Topik: parasit

  • Ada Cacing Bersarang di Ginjal Pria India, Kebiasaan Sepele Ini Jadi Pemicunya

    Ada Cacing Bersarang di Ginjal Pria India, Kebiasaan Sepele Ini Jadi Pemicunya

    Jakarta

    Dokter di India menemukan ‘cacing ginjal’ di tubuh pasien pria yang mengalami keluhan tidak bisa buang air kecil dan demam selama 2 hari. Apa yang sebenarnya terjadi?

    Karena gejalanya tak kunjung membaik, pasien dilarikan ke unit gawat darurat rumah sakit. Ia mengalami pucat, peningkatan denyut jantung, hingga pembengkakan ginjal.

    Pasien lalu menjalani pemeriksaan darah dan dokter menemukan adanya kemungkinan infeksi. Dokter selanjutnya memasangkan kateter pada tubuh pasien dan memberinya cairan infus serta antibiotik.

    Dua hari perawatan berjalan, pasien melihat adanya darah dan cacing tipis menggeliat dalam kantong urinenya. Sampel urine dan cacing lalu dikirim ke departemen mikrobiologi untuk dianalisis.

    Selama analisis, staf medis terus mengawasi urine pasien dalam 3 hari, tapi tidak ditemukan adanya invertebrata tambahan atau telur cacing lagi.

    Hasil analisis sampel menunjukkan parasit yang muncul merupakan cacing ginjal raksasa Dioctophyma renale. Gejala yang dialami pasien juga sesuai dengan diagnosis tersebut.

    “Cacing tersebut dipastikan sebagai parasit langka Dioctophyma renale berdasarkan morfologi dan presentasi klinisnya. Cacing tersebut berwarna merah darah, panjangnya sekitar 30 cm, diameter 3-4 mm yang meruncing di kedua ujungnya,” tulis tim dokter dalam Journal of Clinical and Diagnostic Research, dikutip Kamis (17/4/2025).

    Tim dokter menyebut infeksi ini jarang terjadi pada manusia. Apabila terjadi, cacing dapat hidup di dalam ginjal hingga 5 tahun.

    Dokter menduga parasit tersebut masuk ke dalam tubuh pasien karena mengonsumsi ikan mentah dari danau di desanya. Pasien juga mengaku infeksi ini bukan yang pertama kalinya.

    “Dalam kasus yang kami laporkan di sini, pasien bukan vegetarian dan memiliki riwayat makan ikan mentah dari danau dekat desanya. Makan ikan mentah mungkin menjadi etiologi di balik kasus ini,” sambungnya.

    (avk/kna)

  • Ada Cacing Bersarang di Ginjal Pria India, Kebiasaan Sepele Ini Jadi Pemicunya

    Tak Bisa Kencing 2 Hari, Ternyata Ada Cacing 30 Cm Hidup di Ginjal Pria Ini

    Jakarta

    Seorang pria 35 tahun di India dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit setelah tidak bisa buang air kecil dan demam selama 2 hari. Dokter menemukan tanda-tanda vitalnya normal, kecuali peningkatan denyut jantung.

    Pasien yang tidak disebutkan namanya itu juga pucat dan mengalami pembengkakan ginjal. Setelah dilakukan tes darah, dokter menemukan adanya kemungkinan infeksi.

    Dikutip dari Live Science, dokter memasang kateter ke dalam tubuh pasien dan memberinya cairan infus serta antibiotik. Pada hari kedua perawatan, pasien melihat ada darah dan cacing tipis menggeliat dalam kantong urinenya.

    Sampel urine dan cacing lalu dikirim ke departemen mikrobiologi untuk dianalisis. Pemeriksaan mikrobiologi mengonfirmasi bahwa cacing itu adalah parasit langka Dioctophyma renale, cacing ginjal raksasa.

    Gejala yang dialami pasien juga sesuai dengan diagnosis tersebut.

    Parasit berwarna merah darah itu memiliki panjang 11,8 inci (30 cm) dengan diameter sekitar 0,13 inci (3-4 milimeter). Menurut staf rumah sakit, cacing itu berjenis kelamin jantan.

    Dokter menduga parasit itu bisa masuk karena pasien mengonsumsi ikan mentah dari danau di desanya. Pasien juga mengaku infeksi itu bukan yang pertama kalinya.

