Topik: neraca perdagangan

  • Pengusaha Tunjuk Hal Aneh di Impor Tekstil, Pabrik RI Kena Getahnya

    Pengusaha Tunjuk Hal Aneh di Impor Tekstil, Pabrik RI Kena Getahnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Industri tekstil dalam negeri beberapa waktu belakangan ini menghadapi tantangan besar, tetapi data statistik menunjukkan adanya pertumbuhan yang seolah-olah positif. Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wiraswasta pun menyebut adanya anomali dalam data impor, yang menyebabkan ketidaksesuaian antara kondisi di lapangan dengan laporan resmi.

    Menurut Redma, salah satu penyebab anomali ini adalah tidak sinkronnya perhitungan konsumsi yang didasarkan pada nilai uang dengan volume yang dibelanjakan masyarakat.

    “Dari sisi nilai ada penurunan. Tapi kalau dari sisi volume, saya nggak ngelihat ada penurunan. Karena yang dikonsumsi lebih besar adalah barang-barang import ilegal yang murah. Nah makanya, dari sisi konsumsi meskipun nilainya turun tekstil itu, tapi dari volume nggak turun. Ini yang menyebabkan industri kita nggak tumbuh,” jelas Redma kepada CNBC Indonesia, Jumat (7/2/2025).

    Redma menyoroti, banyak barang impor ilegal yang masuk ke pasar tanpa tercatat dalam data resmi. Hal ini menyebabkan surplus dalam neraca perdagangan yang memberikan kesan terjadinya pertumbuhan pada industri tekstil, padahal kondisi di lapangan justru sebaliknya.

    “Barang impor ilegal ini masuk, dikonsumsi masyarakat, tetapi tidak tercatat dalam data impor. Akibatnya, dianggap sebagai produksi dari dalam negeri, padahal itu bukan barang lokal. Inilah yang menyebabkan anomali dalam data BPS,” terangnya.

    Kata Redma, meskipun data BPS menunjukkan ada pertumbuhan industri tekstil pada kuartal terakhir, kenyataannya industri lokal masih tertekan.

    Dia menegaskan, penurunan industri tekstil masih terus berlangsung hingga sekarang. Selama impor ilegal masih marak dan perhitungan data belum diperbaiki, industri tekstil dalam negeri akan tetap kesulitan untuk tumbuh.

    “Kalau kita tidak jeli menganalisisnya, akan muncul banyak pertanyaan. Kok datanya tumbuh, tapi industri di lapangan malah terpuruk?” katanya.

    Pengusaha tekstil berharap pemerintah lebih ketat mengawasi impor ilegal dan menyusun data dengan metode yang lebih akurat agar kebijakan yang dibuat benar-benar mencerminkan kondisi di lapangan.

    Picu Deindustrialisasi

    Sebelumnya, Redma pernah mengungkapkan, barang impor ilegal terus membanjiri pasar domestik hingga memicu deindustrialisasi dalam 10 tahun terakhir. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di dalam negeri terus mengalami penurunan pertumbuhan.

    Redma memaparkan data yang dikutip dari ITC dan TradeMap.

    Dari data tersebut, kata dia, nilai ekspor TPT China ke Indonesia sepanjang tahun 2019-2023, memiliki gap sampai miliaran dolar AS dibandingkan data impor TPT Indonesia dari China. Data tersebut adalah untuk TPT nomor HS 50-63.

    “Dalam 5 tahun terakhir masuk sekitar 72.250 kontainer impor TPT ilegal. Kerugian pendapatan negara sekitar Rp46 triliun,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (28/11/2024).

    Mengutip data yang diungkapkan Redma, tercatat berturut-turut nilai ekspor TPT China ke Indonesia pada tahun 2019-2023 adalah US$5,09 miliar, US$3,79 miliar, US$5,86 miliar, US$6,50 miliar, dan US$5,28 miliar.

    Tercatat, ada gap berturut-turut sebesar US$1,12 miliar, US$706,1 juta, US$1,79 miliar, US$2,12 miliar, dan US$1,47 miliar dari nilai impor TPT Indonesia dari China.

    (dce)

  • Manfaatkan Perang Dagang AS-China, Thailand Cari Strategi Gaet Investasi Semikonduktor

    Manfaatkan Perang Dagang AS-China, Thailand Cari Strategi Gaet Investasi Semikonduktor

    Bisnis.com, JAKARTA – Thailand berupaya untuk menyiapkan rancangan awal rencana strategis untuk sektor semikonduktornya dalam 90 hari ke depan. 

