Topik: parasit

  • Catat Pertolongan Pertama Jika Anak Keracunan Makanan!

    Catat Pertolongan Pertama Jika Anak Keracunan Makanan!

    Akhir-akhir ini berita seputar kasus keracunan massal seusai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) bermunculan. Kasus yang dilaporkan mencapai ribuan yang terdampak. Kok bisa ya sampai kejadian begini?

    Bicara soal keracunan, dokter anak dan Ketua UKK Emergensi & Terapi Intensif Anak IDAI, Dr. Yogi Prawira, Sp.A, Subs ETIA(K), bilang keracunan itu bisa dipicu karena konsumsi makanan/minuman yang terkontaminasi seperti bakteri, virus, parasit, toksin atau racun, hingga bahan kimia. Gejala seperti meliputi mual, muntah, diare, pusing, demam bisa muncul dalam beberapa jam hingga 1-2 hari.

    Ketika muncul gejala keracunan, ada beberapa langkah pertolongan pertama yang perlu dilakukan. KuTips share di video ini ya catatannya, yuk simak!

    Selain keracunan, ada beragam tips lainnya juga di link video ini…

  • Peliknya Masalah Gizi Anak di Balik Viralnya Kasus Kecacingan di Indonesia

    Peliknya Masalah Gizi Anak di Balik Viralnya Kasus Kecacingan di Indonesia

    Jakarta

    Kasus balita di Bengkulu yang mengeluarkan cacing dari mulut dan hidung baru-baru ini menyita perhatian publik. Balita bernama Khaira Nur Sabrina, usia 1 tahun 8 bulan, diketahui mengalami infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) dengan kondisi gizi buruk, anemia, hingga adanya larva cacing di paru-paru.

    Sebelumnya, kasus serupa juga ditemukan di Sukabumi, Jawa Barat. Seorang balita, Raya, meninggal karena sepsis dan mengeluarkan cacing dari tubuhnya.

    Menanggapi hal ini, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menekankan pentingnya faktor kebersihan (higiene) dan gizi dalam mencegah penyakit tersebut. Ia mengingatkan, edukasi harus digencarkan agar kejadian serupa tidak kembali terulang.

    Fenomena ini membuka mata bahwa kecacingan bukan hanya persoalan medis biasa, melainkan masalah gizi dan kesehatan masyarakat yang kompleks. Infeksi cacing dapat mengganggu penyerapan nutrisi, memicu anemia, hingga menghambat tumbuh kembang anak. Kasus-kasus tersebut sekaligus menjadi pengingat bahwa peran gizi seimbang, perilaku hidup bersih, serta akses layanan kesehatan yang baik merupakan pondasi utama dalam mencegah penyakit yang kerap luput dari perhatian ini.

    Kecacingan dan Kaitannya dengan Gizi Anak

    Cacingan terjadi akibat infeksi cacing parasit yang umumnya ditularkan melalui tanah atau makanan yang terkontaminasi. Tidak pakai alas kaki, tidak mencuci tangan dengan benar, dan buang air sembarangan adalah penyebab lainnya.

    Pada anak-anak, kondisi kecacingan bisa menimbulkan dampak serius. Cacing yang bersarang di usus menyerap nutrisi dari makanan yang seharusnya digunakan tubuh untuk tumbuh kembang. Akibatnya, anak bisa mengalami penurunan nafsu makan, anemia, kekurangan energi kronis, hingga gagal tumbuh (stunting). Jika tidak segera ditangani, bahkan kecacingan dapat menimbulkan infeksi yang berat seperti perdarahan saluran cerna, kerusakan organ vital tertentu, hingga kematian.

    Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2023, lebih dari 267 juta anak prasekolah di dunia berisiko mengalami infeksi cacing, dan sebagian besar berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Infeksi ini tidak hanya menyebabkan gangguan fisik, tetapi juga bisa menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar anak karena tubuh kekurangan zat gizi penting, terutama vitamin A, zat besi, dan protein.

    Dampak Cacingan pada Status Gizi

    Balita adalah kelompok usia yang paling rentan terhadap dampak gizi buruk akibat cacingan. Salah satu penelitian yang menemukan bahwa anak yang mengalami kecacingan memiliki risiko lebih tinggi mengalami underweight dan anemia dibandingkan anak yang tidak terinfeksi diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia pada tahun 2019.

    Studi dalam Jurnal Ilmu Biologi dan Pendidikan Biologi menemukan bahwa kecacingan juga dapat memperburuk defisiensi zat gizi makro dan zat gizi mikro, seperti vitamin A dan zinc, yang berperan penting dalam imunitas. Anak yang terinfeksi cacing lebih mudah terserang penyakit infeksi lain, sehingga terjadi gizi buruk yang dapat memperlemah daya tahan tubuh, cacing semakin berkembang, dan kesehatan anak kian memburuk.

