Topik: Penanaman Modal Asing (PMA)

  • Ahmad Luthfi: Jawa Tengah Tetap jadi Magnet Investasi dan Ekspor Dunia di Tengah Ketidakpastian Global 

    Ahmad Luthfi: Jawa Tengah Tetap jadi Magnet Investasi dan Ekspor Dunia di Tengah Ketidakpastian Global 

    Liputan6.com, Semarang – Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menegaskan bahwa wilayah yang dipimpinnya masih menjadi salah satu magnet investasi dan ekspor dunia, meskipun situasi global tengah diliputi ketidakpastian.

    Menurutnya, di tengah tantangan besar seperti pandemi, konflik geopolitik, dan perang di sejumlah kawasan, Jawa Tengah justru mampu menjaga stabilitas ekonomi dan sosial yang menjadi fondasi utama bagi dunia usaha.

    “Selama ini tidak ada konflik komunal atau gangguan keamanan di Jawa Tengah. Iklim masyarakat kita adem, ayem, dan nyaman. Investasi di sini aman,” ujar Luthfi dalam seminar bertema “Tantangan dan Peluang Ekspor Pasca Kebijakan Trump” di Semarang, Senin (20/10/2025). 

    Jaga Iklim Investasi dan Perkuat Daya Saing Daerah 

    Luthfi menjelaskan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terus memperkuat iklim investasi yang sehat dan kompetitif dengan melakukan berbagai langkah strategis, termasuk mempermudah proses perizinan bagi Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

    Ia juga menekankan, tenaga kerja di Jawa Tengah memiliki daya saing tinggi baik dari sisi keterampilan maupun etos kerja, sehingga menjadi nilai tambah bagi para investor.

    “Pandemi Covid-19 dan berbagai krisis global seperti perang Ukraina–Rusia hingga konflik Timur Tengah memang mengguncang ekonomi dunia, namun Jawa Tengah mampu bertahan berkat semangat kebersamaan dan kesiapan menghadapi perubahan,” kata Luthfi. 

    Kebijakan Global Justru Buka Peluang Baru 

    Perbesar

    (Foto:Dok.Pemprov Jateng)… Selengkapnya

    Dalam kesempatan yang sama, Luthfi mengungkapkan bahwa kebijakan perdagangan era Presiden Amerika Serikat Donald Trump justru membawa dampak positif bagi ekonomi daerah.

    Alih-alih menjadi hambatan, kebijakan tersebut mendorong arus investasi baru dari berbagai negara ke Jawa Tengah.

    “Bahkan, banyak negara yang menggantungkan ekspor sejumlah komoditas dari Jawa Tengah,” jelasnya.

    Berdasarkan data ekspor, Amerika Serikat masih menjadi pasar utama dengan kontribusi 47,9 persen dari total ekspor Jawa Tengah.

    Disusul Uni Eropa (11,2%), Jepang (8,1%), ASEAN (6,4%), dan Tiongkok (4,2%).

    Sepanjang Januari–Agustus 2025, nilai ekspor Jawa Tengah tercatat mencapai US$ 7,95 miliar, atau naik 10 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, surplus perdagangan mencapai US$ 2,19 miliar. Produk-produk unggulan seperti sarang burung walet, kulit kambing, ikan, udang, rajungan, dan olahan kayumenjadi primadona ekspor ke pasar Amerika dan Uni Eropa.

    Kawasan Industri jadi Motor Pertumbuhan Baru 

    Luthfi menuturkan, pengembangan kawasan industri seperti Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) dan Kawasan Industri Kendal (KIK) telah menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

    “Kami juga mendorong konektivitas antar wilayah seperti Soloraya, Semarang Raya, Pati Raya, hingga Banyumas Raya untuk pemerataan ekonomi,” jelasnya.

    Ia menegaskan, kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kunci dalam menjaga momentum pertumbuhan ini agar memberikan manfaat ekonomi merata di seluruh daerah.

