Topik: neraca perdagangan

  • Negosiasi dengan AS, Indonesia Siap Genjot Impor Energi hingga Pangan

    Negosiasi dengan AS, Indonesia Siap Genjot Impor Energi hingga Pangan

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah Indonesia memastikan akan meningkatkan volume impor energi dan komoditas pangan dari Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari strategi negosiasi perdagangan bilateral dan penyesuaian kebijakan tarif impor Donald Trump.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, delegasi Indonesia, yang terdiri dari sejumlah pejabat kementerian dan lembaga ekonomi, telah melakukan komunikasi intensif dengan pihak Pemerintah AS dalam upaya negosiasi perdagangan.

    “Delegasi Indonesia melakukan pertemuan dengan United States Trade Representative (USTR) dan Secretary of Commerce. Diskusi berlangsung hangat, cair, dan konstruktif,” ujar Airlangga dalam konferensi pers virtual, Jumat (18/4/2025).

    Disampaikan Airlangga, beberapa komoditas yang akan ditingkatkan volume impornya dari AS antara lain liquefied petroleum gas (LPG), minyak mentah (crude oil), gasolin, serta produk pertanian, seperti gandum, soybean, dan soybean meal. Langkah ini merupakan bagian dari pendekatan saling menguntungkan untuk menjaga keseimbangan neraca perdagangan.

    Indonesia dan AS juga telah sepakat melakukan negosiasi selama 60 hari, dengan tujuan menciptakan sistem perdagangan yang adil dan seimbang. Format pembahasannya juga telah disepakati, termasuk kemitraan di bidang perdagangan dan investasi, kemitraan mineral penting, dan juga reliabilitas koridor rantai pasok yang mempunyai resiliensi tinggi.
     

  • Menko Airlangga: Indonesia Termasuk Negara Pertama yang Diterima AS Negosiasi Tarif Impor – Page 3

    Menko Airlangga: Indonesia Termasuk Negara Pertama yang Diterima AS Negosiasi Tarif Impor – Page 3

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah bakal menawarkan sejumlah kesepakatan dengan Amerika Serikat.

    Dengan tujuan, untuk memangkas defisit neraca perdagangan Amerika Serikat terhadap Indonesia, yang pada 2024 mencapai USD 17,9 miliar.

    “Juga rencana daripada Indonesia untuk mengkompensasikan delta daripada ekspor dan impor yang besarannya USD 18-19 miliar,” kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (14/4/2025).

    Tujuannya, untuk menekan defisit perdagangan AS ke Indonesia. Salah satunya dengan memperbanyak jumlah barang dari Amerika Serikat yang diimpor ke pasar Tanah Air.

    Namun, Airlangga menyebut itu belum tentu dilaksanakan lewat skema impor. Sayangnya, ia belum merinci bagaimana skenario pembelian barang AS secara non impor tersebut.

    “Indonesia akan beli barang dari Amerika sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Nilainya mendekati (USD 17,9 miliar), barang belum tentu impor,” ujar dia.

  • Produktivitas dan efisiensi dorong pertumbuhan 18,4% IPC TPK di TW I/2025 

    Produktivitas dan efisiensi dorong pertumbuhan 18,4% IPC TPK di TW I/2025 

    Sumber foto: ME Sudiono/elshinta.com.

    Produktivitas dan efisiensi dorong pertumbuhan 18,4% IPC TPK di TW I/2025 
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 17 April 2025 – 22:35 WIB

    Elshinta.com – IPC Terminal Petikemas/IPC TPK anak usaha Pelindo Terminal Petikemas berhasil membukukan peningkatan kinerja operasi sebesar 18,4% pada triwulan I tahun 2025 dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Capaian ini menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam meningkatan produktivitas, efisiensi operasional dan kualitas layanan terminal di tengah dinamika industri logistic yang semakin kompetitif.

    Pertumbuhan ini tercermin dari berbagai indikator kinerja utama, seperti volume petikemas yang dilayani, produktivitas bongkar muat, serta peningkatan pendapatan usaha. Strategi penguatan digitalisasi layanan, optimalisasi fasilitas terminal, dan kolaborasi dengan mitra usaha menjadi pendorong utama pencapaian ini.

