Topik: parasit

  • Wanti-wanti Dokter soal Kebiasaan Makan yang Picu Cacing Pita di Tubuh Pasien    
        Wanti-wanti Dokter soal Kebiasaan Makan yang Picu Cacing Pita di Tubuh Pasien

    Wanti-wanti Dokter soal Kebiasaan Makan yang Picu Cacing Pita di Tubuh Pasien Wanti-wanti Dokter soal Kebiasaan Makan yang Picu Cacing Pita di Tubuh Pasien

    Jakarta

    Viral beberapa waktu lalu seorang dokter UGD di Florida, Amerika Serikat menemukan seorang pasien kedapatan memiliki ratusan telur caci pita dalam tubuhnya. Dokter bernama dr Sam Ghali menuturkan pasien sebelumnya mengonsumsi daging babi setengah matang yang mengandung larva cacing pita.

    Nasib nahas harus dialami oleh pasien tersebut, larva cacing akhirnya menetas dan masuk ke dalam jaringan tubuhnya. Larva cacing itu kemudian juga membentuk kista di tubuh pasien.

    Hati-hati Makan Daging Setengah Matang

    Spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH menuturkan bahwa kondisi seperti itu memang rentan dialami seseorang yang makan daging setengah matang. dr Aru menuturkan bahwa kejadian ini tidak hanya bersumber dari daging babi, melainkan juga dari daging sapi giling, ayam, dan unggas lain yang dikonsumsi setengah matang.

    Oleh karena itu, dr Aru menyarankan untuk mengonsumsi daging dalam kondisi yang sudah matang.

    “Ada kemungkinan daging setengah matang mengandung bakteri ataupun parasit. Beberapa daging yg sebaiknya dihindari dimakan setengah matang adalah daging sapi giling, daging ayam, daging bebek dan daging babi,” tuturnya kepada detikcom Sabtu (25/1/2024).

    “Daging sapi giling dikhawatirkan tercemar oleh alat penggiling-nya yang mungkin tercemar bakteri, ayam dan bebek juga bila proses pembersihan dan penyimpanannya yang tidak baik. Daging babi seperti diketahui memiliki parasit cacing pita yang hidup di daging babi, bila termakan akan menyebabkan penyakit cacing pita pada manusia,” sambung dia.

    Risiko Infeksi Cacing Pita

    dr Aru menuturkan bahwa infeksi cacing pita dapat memberikan dampak yang berbahaya. Kondisi ini dikenal juga dengan sistiserkus, saat kista terbentuk saat larva cacing masuk ke dalam jaringan tubuh termasuk otot, otak, dan mata.

    “Sistiserkosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing pita. Penyakit ini dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti sakit kepala, kejang, dan kebingungan bila menyerang otak. Bisa menyebabkan kebutaan bila mengenai mata,” ujar dr Aru.

    Penyakit ini dapat memicu berbagai gejala, seperti sakit kepala, kejang, kebingungan apabila menyerang otak, dan kebutaan apabila mengenai mata.

    NEXT: Tips Aman Makan Daging

    Simak Video “Video: Viral Anak di Bawah Umur Diajari Nyetir Mobil, Ini Kata Psikolog”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Ratusan Telur Cacing Pita ‘Hidup’ di Tubuh Pasien, Dokter Minta Batasi Makanan Ini

    Ratusan Telur Cacing Pita ‘Hidup’ di Tubuh Pasien, Dokter Minta Batasi Makanan Ini

    Jakarta

    Temuan dokter UGD di Florida belakangan disorot lantaran seorang pasien kedapatan memiliki ratusan telur cacing pita di dalam tubuhnya. dr Sam Ghali menyebut hal itu dipicu oleh makanan babi mentah.

    Pasien diketahui mengonsumsi daging babi setengah matang yang masih mengandung larva cacing pita. Tak disangka, larva cacing menetas masuk ke jaringan tubuh hingga membentuk kista di tubuh pasien.

    Spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD, KGEH, menyebut kondisi ini memang rentan terjadi saat seseorang mengonsumsi daging yang tidak atau kurang matang. Tidak hanya daging babi, jenis daging sapi giling, ayam, dan unggas lain juga sebaiknya dihindari dikonsumsi dalam kondisi kurang matang.

    “Ada kemungkinan daging setengah matang mengandung bakteri ataupun parasit. Beberapa daging yg sebaiknya dihindari dimakan setengah matang adalah daging sapi giling, daging ayam, daging bebek dan daging babi,” tuturnya kepada detikcom Sabtu (25/1/2024).

    “Daging sapi giling dikhawatirkan tercemar oleh alat penggiling-nya yang mungkin tercemar bakteri, ayam dan bebek juga bila proses pembersihan dan penyimpanannya yang tidak baik. Daging babi seperti diketahui memiliki parasit cacing pita yang hidup di daging babi, bila termakan akan menyebabkan penyakit cacing pita pada manusia,” sambung dia.

