Topik: Mudik

  • Kasus WNI di Jepang Jadi Sorotan, Ada yang Ditangkap karena Merampok

    Kasus WNI di Jepang Jadi Sorotan, Ada yang Ditangkap karena Merampok

    Jakarta

    Tiga Warga Negara Indonesia (WNI) di Jepang diduga melakukan perampokan dan ditangkap aparat setempat, akhir Juni kemarin. Peristiwa ini menambah panjang daftar kasus kejahatan yang melibatkan WNI di Jepang. Apa akar penyebabnya?

    Insiden perampokan terjadi pada Januari 2025 di Hokota, Prefektur Ibaraki. Polisi baru meringkus ketiga tersangka lima bulan setelahnya. Motif para pelaku sampai saat ini masih didalami. Korban merupakan warga lokal Hokota.

    Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Rolliansyah Sumirat, mengungkapkan pihaknya sudah memberi pendampingan hukum kepada ketiganya. Ketiga WNI ini, tambah Rolliansyah, tinggal di Jepang melebihi batas waktuoverstayer.

    “Ketiga WNI telah didampingi pengacara dan KBRI Tokyo terus berkoordinasi dengan Kepolisian Mito, Kashima, dan Namegata di Prefektur Ibaraki, tempat ketiga WNI tersebut ditahan, untuk dapat menjenguk, memeriksa kondisi mereka,” jelas Rolliansyah, Jum’at (4/7).

    “Dan tentunya melakukan wawancara untuk mengetahui motif dan detail informasi lainnya.”

    Ini kali kedua dalam waktu yang berjarak tidak terlalu lama berita warga Indonesia “bertingkah” di Jepang muncul ke permukaan. Publik lebih dulu dibikin ramai dengan video yang memuat pemasangan bendera perguruan silat di salah satu jembatan di Jepang.

    Tahun lalu, beredar informasi di media sosial sekelompok WNI membentuk semacam ‘geng TKI’ di Jepang. Namun, Kemlu Indonesia menyatakan belum ada temuan yang membuktikan kabar tersebut.

    “Pemerintah harus sering melakukan komunikasi, sosialisasi, atau diskusi kepada orang-orang yang dianggap ketua komunitas di Jepang,” ujar salah-seorang WNI yang tinggal di Prefektur Mie, Jum’at (4/7).

    Peneliti kependudukan dari Badan Inovasi dan Riset Nasional (BRIN), yang telah lama mengkaji isu serta fenomena pekerja migran Indonesia di Jepang, menuturkan pembacaan konteks atas kejadian-kejadian itu tidak dapat dipisahkan dari hubungan antara dua negara ini dalam sektor ketenagakerjaan.

    “Di Jepang ini karena diaspora kita sebagian besar adalah kenshusei [pemagang] dengan beragam latar dan karakter orangnya,” paparnya.

    “Karena sebenarnya faktor pendorongnya itu Jepang yang membutuhkan [tenaga kerja]. Bukan kita.”

    Dari kasus spanduk sampai perampokan

    Kabar mengenai ulah warga Indonesia di Jepang tidak keluar sekali saja.

    Sebelum peristiwa kriminal akhir Juni lalu, video berisikan bendera perkumpulan pesilat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) lebih dulu viral. Dalam video itu, beberapa orang terlihat sedang memasang bendera PSHT di salah satu jembatan.

    Aksi PSHT seketika memantik reaksi dari publik. Tidak sedikit yang menyebutnya “merugikan nama baik Indonesia,” di samping “mengganggu ketertiban masyarakat Jepang.”

    PSHT mengklarifikasi kejadian ini dan menyatakan video diambil sudah lama, sekitar 2022. Meski begitu, PSHT, ujar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, mengaku akan “melakukan perbaikan dan berkomitmen penuh untuk menaati seluruh ketentuan hukum dan norma yang berlaku di Jepang.”

    PSHT, di saat yang sama, meminta seluruh anggotanya di Jepang agar tidak memakai atribut komunitas di luar acara internal.

    Pada Januari 2025, aparat penegak hukum di Isesaki, Prefektur Gunma, Jepang, melaporkan kepada KBRI Tokyo bahwa mereka telah meringkus 11 WNI atas kasus perampokan yang terjadi beberapa bulan sebelumnya, November 2024. Satu WNI menjadi korban, meninggal setelah ditusuk.

    Para tersangka, mengutip keterangan Kementerian Luar Negeri, ditetapkan melanggar hukum untuk dua perkara: kadaluwarsa izin tinggal (overstayer) serta pembunuhan.

    Selain di Isesaki, November 2024, tindak pidana juga dilakukan WNI di Kakegawa, Prefektur Shizuoka. WNI berusia 24 tahun merampok kediaman pasangan suami-istri lanjut usia (lansia).

    Tidak hanya merampok, tersangka WNI ini menusuk keduanya sampai terluka parah.

    Juli pada tahun yang sama, kepolisian Fukuoka menangkap seorang WNI yang merampok dan menganiaya perempuan lokal.

    WNI tersebut, berdasarkan keterangan Kemlu RI, memukul korban dari belakang dan mengambil dompetnya. Dia ditangkap tidak lama selepas korban memberikan ciri-ciri pelaku yang mirip dengannya. Kala diperiksa, dompet korban ditemukan pula di tempat sang WNI.

    Kemlu, pada April 2023, mengabarkan tiga WNI ditangkap karena dugaan pembunuhan, menyusul hilangnya WNI berumur 20 tahun selama 24 bulan.

    Jasad korban ditemukan polisi di area pegunungan di Kota Ono, Prefektur Fukushima, di dalam sebuah koper. Polisi menyebut jenazah ini adalah WNI yang dulunya hilang. Tiga WNI lantas ditangkap dengan pasal pembunuhan serta pembuangan mayat.

    Berbagai masalah yang timbul tak lepas dari faktor keberadaan WNI di Jepang yang jumlahnya cukup besar. Selama beberapa tahun belakangan, kepergian WNI ke Jepang, di luar urusan rekreasi, tercatat begitu masif.

    Mengapa banyak WNI bekerja ke Jepang?

    Jepang konsisten menempati kursi paling atas negara dengan populasi berusia tua terbesar di dunia. Pada 2020, angka kelompok usia tua di Jepang menyentuh 28,2% dari total penduduk. Per 2024, merujuk data nasional yang dirilis pemerintah Jepang, persentasenya meningkat menjadi 29,3%.

    Jumlah populasi kelompok tua, dengan kata lain, mencapai sepertiga dari keseluruhan penduduk, atau sekitar 36 juta orang di Jepang berumur lebih dari 65 tahun.

    Jika disederhanakan lagi, satu dari 10 orang di Jepang berumur 80 tahun atau di atasnya.

    Populasi yang tua berdampak pada sektor ketenagakerjaan, dan berpeluang mengikis upaya pemerintah Jepang menggenjot perekonomian. Maka dari itu, Jepang membuka pintu masuk bagi para pekerja dari negara lain.

    Indonesia termasuk yang menonjol.

    “Karena biar bagaimanapun, di sana itu, walaupun negara maju, mereka masih membutuhkan tenaga kerja yang sifatnya manual skill, terutama di sektor pertanian dan perikanan,” papar Kepala Pusat Riset Kependudukan (PRK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nawawi Asmat, ketika diwawancarai BBC News Indonesia, Rabu (2/7).

    “Sehingga butuh banyak pekerja dari luar, terutama Indonesia.”

    Pada 2019, pemerintah Indonesia dan Jepang sepakat bekerja sama di sektor ketenagakerjaan di bawah bendera Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). Fokus kerja sama ini yaitu pengiriman tenaga kerja di bidang tertentu (specified skilled worker).

    Cakupannya merentang dari perawat, careworker, atau bidang-bidang lain yang memerlukan tenaga manusia pertanian, perkapalan, hingga jasa. WNI yang mendaftar program ini akan diberi visa tokutei ginou.

    Salah satu turunan dari kemitraan tersebut diwujudkan dengan kerja sama Kementerian Ketenagakerjaan dan otoritas Prefektur Miyagi pada 2023 kemarin. Kedua pihak saling setuju mengirim serta menempatkan tenaga kerja Indonesia ke Jepang.

    Kesepakatan ketenagakerjaan antara Indonesia dan Jepang punya durasi empat tahun masa berlaku, serta dapat diperpanjang dengan waktu yang sama setelah berakhir.

    Di luar itu, pemerintah Jepang turut mengadakan kegiatan pemagangan (kenshusei) dengan jangka waktu tiga hingga lima tahun. Targetnya: lulusan SMA atau SMK. Bidang yang dibuka mencakup kerja pelat untuk konstruksi bangunan, operator mesin press logam, sampai pemasangan atap genteng.

