Topik: neraca perdagangan

  • Airlangga Pastikan Sawit RI Bisa Diterima Eropa Berkat IEU-CEPA

    Airlangga Pastikan Sawit RI Bisa Diterima Eropa Berkat IEU-CEPA

    Bisnis.com, PARIS — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan produk turunan Indonesia bisa diterima Eropa seiring dengan segera rampungnya perjanjian dagang Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).

    Airlangga menjelaskan, perjanjian IEU—CEPA akan membuat neraca perdagangan Indonesia ke Uni Eropa akan semakin menguat. Terlebih, dia mengungkap Indonesia bisa mengekspor sawit ke Uni Eropa dengan adanya IEU—CEPA.

    Bahkan, Airlangga mengeklaim Uni Eropa menyukai sawit meski selama ini kawasan tersebut keras terhadap CPO yang selama ini dijegal Uni Eropa lantaran dianggap deforestasi.

    “Harapan mereka [Uni Eropa] dari Indonesia, satu, mereka dapat sawit. Jadi walaupun selama ini mereka keras terhadap sawit, tetapi perundingan terakhir kita dengan EU tuh yang paling panjang mengenai sawit. Mereka suka dengan sawit,” kata Airlangga di Paris, Prancis, Selasa (15/7/2025).

    Adapun, Airlangga menyebut rampungnya perjanjian dagang IEU—CEPA menjadi tonggak baru perdagangan Indonesia di tengah adanya pengenaan tarif resiprokal dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Apalagi, negosiasi perjanjian dagang IEU—CEPA telah berlangsung selama 10 tahun dan 20 ronde negosiasi. Meski begitu, Airlangga menyebut bahwa sejatinya perjanjian ini ditargetkan rampung tahun lalu.

    “Jadi tahun kemarin, kita sudah lebih agresif dan sebetulnya apa yang membuat kita lebih agresif karena kita melihat negara lain, khususnya Vietnam, di mana ekspor Vietnam jauh lebih tinggi dari Indonesia,” tuturnya.

    Airlangga mengungkap bahwa penjualan produk sepatu asal Vietnam misalnya, lebih tinggi tiga kali lipat dari Indonesia, lantaran negara itu memiliki perjanjian dagang melalui CEPA dengan Eropa. Alhasil, pemerintah Indonesia ingin agar tarif bea masuk ke Uni Eropa menjadi 0%, sama seperti Vietnam.

    “Jadi ini adalah potensi-potensi yang kita bisa dorong karena bea masuk kita ke Uni Eropa antara 10-20%. Kita punya bea masuk juga ke Amerika 10-20%. Sedangkan bea masuk Vietnam ke Eropa 0%. Nah, jadi ini yang kita ingin selesaikan,” ujarnya.

    Dia menjelaskan, lewat perjanjian IEU—CEPA, Indonesia bisa mengekspor sejumlah produk, mulai dari elektronik, ikan tuna, termasuk CPO.

    “Jadi ini yang kita buka dengan adanya CEPA. Kemudian critical mineral yang sangat mereka perlukan itu juga menjadi isu utama. Dengan demikian, kita merelaksasi itu, sehingga tentu two way trade kita akan lebih tinggi lagi,” ungkapnya.

    Lebih lanjut, Airlangga menyatakan bahwa pemerintah saat ini tengah menyusun dokumen hukum yang telah mencapai 90% dan ditargetkan rampung pada September 2025. Setelahnya, dokumen hukum ini akan ditandatangani Presiden.

    “Dengan ditandatangani itu makanya masuk ke Parlemen Eropa dan masuk ke Parlemen Indonesia. Begitu 2 Parlemen ratifikasi, itu berarti mulai jalan,” ungkapnya.

    Namun, dia menjelaskan bahwa dokumen hukum itu harus memuat 24 bahasa dari 27 negara sebelum diserahkan ke Parlemen Eropa.

    “Tetapi sebelum masuk Parlemen Eropa perlu diterjemahkan ke 24 bahasa, karena 27 negara itu bahasanya ada 24. Jadi semuanya harus dalam bahasa masing-masing,” pungkasnya.

  • Tarif Impor AS Ditunda Lagi, ini Langkah Prabowo Rayu Trump

    Tarif Impor AS Ditunda Lagi, ini Langkah Prabowo Rayu Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus melakukan perundingan dengan Amerika Serikat demi menurunkan tarif impor sebesar 32% yang ditetapkan oleh Presiden AS Donald Trump. Peningkatan impor produk asal Negeri Paman Sam hingga investasi jumbo telah disiapkan oleh Indonesia untuk memuluskan upaya tersbeut

    Teranyar, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah menemui Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick dan Perwakilan Dagang AS (United States Trade Representative/USTR), Jamieson Greer pekan lalu tak lama setelah Trump menetapkan tarif impor untuk Indonesia.