    Dampaknya tidak main-main, cacing pita yang termakan dapat membentuk kista, seperti yang terjadi pada pasien di Florida, AS. Kondisi ini disebut sistiserkus, saat kista terbentuk sewaktu larva cacing masuk ke dalam jaringan tubuh termasuk otot, otak, hingga mata.

    “Sistiserkosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing pita. Penyakit ini dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti sakit kepala, kejang, dan kebingungan bila menyerang otak. Bisa menyebabkan kebutaan bila mengenai mata,” wanti-wantinya.

    dr Aru juga mengingatkan kontaminasi makanan tidak hanya terjadi saat mengonsumsi daging mentah. Penting juga untuk memperhatikan alat masak yang bersih, tidak menggunakan talenan ataupun pisau yang sama untuk mengolah daging berbeda dan pastikan selalu kebersihannya.

    (naf/naf)

  • Apakah Cacing Pita Hanya Ada di Daging Babi?

    Apakah Cacing Pita Hanya Ada di Daging Babi?

    Jakarta

    Cacing pita adalah parasit yang dapat hidup dan berkembang biak di dalam usus manusia. Ini disebut infeksi cacing pita.

    Bentuk cacing pita yang masih muda dan tidak aktif disebut kista larva. Cacing pita dapat tetap hidup di bagian tubuh lainnya. Ini disebut infeksi kista larva.

    Kebanyakan orang menganggap cacing pita hanya ada di daging babi saja. Benarkah demikian?

    Dikutip dari laman CDC, taeniasis pada manusia adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh spesies cacing pita Taenia saginata (cacing pita sapi), Taenia solium (cacing pita babi), dan Taenia asiatica (cacing pita Asia).

    Manusia dapat terinfeksi cacing pita ini dengan memakan daging sapi mentah atau setengah matang (T. saginata) atau daging babi tak matang (T. solium dan T. asiatica).

    Infeksi dengan T. saginata akibat konsumsi daging sapi terjadi di mana pun daging sapi mentah yang terkontaminasi dimakan, terutama di Eropa Timur, Rusia, Afrika timur, dan Amerika Latin.

    Infeksi cacing pita karena T. solium atau babi lebih umum terjadi di komunitas dengan sanitasi yang buruk atau orangyang makan daging babi mentah atau setengah matang. Tingkat penyakit yang lebih tinggi telah terlihat pada orang-orang di Amerika Latin, Eropa Timur, Afrika sub-Sahara, India, dan Asia.

    Infeksi cacing pita T. solium dari babi dapat mengakibatkan sistiserkosis pada manusia, yang dapat menjadi penyakit sangat serius yang dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otot atau mata.

    Mengonsumsi daging sapi atau babi mentah atau setengah matang yang terkontaminasi merupakan faktor risiko utama untuk tertular taeniasis. Oleh karena itu, menjaga kebersihan pangan sangat penting untuk mencegah infeksi ini.

    (kna/kna)

  • Kampung Lampion Malang, Berpacu dengan Waktu Menyambut Imlek
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        22 Januari 2025

    Kampung Lampion Malang, Berpacu dengan Waktu Menyambut Imlek Surabaya 22 Januari 2025