    Pendapat Ahli: Masalah Gizi dan Pelayanan Kesehatan

    Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), Direktur Pascasarjana Universitas YARSI sekaligus Adjunct Professor Griffith University, menilai kasus di Bengkulu mencerminkan tiga hal penting. Pertama, kecacingan masih banyak ditemukan pada anak Indonesia dan tergolong penyakit tropis yang terabaikan. Kedua, kondisi ini berkaitan erat dengan kekurangan gizi pada anak yang masih menjadi tantangan besar di masyarakat. Ketiga, penguatan layanan rumah sakit sangat diperlukan, terutama dalam kemampuan menangani kasus kecacingan berat.

    Pernyataan ini menegaskan bahwa persoalan kecacingan tidak bisa hanya diselesaikan dengan obat cacing massal, tetapi juga membutuhkan pendekatan menyeluruh yaitu mulai dari gizi, kebersihan lingkungan, hingga kapasitas fasilitas kesehatan.

    Peran Pemerintah, Tenaga Kesehatan, dan Masyarakat

    Pemerintah memiliki peran besar dalam program pencegahan kecacingan nasional, salah satunya dengan pemberian obat cacing secara massal dua kali setahun bagi anak usia sekolah. Namun, keberhasilan program ini bergantung pada konsistensi pelaksanaan dan cakupan yang merata, termasuk di daerah pedesaan dan terpencil.

    Tenaga kesehatan di lapangan perlu aktif memberikan edukasi gizi dan higiene kepada orang tua, guru, dan anak-anak. Misalnya, pentingnya mencuci tangan dengan sabun, memasak makanan hingga matang, dan minum air bersih. Selain itu, pemantauan status gizi anak melalui posyandu juga penting agar kasus gizi buruk akibat kecacingan bisa dideteksi lebih dini.

    Masyarakat sendiri memiliki peran dalam membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sebagaimana yang terdapat di dalam Permenkes No. 15 Tahun 2017 PHBS dapat dilakukan melalui cuci tangan pakai sabun, menggunakan air bersih untuk rumah tangga, menjaga kebersihan dan keamanan makanan, menggunakan jamban sehat, mengupayakan kondisi lingkungan yang sehat. Orang tua juga perlu memastikan anak-anak tidak bermain di tanah tanpa alas kaki, menjaga kebersihan kuku, serta menyediakan makanan bergizi seimbang di rumah. Partisipasi aktif masyarakat dapat memperkuat program pemerintah dan tenaga kesehatan dalam menurunkan angka kecacingan.

    Pencegahan dari Sisi Gizi

    Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dari sisi gizi dan kesehatan anak agar kasus serupa tidak terulang:

    1. Pemberian makanan bergizi seimbangSumber protein hewani (ikan, telur, daging ayam, hati) penting untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh.Sayur dan buah kaya vitamin serta mineral untuk daya tahan tubuh.2. Pencegahan anemia dengan zat besiBalita perlu asupan zat besi dari daging merah, hati, atau suplemen sesuai anjuran tenaga kesehatan.Vitamin C dari buah segar membantu penyerapan zat besi lebih optimal.3. Sanitasi dan perilaku hidup bersihCuci tangan dengan sabun sebelum makan.Gunakan alas kaki saat bermain di luar.Jaga kebersihan rumah dan lingkungan dari kotoran hewan.4. Program pemberian obat cacing rutinWHO dan Kementerian Kesehatan RI menganjurkan anak usia 1-12 tahun diberi obat cacing setiap enam bulan sekali.

    Kesimpulan

    Kasus balita di Bengkulu yang mengalami kecacingan hingga cacing keluar dari mulut menjadi peringatan keras bahwa masalah ini masih nyata di Indonesia. Kecacingan tidak hanya merugikan kesehatan, tetapi juga berdampak pada status gizi, tumbuh kembang, dan masa depan anak.

    Upaya bersama diperlukan dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat untuk menanggulangi masalah yang tidak boleh dianggap sepele ini. Pencegahan melalui edukasi higiene, pemberian obat cacing rutin, serta pemenuhan gizi seimbang adalah kunci utama. Jika tidak ditangani serius, kecacingan akan terus menjadi lingkaran masalah yang mengancam generasi muda penerus bangsa.

    Halaman 2 dari 6

    Simak Video “Video: Dokter Ingatkan soal Tren Beli Obat Cacing Usai Kasus Balita Sukabumi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • Kondisi Balita di Bengkulu yang Muntah Cacing dari Mulut-Hidung

    Kondisi Balita di Bengkulu yang Muntah Cacing dari Mulut-Hidung

    Jakarta

    Balita yang mengalami cacingan terjadi lagi, kini di Seluma, Bengkulu. Balita tersebut diketahui berusia 1 tahun 8 bulan bernama Khaira Nur Sabrina, yang kini tengah menjalani perawatan intensif.

    Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Endriwan Mansyur menjelaskan balita yang dirujuk dari Rumah Sakit Seluma telah sampai di RSUD M Yunus Bengkulu. Bocah tersebut telah mendapat perawatan dari pihak rumah sakit.

    Endriwan menjelaskan, kondisi Khaira saat ini masih lemah. Tim medis RSUD M Yunus terus memberikan perawatan intensif untuk membantu pemulihan kesehatan sang balita.