    Airlangga menyebut, perundingan telah mencapai kemajuan dan kesepakatan-kesepakatan yang mencakup mengenai isu-isu tarif, hambatan non-tarif, ekonomi digital, keamanan ekonomi, serta kerja sama komersial dan investasi.

    Dia menuturkan, Indonesia dan AS sepakat untuk mengintensifkan kembali perundingan tarif dalam tiga minggu ke depan hingga menjelang tanggal pemberlakuan 1 Agustus 2025.

    “Kita sudah memiliki pemahaman yang sama dengan AS terkait progress perundingan. Kita akan mengoptimalkan waktu dalam tiga minggu ke depan, untuk secara intensif merundingkan lebih lanjut dan menuntaskan perundingan tarif ini dengan prinsip yang saling menguntungkan,” ujar Airlangga dikutip dari keterangan resminya, Senin (14/7/2025).

    Airlangga menuturkan, RI ingin meningkatkan hubungan komersial Indonesia dengan AS. Salah satu bentuk keseriusan Indonesia adalah penandatanganan MoU yang dilakukan perusahaan-perusahaan Indonesia di bidang Energi dan Pertanian dengan perusahaan dan Asosiasi Usaha AS untuk pembelian produk unggulan AS dan mendorong peningkatan investasi.

    Selain itu, Indonesia dan AS juga melihat potensi besar untuk memperluas kembali kerja sama di sektor strategis seperti mineral kritis (critical minerals). Airlangga menuturkan, AS menunjukkan ketertarikan yang kuat untuk mendorong kemitraan di bidang critical minerals.

    “Indonesia memiliki cadangan besar nikel, mangan, kobalt, dan tembaga. Kita perlu mengoptimalkan potensi kerjasama dan investasi dalam pengolahan critical minerals tersebut bersama-sama,” ungkapnya.

    Dalam konferensi pers terpisah, Airlangga juga mengungkap Pemerintah Indonesia be melakukan investasi besar-besaran ke Negeri Paman Sam melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), sekaligus meningkatkan impor dari AS guna menekan surplus neraca perdagangan Indonesia.

    Airlangga menyampaikan, Indonesia menyiapkan anggaran hingga US$34 miliar atau sekitar Rp551,1 triliun (kurs US$1=Rp16.209) untuk menopang strategi ini.

    Nilai tersebut mencakup pembelian komoditas dari AS dan investasi, termasuk melalui BUMN serta Danantara yang baru dibentuk pada Februari 2025.

    “[Perjanjian tersebut termasuk] terkait dengan rencana investasi, termasuk di dalamnya oleh BUMN dan Danantara,” ujar Airlangga.

    Prabowo Bakal Temui Trump?

    Sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi membuka kemungkinan untuk Presiden Prabowo Subianto bertemu langsung dengan Presiden Donald Trump untuk negosiasi tarif impor 32%.

    Menurut Prasetyo, ada kemungkinan bagi Prabowo untuk langsung bertemu dengan Trump guna menegosiasi kembali tarif impor timbal balik itu.

    “Ada [kemungkinan Prabowo bertemu Trump]. Ada, tapi saya belum bisa memastikan kapan,” ujarnya kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (11/7/2025).

    Prasetyo juga menuturkan, pemerintah belum mengatur jadwal kunjungan itu. Saat ini, Prabowo tengah berkunjung ke beberapa negara yang diawali sejak pekan lalu dari Arab Saudi, Brasil, Belgia dan Prancis.

    Meski demikian, dia menyebut keinginan Prabowo untuk langsung bernegosiasi itu ada.

    “Ya, sebagai sebuah upaya tentu ada. Tapi belum dipastikan untuk akan adanya pertemuan dengan Presiden Trump,” ucap politisi Partai Gerindra itu.

  • Tarif Impor AS Ditunda Lagi, ini Langkah Prabowo Rayu Trump

    Tarif Impor AS Ditunda Lagi, ini Langkah Prabowo Rayu Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus melakukan perundingan dengan Amerika Serikat demi menurunkan tarif impor sebesar 32% yang ditetapkan oleh Presiden AS Donald Trump. Peningkatan impor produk asal Negeri Paman Sam hingga investasi jumbo telah disiapkan oleh Indonesia untuk memuluskan upaya tersbeut

    Teranyar, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah menemui Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick dan Perwakilan Dagang AS (United States Trade Representative/USTR), Jamieson Greer pekan lalu tak lama setelah Trump menetapkan tarif impor untuk Indonesia.

    Airlangga menyebut, perundingan telah mencapai kemajuan dan kesepakatan-kesepakatan yang mencakup mengenai isu-isu tarif, hambatan non-tarif, ekonomi digital, keamanan ekonomi, serta kerja sama komersial dan investasi.

    Dia menuturkan, Indonesia dan AS sepakat untuk mengintensifkan kembali perundingan tarif dalam tiga minggu ke depan hingga menjelang tanggal pemberlakuan 1 Agustus 2025.