    Kampung Lampion Malang, Berpacu dengan Waktu Menyambut Imlek
    Tim Redaksi
    MALANG, KOMPAS.com
    – Kampung
    Lampion
    di Jalan Juanda Jodipan
    Kota Malang
    , tampak sibuk jelang perayaan
    Tahun Baru Imlek
    yang jatuh pada 28 Januari 2025 nanti. Sebab, pesanan membeludak dan harus segera selesai secepatnya.
    Salah satu perajin, Abdul Latif yang juga saudara dari pemilik usaha
    lampion
    Akhmad Syamsudin mengatakan, pesanan tahun ini cukup banyak.
    Salah satunya datang dari sebuah mal di Jakarta. Sebanyak 2.000 lampion harus selesai dalam waktu satu bulan.
    “Untuk pengerjaan, siapa yang lebih cepat memesan akan kami dahulukan, apalagi kalau jumlahnya besar. Dalam sehari, kami bisa menghasilkan sekitar 100 lampion,” ujar Latif kepada
    Kompas.com,
    Selasa (21/1/2025).
    Lampion-lampion ini dibuat menggunakan bahan kain parasit yang disablon sesuai logo pesanan.
    Kerangka lampion menggunakan rotan yang didatangkan dari Banyuwangi. Sedangkan bahan lain seperti kawat besar, kain dan lem diperoleh dari Malang.
    Setiap lampion berdiameter 40 cm membutuhkan sekitar satu meter kain untuk pembuatannya.
    Selain ukuran standar, para perajin juga melayani pesanan lampion kecil dengan diameter 10 cm hingga 20 cm. Bahkan, mereka pernah menyelesaikan pesanan sebanyak 100.000 lampion kecil.
    Di kampung ini, terdapat empat tempat usaha lampion yang semuanya dikelola sesama keluarga.
    Biasanya, ada sekitar 10-11 orang yang terlibat dalam proses pengerjaan. Namun, saat pesanan besar datang, jumlah tenaga kerja bisa bertambah hingga 20 orang.
    “Semua pekerja berasal dari kampung ini. Kalau ada orderan besar, anak-anak muda di sini ikut membantu,” kata Latif.
    Untuk Imlek 2025 ini harga lampion yang diproduksi bervariasi, mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 1 juta per buah, tergantung ukuran dan desainnya.
    Sebelum pandemi Covid-19, pesanan lampion dari luar negeri, seperti Italia, Jerman, dan Arab Saudi cukup sering diterima.
    Namun, pandemi selama tiga tahun lalu menyebabkan penurunan pesanan hingga 60 persen, dengan fokus produksi hanya untuk pasar dalam negeri.
    Tahun ini, permintaan lampion mulai meningkat kembali. Sayangnya, pesanan dari pelanggan di Italia terpaksa tidak dilayani karena terlambat memesan.
    Apalagi untuk menyelesaikan pesanan tepat waktu, para perajin bekerja mulai pagi hingga dini hari.
    “Biasanya, pesanan luar negeri butuh waktu dua bulan, termasuk pembuatan sampel. Tapi yang dari Jakarta memesan lebih awal, jadi kami dahulukan. Dalam sebulan, kami mampu menyelesaikan 2.000 lampion,” tutur pria berusia 48 tahun ini.
    Usaha lampion ini berawal dari pengalaman Akhmad Syamsudin yang bekerja di Bali pada 1997 silam.
    Setelah pemilik usaha tempatnya bekerja meninggal, para pegawai kembali ke daerah asal dan membuka usaha sendiri.
    Sejak tahun 2000 ia membuka usaha ini yang terus berkembang hingga Kampung Lampion Jodipan menjadi ikon kerajinan lampion di Malang.
    Kini, kampung ini menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan lampion, baik domestik maupun internasional, terutama saat momen-momen istimewa seperti Tahun Baru Imlek 2025.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 5 Manfaat Daun Dadap yang Jarang Orang Ketahui

    5 Manfaat Daun Dadap yang Jarang Orang Ketahui

    Liputan6.com, Yogyakarta – Daun dadap, tanaman yang tumbuh subur di berbagai wilayah Indonesia, telah lama dikenal memiliki beragam manfaat bagi kesehatan. Sejak zaman dahulu, masyarakat telah memanfaatkan daun dadap sebagai obat tradisional untuk mengatasi berbagai macam penyakit.

    Kandungan senyawa aktif di dalamnya, seperti flavonoid dan tanin, memberikan khasiat yang luar biasa bagi tubuh. Mulai dari meredakan demam hingga mengatasi masalah kulit, daun dadap telah menjadi bagian dari pengobatan alami turun-temurun.

    Tersembunyi di balik daunnya yang hijau segar, dadap menyimpan segudang manfaat bagi kesehatan. Mengutip dari berbagai sumber, berikut lima khasiat dari daun dadap:

    1. Menurunkan Kadar Kolesterol

    Daun dadap telah dikenal sebagai tanaman herbal yang memiliki manfaat kesehatan yang khususnya dalam mengelola kadar kolesterol dalam tubuh. Kandungan senyawa aktif dalam daun dadap, terutama flavonoid dan saponin, berperan penting dalam menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah.

    Kedua senyawa ini bekerja secara sinergis dalam tubuh, di mana flavonoid membantu mengurangi peradangan pada pembuluh darah, sementara saponin berkontribusi dalam meningkatkan aliran darah ke jantung. Dengan kombinasi kerja kedua senyawa tersebut, konsumsi daun dadap dapat menjadi salah satu alternatif alami untuk mendukung kesehatan kardiovaskular.

    2. Membantu Mengatasi Cacingan

    Daun dadap memiliki khasiat yang efektif sebagai obat tradisional untuk mengatasi infeksi cacing dalam tubuh. Ramuan yang dibuat dari rebusan daun dadap yang dicampur dengan madu terbukti ampuh dalam membunuh berbagai jenis cacing parasit seperti cacing pita, cacing gelang, dan cacing kremi.

    Kandungan senyawa aktif dalam daun dadap bekerja dengan cara mematikan cacing-cacing tersebut, sehingga parasit yang telah mati dapat dikeluarkan secara alami melalui proses buang air besar. Untuk memperoleh manfaat yang optimal dari ramuan ini, disarankan untuk mengonsumsinya setiap pagi hari dalam kondisi perut kosong.