    Ia menambahkan, tim medis juga memberikan makanan bergizi tinggi untuk memperbaiki kondisi pasien. Pasalnya, dari informasi yang dihimpun, selama ini balita tersebut hanya mengonsumsi makanan seadanya sehingga diduga mengalami kekurangan gizi.

    “Kita melakukan pengawasan ekstra pada pasien, untuk adanya dugaan larva di paru-paru berdasarkan radiologi akan kita cek kembali,” tutup Endriwan, dikutip dari detiksumbagsel, Rabu (17/9/2025).

    Sebelumnya, pihak Dinas kesehatan menduga cacing gelang yang bersarang di tubuh bocah tersebut berasal dari lingkungan rumah yang kotor dan tidak sehat.

    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma, Rudi Syawaludin mengatakan, setelah dilakukan pengecekan ke rumah pasien di Desa Sungai Petai ditemukan kondisi rumah yang tidak layak huni.

    “Saat ditemukan adanya pasien dengan gejala mengeluarkan cacing dari mulut dan hidung, kita langsung melakukan investigasi ke rumah dan lingkungan pasien,” kata Rudi.

    Rudi menjelaskan, kondisi rumah bocah tersebut cukup memprihatinkan, rumah hanya beralas tanah dan dinding papan yang sudah rusak. Bahkan banyak kotoran ayam di sekitar rumah.

    Di sisi lain, cacing gelang atau Ascaris lumbricoides merupakan jenis cacing yang paling banyak menginfeksi manusia, baik di Indonesia maupun di dunia. Dari seluruh populasi yang terinfeksi, hampir 80 persen adalah anak usia sekolah, yakni 5-10 tahun.

    Menurut Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Riyadi, SpA, Subsp IPT(K), MKes, tingginya angka kasus pada kelompok ini erat kaitannya dengan aktivitas anak.

    “Karena mereka mereka aktif bermain di tanah, aktif bermain di luar. Nah ini mungkin kemampuan mereka, edukasi mereka tentang perilaku hidup bersih dan sehat belum optimal, makanya kenapa anak usia sekolah yang paling banyak,” jelas dr Riyadi dalam agenda temu media IDAI, Jumat (22/8/2025).

    Kelompok kedua yang paling rentan adalah anak usia prasekolah, yakni 2-5 tahun. Pada usia ini, anak sudah mulai bisa berjalan dan bermain di luar rumah.

    “Bagaimana kita mengedukasi nih orang tua, karena anak-anak ini, apalagi usia 2-5 tahun sama sekali kalau dilihat, ada yang bergerak di tanah mikirnya, oh ada mainan baru, malah dia pegang” tambahnya.

    Lebih lanjut, dr Riyadi menyebutkan sekitar seperdelapan populasi dunia terinfeksi cacing gelang. Parasit ini sangat menyukai lingkungan yang hangat dan lembap, sehingga negara tropis seperti Indonesia menjadi tempat ideal bagi perkembangannya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kemenkes soal Balita di Sukabumi Meninggal dengan Tubuh Penuh Cacing”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/kna)

  • Alasan Medis di Balik Kim Jong Un-Putin Simpan Feses usai dari Luar Negeri

    Alasan Medis di Balik Kim Jong Un-Putin Simpan Feses usai dari Luar Negeri

    Jakarta

    Saat Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melakukan kunjungan terbaru ke Beijing, China, ia tidak hanya membawa rombongan diplomatik, tetapi juga sesuatu yang jauh lebih tak biasa yakni toilet pribadi berkeamanan tinggi.

    Meski terdengar aneh, sumber intelijen dari Korea Selatan dan Jepang menyebut hal itu bukan sekadar kemewahan unik. Korea Utara dilaporkan mengambil langkah luar biasa untuk melindungi segala hal yang bisa memberi petunjuk tentang kesehatan Kim, termasuk fesesnya.

    “Ada protokol khusus untuk memastikan tidak ada jejak, bahkan sehelai rambut atau materi biologis, yang tertinggal,” ujar seorang perwira intelijen Korea Selatan kepada Nikkei Asia, dikutip dari Financial Express.

    Obsesi terhadap kerahasiaan ini terlihat jelas selama pertemuan terbaru antara Kim dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing.

    Menurut wartawan yang hadir, staf Kim terlihat secara metodis menggosok setiap permukaan yang disentuh pemimpin Korea Utara itu, mulai dari pelapis kursi hingga gelas tempat ia minum, sebelum pergi.

    Adapun prosedur ini bukan hanya diterapkan oleh Kim Jong Un. Para pemimpin dunia, baik dari negara otoriter maupun demokrasi, telah mengadopsi kebiasaan serupa untuk melindungi informasi biologis yang sensitif.

    Presiden Rusia Vladimir Putin, misalnya, diyakini bepergian dengan tim khusus yang bertugas mengambil dan membuang fesesnya dengan aman saat berada di luar negeri.

