Topik: parasit

  • Heboh! Nenek Ini Masuk RS Usai Makan 8 Katak Hidup, Niatnya Obati Sakit Punggung

    Heboh! Nenek Ini Masuk RS Usai Makan 8 Katak Hidup, Niatnya Obati Sakit Punggung

    Jakarta

    Seorang nenek berusia 82 tahun di China dilarikan ke rumah sakit setelah makan 8 ekor katak hidup. Awalnya, ia berniat mengobati masalah nyeri punggung bawahnya.

    Keputusan itu diambil oleh pasien karena mengetahui sebuah kepercayaan memakan amfibi hidup-hidup dapat meredakan rasa sakit, hernia nukleus pulposus (HNP). Pada bulan September, ia meminta keluarganya untuk menangkap katak, meski saat itu ia tak menjelaskan untuk apa katak tersebut.

    Setelah mendapatkan 3 katak, perempuan dengan nama keluarga Zhang itu langsung mengonsumsinya hidup-hidup. Keesokan harinya, ia mengonsumsi lima ekor lagi katak hidup.

    Tak lama berselang, Zhang mengalami keluhan nyeri perut luar biasa. Ia akhirnya dilarikan ke rumah sakit.

    “Ibu saya memakan delapan katak hidup. Sekarang rasa sakit yang tajam membuatnya tidak bisa berjalan,” ujar salah seorang putra Zhang, dikutip dari Metro, Minggu (12/10/2025).

    Melalui hasil pemeriksaan, dokter menyebut Zhang mengalami infeksi parasit. Dokter dari rumah sakit tersebut mengaku ini bukanlah kejadian yang pertama kali.

    Pada tahun 2015, seorang pasien wanita berusia 29 tahun menjalani operasi pengangkatan parasit sepanjang 10 cm, dari kepalanya. Belakangan diketahui pasien ini telah mengonsumsi katak hidup sejak usia 5 tahun.

    “Menelan katak hidup telah merusak sistem pencernaan pasien dan menyebabkan munculnya beberapa parasit di tubuhnya (pasien nenek-nenek), termasuk sparganum,” ujar dokter.

    Sparganum adalah bentuk larva dari cacing pita Spirometra yang dapat menginfeksi manusia melalui air atau daging hewan seperti katak, ular, atau ikan yang dikonsumsi mentah. Infeksi ini disebut sparganosis, dan dapat menyebabkan benjolan, nyeri, atau peradangan di jaringan tubuh, termasuk otak dan mata.

    Hewan memang sering digunakan dalam pengobatan tradisional China. Beberapa di antaranya termasuk katak, empedu ular, dan salamander, untuk mengatasi berbagai penyakit. Salamander raksasa dipercaya dapat membantu mengobati anemia dan disentri, sementara katak dan berudu sering digunakan untuk mengatasi masalah kulit.

    Namun, sebagian besar dokter memperingatkan bahwa mengonsumsi hewan-hewan ini dalam keadaan mentah atau hidup dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/up)

  • Kenapa Gatal di Kulit Pindah-pindah saat Digaruk? Ini Penjelasan Ilmiahnya

    Kenapa Gatal di Kulit Pindah-pindah saat Digaruk? Ini Penjelasan Ilmiahnya

    Jakarta

    Menggaruk punggung ketika gatal muncul memang mengenakkan. Namun, pernahkah ketika menggaruk punggung, rasa gatal justru berpindah-pindah?

    Secara umum, gatal atau pruritus dapat disebabkan oleh banyak faktor. Paling umum disebabkan histamin yang biasanya dilepaskan selama reaksi alergi terhadap iritasi seperti ruam, eksim, kulit kering, hingga gigitan serangga.

    “Rasa gatal ini menjadi penting. Secara evolusi, kita menghabiskan sebagian besar waktu di luar ruangan, jadi jika ada kutu atau parasit lain di sekitar, masuk akal tubuh akan menciptakan rasa gatal agar gita menggaruk dan menyingkirkan parasit tersebut,” kata ahli dari School of Health and Human Sciences di Southern Cross University Dr Desiree Kozlowski, dikutip dari ABC, Minggu (12/10/2025).

    Kozlowski berbicara soal mengapa rasa gatal di tubuh bisa bergeser atau berpindah. Ia menjelaskan kulit memiliki banyak reseptor nyeri. Jarak antara satu reseptor ke reseptor lainnya bisa berjarak 1 mm saja.

    Sedangkan, serabut saraf yang membentuk reseptor gatal mencakup area kulit lebih luas. Ini yang membuat ketika menggaruk di satu tempat, rasa gatal seakan menyebar atau berpindah.

    “(Jarak reseptor gatal) mungkin hingga lima atau enam sentimeter. Jadi, ketika kita menggaruk di satu titik tertentu, kita bisa merasakan seolah gatalnya berpindah ke sebelahnya, seperti menyebar,” jelas Kozlowski.

    Kenapa Menggaruk Tubuh Terasa Enak?

    Ketika garukan berhasil mengenai area gatal, biasanya akan timbul sensasi yang nikmat. Menurut Kozlowski, menggaruk menimbulkan persepsi nyeri ringan.

    “Saat kita menimbulkan sedikit rasa sakit lewat garukan, tubuh melepaskan neurotransmitter bernama serotonin yang membantu meredakan rasa sakit,” katanya.

    Serotonin merupakan ‘zat kimia kebahagiaan’ yang berperan mengatur suasana hati dan kesejahteraan. Namun, para ilmuwan juga menemukan bahwa ketika dilepaskan akibat garukan, serotonin justru dapat memperkuat rasa gatal itu sendiri.