    Dalam laporan kasus, tidak disebutkan penggunaan resep obat anti parasit apapun. Dokter hanya menangani gejala pasien dan parasit keluar dari ginjal dengan sendirinya. Pasien itu juga memilih meninggalkan rumah sakit atas kemauannya sendiri sebelum menyelesaikan pengobatan.

    “Meskipun cacing D renale ditemukan di seluruh dunia, cacing ini jarang menginfeksi manusia,” tulis tim dokter.

    Mereka menambahkan cacing ini merupakan nematoda parasit terbesar yang mampu menginfeksi manusia. Cacing betina dapat mencapai panjang lebih dari 1 meter. Secara umum, parasit ini bisa bertahan hidup hingga 5 tahun di ginjal seseorang.

    (avk/kna)

  • Orang Kaya RI Pindahkan Kekayaannya ke Luar Negeri, Ekonom Ungkap Sosoknya – Halaman all

    Orang Kaya RI Pindahkan Kekayaannya ke Luar Negeri, Ekonom Ungkap Sosoknya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Beberapa orang kaya Indonesia diam-diam memindahkan ratusan juta dolar AS ke luar negeri.

    Hal ini diungkap dalam laporan Bloomberg yang dirilis pada 11 April 2025, di mana orang kaya tersebut menggunakan berbagai instrumen, mulai dari properti, emas, hingga mata uang kripto seperti USDT, untuk menyelundupkan kekayaan tanpa meninggalkan jejak. 

    Data Bloomberg menyebutkan, arus keluar dana dari Indonesia meningkat signifikan sejak Oktober 2024, terutama setelah rupiah terjun bebas pada Maret 2025. 

    Seorang bankir swasta mengungkap, kliennya yang memiliki kekayaan bersih USD 100–400 juta bahkan mengalihkan 10 persen portofolio mereka ke aset kripto. 

    Sementara itu, firma penasihat keuangan melaporkan pemindahan dana ke Dubai dan Abu Dhabi mencapai USD 50 juta pada Februari 2025—naik lima kali lipat dibandingkan kuartal sebelumnya. 

    Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat mengatakan, meski laporan Bloomberg tidak menyebutkan siapa mereka, namun dapat diprediksi bahwa orang kaya Indonesia adalah konglomerat komoditas yang sekaligus bermain di sektor finansial, yang mana mereka sudah akrab dengan lobi global.

    “Para pengusaha yang dimaksud dalam laporan Bloomberg bisa jadi adalah segelintir elite bisnis Indonesia yang menguasai sektor ekspor komoditas primer—seperti kelapa sawit, batu bara, nikel, atau karet—dan memiliki jaringan keuangan internasional,” papar Achmad dikutip Senin (14/4/2025).

    Ia menyebut, mereka adalah pemilik perusahaan-perusahaan raksasa yang menggurita di sektor perdagangan, perkebunan, pertambangan, serta perbankan atau investasi. 

    “Kelompok ini akrab dengan transaksi lintas negara, memiliki akses ke pasar modal global, dan terbiasa membuka rekening di bank luar negeri atau menggunakan instrumen keuangan kompleks seperti derivatif, hedge fund, atau mata uang kripto,” paparnya.

    Menurutna, identitas mereka sebenarnya mudah dilacak karena lingkaran pengusaha yang bermain di dua sektor sekaligus (komoditas dan finansial) sangat terbatas. 

    Misalnya, konglomerat pemilik tambang batu bara atau nikel yang juga menguasai perusahaan pembiayaan di Singapura, atau eksportir sawit dengan anak usaha di sektor perbankan offshore. 

    Transaksi ekspor-impor mereka tercatat di Bea Cukai, sementara aliran dananya terekam di bank sentral atau lembaga keuangan internasional. 

    “Keterlibatan mereka dalam skema pemindahan dana ke luar negeri seringkali terlihat dari pola transaksi yang tidak wajar, seperti pembayaran ekspor yang “ditahan” di rekening luar negeri atau penggunaan perusahaan cangkang di negara tax haven,” tuturnya.

    Tak Bisa Dibenarkan

    Achmad menyebut, alasan yang dikemukakan para pelaku, seperti kekhawatiran terhadap disiplin fiskal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, ketidakstabilan politik, atau keinginan melindungi aset, tidak bisa dibenarkan. 