    “Kita sudah memiliki pemahaman yang sama dengan AS terkait progress perundingan. Kita akan mengoptimalkan waktu dalam tiga minggu ke depan, untuk secara intensif merundingkan lebih lanjut dan menuntaskan perundingan tarif ini dengan prinsip yang saling menguntungkan,” ujar Airlangga dikutip dari keterangan resminya, Senin (14/7/2025).

    Airlangga menuturkan, RI ingin meningkatkan hubungan komersial Indonesia dengan AS. Salah satu bentuk keseriusan Indonesia adalah penandatanganan MoU yang dilakukan perusahaan-perusahaan Indonesia di bidang Energi dan Pertanian dengan perusahaan dan Asosiasi Usaha AS untuk pembelian produk unggulan AS dan mendorong peningkatan investasi.

    Selain itu, Indonesia dan AS juga melihat potensi besar untuk memperluas kembali kerja sama di sektor strategis seperti mineral kritis (critical minerals). Airlangga menuturkan, AS menunjukkan ketertarikan yang kuat untuk mendorong kemitraan di bidang critical minerals.

    “Indonesia memiliki cadangan besar nikel, mangan, kobalt, dan tembaga. Kita perlu mengoptimalkan potensi kerjasama dan investasi dalam pengolahan critical minerals tersebut bersama-sama,” ungkapnya.

    Dalam konferensi pers terpisah, Airlangga juga mengungkap Pemerintah Indonesia be melakukan investasi besar-besaran ke Negeri Paman Sam melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), sekaligus meningkatkan impor dari AS guna menekan surplus neraca perdagangan Indonesia.

    Airlangga menyampaikan, Indonesia menyiapkan anggaran hingga US$34 miliar atau sekitar Rp551,1 triliun (kurs US$1=Rp16.209) untuk menopang strategi ini.

    Nilai tersebut mencakup pembelian komoditas dari AS dan investasi, termasuk melalui BUMN serta Danantara yang baru dibentuk pada Februari 2025.

    “[Perjanjian tersebut termasuk] terkait dengan rencana investasi, termasuk di dalamnya oleh BUMN dan Danantara,” ujar Airlangga.

    Prabowo Bakal Temui Trump?

    Sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi membuka kemungkinan untuk Presiden Prabowo Subianto bertemu langsung dengan Presiden Donald Trump untuk negosiasi tarif impor 32%.

    Menurut Prasetyo, ada kemungkinan bagi Prabowo untuk langsung bertemu dengan Trump guna menegosiasi kembali tarif impor timbal balik itu.

    “Ada [kemungkinan Prabowo bertemu Trump]. Ada, tapi saya belum bisa memastikan kapan,” ujarnya kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (11/7/2025).

    Prasetyo juga menuturkan, pemerintah belum mengatur jadwal kunjungan itu. Saat ini, Prabowo tengah berkunjung ke beberapa negara yang diawali sejak pekan lalu dari Arab Saudi, Brasil, Belgia dan Prancis.

    Meski demikian, dia menyebut keinginan Prabowo untuk langsung bernegosiasi itu ada.

    “Ya, sebagai sebuah upaya tentu ada. Tapi belum dipastikan untuk akan adanya pertemuan dengan Presiden Trump,” ucap politisi Partai Gerindra itu.

  • Uni Eropa Siap Balas Ancaman Tarif Trump

    Uni Eropa Siap Balas Ancaman Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Uni Eropa (UE) menyatakan siap mengambil langkah balasan guna melindungi kepentingannya apabila Amerika Serikat tetap menerapkan tarif impor sebesar 30% terhadap produk Eropa mulai 1 Agustus 2025.

    Melansir Reuters pada Senin (14/7/2025), langkah terbaru Presiden AS Donald Trump mengejutkan blok tersebut, yang merupakan mitra dagang terbesar Negeri Paman Sam. Uni Eropa sebelumnya berharap bisa menghindari perang dagang yang semakin memburuk, menyusul serangkaian negosiasi intensif dan pernyataan hangat dari Gedung Putih.

    Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menegaskan bahwa pihaknya tetap membuka ruang dialog hingga tenggat waktu, namun siap mengambil sikap tegas.

    “Kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan Uni Eropa, termasuk mengadopsi tindakan balasan yang sepadan jika dibutuhkan,” ujar von der Leyen terkait kemungkinan pemberlakuan tarif terhadap barang AS yang masuk ke Eropa.

    Para duta besar negara anggota Uni Eropa dijadwalkan menggelar pertemuan pada Minggu (13/7/2025) waktu setempat, disusul pertemuan luar biasa para menteri perdagangan pada Senin di Brussels. 

    Mereka akan memutuskan apakah akan mengenakan tarif terhadap produk impor AS senilai 21 miliar euro sebagai balasan atas tarif AS sebelumnya terhadap baja dan aluminium, atau memperpanjang masa penangguhan yang berakhir Senin.