    Langkah tersebut dilakukan guna menarik investasi baru pada sektor tersebut di tengah perang dagang baru antara AS dan China.

    Narit Therdsteerasukdi, sekretaris jenderal Dewan Investasi Thailand (BOI) mengatakan, dewan semikonduktor nasional negara itu akan menyewa konsultan untuk mengembangkan peta jalan industri.

    Narit, yang berada langsung di bawah perdana menteri, juga sedang melakukan roadshow ke Amerika Serikat dan Jepang untuk menggalang investasi semikonduktor di Thailand.

    Thailand, negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Indonesia, mengalami lonjakan sebesar 35% dalam nilai permohonan investasi masuk tahun lalu ke angka tertinggi dalam satu dekade sebesar 1,14 triliun baht aatau US$33,5 miliar.

    “Saya memperkirakan nilai total aplikasi (tahun ini) akan lebih besar dibandingkan tahun lalu, didorong oleh investasi di sektor elektronik dan digital,” kata Narit dikutip dari Reuters, Jumat (7/2/2025).

    Thailand menempati peringkat kedua di belakang India dalam analisis negara-negara berkembang teratas untuk manufaktur semikonduktor, menurut laporan tahun 2024 oleh perusahaan konsultan A.T. Kearney.

    Mereka menargetkan sekitar 500 miliar baht dalam investasi baru di semikonduktor pada 2029.

    “Kami fokus di (segmen elektronika daya). Misalnya semikonduktor yang digunakan pada kendaraan listrik, pusat data, atau sistem penyimpanan energi. Kami pikir ini adalah kekuatan kami,” kata Narita.

    Perusahaan dengan fasilitas terkait chip di Thailand termasuk Analog Devices yang berbasis di Massachusetts, membuka tab baru, Sony, dan Toshiba. Pembuat chip Jerman Infineon dan anak perusahaan dari Foxsemicon Integrated Technology asal Taiwan juga telah mengumumkan proyek baru di Thailand.

    Industri semikonduktor global telah bergejolak dalam beberapa tahun terakhir ketika AS dan China bersaing memperebutkan supremasi teknologi. Beberapa rantai pasokan telah beralih ke Asia Tenggara dan gejolak lebih lanjut mungkin terjadi pada masa jabatan Trump yang kedua. 

    Selama akhir pekan, Trump mengumumkan tarif 10% terhadap impor China sebagai bagian dari rencana luas untuk meningkatkan neraca perdagangan AS.

    Investasi dalam pembuatan papan sirkuit cetak, komponen penting untuk perangkat listrik yang digunakan dalam segala hal mulai dari ponsel pintar hingga kendaraan listrik, juga meningkat pesat sejak tahun 2023 di Thailand, menurut BOI.

    “Alasan utamanya adalah perang dagang,” kata Narit, “Salah satu alasan investor memilih Thailand sebagai lokasinya adalah posisi kami sebagai negara netral.”

    Thailand menghadapi banyak persaingan dari Malaysia, yang menyumbang 13% dari pengujian dan pengemasan chip global dan menargetkan investasi lebih dari US$100 miliar untuk sektor ini.

  • Antisipasi Bea Masuk Trump, Mendag Budi Mau Diversifikasi Produk

    Antisipasi Bea Masuk Trump, Mendag Budi Mau Diversifikasi Produk

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) memasang kuda-kuda untuk mengantisipasi kebijakan Presiden AS Donald Trump yang berencana menaikkan tarif bea masuk barang ke sejumlah negara, seperti tarif AS terhadap China.

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan bahwa antisipasi itu dilakukan seiring dengan surplus neraca perdagangan terbesar yang disumbang dari AS, disusul India.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan pada 2024 mengalami penurunan dibanding 2023 sebesar US$36,89 miliar. Pada 2024, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$31,04 miliar.

    Adapun pada 2024, surplus neraca perdagangan dengan AS mencapai US$16,84 miliar yang didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, pakaian dan aksesoris rajutan, dan alas kaki.

    Budi menyampaikan bahwa pemerintah harus berhati-hati agar Negeri Paman Sam tidak mengenakan tarif bea masuk barang tambahan terhadap Indonesia.