    Program pemagangan ini dibagi ke dalam beberapa fase, mulai dari pelatihan, evaluasi kompetensi, serta penempatan di industri.

    Dua saluran tersebut berkontribusi dalam lonjakan WNI yang berupaya mengais rezeki di Jepang. Sampai Juni 2024, tercatat sebanyak lebih dari 87 ribu orang mengikuti program magang dan 44 ribu lainnya berstatus pekerja berketerampilan khusus.

    Untuk poin yang disebut terakhir, sebaran pekerja Indonesia dapat dijumpai di 16 bidang kerja, dari caregiver, manufaktur, kelistrikan, elektronik, perikanan, sampai industri produk makanan dan minuman. Indonesia merupakan satu dari sekian negara utama pengirim tenaga kerja berjenis ini, di luar China, Filipina, Myanmar, serta Vietnam.

    Peluang angka partisipasi itu bakal bertambah sangat mungkin terealisasi mengingat pemerintah Indonesia dan Jepang sudah menyetujui penempatan pekerja berkemampuan khusus dengan skema private-to-private (swasta).

    Pejabat di Japan International Cooperation Agency (JICA), lembaga kerja sama internasional Jepang, Shishido Kenichi, menyatakan kebutuhan untuk pekerja migran masih sama dengan kondisi nasional di Jepang, ketika usia demografis penduduk yang menua serta tingginya permintaan tenaga kerja berkeahlian khusus.

    Banyak perusahaan di Jepang, lanjut Kenichi, yang “antusias” untuk merekrut pekerja migran, tidak terkecuali dari Indonesia, tapi terkendala kekosongan penghubung yang bisa menyalurkan permintaan mereka.

    Nawawi mengatakan pemicu tingginya angka pekerja migran Indonesia ialah kebutuhan Jepang dalam memenuhi sumber daya manusia.

    “Jepang itu sekarang the most aging country. Di sana ada masalah tentang mendapatkan tenaga kerja muda, apalagi yang [bisa] manual skill,” jelasnya.

    Keadaan ini, pada titik tertentu, membuat situasi “diaspora” Indonesia di Jepang berbeda dengan kawasan lainnya.

    “Kalau di negara lain, biasanya diaspora kita dibentuk oleh mereka-mereka yang profesional begitu, ya. Taruhlah, misalnya, di Eropa itu kebanyakan [dari] mereka adalah profesional,” tandas Nawawi.

    Sementara di Jepang, diaspora Indonesia mayoritas tersusun oleh para pemagang dan pekerja berkemampuan khusus di area tertentu.

    “Taruhlah kasus yang kemarin itu, yang sempat heboh. Itu kebanyakan dari mereka adalah para kenshusei [pemagang]. Mereka yang kerja di Jepang atas nama visa magang,” tutur Nawawi.

    Pada awal September 2024, video anak-anak muda Indonesia berkumpul dan nongkrong di salah satu ruas jalanan di Osaka viral, menjadi bahan perbincangan di internet. Mereka, rata-rata, memakai atribut serba hitam.

    Tidak sekadar itu, dalam video yang lain terlihat juga dua pemuda berboncengan menaiki sepeda serta mengibarkan bendera.

    Sejumlah warga Jepang mengeluarkan keresahannya, menyamakan aktivitas anak-anak muda Indonesia tersebut tak ubahnya seperti aksi kelompok geng.

    Pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Osaka membantah bahwa orang Indonesia membentuk geng di sana. KJRI Osaka menegaskan gerombolan pemuda yang jadi sumber percakapan diklaim sedang berlibur.

    “Pantauan KJRI tidak ada geng kriminal seperti di media sosial. Kami tidak mengetahui adanya geng yang dibuat WNI. Komunitas WNI tersebar di berbagai kota, dan sejauh ini kegiatan mereka positif,” sebut Konsul KJRI Osaka, R. A. Fathonah.

    Dia menambahkan belum ada laporan dari pihak berwenang perihal video anak-anak muda Indonesia yang viral itu.

    Nawawi menilai pemerintah, dalam konteks menentukan langkah preventif, semestinya turut memberikan edukasi kepada calon pekerja maupun pemagang tidak cuma dari sisi teknis keberangkatan atau persiapan saja.

    Mempelajari budaya setempat, atau dalam hal ini Jepang, imbuh Nawawi, sama pentingnya agar hal-hal yang dipandang bertentangan dapat dihindari.

    Dalam perkara bergerombol dan unjuk identitas kelompok, sebagai contoh, menurut Nawawi, tidak sesuai dengan “nilai-nilai” maupun “kebiasaan” yang diyakini serta dipijak masyarakat Jepang.

    “Jadi, yang diajarin itu cuma prosedur-prosedur, misalnya, kalau kamu [calon pekerja atau pemagang] ada masalah dengan perusahaan kamu lapornya ke mana, begitu. Apa yang harus dilaporkan dan bagaimana prosedurnya. Itu formal,” terangnya.

    “Tapi, yang informal ini yang enggak pernah diajarin. Tentang perbedaan culture kita [Indonesia] dengan masyarakat [Jepang] itu enggak ada.”

    Budaya masyarakat Jepang terbangun lewat, satu di antaranya, ketertiban di bermacam aspek kehidupan. Contoh yang paling sederhana: membuang sampah pada tempatnya atau tidak memanfaatkan fasilitas publik untuk kepentingan yang tidak sesuai.

    Sayangnya, Nawawi menuturkan, “budaya” Indonesia, seperti membentuk gerombolan atau menggunakan fasilitas publik bukan untuk peruntukannya, dibawadan dipertahankanpara peserta pemagang atau pekerja ketika sudah di Jepang.

    Di tengah itu, terdapat ketiadaan pembekalan ihwal budaya yang diterapkan oleh masyarakat Jepang sehari-hari.

    Nawawi pernah mengalami sendiri kejadian yang kurang lebih serupa dengan apa yang muncul pada beberapa waktu terakhir. Tatkala sedang berada di kereta, orang-orang Jepang terbiasa diamtidak berisik. Akan tetapi, masyarakat Indonesia sebaliknya: berbincang satu sama lain.

    “Akhirnya, ada orang Jepang yang kesal dan dia bangun [dari tidurnya] untuk bilang jangan mengganggu. Intinya, orang Jepang ini butuh waktu untuk istirahat di kereta,” ceritanya.

    Masyarakat Jepang cenderung memikirkan apakah ketika melakukan sesuatu akan merugikan orang lain atau tidak. Sedangkan orang-orang Indonesia lebih ke meluapkan ekspresi.

    “Nah, ini yang sering jadi masalah ketika pekerja Indonesia di sana,” tegas Nawawi yang menempuh studi perburuhan di Universitas Mei, Jepang, pada 2008 sampai 2011.

    Peran pemerintah, dalam urusan pekerja migran, juga dapat dimaksimalkan lewat keberadaan KBRI maupun KJRI di kota-kota di Jepang. Kedua kantor pemerintah itu, sebagai contoh, dapat melaksanakan sosialisasi di acara-acara yang mereka adakan.

    Pesan yang disebarkan kurang lebih memuat ajakan bahwa masyarakat Indonesia harus menyesuaikan diri dengan budaya serta nilai yang diberlakukan warga Jepang. Langkah ini, Nawawi berpandangan, merupakan bentuk antisipasi sekaligus kontrol terhadap gerak-gerik komunitas Indonesia.

    “Secara garis besar adalah mengedepankan upaya-upaya untuk memberi penyadaran kepada diaspora kita bahwa mereka hidup di tempat dengan prinsip di mana langit dijunjung, maka di situ harus mengikuti aturan yang ada,” tambahnya.

    “Ini yang jarang disampaikan sehingga sering kali, makanya, ada kasus-kasus yang seperti ini karena memang kurang [edukasi atau sosialisasi dari pemerintah].”

    Aksi-aksi yang terlihat sepele, jika terus-menerus dibiarkan, tidak menutup peluang lahirnya tindakan yang serius, seperti aksi kejahatan.

    Di Jepang, kasus-kasus kejahatan yang menjadikan orang Indonesia sebagai tersangka tidak cuma muncul dalam satu waktu.

    Pemerintah mengaku tengah mengusahakan peningkatan pendidikan kedisiplinan serta kesadaran hukum bagi para pekerja WNI di Jepang.

    “Mungkin [mereka] menganggapnya sama dengan di Indonesia, menghindari penegakan hukum karena di Indonesia dianggapnya mudah saja. Di sini tidak mudah, seperti naik kereta tidak bayar,” ucap Duta Besar RI untuk Jepang, Heri Akhmadi, September 2023.

    “Merampok itu kebodohan yang luar biasa. Memang menyedihkan, tapi harus diatasi.”