    “Arus petikemas IPC TPK pada Triwulan I 2025 mencapai 843.188 TEUs, meningkat 18,4% dibanding tahun sebelumnya di periode yang sama sebesar 712.068 TEUs. Capaian ini merupakan hasil dari upaya IPC TPK menjaga performa operasional dan pelayanan pelanggan sebagai kontribusi terhadap kelancaran arus logistik nasional,” ujar Pramestie Wulandary, Sekretariat Perusahaan IPC TPK, seperti dilaporkan Reporter Elshinta, ME Sudiono, Kamis (17/4)

    Sementara itu pada Maret 2025, IPC TPK mencatat arus petikemas sebesar 290.923 TEUs meningkat 15,36% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 252.182 TEUs. Peningkatan ini dipicu lonjakan arus barang sepanjang bulan Ramadhan dan hadirnya beberapa kapal adhoc di Tanjung Priok, meningkatnya beberapa komoditas (sabun, tepung terigu, semen) di area Palembang, peningkatan komoditas pakan ternak di area Teluk Bayur dan peningkatan volume petikemas domestic pada area Pontianak.

    Peningkatan tersebut tidak lepas dari meningkatnya neraca perdagangan Republik Indonesia. Melansir Kementerian Keuangan Republik Indonesia, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus pada Februari 2025 dengan nilai mencapai USD3,12 Miliar. Tren surplus perdagangan yang berkelanjutan ini menunjukkan daya saing ekonomi Indonesia yang terus meningkat, sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi serta mendorong investasi dan ekspor nasional.

    “Kami percaya bahwa pertumbuhan yang berkelanjutan harus dibangun dengan inovasi, kolaborasi, dan komitmen untuk memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan,” tambah Pramestie.

    Dengan pencapaian awal tahun ini, IPC TPK optimistis dapat mempertahankan tren pertumbuhan positif hingga akhir tahun 2025. Berbagai inisiatif strategis juga tengah disiapkan, termasuk ekspansi layanan, peningkatan kapabilitas SDM, peningkatan efisiensi waktu sandar kapal (berthing time) dan produktivitas alat bongkar muat, kolaborasi strategis dengan shipping line dan mitra logistik yang mendukung pertumbuhan volume peti kemas dan pengembangan infrastruktur terminal.

    Sumber : Radio Elshinta

  • Indonesia akan Tambah Impor LPG dari AS 85 Persen – Halaman all

    Indonesia akan Tambah Impor LPG dari AS 85 Persen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah tengah menyiapkan strategi dalam negosiasi tarif Impor dengan Amerika Serikat. Salah satunya dengan menyeimbangkan Neraca perdagangan dengan Negara Paman Sam tersebut.

    Untuk diketahui AS memberlakukan tarif Impor dengan angka berbeda beda setiap negara, satunya ke Indonesia sebasar 32 persen. Pemberlakuan tarif tersebut untuk mengurangi defisit perdagangan AS terhadap negara mitra.

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia  memaparkan salah satu strategi tersebut yakni dengan meningkatkan impor komoditas energi dari AS.  Hal itu disampaikannya usai rapat terbatas dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Kamis malam, (17/4/2025).

    “Saya sama rapat tadi dengan Bapak Presiden untuk memastikan komoditas apa aja yang akan kita lakukan import tambahan dari AS dalam rangka kita membuat keseimbangan neraca perdagangan kita,” kata Bahlil.

    Menurut Bahlil berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat surplus kurang lebih sekitar USD 14,5 miliar. Namun angka tersebut berbeda dengan pencatatan Amerika yang lebih dari angka tersebut.

    “Salah satu strategi untuk kita membuat keseimbangan adalah kita membeli LPG, crude, minyak, dan BBM dari Amerika,” katanya.

    Menurut Bahlil impor LPG dari AS selama ini  hanya 54 persen. Angka tersebut akan ditingkatkan menjadi 85 persen.

    “Kemudian crude oil (minyak mentah) kita itu kan di Amerika itu tidak lebih dari 4 persen. Ini kita naikkan menjadi 40-40% lebih, BBM juga demikian ya. BBM di Amerika itu kan sedikit sekali. Nanti detailnya setelah saya akan melakukan pembahasan teknis dengan tim teknis saya dan Pertamina,” katanya.

    Adapun nilai impornya kata Bahlil lebih dari 10 miliar dollar AS. Angka tersebut diharapkan bisa menyeimbangkan Neraca perdagangan kedua negara.

    “Di atas 10 miliar kalau dari sektor BBM, crude oil, LPG, maupun BBM,” katanya.

    Saat ini, proses perundingan kata Bahlil tengah berlangsung di Amerika Serikat, yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.