    Dorong Ekonomi Hijau dan Ekspor Berkelanjutan 

    Perbesar

    (Foto:Dok.Pemprov Jateng)… Selengkapnya

    Menyesuaikan dengan tren global, Gubernur Luthfi memperkenalkan program Rengganis Pintar (Revitalisasi Green Industry untuk Peningkatan Ekspor Jawa Tengah) sebagai langkah konkret menuju ekonomi hijau dan industri berkelanjutan.

    “Uni Eropa dan negara lain tertarik karena kita sudah mulai menerapkan ekonomi hijau. Ini peluang besar yang harus kita tangkap,” ujarnya optimistis.

    Program ini sekaligus menjadi wujud nyata keseriusan Jawa Tengah dalam mengembangkan ekspor yang tidak hanya berorientasi pada volume dan nilai, tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan.

    Jateng Siap Bersaing di Kancah Global 

    Mengakhiri paparannya, Luthfi mengajak seluruh pelaku usaha di Jawa Tengah untuk memanfaatkan momentum positifini guna memperkuat ekspor serta meningkatkan daya saing global.

    “Tugas saya itu seperti manajer marketing, tukang jualan Jawa Tengah. Saya ingin dunia tahu bahwa Jawa Tengah siap bersaing,” katanya disambut tepuk tangan peserta.

    Luthfi optimistis, kombinasi antara stabilitas daerah, potensi sumber daya, dan dukungan kebijakan ekonomi hijau akan membuat Jawa Tengah semakin menarik bagi investor dan eksportir dunia.

  • Gubernur Ahmad Luthfi Ajak Pengusaha Tionghoa Kembangkan Investasi di Jateng – Page 3

    Gubernur Ahmad Luthfi Ajak Pengusaha Tionghoa Kembangkan Investasi di Jateng – Page 3

    Dalam kesempatan tersebut, Luthfi menegaskan bahwa Jawa Tengah kini menjadi episentrum pembangunan nasional sekaligus daya tarik bagi investor.

    Data mencatat, realisasi investasi di Jawa Tengah hingga kuartal III tahun 2025 telah mencapai Rp57 triliun. Dari jumlah tersebut, penanaman modal asing (PMA) mendominasi sekitar 65 persen, sementara sisanya berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN).

    “Perpit hari ini harus ikut mewarnai daripada pembangunan di Jawa Tengah. Perpit harus menjawab tantangan untuk mengalahkan investasi dari luar negeri,” jelasnya.

    Luthfi mengungkapkan, faktor yang membuat Jawa Tengah menarik bagi investor antara lain tenaga kerja yang kompetitif, jaminan keamanan dan ketertiban dalam berinvestasi, tidak ada premanisme, ijin dipermudah, dan lainnya.

    Ia mendorong agar diperbanyak industri padat karya di provinsi ini, supaya mampu menyerap tenaga kerja.

    Tokoh Perpit Jawa Tengah, Iwan Santoso, mengatakan, Perpit memiliki visi misi untuk meningkatkan kerja sama antara dunia usaha dengan pemerintah. Selain itu juga untuk menjembatani hubungan ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dengan Tionghoa.

    “Kami harap dengan kepemimpinan yang baru akan dapat bekerja sama lebih baik dan maksimal, kemudian mampu memberikan kontribusi pada perekonomian di Jawa Tengah dan Indonesia,” ujarnya.

    Adapun Ketua Perpit Jawa Tengah 2025-2030, Siek Siang Yung atau akrab disapa Ayung, menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Jawa Tengah yang telah memberikan kemudahan dalam perizinan dan investasi di Jawa Tengah. Ia berharap hal itu bisa terus dilakukan sehingga iklim investasi di Jawa Tengah terus berkembang ke arah yang semakin baik.

    “Jawa Tengah memiliki iklim usaha yang bagus. Perizinan bagus, mudah, lebih bagus daripada sebelumnya. Ini bentuk dukungan Gubernur kepada para pengusaha. Kami berharap bisa lebih bagus lagi,” jelasnya saat audiensi dengan Gubernur Ahmad Luthfi beberapa waktu lalu.