    Pemerintah menegaskan pendidikan hukum difungsikan agar mampu mencegah tindakan kriminal sekaligus melindungi pekerja WNI. Pasalnya, aparat Jepang dianggap tidak menyediakan celah sedikitpun bagi para pelaku kejahatan untuk menghindar.

    Cara yang bakal diambil pemerintah yaitu dengan memaksimalkan peran Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang memfasilitasi pengiriman pekerja WNI ke Jepang.

    “Yang sedang coba kita lakukan bersama adalah memperbaiki proses pendidikannya,” imbuh Heri.

    Bagaimana komunitas Indonesia terbentuk?

    Dari yang semula tidak memiliki bayangan untuk tinggal di Jepang, kini Thony Tasiron sudah 18 tahun menetap di negara itu.

    Pada 2007, Thony pertama kali menginjakkan kaki di Jepang, tidak lama usai menamatkan pendidikan di bangku Sekolah Teknik Menengah (STM) di Majalengka, Jawa Barat. Karena belum mempunyai rencana pasti setelah lulus, Thony memilih untuk pergi bersama teman satu angkatannya ke Jepang.

    Setibanya di sana, Thony mulai belajar bahasa Jepang, lalu melanjutkan kuliah selama dua tahun. Dari situ, dia memperoleh pekerjaan, bermukim, bahkan membangun keluarganya sendiri.

    “Rasanya [tinggal di Jepang] aman dan nyaman,” ujarnya kepada BBC News Indonesia, Jum’at (4/7).

    “Akhirnya malah keterusan,” imbuhnya.

    Kini, Thony tinggal di Prefektur Mie, satu kawasan di pesisir timur Jepang dan berdekatan dengan Nagoya. Sehari-hari, Thony bekerja di industri perkapalan.

    Di Jepang, Thony bertemu dan berkenalan dengan Komarudin, pekerja WNI asal Fakfak, Papua Barat, yang sudah lebih dulu tinggal di Jepang sejak 1998.

    Komarudin, sama halnya Thony, adalah lulusan STM. Dia, awalnya, ke Jepang dengan mendaftar sebuah program magang. Kurang lebih tiga tahun dia habiskan untuk menuntaskan pelatihan sampai akhirnya dia meraih pekerjaan tetap.

    Komarudin mengungkapkan jejaring orang Indonesia di Jepang cukup kuat. Di Prefektur Mie saja, Komarudin memberi contoh, rutin diadakan kegiatan-kegiatan yang mengumpulkan warga Indonesia.

    Aktivitas yang dimaksud Komarudin yakni badminton.

    “Kalau untuk tadi saya bilang, badminton di Prefektur Mie itu diadakan setiap dua minggu sekali. Kalau pengajianuntuk muslimdalam sebulan sekali itu ada,” sebut Komarudin.

    “Jadi, kalau dibilang kuat, alhamdulillah kuat.”

    Ruang-ruang seperti itu, Komarudin mengakui, membantu memperkenalkan antarwarga Indonesia di Jepang, yang kemudian berkontribusi terhadap lahirnya komunitas yang berisikan sesama perantau.

    Pola pembentukan komunitas Indonesia di Jepang, menurut Kepala Pusat Riset Kependudukan (PRK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nawawi Asmat, bersandar kepada beberapa saluran.

    Pertama, paguyuban berbasis daerah. Di Jepang, paguyuban Bugis dan Jawa mendominasi. Setiap paguyuban, hampir pasti, terpecah menjadi unit-unit kecil berdasarkan daerah.

    Di dalam paguyuban Jawa, misalnya, terdapat kelompok-kelompok pecahan berisikan orang-orang khusus dari Boyolali atau Kendalkeduanya Jawa Tengah.

    Peran paguyuban, ketika membahas mengenai pekerja WNI di Jepang, begitu signifikan, kata Nawawi. Paguyuban menjadi tujuan pertama saat para pekerja atau pemagang WNI datang ke Jepang.

    “Biasanya kalau mereka butuh kebutuhan-kebutuhan dasar yang [sifatnya] emergency, mereka bisa dapatkan dari senior-senior mereka. Misalnya kalau mereka butuh piring, selimut, atau apa pun itu daripada membeli, sementara mereka dapatkan lewat paguyuban,” Nawawi memaparkan.

    Pendek kata, paguyuban membantu para pekerja baru untuk beradaptasi dengan segala hal di Jepang agar “mereka mampu bertahan,” tambah Nawawi.

    Simpul kedua adalah berdasarkan wilayah dengan skala lebih meluas, dalam artian: Indonesia bagian barat, tengah, atau timur.

    Sementara yang ketiga, komunitas Indonesia di Jepang dipupuk melalui organisasi keagamaan, lebih tepatnya masjid. Biasanya, kalau di suatu daerah ada masjid besar yang konsisten membuat berbagai acara, maka “simpul-simpul masyarakat dengan sendirinya berdiri,” tutur Nawawi.

    “Karena, biar bagaimanapun, bagi orang Indonesia masjid itu salah satu simbol lembaga sosial yang mereka cari ketika di luar negeri,” ucap Nawawi.

    Keempat, dan ini berkembang dalam beberapa waktu belakangan, adalah melalui paguyuban yang sifatnya berpedoman pada kegiatan tertentu, seperti sepak bola, silat, atau bulutangkis.

    Meski demikian, Nawawi menggarisbawahi, saluran utama dan terbesar komunitas Indonesia di Jepang berasal dari latar belakang kewilayahan.

    Dari sisi internal para pekerjanya, kepergian dan kedatangan ke Jepang setidaknya didorong dua hal.

    “Jadi, ada yang datang ke sana memang untuk akumulasi modal. Mereka biasanya itu sangat disiplin. Ketika dapat uang, mereka berupaya saving. Sehingga pulang nanti, katakanlah setelah empat tahun, dia punya modal,” Nawawi menerangkan.

    Lalu yang berikutnya yakni para pekerja yang pergi ke Jepang ditujukan untuk tinggal di sana selamanya. Setelah target ekonomi terpenuhi, mereka mulai mencari jodoh dan menikah dengan warga setempat.

    Sepengamatan Nawawi, yang meriset mengenai pekerja migran Indonesia di Jepang, orang-orang Indonesia adalah salah satu yang favorit.

    Dengan menikahi orang Jepang, otomatis peluang untuk mendapatkan status permanent resident bakal minim kendala. Dilihat dari tipologinya, Nawawi menambahkan, “trennya adalah laki-laki Indonesia menikah dengan perempuan Jepang.”

    “Jadi mixed marriage di Jepang itu Indonesia cukup dinikmati. Saya sendiri sering dan pernah diminta mencarikan jodoh orang Indonesia,” kenang Nawawi, disusul tawa.

    Fenomena ini “dirayakan” di media sosial seperti TikTok, berdasarkan observasi BBC News Indonesia. Di TikTok, beberapa akun milik WNI yang BBC News Indonesia temukan memperlihatkan kehidupan membina rumah tangga bersama warga Jepang.

    Hal itu berlaku dua arah. Ada yang WNI-nya berasal dari pihak laki-laki, begitu pula sebaliknya: WNI-nya perempuan.

    Konten-konten mereka menunjukkan bagaimana pernikahan dua warga negara berlangsung, termasuk ketika pasangan dari Jepang diajak mudik ke Indonesia.

    Sebagian besar konten-konten seperti ini panen likes dan views. Reaksi akun lain di kolom komentar menggambarkan keingintahuan tentang keberhasilan pernikahan beda negara.

    Thony menjelaskan keadaan di Jepang, sekarang, berbeda jauh dengan saat dia dulu tiba di sana untuk kali pertama. Indikatornya adalah jumlah WNI yang pergi ke Jepang, waktu itu, tidak kelewat banyak.

    Dengan pengambil kebijakan kian giat mengajak pekerja dari negara lain untuk masuk dan bekerja, orang-orang mulai berbondong-bondong pergi ke Jepang.

    Konsekuensinya, ke-Indonesia-an di Jepang semakin beragam, luwes, dan juga, pada momen yang sama, kompleks.

    “Mereka akhirnya bikin bendera sendiri, kumpul di taman dengan membawa bendera,” ujar Thony. “Sementara dari warga negara Jepang sendiri enggak ada kayak begitu.”

    Menurut Thony, berkumpul dan menyelenggarakan kegiatan dengan sesama warga Indonesia bukan suatu masalah, selama tetap memperhatikan “rambu-rambu” sosial.

    “Kita hidup di negara orang. Istilahnya, numpang di negara orang. Minimal kita harus hati-hati dengan peraturan yang ada,” tandasnya.

    Bagi Komarudin, pemerintah sebaiknya menggandeng para ketua komunitas Indonesia di Jepang yang jumlahnya bisa dikata tidak sedikit. Dengan begitu, pemerintah dapat melakukan “pembimbingan.”