    “Kita harus hati-hati jangan sampai kita kena bea masuk tambahan [dari AS],” kata Budi saat ditemui di Kantor Kemendag, dikutip pada Kamis (6/2/2025).

    Untuk itu, Mendag Budi mengungkap salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan diversifikasi produk. Nantinya, produk dari dalam negeri yang tak diproduksi di AS akan dikirim ke sana.

    “Yang penting sekarang gini, kan kalau Trump itu penginnya kan ada industri ke sana. Kita harus diversifikasi produk, terutama produk-produk yang tidak diproduksi di sana. Karena kan kalau dia mau produksi juga perlu waktu,” tuturnya.

    Dia menjelaskan diversifikasi produk ini dilakukan agar Indonesia tetap menjaga surplus neraca perdagangan.

    “Kita sekarang sudah ngomong dengan pelaku usaha bagaimana kita masuk diversifikasi produk, kita harus pertahankan surplus kita,” pungkasnya.

  • Respons Indonesia usai AS Terapkan Tarif Impor Tinggi ke Produk China

    Respons Indonesia usai AS Terapkan Tarif Impor Tinggi ke Produk China

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pemerintah masih akan mengkaji sejumlah kebijakan untuk merespons perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

    Kendati demikian, Airlangga menyatakan pemerintah akan menjaga agar tidak ada perdagangan ilegal yang masuk ke Indonesia. Menurutnya, penambahan beban tarif masuk 10% atas barang China ke Amerika Serikat (AS) akan meningkat perdagangan ilegal.

    “Jadi kita kunci pasar perdagangan ilegal karena kita tidak ingin barang itu mencari market lain yang besar,” ujar Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (5/2/2025).

    Lebih lanjut, politisi Partai Golkar itu menyatakan China juga masih bergantung kepada barang-barang dari Indonesia terutama produk baja dan turunannya.

    Sementara dengan AS, Airlangga menyatakan neraca perdagangan Indonesia kerap mencatat kinerja positif. Oleh sebab itu, sambungnya, pemerintah Indonesia belum merubah posisinya terhadap China dan AS.

    “Tentu ini semuanya akan kita jaga,” katanya.

    Sebagai informasi, AS resmi menerapkan tarif 10% terhadap produk China per tengah malam waktu Washington pada Selasa (4/2/2025). Dalam hitungan detik, pemerintah China membalas kebijakan AS tersebut.

    Beijing mengumumkan tarif tambahan pada sekitar 80 produk yang akan mulai berlaku pada 10 Februari 2025, meluncurkan penyelidikan antimonopoli terhadap Google, memperketat kontrol ekspor pada mineral penting, hingga menambahkan dua perusahaan AS ke dalam daftar hitam entitas yang tidak dapat diandalkan.

    “Perang tarif besar-besaran tidak menguntungkan China. Sebaliknya, China kemungkinan akan menanggapi tarif terutama melalui stimulus domestik,” kata Larry Hu, kepala ekonomi China di Macquarie Group Ltd., dilansir dari Bloomberg, Selasa (4/2/2025).

  • Investasi Manufaktur Tembus Rp 721 Triliun di 2024, Menperin Bongkar Rahasianya – Page 3

    Investasi Manufaktur Tembus Rp 721 Triliun di 2024, Menperin Bongkar Rahasianya – Page 3

    Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani mengatakan, investasi Apple di Indonesia tidak dilakukan langsung oleh induk perusahaan teknologi asal Amerika Serikat tersebut, melainkan lewat pihak vendor. 

    Model investasi melalui vendor juga turut dilakukan Apple di negara-negara lain. Untuk di Indonesia, perusahaan memakai vendor untuk membangun pabrik AirTag di Batam, Kepulauan Riau.  

    “Saya musti koreksi ya, yang investasi itu bukan Apple, tapi vendor-nya Apple. Karena itu yang mereka lakukan, baik di India, Vietnam, Malaysia, bukan Apple-nya,” jelas Rosan di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta, Jumat (31/1/2025).

    “Contohnya, ini handphone Apple. Satu handphone ada 320 vendor. Di Thailand, di Malaysia, Vietnam, vendor-nya lebih dari 35, ada yang hampir 40 vendor-nya. Di kita, itu baru hanya ada satu,” dia menambahkan. 