    Hingga saat ini, Uni Eropa masih menahan diri untuk tidak merespons langsung kebijakan tarif dari AS, meski telah menyiapkan dua paket sanksi yang secara total dapat memengaruhi barang AS senilai 93 miliar euro. 

    Sejumlah negara anggor Uni Eropa secara cepat menyatakan dukungan terhadap posisi von der Leyen. Menteri Ekonomi Jerman Katherina Reiche menyerukan agar negosiasi dapat menghasilkan solusi yang pragmatis.

    “Tarif yang diusulkan Trump akan sangat memukul perusahaan eksportir Eropa. Di sisi lain, dampaknya juga akan signifikan terhadap perekonomian dan konsumen di Amerika,” ujar Reiche.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui platform X menegaskan bahwa Komisi Eropa perlu lebih tegas dalam menunjukkan tekad Uni untuk membela kepentingan Eropa secara tegas.

    Macron menambahkan bahwa Uni Eropa mungkin perlu menggunakan instrumen anti-koersi (anti-coercion instruments) apabila Trump tidak mundur dari rencananya. 

    Instrumen yang disusun selama masa jabatan pertama Trump dan pernah digunakan terhadap China tersebut memungkinkan UE untuk menerapkan pembatasan tidak hanya pada barang, tetapi juga pada jasa, jika dinilai ada tekanan kebijakan dari tarif sepihak.

    Kementerian Ekonomi Spanyol juga menyatakan mendukung upaya negosiasi lanjutan, namun menekankan bahwa Spanyol dan negara anggota lainnya siap mengambil tindakan balasan yang proporsional jika diperlukan.

    Trump secara berkala mengecam Uni Eropa, bahkan sempat menyebut bahwa blok tersebut dibentuk untuk merugikan Amerika Serikat pada Februari lalu.

    Keluhan utama Trump adalah defisit neraca perdagangan barang AS dengan Uni Eropa, yang menurut Biro Sensus AS mencapai US$235 miliar pada 2024. Namun, UE berulang kali menyatakan bahwa surplus AS dalam sektor jasa turut menyeimbangkan neraca secara keseluruhan.

    Dampak Potensial

    Jika digabungkan, perdagangan barang, jasa, dan investasi menjadikan AS dan UE sebagai mitra dagang terbesar satu sama lain. Kamar Dagang Amerika Serikat untuk Uni Eropa memperingatkan bahwa perseteruan dagang ini bisa mengancam transaksi bisnis senilai US$9,5 triliun.

    Ketua Komite Perdagangan Parlemen Eropa Bernd Lange mengatakan bahwa tahap pertama dari paket tindakan balasan kemungkinan akan mulai diberlakukan pada Senin, diikuti oleh tahap kedua secara bertahap.

    Trump sendiri menyatakan akan membalas setiap tindakan serupa dari pihak Uni Eropa.

    Meski begitu, Trump tercatat beberapa kali mengumumkan tarif besar, namun kemudian menunda atau membatalkannya sebelum tenggat waktu yang ditetapkannya sendiri. Hal ini membuat reaksi pasar keuangan cenderung lebih tenang, setelah sebelumnya sempat terguncang akibat pengumuman “Hari Pembebasan” pada April yang menyasar banyak mitra dagang global.

    Tiga pejabat UE yang enggan disebutkan namanya menyebut ancaman tarif terbaru dari Trump hanya merupakan taktik negosiasi.

    Kepala Riset Makro Global ING, Carsten Brzeski, menilai bahwa kebuntuan perundingan selama beberapa bulan terakhir membuat hubungan dagang transatlantik berada di ambang krisis.

    “Uni Eropa kini harus memutuskan apakah akan mengalah atau melawan,” ujar Brzeski. “Situasi ini akan memicu volatilitas pasar dan meningkatkan ketidakpastian.”

    Ekonom Kepala Hamburg Commercial Bank, Cyrus de la Rubia, mencatat bahwa jika diterapkan, tarif baru dari AS justru akan membebani konsumen Amerika sendiri.

    Namun, dampaknya juga akan dirasakan di kawasan euro yang saat ini tengah berjuang menghadapi pertumbuhan ekonomi yang lemah.

    Bank Sentral Eropa menggunakan skenario tarif 10% terhadap ekspor UE ke AS sebagai dasar dalam proyeksi ekonominya, dengan estimasi pertumbuhan ekonomi zona euro sebesar 0,9% pada 2025, 1,1% pada 2026, dan 1,3% pada 2027.

    Jika tarif meningkat menjadi 20%, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terpangkas hingga 1 poin persentase dan inflasi akan turun ke level 1,8% pada 2027 dari baseline 2,0%. ECB belum merilis estimasi untuk skenario tarif sebesar 30%.