    “Para ilmuwan menyebutnya sebagai siklus gatal-garuk (itch-scratch cycle),” tandas Kozlowski.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • 7 Penyebab Umum Rasa Terbakar di Vagina yang Perlu Diketahui

    7 Penyebab Umum Rasa Terbakar di Vagina yang Perlu Diketahui

    JAKARTA – Rasa terbakar di vagina adalah sensasi panas, nyeri, atau iritasi yang muncul di area vagina. Kondisi ini sering kali disertai dengan gatal, nyeri, kesemutan, dan rasa tidak nyaman secara keseluruhan.

    Rasa terbakar di vagina merupakan salah satu gejala paling umum dari vaginitis, yaitu peradangan pada vagina atau area genital. Vaginitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi bakteri, alergi terhadap produk tertentu, hingga perubahan hormon.

    Kondisi ini cukup umum terjadi. Sekitar 8–18% orang dengan vagina melaporkan gejala seperti rasa terbakar dan ketidaknyamanan vagina kepada dokter mereka setiap tahun.

    Ada berbagai kondisi yang dapat menyebabkan rasa terbakar pada vagina, mulai dari infeksi hingga perubahan hormon. Faktor lingkungan, seperti pakaian dan produk perawatan pribadi yang digunakan, juga bisa menjadi pemicunya.

    Berikut 7 penyebab rasa terbakar di vagina, seperti dilansir dari laman Health.

    1. Bacterial Vaginosis (BV)

    Vagina secara alami mengandung bakteri, tetapi ketika jumlah bakteri tertentu tumbuh berlebihan, bisa muncul kondisi yang disebut bacterial vaginosis.

    Gejala yang umum terjadi meliputi rasa terbakar di vagina, kemerahan, iritasi, serta keputihan dengan bau tidak sedap. BV merupakan penyebab paling umum dari rasa terbakar di vagina.

    2. Infeksi Jamur

    Infeksi jamur atau vaginal candidiasis adalah penyebab kedua paling sering setelah BV. Kondisi ini terjadi karena pertumbuhan berlebih jamur Candida di vagina. Gejalanya antara lain rasa terbakar, nyeri, gatal, kemerahan, pembengkakan pada bibir vagina (labia), serta keputihan kental seperti susu atau keju.

    3. Trikomoniasis

    Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh parasit bernama Trichomonas vaginalis. Gejalanya dapat berupa keputihan berwarna hijau kekuningan dengan bau tidak sedap dan berbusa.

    Selain itu, penderita bisa mengalami rasa terbakar atau gatal pada vagina, nyeri saat buang air kecil, sering ingin buang air kecil, nyeri di perut bagian bawah, atau nyeri saat berhubungan seksual.

    4. Iritasi Akibat Produk atau Pakaian

    Beberapa produk yang bersentuhan langsung dengan area genital dapat menyebabkan iritasi atau reaksi alergi yang menimbulkan rasa terbakar. Produk tersebut bisa berupa sabun, deterjen, atau pelembut kain.

    Selain itu, produk yang digunakan langsung di dalam vagina seperti semprotan vagina, spermisida, atau cairan pembersih (douche) juga dapat menimbulkan rasa terbakar, gatal, kemerahan, dan nyeri.

    5. Perubahan Hormon

    Perubahan kadar hormon sering terjadi pada orang dengan sistem reproduksi perempuan, terutama karena penurunan kadar hormon estrogen. Estrogen berperan penting dalam menjaga kelembapan vagina.

    Ketika kadar estrogen menurun, vagina bisa menjadi kering dan menimbulkan iritasi serta rasa terbakar.

    Penurunan estrogen dapat terjadi setelah melahirkan, selama menyusui, serta secara signifikan selama masa menopause atau perimenopause (periode menjelang menopause).

    6. Infeksi Saluran Kemih (ISK/UTI)

    Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri berbahaya menumpuk di kandung kemih, ginjal, atau uretra (saluran tempat keluarnya urine).

    Gejala yang sering muncul adalah rasa nyeri atau terbakar saat buang air kecil, keinginan buang air kecil yang sangat sering, sulit menahan kencing, urine berdarah, atau tekanan di area perut bagian bawah.

    7. Virus Herpes Simpleks (HSV)

    HSV merupakan infeksi menular seksual yang ditandai dengan munculnya luka atau lepuhan nyeri pada vagina atau labia, rasa terbakar saat buang air kecil, demam, kelelahan, dan sakit kepala.

    Sebagian orang mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun. Virus ini bersifat seumur hidup karena dapat tetap tidak aktif di dalam sel dan kambuh sewaktu-waktu.

  • Ini Cara Pertolongan Pertama Saat Keracunan MBG
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        10 Oktober 2025