    “Perundingan sedang terjadi di Amerika. Pak Menko Airlangga yang akan memimpin di sana dan tadi kami melakukan diskusi terus,” tambahnya.

    Bahlil mengatakan dengan seimbangnya Neraca perdagangan kedua negara, diharapkan tarif Impor yang diberlakukan AS ke Indonesia dapat diturunkan. Apabila tidak kata Bahlil, pemerintah menyiapkan opsi lain.

    “Oh iya dong, ini kan bagian daripada bagaimana membangun keseimbangan kalau dengan harapan neraca perdagangan kita sudah seimbang  bahkan mungkin bisa mereka surplus katakanlah kalau itu terjadi harapannya tarifnya diturunkan dong kalau enggak diturunkan untuk apa? ” pungkasnya.

  • Neraca dagang RI bisa surplus 2,9 miliar dolar AS

    Neraca dagang RI bisa surplus 2,9 miliar dolar AS

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Ekonom: Neraca dagang RI bisa surplus 2,9 miliar dolar AS
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 17 April 2025 – 17:23 WIB

    Elshinta.com – Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto memproyeksikan neraca perdagangan Indonesia masih bisa mencatatkan surplus 2,9 miliar dolar AS pada Maret 2025 kendati dihadapkan pada meningkatnya tensi perang tarif antara AS dan China.

    Surplus tersebut masih mampu ditopang oleh ekspor bersih (net exports) Indonesia sepanjang kuartal I 2025, sebelum dampak lebih besar dari tarif resiprokal AS mulai dirasakan pada April.

    “Mungkin bulan Maret ini (neraca dagang) masih akan tetap surplus, belum banyak impact dari trade war, risikonya di bulan April dan bulan-bulan selanjutnya bisa jadi kita dari surplus ke defisit. Kalau kita memang berkomitmen untuk bekerja sama, mau enggak mau pasti, (Presiden AS) Trump-nya pasti ingin (surplus),” ujar Rully dalam media day Mirae Asset di Jakarta, Kamis.

    Meski Trump memberikan penundaan implementasi tarif resiprokal selama 90 hari, Rully mewanti-wanti tekanan terhadap neraca dagang tanah air akan meningkat mulai kuartal II 2025.

    Hal ini dikarenakan kebergantungan Indonesia terhadap pasar ekspor AS.

    Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada 2024 AS menjadi negara tujuan ekspor terbesar kedua Indonesia setelah China, dengan nilai ekspor mencapai 26,31 miliar dolar AS.

    Meskipun lebih kecil dibandingkan nilai ekspor ke China sebesar 62,44 miliar dolar AS, AS tetap memegang peranan penting dalam perekonomian domestik.

    Terkait kebijakan tarif baru dari Pemerintah AS, Rully menilai Indonesia akan menghadapi tantangan ganda yakni tekanan dari lonjakan harga barang impor asal AS dan membanjirnya barang-barang asal China yang gagal masuk pasar AS.

    Maka dari itu penerapan tarif resiprokal AS kepada Indonesia sebesar 32 persen sangat berdampak terhadap perekonomian dalam negeri.

    “Most likely implikasinya kita, apakah kita akan mengimpor lebih banyak barang-barang dari AS sekaligus kita juga akan terbanjiri oleh impor barang-barang dari China yang tadinya dikirim ke AS yang harganya sudah naik lebih dari dua, sampai tiga kali lipat,” terangnya.

    Kendati demikian, memandang kinerja ekspor Indonesia pada Maret diperkirakan masih cukup kuat, khususnya berkat lonjakan harga komoditas unggulan seperti emas, batu bara, dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

    Harga emas dunia tercatat menembus rekor tertinggi dalam sejarah, yakni mencapai 3.353,79 dolar AS per troy ounce pada perdagangan Rabu, naik lebih dari 3,5 persen.

    Peningkatan harga ini turut mendorong nilai ekspor Indonesia yang memiliki cadangan emas cukup besar.
    Adapun Pemerintah Indonesia sendiri telah mengirimkan delegasi ke Washington DC, AS, untuk bernegosiasi tarif resiprokal.

    Delegasi dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, didampingi Menteri Luar Negeri Sugiono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

    Dalam lawatannya, Indonesia membawa sejumlah usulan utama, antara lain revitalisasi perjanjian kerja sama dagang Trade & Investment Framework Agreement (TIFA), pelonggaran regulasi Non-Tariff Measures (NTMs) termasuk relaksasi TKDN, serta penawaran peningkatan impor migas dari AS.