  • Investasi Asing Susut Dua Kuartal Beruntun, Kadin: Pemerintah Perlu Evaluasi

    Investasi Asing Susut Dua Kuartal Beruntun, Kadin: Pemerintah Perlu Evaluasi

    Bisnis.com, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti susutnya realisasi penanaman modal asing (PMA) di Indonesia selama dua kuartal beruntun.

    Realisasi PMA pada kuartal III/2025 tercatat sebesar Rp212 triliun atau 43,1% dari total investasi. Nilainya sudah lebih rendah dari PMA pada kuartal III/2024 yakni Rp232,65 triliun.

    Kontraksi itu juga sudah terjadi pada kuartal II/2025, ketika PMA tercatat sebesar Rp202,2 triliun atau hanya 42,3% dari total investasi.

    Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Sarman Simanjorang mengatakan penurunan PMA harus dievaluasi. Pemerintah harus menggali akar masalah penurunan minat investor asing. 

    “Bila perlu, pemerintah melakukan survei kepada calon investor maupun investor yang sudah masuk, apa kira-kira keluhan dan harapan mereka,” ujar Sarman kepada Bisnis, dikutip Sabtu (18/10/2025).

    Menurutnya, faktor-faktor seperti perizinan, kebijakan pemerintah, infrastruktur, keamanan politik, situasi ekonomi dan industri, hingga ketenagakerjaan perlu diperbaiki agar para investor asing memiliki tingkat keyakinan yang tinggi menanamkan modalnya di RI.

    Lebih lanjut dia mengatakan pelaku usaha dalam negeri selama ini menunjukkan keterbukaan tinggi terhadap kemitraan dengan investor asing. Kalangan pengusaha domestik juga tidak melihat adanya hambatan berarti dalam menjalin kerja sama dengan mitra luar negeri. 

    Sebaliknya, meningkatnya arus investasi asing dinilai membuka peluang lebih besar bagi kolaborasi dan pengembangan usaha bersama di tingkat nasional.

    Di lain sisi, saat investasi asing telah terkontraksi selama dua kuartal berturut-turut, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) justru meningkat. Pada kuartal III/2025, PMDN tercatat sebesar Rp279,4 triliun atau 56,9% dari total investasi. Realisasi itu lebih tinggi dari kuartal II/2025 yakni Rp275,5 triliun.

    Secara keseluruhan, realisasi investasi kuartal III/2025 sebesar Rp491,4 triliun, serta menyerap tenaga kerja 696.478 orang. 

    Terkait dengan negara asal PMA, negara penyumbang investasi asing masih tertinggi dari Singapura yakni US$3,8 miliar. Kemudian, diikuti oleh Hong Kong US$2,7 miliar, China US$1,9 miliar, Malaysia US$1 miliar dan Amerika Serikat (AS) US$800 juta.

    Alhasil, Sarman menilai pemerintah perlu segera mencari akar penyebab turunnya investasi asing di Indonesia, agar realisasi PMA dapat meningkat.

    “Saya melihat pasti ada sesuatu yang harus kita cari akar masalahnya. Presiden setiap kunjungan luar negeri selalu meyakinkan investor bahwa Indonesia adalah negara yang sangat terbuka dengan investor,” pungkasnya.

  • Apindo Semringah Investasi Domestik Ngebut per Kuartal III/2025

    Apindo Semringah Investasi Domestik Ngebut per Kuartal III/2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) merespons positif terkait meningkatnya penanaman modal dalam negeri (PMDN) hingga kuartal III/2025. Namun, di lain sisi, penanaman modal asing (PMA) justru terkontraksi.

    Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, realisasi investasi pada Juli–September naik 13,9% year on year (YoY) menjadi Rp491,4 triliun, lebih lambat dari laju 15,3% YoY pada periode sama tahun lalu, akibat penurunan penanaman modal asing (PMA). 