    Sebab, tindakannya memperburuk kondisi yang mereka takuti. Ketika rupiah melemah, pelarian modal dalam skala besar seperti ini ibarat menusuk jantung perekonomian sendiri. 

    “Setiap dolar yang dipindahkan ke luar negeri mengurangi cadangan devisa, melemahkan nilai tukar Rupiah, dan memicu inflasi yang memberatkan 270 juta rakyat Indonesia.
    Mereka mungkin berdalih bahwa ini adalah hak properti pribadi,” kata Achmad.

    Saatnya Menyelamatkan Indonesia dari Jerat Oligarki

    Achmad menyampaikan, pemerintah harus bergerak cepat mengatasi pelarian dana orang kaya ke luar negeri, karena setiap detik penundaan berarti kerugian miliaran rupiah bagi perekonomian. 

    “Jika perlu, cabut izin usaha para pengkhianat ekonomi, bekukan aset mereka, dan publikasikan nama-namanya sebagai bentuk naming and shaming,” tuturnya.

    Lebih lanjut Ia mengatakan, bangsa ini tidak akan maju jika para pemilik modalnya justru menjadi parasit yang menggerogoti tubuh sendiri. 

    Jika mereka tidak mau berdiri di barisan terdepan membela “Indonesia, maka pemerintah wajib memaksa mereka untuk tunduk pada kepentingan nasional. Ekonomi Indonesia bukan milik segelintir orang kaya, melainkan hak seluruh rakyat yang berjuang setiap hari untuk hidup layak,” paparnya.

  • Hari Penyakit Chagas Sedunia, Ketahui Apa Saja Bahaya dan Cara Penularannya – Halaman all

    Hari Penyakit Chagas Sedunia, Ketahui Apa Saja Bahaya dan Cara Penularannya – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Setiap 14 April diperingati Hari Penyakit Chagas Sedunia untuk meningkatkan kesadaran global terhadap penyakit Chagas.

    Penyakit infeksi menular ini diketahui disebabkan oleh parasit Trypanosoma cruzi. 

    Peringatan ini penting karena penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi jantung. 

    Menurut Epidemiolog dan PhD Global Health Security, Dr. Dicky Budiman, penyakit Chagas ditularkan oleh serangga yang dikenal sebagai kissing bug atau Triatoma.

    “Penularan terjadi ketika serangga menggigit dan meninggalkan kotorannya di kulit, lalu tanpa sadar seseorang menggaruknya dan parasit masuk ke dalam tubuh,” ungkap Dicky dalam keterangan resmi yang diterima Tribunnews, Senin (14/5/2025). 

    Sayangnya, penyakit ini masuk dalam kategori neglected tropical diseases (NTDs) atau penyakit tropis terabaikan.

    Hal ini dikarenakan Chagas sering luput dari perhatian. Padahal penyakit ini berdampak besar di banyak negara berkembang, terutama di Amerika Latin.

    Menurut Dicky, Chagas bisa menyebabkan dua fase penyakit. 

    Pertama, fase akut. Biasanya muncul 1-2 minggu setelah infeksi. Tapi gejala yang ditimbulkan ringan seperti demam, kelelahan, dan pembengkakan di area gigitan. 

    Saking ringannya, Chagas sering kali tidak terdeteksi.

    Kedua, fase kronis. Pada tahap ini, Chagas  sangat berbahaya.

    “Sekitar 30 persen penderita akan mengalami komplikasi serius dalam jangka panjang, terutama pada jantung dan sistem pencernaan,” jelasnya. 

    Pada fase kronis, parasit dapat menyerang otot jantung dan menyebabkan kardiomiopati, yang ditandai dengan:

    – Jantung membesar,

    – Gangguan konduksi listrik jantung (aritmia),

    – Gagal jantung,

    – Risiko kematian mendadak.

    Inilah sebabnya, Chagas disebut juga sebagai silent killer. Karena dapat tidak terdeteksi bertahun-tahun sampai akhirnya menyebabkan gangguan jantung berat.

    Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya gagal jantung, gangguan irama jantung dan pelebaran esofagus atau usus besar. 

    Banyak pasien bahkan tidak sadar terinfeksi selama bertahun-tahun sampai muncul gejala kronis yang parah.

    Apa Chagas terjadi juga di Indonesia?

    Hingga saat ini, belum ditemukan kasus penularan lokal Chagas di Indonesia.