     

  • Kenali Perbedaan Sakit Perut Akibat Virus atau Keracunan Makanan

    Kenali Perbedaan Sakit Perut Akibat Virus atau Keracunan Makanan

    JAKARTA – Gangguan pada perut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengolahan makanan yang tidak tepat hingga paparan virus yang berpindah melalui makanan atau permukaan yang terkontaminasi.

    Menurut laman Well and Good, ada lebih dari 250 jenis keracunan makanan, dengan beberapa bakteri umum yang berperan sebagai penyebab, seperti Salmonella, E. coli, Listeria, Staphylococcus, Campylobacter, dan Shigella.

    Di sisi lain, gangguan perut juga bisa disebabkan oleh infeksi virus seperti norovirus, yang hidup dalam tinja dan muntahan orang yang terinfeksi dan dapat berpindah melalui tangan atau permukaan yang terkontaminasi.

    Gejala yang sering muncul akibat keracunan makanan atau infeksi virus termasuk diare, mual, muntah, sakit perut, kram, dan terkadang disertai demam.

    Menurut ahli gastroenterologi, Dr. Elena Ivanina, perbedaan utama antara gangguan perut akibat keracunan makanan dan infeksi virus terletak pada waktu munculnya gejala. Keracunan makanan biasanya menunjukkan gejala dalam beberapa jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, sementara infeksi virus, seperti norovirus, memiliki masa inkubasi lebih lama, biasanya antara 24 hingga 48 jam.

    Keracunan makanan umumnya berlangsung sekitar 24 jam, tetapi durasinya dapat bervariasi tergantung pada penyebabnya, terutama jika disebabkan oleh parasit yang lebih tahan lama atau jika seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Norovirus, yang sangat menular, bisa menyebar dengan cepat. Untuk menghindari penyebaran, sangat penting untuk membatasi kontak dengan orang lain, mencuci tangan dengan rutin, membersihkan permukaan yang sering disentuh (terutama di kamar mandi), dan menghindari menyiapkan makanan untuk orang lain hingga gejala hilang setelah 48 jam.

    Meskipun sebagian besar kasus keracunan makanan dan gangguan perut akan sembuh dalam beberapa hari tanpa perlu pengobatan khusus, beberapa langkah sederhana di rumah dapat membantu mempercepat pemulihan.

    Ini termasuk istirahat yang cukup, mengonsumsi cairan elektrolit, air, atau kaldu, serta makan makanan dengan sedikit serat seperti nasi putih, oatmeal, pisang, dan ayam. Sebaiknya hindari makanan yang mengandung banyak gula, lemak, susu, atau gluten yang dapat memperburuk gejala.

    Untuk mencegah keracunan atau infeksi perut, Dr. Ivanina memberikan beberapa tips, seperti selalu mencuci tangan setelah menggunakan toilet sebelum menyiapkan makanan, tetap di rumah saat merasa tidak sehat, tidak mengonsumsi susu mentah, mencuci buah dan sayuran dengan baik sebelum dimakan, menjaga suhu lemari pendingin tetap rendah, memasak daging hingga matang sempurna, dan mencuci pisau setelah digunakan untuk memotong makanan mentah.

  • Kepala BPOM: Silent Pandemic Resistensi Antimikroba Jadi Ancaman Serius
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        4 Januari 2025

    Kepala BPOM: Silent Pandemic Resistensi Antimikroba Jadi Ancaman Serius Nasional 4 Januari 2025

