Topik: Mata uang kripto

  • Mengingat Sepak Terjang Hacker Bjorka yang Dulu Hebohkan RI

    Mengingat Sepak Terjang Hacker Bjorka yang Dulu Hebohkan RI

    Jakarta

    Polisi mengungkap sosok pria berinisial WFT (22) di Kakas Barat, Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), yang mengaku hacker ‘Bjorka’ dan mengklaim meretas 4,9 juta data nasabah bank. Apakah dia adalah Bjorka yang sama dengan sang hacker yang dulu sempat bikin heboh dengan berbagai kasus peretasan data skala nasional?

    WFT disebut bukan ahli information technology (IT). “Jadi yang bersangkutan ini bukan ahli IT, hanya orang yang tidak lulus SMK,” kata Wakil Direktur Siber Direktorat Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, Kamis (2/10/2025).

    WFT belajar IT otodidak melalui media sosial dan dia tidak memiliki pekerjaan. “Namun sehari-hari secara otodidak dia selalu mempelajari IT, jadi dia mempelajari segala sesuatu itu hanya dari IT, melalui komunitas-komunitas media sosial,” ujarnya.

    Wakil Direktur Siber Direktorat Siber Polda Metro Jaya AKBP Fian Yunus mengatakan WFT diduga bertransaksi data ilegal di dark web sejak 2020. WFT aktif di dark web dengan username Bjorka. Pelaku sempat berganti username menjadi SkyWave, Shint Hunter, hingga Oposite6890 untuk menyamarkan aksinya.

    Fia menyebutkan WFT mengklaim mendapatkan data institusi luar negeri ataupun dalam negeri, perusahaan kesehatan, hingga perusahaan swasta untuk diperjualbelikan. Dia diduga menjual dan bertransaksi dengan mata uang kripto.

    “Berapa uang yang didapatkan ini juga kita belum bisa mendapatkan fakta secara jelas. Tapi pengakuannya sekali dia menjual data itu kurang lebih nilainya puluhan juta. Jadi tergantung orang-orang yang membeli data yang dia jual, melalui dark forum. Pada saat diperjualbelikan pelaku menerima pembayaran dengan menggunakan crypto currency,” ujarnya.

    Bjorka yang dulu bikin heboh

    Penangkapan ini langsung memantik reaksi warganet. Di media sosial, ramai beredar tangkapan layar Instagram Stories akun @Bjorkanism yang berisi tulisan provokatif: “you think its me? everyone uses my name, but you dont realize im still FREE the one who appeared in 2022.”

    Unggahan itu memunculkan spekulasi bahwa ‘Bjorka’ asli masih bebas berkeliaran dan ada sosok hacker lain yang menggunakan nama tersebut. Tagar #Bjorka bahkan sempat trending di X dengan berbagai opini yang mempertanyakan keaslian tersangka.

    Mengingat sepak terjangnya, hacker Bjorka mulai bikin heboh pada 2022 dan 2023. Setelah beberapa lama menghilang, dia sempat sekali lagi bikin geger pada September 2024 dengan membocorkan NPWP Jokowi dan sejumlah menteri. Berikut sebagian sepak terjang hacker Bjorka.

    1. Kebocoran Data Pelanggan IndiHome

    Bjorka mengklaim telah mengantongi 26 juta history browsing pelanggan IndiHome. Datanya mencakup keyword, email, nama, jenis kelamin, hingga Nomor Induk Kependudukan (NIK).

    Namun perwakilan Telkom Group menyatakan, bahwa data-data yang bocor tidak valid dan merupakan hasil fabrikasi. Menurut Ahmad Reza, SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom, Telkom tidak menggunakan email @telkom.net, baik untuk kepentingan perusahaan maupun layanan bagi pelanggan.

    “Jadi fungsinya bukan sebagai email,” jelas Reza.

    2. Kebocoran Data Registrasi SIM Card Prabayar

    Tak hanya sampai di situ, Bjorka terus membuat kehebohan di dunia maya. Target selanjutnya, mengarah kepada kebocoran yang diduga data registrasi SIM Card Prabayar.

    Bjorka mengaku memiliki 1,3 miliar data yang berukuran 87GB. Di dalamnya berisi NIK, nomor telepon, operator seluler, dan tanggal registrasi.

    3. Kebocoran Data KPU

    Bjorka juga mengklaim mendapatkan 105 juta data penduduk Indonesia, di mana dugaan saat ini milik KPU. Serupa dengan data-data di atas, sang hacker juga membagikannya di forum online Breached.to.

    Data-data tersebut berukuran 20GB dan berisi informasi seperti NIK, Kartu Keluarga (KK), nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, umur, dan lain-lain. Bjorka sendiri menjualnya seharga USD 5 ribu atau setara Rp 7,4 juta.

    4. Kebocoran Data Dokumen Rahasia Presiden Republik Indonesia

    Aktivitas nyolong data yang dilakukan Bjorka masih berlanjut. Bahkan setelah menyebut Kominfo bodoh, dia menargetkan dokumen rahasia Presiden Republik Indonesia.

    Setelah mengumumkan rencananya di Telegram, hacker ini pun beraksi, dan kembali mengklaim berhasil merampas data rahasia Presiden RI periode 2019-2021 yang berukuran 189 MB. Di dalamnya, total ada 679.180 dokumen.

