ke SPKLU. Jadi, tak perlu was-was menggunakan mobil ini di perkotaan yang masih jarang SPKLU, karena daya jangkau yang jauh menjadi nilai kemewahan Denza D9.

    Selain dipakai di dalam kota, mobil listrik ini juga bisa digunakan untuk perjalanan jauh. Buat mendukung perjalanan jauh, SPKLU sekarang sudah tersedia banyak, mulai dari rest area jalan tol, restoran, hotel, hingga perkantoran ada. Denza D9 juga mendukung pengisian cepat 166 kW. Cukup ngecas 10 menit saja, daya jangkau mobil ini bertambah 150 km.

    Denza D9 juga menghadirkan fitur VtoL (Vehicle-to-Load) yang memungkinkan kendaraan menyuplai listrik untuk perangkat eksternal, mendukung aktivitas outdoor, perjalanan, dan keadaan darurat.

    Spesifikasi Denza D9

    Denza D9 dilengkapi pula dengan DiSus intelligent body control system. Teknologi ini mencakup DiSus-C sebagai suspensi aktif yang dapat mendukung stabilitas di semua kondisi perjalanan, serta DiSus-A yang memberikan penyesuaian dinamis guna menghadirkan kenyamanan maksimal dan kemampuan off-road yang optimal.

    Kehadiran teknologi canggih ini juga dipadukan dengan Intelligent Driving Assist System, yaitu Denza Pilot-Advanced Driver Assistance System yang didukung oleh LiDAR (Light Detection and Ranging), radar, kamera, sensor ultrasonik, AI canggih, dan peta HD.

    LiDAR, teknologi berbasis laser yang memindai lingkungan sekitar kendaraan dengan akurasi tinggi, mampu mendeteksi objek dan jarak secara real-time. Teknologi ini memungkinkan DENZA D9 untuk mengenali kondisi jalan, kendaraan lainnya, serta rintangan dengan presisi.

    Di atas kertas, Denza D9 bisa memuntahkan tenaga 230 kW dan torsi 360 Nm. Denza D9 menawarkan performa yang mengesankan dengan akselerasi halus dan efisiensi energi yang luar biasa dimana memiliki waktu akselerasi yang mengesankan mencapai 9.5 detik pada jarak 0-100 km.

    Dari sisi safety, Denza D9 disematkan 8 airbags untuk keamanan optimal. Mobil ini juga memiliki sistem Auto Emergency Brake.

    Bodi kendaraan dari Denza D9 telah menggunakan hampir 80% baja berkekuatan tinggi, diperkuat oleh balok anti tabrakan depan ganda.

    (rgr/dry)

  • Buat Dongkrak Penjualan, Perlukah Pemerintah Bikin Program Mobil Murah Lagi?

    Buat Dongkrak Penjualan, Perlukah Pemerintah Bikin Program Mobil Murah Lagi?

    Jakarta

    Penjualan mobil di Indonesia pada 2025 mengalami tren penurunan. Selain disebabkan lesunya perekonomian nasional, harga mobil yang kian mahal juga bikin penjualannya turun. Apakah pemerintah perlu membuat lagi program mobil murah seperti LCGC (low cost green car)?

    Sebagai catatan, selama Januari-Agustus 2025, total penjualan mobil wholesales di Indonesia baru mencapai 500.951 unit, atau turun 10,6% YoY, dibandingkan periode yang sama pada 2024 sebanyak 560.552 unit.

    Di masa lalu, pemerintah mengatasi lesunya penjualan kendaraan roda empat dengan membuat program mobil murah bernama LCGC. Meluncur tahun 2013, mobil-mobil low cost green car yang efisien bahan bakar dan punya harga relatif murah, terbukti diterima dengan sangat baik oleh konsumen Indonesia, khususnya pembeli mobil pertama.

    Pada awal diluncurkan tahun 2013 silam, program mobil LCGC atau Kendaraan Bermotor Roda Empat Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) ini mendapat keistimewaan berupa pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

    Namun sejak 2021, keistimewaan itu dicabut. Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 tahun 2019 yang telah diubah jadi PP No. 74 tahun 2021, maka mobil-mobil LCGC dikenakan PPnBM, melalui skema tarif sebesar 15% dengan dasar pengenaan pajak sebesar 20% dari harga jual. Singkatnya, kini mobil LCGC dikenai tarif PPnBM sebesar 3%.

    Harga mobil-mobil LCGC yang awalnya ada di bawah angka Rp 100 jutaan pun sekarang semakin mahal, mulai di angka Rp 130 jutaan hingga nyaris menyentuh angka Rp 200 jutaan. Dengan harga yang semakin tidak terjangkau, apakah pemerintah perlu membuat program mobil murah yang harganya lebih murah dari LCGC?

    Ketua Gaikindo Jongkie D. Sugiarto mengatakan, saat ini yang diperlukan adalah, bagaimana membuat mobil harganya menjadi terjangkau untuk konsumen. Jadi tidak terlalu penting, apakah mobil harga terjangkau itu mau diberi nama atau tidak.