    “Menurut saya pemerintah harus mengajak berdiskusi para pentolan komunitas ini bahwa kita tinggal di sini itu sebisa mungkin berlaku baik. Mungkin itu bentuk campur tangan yang dapat dilakukan pemerintah,” tegasnya.

    Jarak Indonesia dan Jepang terpisah lebih dari 4 ribu kilometer. Kiwari, agaknya, bentang yang memisahkan Indonesia dan Jepang seperti tidak terlampau jauh dengan lahirnya berbagai situasi yang begitu khas nuansa Indonesia-nya.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Java Ballon Atraction 2025 di Wonosobo dimeriahkan 36 balon udara

    Java Ballon Atraction 2025 di Wonosobo dimeriahkan 36 balon udara

    Sebanyak 36 balon udara ramaikan kegiatan Java Balon Atraction 2025, di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Minggu (6/7/2025). ANTARA/Heru Suyitno

    Java Ballon Atraction 2025 di Wonosobo dimeriahkan 36 balon udara
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 06 Juli 2025 – 15:25 WIB

    Elshinta.com – Sebanyak 36 balon udara memeriahkan Java Balon Atraction 2025, di Taman Rekreasi Kalianget, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo Agus Wibowo menyampaikan, kegiatan ini dalam rangka menyambut Hari Jadi Ke-200 Kabupaten Wonosobo.

    “Dari peserta 137 yang mendaftar, kami ambil 36 balon. Kami melaksanakan festival balon setahun dua kali, yaitu pada tradisi Lebaran namanya Festival Mudik dan hari ini namanya Java Ballon Atraction,” katanya pula.

    Pada penerbangan balon ini membentuk dua formasi, pertama adalah formasi Sindoro, dan kedua formasi Telaga Menjer.

    “Kita ketahui Wonosobo memiliki beberapa destinasi pariwisata, ke depan kami mungkin akan cari bentuk-bentuk lain sebagai ikon destinasi pariwisata yang ada di Wonosobo,” katanya lagi.

    Ia berharap kegiatan ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Wonosobo.

    “Kita lihat penontonnya membludak dan sudah banyak yang pesan dari kemarin dari berbagai kota di luar Wonosobo, estimasi saya ini di atas 10.000 orang penonton,” katanya pula.

    Bupati Wonosobo Afif Nur Hidayat menuturkan, warisan leluhur ini tetap dilestarikan dengan menerbangkan tetapi ditambatkan.

    “Ditambatkan, sehingga tidak mengganggu lalu lintas udara,” kata dia.

    Ia menuturkan, kegiatan ini menjadi warisan budaya yang harus dilestarikan dan masyarakat bisa menikmatinya.

    Sumber : Antara

  • Ini Motor yang Dipakai Ariel Noah buat Harian

    Ini Motor yang Dipakai Ariel Noah buat Harian

    Jakarta

    Berbeda dengan artis lain, Nazriel Irham alias Ariel Noah lebih senang bepergian naik sepeda motor. Bahkan, musisi kelahiran Langkat, Sumatera Utara itu punya satu tunggangan yang kerap dipakai harian.

    Kepada detikOto, Ariel Noah mengatakan, motor hariannya tersebut berjenis bebek, yakni Honda CT125. Dia menegaskan, kendaraan tersebut dibelinya menggunakan dana pribadi, bukan pemberian.

    “Kalau harian gue biasanya pakai motor bebek, namanya Honda CT125. Saya beli motor itu (pakai dana) pribadi, bukan (sponsor dari brand),” ujar Ariel Noah saat berkunjung ke gedung detikcom di Tendean, Jakarta Selatan, belum lama ini.

    Ariel mudik naik Honda CT125 Foto: Instagram @Arielnoah

    Di kesempatan yang sama, Ariel mengaku lebih senang bepergian menggunakan motor, bukan mobil. Sebab, dia sejak dulu memang lebih terbiasa mengendarai kendaraan tersebut.

    “Nggak suka sih (koleksi mobil). Gue dari dulu senengnya emang sama motor sebetulnya. Kalau mobil dipakainya cuma sesuai fungsi aja. Yang gue pakai daily Honda CRV, udah itu aja,” ungkapnya.

    Sebagai catatan, selain Honda CT125, Ariel Noah juga mengoleksi motor lain di garasi rumahnya, misalnya seperti BMW K100, Italjet Dragster dan masih banyak lagi. Namun, yang paling sering dikendarai memang motor bebek buatan Honda tersebut.

    Sebagai catatan, CT125 merupakan salah satu motor Honda yang berstatus impor utuh atau completely built up (CBU). Kendaraan tersebut dibanderol mulai dari Rp 82,5 jutaan dengan status on the road Jakarta.

    Honda CT125 menggunakan mesin SOHC bersilinder tunggal dengan kapasitas 124cc dan teknologi PGM-FI. Pembekalan tersebut membuat motor mampu menghasilkan tenaga 6,7 kw dan torsi 10,8 Nm.

    (sfn/dry)

  • Progres Konstruksi Tol Trans Sumatra Palembang-Betung Capai 52%

    Progres Konstruksi Tol Trans Sumatra Palembang-Betung Capai 52%

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) mengungkap konstruksi Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) Palembang-Betung Struktur tercatat telah mencapai 52% hingga akhir Juni 2025.

    Direktur Operasi III HKI,= Aditya Novendra Jaya menjelaskan bahwa pembangunan Tol Palembang–Betung Struktur yang memiliki panjang mencapai 10,24 kilometer (km) tersebut juga dibarengi dengan konstruksi tempat pelayanan istirahat (TPI) atau rest area yang berada di STA 71+000.

    “Lingkup pekerjaan HKI pada proyek ini yakni pembangunan ramp 4, 6 dan 8 serta membangun satu rest area yang berada di Tol Palembang – Betung, tepatnya di STA 71+000,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (5/7/2025).

    Adapun, pembangunan Tol Palembang–Betung Struktur ini akan mengintregasikan ruas Tol Kayuagung–Palembang–Betung dengan Tol Palembang–Indralaya–Prabumulih.

    Ke depan, tersambungnya Tol Kayugaung – Palembang – Betung dan Tol Palembang – Indralaya akan mempercepat arus pengiriman logistik atau waktu tempuh perjalanan masyarakat.

    “Sebelum tol dibangun, waktu tempuh Palembang – Betung dapat mencapai 4 – 5 jam karena kondisi jalan existing yang padat dan sering mengalami kemacetan. Dengan adanya tol, waktu tempuh bisa ditekan menjadi sekitar 1,5 sampai 2 jam,” tambahnya.

    Adapun, rest area yang saat ini tengah dibangun HKI pada Tol Palembang – Betung itu merupakan rest area tipe A dengan fasilitas masjid, toilet umum, restoran, bengkel dan juga ruang untuk UMK.

    Rest area ini juga dirancang dengan kapasitas parkir yang memadai, yakni mampu menampung sebanyak 157 kendaraan kecil dan 40 kendaraan besar, guna memberikan kenyamanan dan mendukung kelancaran mobilitas pengguna jalan. 

    Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menargetkan Jalan Tol Palembang – Betung Seksi I (Palembang – Rengas) dapat fungsional pada Lebaran 2026.  

    Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menjelaskan bahwa Jalan Tol Palembang – Betung merupakan salah satu koridor utama Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS). 

    “Insyaallah mudik Lebaran 2026 bisa kita fungsionalkan untuk Tol Palembang–Betung,” jelas Dody dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (4/5/2025).

    Untuk diketahui, Tol Palembang – Betung terdiri atas tiga seksi dengan total panjang mencapai 69,19 km. Seksi 1 Palembang–Rengas dan Seksi 2 Rengas–Pangkalan Balai sepanjang 54,5 km saat ini progres pembangunannya telah mencapai 70,69%.

    Sementara itu, Seksi 3 Pangkalan Balai–Betung sepanjang 14,69 km saat ini progres konstruksinya mencapai 12,65%.

  • Ariel Noah Nggak Suka Koleksi Mobil, Ini Alasannya

    Ariel Noah Nggak Suka Koleksi Mobil, Ini Alasannya

    Jakarta

    Ketika artis lain berlomba-lomba mengoleksi mobil mahal, Nazriel Irham alias Ariel Noah justru lebih ‘merakyat’. Musisi kelahiran Langkat, Sumatera Utara itu lebih senang mengoleksi kendaraan roda dua alias motor. Apa Alasannya?

    Kepada detikOto, Ariel mengatakan, sejak dulu memang sudah menyimpan ketertarikan lebih ke motor, bukan mobil. Bahkan, dia punya motor harian yang dipakai ke mana-mana. Sementara mobil hanya dipakai seperlunya.