    Pemerintah juga menyiapkan insentif fiskal dan nonfiskal untuk menjaga daya saing ekspor, termasuk penurunan bea masuk, PPh impor, dan PPN impor.

    Rully menilai posisi Indonesia dalam perundingan tidak sekuat negara besar lain seperti China atau Uni Eropa, namun masih ada harapan untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.

    “Kemudian yang negosiasi memang harapannya akan ada deal. Jadi, memang sayangnya posisi Indonesia itu salah satu yang mungkin tidak terlalu kuat, beda dengan China atau mungkin dengan Eropa. Mereka mungkin bisa melakukan retaliasi,” tuturnya.

    Sumber : Antara

  • Lapor Prabowo, Bahlil Mau Tambah Impor Minyak dan LPG dari AS Rp 168 T
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        18 April 2025

    Lapor Prabowo, Bahlil Mau Tambah Impor Minyak dan LPG dari AS Rp 168 T Nasional 18 April 2025

    Lapor Prabowo, Bahlil Mau Tambah Impor Minyak dan LPG dari AS Rp 168 T
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
    Bahlil Lahadalia
    melaporkan rencana penambahan
    impor minyak
    dan LPG dari Amerika Serikat (AS) kepada Presiden
    Prabowo Subianto
    di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (17/4/2025).
    Total penambahan impor tersebut mencapai lebih dari 10 miliar dollar AS, ekuivalen dengan Rp 168,2 triliun bila menggunakan kurs saat ini.
    “Saya rapat tadi dengan Bapak Presiden untuk memastikan komoditas apa saja yang akan kita lakukan, impor tambahan dari AS dalam rangka membuat keseimbangan neraca perdagangan kita,” kata Bahlil usai melaporkan rencana tersebut di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis malam.
    “(Nilainya) Di atas 10 miliar dollar AS kalau dari sektor BBM. Crude oil, LPG, maupun BBM,” imbuhnya.
    Bahlil menyampaikan bahwa rencana ini adalah bagian dari strategi Indonesia dalam merespons kebijakan tarif importasi AS yang belum lama diambil oleh Presiden AS Donald Trump.
    Seperti diketahui, Trump menerapkan tarif sebesar 10 persen, ditambah dengan tarif resiprokal yang berbeda terhadap 180 negara sebagai cara untuk mengurangi defisit perdagangan AS.
    Indonesia dalam hal ini dikenakan tarif sebesar 32 persen.
    Kendati begitu, ia memastikan bahwa secara keseluruhan, Indonesia tidak menambah volume impor sehingga kebijakan ini tak akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
    “Sebenarnya ini kan adalah sebagian kita beli dari negara-negara di Timur Tengah, di Afrika, kemudian di Asia Tenggara, ini kita switch saja, kita pindah saja ke Amerika. Dan itu tidak membebani APBN dan juga tidak menambah kuota impor kita,” bebernya.

    Tetapi setidaknya, persentase impor komoditas tersebut dari AS bakal meningkat mencapai puluhan persen.
    Ia memerinci, impor LPG bakal naik sekitar 80-85 persen dari 54 persen saat ini.
    Sementara itu, impor crude oil naik menjadi lebih dari 40 persen dari semula tak lebih dari 4 persen.
    “BBM juga demikian, BBM di Amerika itu kan sedikit sekali (persentase yang kita beli). Nanti detailnya setelah saya akan melakukan pembahasan teknis dengan tim teknis dan Pertamina,” ucap Bahlil.
    Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa rencana ini tengah dinegosiasi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang kini tengah berada di AS untuk membahas kebijakan tarif baru Trump.
    Setelah mencapai kesepakatan, pihaknya bakal menindaklanjuti kapan pengiriman bakal dimulai.
    “Negosiasi kan lagi terjadi di sana sekarang. Setelah ada keputusan baru bisa kita melakukan tindak lanjut. Masih negosiasi berjalan, kan kita belum tahu negosiasinya kapan berakhir,” jelasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tambah Impor Energi dari AS, Bahlil Lahadalia Pastikan APBN Aman

    Tambah Impor Energi dari AS, Bahlil Lahadalia Pastikan APBN Aman

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah memastikan rencana penambahan impor energi dari Amerika Serikat (AS) tidak akan membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Langkah ini dilakukan dengan strategi pengalihan pasokan, bukan penambahan kuota.

    Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan, pemerintah hanya akan memindahkan sumber pasokan energi dari negara lain ke Amerika, tanpa menambah beban fiskal. Produk energi yang dimpor meliputi minyak mentah (crude oil), LPG, dan BBM.

    “Sebenarnya impor ini sebagian kita beli dari negara-negara di Timur Tengah, Afrika, Asia Tenggara. Ini kita switch saja ke Amerika, dan itu tidak membebani APBN,” jelas Bahlil di Istana Kepresidenan, Kamis (17/4/2025).

    Langkah penambahan impor energi dari Amerika Serikat (AS) sekaligus menjadi bagian dari strategi pemerintah untuk menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia-AS yang saat ini mencatat surplus di angka US$ 14,5 miliar.

    Pemerintah berharap, dengan meningkatkan impor energi dari AS, kebijakan tarif bea masuk produk Indonesia di pasar Amerika bisa dinegosiasikan agar lebih rendah.

    Bahlil memperkirakan, nilai impor tambahan ini bisa mencapai lebih dari US$ 10 miliar, termasuk lonjakan porsi impor crude oil dari di bawah 4% menjadi di atas 40%.

    Proses negosiasi dagang ini dipimpin langsung Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang tengah melakukan lobi di Amerika. Pemerintah berharap kebijakan ini dapat menciptakan hubungan perdagangan yang lebih seimbang dan mendorong AS menurunkan tarif impor atas produk Indonesia.

    “Kalau neraca perdagangan kita sudah seimbang, bahkan bisa surplus untuk mereka, ya harapannya tarif produk Indonesia juga diturunkan,” pungkas Bahlil terkait penambahan impor energi dari Amerika Serikat (AS).

  • Tambah Impor Energi dari AS, Bahlil Lahadalia Pastikan APBN Aman

    Impor LPG dan Minyak dari AS Melonjak, Neraca Dagang Diatur Ulang

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah Indonesia kini tengah memacu impor komoditas energi dari Amerika Serikat (AS), seperti minyak mentah (crude oil), elpiji (LPG), dan bahan bakar minyak (BBM). Hal itu dilakukan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara.

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan, lonjakan impor ini juga menjadi bagian dari strategi diplomasi untuk menegosiasikan tarif impor yang dikenakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap produk ekspor asal Indonesia sebesar 32%.

    “Kita tahu neraca dagang Indonesia surplus sekitar US$ 14,5 miliar menurut data BPS, tetapi angka itu berbeda dengan pencatatan di Amerika. Untuk menyesuaikan, salah satu solusinya adalah meningkatkan impor energi dari AS,” ujar Bahlil di Istana Kepresidenan, Kamis (17/4/2025).

    Target Impor Energi dari AS Naik Drastis

    Bahlil mengungkapkan, pemerintah menargetkan impor LPG dari AS yang saat ini mencapai 54% akan ditingkatkan menjadi 80-85%. Sementara porsi impor crude oil, yang sebelumnya di bawah 4%, akan melonjak ke angka lebih dari 40%.

    Untuk BBM, jumlah impor dari AS yang masih minim juga akan ditambah dalam waktu dekat. “BBM juga demikian, nanti detailnya akan dibahas lebih teknis dengan tim dan Pertamina,” tambahnya.

    Strategi Diplomasi Ekonomi Lewat Energi

    Bahlil menegaskan, peningkatan kuota impor energi dari AS ini masih dalam tahap perundingan. Pembahasan tersebut dipimpin langsung Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang tengah berada di Washington bersama tim lobi Indonesia.

    “Kita masih akan bahas detail teknisnya bersama tim dan Pertamina. Setelah negosiasi selesai, baru akan ditindaklanjuti untuk pengiriman,” tutup Bahlil.

    Langkah impor crude oil, LPG, dan BBM menjadi bagian dari strategi jangka panjang pemerintah dalam menghadapi kebijakan tarif impor Trump dan menata ulang neraca dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat.

  • Bahlil Menghadap Prabowo, Lapor RI Impor LPG-Minyak AS Rp 168 T

    Bahlil Menghadap Prabowo, Lapor RI Impor LPG-Minyak AS Rp 168 T

    Jakarta

    Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menghadap Presiden Prabowo Subianto, Kamis (17/4/2025). Bahlil melaporkan soal rencana tambahan impor minyak dan LPG dan Amerika Serikat (AS).

    Bahlil mengatakan Indonesia akan menambah impor hingga US$ 10 miliar atau sekitar Rp 168,2 triliun untuk produk LPG, minyak mentah atau crude oil, hingga olahan bahan bakar mentah (BBM).