    Kontraksi investasi asing telah berlangsung selama dua kuartal beruntun, saat penanaman modal dalam negeri (PMDN) terakselerasi.

    Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani melihat penurunan PMA yang diimbangi dengan akselerasi PMDN justru menciptakan sentimen positif di kalangan pengusaha domestik. 

    “Ketika PMDN tumbuh lebih cepat daripada PMA, itu berarti ada trust dividend yang tumbuh di dalam negeri. Dunia usaha percaya terhadap stabilitas makro, arah kebijakan pemerintah dalam mengatasi tantangan struktural, dan keberlanjutan iklim berusaha,” ujar Shinta kepada Bisnis, dikutip Sabtu (18/10/2025).

    Dia mengatakan, data sepanjang Januari–September 2025, PMA tercatat Rp644,6 triliun, hanya sedikit terkoreksi dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp654,4 triliun. Sementara itu, PMDN melonjak dari Rp607,03 triliun menjadi Rp789 triliun, atau tumbuh sekitar 30,09% untuk periode yang sama. 

    “Artinya, arus modal asing masih solid, namun dinamika porsi berubah karena motor domestik kini berakselerasi lebih cepat,” jelasnya.

    Kemudian, pola kuartalan pada kuartal II dan III tahun ini mencerminkan rebalancing strategi investor global, namun bukan berarti penurunan kepercayaan terhadap Indonesia. 

    Menurutnya, di tengah ketidakpastian global, mulai dari selisih tingkat suku bunga, tekanan geopolitik, hingga fragmentasi rantai pasok, investor global cenderung bersikap ‘wait and calibrate’. 

    “Namun, nilai PMA kuartal III justru naik menjadi Rp212 triliun dibanding kuartal II sebesar Rp202,2 triliun, menandakan capital appetite yang masih terjaga dengan pertumbuhan sekitar 4,85% quarter to quarter,” katanya.

    Alhasil, dengan pergeseran tren investasi ini, menurut Shinta, dunia usaha justru melihat ruang yang lebih besar untuk kemitraan dan sinergi antara PMA dan PMDN.  

    “Bagi dunia usaha, kualitas investasi dalam bentuk nilai tambah, teknologi, lapangan kerja, dan keberlanjutan rantai pasok, jauh lebih relevan untuk menilai arah ekonomi Indonesia ke depan,” kata Shinta.

  • Investasi Asing yang Mengalir ke RI Makin Loyo

    Investasi Asing yang Mengalir ke RI Makin Loyo

    Jakarta

    Realisasi investasi asing di Indonesia turun dalam dua kuartal terakhir dibandingkan tahun sebelumnya. Per kuartal III-2025, realisasinya mencapai Rp 212 triliun atau turun 8,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 232,7 triliun.

    Kondisi yang sama juga terjadi pada kuartal II. Tercatat realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) kuartal II-2025 mencapai Rp 202,2 triliun, turun 6,95% dibandingkan kuartal II-2024 sebesar Rp 217,3 triliun.

    Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, penurunan PMA secara tahunan salah satunya dipengaruhi oleh tantangan global. Hal ini berkaca pada tingginya tensi geopolitik dan perang dagang dalam tiga bulan terakhir.

    “Kita ketahui memang tantangan global kan masih ada. Kemarin-kemarin kalau kita lihat, ini kan laporan triwulan III dari bulan Juli, Agustus, September. Di dalam tiga bulan ini kan kita lihat tensi dari potensi trade war, potensi dari perang juga masih ada,” kata Rosan dalam Konferensi Pers Capaian Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2025 di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta Selatan, Jumat (17/10/2025).

    Meski demikian, menurut Rosan, investasi asing tetap menunjukkan tren positif secara kuartalan. PMA kuartal III-2025 sebesar Rp 212 triliun naik 4,9% dibandingkan dengan kuartal II yang mencapai Rp 202,2 triliun.