    “Emang nggak suka (koleksi mobil) sih. Gue dari dulu sebenarnya emang senengnya sama motor. Kalau mobilnya jadinya cuma dipakai sesuai fungsi aja,” ujar Ariel saat ditemui di kantor detikcom, Tendean, Jakarta Selatan, Kamis malam (3/7).

    Ariel Noah touring naik Italjet Dragster A.R.L. di Bandung. Foto: Doc. Ariel Noah.

    Ariel hanya punya satu mobil biasa yang dipakai harian, yakni Honda CRV. Namun, dia tak mengungkap kendaraan tersebut lansiran tahun berapa. Intinya, dia membelinya dengan dana pribadi.

    Sementara untuk motor, dia masih terus mengoleksinya. Meski sudah tak sebanyak dulu, namun beberapa masih dirawatnya.

    “Koleksinya sekarang udah nggak sebanyak dulu. Ada BMW K100, kemarin baru abis dimodif, kalau harian gue pakai motor bebek, namanya Honda CT125. Motor itu gue beli (pakai duit) pribadi,” tuturnya.

    Selain itu, masih ada beberapa motor lain di garasi rumahnya. Salah satunya, skuter matik asal Italia, Italjet Dragster yang kerap dibuat konten. Bahkan, motor tersebut pernah dipakai Ariel mudik dari Jakarta ke Bandung, Jawa Barat.

    “Italjet masih ada (di rumah). Kalau itu sih kerja sama dengan Cuprum Indonesia. Ya, bisa dibilang itu (motor) sponsor lah,” kata dia.

    Sebagai catatan, Ariel memang dikenal sebagai public figure yang menggemari sepeda motor. Bahkan, dia beberapa kali membagikan keseruannya saat touring bersama teman-teman. Bukan hanya itu, di beberapa kesempatan, dia juga mudik menggunakan kendaraan tersebut.

    Ariel pernah mudik menggunakan sejumlah model motor, mulai dari Honda CT125, Italjet Dragster hingga BMW G310GS. Menariknya, perjalanan ke kampung halaman itu selalu ditempuh sendirian alias tanpa teman.

    (sfn/din)

  • Raker dengan DPR RI, Menteri Rini Jelaskan FWA ASN: Dilakukan Sesuai Kesiapan dan Kebutuhan Organisasi

    Raker dengan DPR RI, Menteri Rini Jelaskan FWA ASN: Dilakukan Sesuai Kesiapan dan Kebutuhan Organisasi

    Raker dengan DPR RI, Menteri Rini Jelaskan FWA ASN: Dilakukan Sesuai Kesiapan dan Kebutuhan Organisasi
    Penulis
    KOMPAS.com
    – Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin PNS dan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 21 Tahun 2023 tentang Hari dan Jam Kerja
    ASN
    mengatur bahwa aparatur sipil negara (ASN) dapat melaksanakan tugas secara fleksibel, baik dari sisi lokasi maupun waktu.
    Menindaklanjuti amanat tersebut, terbit Peraturan Menteri PANRB Nomor 4 Tahun 2025 tentang Pelaksanaan Tugas Kedinasan ASN Secara Fleksibel di Instansi Pemerintah.
    Peraturan itu menjadi pedoman teknis untuk mempermudah instansi pemerintah dalam menerapkan
    fleksibilitas kerja
    secara terukur, berbasis kinerja, dan tetap menjaga kualitas pelayanan publik.
    Hal tersebut disampaikan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)
    Rini Widyantini
    dalam Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi II DPR RI di Jakarta, Senin (30/6/2025).

    Fleksibilitas kerja
    bersifat opsional, bukan kewajiban. Fleksibilitas dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan kesiapan teknologi informasi,” jelas Rini melalui siaran persnya, Selasa (1/7/2025).
    Rini menjelaskan, penyusunan Peraturan Menteri PANRB Nomor 4 Tahun 2025 telah melalui proses panjang, termasuk survei dan uji coba di beberapa instansi serta diskusi lintas kementerian.
    Studi yang pernah dilakukan pakar pada 2020 menunjukkan bahwa fleksibilitas kerja membantu meningkatkan kepuasan kerja, menurunkan stres, dan berdampak positif pada pencapaian tujuan organisasi.
    Sebelum terbitnya Peraturan Menteri PANRB Nomor 4 Tahun 2025, fleksibilitas kerja ASN telah diterapkan dalam kondisi khusus seperti pandemi Covid-19, arus mudik, dan kegiatan kenegaraan.
    Pascapandemi, fleksibilitas kerja ASN tetap diterapkan di berbagai instansi seperti Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan pemerintah daerah dengan skema
    work from office
    (WFO),
    work from home
    (WFH),
    co-working space
    , dan
    shift
    kerja.
    Pelayanan publik
    tetap berjalan, terutama pada unit layanan 24 jam seperti rumah sakit dan pemadam kebakaran.
    “Penerapan fleksibilitas kerja dilakukan secara efektif dengan kriteria, pengawasan, dan dukungan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang memadai,” tutur Rini.
    Fleksibilitas kerja mencakup fleksibilitas lokasi kerja dan/atau fleksibilitas waktu kerja. Penerapannya tidak dapat diberikan kepada semua tugas atau semua pegawai secara serta-merta, melainkan harus memenuhi kriteria yang jelas.
    Fleksibilitas kerja juga bukan berarti memberikan kelonggaran kepada ASN untuk bekerja dengan santai.
    Pengawasan dan penilaian ketat serta terukur tetap dilakukan bagi pegawai yang menjalankan fleksibilitas kerja.
    “Karena itu, peran pimpinan dan dukungan teknologi informasi menjadi kunci agar pelaksanaan berjalan efektif dan terukur,” ujar Rini.
    Tujuan utama fleksibilitas kerja adalah meningkatkan kinerja organisasi dan individu tanpa mengurangi kualitas pelayanan publik.
    Oleh karena itu,
    Kementerian PANRB
    terus memantau dan mengevaluasi kinerja pelayanan publik, akuntabilitas instansi, dan kepuasan masyarakat sebagai bagian dari penilaian reformasi birokrasi.
    Selain terkait fleksibilitas kerja ASN, dalam raker dan RDP dengan Komisi II DPR RI, Rini juga memaparkan kebijakan pengadaan CASN serta pola karier ASN.
    “Kami percaya sinergi dan kemitraan antara Kementerian PANRB, Badan Kepegawaian Negara (BKN), Lembaga Administrasi Negara (LAN), dan Komisi II DPR RI merupakan kunci penting untuk memastikan kebijakan pengelolaan ASN dapat dilaksanakan secara objektif, transparan, dan berbasis sistem merit,” imbuh Rini.
    Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi II DPR RI Aria Bima mendukung fleksibilitas kerja ASN melalui kebijakan
    flexible working arrangement
    (
    FWA
    ) sebagai bagian dari reformasi birokrasi.
    Namun, penerapan FWA ASN harus dilakukan dengan syarat tidak menurunkan kualitas
    pelayanan publik
    dan disertai mekanisme pemantauan kinerja yang terukur.
    “FWA ini penting dan revolusioner, tetapi bukan hal yang mutlak bagi kawan-kawan ASN. FWA adalah bentuk penghargaan kepada ASN yang selama ini sudah bekerja dengan baik atas kinerja dan profesionalitas mereka di lingkup kerjanya masing-masing,” pungkas Aria. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Seabad Perjalanan KRL dan Peran Stasiun Manggarai sebagai Simpul Mobilitas Urban Jakarta

    Seabad Perjalanan KRL dan Peran Stasiun Manggarai sebagai Simpul Mobilitas Urban Jakarta