    Ini karena vektor utama penyakit ini, yaitu serangga Triatominae, dan tidak hidup di wilayah Asia Tenggara. 

    Vektor penyakit adalah organisme hidup yang menularkan penyakit ke manusia atau hewan lain

    Meski begitu, dalam era globalisasi dan migrasi manusia lintas negara, risiko penyakit ini tetap perlu diwaspadai. 

    Terutama untuk deteksi kasus infeksi yang terbawa oleh orang yang pernah tinggal di daerah endemis. 

    Oleh karena itu upaya pencegahan sudah seharusnya dilakukan di antaranya:

    Pertama, pengendalian serangga vektor* melalui perbaikan rumah. Serangga ini senang bersembunyi di celah dinding atau atap jerami. 

    Kedua, penyemprotan insektisida di area endemis. 

    Ketiga, skrining darah dan organ donor, agar tidak terjadi penularan lewat transfusi atau transplantasi.

    Keempat, edukasi masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan identifikasi gejala dini.

    “Untuk negara non-endemis seperti Indonesia, penting juga melakukan skrining pada pelaku perjalanan atau migran dari daerah Amerika Latin,” tutup Dicky.
     

  • Mata Belekan Bisa Sembuh Berapa Hari? Ini Penyebab dan Cara Mengobatinya

    Mata Belekan Bisa Sembuh Berapa Hari? Ini Penyebab dan Cara Mengobatinya

    Jakarta

    Munculnya belek di mata merupakan hal yang normal ketika baru bangun tidur. Sebenarnya, belek atau kotoran mata merupakan hasil proses biologi tubuh yang normal.

    Belek berasal dari proses perlindungan mata dalam menghadapi kotoran atau benda asing lain dengan air mata dan cairan lainnya. Dalam kondisi mata terbuka, maka kotoran bisa hilang saat mata berkedip.

    Namun, jika belek di mata terjadi selama berhari-hari dan disertai gejala tertentu, maka detikers harus waspada. Sebab, hal itu bisa mengindikasikan jika kamu mengalami penyakit tertentu.

    Lantas, mata belekan bisa sembuh dalam waktu berapa hari? Lalu bagaimana cara mengobati mata belekan? Simak penjelasannya dalam artikel ini.

    Mata Belekan Bisa Sembuh Berapa Hari?

    Pada dasarnya, cepat atau lamanya mata belekan bisa sembuh tergantung dari penyebab dan cara mengobatinya, apakah sudah tepat atau belum. Apabila diobati secara tepat, maka belek di mata bisa cepat sembuh.

    Jika dilihat dari penyebabnya, mata belekan yang terjadi secara terus menerus merupakan gejala dari konjungtivitis. Kondisi itu dapat terjadi karena adanya peradangan pada selaput mata yang melapisi permukaan bola mata.

    Dilansir situs Cleveland Clinic, adapun gejala umum yang dialami pengidap konjungtivitis, di antaranya:

    Mata merahKotoran mata atau belekan yang terus menerusMata keringMata berairMuncul rasa gatal di area mata

    Dalam beberapa kasus, pengidapnya mengalami gejala penglihatan kabur, sensitivitas terhadap cahaya, hingga kelopak mata bengkak. Apabila mata belek disebabkan oleh konjungtivitis, maka harus segera diobati.

    Sebagai informasi, penyebab konjungtivitis terbagi ke dalam dua faktor, yakni karena infeksi dan non-infeksi. Apa bedanya?

    Konjungtivitis non-infeksi adalah gangguan pada konjungtiva karena peradangan. Kondisi ini tidak menular dan umumnya bergejala ringan, seperti menyebabkan mata merah, terkadang muncul gatal, dan berair.

    Sementara itu, konjungtivitis infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, maupun parasit. Konjungtivitis jenis ini dapat menular ke orang lain dan berpotensi memicu komplikasi jika tidak segera diobati.

    Mengutip laman National Eye Institute, mata belekan karena konjungtivitis virus baru bisa sembuh dalam waktu 1-2 minggu. Dalam beberapa kasus, bahkan bisa memakan waktu selama tiga minggu untuk benar-benar sembuh.

    Sementara itu, konjungtivitis karena non-infeksi baru bisa membaik dalam waktu sekitar 2-5 hari. Namun, dalam sejumlah kasus penyakit mata ini baru sembuh dalam waktu dua minggu atau lebih.