  • DPR usul tingkatkan impor migas Amerika buat nego tarif Trump

    DPR usul tingkatkan impor migas Amerika buat nego tarif Trump

    Anggota DPR RI Muhammad Sarmuji diwawancara soal usulan tingkatkan impor dari Amerika Serikat buat cegah tarif impor 32 persen di Denpasar, Bali, Minggu 13/7/2025. (ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari)

    DPR usul tingkatkan impor migas Amerika buat nego tarif Trump
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Senin, 14 Juli 2025 – 00:11 WIB

    Elshinta.com – Anggota Komisi VI DPR RI Muhammad Sarmuji mengusulkan untuk meningkatkan impor dari Amerika Serikat untuk menegosiasi tarif impor 32 persen.

    Sarmuji di Denpasar, Bali, Minggu, menyebut salah satu produk impor asal Amerika Serikat yang dapat diperbanyak pembeliannya adalah migas, sehingga Amerika yang ingin terjadi keseimbangan neraca perdagangan tak perlu memberi tarif tinggi untuk Indonesia.

    “Kalau problemnya itu kan bisa dicari satu produk dari Amerika yang bisa diimpor ke Indonesia yang berkontribusi terhadap keseimbangan neraca perdagangan, mestinya Amerika tidak jadi memberikan tarif impor 32 persen ke Indonesia,” kata dia.

    “Banyak (komoditas) misalkan migas juga bisa yang selama ini mungkin dari negara lain bisa dari Amerika,” sambungnya.

    Selain migas, komoditas lain yang potensial untuk dinaikkan adalah membeli teknologi dan mesin, bahkan lebih baik lagi menurutnya jika yang dibeli adalah bahan baku.

    Dengan itu maka dapat diolah dan akhirnya kembali menjadi produk ekspor dari Indonesia.

    “Saya tidak tahu data persisnya (seberapa besar menaikkan impor, Red) tapi kalau kita impor seperti migas, itu rasanya sudah cukup menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia dan Amerika, nanti Presiden atau pemerintah mesti melihat barang apa yang sangat diperlukan supaya bisa kita impor dari Amerika,” ujarnya.

    Anggota DPR RI dari Partai Golkar itu menilai semestinya penanganan perihal tarif Trump ini tidak disikapi dengan memberikan tarif sebaliknya, namun menyeimbangkan saja.

    Pertemuan Presiden Prabowo dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga dapat dilakukan jika diperlukan.

    Nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat menurutnya tidak terlalu berpengaruh karena tidak terlalu besar, namun dampaknya akan terasa bagi eksportir dalam negeri.

    “Eksportir dalam negeri harus kita lindungi juga, kalau harganya jadi lebih mahal dari negara lain karena faktor tarif Trump tentu barangnya menjadi tidak kompetitif lagi, kasihan eksportir kita, termasuk tenaga kerja yang menggeluti dunia itu,” ujar Sarmuji.

    Diketahui Presiden AS Donald Trump memutuskan tetap mengenakan tarif impor 32 persen kepada Indonesia, tidak berubah dari nilai “tarif resiprokal” yang diumumkan sebelumnya pada April lalu, meski proses negosiasi dengan pihak Indonesia terus berlangsung intensif.

    “Mulai 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan tarif kepada Indonesia hanya sebesar 32 persen untuk semua produk Indonesia yang dikirimkan ke Amerika Serikat, terpisah dari tarif sektoral lain,” kata Trump dalam surat berkop Gedung Putih tertanggal 7 Juli yang ditujukan kepada Presiden RI Prabowo Subianto.

    Sumber : Antara

  • Prabowo Mau Temui Presiden Uni Eropa Bahas Penyelesaian Perjanjian Dagang

    Prabowo Mau Temui Presiden Uni Eropa Bahas Penyelesaian Perjanjian Dagang

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto bakal menemui Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen di Brussel, Belgia. Orang nomor satu di Indonesia itu akan membahas soal penyelesaian perundingan perjanjian dagang Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).

    Prabowo juga akan menemani Dewan Eropa António Costa, dan Raja Belgia Philippe Léopold Louis Marie dalam helatannya ke Belgia.

    “Jadi, di sini nanti tentu kunjungan Bapak Presiden akan bertemu dengan Presiden Ursula von der Leyen dan juga Presiden daripada EU Council, plus berkunjung ke Raja. Salah satu yang akan dibahas itu terkait dengan EU CEPA,” kata Airlangga dalam keterangan pers yang disiarkan virtual, Minggu (13/7/2025).

    Dia bilang perundingan perjanjian dagang ini sudah dibahas selama satu dekade dan lebih dari 19 putaran perundingan dilakukan. Maka dari itu dengan penyelesaian perundingan maka hal ini akan menjadi capaian baru di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.

    “Nah, EU CEPA ini kita sudah berunding masuk tahun ke-10, lebih dari 19 putaran. Namun seluruh isunya akan selesai dan ini tentu merupakan sebuah milestone baru di tengah situasi ketidakpastian,” beber Airlangga.

    Berdasarkan keterangan tertulis Kemenko Perekonomian, hubungan ekonomi antara Indonesia dan UE terus menunjukkan tren positif dengan nilai perdagangan mencapai US$ 30,1 miliar pada 2024. Neraca perdagangan antara kedua pihak juga tetap surplus bagi Indonesia, dengan peningkatan signifikan dari US$ 2,5 miliar di 2023 menjadi US$ 4,5 miliar pada 2024.