    Kepala BPOM: Silent Pandemic Resistensi Antimikroba Jadi Ancaman Serius
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com
    – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (
    BPOM
    ) Republik Indonesia (RI) Prof dr
    Taruna Ikrar
    , PhD, MBiomed mengingatkan bahaya
    silent pandemic
    atau
    resistensi antibiotik
    pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh antimikroba.
    Hal tersebut disampaikan Taruna saat menyampaikan orasi ilmiah di Ballroom Universitas Prima Indonesia (Unpri) Medan, Sumatera Utara, Sabtu (4/1/2025).
    Dalam kesempatan tersebut, Taruna menerima penghargaan sebagai ilmuwan berpengaruh di Indonesia dari Unpri Medan yang diserahkan langsung Rektor Prof Dr Crismis Novalinda Ginting, MKes.
    Acara tersebut turut dihadiri Menteri Hukum Supratman Agtas, Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara Hassanudin, dan sejumlah rektor perguruan tinggi.
    Taruna menerangkan, resistensi antimikroba terjadi ketika mikroorganisme, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit, kebal terhadap obat antimikroba. Akibatnya, mikroorganisme tersebut mampu bertahan hidup, bahkan berkembang biak. Menurutnya, fenomena ini bukan kejadian yang terisolasi, melainkan proses evolusi yang melibatkan seleksi alam dan adaptasi genetik.
    “Setiap kali mikroorganisme terpapar agen antimikroba, terjadi seleksi ketat di mana organisme yang memiliki keunggulan genetik untuk bertahan akan melangsungkan kehidupan dan reproduksi,” terang alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) tersebut dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Sabtu.
    Spektrum mikroorganisme yang berpotensi menjadi resisten, lanjut Taruna, sangatlah luas. Setiap kelompok memiliki karakteristik unik dalam menghadapi tantangan antimikroba.
    “Bakteri merupakan contoh paling nyata dengan kemampuan horizontal gene transfer yang memungkinkan mereka berbagi informasi genetik resistensi antarspesies. Proses ini memungkinkan penyebaran cepat kemampuan bertahan melawan antimikroba, bahkan di antara bakteri yang secara taksonomi berbeda,” jelasnya.
    Taruna menjelaskan, sejak penemuan antibiotik pertama oleh Alexander Fleming pada 1928, manusia telah mengalami revolusi dalam kemampuan mengatasi penyakit infeksius (menular).
    Namun, tonggak penting dalam pemahaman resistensi antimikroba baru terjadi pada 1962, ketika para ilmuwan mulai memahami mekanisme transfer gen resistensi antarbakteri melalui plasmid.
    Mekanisme tersebut memungkinkan mikroba untuk saling berbagi informasi genetik sehingga bertahan dari serangan antimikroba, bahkan lintas spesies. Hal ini semakin memperumit dinamika penyebaran resistensi.
    “Bakteri dapat mengalami mutasi genetik dalam hitungan menit. (Proses ini) memungkinkan (mikroorganisme tersebut, termasuk virus, jamur, dan parasit) secara cepat mengembangkan mekanisme pertahanan melawan zat antimikroba yang semula efektif membunuh,” kata Taruna.
    Ia membeberkan, resistensi mikroorganisme terhadap obat antimikroba sangatlah beragam dan canggih. Bakteri, misalnya, dapat mengembangkan pertahanan dalam tiga strategi genetik.
    Pertama
    , memodifikasi struktur molekul yang menjadi target obat sehingga antimikroba tidak lagi mampu berikatan atau mengganggu fungsi sel bakteri.
    Kedua
    , mengembangkan enzim yang mampu merusak struktur molekul obat sebelum obat tersebut dapat memberikan efek.
    Ketiga
    , mengembangkan pompa efluks untuk mengeluarkan molekul obat dari dalam sel sebelum obat dapat memberikan efek terapeutik.
    Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, resistensi antimikroba berkembang menjadi ancaman global dengan munculnya
    multidrug resistant
    (MDR)
    strain
    , seperti
    Methicillin-resistant Staphylococcus aureus
    (MRSA) dan kuman tuberkulosis resisten obat. Ini menjadi bukti nyata bahwa mikroorganisme telah memiliki mekanisme pertahanan yang sangat canggih.
    Meski awalnya dianggap sebagai terobosan medis revolusioner, dalam waktu singkat bakteri
    Staphylococcus aureus
    telah menunjukkan resistensi terhadap penisilin. Masalah ini kian serius ketika
    penggunaan antibiotik
    secara masif dalam bidang kedokteran dan peternakan meningkat pada dekade 1940-an dan 1950-an.
    Organisasi Kesehatan Dunia (
    WHO
    ) pun mengategorikan resistensi antimikroba sebagai salah satu masalah
    kesehatan global
    terbesar mengingat potensinya yang dapat mengacaukan sistem pengobatan modern.
    Fenomena itu tidak hanya memengaruhi kemampuan medis dalam menangani penyakit menular, tetapi juga mengancam seluruh arsitektur kemajuan pengobatan yang telah dibangun selama satu abad terakhir.
    Resistensi antimikroba pun telah berkembang menjadi krisis kesehatan global yang mengancam fundamental sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Setiap spesies mikroba yang menjadi resisten tidak hanya mengancam individu yang terinfeksi, tetapi juga menciptakan reservoir genetik yang berpotensi berbahaya bagi seluruh populasi.