    Seabad Perjalanan KRL dan Peran Stasiun Manggarai sebagai Simpul Mobilitas Urban Jakarta
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com
    – Lautan manusia hilir mudik memenuhi
    Stasiun Manggarai
    pagi itu. Mereka tampak terburu-buru dan waspada di tengah deru roda baja serta pengumuman keberangkatan dan kedatangan kereta.
    Rangkaian
    KRL Commuter Line
    datang silih berganti di peron, mengantar penumpang dari seluruh penjuru Jabodetabek. Rutinitas ini menjadi bagian dari perjalanan luar biasa transportasi kereta api di Indonesia.
    Tahun ini, tepatnya Minggu (6/4/2025), KRL Indonesia genap berusia 100 tahun. Sementara itu, Stasiun Manggarai telah beroperasi lebih dari satu abad. Keduanya menyatu dalam sejarah mobilitas Indonesia dan terus berkembang seiring zaman.
    Perjalanan kereta listrik di Indonesia dimulai oleh perusahaan kereta api
    Hindia Belanda
    ,
    Staatssporwegen
    (SS), dengan peresmian lintas Tanjung Priok–Meester Cornelis (kini Jatinegara) pada 6 April 1925. Ini adalah tonggak sejarah elektrifikasi perkeretaapian yang menandai dimulainya era baru transportasi di Tanah Air.
    Sejak saat itu, KRL terus berevolusi, dari moda transportasi yang identik dengan penumpang di atap atau pedagang asongan yang hilir mudik di dalam gerbong, hingga menjadi angkutan massal yang tertib dan modern.
    Transformasi signifikan terjadi, salah satunya pada 2008 ketika PT KCJ (kini
    KAI Commuter
    ) dibentuk sebagai operator khusus KRL Commuter Line.
    Pembentukan perusahaan itu membawa era baru penertiban dan sterilisasi, dengan pemasangan pagar di jalur, penertiban pedagang, pelarangan penumpang di atap, serta modernisasi sistem tiket menggunakan
    electronic ticketing
    dengan
    e-money
    dari Kartu Multi Trip (KMT) dan uang elektronik bank, serta QR code.
    Armada KRL juga mengalami perubahan drastis. Dari lokomotif legendaris seperti ESS 3200 “Bon-Bon” yang didatangkan pada 1925, KA Djoko Kendil (SS9000) yang melayani rute ekspres malam, hingga masuknya KRL eks Jepang, seperti Seri 6000, 7000, JALITA (8500), 203, dan 205 yang menjadi tulang punggung operasional saat ini.
    Keandalan dan kapasitas KRL Seri 205, misalnya, menjadikannya armada favorit penumpang hingga sekarang.
    Tak berhenti di situ, KAI Commuter terus berinovasi dengan menghadirkan generasi terbaru seperti KRL Seri
    CLI-125
    dengan desain modern dan fitur digital, serta KRL produksi
    PT INKA
    yang akan beroperasi pada 2025 sebagai simbol kemandirian industri perkeretaapian Indonesia.
    Evolusi itu tidak hanya mengubah wajah fisik KRL, tetapi juga dampak pada kultur pengguna. Kereta api kini semakin aman, nyaman, dan menghilangkan “kasta” di dalamnya, menjadikannya pilihan transportasi massal bagi semua lapisan masyarakat.
    Modernisasi armada dan sistem pun turut berdampak pada peningkatan volume penumpang. Pada 2020, volume penumpang mencapai 53,15 juta orang. Angka ini terus melonjak menjadi 123,13 juta pada 2021, dan 215,05 juta pada 2022.
    Puncaknya pada 2023, volume penumpang mencapai 290,89 juta orang, bahkan sempat mencatat lebih dari satu juta penumpang per hari.
    Tren positif itu pun berlanjut pada 2024 dengan 374,49 juta orang, naik 12,8 persen dari tahun sebelumnya, dan di kuartal I 2025 tercatat 93,77 juta orang.
    Peningkatan jumlah penumpang itu tidak hanya terjadi di Jabodetabek, tetapi juga tercatat di wilayah Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya.
    Di Yogyakarta, misalnya, jumlah pengguna naik dari 6,45 juta pada 2024 menjadi 7,97 juta pada 2025. Di Bandung Raya, melonjak dari 14,72 juta menjadi 16,16 juta, dan di Surabaya dari 13,36 juta menjadi 14,73 juta.
    “KAI Commuter terus berkomitmen untuk selalu meningkatkan layanan kepada para penggunanya agar Commuter Line menjadi transportasi yang turut menggerakkan kemajuan perekonomian, serta angkutan perkotaan yang efisien, ramah lingkungan, bebas macet, dan terjangkau,” ucap Direktur Utama KAI Commuter Asdo Artriviyanto seperti dikutip dari situs resmi KAI Commuterline.
    Sebagai bagian dari perayaan seabad KRL, KAI Commuter juga menggelar Parade KRL Vintage bertajuk “100 Years of KRL: The Everlasting Urban Transport” pada April 2025. Ajang ini menampilkan evolusi KRL sebagai ajang nostalgia dan bukti komitmen dalam menyediakan transportasi yang inklusif dan efisien.
    Jauh sebelum menjadi salah satu simpul transportasi terpadu di Indonesia, kawasan “Manggarai” dulunya adalah pemukiman kecil komunitas asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang dibawa ke Batavia pada masa kolonial.
    Perlahan, kawasan itu berkembang menjadi sentra transportasi. Pembangunan Stasiun Manggarai sendiri dimulai pada 1913 oleh SS setelah mengakuisisi jalur Jakarta-Bogor dari NIS. Stasiun ini resmi beroperasi pada 1 Mei 1918, dan desainnya dibuat oleh arsitek Belanda Ir J Van Gendt.
    Stasiun Manggarai tidak sekadar infrastruktur, tetapi juga saksi bisu sejarah bangsa. Pada 3 Januari 1946, stasiun ini menjadi titik keberangkatan Kereta Luar Biasa (KLB) yang membawa Presiden Soekarno beserta pemerintahan menuju Yogyakarta, dalam rangka pemindahan ibu kota negara secara rahasia.
    Peristiwa itu mengukuhkan Manggarai sebagai bagian integral dari narasi kemerdekaan Indonesia. Atas nilai historis dan arsitekturnya, Stasiun Manggarai pun telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya nasional.
    Kini, Stasiun Manggarai telah berevolusi menjadi simpul integrasi transportasi utama yang menghubungkan berbagai layanan kereta api, seperti Commuter Line Jabodetabek (Bogor Line, Bekasi Line, Serpong Line, Tangerang Line, dan Tanjung Priok Line) serta Commuter Line Bandara Soekarno-Hatta.
    Sebagai salah satu stasiun tersibuk, Manggarai telah mengalami transformasi besar dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan kapasitas dan layanannya. Salah satu perubahan paling signifikan adalah proyek pembangunan sebagai stasiun sentral dengan penyediaan jalur elevated (layang) yang kini melayani KRL tujuan Bogor dan Jakarta Kota.
    Area penumpang juga diperluas, dan stasiun dilengkapi fasilitas modern seperti eskalator dan lift untuk memudahkan perpindahan antarperon. Manggarai menjadi stasiun transit di Jabodetabek dengan volume penumpang tertinggi.
    Zona integrasi di luar stasiun juga dihadirkan untuk mempermudah penumpang berpindah ke moda lain, seperti TransJakarta dan transportasi online, dengan penanda arah dan area tunggu yang lebih tertata.
    Transformasi besar lainnya terjadi pada Mei 2022 melalui tahap Switch Over (SO) 5, yaitu perubahan besar pada pola operasional KRL di Stasiun Manggarai.
    Dalam SO 5, penataan ulang jalur dilakukan dengan menerapkan sistem transit di masing-masing lintas. Bekasi/Cikarang Line dilayani di jalur 3 dan 4, sementara Bogor Line beroperasi di jalur 11 dan 12. Untuk perjalanan menuju Jakarta Kota, KRL menggunakan jalur 10 dan 11.
    Selain itu, Cikarang Line tidak lagi menuju Jakarta Kota, tapi langsung ke Angke atau Kampung Bandan melalui Manggarai dan Pasar Senen.
    Perubahan tersebut, meskipun awalnya menyebabkan penumpukan penumpang dan penyesuaian besar bagi pengguna, bertujuan untuk menata perjalanan dan mendukung pengembangan Manggarai sebagai stasiun sentral yang lebih efisien di masa depan.
    Data operasional Stasiun Manggarai menunjukkan peningkatan aktivitas yang konsisten. Jumlah perjalanan kereta yang dilayani di stasiun ini terus bertumbuh, dari 881 perjalanan pada 2015 menjadi 1.063 perjalanan per April 2025.
    Frekuensi perjalanan kereta di Stasiun Manggarai juga sangat tinggi, dengan total 797 perjalanan setiap harinya. Jumlah tersebut terdiri dari 82 KA Jarak Jauh, 357 KA Bogor (BOO) – Jakarta Kota (JAKK), 286 KA Bekasi (BKS) – Tanah Abang (THB), serta 64 KA Bandara.
    Peningkatan volume penumpang juga cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2015, jumlah penumpang tercatat sebanyak 5,7 juta, kemudian meningkat menjadi 7,55 juta pada 2019 sebelum pandemi.
    Meski sempat anjlok menjadi 3,2 juta pada 2020 dan 2,6 juta pada 2021 akibat pandemi, angka ini kembali naik menjadi 4,45 juta pada 2022 dan 5,11 juta pada 2023 (termasuk 405 ribu penumpang KA Bandara).
    Pada 2024, jumlah penumpang yang melakukan gate in mencapai 5,55 juta, sementara gate out sebanyak 5,29 juta.
    Volume penumpang transit di Stasiun Manggarai juga menunjukkan tren yang terus meningkat. Pada 2023, jumlah penumpang transit tercatat hampir 52,25 juta orang. Angka ini naik 10,8 persen pada 2024, menjadi 57,67 juta penumpang transit dalam setahun. Rata-rata per hari, Stasiun Manggarai melayani sekitar 166.587 penumpang pada hari kerja.
    Tercatat pada 1 Januari 2025 jumlah penumpang yang transit mencapai 211.132 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa Manggarai telah berkembang menjadi stasiun utama dan tersibuk sebagai titik transit dan perpindahan penumpang di Jabodetabek.
    Sebagai optimalisasi untuk kapasitas angkut penumpang saat ini, KAI Commuter telah mengoperasikan 5 rangkaian Commuter Line baru CLI-125 sebanyak 5 rangkaian dengan lintas operasi 3 di lintas Bogor dan 2 di lintas Bekasi/Cikarang dan akan terus bertambah setelah mendapat sertifikasi dan melawati serangkaian uji dan test sesuai dengan peraturan dari Kementerian Perhubungan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 373 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jabotabek saat Libur Tahun Baru Islam