    Adapun beberapa komoditas utama yang mendominasi ekspor Indonesia ke UE yakni minyak kelapa sawit dan turunannya, bijih tembaga, fatty acids (oleokimia), produk alas kaki, bungkil kelapa, besi baja, lemak cokelat dan kopra, serta produk berbasis karet dan mesin.

    Studi yang dilakukan oleh CSIS (2021) dan Sustainability Impact Assessment oleh Komisi Eropa (2020) memperkuat optimisme terhadap manfaat ekonomi IEU-CEPA bagi Indonesia.

    Diproyeksikan bahwa PDB Indonesia akan tumbuh sebesar 0,19%, dengan tambahan pendapatan nasional mencapai USD2,8 miliar, dan ekspor Indonesia berpotensi meningkat hingga 57,76% dalam tiga tahun ke depan.

    (acd/acd)

  • Pemerintah Diminta Tak Gegabah Penuhi Permintaan Trump Pacu Investasi di Amerika

    Pemerintah Diminta Tak Gegabah Penuhi Permintaan Trump Pacu Investasi di Amerika

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai pemerintah Indonesia tak perlu gegabah memenuhi permintaan Trump untuk menanamkan modal di Negeri Paman Sam, demi menurunkan tarif resiprokal. 

    Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menilai rencana pemerintah Indonesia untuk menanamkan investasi di AS melalui instrumen seperti Danantara, memang langkah strategis merespons tekanan dari AS yang menerapkan kebijakan tarif resiprokal sebesar 32%. 

    “Namun, pemerintah juga harus hati-hati dan tidak gegabah dalam memenuhi permintaan Trump tersebut,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip pada Jumat (11/7/2025). 

    Pasalnya terdapat beberapa pertimbangan penting. Salah satunya, Pemerintah perlu secara matang mengevaluasi manfaat jangka panjang dibandingkan sekadar merespons tekanan jangka pendek.

    Investasi yang tidak tepat sasaran hanya demi memenuhi permintaan AS bisa menjadi beban fiskal di kemudian hari tanpa manfaat ekonomi yang setimpal. Selain itu, Josua mendorong agar Indonesia sebaiknya tidak hanya fokus ke AS semata. 

    Dalam kondisi saat ini pula, justru Indonesia harus terus mendiversifikasi investasi internasionalnya, terutama di negara-negara yang memiliki hubungan ekonomi lebih setara dan komplementer. Asean, Timur Tengah, Uni Eropa, maupun mitra dagang lainnya juga harus tetap menjadi prioritas. Hal yang paling penting, setiap investasi besar harus melalui proses kajian ekonomi, sosial, dan lingkungan yang mendalam. 

    “Pertimbangan ini sangat krusial agar tidak terjebak dalam keputusan politik sesaat, namun benar-benar memberikan dampak positif berkelanjutan bagi Indonesia,” lanjut Josua.

    Untuk diketahui, AS masuk dalam 10 negara dengan investasi terbanyak di Indonesia. Per kuartal I/2025, AS menduduki posisi keenam dengan nilai investasi mencapai US$802,16 juta dengan total 2.652 proyek. 

     

    Potensi Investasi RI di AS

    Pada dasarnya, Trump secara eksplisit mengharapkan Indonesia membuka pasar dan meningkatkan investasi di AS, sebagai imbalan untuk mengurangi atau bahkan menghapus tarif tersebut.

    Melihat potensi investasi di AS, Josua menyampaikan bahwa Indonesia memiliki beberapa opsi strategis yang layak dipertimbangkan. 

    Pertama, sektor energi, khususnya energi terbarukan dan pengolahan mineral kritis seperti nikel, mangan, kobalt, dan tembaga yang secara eksplisit diminati oleh AS. 

    Di mana AS membutuhkan pasokan mineral kritis tersebut untuk mendukung industri kendaraan listrik dan baterai. Investasi pengolahan mineral kritis ini sejalan dengan potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia dan kebutuhan pasar AS yang tinggi.

    Kedua, investasi potensial di sektor pertanian dan produk pangan. AS memiliki pasar konsumsi besar dengan standar tinggi untuk produk organik dan premium.

    Menurut Josua, investasi seperti pendirian fasilitas pengolahan atau distribusi pangan, akan memberikan Indonesia akses langsung ke pasar AS yang luas sekaligus memperbaiki posisi neraca perdagangan antar kedua negara.

    Adapun, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya menyampaikan bahwa pemerintah telah merencanakan investasi di AS oleh BUMN dan Danantara.

    Meski demikian, Airlangga tidak menjabarkan lebih lanjut terkait rencana investasi di AS melalui badan pengelola invetasi yang baru dibentuk pada Februari 2025 lalu. Baik terkait sektor, lokasi, maupun besaran dana yang akan ditanamkan di Negeri Paman Sam tersebut.