    Meskipun baru satu vendor, Rosan meyakini investasi Apple di Tanah Air bakal turut mendongkrak neraca perdagangan Indonesia. Lantaran 65 persen dari hasil produksi vendor tersebut akan berorientasi ekspor, dan berkontribusi pada nilai ekspor Indonesia. 

    Dalam hal ini, dia menjelaskan investasi Apple USD 200 juta untuk pembuatan pabrik AirTag di Batam. Adapun nilai total investasi yang diajukan Apple sebesar USD 1 miliar, merujuk pada pendapatan dari hasil penjualan. 

    “Memang investasi Apple itu tuh adalah mereka one billion (USD) in term of revenue-nya mereka sebagai offtaker,” kata Rosan. 

    “Jadi ini untuk ekspor kita juga akan meningkat. Dan ini akan terus meningkat dari USD 1 billion ke USD 2 billion, sampai dengan USD 10 billion dalam waktu yang nanti tidak lama,” ia menambahkan. 

  • Menguatnya rupiah di Google dan ilusi digital yang menyesatkan

    Menguatnya rupiah di Google dan ilusi digital yang menyesatkan

    Ilustrasi- Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. (ANTARA FOTO/Reno Esnir

    Menguatnya rupiah di Google dan ilusi digital yang menyesatkan
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 02 Februari 2025 – 09:57 WIB

    Elshinta.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tiba-tiba menguat tajam di Google, lalu menimbulkan kegaduhan di media sosial, mencerminkan betapa masyarakat di tanah air masih sangat bergantung pada sumber informasi tunggal tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut.

    Angka yang ditampilkan Google menunjukkan 1 dolar AS setara dengan Rp8.170,65 pada 1 Februari 2025, jauh dari realitas nilai tukar yang sebenarnya berada di kisaran Rp16.300 per dolar.

    Hal ini memicu spekulasi liar, kebingungan, dan bahkan harapan palsu di kalangan masyarakat. Beberapa orang langsung mengaitkan angka ini dengan perbaikan ekonomi yang drastis, sementara yang lain bersikap lebih skeptis dan curiga ada kesalahan teknis dalam sistem Google.

    Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso seketika dibuat sibuk. Ia mengonfirmasi bahwa pada saat yang sama BI langsung berkoordinasi dengan Google Indonesia terkait ketidaksesuaian tersebut untuk segera dapat melakukan koreksi yang diperlukan.

    Penegasannya tetap bahwa level nilai tukar Rp8.100-an per dolar AS sebagaimana yang ada di Google bukan merupakan level yang seharusnya.

    Atas fenomena yang terjadi tersebut, Google Indonesia ketika dikonfirmasi pun mengakui dan menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) di Google Search.

    “Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga. Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin,” demikian keterangan Google.

    Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Dr. Pratama Persadha pun merespons dengan penjelasan bahwa salah satu kemungkinan penyebabnya adalah kesalahan teknis dalam sistem Google atau platform penyedia informasi nilai tukar.

    Jadi, seperti halnya sistem teknologi lainnya, Google mengandalkan algoritma yang menarik data dari berbagai sumber. Jika terjadi bug atau gangguan teknis dalam proses ini, data yang disajikan bisa menjadi tidak akurat atau bahkan menyesatkan.

    Selain itu, Google mengambil data nilai tukar dari berbagai sumber eksternal, termasuk lembaga keuangan, penyedia data ekonomi, dan pasar valuta asing. Perbedaan sumber ini bisa menyebabkan variasi dalam nilai tukar yang ditampilkan.

    Beberapa platform mungkin memperbarui data lebih cepat daripada yang lain, sehingga ada kemungkinan Google menampilkan kurs yang sudah usang atau belum terverifikasi dengan informasi terbaru dari bank sentral atau institusi keuangan utama.

    Di sisi lain, Dr. Pratama Persadha membuka kemungkinan yang lebih serius namun jarang terjadi yakni terkait adanya manipulasi atau penyalahgunaan sistem akibat peretasan.

    Meskipun sistem keamanan Google sangat canggih, bukan tidak mungkin terjadi upaya peretasan atau penyusupan oleh aktor jahat yang berusaha mengacaukan informasi finansial.

    Bahkan dalam skenario ekstrem, manipulasi data kurs ini bisa digunakan sebagai bagian dari strategi spekulasi atau disinformasi untuk mengacaukan pasar.