    Menurut Paris Match, tim ini memastikan tidak ada sampel yang tertinggal, karena hal ini dapat digunakan untuk menganalisis kesehatan atau perawatan medis presiden.

    Para ahli mengatakan alasannya sederhana, sampel tinja atau urine, secara teori, dapat mengungkap banyak hal tentang kesehatan seseorang, termasuk tanda-tanda penyakit, penggunaan obat-obatan, atau bahkan kondisi medis jangka panjang.

    Kondisi Apa Saja yang Bisa Terdeteksi Lewat Feses?

    Di sisi lain, tes feses atau tinja (stool test) digunakan untuk mencari patogen berupa bakteri, virus, hingga parasit, yang dapat menyebabkan penyakit. Tes feses juga dapat mencari tanda-tanda lain, seperti darah tersembunyi yang menandakan adanya masalah pada pencernaan, termasuk infeksi dan kanker.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, tes feses dapat memeriksa beberapa kondisi gastrointestinal, seperti:

    Fisura ani (luka kecil pada anus, tempat keluarnya kotoran).Anemia (kekurangan sel darah merah).Kolitis (pembengkakan atau iritasi pada usus besar, bagian dari usus).Polip usus besar (gumpalan sel kecil di usus besar).Kanker kolorektal (usus besar) .Divertikulosis (kantong menonjol dalam usus).Insufisiensi pankreas eksokrin atau Exocrine pancreatic insufficiency (EPC) (tidak mampu memecah makanan di usus).Perdarahan gastrointestinal (GI) .Wasir (pembengkakan pembuluh darah di anus).Infeksi ( bakteri , virus , atau parasit ).Penyakit radang usus atau Inflammatory bowel disease (IBD) (iritasi pada saluran pencernaan).Steatorrhea (lemak berlebih pada kotoran).Tukak lambung (luka pada lambung).

    Jenis-jenis tes feses

    Ada beberapa jenis pemeriksaan feses. Dokter akan memilih tes yang paling sesuai berdasarkan gejala yang dialami:

    Fecal Occult Blood Test (FOBT): Tes ini memeriksa adanya jejak darah tersembunyi dalam feses. Jika hasilnya positif, berarti ada perdarahan di suatu bagian saluran pencernaan.

    FIT-DNA test: Mirip dengan FOBT karena sama-sama mendeteksi jejak darah kecil di feses. Bedanya, tes ini juga memeriksa adanya DNA yang berubah (mutasi) yang bisa menjadi tanda kondisi prakanker atau kanker. (FIT adalah singkatan dari Fecal Immunochemical Test).

    Tes infeksi: Tes ini bisa dilakukan dengan beberapa cara. Intinya, tujuannya mencari kuman (bakteri, virus, atau parasit) di feses, baik dengan menumbuhkan kuman di laboratorium, melihatnya di bawah mikroskop, atau mendeteksi DNA kuman.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/kna)

  • Ada Cacing Hidup 18 Cm di Otak Pasien, Ternyata Masuk ke Tubuh Lewat Ini

    Ada Cacing Hidup 18 Cm di Otak Pasien, Ternyata Masuk ke Tubuh Lewat Ini

    Jakarta

    Dokter di China berhasil mengangkat seekor cacing 18 cm di otak seorang pasien pria. Cacing tersebut masih hidup dan telah lama bersarang di otak pasien yang namanya disamarkan sebagai Li di media China.

    Masalah kesehatan sebenarnya sudah mulai muncul setahun sebelumnya. Ia sempat merasakan ada benda asing di matanya dan penglihatannya menjadi terganggu, seperti melihat ada pola mozaik.

    Dikutip dari Oddity Central, Li sempat mencari pertolongan medis untuk mengatasi masalah pada matanya. Dokter saat itu tidak menemukan kelainan apapun, tapi hasil pemindaian MRI menemukan adanya benda asing di belakang mata Li.

    Namun, karena Li sudah tidak merasakan ada masalah di penglihatannya lagi, ia memutuskan untuk tidak menindaklanjuti temuan benda asing tersebut. Li menolak untuk dioperasi.

    Itu rupanya menjadi sebuah keputusan yang kurang tepat. Akhir bulan lalu, Li tiba-tiba mengalami pingsan, mulut berbusa, dan kejang-kejang. Ia lantas dilarikan ke sebuah rumah sakit di Hunan.

    Dokter akhirnya melakukan pemindaian MRI dan memutuskan untuk melakukan bedah kraniotomi untuk mengangkat cacing yang bersarang di kepala Li. Melalui prosedur tersebut, parasit panjang berwarna putih itu berhasil diangkat dalam keadaan utuh, bahkan masih bergerak.

    Lalu, bagaimana cacing sebesar itu bisa hidup di otak Li? Li menceritakan pada dokter dirinya pernah menangkap seekor ular lalu menelan kantung empedunya mentah-mentah. Itu dilakukannya sebagai salah satu tantangan.

    Rupanya di dalam empedu itu ada larva sparganum. Larva tersebut akhirnya masuk ke tubuh Li, bermigrasi ke otak, hingga akhirnya tumbuh semakin besar.