    “Sebetulnya investasi PMA-nya secara absolute number itu tidak turun, tetap meningkat. Angkanya tadi kurang lebih kan Rp 212 triliun berbanding Rp 202,8 juta triliun sebelumnya. Jadi tetap meningkat, tetapi tentunya harapannya FDI (Foreign Direct Investment) ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun,” ujarnya.

    Investasi Dalam Negeri Melonjak

    Secara keseluruhan, realisasi investasi kuartal III-2025 mencapai Rp 491,4 triliun. PMA berkontribusi sebesar 43,1%, sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mendominasi dengan kontribusi 56,9% atau Rp 279,4 triliun.

    Dalam dua kuartal terakhir, PMDN melonjak secara tahunan. Kontribusi PMDN pada kuartal III Rp 279,4 triliun naik 40,53% dibandingkan 2024 Rp 198,8 triliun. Begitu pula pada kuartal II-2025 realisasinya Rp 275,5 triliun, naik 30,5% dari 2024 Rp 211,1 triliun.

    “Pertumbuhan ini cepat karena mereka ada confidence juga, kalau nggak ada confidence kan nggak mungkin mereka melakukan investasi yang di dalam negeri,” kata dia.

    Menurut Rosan, salah satu faktor penting pendukung masuknya investasi dari luar negeri ke Indonesia adalah kestabilan, rule of law, hingga pool of talent yang baik. Oleh karena itu, ke depan pihaknya akan memperbaiki kualitas SDM sebagai salah satu upaya peningkatan investasi.

    “Kita kan dalam bonus demografi pada saat ini, dan kita kan juga terus memperbaiki, meningkatkan dan menyempurnakan pool of talent kita yang ada. Dengan membuka ruang-ruang, terutama untuk mereka magang di BUMN-BUMN maupun di Danantara,” ujar Rosan.

    Halaman 2 dari 2

    (shc/kil)

  • Purbaya Pede Ekonomi RI Moncer meski Investasi Asing Semakin Susut

    Purbaya Pede Ekonomi RI Moncer meski Investasi Asing Semakin Susut

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menilai bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berpeluang tumbuh tinggi ke depannya kendati kinerja penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing tengah melemah. 

    Turunnya realisasi investasi asing itu terlihat dari realisasi investasi kuartal III/2025 sebesar Rp491,4 triliun atau tumbuh 13,9% (year on year/YoY) dari periode yang sama di 2024. Kendati naik secara nominal, pertumbuhan investasi di kuartal III/2025 itu melambat dari laju kuartal III/2024 yang tumbuh 15,24% (YoY). 

    Porsi PMA pun semakin susut sejalan dengan semakin naiknya porsi penanaman modal dalam negeri (PMDN). Realisasi PMA pada kuartal III/2025 adalah sebesar Rp212 triliun atau 43,1% dari total investasi. Nilainya sudah lebih rendah dari PMA pada kuartal III/2024 yakni Rp232,65 triliun.

    Menurut Purbaya, turunnya investasi asing sejalan dengan ekonomi kuartal III/2025 yang sempat melambat akibat instabilitas politik akhir Agustus 2025 lalu. Dia pun memprediksi butuh waktu lebih lama agar investasi asing kembali masuk ke Tanah Air.

    “Ke depan FDI enggak akan cepat balik, tetapi begini, ke depannya begitu mereka lihat fondasi kuat, mereka akan masuk ke kita juga. Jadi policy memperlambat pertumbuhan ekonomi domestik, waktu itu, akan juga memengaruhi FDI secara otomatis,” ujarnya kepada wartawan saat ditemui di kantor Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU), Jakarta, Jumat (17/10/2025).

    Mantan Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) itu kembali mengutarakan bahwa para investor yang menanamkan modalnya di Indonesia ingin menikmati kue pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Dengan begitu, ekonomi yang melambat akibat instabilitas bisa turut berdampak ke investasi asing.