    Ini Cara Pertolongan Pertama Saat Keracunan MBG Regional 10 Oktober 2025

    Ini Cara Pertolongan Pertama Saat Keracunan MBG
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com –
    Menyikapi kasus keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di berbagai daerah, Guru Besar Mikrobiologi Klinik FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Tri Wibawa, membagikan panduan pertolongan pertama keracunan makanan yang tepat dan ilmiah.
    Prof. Tri Wibawa menekankan pentingnya tindakan cepat saat siswa menunjukkan gejala seperti muntah dan diare.
    “Muntah dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit. Langkah paling penting dalam pertolongan pertama adalah mengganti cairan dan elektrolit yang hilang untuk mencegah dehidrasi,” ujar Prof. Tri Wibawa dalam keterangan tertulis, Jumat (10/10/2025).
    Menurut Prof. Tri, penderita harus banyak minum air putih atau cairan dengan suplemen elektrolit. Jika masih mengalami muntah, cairan bisa diberikan sedikit demi sedikit.
    “Jika kondisi memburuk, segera cari pertolongan dari petugas kesehatan,” katanya.
    Prof. Tri juga menjelaskan bahwa demam yang muncul saat keracunan bisa menjadi mekanisme alami tubuh untuk melawan infeksi.
    “Demam membantu mengendalikan infeksi dengan memberi tekanan panas pada patogen dan meningkatkan efektivitas sistem kekebalan tubuh,” jelasnya.
    Prof. Tri Wibawa juga menekankan perlunya masyarakat memahami perbedaan antara alergi makanan dan keracunan makanan, agar tidak salah dalam memberikan pertolongan pertama.
    “Alergi makanan merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh yang terjadi segera setelah mengonsumsi makanan tertentu,” ungkapnya.
    Alergi dapat menimbulkan biduran, pembengkakan saluran napas, hingga anafilaksis. Sementara itu, keracunan makanan disebabkan oleh masuknya kuman atau zat berbahaya, bukan oleh sistem imun.
    “Keracunan makanan biasanya menimbulkan gejala seperti sakit perut, muntah, dan diare, yang muncul beberapa jam hingga hari setelah mengonsumsi makanan tersebut,” imbuhnya.
    Dalam penjelasannya, Prof. Tri memaparkan bahwa bakteri penyebab keracunan memiliki mekanisme yang berbeda. Misalnya:
    Salmonella dapat bertahan dari asam lambung dan menyerang mukosa usus, memicu peradangan.
    E. coli penghasil toksin Shiga (STEC) dapat menyebabkan penyakit tular makanan yang parah.
    “Meskipun gejalanya mirip, mekanisme penyebabnya berbeda-beda tergantung jenis bakterinya,” jelasnya.
    Prof. Tri menegaskan bahwa pencegahan keracunan makanan harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari pemilihan bahan makanan, proses penyimpanan, pengolahan makanan, dan distribusi ke sekolah.
    “Setiap tahap proses dapat menjadi titik masuk bagi bakteri, virus, jamur, atau parasit penyebab keracunan. Karena itu, standar kebersihan harus diterapkan secara optimal,” tegasnya.
    “Kata kuncinya adalah menjaga mutu bahan dan proses, menaati standar kebersihan, dan segera bertindak tepat ketika gejala muncul,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Unik, Laba-laba Ini Separuh Betina dan Separuh Jantan!

    Unik, Laba-laba Ini Separuh Betina dan Separuh Jantan!

    Jakarta

    Laba-laba ini tak cuma punya penampilan unik dengan perbedaan warna yang dibatasi nyaris sempurna di tengah-tengah. Dia juga separuh betina, separuh jantan. Jika melihat tubuh laba-laba ini, separuh badannya berwarna oranye sementara sisanya berwarna abu-abu ke putihan.

    Peneliti dari Chulalongkorn University dan Ubon Ratchathani University baru-baru ini melakukan survei pada area hutan Phanom Thuan di Thailand Barat. Tidak jauh dari ibu kota, Bangkok. Akhirnya mereka menemukan laba-laba yang menjadi spesies baru ini.

    Spesies ini sangat menarik karena menunjukkan dimorfisme seksual yang jelas, istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan mencolok antara jantan dan betina dari spesies yang sama. Penemuan ini kemudian dipublikasikan di jurnal Zootaxa.

    Sebenarnya banyak hewan menunjukkan sifat serupa, tetapi tingkat perbedaannya sangat bervariasi. Perhatikan burung merak, misalnya. Burung merak jantan memiliki warna yang mencolok dan bulu yang mencolok, sementara burung merak betina relatif polos. Contoh lainnya adalah ikan anglerfish, yang betinanya besar dan dominan, sementara jantannya menjadi seperti parasit yang keriput.

    Melansir IFL Science, pada spesies laba-laba baru ini, dimorfisme seksual sangat jelas. Betinanya didominasi warna cokelat-oranye dan jantannya berwarna putih berbintik-bintik.

    Perbedaan ini menjadi sangat jelas ketika tim menemukan anggota spesies baru yang merupakan gynandromorph bilateral yang kedua bagian tubuhnya tampak menunjukkan karakteristik seksual yang berbeda.

    Jenis kelamin biologis ditentukan oleh, antara lain, kombinasi kromosom seks. Misalnya, pada manusia dan beberapa spesies lain, jantan memiliki kromosom X dan Y, sementara betina memiliki dua kromosom X. Pada serangga, burung, dan beberapa spesies lain, jenis kelamin ditentukan oleh kombinasi kromosom Z dan W, tetapi mari menggunakan X dan Y dalam penjelasan ini agar lebih sederhana untuk dipahami ya, detikers.

    Diperkirakan bahwa mekanisme yang menyebabkan ginandromorfisme terjadi pada tahap awal perkembangan. Normalnya, saat sel organisme membelah, sel jantan (XY) menduplikasi kromosomnya untuk membentuk XXYY, lalu membelah secara merata menjadi dua sel XY. Namun, pada ginandromorf, proses ini sedikit menyimpang.

    Alih-alih membelah secara merata, sel tersebut dapat membelah menjadi satu sel X dan satu sel XYY, misalnya. Jika ini terjadi sangat awal dalam perkembangan, sebagian besar organisme yang dihasilkan dapat berkembang dengan kedua jenis sel tersebut, menghasilkan penampilan setengah jantan dan setengah betina yang luar biasa seperti yang terlihat pada spesimen.