    “Sekarang apa pun judulnya, mau dibilang LCGC, mau dibilang mobil listrik, atau mobil apa pun, pokoknya yang bikin harga terjangkau aja. Terserah mau dinamain, mau nggak dinamain, nggak apa-apa, yang penting harganya terjangkau,” buka Jongkie menjawab pertanyaan detikOto di Jakarta (29/9/2025).

    Jongkie mengakui bahwa program LCGC memang sukses mendongkrak penjualan. Tapi di sisi lain, sekarang juga banyak bermunculan mobil listrik murah dari China, sehingga konsumen semakin banyak pilihan.

    “Program LCGC berhasil. Dengan dilabeli persyaratan ini, itu dan lain sebagainya, berhasil. Sekarang tapi kan udah tersaingi dengan mobil-mobil dari Tiongkok. Jadi terpenting konsumen itu juga banyak pilihannya sekarang. Ya kan bagus lah. Udah makin maju, makin besar industri otomotif (kita),” terang Jongkie.

    (lua/rgr)

  • Ilham Habibie Serahkan Uang Rp1,3 Miliar Hasil Jual-Beli Mercy dengan RK

    Ilham Habibie Serahkan Uang Rp1,3 Miliar Hasil Jual-Beli Mercy dengan RK

    Bisnis.com, JAKARTA – Juru Bicara KPK Budi Prasetyo mengatakan penyidik KPK telah mengamankan Rp1,3 miliar dari Ilham Akbar Habibie (IH). Dana tersebut merupakan hasil penjualan mobil Mercedes-Benz (Mercy) 280 L, atas nama BJ Habibie, yang dibeli Ridwan Kamil (RK)

    KPK menduga uang yang digunakan Ridwan Kamil berasal dari aliran dana korupsi pengadaan iklan Bank BJB.

    “KPK melakukan penyitaan uang Rp1,3 miliar dari saudara IH. Uang tersebut diduga berasal dari saudara RK dalam kaitannya untuk pembelian salah satu aset mobil milik saudara IH di mana pembelian tersebut baru dilakukan sebagian, artinya belum lunas,” kata Budi kepada wartawan, Selasa (30/9/2025).

    Budi mengatakan aset yang diamankan KPK masih dalam kepemilikan dua pihak. Selain karena dugaan korupsi, alasan pengembalian uang dilatarbelakangi karena nilai mobil yang tergolong antik serta memiliki nilai historis bagi Ilham Habibie.

    Pengembalian uang juga merupakan upaya KPK untuk melakukan asset recovery. Tak hanya itu, uang diamankan juga diperuntukan sebagai pembuktian dalam perkara ini.

    “Artinya ada aliran uang dari saudara RK kepada saudara IH untuk pembelian mobil antik tersebut di mana uang dari saudara RK ini diduga terkait atau bersumber dari dugaan tindak pidana korupsi yang sedang ditangani KPK,” jelas Budi.

    Nantinya, KPK akan mengembalikan mobil Mercy tersebut kepada Ilham Habibie lantaran sudah dilakukan penyitaan uang Rp1,3 miliar. Sebagai informasi,mobil tersebut masih berada di salah satu bengkel di Bandung.

    Sebelumnya, Ilham mengatakan pembayaran mobil dilakukan dengan cara mencicil, RK sudah membayar Rp1,3 miliar dari kesepakatan harga jual sebesar Rp2,6 miliar. Namun, dia mengungkapkan Ridwan Kamil telah mengubah cat mobil walaupun belum lunas.

    “Dia [RK] rupanya di tahun berapa itu dia ganti warna terus ternyata tanpa sepengetahuan kami,” kata dia kepada wartawan usai diperiksa KPK terkait kasus BJB, Rabu (3/9/2025).

    Ilham menegaskan dirinya tidak mengetahui bahwa transaksi jual beli mobil diduga berkaitan dengan kasus dugaan korupsi pengadaan iklan Bank BJB periode 2021-2023 yang menyeret Ridwan Kamil.

    Negara diprediksi merugi hingga Rp222 miliar dari dugaan korupsi tersebut. Selain itu, KPK telah menetapkan 5 tersangka dalam perkara ini, yakni; Yuddy Renaldi (YR), Direktur Utama Bank BJB; Widi Hartoto (WH), Pejabat Pembuat Komitmen sekaligus Kepala Divisi Corporate Secretary Bank BJB; Ikin Asikin Dulmanan (IAD), pengendali Antedja Muliatama dan Cakrawala Kreasi Mandiri;

    Suhendrik (S), pengendali BSC Advertising dan Wahana Semesta Bandung Ekspres; Sophan Jaya Kusuma (SJK), pengendali Cipta Karya Sukses Bersama dan Cipta Karya Mandiri Bersama.

    Atas perbuatannya, para tersangka disangkakan melanggar Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor).

  • Penjualan Mobil RI Kalah Jauh dari Malaysia, Ternyata Ini Penyebabnya

    Penjualan Mobil RI Kalah Jauh dari Malaysia, Ternyata Ini Penyebabnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penjualan mobil nasional di bulan Agustus 2025 memang mengalami kenaikan secara bulanan. Namun, masih jauh di bawah pencapaian penjualan Agustus 2024.