    Namun, semua itu tergantung dari cara penanganan yang cepat dan pengobatan yang tepat. Jika mata belekan terjadi terus-menerus, sebaiknya segera pergi ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

    Cara Mengobati Konjungtivitis

    Jika mengalami mata merah, jangan khawatir karena dapat diobati hingga sembuh. Sebagian besar pengobatan konjungtivitis menggunakan obat-obatan medis yang umumnya meliputi kortikosteroid atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen.

    Untuk bisa mendapatkan obat-obatan tersebut harus melalui resep dokter. Selain itu, ada sejumlah obat-obatan umum yang juga direkomendasikan oleh dokter, yakni obat tetes mata yang dijual bebas di apotek.

    Untuk pengobatan alternatif lainnya bisa melakukan kompres hangat atau dingin di bagian mata yang merah. Gunakan handuk atau kain basah yang bersih untuk membersihkan kotoran atau belek di kelopak mata jika sudah terlalu banyak.

    Tips Mencegah Mata Merah

    Ada sejumlah cara untuk mencegah terjadinya mata merah atau konjungtivitis. Dikutip dari Mayo Clinic, berikut sejumlah tipsnya:

    Jangan sentuh mata dengan menggunakan tangan yang kotorSelalu mencuci tangan secara rutinGunakan handuk yang bersihJangan berbagi handuk dengan orang lainRuting mengganti sarung bantal secara rutinBuang kosmetik yang sudah lama, seperti maskaraJangan berbagi kosmetik mata atau barang perawatan mata pribadi dengan orang lain.

    Demikian penjelasan tentang waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan mata belek dan cara mengobatinya. Semoga dapat membantu detikers.

    (ilf/fds)

  • Awal Mula Temuan Cacing Hidup di Perut Bocah Umur 3 di Jatim, Ini Pemicunya

    Awal Mula Temuan Cacing Hidup di Perut Bocah Umur 3 di Jatim, Ini Pemicunya

    Jakarta

    Seorang bocah berusia 3 tahun asal Madura, Jawa Timur dilarikan ke RSD dr Soebandi, Jember dengan keluhan konstipasi dan perut kembung selama 3 hari. Seminggu sebelum masuk RS, anak tersebut mengeluh diare dan demam, kemudian orang tuanya membawa anaknya ke puskesmas dan didiagnosis infeksi saluran kemih.

    Sehari setelah dirawat, pasien mengeluh perut tidak nyaman dan kembung. Di unit gawat darurat, dia didiagnosis mengalami konstipasi. Pada hari pertama observasi di rumah sakit, pasien muntah cacing dan diagnosis askariasis dipertimbangkan.

    “Asupan makan pasien normal. Tidak ada riwayat penurunan nafsu makan sebelumnya sampai minggu ini,” tulis kasus yang dipublikasikan di Journal of Medical Case Report dikutip Sabtu (12/4/2025).

    Data anamnesis menunjukkan bahwa pasien tinggal di Bali, Indonesia, dan baru saja pindah ke Jember. Di Bali, pasien hampir setiap hari bermain dengan teman-temannya di sungai. Ia jarang memakai sandal atau pelindung kaki saat bermain.

    Di Jember, ia rutin mengikuti kakek dan neneknya memunguti sampah di tempat pembuangan sampah. Ibu pasien biasanya menyuapi pasien dengan tangan, dan pasien minum air putih dari sumber air yang kurang bersih.

    Kemudian pasien berkonsultasi ke bagian bedah anak untuk dilakukan laparotomi eksplorasi. Selama operasi, dokter menemukan tiga lokasi obstruksi usus di sepanjang ususnya. Setelah itu operasi dilakukan untuk mengeluarkan cacing di perutnya.

    Anak laki-laki itu kemudian diberikan resep antibiotik, cairan, dan tablet pyrantel pamoate, pengobatan yang digunakan untuk berbagai infeksi parasit usus termasuk cacing gelang dan cacing tambang. Dia keluar dari rumah sakit seminggu kemudian.

    “Kebersihan dan sanitasi yang buruk dapat mempengaruhi kondisi ini,” ungkap peneliti.