    “Salah satu strategi untuk kita membuat keseimbangan adalah kita membeli LPG, crude oil, dan BBM dari Amerika nilainya untuk bisa memberikan keseimbangan terhadap neraca perdagangan kita. Di atas US$ 10 miliar,” beber Bahlil usai rapat di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (17/4/2025).

    Indonesia akan menambah volume ekspor dari Amerika Serikat (AS) untuk menyeimbangkan neraca dagang kedua negara. Hal ini dilakukan dalam rangka negosiasi ke Amerika agar produk Indonesia tidak diberikan tarif impor selangit, saat ini Presiden Donald Trump menetapkan tarif hingga 32% untuk produk impor dari Indonesia.

    Menurutnya, Indonesia tidak menambah volume impor secara keseluruhan, sehingga tidak akan membebani APBN. Yang saat ini dilakukan adalah hanya mengubah asal impor minyak dan gas.

    Minyak dan gas yang awalnya didapatkan dari negara-negara Timur Tengah, Afrika, hingga Asia Tenggara kini dikurangi. Gantinya impor akan dilakukan langsung dari Amerika Serikat.

    “Ini kita switch aja, kita pindah aja ke Amerika dan itu tidak membebani APBN dan juga tidak menambah kota impor kita. Gak ada sebenarnya. Switch aja, cuma dipindahin,” beber Bahlil.

    Menurutnya, hal ini tidak akan menimbulkan masalah juga antara Indonesia dengan negara-negara awal pengekspor minyak dan gas. Sebab selama ini perdagangan yang dilakukan di Indonesia tidak mengikat satu sama lain. Semua dilakukan dengan asas perdagangan bebas.

    “Ya ini kan persoalan dagang aja. Kita juga nggak ada sebuah keterikatan yang mewajibkan bahwa harus sama dengan yang sekarang. Biasa aja dagang,” sebut Bahlil.

    (hal/hns)

  • Bocoran Investasi yang Bakal Digarap Arab Saudi-Indonesia

    Bocoran Investasi yang Bakal Digarap Arab Saudi-Indonesia

    Jakarta

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap beberapa sektor yang berpotensi dikerjasamakan dengan Arab Saudi. Hal ini disampaikan di tengah kunjungan Menteri Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Kerajaan Arab Saudi, Bandar Alkhorayef ke Indonesia.

    Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Kemenperin, Setia Diarta, mengatakan negara di Timur Tengah itu tertarik bekerja sama di sektor industri mineral. Arab Saudi juga akan menanamkan modalnya di sektor petrokimia, otomotif, dan pengolahan kayu.

    “Tetep ketertarikan tetap ke industri petrokimia, mereka mau invest di industri petrokimia salah satunya, dan otomotif, dan yang lain juga mereka tertarik di industri pengolahan kayu di kita, basis timber,” sebut Setia di Gedung PIDI 4.0 Kemenperin di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2025).

    Untuk sektor Petrokimia, Kemenperin menyebut Indonesia masih membutuhkan pengembangan di sektor hilir dalam upaya mendukung sektor turunannya. Apalagi industri petrokimia merupakan induknya industri selain industri logam.

    Arab Saudi juga ingin bekerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan hilirisasi mineral untuk menjadi pemain global. Bandar diketahui sudah menemui dua raksasa mineral di Indonesia, MIND ID dan Vale.

    Setia menjelaskan, kedatangan Bandar ke Indonesia masih berada dalam tahap penjajakan. Artinya belum ada nilai potensi investasi yang mungkin masuk ke Tanah Air. Namun ia menyebut akan ada Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama yang akan ditandatangani kedua belah pihak.

    “(Potensi investasi) masih dieksplore, karena nanti kemungkinan mereka juga ingin membawa, melihat potensi adanya tujuan datangnya kan untuk mereduksi neraca perdagangan kita lewat produk-produk industri kita juga, potensi untuk masuk ke Arab Saudi,” jelas Setia.

    Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Masrokhan menyebut pemerintah terus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dalam menyambut investasi Arab Saudi.

    “Kami kan menyiapkan sumber daya manusianya, kita banyak politeknik yang juga dengan spesialisasi di industri-industri, petrokimia kita punya politeknik di Banten, logam di Morowali, otomotif kita punya STMI di Jakarta, dan lain-lain. Jadi kita siapkan SDM itu dalam rangka memperkuat kerja samanya,” tutup Masrokhan.

    (fdl/fdl)