  • Defisit Perdagangan dengan Uganda, Indonesia Didorong Tingkatkan Ekspor Baru

    Defisit Perdagangan dengan Uganda, Indonesia Didorong Tingkatkan Ekspor Baru

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perdagangan Uganda Wilson Mbasu Mbadi menyoroti ketidakseimbangan perdagangan yang terjadi antara Indonesia dengan negaranya.

    Mbadi menuturkan, hingga pertengahan 2025, Indonesia masih mencatatkan defisit perdagangan dengan negara di kawasan Afrika Timur tersebut. Mengutip United Nations Commodity Trade Statistics Database (UN Comtrade), Mbadi menuturkan, ekspor Indonesia ke Uganda hingga Juni 2025 mencapai US$16,8 juta.

    Produk Indonesia ke Uganda mencakup barang-barang seperti besi, baja, mesin, serta obat-obatan.

    Sementara itu, ekspor Uganda ke Indonesia pada rentang waktu yang sama adalah sebesar US$39,43 juta. Dia menjelaskan, ekspor Uganda ke Indonesia mencakup komoditas seperti kakao, biji minyak (oilseeds), kulit hewan, dan lain-lain.

    Meski demikian, Mbadi menyebut pihak Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan ketidakseimbangan tersebut. Menurutnya, hal tersebut justru dapat menjadi titik awal bagi kedua negara untuk meningkatkan hubungan perdagangannya. 

    “Karena ini akan membuka peluang bagi Indonesia dan Uganda untuk meningkatkan volume ekspor dan mendiversifikasi produk ekspor, termasuk kopi, teh, vanila, dan ikan air tawar berkualitas tinggi,” jelas Mbadi dalam Uganda-Indonesia Business Forum di Jakarta pada Kamis (10/7/2025).

    Adapun, ke depannya Uganda mendorong peningkatan ekspor produk unggulan seperti kopi, teh, vanila, ikan air tawar, susu, buah, dan bunga. 

    Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan RI, Dyah Roro Esti Widya Putri, menyebut defisit neraca perdagangan Indonesia—Uganda menjadi peluang untuk kembali menggenjot ekspor.

    “Ini [defisit neraca perdagangan Indonesia—Uganda] menjadi tantangan tentunya, namun kalau kita melihatnya, peluang. Jadi, peluang untuk kita mengetahui lebih dalam lagi potensi yang kita miliki untuk kita ekspor itu apa saja,” katanya.

    Pasalnya, Roro menyebut inti dari perdagangan adalah hubungan antarnegara, termasuk Indonesia dengan Uganda.

    “Jadi justru pasar-pasar non-konvensional seperti ini [Uganda] yang harus kita garap, dan Kementerian Perdagangan siap untuk menggarap potensinya,” ujarnya.

    Apalagi, Roro menyebut pemerintah melalui Kemendag tengah mendorong produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar lebih dikenal di kancah internasional. Hal ini mengingat kontribusi UMKM mencapai 61% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

    Adapun, saat ini pemerintah tengah membuka peluang untuk menjajaki pasar Uganda dengan mengekspor produk UMKM, tekstil, kerajinan lokal, hingga furnitur.

  • Neraca Dagang RI Tekor dari Uganda, Kemendag Bilang Begini

    Neraca Dagang RI Tekor dari Uganda, Kemendag Bilang Begini

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut Indonesia masih memiliki potensi untuk membalik neraca perdagangan Indonesia—Uganda dari defisit menjadi surplus.

    Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri menyebut defisit neraca perdagangan Indonesia—Uganda menjadi peluang untuk kembali menggenjot ekspor.

    Berdasarkan data yang dipaparkan Roro, terlihat neraca perdagangan Indonesia—Uganda mencatatkan defisit senilai US$44,25 juta pada 2025. Kondisi serupa juga terjadi pada Januari—April 2025, neraca perdagangan kedua negara ini kembali mencatatkan defisit sebesar US$35,97 juta.

    “Ini [defisit neraca perdagangan Indonesia—Uganda] menjadi tantangan tentunya. Namun kalau kita melihatnya, oportunitas. Jadi, oportunitas untuk kita mengetahui lebih dalam lagi potensi yang kita miliki untuk kita ekspor itu apa saja,” kata Roro saat ditemui di sela-sela acara bertajuk Pearl of Africa Business Forum – Indonesia Chapter Exploring Strategic Investment Opportunities in Uganda’s Key Sectors di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (10/7/2025).

    Pasalnya, Roro menyebut inti dari perdagangan adalah hubungan antarnegara, termasuk Indonesia dengan Uganda.

    “Jadi justru pasar-pasar nonkonvensional seperti ini [Uganda] yang harus kita garap, dan Kementerian Perdagangan siap untuk menggarap potensinya,” ujarnya.