    (kna/kna)

  • Dunia Medis Geger, Cacing Raksasa Dikeluarkan dari Tubuh Anak Jember

    Dunia Medis Geger, Cacing Raksasa Dikeluarkan dari Tubuh Anak Jember

    Jakarta, Beritasatu.com –  Sebuah kejadian yang mengejutkan dunia medis terjadi di Indonesia, di mana cacing raksasa dikeluarkan dari tubuh anak Jember, Jawa Timur yang mengalami kondisi medis yang sangat jarang. Seorang bocah tiga tahun yang menderita sembelit dan demam selama tiga hari akhirnya dilarikan ke rumah sakit, di mana dokter menemukan puluhan cacing dengan ukuran yang sangat panjang bergerak-gerak di ususnya.

    Dilaporkan Dailymail, Sabtu (12/4/2025), anak laki-laki tersebut, yang tidak disebutkan namanya, awalnya didiagnosis dengan sembelit. Namun, kondisi semakin memburuk ketika ia mulai muntah cacing. Tidak main-main, cacing yang dimuntahkan dari mulut tersebut berukuran sangat panang. 

    Pihak rumah sakit kemudian menganalisa kondisi tubuh bocah tersebut. Hasil rontgen menunjukkan adanya obstruksi usus. Dokter segera melakukan prosedur laparotomi dan menemukan bahwa cacing-cacing tersebut menghalangi tiga bagian terpisah dari usus kecilnya.

    Cacing yang ditemukan ternyata adalah Ascaris lumbricoides, jenis cacing gelang yang dapat tumbuh hingga 35 sentimeter panjangnya dan hidup di saluran pencernaan manusia. Para tenaga medis di Rumah Sakit Umum Dr Soebandi, Jember, menjelaskan bahwa anak tersebut kemungkinan terpapar cacing tersebut melalui air yang tercemar dan berjalan tanpa alas kaki di tempat-tempat yang tidak higienis.

    “Peristiwa mengerikan ini kemudian dilaporkan dalam Journal of Medical Case Reports, di mana dokter menyoroti pentingnya kewaspadaan terhadap potensi infeksi parasit yang dapat terjadi di daerah dengan sanitasi buruk,” tulis Dailymail.

    Dalam  jurnal tersebut juga disebutkan n bahwa bocah berusia tiga tahun itu awalnya tinggal di Bali, Indonesia, dan baru-baru ini pindah ke Jember. Di Bali, ia hampir setiap hari bermain dengan teman-temannya di sungai. Ia jarang mengenakan sandal atau pelindung kaki saat bermain di sekitaran tempat itu. 

    Kondisinya semakin memprihatinkan ketika pindah dari Bali ke Jember. Bocah tiga tahun tersebut kerap menemani kakek-neneknya bekerja sebagai pemulung. 

    “Di Jember, ia rutin mengikuti kakek-neneknya untuk mengambil sampah di tempat pembuangan sampah. Ibunya biasanya memberi makan langsung kepada pasien, dan ia meminum air yang belum dimasak dari sumber air,” tulis jurnal tersebut.

    Untungnya, saat ini kondisi anak tersebut sudah semakin membaik.  Setelah melakukan prosedur untuk mengeluarkan cacing-cacing tersebut, dokter memberikan pengobatan berupa antibiotik, cairan, dan tablet pyrantel pamoate untuk melawan infeksi parasit. Anak tersebut kemudian dipulangkan setelah seminggu dirawat dan diberikan obat albendazole untuk mencegah infeksi lebih lanjut.

    Sementara pihak rumah sakit mengirimkan puluhan cacing tersebut ke laboratorium untuk diteliti. Cacing raksasa dikeluarkan dari tubuh anak Jember itu menjadi peringatan serius tentang pentingnya menjaga kebersihan dan sanitasi, terutama di daerah dengan akses terbatas terhadap fasilitas kesehatan yang memadai. Tanpa pengobatan cepat, infeksi ini bisa menyebabkan perforasi usus, yang merupakan keadaan darurat medis yang bisa berakibat fatal.

    Cacing raksasa dikeluarkan dari tubuh anak Jember itu memang menunjukkan betapa pentingnya kewaspadaan terhadap infeksi parasit yang dapat ditularkan melalui air atau makanan yang tercemar. Ini adalah masalah yang sering ditemukan di daerah-daerah pedesaan atau yang memiliki sanitasi buruk. Para ahli medis juga menekankan pentingnya kebersihan pribadi dan konsumsi air yang aman untuk mencegah infeksi seperti ini.