    Sparganosis adalah bentuk larva dari cacing pita Spirometra mansoni, yang biasanya ditemukan pada katak, ular, dan burung. Mengonsumsi kecebong mentah, daging katak, daging ular, atau makanan lain yang mengandung sparganosis menimbulkan risiko besar menelan larva yang bisa menetap di otak dan menyebabkan berbagai masalah serius, bahkan kematian.

    Setelah 10 hari menjalani perawatan, Li akhirnya bisa pulang. Kondisinya juga terus membaik dan diperkirakan dapat pulih sepenuhnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Dokter Temukan Cacing Hidup di Otak Pria, Penyebabnya Tak Disangka-sangka

    Dokter Temukan Cacing Hidup di Otak Pria, Penyebabnya Tak Disangka-sangka

    Jakarta

    Seorang dokter di China berhasil mengeluarkan cacing hidup sepanjang 18 cm yang bersarang di otak seorang pria. Cacing tersebut diyakini masuk ke tubuhnya bertahun-tahun yang lalu setelah ia menelan organ ular mentah.

    Diberitakan Oddity Central, Ppia yang diidentifikasi sebagai Li ini, dilarikan ke rumah sakit di Hunan setelah mengalami kejang-kejang dan kehilangan kesadaran. Masalah kesehatannya bermula sekitar setahun lalu, ketika ia merasakan ada benda asing di matanya.

    Pemeriksaan MRI saat itu menunjukkan ada benda asing di belakang matanya. Namun, karena penglihatan Li kembali normal, ia menolak operasi pengangkatan benda tersebut.

    Tanpa disadari, keputusannya itu membiarkan “tamu tak diundang” tersebut menetap dan tumbuh di otaknya.

    Kondisi Li memburuk pada akhir bulan lalu. Setelah MRI kedua, dokter memutuskan melakukan kraniotomi, yaitu prosedur bedah untuk membuka tengkorak kepala. Dalam operasi tersebut, seorang ahli bedah berhasil mengangkat parasit putih yang masih menggeliat itu secara utuh.

    Cacing hidup berasal dari larva ular

    Setelah operasi sukses, tim dokter bertanya-tanya bagaimana cacing itu bisa masuk ke dalam otaknya. Li kemudian teringat bahwa bertahun-tahun lalu, ia menelan empedu ular mentah sebagai tantangan.

    Ia tidak menyangka tindakannya itu memungkinkan larva cacing sparganum-yang biasa ditemukan pada ular, katak, dan burung-masuk ke dalam tubuhnya dan akhirnya bersarang di otaknya.

    Sparganosis adalah larva dari cacing pita Spirometra mansoni. Mengonsumsi daging katak, ular, atau makanan lain yang tidak dimasak dengan matang yang mengandung parasit ini dapat menyebabkan larva masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan masalah serius, bahkan kematian, jika sampai ke otak.

    Li beruntung karena ia diperkirakan akan pulih sepenuhnya. Para dokter berharap kasusnya ini bisa menjadi pelajaran berharga dan mencegah orang lain melakukan kesalahan serupa.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Kondisi Terkini Pasien AS yang Terinfeksi ‘Cacing Sekrup’ Pemakan Daging Manusia

    Kondisi Terkini Pasien AS yang Terinfeksi ‘Cacing Sekrup’ Pemakan Daging Manusia

    Jakarta

    Ramai kasus pertama infeksi parasit pemakan daging manusia terkonfirmasi di Amerika Serikat, tepatnya di Maryland. Pihak Departemen Kesehatan Maryland mengungkapkan kondisi terkini pasien yang terinfeksi New World Screwworm (NWS).

    “Warga Maryland tersebut telah pulih dari infeksi. Dan investigasi mengonfirmasi tidak ada indikasi penularan ke individu atau hewan lain,” demikian pernyataan departemen kesehatan yang dikutip dari People, Rabu (27/8/2025).

    “Saat ini, risiko terhadap kesehatan masyarakat dan hewan di Maryland dari penularan ini sangat rendah,” sambungnya.

    Departemen juga menyebut pasien yang terinfeksi sudah kembali ke wilayahnya, yang saat ini mengalami wabah NWS. Berdasarkan laporan yang beredar, pasien tersebut baru-baru ini memang baru kembali dari El Salvador.

    Menyoal Screwworm

    Screwworm atau ‘cacing sekrup’ sebenarnya adalah lalat yang namanya berasal dari cara larvanya menginfeksi inang. Itu juga disebut sebagai parasit pemakan daging.

    Lalat tersebut bertelur pada ternak, seperti sapi. Lalu, larva lalat itu yakni belatung menggerogoti atau melubangi daging ternak.

    Lalat itu bermigrasi ke utara dari Amerika Selatan. Meski bisa menginfeksi manusia, inang utamanya adalah hewan ternak.

    Kasus di Maryland mengkhawatirkan para peternak sapi yang mengaku tidak segera diberitahu tentang infeksi tersebut. Satu-satunya cara untuk menghentikan infestasi belatung ini adalah dengan mensterilkan area tempat parasit bisa berkembang biak.