    Kondisi ini memang langka, tetapi telah terdokumentasikan pada puluhan spesies. Sebut saja burung rose-breasted grosbeak, hingga serangga misalnya lebah noktural.

    Dikarenakan laba-laba ini merupakan spesies baru, para peneliti mendapat kehormatan untuk memberinya nama ilmiah. Mereka menyebutnya Damarchus inazuma, yang dinamai berdasarkan karakter dari manga Jepang ‘One Piece’. Kenapa itu yang dipilih, alasannya karena tokoh tersebut memiliki kemampuan mengubah jenis kelamin antara jantan dan betina.

    (ask/ask)

  • Kini Jadi Syarat Wajib Dapur MBG, Apa Itu Sertifikat HACCP?

    Kini Jadi Syarat Wajib Dapur MBG, Apa Itu Sertifikat HACCP?

    Jakarta

    Kasus keracunan makanan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG) belakangan bikin heboh. Hingga September 2025, tercatat 6.517 penerima manfaat MBG mengalami keracunan di berbagai daerah. Banyak di antaranya mengalami gejala mual, pusing, hingga muntah setelah menyantap makanan yang semestinya aman dan bergizi. Program yang niatnya baik justru meninggalkan tanda tanya: sebenarnya, seberapa aman makanan yang dikonsumsi anak-anak di sekolah?

    Nah, dari situ kemudian muncul istilah HACCP. Pemerintah mulai mewajibkan SPPG memiliki sertifikasi HACCP, selain syarat lain yaitu Sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS). Tujuannya jelas, supaya kasus serupa tidak terulang lagi.

    Tapi sebenarnya, apa sih HACCP itu, kenapa penting, dan bagaimana sistem ini dapat mencegah keracunan makanan dan menjaga keamanan makanan program MBG?

    Apa Itu HACCP?

    HACCP adalah singkatan dari Hazard Analysis and Critical Control Points. Sistem ini pertama kali diperkenalkan pada 1960-an oleh NASA dan perusahaan makanan Pillsbury untuk memastikan makanan astronot benar-benar aman dikonsumsi di luar angkasa. Sejak saat itu, HACCP berkembang menjadi standar internasional yang diakui banyak negara.

    Secara sederhana, HACCP adalah cara mengidentifikasi potensi bahaya dalam makanan lalu menetapkan titik kritis yang wajib dikendalikan. Tujuannya supaya bahaya itu tidak sampai masuk ke tubuh konsumen.

    Ada tiga bahaya yang akan diawasi:

    Biologis: bakteri, virus, jamur, atau parasit.Kimia: residu pestisida, logam berat, atau bahan tambahan yang berlebihan.Fisik: benda asing seperti serpihan plastik, kaca, atau logam kecil.

    Berbeda dengan pemeriksaan produk yang telah jadi, HACCP menekankan pencegahan sejak awal. Jadi kalau berpotensi adanya masalah, dapat dihentikan sebelum makanan terlanjur sampai ke konsumen.

    5 Langkah Awal HACCP

    Terdapat lima langkah awal yang harus dipersiapkan agar HACCP bisa berjalan efektif sebelum masuk tujuh prinsip dasar HACCP. Langkah ini seperti fondasi sebelum sistem benar-benar diterapkan.

    1. Membentuk Tim HACCP

    Dibutuhkan tim dengan latar belakang berbeda, misalnya ahli produksi, kualitas, sanitasi, hingga teknisi. Tim inilah yang akan merancang dan mengawasi penerapan HACCP.

    2. Deskripsi Produk

    Produk makanan harus dijelaskan secara detail yaitu bahan baku yang digunakan, cara pengolahan, kondisi penyimpanan, hingga masa simpan. Deskripsi ini memudahkan untuk identifikasi risiko.

    3. Menentukan Tujuan Penggunaan Produk

    Produk ditujukan untuk siapa? Anak-anak, orang dewasa, atau kelompok khusus seperti penderita penyakit tertentu. Informasi ini penting karena tiap kelompok punya risiko berbeda.

    4. Menyusun Diagram Alir Proses

    Alur proses makanan digambarkan mulai dari bahan mentah, pencucian, pemotongan, pemasakan, penyimpanan, hingga distribusi. Diagram alir membantu melihat titik rawan bahaya.

    5. Verifikasi Diagram Alir di Lapangan

    Setelah digambar, alur proses harus dicek langsung di lapangan untuk memastikan sesuai dengan praktik nyata. Kalau ada perbedaan, diagram perlu direvisi sebelum dipakai.

    Dengan lima langkah awal ini, sistem HACCP memiliki dasar yang kuat untuk masuk ke tahap berikutnya, yaitu tujuh prinsip utama.

    Prinsip Dasar HACCP

    Sistem HACCP berjalan dengan tujuh prinsip utama yang saling melengkapi.

    1. Analisis Bahaya

    Setiap tahap produksi makanan dievaluasi. Misalnya, sayuran segar bisa mengandung bakteri dari tanah atau pestisida yang tertinggal.

    2. Titik Kendali Kritis (CCP)

    Titik kritis adalah bagian paling rawan yang harus dikendalikan. Contohnya, tahap memasak ayam menjadi CCP karena suhu yang kurang bisa membuat bakteri Salmonella tetap hidup.