    “Mereka enggak mau invest di tempat yang enggak stabil. Ini kan masih baru, saya pikir sih ke depan [pemerintah] akan bisa memberi sinyal pelan-pelan bahwa kita menjalankan kebijakan ekonomi yang mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, jadi mereka akan masuk,” terangnya. 

    Adapun, realisasi investasi selama Januari—September 2025 sudah mencapai Rp1.434,3 triliun atau 75,3% dari target tahun ini Rp1.905,6 triliun. Porsi PMA sebesar Rp644, triliun atau 44,9%, sedangkan PMDN Rp789,7 triliun atau 55,1%. 

    Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani meyakini bahwa target investasi sepanjang tahun ini bisa tercapai. 

    “Melihat tren investasi yang masuk, kami meyakini insyaAllah target investasi keseluruhan, full year bisa tercapai mudah-mudahan. Kami lihat tadi kontribusinya memang dari dalam negeri ini peningkatannya di atas luar negeri,” terangnya pada konferensi pers, Jumat (17/10/2025). 

    Sebagaimana diketahui, investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) memiliki porsi terbesar kedua terhadap kue pertumbuhan PDB RI, setelah konsumsi rumah tangga. 

    Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2025 mencapai 5,2% (YoY).

  • BKPM: Investasi triwulan III Rp491,4 triliun, serap 696.478 pekerja

    BKPM: Investasi triwulan III Rp491,4 triliun, serap 696.478 pekerja

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi yang masuk ke tanah air pada triwulan III 2025 mencapai Rp491,4 triliun dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 696.478 orang.

    Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, menyatakan angka ini tumbuh 13,9 persen dibanding periode sama tahun lalu (year-on-year/YoY), serta capaian ini setara dengan 25,8 persen dari target nasional 2025 sebesar Rp1.905,6 triliun.

    “Ini sudah sesuai dengan apa yang kami rencanakan,” ucap Rosan.

    Rosan menjelaskan dari total investasi triwulan III, penanaman modal dalam negeri (PMDN) menyumbang Rp279,4 triliun atau 56,9 persen, sedangkan penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp212,0 triliun atau 43,1 persen.

    Berdasarkan sebaran wilayah, luar Jawa mencatat Rp265,8 triliun atau 54,1 persen), sementara Jawa Rp225,6 triliun atau 45,9 persen.

    Ia menyatakan sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya menjadi penyumbang utama investasi periode ini dengan total penanaman modal Rp62 triliun, selanjutnya pertambangan Rp55,9 triliun, transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp52,6 triliun, jasa lainnya Rp44,3 triliun, serta perdagangan dan reparasi Rp34,5 triliun.

    Negara asal investasi asing terbesar didominasi Singapura 3,8 miliar dolar AS, Hong Kong 2,7 miliar dolar AS, China 1,9 miliar dolar AS, Malaysia 10 miliar dolar AS, dan Amerika Serikat 0,8 miliar dolar AS.

    Menurut Rosan, secara kumulatif, realisasi investasi Januari-September 2025 mencapai Rp1.434,3 triliun, naik 13,7 persen (yoy) dan telah memenuhi 75,3 persen dari target tahunan.

    Dari total itu, PMDN berkontribusi Rp789,7 triliun atau 55,1 persen dan PMA Rp644,6 triliun atau 44,9 persen dengan penyerapan tenaga kerja 1,95 juta orang.

    Industri logam dasar kembali menjadi penopang utama dengan Rp196,4 triliun, diikuti transportasi dan telekomunikasi Rp163,3 triliun, pertambangan Rp158,1 triliun, jasa lainnya Rp130,0 triliun, dan perumahan dan kawasan industri Rp105,2 triliun.