  • Awal Mula Temuan Cacing Hidup di Perut Bocah Umur 3 di Jatim, Ini Pemicunya

    Ngilu, Dokter di Jember Keluarkan Cacing Hidup di Perut Bocah 3 Tahun

    Jakarta

    Tim medis di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. Soebandi, Jember, Jawa Timur, mengeluarkan cacing yang hidup di perut bocah berumur 3 tahun. Kejadian ini dipublikasikan dalam jurnal of Medical Case Report pada 10 April 2025.

    Dokter menuliskan bocah itu datang ke rumah sakit dengan keluhan demam dan sulit buang air besar selama tiga hari. Setelah dirawat di rumah sakit, ia didiagnosis sembelit.

    Tetapi beberapa hari setelahnya, anak itu muntah dan mengeluarkan cacing. Hasil rontgen menunjukkan adanya massa abu-abu di perutnya yang mengindikasikan adanya obstruksi usus.

    Dokter kemudian melakukan laparotomi dan menemukan cacing ascaris lumbricoides menyumbat tiga area terpisah di usus halusnya, Jenis cacing gelang ini dapat tumbuh hingga 35 cm panjangnya dan hidup di usus manusia.

    “Kebersihan dan sanitasi yang buruk dapat memengaruhi kondisi parah ini,” tulis tim medis.

    Setelah menemukan cacing tersebut, tes darah juga mengungkapkan bahwa anak laki-laki itu mengidap anemia, yang terjadi ketika tubuh tidak memproduksi cukup sel darah merah yang sehat, yang diperlukan untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.

    Ini adalah tanda peringatan umum adanya infeksi parasit, karena beberapa cacing memakan darah di usus, yang menyebabkan kehilangan darah kronis dan berkurangnya kadar zat besi.

    (kna/kna)

  • 5 Orang Tewas Akibat Wabah Kolera di Kenya

    5 Orang Tewas Akibat Wabah Kolera di Kenya

    Jakarta

    Pemerintah Kenya melaporkan bahwa 5 orang meninggal dunia akibat wabah kolera. Pemerintah mendesak kewaspadaan akibat wabah itu.

    Dilansir AFP, Rabu (9/4/2025), kolera adalah infeksi usus akut yang menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan biasanya menyebabkan diare parah, muntah, dan kram otot. Penyakit ini sangat berbahaya bagi anak-anak.

    Negara Afrika Timur itu melaporkan puluhan kasus setelah banjir besar yang melanda sebagian wilayah negara itu tahun lalu.

    “Pemerintah meminta Anda untuk sangat waspada terhadap lingkungan sekitar, untuk menangani wabah kolera yang kini telah merenggut lebih dari lima nyawa di seluruh negeri,” kata pejabat Kementerian Kesehatan Mary Muthoni dalam sebuah pernyataan.

    Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa kemarin, Kementerian Kesehatan mengatakan penyakit tersebut telah dilaporkan di tiga daerah yakni Migori, Kisumu dan Nairobi. Dilaporkan ada 97 kasus dengan 6 kematian.

    “(Telah terjadi) 97 kasus kolera, termasuk enam kematian,” jelasnya.

    Kolera telah menyebar di negara-negara lain di Afrika timur, dengan Sudan Selatan menjadi negara yang paling parah terkena dampaknya. Negara miskin tersebut mencatat hampir 700 kematian bulan lalu, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    “Kami telah mencatat 33 kematian,” katanya.

    Leishmaniasis, yang disebabkan oleh parasit mikroskopis yang disebarkan oleh lalat pasir, menimbulkan bisul dan bekas luka yang merusak, dan salah satu jenisnya dapat menyerang organ dalam.

    Penyakit ini sering dikaitkan dengan kemiskinan dan sanitasi perkotaan yang buruk.

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Video: Presiden Taiwan Sebut China Parasit

    Video: Presiden Taiwan Sebut China Parasit

    Jakarta, CNBC Indonesia – Militer China menggelar latihan tembak langsung jarak jauh di laut China Timur pada hari Rabu (02/04) sebagai bagian dari peningkatan latihan yang sedang berlangsung di sekitar Taiwan dengan mengatakan bahwa mereka sedang melakukan serangan presisi terhadap fasilitas pelabuhan dan energi.

    Selengkapnya dalam program Special Report CNBC Indonesia, Rabu (02/04/2025).