    3. Batas Kritis

    Batas kritis biasanya berupa angka pasti, misalnya suhu minimal 75 derajat celcius untuk memasak ayam atau pH tertentu untuk mencegah pertumbuhan bakteri.

    4. Monitoring

    Proses ini memastikan semua batas kritis terpenuhi. Bisa berupa pengecekan suhu dengan termometer, atau catatan berapa lama makanan disimpan di suhu ruang.

    5. Tindakan Korektif

    Kalau hasil monitoring menunjukkan penyimpangan, harus ada langkah perbaikan. Misalnya, makanan yang tidak mencapai suhu aman tidak boleh diedarkan.

    6. Verifikasi

    Tahap ini memastikan sistem HACCP benar-benar berjalan efektif. Bisa dengan audit internal, pemeriksaan laboratorium, atau penilaian pihak ketiga.

    7. Dokumentasi

    Semua proses dicatat. Dokumentasi inilah yang jadi bukti kalau produsen memang menjalankan HACCP dengan benar.

    Dampak Jika HACCP Tidak Diterapkan

    Bayangkan jika dapur, pabrik makanan, atau layanan katering mengabaikan HACCP. Risikonya bisa besar:

    Keracunan makanan massal akibat bakteri seperti E. coli atau Salmonella.Kontaminasi benda asing yang dapat melukai konsumen.Residu kimia berlebih yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan jangka panjang.Hilangnya kepercayaan publik terhadap program MBG.Kerugian ekonomi karena produk harus ditarik atau dibuang, SPPG ditutup, bahkan bisa saja berhadapan dengan masalah hukum.

    Kasus MBG beberapa menjadi contoh nyata betapa pentingnya sistem keamanan pangan. Tanpa pengawasan yang ketat, makanan yang terlihat normal bisa saja mengandung bahaya.

    Kenapa HACCP Penting dalam MBG?

    Dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG), keamanan pangan jadi isu utama. Makanan yang disajikan ditujukan untuk anak-anak sekolah, kelompok usia yang sangat rentan terhadap penyakit dalam makanan. Karena itu, penerapan HACCP di dapur MBG bukan sekadar formalitas, melainkan kebutuhan mendesak.

    Dengan HACCP, setiap tahap pengolahan bisa diawasi ketat, mulai dari bahan baku, proses memasak, penyimpanan, hingga distribusi. Sistem ini membantu mencegah kontaminasi biologis, kimia, maupun fisik yang berpotensi membahayakan penerima MBG.

    Selain memberi perlindungan kesehatan, HACCP juga dapat mengembalikan kepercayaan publik. Orang tua dan guru bisa lebih tenang karena tahu makanan yang dikonsumsi anak-anak diawasi dengan standar internasional. Langkah ini juga memperkuat citra pemerintah bahwa program MBG benar-benar aman dan berkualitas.

    Halaman 2 dari 5

    Simak Video “Video: SPPG Polri Pernah Temukan Zat Berbahaya di MBG dengan Rapid Test”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • 4 Cara Hilangkan Kutu Rambut dan Telurnya dengan Cepat

    4 Cara Hilangkan Kutu Rambut dan Telurnya dengan Cepat

    YOGYAKARTA – Kutu rambut adalah parasit yang tinggal di kulit kepala dan rambut manusia. Parasit tersebut akan hidup, bertelur, dan berkembang biak sehingga perlu dihilangkan sampai bersih. Kutu rambut harus segera dibasmi karena efeknya cukup mengganggu kesehatan kulit kepala. Ada banyak cara hilangkan kutu rambut dan telurnya dengan cepat baik dengan obat atau treatment tertentu.

    Cara Hilangkan Kutu Rambut dan Telurnya dengan Cepat

    Dilansir dari AI Care, kutu rambut bisa bertelur dan menetas dengan sangat cepat. Penting untuk membasmi parasit tersebut dengan cepat dan bersih. Jika Anda mengalami masalah dengan kutu rambut, simak beberapa cara membasminya dengan cepat.

    Gunakan sisir serit basah

    Sisir serit memiliki gigi yang rapat sehingga dapat menyapu kutu dan telurnya dengan efektif. Cara ini termasuk tradisional dan manual, namun cukup efektif membersihkan kepala dan rambut dari parasit kutu.

    Cara membersihkan sisir serit untuk bersihkan kutu juga sangat mudah. Pertama basahi dulu sisir dengan air atau kondisioner rambut. Setelah itu lakukan penyisiran per bagian. Bersihkan sisir jika terdapat kutu atau kotoran setiap kali usai penyisiran.

    Gunakan obat kutu

    Obat kutu bisa dijumpai di apotek karena dijual secara bebas. Biasanya obat ini berbentuk spray yang disemprotkan ke rambut dan kulit kepala. Namun ada pula yang berbentuk lotion. Anda bisa memilih obat mana yang cocok dan sesuai.

    Cara penggunaan obat kutu juga sangat mudah karena di kemasan sudah ada tata cara penggunaannya. Contoh obat kutu yang bisa dibeli di apotek adalah Peditox Liquid, Interzol Cream, dan masih banyak lagi. Menggunakan obat tersebut jadi salah satu cara menghilangkan kutu rambut dan telurnya dalam 1 hari.

    Ramuan minyak adas dan zaitun

    Minyak adas adalah esensial yang diekstrak dari biji tumbuhan adas. Minyak ini terbukti ampuh menghilangkan kutu rambut dan telurnya. Agar khasianta lebih efektif, Anda bisa mencampur minyak adas daengan zaitun.