    Dengan tren pertumbuhan positif tersebut, pihaknya optimistis target investasi nasional 2025 sebesar Rp1.905,6 triliun akan tercapai.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Realisasi Investasi Hilirsasi Tembus Rp 150,6 T Kuartal-III 2025

    Realisasi Investasi Hilirsasi Tembus Rp 150,6 T Kuartal-III 2025

    Jakarta

    Program hilirisasi pada kuartal III-2025 membawa investasi Rp 150,6 triliun dari keseluruhan investasi pada periode tersebut Rp 491,4 triliun. Kontribusi itu setara 30,6% dari total realisasi investasi.

    Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan tren investasi hilirisasi meningkat. Menurutnya, dulu kontribusi hilirisasi hanya sekitar 25% hingga 26%. Dengan tren yang meningkat ini, Rosan menilai kebijakan hilirisasi yang dicanangkan pemerintah memberikan dampak positif.

    “Kalau kita lihat kontribusi secara level meningkat. Kalau dulu masih di level 25% 26% dari totalitas yang masuk. Sekarang dari sektor hilirisasi sudah mencapai 30%. Program yang dicanangkan pemerintah kenapa memang memberikan dampak positif terutama dari investasi yang masuk. Dan ini membuktikan bahwa kebijakan hilirisasi yang diterapkan ini berjalan,” ujar Rosan dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Selatan, Jumat (17/10/2025).

    Adapun kontribusi hilirisasi paling besar di sektor mineral dengan total Rp 97,8 triliun. Di mana komoditas nikel menjadi investasi yang paling banyak masuk mencapai Rp 42 triliun. Lalu disusul komoditas tembaga dengan investasi Rp 21,2 triliun.

    Kemudian investasi di sektor perkebunan dan kehutanan sebesar Rp 35,9 triliun. Adapun komoditas yang paling banyak menyumbang investasi di sektor perkebunan, yakni kelapa sawit Rp 21 triliun, kayu log Rp 11,7 triliun, hingga karet Rp 1,6 triliun.

    “Tentu kita mendorong terus step selanjutnya karena hilirisasi dengan tuntas karena memberikan multiplier effect dan daya saing,” jelas Rosan.

    Berdasarkan sumbernya, realisasi investasi dalam program hilirisasi dari Penanaman Modal Asing (PMA) lebih tinggi dibandingkan dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Rosan menyebut, realisasi dari PMA mencapai 68,4% atau setara Rp 103,1 triliun.

    Selain investasi, Rosan menerangkan selain dari sisi investasi, tapi juga membawa transfer teknologi sehingga investasi yang masuk berkualitas.

    Secara rinci, berikut rincian realisasi investasi di bidang hilirisasi pada kuartal III-2025
    – Sektor mineral: Rp 97,8 triliun
    – Sektor perkebunan dan kehutanan: Rp 35,9 triliun
    – Sektor minyak dan gas bumi: Rp 15,4 triliun
    – Sektor perikanan dan kelautan: Rp 1,5 triliun

    (rea/rrd)

  • Investasi Asing yang Mengalir ke RI Makin Loyo

    Investasi Asing Mengalir ke RI Tembus Rp 212,2 Triliun

    Jakarta

    Realisasi investasi RI pada kuartal III tahun 2025 mencapai Rp 491,4 triliun. Dari jumlah tersebut, Penanaman Modal Asing (PMA) berkontribusi sebesar Rp 212,2 triliun atau 43,1%.

    Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, jumlahnya memang lebih rendah dibandingkan dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang mencapai Rp 279,4 triliun atau sebesar 56,9%.

    “PMA-nya Rp 212 triliun dan memang kita lihat di tengah tantangan yang masih berlangsung, geopolitik, ekonomi, tetapi kalau kita lihat tren ke depannya telah direvisi meningkat dari World Bank atau OECD dan kita harapkan akan terus meningkat,” kata Rosan dalam acara Konferensi Pers Capaian Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2025 di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Jumat (17/10/2025).

    Rosan mengatakan, posisi negara investor terbesar masih diduduki oleh Singapura dengan kontribusi sebesar US$ 3,8 miliar atau sebesar 28,8%. Singapura telah menempati posisi tertinggi sejak 10 tahun terakhir.