    “Dampak paling parah akan terjadi di negara-negara berkembang, dengan potensi jatuhnya jutaan penduduk ke dalam lingkaran kemiskinan akibat biaya pengobatan yang membengkak dan hilangnya produktivitas tenaga kerja,” ujar Taruna.
    Rumah sakit dan fasilitas kesehatan pun, lanjutnya, akan dipaksa mengembangkan protokol pengobatan alternatif yang jauh lebih mahal dan kompleks.
    “Prosedur medis yang saat ini dianggap rutin, seperti operasi
    caesar
    , penggantian sendi, atau kemoterapi, akan menjadi prosedur berisiko tinggi dengan potensi komplikasi infeksi yang signifikan,” katanya.
    Dampak ekonomi dari resistensi antimikroba juga diprediksi sangat signifikan. Bank Dunia memperkirakan pada 2050, kerugian ekonomi global dapat mencapai 100 triliun dollar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan hilangnya sekitar 3,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) global.
    Lebih mengkhawatirkan lagi, WHO memproyeksikan, 10 juta nyawa akan hilang akibat infeksi resisten setiap tahun setelah periode yang sama. Angka ini bahkan melampaui kematian akibat kanker.
    Angka-angka tersebut, menurut Taruna, bukan sekadar prediksi statistik, melainkan peringatan keras tentang potensi keruntuhan sistem kesehatan global. Setiap tahun penundaan penanganan serius akan semakin memperbesar risiko bencana kesehatan global.
    Taruna menuturkan, penggunaan antibiotik yang tidak rasional, baik dalam bidang kesehatan manusia maupun peternakan, menjadi pendorong utama resistensi antimikroba.
    “Pemberian antibiotik dalam dosis subterapi, praktik pengobatan mandiri, serta penggunaan antibiotik spektrum luas telah memberikan keuntungan selektif bagi mikroorganisme resisten untuk berkembang dan menggantikan populasi yang sensitif,” tuturnya.
    Situasi itu, lanjut Taruna, diperparah oleh globalisasi, perpindahan penduduk, dan perdagangan global yang semakin mempercepat penyebaran strain resisten lintas wilayah dan benua.
    Untuk mengatasi krisis resistensi antimikroba, dibutuhkan kolaborasi lintas negara, sektor, dan disiplin ilmu. Tidak hanya diperlukan riset pengembangan obat baru, tetapi juga transformasi menyeluruh dalam praktik penggunaan antimikroba di bidang kesehatan, pertanian, dan peternakan.
    Khusus untuk Indonesia, resistensi antimikroba memiliki dimensi kompleks yang dipengaruhi oleh faktor geografis, demografis, dan sistem kesehatan.
    “Sebagai negara dengan keragaman ekologis dan praktik kesehatan yang beragam, Indonesia menghadapi tantangan unik dalam mengendalikan penyebaran mikroorganisme resisten. Dibutuhkan strategi nasional yang adaptif, berbasis riset, dan mempertimbangkan konteks lokal,” ujar Taruna.
    Meski demikian, ia optimistis penelitian di bidang resistensi antimikroba akan semakin difokuskan pada pendekatan inovatif. Salah satunya melalui terapi fago, yaitu terapi menggunakan bakteriofage yang dapat membunuh bakteri secara spesifik.
    Taruna Ikrar merupakan ahli farmakologi, ilmuwan kardiovaskular, dan pakar neurosains terkemuka Indonesia. Ia menjabat sebagai Kepala BPOM RI sejak Agustus 2024.
    Perjalanan pendidikannya dimulai dengan meraih gelar dokter dari Unhas pada 1997. Ia melanjutkan Magister Biomedik spesialisasi Farmakologi di UI yang diselesaikan pada 2003.
    Taruna kemudian meraih gelar PhD dalam bidang Kardiofarmakologi dari Niigata University, Jepang. Setelah itu, ia menjalani program
    post-doctoral
    di University of California, Irvine, dengan fokus neurofarmakologi dan pengembangan obat pada 2008-2013.
    Karier akademiknya terus menanjak dengan menjadi Research Scholar di Harvard University pada 2014. Ia juga menjadi profesor di Pacific Health Sciences University dan akademik spesialis di University of California, Irvine.
    Sebelum menjabat sebagai Kepala BPOM, Taruna memimpin Konsil Kedokteran Indonesia periode 2020-2024. Saat ini, ia masih menjabat sebagai Direktur Konsil Kedokteran Internasional (IAMRA) periode 2021-2025.
    Sejak 2023, Taruna diangkat sebagai Adjunct Professor di Universitas Pertahanan RI. Ia juga menjadi Penasehat di THIAMSI dan Staf Ahli di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
    Dalam dunia penelitian, karya-karya Taruna mencakup bidang farmakologi, kardiovaskular, neurosains, elektrofisiologi, genetika, dan terapi sel punca. Ia telah menghasilkan lebih dari 100 publikasi ilmiah, termasuk di jurnal NATURE. Total sitasinya mencapai 1.763 melalui Scopus dan Google Scholar, dengan
    H-Index
    17 dari Scopus dan 24 dari Google Scholar.
    Mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Makassar itu juga telah menulis beberapa buku teks penting dalam bidang kedokteran dan neurosains. Atas dedikasinya, ia meraih predikat Outstanding Scientist dari Pemerintah AS pada 2014 dan UKP-Presidential Award kategori Innovator and Scientist pada 2017.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Manfaat Minum Teh Bunga Telang Setiap Hari, Bisa Bantu Redakan Bapil