    373 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jabotabek saat Libur Tahun Baru Islam

    Jakarta: Libur Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 H jadi momen penting bagi masyarakat untuk berlibur, pulang kampung, atau bersilaturahmi. Tak heran, arus kendaraan keluar Jabotabek melonjak tajam sejak H-1.

    Menurut data dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk, sebanyak 373.324 kendaraan tercatat meninggalkan wilayah Jabotabek selama dua hari, yakni Kamis hingga Jumat, 26-27 Juni 2025.

    “Angka tersebut merupakan angka kumulatif arus lalu lintas dari empat Gerbang Tol Utama yaitu Cikupa, Ciawi, Cikampek Utama, dan Kalihurip Utama,” ujar Direktur Utama Jasa Marga, Rivan Achmad Purwantono, dilansir Antara, 28 Juli 2025.

    Arah timur jadi jalur favorit pemudik
    Distribusi arus lalu lintas keluar Jabotabek selama libur panjang menunjukkan arah Timur menjadi yang paling padat. Berikut pembagiannya:

    – Ke arah Timur (Trans Jawa & Bandung): 191.919 kendaraan (51,4 persen)
    – Ke arah Barat (Merak): 91.865 kendaraan (24,6 persen)
    – Ke arah Selatan (Puncak): 89.540 kendaraan (24,0 persen)
     

    Peningkatan terbesar terjadi pada GT Cikampek Utama, yang mencatat 95.916 kendaraan, naik 81,6 persen dari lalu lintas normal. Disusul GT Kalihurip Utama dengan 96.003 kendaraan, naik 59,5 persen.

    Secara total, 191.919 kendaraan menuju arah Timur, meningkat 69,8 persen dari kondisi normal. Angka ini mencerminkan tingginya minat masyarakat untuk berlibur ke arah Trans Jawa dan Bandung.
    GT Cikupa dan Ciawi tak kalah ramai
    Sementara itu, kendaraan yang mengarah ke Merak melalui GT Cikupa berjumlah 91.865 kendaraan (turun 5,3 perssen dari lalin normal). Lalu ke arah Puncak via GT Ciawi: 89.540 kendaraan, naik 33,5 persen.

    Meski tak sebanyak arah Timur, arus ke Selatan tetap menunjukkan kenaikan signifikan, terutama ke kawasan wisata Puncak.

    Puncak arus keluar terjadi pada Hari H libur 1 Muharam, Jumat 27 Juni 2025, dengan total 183.890 kendaraan keluar dari Jabotabek, naik 26,3 persen dari hari normal.

    “Jasa Marga mencatat peningkatan signifikan di beberapa gerbang tol utama,” ujar Rivan.
    Imbauan untuk pengguna jalan
    Jasa Marga mengimbau pengguna jalan tol untuk mengatur waktu perjalanan dan menggunakan fitur digital seperti Jasamarga Integrated Digitalmap (JID) serta memanfaatkan layanan real-time guna memantau kepadatan lalu lintas.

    Jasa Marga juga menyiagakan personel tambahan dan melakukan koordinasi dengan kepolisian untuk mengatur lalu lintas dan mempercepat penanganan insiden jika terjadi kepadatan.

    Jakarta: Libur Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 H jadi momen penting bagi masyarakat untuk berlibur, pulang kampung, atau bersilaturahmi. Tak heran, arus kendaraan keluar Jabotabek melonjak tajam sejak H-1.
     
    Menurut data dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk, sebanyak 373.324 kendaraan tercatat meninggalkan wilayah Jabotabek selama dua hari, yakni Kamis hingga Jumat, 26-27 Juni 2025.
     
    “Angka tersebut merupakan angka kumulatif arus lalu lintas dari empat Gerbang Tol Utama yaitu Cikupa, Ciawi, Cikampek Utama, dan Kalihurip Utama,” ujar Direktur Utama Jasa Marga, Rivan Achmad Purwantono, dilansir Antara, 28 Juli 2025.

    Arah timur jadi jalur favorit pemudik
    Distribusi arus lalu lintas keluar Jabotabek selama libur panjang menunjukkan arah Timur menjadi yang paling padat. Berikut pembagiannya:

    – Ke arah Timur (Trans Jawa & Bandung): 191.919 kendaraan (51,4 persen)
    – Ke arah Barat (Merak): 91.865 kendaraan (24,6 persen)
    – Ke arah Selatan (Puncak): 89.540 kendaraan (24,0 persen)
     

    Peningkatan terbesar terjadi pada GT Cikampek Utama, yang mencatat 95.916 kendaraan, naik 81,6 persen dari lalu lintas normal. Disusul GT Kalihurip Utama dengan 96.003 kendaraan, naik 59,5 persen.
     
    Secara total, 191.919 kendaraan menuju arah Timur, meningkat 69,8 persen dari kondisi normal. Angka ini mencerminkan tingginya minat masyarakat untuk berlibur ke arah Trans Jawa dan Bandung.
    GT Cikupa dan Ciawi tak kalah ramai
    Sementara itu, kendaraan yang mengarah ke Merak melalui GT Cikupa berjumlah 91.865 kendaraan (turun 5,3 perssen dari lalin normal). Lalu ke arah Puncak via GT Ciawi: 89.540 kendaraan, naik 33,5 persen.
     
    Meski tak sebanyak arah Timur, arus ke Selatan tetap menunjukkan kenaikan signifikan, terutama ke kawasan wisata Puncak.
     
    Puncak arus keluar terjadi pada Hari H libur 1 Muharam, Jumat 27 Juni 2025, dengan total 183.890 kendaraan keluar dari Jabotabek, naik 26,3 persen dari hari normal.
     
    “Jasa Marga mencatat peningkatan signifikan di beberapa gerbang tol utama,” ujar Rivan.
    Imbauan untuk pengguna jalan
    Jasa Marga mengimbau pengguna jalan tol untuk mengatur waktu perjalanan dan menggunakan fitur digital seperti Jasamarga Integrated Digitalmap (JID) serta memanfaatkan layanan real-time guna memantau kepadatan lalu lintas.
     
    Jasa Marga juga menyiagakan personel tambahan dan melakukan koordinasi dengan kepolisian untuk mengatur lalu lintas dan mempercepat penanganan insiden jika terjadi kepadatan.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Puncak Macet-Dedi Mulyadi Larang Angkot “Narik”, Janji Kasih Uang Saku

    Puncak Macet-Dedi Mulyadi Larang Angkot “Narik”, Janji Kasih Uang Saku

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan uang saku bagi supir angkutan kota yang beroperasi di wilayah Puncak agar tidak bekerja. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkapkan, upaya ini dilakukan dengan pertimbangan kemacetan panjang yang terjadi saat libur long weekend sejak kemarin, Jumat (27 Juni 2025).

    “Terjadi kemacetan kemarin, karena orang liburan untuk menikmati kebahagiaan, ngga boleh stres, saya instruksikan seluruh jajaran Dinas Perhubungan angkutan kota, angkutan pedesaan yang biasa beroperasi wilayah Cisarua, Puncak dan sekitarnya hari Sabtu ini ngga beroperasi dan Minggu besok,”

    Berkaca pada kebijakan serupa pada operasional selama mudik Lebaran 2025, bantuan yang akan diberikan oleh Dedi mencapai Rp 3 juta, di mana bantuan ini merupakan kompensasi agar tukang becak, sopir angkot hingga ojek untuk berdiam diri di rumah.

    “Gimana uang saku? Senin kita bantu karena seluruh nomor rekening supir yang biasa beroperasi di wilayah tersebut sudah ada di kami,” ujar Dedi.