    Tak hanya itu, penjualan mobil nasional bulan Agustus 2025 juga jauh di bawah pencapaian pasar otomotif Malaysia di periode sama.

    Lalu apa penyebab penjualan mobil di Indonesia lebih rendah dibandingkan Malaysia?

    Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, pemicunya adalah masalah klasik. Yaitu, pajak tahunan kendaraan di Malaysia yang lebih rendah dibandingkan Indonesia.

    “Masalanya klasik. Pajak tahunan kendaraan di Malaysia yang rendah (sekitar 2-5% dari nilai kendaraan). Ini mendorong ‘remajakan armada’ dan pembelian baru, terutama di kalangan kelas menengah sebagai segmentasi pasar otomotif terbesar di manapun,” katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (30/9/2025).

    Malaysia, sambungnya, juga memberikan subsidi yang sama dengan Indonesia. Yakni, insentif untuk EV (electric vehicle/ mobil listrik) dan mobil hybrid sampai akhir tahun. Ini menjadi salah satu faktor turut mendongkrak penjualan mobil di negara tersebut.

    Hanya saja, imbuh dia, untuk EV yang dirakit di Malaysia ada pembebasan penuh pajak impor, cukai, dan penjualan hingga Desember.

    “Dan yang terakhir, ini kuncinya. Income rata-rata rakyat Malaysia itu sekitar US$11.970, ini tahun 2023, dengan proyeksi pertumbuhan mencapai US$12.500-an di tahun 2025 ini. Bandingkan dengan Indonesia yang hanya sekitar US$4.980-an. Dan, pendapatan rumah tangga perkotaan rata-rata Indonesia sekitar US$350-400 US, rata-rata di Malaysia sekitar US$1.500-1.700,” bebernya.

    “Jadi jelas ada kesenjangan ekonomi yang signifikan antara daya beli rakyat Malaysia dan Indonesia, sampai 2,5 kali,” cetus Yannes.

    Kesimpulannya, papar dia, penjualan mobil listrik di Malaysia pun berhasil melampaui Indonesia di tahun 2025. Terutama, ujarnya, karena kebijakan insentif yang lebih jangka panjang, dominasi produksi lokal yang berhasil, dan daya beli masyarakat kelas menengah di Malaysia yang superior.

    “Inilah yang menciptakan ekosistem adopsi EV yang lebih matang dari kita,” tukasnya.

    Belum lagi, tuturnya, Malaysia juga lebih unggul untuk rasio ketersediaan SPKLU per EV dibandingkan Indonesia. “Sekitar 0,273 versus 0,093. Lalu, distribusi di Malaysia lebih merata, sedangkan di Indonesia distribusi terkonsentrasi di Jawa,” ucapnya.

    Kualitas Kondisi Jalan di Malaysia Lebih Baik

    Dari pengalamannya saat berkunjung ke Malaysia, Yannes menyebut, jalanan di Malaysia hingga ke kampung semuanya aspal hotmix.

    “Karena pertumbuhan ekonomi Malaysia yang lebih merata antara kota dan desa, tidak terjadi penumpukan komuter di jam-jam sibuk yang menuju dan keluar dari kota besar. Intinya secara keseluruhan jalan di Malaysia berkualitas lebih baik, sehingga biaya logistik jauh lebih efisien dibandingkan Indonesia,” sebutnya.

    Kondisi ini mendorong kepercayaan konsumen untuk beli mobil baru, baik mobil listrik maupun mobil bensin.

    Hanya saja, imbuh dia, langkah pertama yang harus dilakukan di Indonesia agar bisa mengejar ketertinggalan dari Malaysia adalah memperbaiki pertumbuhan ekonomi makro.

    “Nah kita tunggu keberhasilan program Menkeu baru terkait gelontoran dana Rp200 triliun dan berbagai deregulasi agar dana yang parkir di bank-bank pemerintah dapat diputarkan ke sektor bisnis di dalam negeri. Yang terus terang masih dalam tahap awal, apakah berhasil atau tidak,” kata Yannes.

    Sebagai catatan, penjualan mobil nasional tercatat mengalami kenaikan 1,48% atau 902 unit secara wholesale (dari pabrik ke dealer) menjadi 61.780 unit dari Juli 2025 yang tercatat sebanyak 60.878 unit.

    Penjualan bulan Agustus 2025 ini melanjutkan tren kenaikan sejak Juni 2025. Di mana pada bulan Juni tercatat penjualan sebanyak 58.341 unit.

    Meski, jika dibandingkan penjualan bulan Agustus setahun sebelumnya yang mencapai 76.302 unit, masih tercatat penurunan sampai 19,03% atau 14.522 unit.

    Sementara itu, mengutip The Star, penjualan mobil di Malaysia pada bulan Agustus 2025 melonjak 0,6% secara tahunan menjadi 73.041 unit, dibandingkan Agustus 2024 yang cetak penjualan 72.580 unit.

    (dce/dce)

    [Gambas:Video CNBC]