    Cara membersihkan kutu dengan ramuan adas dan zaitun sangat mudah, Anda bisa mengoleskannya hingga merata dan menyentuh kulit kepala. Jika dirasa sudah rata, diamkan setengah hari. Bilas dengan shampoo jika sudah. S

    Cukur rambut

    Cara lain yang juga efektif menghilangkan kutu dan telurnya adalah dengan mencukur habis rambut hingga botak. Cara ini efektif sekaligus cepat menghilangkan parasit di rambut. Setelah cukur rambut, Anda juga perlu membersihkan kulit kepala hingga bersih. Gunakan shampo khusus, obat kutu, atau ramuan pengusir kutu rambut agar telur yang menempel di kulit kepala bisa hilang bersih. Sayangnya meski efektif tidak banyak orang mau melakukan cara ini.

    Itulah beberapa cara hilangkan kutu rambut dan telurnya dengan cepat. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.

  • Penyebab Keracunan MBG Dibeberkan Profesor Eks Direktur WHO

    Penyebab Keracunan MBG Dibeberkan Profesor Eks Direktur WHO

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, menyoroti potensi masalah dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dapat berujung pada kasus keracunan massal.

    Ia menekankan bahwa insiden keracunan pangan sejatinya bisa terjadi di negara mana pun, bukan hanya terkait dengan program MBG di Indonesia.

    Menurut Tjandra, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi sedikitnya ada lima faktor yang dapat diuji di laboratorium untuk memastikan penyebab keracunan makanan.

    “Secara umum World Health Organization (WHO) menyebutkan setidaknya ada lima hal yang dapat dideteksi di laboratorium untuk menilai keracunan makanan, dan baik kalau lima hal ini juga diperiksa di laboratorium kita sehubungan keracunan makanan yang dikaitkan dengan MBG ini, ujar Tjandra dari keterangan tertulis, dikutip Senin (29/9/2025).

    Pria yang kini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/Adjunct Professor Griffith University itu mengatakan bila merujuk pada hasil lab pemeriksaan sampel MBG di Laboratorium Kesehatan Daerah di Jawa Barat, setidaknya ada dua penyebab keracunan makanan.

    Pertama, ialah ditemukannya bakteri yang mayoritasnya berupa Salmonella pada sampel makanan MBG. Tjandra mengatakan, menurut WHO kontaminasi bakteri Salmonela dihubungkan dengan makanan tinggi protein seperti daging, unggas dan telur.

    Kedua, ditemukan juga mayoritas bakteri berupa Bacillus cereus. Ia menyebut, bila merujuk data dari NSW Food Authority Australia, Bacillus cereus yang dapat menyebabkan keracunan makanan dihubungkan antara lain dengan penyimpanan nasi yang tidak tepat.

    Di luar temuan itu, Tjandra mengatakan keracunan makanan setidaknya dipicu oleh lima hal, berdasarkan kajian WHO. Lima masalah ini kata dia sebetulnya juga bisa dideteksi di laboratorium untuk menilai pemicu keracunan makanan.

    “Dan baik kalau lima hal ini juga diperiksa di laboratorium kita sehubungan keracunan makanan yang dikaitkan dengan MBG ini,” tuturnya.

    Masalah pertama, yang memicu keracunan makanan secara luas, kata Tjandra ialah ditemukannya Salmonela, Campylobacter dan Escherichia coli pada sampel makanan korban keracunan. Selain itu juga dapat ditemukan Listeria dan Vibrio cholerae.

    Kedua, adalah virus yang disebut WHO berjenis Novovirus dan virus Hepatitis A. Ketiga, ialah disebabkan keberadaan parasit seperti cacing trematoda dan cacing pita seperti Ekinokokus maenia Taenia.

    “Yang lebih jarang adalah cacing seperti Askaris, Kriptosporidium, Entamoeba histolytica dan Giardia yang masuk ke rantai penyediaan makanan melalui air dan tanah yang tercemar,” ujar Tjandra.

    Penyebab keempat yang biasanya memicu keracunan makanan ia sebut prion, meski kasusnya jarang. Prion adalah bahan infeksi yang terdiri dari protein, contohnya adalah Bovine spongiform encephalopathy (BSE).

    Penyebab ke lima, yang perlu diantisipasi ialah kemungkinan kontaminasi bahan kimia pada makan. Untuk bahan kimia maka WHO membaginya menjadi tiga bagian, yakni logam berat seperti timbal, kadmium, dan merkuri; polutan organik persisten (“Persistent organic pollutants – POPs”) seperti misalnya dioksin dan polychlorinated biphenyls -PCBs; serta berbagai bentuk toksin lain adalah mycotoxins, marine biotoxins, cyanogenic glycosides, aflatoxin dan ochratoxin.

    “Berbagai potensi yang di sebut WHO ini tentu patut jadi pertimbangan kita, walau tentu sama sekali tidak berarti bahwa keracunan makanan yang berhubungan dengan MBG sekarang ini adalah disebabkan lima hal itu. Penjelasan umum WHO ini disampaikan hanya sebagai bagian dari kewaspadaan kita saja,” kata Tjandra.

    Sebagaimana diketahui, Laboratorium Kesehatan Jawa Barat (Labkes Jabar) menerima ratusan sampel makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) sejak Januari 2025. Sampel tersebut berasal dari belasan kabupaten/kota di Jabar.

    Sampel yang dikirimkan merupakan makanan yang menjadi pemicu keracunan penerima MBG.

    Dilansir dari detikJabar, Kepala Labkes Jabar, Ryan Bayusantika Ristandi, mengatakan sampel makanan itu diterima melalui dinas kesehatan kabupaten/kota masing-masing.