    Apalagi, Roro menyebut pemerintah melalui Kemendag tengah mendorong produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk dapat lebih dikenal di kancah internasional. Hal ini mengingat kontribusi UMKM mencapai 61% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

    Adapun, saat ini pemerintah tengah membuka peluang untuk menjajaki pasar Uganda dengan mengekspor produk UMKM, tekstil, kerajinan lokal, hingga furnitur.

    “Furnitur adalah yang besar, dan kami mengekspor cukup banyak ke daerah-daerah seperti Eropa, Amerika, juga. Tapi mungkin ini, ini mungkin menarik bagi pasar Uganda, juga, dan saya berharap bahwa hari ini melayani kesempatan bagi kita untuk belajar dari satu sama lain,” ujarnya.

    Sepanjang Januari—April 2025, total perdagangan Indonesia—Uganda mencapai US$52,82 juta. Namun, neraca dagangnya masih didominasi impor dari Urganda sepanjang empat bulan pertama 2025.

    Secara terperinci, pada Januari—April 2025, nilai ekspor Indonesia ke Uganda hanya mencapai US$8,4 juta. Di sisi lain, nilai impor dari Urganda ke Indonesia US$44,39 juta.

    Namun demikian, Roro optimistis masih ada peluang untuk Indonesia mendorong peningkatan kerja sama perdagangan antara Indonesia—Uganda ke depan.

    Sepanjang Januari—April 2025, ekspor Indonesia ke Uganda didominasi komoditas baja dan stainless senilai US$5,8 juta dengan pangsa 68,87%. Komoditas lain yang diekspor ke Urganda adalah minyak nabati yang nilainya mencapai US$1,88 juta atau sekitar 22,42%.

    Selain itu, Roro mengungkap Indonesia mengekspor kaca ke Uganda sebanyak US$274.000 dengan pangsa sebesar 3,26%.

    Di sisi lain, pada periode yang sama, komoditas yang diimpor Indonesia dari Uganda adalah biji kakao senilai US$44,02 juta dan kulit domba/domba yang telah disamak senilai US$349.000.

    “Komoditas utama kita mencakup baja, termasuk baja tahan karat, minyak nabati, serta kaca. Sementara dari Uganda ke Indonesia, salah satu komoditas utama adalah biji kakao,” tandasnya.

  • Kemendag Dorong Penguatan Kerja Sama Dagang RI-Uganda

    Kemendag Dorong Penguatan Kerja Sama Dagang RI-Uganda

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong penguatan kerja sama perdagangan Indonesia dan Uganda di tengah tensi geopolitik.

    Hal itu disampaikan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri dalam acara bertajuk Pearl of Africa Business Forum – Indonesia Chapter Exploring Strategic Investment Opportunities in Uganda’s Key Sectors di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (10/7/2025).

    “Seperti yang kita ketahui, meskipun terdapat ketidakpastian ekonomi global dan situasi geopolitik yang menantang saat ini, hubungan bilateral antara Indonesia dan Uganda tetap cukup kuat,” ujar Roro.

    Secara umum, Roro menuturkan bahwa total perdagangan antara Indonesia dan Uganda menunjukkan tren peningkatan sebesar 47,25% dari 2020–2024, yakni dari US$8,93 juta pada 2020 menjadi US$55,35 juta pada 2024.

    Teranyar, total perdagangan Indonesia—Uganda mencapai US$52,82 juta pada Januari—April 2025. Kendati demikian, Roro mengakui neraca perdagangan Indonesia—Uganda masih didominasi impor dari Uganda sepanjang empat bulan pertama 2025.

    Secara terperinci, pada Januari—April 2025, nilai ekspor Indonesia ke Urganda hanya mencapai US$8,4 juta. Di sisi lain, nilai impor dari Uganda ke Indonesia US$44,39 juta.

    “Dari angka-angka ini, saya percaya masih banyak peluang yang dapat kita kembangkan dan eksplorasi lebih lanjut untuk mendorong peningkatan kerja sama perdagangan [Indonesia—Uganda] di masa mendatang,” ujarnya.

    Sepanjang Januari—April 2025, ekspor Indonesia ke Uganda didominasi komoditas baja dan stainless senilai US$5,8 juta dengan pangsa 68,87%. Komoditas lain yang diekspor ke Urganda adalah minyak nabati yang nilainya mencapai US$1,88 juta atau sekitar 22,42%.

    Selain itu, Roro mengungkap Indonesia mengekspor kaca ke Uganda sebanyak US$274.000 dengan pangsa sebesar 3,26%.

    Di sisi lain, pada periode yang sama, komoditas yang diimpor Indonesia dari Uganda adalah biji kakao senilai US$44,02 juta dan kulit domba/domba yang telah disamak senilai US$349.000.

    “Komoditas utama kita mencakup baja, termasuk baja tahan karat, minyak nabati, serta kaca. Sementara dari Uganda ke Indonesia, salah satu komoditas utama adalah biji kakao,” pungkasnya.