    “Saya imbau seluruh supir angkot angkutan pedesaan yang biasa beroperasi di puncak Bogor hari ini kembali ke rumah ngga perlu beroperasi kembali ke keluarga dan seluruhnya, Senin kami akan kirim untuk mengganti hari Sabtu dan Minggu,” lanjutnya.

    Dilansir Detik.com, Satlantas Polres Bogor mencatat sekitar 12 ribu kendaraan mengarah ke kawasan wisata Puncak, Bogor, Jawa Barat, pada hari pertama long weekend libur Tahun Baru Islam. Kendaraan arah Puncak meningkat sejak pagi tadi.

    “Terhitung dari tadi malam mulai pukul 00.00 WIB, sampai tadi pukul 08.00 WIB, itu (total) sudah 16 ribu kendaraan. Untuk kendaraan yang keluar itu kurang lebih 4.000 kendaraan, yang sudah masuk ke kawasan wisata Puncak kurang lebih 12 ribu kendaraan,” kata KBO Satlantas Polres Bogor Iptu Ardian Novianto, Jumat (27/5/2025).

    Foto: Lalu lintas (lalin) menuju Puncak, Bogor, Jawa Barat, padat merayap Jumat (27/6/2025) pagi. (M Sholihin/detikcom)
    Lalu lintas (lalin) menuju Puncak, Bogor, Jawa Barat, padat merayap Jumat (27/6/2025) pagi. (M Sholihin/detikcom)

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ini 10 Kereta Api Favorit Selama Libur Panjang 1 Muharam

    Ini 10 Kereta Api Favorit Selama Libur Panjang 1 Muharam

    Jakarta: Libur Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 Hijriah disambut meriah oleh masyarakat Indonesia. Banyak keluarga memilih untuk mudik, liburan, atau bersilaturahmi ke kampung halaman. 

    Di tengah kemacetan panjang di jalan raya dan jalur wisata, kereta api kembali jadi moda favorit karena bebas macet, tepat waktu, dan nyaman!

    PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencatat lonjakan pemesanan lebih dari 804 ribu pelanggan untuk periode libur panjang ini, atau 121 persen dari kapasitas tempat duduk yang tersedia.

    Tingkat okupansi capai 133%
    KAI mencatat pada Kamis dan Jumat, 26-27 Juni 2025, menjadi hari paling padat. Tingkat okupansi bahkan melebihi 130 persen, karena adanya penumpang dinamis, penumpang yang naik-turun di stasiun berbeda, sehingga satu kursi bisa dipakai lebih dari sekali.

    “Selama periode liburan ini, sejumlah KA ekonomi menjadi pilihan utama masyarakat. Relasinya yang strategis dan harga tiket yang bersahabat menjadikan kereta-kereta berikut sebagai yang paling diminati,” ujar Vice President Public Relations KAI, Anne Purba dalam keterangan tertulis, Sabtu, 28 Juli 2025.
     

    Top 10 KA favorit selama liburan 1 Muharam
    Berikut daftar 10 kereta api dengan pemesanan tertinggi sepanjang libur panjang Tahun Baru Islam:

    KA 271 Airlangga (Surabaya – Pasar Senen): 7.986 pelanggan
    KA 272 Airlangga (Pasar Senen – Surabaya): 7.838 pelanggan
    KA 269 Matarmaja (Malang – Pasar Senen): 6.695 pelanggan
    KA 187 Joglosemarkerto (Solo – Semarang – Tegal – Purwokerto – Solo): 6.628 pelanggan
    KA 251 Jayakarta (Surabaya Gubeng – Pasar Senen): 6.613 pelanggan
    KA 270 Matarmaja (Pasar Senen – Malang): 6.249 pelanggan
    KA 275 Pasundan (Surabaya Gubeng – Kiaracondong): 5.906 pelanggan
    KA 274 Kahuripan (Blitar – Kiaracondong): 5.890 pelanggan
    KA 278 Sri Tanjung (Lempuyangan – Ketapang): 5.875 pelanggan
    KA 273 Kahuripan (Kiaracondong – Blitar): 5.846 pelanggan

    Ada KA Tambahan buat kamu yang belum kebagian tiket!
    Untuk mengakomodasi lonjakan penumpang, KAI menghadirkan sejumlah kereta tambahan, terutama pada relasi padat.

    “Penambahan ini merupakan bentuk antisipasi terhadap lonjakan volume pelanggan serta upaya menjaga kenyamanan selama musim libur,” kata Anne.
    Daftar KA Tambahan Libur 1 Muharam:

    KA Sancaka Tambahan (Surabaya – Yogyakarta)
    KA Parahyangan Fakultatif (Bandung – Gambir PP)
    KA Kaligung Tambahan (Semarang – Tegal PP)
    KA Batavia (Solo – Gambir PP)
    KA Arjuno Ekspres (Surabaya – Malang PP)

    Langkah KAI mengoperasikan kereta tambahan juga mendukung Program Asta Cita Pemerintah, termasuk penguatan konektivitas nasional, pengentasan kemiskinan, dan pemajuan ekonomi inklusif.

    “Promo tarif diskon 30 persen serta kehadiran kereta tambahan menjadi bentuk keberpihakan kami terhadap mobilitas terjangkau,” ungkap Anne.

    Jakarta: Libur Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 Hijriah disambut meriah oleh masyarakat Indonesia. Banyak keluarga memilih untuk mudik, liburan, atau bersilaturahmi ke kampung halaman. 
     
    Di tengah kemacetan panjang di jalan raya dan jalur wisata, kereta api kembali jadi moda favorit karena bebas macet, tepat waktu, dan nyaman!
     
    PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencatat lonjakan pemesanan lebih dari 804 ribu pelanggan untuk periode libur panjang ini, atau 121 persen dari kapasitas tempat duduk yang tersedia.

    Tingkat okupansi capai 133%
    KAI mencatat pada Kamis dan Jumat, 26-27 Juni 2025, menjadi hari paling padat. Tingkat okupansi bahkan melebihi 130 persen, karena adanya penumpang dinamis, penumpang yang naik-turun di stasiun berbeda, sehingga satu kursi bisa dipakai lebih dari sekali.

    “Selama periode liburan ini, sejumlah KA ekonomi menjadi pilihan utama masyarakat. Relasinya yang strategis dan harga tiket yang bersahabat menjadikan kereta-kereta berikut sebagai yang paling diminati,” ujar Vice President Public Relations KAI, Anne Purba dalam keterangan tertulis, Sabtu, 28 Juli 2025.
     

    Top 10 KA favorit selama liburan 1 Muharam
    Berikut daftar 10 kereta api dengan pemesanan tertinggi sepanjang libur panjang Tahun Baru Islam:

    KA 271 Airlangga (Surabaya – Pasar Senen): 7.986 pelanggan
    KA 272 Airlangga (Pasar Senen – Surabaya): 7.838 pelanggan
    KA 269 Matarmaja (Malang – Pasar Senen): 6.695 pelanggan
    KA 187 Joglosemarkerto (Solo – Semarang – Tegal – Purwokerto – Solo): 6.628 pelanggan
    KA 251 Jayakarta (Surabaya Gubeng – Pasar Senen): 6.613 pelanggan
    KA 270 Matarmaja (Pasar Senen – Malang): 6.249 pelanggan
    KA 275 Pasundan (Surabaya Gubeng – Kiaracondong): 5.906 pelanggan
    KA 274 Kahuripan (Blitar – Kiaracondong): 5.890 pelanggan
    KA 278 Sri Tanjung (Lempuyangan – Ketapang): 5.875 pelanggan
    KA 273 Kahuripan (Kiaracondong – Blitar): 5.846 pelanggan

    Ada KA Tambahan buat kamu yang belum kebagian tiket!
    Untuk mengakomodasi lonjakan penumpang, KAI menghadirkan sejumlah kereta tambahan, terutama pada relasi padat.
     
    “Penambahan ini merupakan bentuk antisipasi terhadap lonjakan volume pelanggan serta upaya menjaga kenyamanan selama musim libur,” kata Anne.
    Daftar KA Tambahan Libur 1 Muharam:

    KA Sancaka Tambahan (Surabaya – Yogyakarta)
    KA Parahyangan Fakultatif (Bandung – Gambir PP)
    KA Kaligung Tambahan (Semarang – Tegal PP)
    KA Batavia (Solo – Gambir PP)
    KA Arjuno Ekspres (Surabaya – Malang PP)

    Langkah KAI mengoperasikan kereta tambahan juga mendukung Program Asta Cita Pemerintah, termasuk penguatan konektivitas nasional, pengentasan kemiskinan, dan pemajuan ekonomi inklusif.
     
    “Promo tarif diskon 30 persen serta kehadiran kereta tambahan menjadi bentuk keberpihakan kami terhadap mobilitas terjangkau,” ungkap Anne.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)