    “Berdasarkan sampel yang masuk dari Januari-September, didapatkan sampel KLB keracunan makanan dari MBG sebanyak 163 sampel, dengan jumlah instansi pengirim sebanyak 11 dinas kesehatan kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat, antara lain Dinkes Kabupaten Bandung Barat, Dinkes Kabupaten Bandung, Dinkes Kota Bandung, Dinkes Kabupaten Cianjur, Dinkes Kabupaten Garut, Dinkes Kabupaten Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Dinkes Kota Cirebon, Dinkes Kota Cimahi, dan Dinkes Kabupaten Sukabumi,” kata Ryan kepada detikJabar.

    “Dengan frekuensi KLB MBG sebanyak 20 kali,” tambahnya.

    Ryan menyebut hasil pemeriksaan KLB MBG di laboratorium mikrobiologi menunjukkan 72% hasil negatif dan 23% hasil positif, antara lain Vibrio cholerae, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Bacillus cereus.

    Untuk pemeriksaan laboratorium kimia, sebanyak 92% hasil negatif dan 8% hasil positif nitrit. Mayoritas, ada dua bakteri yang mengontaminasi makanan.

    “Dari parameter pemeriksaan keamanan pangan pada laboratorium mikrobiologi hasilnya berbeda-beda, secara frekuensi didominasi oleh bakteri Salmonella dan Bacillus cereus. Pada pemeriksaan laboratorium kimia paling banyak dari parameter nitrit,” ungkapnya.

    Ketika disinggung terkait faktor kebersihan air, peralatan memasak, dan higienitas pekerja Dapur MBG, Ryan menyebut ketiganya berpengaruh.

    “Ya, kebersihan air, peralatan, dan higienitas pekerja dapur (food handler) sangat berpengaruh terhadap terjadinya keracunan makanan, dan hal ini diatur jelas dalam regulasi,” tuturnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Dekan FKUI Minta Tak Remehkan Keracunan Makanan, Efeknya Bisa Fatal

    Dekan FKUI Minta Tak Remehkan Keracunan Makanan, Efeknya Bisa Fatal

    Jakarta

    Keracunan makanan bukan hal sepele, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof Ari Fahrial Syam menekankan kemungkinan masalah pencernaan kronis di kemudian hari saat kasusnya berulang.

    Bila tidak segera ditangani, keracunan makanan juga bisa berujung fatal. Makanan sebagai suatu zat gizi disebutnya memiliki nilai kesehatan, tetapi bisa berimbas sebaliknya saat. ternyata mengandung racun.

    “Racun yang terdapat pada makanan bisa berasal dari makanan itu sendiri atau dari makanan yang tercemar oleh kuman yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya keracunan,” jelas Prof Ari dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Minggu (28/9/2025).

    Makanan yang dikonsumsi sehari-hari bisa tercemar bakteri, virus, maupun parasit. Sejumlah orang perlu mewaspadai keluhan gejala klinis yang umumnya muncul pasca keracunan seperti berikut:

    mualmuntahdiarerasa kolik pada perutdemam

    Pasalnya, bila hal ini terus berlanjut, ada risiko terjadinya dehidrasi dan masalah keseimbangan elektrolit. Terlebih, bila keracunan dilaporkan pada pasien dengan penyakit kronis, bisa berdampak fatal.

    Prof Ari merinci sejumlah bakteri pemicu keracunan yang berasal dari pengolahan makanan kurang baik.

    Staphylococcus aureus, menjadi bakteri yang memicu keracunan saat daging tidak didinginkan dengan baik, dengan masa inkubasi 2 hingga 6 jam.Bacillus cereus, umumnya ditemukan pada susu dan nasi goreng yang dibiarkan terlalu lama dalam suhu ruang, bakteri tersebut memiliki masa inkubasi satu hingga lima jam.Clostridium perfringens, biasa berada di daging sapi, unggas, kacang-kacangan, kuah daging, kepiting, kerang yang tidak dimasak atau dihangatkan kembali dengan benar.Salmonella sp berada di telur, unggas yang dimasak kurang matang.Clostridium botulinum umumnya ada pada makanan kaleng yang tidak diolah dan disimpan dengan benar.

    Prof Ari juga menyoroti titik kritis penyajian makanan yang seharusnya tetap dipertahankan di atas 65 derajat celcius, sementara untuk memanaskan makanan wajib berada di atas 85 derajat celcius.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/naf)

  • Hasil Lab Keluar, Eks Direktur WHO Ungkap Penyebab Keracunan di MBG

    Hasil Lab Keluar, Eks Direktur WHO Ungkap Penyebab Keracunan di MBG

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mantan direktur penyakit menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama buka suara ihwal sejumlah masalah yang berpotensi meyebabkan makanan bergizi gratis (MBG) menjadi pemicu keracunan massal.

    Meski begitu, Tjandra menegaskan, keracunan makanan tentu terjadi di berbagai belahan dunia, dan tidak hanya dihubungkan dengan program Makan Bergizi Gratis.

    “Secara umum World Health Organization (WHO) menyebutkan setidaknya ada lima hal yang dapat dideteksi di laboratorium untuk menilai keracunan makanan, dan baik kalau lima hal ini juga diperiksa di laboratorium kita sehubungan keracunan makanan yang dikaitkan dengan MBG ini,” kata Tjandra dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (27/9/2025).