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC), infeksi ulat atau belatung sekrup memang sangat menyakitkan. Infeksi ini menyebabkan luka atau bisul yang tidak dapat dijelaskan, tetapi terasa sakit.

    Kondisi itu dapat memburuk seiring berjalannya waktu. Orang-orang yang terinfeksi mungkin merasakan atau melihat belatung bergerak di dalam luka. Perawatan umumnya melibatkan pembedahan untuk mengangkat area yang terinfeksi.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Rakyat Diimbau Patuh Pajak, Tapi Korupsi Datang Silih Berganti

    Rakyat Diimbau Patuh Pajak, Tapi Korupsi Datang Silih Berganti

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah terus berupaya meningkatkan rasio pajak. Mereka mengimbau kepada masyarakat supaya patuh melaporkan pajaknya. Tak tanggung-tanggung, pemerintah bahkan akan melibatkan aparat penegak hukum untuk mendukung tujuannya. Belum lagi beban pungutan yang menumpuk, semakin menghimpit posisi masyarakat.

    Namun demikian, imbauan itu seolah kontras dengan praktik korupsi yang terjadi belakangan ini. Ibarat parasit, praktik korupsi terjadi begitu akut, tidak hanya anggaran yang menjadi bancakan, penyelenggaraan haji hingga bantuan orang miskin pun tidak luput dari praktik tercela tersebut. Indikasi massifnya praktik korupsi itu bisa dilihat dari indeks persepsi korupsi yang nyaris terjebak di kisaran

    Sekadar informasi, skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia selama lima tahun ke belakang cenderung stagnan hingga menurun. Baru pada 2024, skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) di Indonesia yang dinilai secara global pada total 180 negara oleh Transparency International, menguat ke 37 setelah tiga tahun sebelumnya melemah. 

    Dalam catatan Bisnis, skor IPK pernah melambung tinggi hingga 40 pada 2019. Namun, saat itu juga terjadi kontroversi revisi UU KPK yang dinilai banyak kalangan melemahkan kewenangan pemberantasan korupsi dari lembaga warisan pascareformasi itu. 

    Setelah itu, skor IPK mengalami penurunan dan stagnasi yakni menjadi 37 pada 2020, naik tipis ke 38 pada 2021, dan akhirnya turun dan diam di level 34 pada 2022 dan 2023. “Hari ini CPI Indonesia sepanjang 2024 ada dengan skor 37 dan rangkingnya 99. Artinya apa? Terjadi peningkatan 3 poin dari tahun 2023 ke 2024,” ujar Deputi Sekjen TII Wawan Heru Suyatmiko pada Peluncuran CPI 2024, beberapa bulan lalu.

    Adapun pada 2024, peringkat Indonesia di 180 negara juga naik yakni ke peringkat ke-99 dari sebelumnya ke-115 pada 2023 lalu. Di Asean, dari segi skor IPK atau CPI, Indonesia masih menduduki peringkat ke-5 di bawah Singapura (83), Malaysia (50), Timor Leste (43) dan Vietnam (41). Namun, skor Indonesia terpantau naik dari tahun sebelumnya jika dibandingkan sejumlah negara Asean lain.  

    Sementara itu kalau mengacu data KPK, saat ini pelaku korupsi telah menyebakar ke seluruh lapisan kekuasaan termasuk swasta. Sampai 11 Agustus 2025 lalu, setidaknya mayoritas koruptor berlatar belakang swasta dengan jumlah sebanyak 485. Pejabat eselon 1 hingga IV menyusul dengan angka 443. Anggota DPR dan DPRD, berada di peringkat 3 dengan jumlah koruptor sebanyak 364 orang.

    Selain peringkat tiga besar, data KPK tersebut juga merekam profesi hakim, jaksa, dan polisi sebagai pelaku tindak pidana korupsi. Keterlibatan penegak hukum itu menujukkan bahwa, korupsi tidak mengenal latar belakang, seorang penegak hukum yang harusnya menegakan hukum juga tidak luput dari praktik korup tersebut.

    Presiden Prabowo Subianto sejatinya telah mengingatkan bahwa pemerintahannya akan menindak para perwira aktif maupun mantan dari TNI maupun Polri, hingga politisi partai politik yang melakukan korupsi dan melakukan perbuatan ilegal. Dia tak mengecualikan peringatan itu kepada partainya sendiri, Partai Gerindra. 

    Bahkan, Kepala Negara menyarankan para terduga pelaku dari kalangan pejabat-pejabat itu untuk melaporkan diri sendiri ke aparat. 

    “Sebagai sesama pimpinan partai saya ingatkan anggota-anggota semua partai termasuk partai saya Gerindra, cepat-cepat kalau ada terlibat anda jadi justice collaborator. Anda laporan saja, karena walaupun kau Gerindra, tidak akan saya lindungi saudara-saudara. Kalau ada yang berani. Saya telah perintahkan Panglima TNI dah Kapolri,” tuturnya.