    Maka untuk memastikan informasi nilai tukar yang benar, disarankan agar pengguna tidak hanya mengandalkan Google sebagai satu-satunya referensi. Karena nyatanya insiden serupa pernah terjadi sebelumnya.

    Terjadi di Malaysia

    Pada Februari 2024, ada insiden di Malaysia di mana Google menampilkan nilai tukar ringgit terhadap dolar AS yang tidak akurat.

    Bank Negara Malaysia (BNM) mencatat pada Jumat, 15 Februari 2024, Google menunjukkan nilai tukar 1 dolar AS setara dengan 4,98 ringgit, sementara data resmi menunjukkan level terendah ringgit adalah 4,7075 per dolar.

    BNM pun berkeras bahwa penilaian tersebut tidak mencerminkan fundamental ekonomi Malaysia yang sebenarnya positif. Kejadian serupa pernah terjadi pada 6 Februari 2024.

    BNM kemudian meminta penjelasan dari Google mengenai penyebab kesalahan tersebut dan langkah korektif yang harus diambil untuk mencegah terulangnya masalah serupa di masa depan.

    Sebagai respons, Google Malaysia menyampaikan permintaan maaf kepada pemerintah Malaysia atas kesalahan tersebut.

    Mereka menjelaskan bahwa kesalahan itu terjadi karena data yang ditampilkan tidak diverifikasi secara memadai, dan berkomitmen untuk meningkatkan akurasi informasi yang disajikan di platform mereka.

    Insiden ini menyoroti pentingnya verifikasi data dan keandalan sumber informasi, terutama yang berkaitan dengan data finansial yang sensitif.

    Ujian literasi

    Fenomena ini bukan sekadar kekeliruan data, tetapi juga menjadi ujian tersendiri atas literasi ekonomi dan finansial sebagian masyarakat dalam menghadapi informasi digital.

    Meski harus diakui pula Google, dengan segala kecanggihannya, bukanlah otoritas keuangan yang bertanggung jawab atas kurs mata uang, tetapi hanya menarik data dari berbagai penyedia informasi finansial.

    Jika terjadi kesalahan dalam sumber data yang mereka gunakan atau ada gangguan dalam algoritma yang memproses informasi, maka data yang muncul di mesin pencari pun bisa meleset jauh dari kenyataan.

    Sayangnya, tidak semua pengguna memahami mekanisme ini. Bagi sebagian besar orang, apa yang muncul di layar Google adalah fakta mutlak, bukan sekadar data yang perlu dicek ulang.

    Kesalahan seperti ini berpotensi menimbulkan dampak ekonomi yang lebih besar dari sekadar perbincangan media sosial.

    Di era digital, keputusan ekonomi sering kali dibuat dalam hitungan detik berdasarkan data yang tersedia.

    Bayangkan jika seorang eksportir menggunakan informasi dari Google untuk membuat keputusan harga jual, atau jika seorang investor asing tiba-tiba menarik dananya karena menganggap ada anomali besar dalam perekonomian Indonesia.

    Kesalahan data di platform sebesar Google, meskipun bukan berasal dari niat jahat, bisa memicu gelombang reaksi berantai yang berisiko menimbulkan kepanikan di pasar keuangan.

    Dari perspektif ekonomi makro, tidak ada alasan fundamental yang bisa menjelaskan apresiasi rupiah ke level Rp8.170 per dolar dalam kondisi saat ini.

    Untuk mencapai angka tersebut, Indonesia harus mengalami surplus neraca perdagangan yang luar biasa besar, lonjakan investasi asing dalam jumlah yang masif, serta perbaikan struktural di berbagai sektor yang dapat meningkatkan daya saing ekonomi nasional secara signifikan.

    Tidak ada satu pun indikator ekonomi yang menunjukkan tren ke arah sana dalam waktu singkat.

    Bahkan dalam kondisi terbaik, penguatan rupiah tidak akan terjadi secara instan, melainkan melalui proses panjang yang mencerminkan stabilitas ekonomi yang berkelanjutan.

    Fenomena ini juga menunjukkan pentingnya regulasi dalam penyebaran informasi keuangan di era digital.

    Sebab sampai saat ini belum ada mekanisme yang menjadi jaminan kepastian bahwa data kurs yang ditampilkan oleh platform seperti Google harus akurat atau diperiksa secara berkala oleh otoritas keuangan.

    Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan memiliki tugas menjaga stabilitas sistem keuangan, tetapi tidak memiliki kewenangan untuk mengontrol bagaimana platform digital menyajikan informasi ekonomi.

    Ketika terjadi kesalahan seperti ini, tidak ada jalur resmi yang cepat untuk mengoreksi informasi, sehingga kegaduhan di media sosial bisa berlangsung lama sebelum ada klarifikasi dari pihak berwenang atau penyedia data yang sebenarnya.

    Literasi ekonomi

    Ketergantungan masyarakat pada informasi instan juga menegaskan pentingnya peningkatan literasi ekonomi di Indonesia.

    Kesadaran untuk selalu membandingkan data dari berbagai sumber, memahami cara kerja sistem keuangan global, serta memiliki wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar, adalah keterampilan yang semakin penting di era digital.

    Dalam kasus ini, mereka yang langsung mencari informasi ke Bank Indonesia, Bloomberg, XE, atau Reuters akan segera mengetahui bahwa angka di Google tidak benar, sementara mereka yang hanya mengandalkan satu sumber informasi akan mudah terjebak dalam asumsi yang keliru.

    Ke depan, penyedia layanan digital seperti Google harus lebih bertanggung jawab dalam menyajikan informasi ekonomi yang akurat, terutama karena banyak orang yang mengandalkan data mereka untuk pengambilan keputusan finansial.

    Sistem verifikasi yang lebih ketat, transparansi mengenai sumber data yang digunakan, serta respons cepat dalam memperbaiki kesalahan adalah langkah-langkah yang harus diperkuat agar kejadian serupa tidak terulang.

    Di sisi lain, masyarakat juga harus lebih kritis dalam mengonsumsi informasi, terutama yang berkaitan dengan data keuangan yang dapat berdampak besar pada keputusan ekonomi individu maupun korporasi.

    Kesalahan kurs rupiah yang ditampilkan Google hanyalah salah satu contoh bagaimana informasi yang tidak akurat dapat menciptakan distorsi dalam persepsi ekonomi.

    Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, data yang salah bukan hanya sekadar kesalahan teknis, tetapi juga bisa menjadi pemicu kegaduhan yang berdampak luas.

    Oleh karena itu, kemampuan untuk memilah dan memverifikasi informasi bukan lagi sekadar keterampilan tambahan, tetapi kebutuhan mendesak dalam menghadapi lanskap ekonomi digital yang semakin kompleks.

    Sumber : Antara

  • Berlangsung Hingga 2 Februari di ICE BSD, BRI UMKM EXPO(RT) 2025 Bawa 1000 UMKM Terbaik dan Hadirkan Hiburan Dari Musisi Ternama

    Berlangsung Hingga 2 Februari di ICE BSD, BRI UMKM EXPO(RT) 2025 Bawa 1000 UMKM Terbaik dan Hadirkan Hiburan Dari Musisi Ternama

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyelenggarakan BRI UMKM EXPO(RT) 2025, sebuah ajang strategis yang menghadirkan lebih dari 1.000 pelaku UMKM terbaik tanah air. Acara ini berlangsung pada 30 Januari hingga 2 Februari 2025 di ICE BSD, meliputi Nusantara Hall, Hall 5, Hall 6, dan Hall 7. Dengan mengusung tema Broadening MSMEs Global Outreach, BRI terus berkomitmen untuk memperluas akses pasar bagi UMKM dan meningkatkan daya saing produk lokal di kancah internasional.

    Sebagai bagian dari upaya penguatan ekosistem UMKM, pameran oleh 1.000 UMKM ini menampilkan lima kategori produk unggulan, yaitu home decor & craft, fashion & wastra, food & beverage, accessories & beauty, serta healthcare & wellness. Selain itu, acara ini turut menghadirkan kompetisi bergengsi seperti Indonesia Barista Championship & Indonesia Brewers Cup Championship. Selain itu, acara ini juga menyajikan NusantaraCulinary dan Fashion Show.

    Untuk memberikan pengalaman yang lebih menarik, BRI UMKM EXPO(RT) 2025 juga menghadirkan pertunjukan spesial dari sejumlah musisi papan atas Indonesia, di antaranya Juicy Luicy, Bernadya, Tulus, Lyodra, Maliq & D’Essentials, Sal Priadi, Ghea Indrawari, dan Andmesh.