    “Kalau kita lihat kontribusi negara tidak berubah banyak cukup konstan, Singapura masih menjadi kontributor. Secara pencatatan investasi masuk lewat Singapura, 10 tahun terakhir Singapura menjadi negara no 1 yang masuk ke Indonesia,” ujarnya.

    Kemudian di posisi kedua, ada Hong Kong dengan kontribusi sebesar US$ 2,7 miliar atau 20,3% dari PMA. Di posisi ketiga ada China, yang pada kuartal III 2025 berinvestasi sebesar US$ 1,9 triliun atau 14,1%.

    “Tapi kalau kita combine 2 ini (investasi Hong Kong dan China), angkanya menjadi US$ 4,6 miliar, lebih besar dari Singapura,” ujar dia.

    Selanjutnya di posisi keempat negara investor terbesar RI pada kuartal III 2025, ada Malaysia dengan kontribusi sebesar US$ 1 miliar atau 7,4% dari PMA. Kelima, ada Amerika Serikat (AS) berkontribusi sebesar 5,8% atau US$ 0,8 miliar.

    (kil/kil)

  • Realisasi Investasi Hilirsasi Tembus Rp 150,6 T Kuartal-III 2025

    Realisasi Investasi RI Kuartal III Tembus Rp 491,4 Triliun

    Jakarta

    Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi melaporkan realisasi investasi kuartal II 2025 mencapai Rp 491,4 triliun. Angka ini meningkat secara tahunan (year-on-year/YoY) 13,9% yang sebesar Rp 431,5 triliun.

    Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengatakan, pencapaian ini memenuhi target sebesar 25,8% dari target investasi keseluruhan sebesar Rp 1.905,6 triliun.

    “Alhamdulillah pada triwulan III ini pencapaian investasi kami Rp 491,4 triliun atau kita bandingkan YoY 13,9% dari Rp 431,5 triliun pada tahun sebelumnya,” kata Rosan dalam acara Konferensi Pers Capaian Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2025 di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Jumat (17/10/2025).

    Angka ini naik dari capaian triwulan I 2025 yang sebesar Rp 465,2 triliun dan capaian triwulan II 2025 sebesar Rp 477,7 triliun. Dengan demikian, sepanjang tahun atau periode Januari s.d September 2025 realisasi investasi mencapai Rp 1.434,3 triliun.

    “Yang paling penting buat kami penyerapan tenaga kerja yang dilaporkan dan kita verifikasi 696.478 orang peneyrapan dari hasil investasi triwulan III ini,” ujarnya.

    Sementara itu, berdasarkan sumbernya, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) kuartal III 2025 mencapai Rp 212, triliun atau berkontribusi 43,1% pada realisasi investasi keseluruhan. Sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) mendominasi dengan kontribusi 56,9% atau Rp 279,4 triliun.

    “Memang kita lihat di tengah tantangan yang masih berlangsung, geopolitik, ekonomi, tetapi kalau kita lihat tren ke depannya telah direvisi meningkat dari World Bank atau OECD dan kita harapkan akan terus meningkat,” kata dia.

    Secara penyebarannya, investasi dari luar jawa masih lebih mendominasi dengan kontribusi sebesar 54,1% atau Rp 265,8 triliun. Sedangkan dari dalam Pulau Jawa sendiri, kontribusinya sebesar 45,9% atau Rp 225,6 triliun.

    Meski demikian, kontribusi tertinggi dari kontribusi PMA dan PMDN masih diduduki oleh Jawa Barat, menyusul DKI Jakarta di posisi kedua dalam hal PMDN. Sedangkan di PMA, posisi kedua ditempati oleh Sulawesi Tengah.

    “Kalau kita lihat kontribusi luar Jawa ada di Sulawesi Tengah dari segi hilirisasi mineral,” ujarnya.

    (shc/kil)