    Manfaat Minum Teh Bunga Telang Setiap Hari, Bisa Bantu Redakan Bapil

    Jakarta

    Telang merupakan salah satu jenis bunga yang sering dijumpai oleh masyarakat Indonesia. Bunga telang yang memiliki nama ilmiah clitoria ternatea, memiliki karakteristik unik, yaitu berwarna biru yang cerah dan mencolok.

    Tidak hanya itu saja, nyatanya bunga telang juga dipercaya dapat digunakan sebagai pengobatan herbal yang dapat memberikan sederet manfaat kesehatan bagi tubuh. Oleh sebab itu, kebanyakan masyarakat sering memanfaatkan rebusan bunga telang untuk pengobatan herbal.

    Disebut-sebut, bahwa bunga telang juga dapat membantu untuk meredakan gejala batuk, benarkah demikian? Dikutip dari Dr Axe, bunga telang dipercaya mengandung efek antimikroba dan antiradang karena mengandung senyawa seperti asam p-coumarin dan delphinidin glukosida. Mengonsumsi tanaman tersebut dan tehnya juga dapat membantu melawan virus dan infeksi.

    Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi teh bunga telang dapat membantu mendukung sistem pencernaan dan kesehatan usus, dan melindungi saluran pencernaan dari kejang, mual, nyeri ulu hati, dan tukak lambung.

    Teh tersebut juga berpotensi untuk mendukung detoksifikasi dan kemampuan organ hati untuk membuang limbah berbahaya dari tubuh, sebab teh ini bertindak sebagai pencahar ringan dan diuretik alami.

    Tidak hanya itu saja, bunga telang diketahui dapat memiliki khasiat anthelmintik sehingga terkadang digunakan untuk mengobati infeksi parasit. Efek lain dari tanaman ini dalam meningkatkan kekebalan tubuh adalah kemampuannya untuk meningkatkan kesehatan pernapasan.

    Tanaman tersebut dapat membantu mengeluarkan lendir dan cairan dari paru-paru dan saluran pencernaan, serta mengurangi iritasi dan peradangan, yang dapat membantu mengobati bronkitis, pilek, dan batuk.

    Bunga telang juga dipercaya dapat bermanfaat untuk mengatasi penyakit asma dan alergi. Dalam tradisi Ayurveda India, bunga ini merupakan salah satu bahan yang sering digunakan untuk mengobati gangguan pernapasan.

    Berikut merupakan tahapan untuk membuat rebusan bunga telang:

    Menggunakan sekitar 1 hingga 2 sendok teh, daun dan kelopak kering untuk setiap cangkir teh 226 gramMenuangkan air panas ke atas daun dan kelopak bunga kering, lalu biarkan selama sekitar 3 hingga 5 menit, sampai air berubah warna menjadi biru tuaMengonsumsi rebusan bunga telang dapat ditambahkan dengan bahan alami seperti lemon, jeruk nipis, kulit jeruk, lavender, kembang sepatu, kayu manis, daun mint, jahe mentah, atau madu mentah.

    (avk/avk)

  • Buah Melon Bisa Cegah Penyakit Apa Saja? Ini Daftarnya

    Buah Melon Bisa Cegah Penyakit Apa Saja? Ini Daftarnya

    Jakarta

    Melon merupakan salah satu buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Daging buah pada melon biasanya berwarna hijau muda, dengan tekstur yang lembut.

    Dikutip dari Health, satu cangkir melon yang dipotong dadu mengandung nutrisi sebagai berikut:

    Kalori: 61,2Lemak: 0,238 gram (g)Natrium: 30,6 miligram (mg) atau 1 persen dari Daily Value (DV)Karbohidrat: 15,5 gSerat: 1,36 gProtein: 0,918 gVitamin C: 30,6 mg atau 34 persen dari DVKalium: 388 mg atau 8 persen dari DV

    Tidak hanya itu, buah melon juga menyediakan sejumlah kecil nutrisi, termasuk di antaranya vitamin B, vitamin A dan K, serta magnesium.

    Lantas, dengan berbagai nutrisi yang ada, masalah kesehatan apa saja yang dapat dicegah dengan rajin mengonsumsi buah melon? Berikut informasi selengkapnya.

    1. Dehidrasi

    Satu cangkir buah melon yang dipotong dadu dapat menyediakan lebih dari 141 gram air. Mengonsumsi air yang cukup dapat membantu tubuh tetap terhidrasi dan mencegah dari kondisi dehidrasi.

    Saat tubuh dehidrasi, tubuh akan kepanasan sehingga tubuh akan mengalami pikiran yang tidak jernih, perubahan suasana hati, sembelit, dan bahkan batu ginjal. Tak hanya itu saja, minum air juga dapat membantu melumasi dan melindungi sendi dalam tubuh.

    2. Sistem Kekebalan Tubuh

    Salah satu nutrisi utama dalam buah melon adalah vitamin C. Satu cangkir melon yang dipotong dadu dapat menyediakan sekitar sepertiga dari kebutuhan harian untuk nutrisi pendukung kekebalan tubuh.