    Pria yang kini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/Adjunct Professor Griffith University itu mengatakan bila merujuk pada hasil lab pemeriksaan sampel MBG di Laboratorium Kesehatan Daerah di Jawa Barat, setidaknya ada dua penyebab keracunan makanan.

    Pertama, ialah ditemukannya bakteri yang mayoritasnya berupa Salmonella pada sampel makanan MBG. Tjandra mengatakan, menurut WHO kontaminasi bakteri Salmonela dihubungkan dengan makanan tinggi protein seperti daging, unggas dan telur.

    Kedua, ditemukan juga mayoritas bakteri berupa Bacillus cereus. Ia menyebut, bila merujuk data dari NSW Food Authority Australia, Bacillus cereus yang dapat menyebabkan keracunan makanan dihubungkan antara lain dengan penyimpanan nasi yang tidak tepat.

    Di luar temuan itu, Tjandra mengatakan keracunan makanan setidaknya dipicu oleh lima hal, berdasarkan kajian WHO. Lima masalah ini kata dia sebetulnya juga bisa dideteksi di laboratorium untuk menilai pemicu keracunan makanan.

    “Dan baik kalau lima hal ini juga diperiksa di laboratorium kita sehubungan keracunan makanan yang dikaitkan dengan MBG ini,” tuturnya.

    Masalah pertama, yang memicu keracunan makanan secara luas, kata Tjandra ialah ditemukannya Salmonela, Campylobacter dan Escherichia coli pada sampel makanan korban keracunan. Selain itu juga dapat ditemukan Listeria dan Vibrio cholerae.

    Kedua, adalah virus yang disebut WHO berjenis Novovirus dan virus Hepatitis A. Ketiga, ialah disebabkan keberadaan parasit seperti cacing trematoda dan cacing pita seperti Ekinokokus maenia Taenia.

    “Yang lebih jarang adalah cacing seperti Askaris, Kriptosporidium, Entamoeba histolytica dan Giardia yang masuk ke rantai penyediaan makanan melalui air dan tanah yang tercemar,” ujar Tjandra.

    Penyebab keempat yang biasanya memicu keracunan makanan ia sebut prion, meski kasusnya jarang. Prion adalah bahan infeksi yang terdiri dari protein, contohnya adalah Bovine spongiform encephalopathy (BSE).

    Penyebab ke lima, yang perlu diantisipasi ialah kemungkinan kontaminasi bahan kimia pada makan. Untuk bahan kimia maka WHO membaginya menjadi tiga bagian, yakni logam berat seperti timbal, kadmium, dan merkuri; polutan organik persisten (“Persistent organic pollutants – POPs”) seperti misalnya dioksin dan polychlorinated biphenyls -PCBs; serta berbagai bentuk toksin lain adalah mycotoxins, marine biotoxins, cyanogenic glycosides, aflatoxin dan ochratoxin.

    “Berbagai potensi yang di sebut WHO ini tentu patut jadi pertimbangan kita, walau tentu sama sekali tidak berarti bahwa keracunan makanan yang berhubungan dengan MBG sekarang ini adalah disebabkan lima hal itu. Penjelasan umum WHO ini disampaikan hanya sebagai bagian dari kewaspadaan kita saja,” kata Tjandra.

    Sebagaimana diketahui, Laboratorium Kesehatan Jawa Barat (Labkes Jabar) menerima ratusan sampel makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) sejak Januari 2025. Sampel tersebut berasal dari belasan kabupaten/kota di Jabar.

    Sampel yang dikirimkan merupakan makanan yang menjadi pemicu keracunan penerima MBG.

    Dilansir dari detikJabar, Kepala Labkes Jabar, Ryan Bayusantika Ristandi, mengatakan sampel makanan itu diterima melalui dinas kesehatan kabupaten/kota masing-masing.

    “Berdasarkan sampel yang masuk dari Januari-September, didapatkan sampel KLB keracunan makanan dari MBG sebanyak 163 sampel, dengan jumlah instansi pengirim sebanyak 11 dinas kesehatan kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat, antara lain Dinkes Kabupaten Bandung Barat, Dinkes Kabupaten Bandung, Dinkes Kota Bandung, Dinkes Kabupaten Cianjur, Dinkes Kabupaten Garut, Dinkes Kabupaten Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Dinkes Kota Cirebon, Dinkes Kota Cimahi, dan Dinkes Kabupaten Sukabumi,” kata Ryan kepada detikJabar.

    “Dengan frekuensi KLB MBG sebanyak 20 kali,” tambahnya.

    Ryan menyebut hasil pemeriksaan KLB MBG di laboratorium mikrobiologi menunjukkan 72% hasil negatif dan 23% hasil positif, antara lain Vibrio cholerae, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Bacillus cereus.

    Untuk pemeriksaan laboratorium kimia, sebanyak 92% hasil negatif dan 8% hasil positif nitrit. Mayoritas, ada dua bakteri yang mengontaminasi makanan.

    “Dari parameter pemeriksaan keamanan pangan pada laboratorium mikrobiologi hasilnya berbeda-beda, secara frekuensi didominasi oleh bakteri Salmonella dan Bacillus cereus. Pada pemeriksaan laboratorium kimia paling banyak dari parameter nitrit,” ungkapnya.

    Ketika disinggung terkait faktor kebersihan air, peralatan memasak, dan higienitas pekerja Dapur MBG, Ryan menyebut ketiganya berpengaruh.

    “Ya, kebersihan air, peralatan, dan higienitas pekerja dapur (food handler) sangat berpengaruh terhadap terjadinya keracunan makanan, dan hal ini diatur jelas dalam regulasi,” tuturnya.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]