    Direktur Utama BRI menegaskan bahwa acara ini merupakan bagian dari strategi perseroan dalam memperkuat peran UMKM sebagai motor penggerak perekonomian nasional. “Sejalan dengan spirit penguatan peranan UMKM, maka BRI UMKM Expo(RT) 2025, yang tahun ini telah memasuki tahun keenam, bertujuan membuka akses UMKM ke pasar global, dengan misi utama meningkatkan kontribusi UMKM terhadap neraca perdagangan dan penyerapan tenaga kerja,”tegasnya.

  • Ghea Indrawari & Tulus Siap Tampil di BRI UMKM EXPO(RT) Hari Ini

    Ghea Indrawari & Tulus Siap Tampil di BRI UMKM EXPO(RT) Hari Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyelenggarakan BRI UMKM EXPO(RT) 2025, sebuah ajang strategis yang menghadirkan lebih dari 1.000 pelaku UMKM terbaik tanah air. Acara ini berlangsung pada 30 Januari hingga 2 Februari 2025 di ICE BSD, meliputi Nusantara Hall, Hall 5, Hall 6, dan Hall 7.

    Dengan mengusung tema Broadening MSMEs Global Outreach, BRI terus berkomitmen untuk memperluas akses pasar bagi UMKM dan meningkatkan daya saing produk lokal di kancah internasional.

    Sebagai bagian dari upaya penguatan ekosistem UMKM, pameran oleh 1.000 UMKM ini menampilkan lima kategori produk unggulan, yaitu home decor & craft, fashion & wastra, food & beverage, accessories & beauty, serta healthcare & wellness. Selain itu, acara ini turut menghadirkan kompetisi bergengsi seperti Indonesia Barista Championship & Indonesia Brewers Cup Championship. Selain itu, acara ini juga menyajikan Nusantara Culinary dan Fashion Show.

    Untuk memberikan pengalaman yang lebih menarik, BRI UMKM EXPO(RT) 2025 juga menghadirkan pertunjukan spesial dari sejumlah musisi papan atas Indonesia, di antaranya Juicy Luicy, Bernadya, Tulus, Lyodra, Maliq & D’Essentials, Sal Priadi, Ghea Indrawari, dan Andmesh.

    Adapun jadwal konser musisi ternama tersebut sebagai berikut:

    30 Januari 2025: Juicy Luicy dan Maliq & D’Essentials

    31 Januari 2025: Bernadya dan Sal Priadi

    1 Februari 2025: Ghea Indrawari dan Tulus

    2 Februari 2025: Andmesh dan Lyodra

    Direktur Utama BRI menegaskan bahwa acara ini merupakan bagian dari strategi perseroan dalam memperkuat peran UMKM sebagai motor penggerak perekonomian nasional.

    “Sejalan dengan spirit penguatan peranan UMKM, maka BRI UMKM Expo(RT) 2025, yang tahun ini telah memasuki tahun keenam, bertujuan membuka akses UMKM ke pasar global, dengan misi utama meningkatkan kontribusi UMKM terhadap neraca perdagangan dan penyerapan tenaga kerja,”tegasnya dalam keterangan resmi, Sabtu (1/2/2025).

    Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.briumkmexport.com.

    (dpu/dpu)

  • 4 Dampak Signifikan Kebijakan Mobil Listrik Donald Trump bagi Indonesia

    4 Dampak Signifikan Kebijakan Mobil Listrik Donald Trump bagi Indonesia

    Jakarta, Beritasatu.com – Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkapkan, kebijakan terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang mencabut kewajiban penggunaan mobil listrik di AS memberikan empat dampak signifikan terhadap ekosistem pengembangan electric vehicle (EV) di Indonesia.

    Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira menjelaskan, dampak tersebut meliputi berkurangnya permintaan mineral penting sebagai bahan baku baterai EV, menurunnya minat investor asal AS, potensi terhambatnya pembiayaan internasional, serta dominasi perusahaan China dalam hilirisasi nikel di Indonesia.

    Ia menambahkan, penurunan permintaan mineral kritis secara global akan berdampak langsung pada anjloknya harga komoditas, seperti nikel, tembaga, timah, dan bauksit yang menjadi bahan baku utama kendaraan listrik.