    Rakyat Disuruh Patuh Bayar Pajak

    Adapun pemerintah telah berulangkali mengimbau supaya masyarakat tetap patuh membayar pajak.  Pemerintah bahkan akan melibatkan aparat penegak hukum untuk melakukan penindakan demi mengejar target penerimaan pajak di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 sebesar Rp2.357,7 triliun. 

    Pada paparannya kepada Komisi XI DPR, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa target penerimaan pajak 2026 itu merupakan bagian dari target pendapatan negara yang dipatok Rp3.147,7 triliun.

    Khusus untuk pajak, Sri Mulyani menyebut akan melakukan berbagai langkah reformasi (reform) untuk mencapai target rasio pendapatan negara yakni 12,24% terhadap PDB.  “Rasio pendapatan negara diharapkan naik ke 12,24% [terhadap] PDB. Rasio pajak naik ke 10,47%,” terang Bendahara Negara di hadapan Komisi XI DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (22/8/2025). 

    Ada 4 langkah yang disiapkan pemerintah untuk memastikan kepatuhan wajib pajak. Pertama, pemanfaatan Coretax dan sinergi pertukaran data kementerian/lembaga atau stakeholders lain.  Kedua, sistem pemungutan transaksi digital dalam negeri dan luar negeri.

    “Sudah kita rintis tahun ini, dan kita harap main efektif,” tambahnya. 

    Ketiga, joint program dalam analisis data, pengawasan, pemeriksaan, intelijen, dan kepatuhan perpajakan. Upaya yang ditempuh di antaranya adalah menggaet penegak hukum.  “Termasuk dalam hal ini Dirjen Pajak bekerja erat dengan aparat penegak hukum, KPK, Kejaksaan dan Kepolisian, bahkan NGO dalam rangka untuk menciptakan enforcement yang reliable dan credible,” tuturnya. 

    Keempat, yakni memberikan insentif daya beli, investasi dan hilirisasi. Kini, pendapatan negara maupun belanja dan rencana defisitnya akan dibahas lebih lanjut oleh Panja DPR sebelum diambil keputusan sore ini.

    Pajak Daerah Semakin Mencekik

    Selain dikejar pajak dari pemerintah pusat, masyarakat belakangan ini juga dihimpit oleh kenaikan pajak daerah yang naiknya ratusan hingga ribuan persen.

    Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto menyebut bahwa Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) masih menjadi sumber utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi sebagian besar pemerintah kota/kabupaten di Indonesia.

    Bima mengungkapkan, rata-rata kontribusi PBB-P2 terhadap PAD mencapai 30—40% dari total pendapatannya di seluruh kabupaten/kota. Kondisi itu menunjukkan ketergantungan fiskal daerah yang cukup tinggi terhadap PBB-P2 demi menaikkan pendapatannya.

    Dia tidak menampik bahwa ada ratusan daerah yang menaikkan tarif PBB-P2 selama 2025, di tengah adanya efisiensi anggaran transfer ke daerah (TKD) pada tahun ini dan tahun depan.

    “Secara umum, PBB-P2 lah yang jadi andalan atau primadona dari kota dan kabupaten seluruh Indonesia,” ujar Bima dalam rapat kerja dengan Komisi II DPR, Senin (25/8/2025).

    Apabila dirincikan, dia menjelaskan bahwa karakteristik pajak daerah sangat bergantung pada potensi lokal. Misalnya, pajak kendaraan bermotor dominan di provinsi dengan populasi besar seperti Jawa Barat dan Jawa Timur.

    Sementara itu, pajak barang dan jasa tertentu (PBJT) seperti pajak jasa perhotelan dan hiburan menjadi penyumbang signifikan di daerah wisata dan kota metropolitan seperti Yogyakarta dan Medan. Hanya saja, di luar karakteristik spesifik tersebut, PBB-P2 menjadi andalan hampir di seluruh daerah.

    Lebih lanjut, Bima menjelaskan bahwa Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) membagikan kapasitas fiskal daerah menjadi tiga. Dari 38 provinsi, hanya 11 provinsi atau 29% yang memiliki kapasitas fiskal kuat, dengan rasio PAD lebih tinggi dari transfer pusat.

    Di tingkat kabupaten, dari 415 kabupaten, hanya 4 kabupaten atau 1% yang mampu berdiri dengan kapasitas fiskal kuat. Untuk 93 kota, hanya 11 kota yang masuk kategori kuat, sedangkan mayoritas atau 70 kota masih memiliki kapasitas fiskal rendah.

    “Ini mengkonfirmasi bahwa sebagian besar kapasitas fiskal daerah masih lemah. Pekerjaan kita ke depan adalah meningkatkan kemandirian fiskal daerah,” ujarnya.

    Kemendagri, sambungnya, melakukan mitigasi dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Kemendagri mendorong untuk melakukan pendataan ulang, mendorong untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pajak, memberikan pelatihan berkala kepada petugas pemungutan, penguatan regulasi, bangun sistem pemungutan pajak yang berbasis digital, dan juga sinergi antar lembaga.

    Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi II DPR Aria Bima menyebutkan bahwa penurunan anggaran transfer ke daerah (TKD) sebesar 24,8% dari Rp864,1 triliun (outlook APBN 2025) menjadi Rp650 triliun (RAPBN 2026) mendorong banyak pemerintah daerah melakukan langkah instan.

    Menurut Bima, banyak kepala daerah yang manaikkan tarif PBB-P2 untuk menggenjot PAD. Masalahnya, kebijakan ini akan menimbulkan resistensi sosial karena akan langsung membebani masyarakat. “Kemendagri menyebut kurang lebih 104 daerah mengalami kenaikan PBB tahun 2025. Sebanyak kurang dari 20 daerah mengalami kenaikan di atas 100%,” kata dia.

  • Video: Mengenal Screwworm, Parasit Pemakan Daging yang Mewabah di Amerika

    Video: Mengenal Screwworm, Parasit Pemakan Daging yang Mewabah di Amerika

    Video: Mengenal Screwworm, Parasit Pemakan Daging yang Mewabah di Amerika

  • Dokter Temukan Cacing Hidup di Otak Pria, Penyebabnya Tak Disangka-sangka

    Tim Medis di China Operasi Pasien Kepala Nyaris Putus, Peluang Hidup Sempat Nol

    Jakarta

    Sebuah tim dokter di sebuah rumah sakit di Shanghai, China, berhasil melakukan operasi langka pada seorang pasien yang kepalanya nyaris terpisah dari tubuhnya. Insiden tragis tersebut terjadi setelah leher pasien dihantam lengan mekanis hingga tulang belakang lehernya (cervical spine) hampir sepenuhnya terlepas.

    Diberitakan laman People’s Daily, dr Chen Huajiang, direktur bedah tulang belakang di Rumah Sakit Changzheng Shanghai, mengatakan bahwa dalam lebih dari tiga dekade pengalamannya, ia belum pernah menemukan kasus cedera tulang belakang se-ekstrem ini.

    Pasien itu dilarikan ke rumah sakit pada Juni lalu. Dampak dari insiden tersebut menyebabkan kelumpuhan total dan henti jantung seketika. Tim medis melakukan resusitasi jantung paru darurat dan berhasil mengembalikan denyut nadinya.

    “Kami mencari literatur domestik dan internasional, tidak ada kasus yang terdokumentasi tentang pemisahan tulang belakang leher seserius ini-apalagi ada yang selamat setelah perawatan,” kenang Dr. Chen. Ia menyadari bahwa operasi adalah satu-satunya harapan, meskipun risikonya sangat tinggi.

    “Meskipun hanya ada secercah harapan, kami bersedia mencoba,” ujarnya.

    ‘Satellite Plate’, Teknik Bedah Pionir Penyelamat Nyawa

    Setelah hampir tiga jam berjuang, tim bedah berhasil mencapai terobosan penting. Mereka tidak hanya mengembalikan tulang belakang leher yang sepenuhnya bergeser, tetapi juga merintis teknik “satellite plate,” sebuah metode baru menggunakan pelat kecil tambahan untuk penguatan ekstra.

    Dengan inovasi ini, tim berhasil menanamkan dua pelat dan dua cage (alat penopang) pada tulang belakang pasien, yang lebarnya hanya 24-26 mm. Mereka menguatkannya dengan pelat tambahan untuk menciptakan stabilitas luar biasa hanya melalui satu kali pendekatan bedah dari depan.

    Dukungan inovatif ini berfungsi seperti “pilar stabilitas” yang memberikan integritas struktural pada tulang belakang leher yang rusak parah, sekaligus mengurangi kebutuhan untuk operasi kedua yang sangat berisiko.

    “Meskipun terlihat seperti kami hanya mengerjakan tulang, sebenarnya kami berurusan dengan pembuluh darah dan saraf yang tak terhitung jumlahnya. Mencoba untuk kedua kalinya bisa berarti pembuluh darah pecah, area bedah tergenang darah, dan kegagalan total,” jelas Dr Chen, menggambarkan ketegangan di ruang operasi.

    Operasi sukses

    Beruntung, tidak ada komplikasi yang terjadi, dan operasi berjalan sukses. Pasien kini menunjukkan kemajuan neurologis yang positif. Ia sudah bisa lepas dari ventilator hingga 36 jam secara terus-menerus, dan telah mendapatkan kembali gerakan di anggota badan serta bahu atasnya.

    Meskipun dokter mengatakan bahwa pemulihan akan memakan waktu yang lama dan sulit karena tingkat keparahan cedera sumsum tulang belakang, kisah suksesnya telah menarik perhatian komunitas bedah tulang di seluruh negeri.

    “Kami akan terus melangkah ke wilayah bedah tulang belakang leher yang belum dipetakan, terus menantang batas-batas dari apa yang secara teknis mungkin dilakukan,” pungkas Dr Chen.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Mengenal Screwworm, Parasit Pemakan Daging yang Mewabah di Amerika”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)