    Sistem imun dalam tubuh membutuhkan vitamin C untuk merespon patogen seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit. Kemampuan antioksidan vitamin C juga dapat melindungi sel dari kerusakan yang meningkatkan risiko penyakit kronis.

    3. Darah Tinggi

    Melon sangat rendah akan natrium dan tinggi kalium, keduanya baik untuk mengelola tekanan darah. Kalium dapat membantu untuk mengendalikan tekanan darah dengan menyebabkan organ ginjal mengeluarkan kelebihan natrium, nutrisi yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi secara berlebihan.

    Tidak hanya itu saja, kalium juga dapat meredakan ketegangan di dinding pembuluh darah, yang selanjutnya dapat mengurangi tekanan darah.

    4. Masalah Tulang

    Buah yang satu ini mengandung beberapa nutrisi yang terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang, termasuk vitamin C dan sejumlah kecil vitamin K, magnesium, kalium, dan antioksidan.

    Vitamin C sendiri telah dikaitkan dengan rendahnya risiko patah tulang pinggul dan osteoporosis (penyakit tulang), serta kepadatan mineral tulang yang lebih tinggi pada bagian leher dan tulang belakang.

    5. Masalah Kulit

    Melon menyediakan sumber air dan vitamin C yang baik, serta memiliki efek antiradang, yang semuanya berkontribusi pada kesehatan kulit.

    Sel-sel kulit bergantung pada vitamin C untuk membuat kolagen dan mengatur keseimbangan kolagen dan elastin, yang memberikan volume dan bentuk pada kulit.

    (naf/naf)

  • Terungkap ‘Penyakit Misterius’ yang Picu Ratusan Warga Kongo Tewas Mendadak

    Terungkap ‘Penyakit Misterius’ yang Picu Ratusan Warga Kongo Tewas Mendadak

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan Republik Demokratik Kongo mengatakan bahwa penyakit misterius yang sebelumnya tidak teridentifikasi dan beredar di Panzi ternyata disebabkan oleh penyakit malaria yang parah.

    Awal bulan ini, otoritas setempat mengatakan penyakit misterius itu telah menewaskan 143 orang di provinsi Kwango barat daya pada bulan November.

    “Misteri itu akhirnya terpecahkan. Ini adalah kasus malaria parah dalam bentuk penyakit pernapasan… dan melemah karena kekurangan gizi,” kata Kementerian Kesehatan Republik Demokratik Kongo dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters, Jumat (20/12/2024).

    Dikatakan juga bahwa 592 kasus telah dilaporkan sejak Oktober dengan tingkat kematian 6,2 persen.

    CDC Afrika mengatakan pada hari Kamis (19/12) bahwa uji laboratorium terhadap sampel yang diambil dari 51 orang menunjukkan bahwa wabah malaria mungkin menjadi penyebab kasus tersebut. Masalah kesehatan yang terjadi bersamaan di antara penduduk, seperti kekurangan gizi dan infeksi virus yang diketahui, dapat memperburuk penyakit tersebut.

    “Diagnosisnya lebih condong ke malaria,” kata Dr. Ngashi Ngongo, penasihat utama direktur jenderal CDC Afrika dalam konferensi pers.

    Ngongo mengatakan bahwa CDC Afrika masih belum mengesampingkan hipotesis sekunder bahwa beberapa jenis infeksi virus, dikombinasikan dengan malaria dan malnutrisi, sebagian besar bertanggung jawab atas penyakit tersebut. Ngongo mengatakan bahwa satu orang yang meninggal mengalami gejala demam berdarah, kondisi yang mengancam jiwa yang terkait dengan infeksi virus.

    Kasus-kasus tersebut terjadi di daerah pedesaan provinsi Kwango di Kongo barat daya, yang memiliki akses terbatas ke pengujian laboratorium dan sulit dijangkau melalui jalan darat, menurut WHO. Badan tersebut mengatakan dibutuhkan waktu 48 jam untuk mencapai provinsi tersebut dari ibu kota, Kinshasa.

    Tingkat malnutrisi di provinsi tersebut tinggi, WHO menambahkan, yang dapat membuat orang lebih rentan terhadap penyakit serius.

    Malaria merupakan penyebab kematian utama di Kongo, yang mengakibatkan lebih dari 24.000 kematian setiap tahun. Malaria juga merupakan penyebab 19% kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun di negara tersebut.

    Malaria disebabkan oleh parasit yang dibawa oleh nyamuk Anopheles; penyakit ini dapat menyebar ke manusia melalui gigitan. Kelambu, obat nyamuk, dan obat antimalaria dapat membantu membatasi penularan, dan menerima vaksin malaria sebelum terinfeksi dapat mengurangi kemungkinan penyakit parah dan kematian.

    (kna/kna)