    “Saat ini, harga referensi nikel di pasar internasional telah turun 3,7% secara year on year, sementara kobalt mengalami penurunan sebesar 16,6% pada periode yang sama. Dalam dua bulan mendatang, penurunan harga ini diperkirakan akan memicu perubahan strategi bisnis perusahaan mobil listrik di AS dan berisiko memengaruhi kontrak pasokan bahan baku,” jelas Bhima dilansir dari Antara, Selasa (28/1/2025).

    Selain itu, dampak kebijakan mobil listrik Donald Trump, yakni prospek investasi perusahaan AS untuk proyek, seperti smelter nikel dan pabrik baterai menjadi semakin kecil. Sebelumnya, kebijakan inflation reduction act (IRA) memberikan harapan akan kehadiran investor AS yang dapat memperbaiki tata kelola hilirisasi tambang di Indonesia.

    Bhima juga menyoroti kemungkinan terhambatnya pembiayaan internasional dalam mendukung transisi energi dan elektrifikasi sektor transportasi. 

    Menurutnya, inisiatif seperti just energy transition partnership (JETP), yang bertujuan mendorong dekarbonisasi sektor mineral dan pengembangan komponen mobil listrik domestik, bisa kehilangan dukungan jika AS mencabut mandat kendaraan listrik serta melemahkan komitmennya terhadap Kesepakatan Paris.

    Dampak lainnya adalah meningkatnya dominasi perusahaan asal China dalam hilirisasi nikel di Indonesia. Bhima mencatat bahwa pelambatan ekonomi di China memengaruhi harga nikel olahan, termasuk bahan baku stainless steel yang diproduksi di Indonesia.

    “Kinerja ekspor nikel olahan tahun ini diperkirakan semakin menurun, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan surplus neraca perdagangan Indonesia,” ujar Bhima.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan pencabutan kewajiban penggunaan mobil di AS. Dalam pidato pelantikannya, Trump menyatakan bahwa langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kontribusi industri otomotif AS.

  • Kredit Perbankan Diproyeksikan Tumbuh Positif di 2025

    Kredit Perbankan Diproyeksikan Tumbuh Positif di 2025

    JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan kredit perbankan masih melanjutkan pertumbuhan positif pada 2025, yang didukung oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik.

    “Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih akan cukup baik diharapkan menarik minat investasi ke domestik dan berhasil mendatangkan aliran dana ke domestik sehingga meningkatkan investasi, perluasan usaha, serta meningkatkan demand kredit,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengutip Antara.

    Dari sisi domestik, OJK menuturkan kinerja perekonomian masih terjaga stabil. Tingkat inflasi headline (CPI) menurun menjadi 1,55 persen year on year (yoy) dengan inflasi inti naik menjadi 2,26 persen yoy. Surplus neraca perdagangan juga berlanjut dan PMI manufaktur terus membaik.

    Kredit perbankan masih melanjutkan pertumbuhan dua digit pada November 2024, yakni sebesar 10,79 secara year on year (yoy) menjadi Rp7.717 triliun.

    Sementara, likuiditas industri perbankan pada November 2024 tetap memadai dengan rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 112,94 persen dan 25,57 persen.

    Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 masih akan solid pada kisaran 4,7-5,5 persen. Terjaganya tingkat inflasi dan stabilitas nilai tukar, disertai dengan cadangan devisa yang tinggi turut memperkuat optimisme prospek positif Indonesia di mata investor dunia.

    Selain itu, Dian menuturkan proyeksi penurunan suku bunga domestik pada 2025 juga diharapkan dapat berdampak positif pada penurunan biaya dana namun tetap cukup menarik bagi nasabah penyimpan (saver) menempatkan dananya di perbankan, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).

    Menurut dia, jika penghimpunan dana cukup positif, maka ketersediaan likuiditas akan terjaga dan menjadi sumber dana utama dalam melaksanakan penyaluran kredit perbankan.

    Namun demikian, lanjut Dian, perlu diwaspadai risiko yang timbul akibat ketidakpastian global seperti melambatnya penurunan suku bunga global seiring kecenderungan meningkatnya laju inflasi, meningkatnya volatilitas pasar keuangan dan fluktuasi perdagangan global dan harga komoditas yang disebabkan “Trump Effect”, serta ketegangan geopolitik yang masih berlanjut.