    Kendati demikian, juru bicara Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Hari Purwanto menepis kabar dokumen atau surat-surat dari BIN untuk Presiden bocor. Ia menyatakan bahwa itu kabar bohong.

    “Hoax itu, dokumen BIN aman terkendali, terenkripsi secara berlapis, dan semua dokumen pakai samaran,” kata Wawan kepada detikcom.

    5. Kebocoran Data Pribadi Sejumlah pejabat

    Kebocoran data yang terbaru datang secara personal dari Menkominfo kala itu, Johnny G Plate. Dari tangkapan layar yang dibagikan oleh DarkTracer, ada beberapa informasi pribadi Johnny, seperti nomor telepon, nama lengkap, jenis kelamin, NIK, KK, alamat rumah, nama istri dan masih banyak lagi.

    Setelah Johnny, Bjorka menyebarkan data Mendagri Tito Karnavian, Mochamad Iriawan yang saat itu menjabat Ketua Umum PSSI, Muhaimin Iskandar, Mahfud MD, dan Kepala BSSN Hinsa Siburian. Zainudin Amali, yang saat itu menjabat sebagai Menpora juga dibocorkan data pribadinya terkait tragedi Kanjuruhan.

    Saat itu juru bicara BSSN Ariandi Putra menyebut data pribadi Hinsa Siburian yang dibocorkan itu sudah basi dan sebenarnya bisa didapat dari sumber terbuka.

    6. 34 Juta Data Paspor Warga RI

    Sebanyak 34 juta data paspor warga Indonesia diduga bocor dan kabar ini viral di media sosial. Hacker kawakan Bjorka diduga sebagai dalangnya.

    Kabar kebocoran data paspor ini pertama kali disampaikan oleh Pendiri Ethical Hacker Indonesia, Teguh Aprianto, di akun Twitter pribadinya.

    Teguh menyebut Bjorka yang muncul kali ini kemungkinan masih Bjorka yang sama yang membuat jagat maya riuh di sekitar pertengahan 2022 lewat sederet aksi pembocoran datanya dan sampai saat ini belum jelas identitasnya.

    Data paspor yang bocor ini diunggah di blogbjork.ai. Alamat blog ini sendiri belum pernah diungkap oleh Bjorka yang beraksi di 2022, baik itu via Telegram, akun BreachForums, maupun Twitter-nya. Adapun harga yang dipatok untuk 34 juta data paspor ini adalah USD 10 ribu atau di kisaran Rp 150 juta.

    7. Data BPJS Ketenagakerjaan

    Lama tak terdengar setelah melakukan pencurian data dari lima daftar di atas, Bjorka kembali beraksi. Baru-baru ini dirinya mencuri 19 juta data berukuran 5 GB, yang berisikan informasi anggota BPJS Ketenagakerjaan.

    Adapun isinya meliputi Nomor Induk Kependudukan (NIK), nama, email, nomor ponsel, alamat, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan, tempat bekerja dan lain-lain. Data-data itu dibanderol senilai USD 10 ribu atau kisaran Rp 153 juta dalam bentuk Bitcoin.

    8. Jutaan Data NPWP Termasuk Milik Presiden Jokowi dan Para Menterinya

    Di akhir 2024, pendiri Ethical Hacker Indonesia, Teguh Aprianto, mengungkapkan adanya penjualan jutaan data NPWP di forum ilegal. Data yang bocor di antaranya NIK, NPWP, alamat, nomor HP, dan e-mail.

    “Sebanyak 6 juta data NPWP diperjualbelikan dengan harga sekitar Rp 150 juta. Data yang bocor di antaranya NIK, NPWP, alamat, nomor HP, e-mail, dan lain-lain,” kata Teguh dalam akun X @secgron. Kutipan sudah disesuaikan dengan ejaan yang benar.

    Teguh juga mengunggah tangkapan layar di Breach Forums. Dalam foto tersebut, ada nama Bjorka sebagai user tertanggal 18 September 2024. Totalnya, ada 6,6 juta data yang dijual di forum itu. Data-data tersebut dibanderol dengan nilai USD 10 ribu atau sekitar Rp 152,96 juta (kurs Rp 15.296).

  • 7
                    
                        Hal-hal yang Perlu Diketahui tentang Sosok Hacker "Bjorka" yang Ditangkap Polisi
                        Megapolitan

    7 Hal-hal yang Perlu Diketahui tentang Sosok Hacker "Bjorka" yang Ditangkap Polisi Megapolitan

    Hal-hal yang Perlu Diketahui tentang Sosok Hacker “Bjorka” yang Ditangkap Polisi
    Penulis

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya berhasil menangkap seorang pria berinisial WFT (22), pemilik akun X dengan nama Bjorka atau @bjorkanesiaa, yang diduga terlibat kasus akses ilegal dan kebocoran data nasabah salah satu bank swasta di Indonesia.
    Penangkapan dilakukan di rumah kekasihnya, MGM, di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, pada Selasa (23/9/2025).
    “Tersangka dengan inisial WFT, laki-laki, usia 22 tahun,” ujar Kasubbid Penmas Bid Humas Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak, dalam jumpa pers, Kamis (2/10/2025).
    Kasus ini bermula pada Februari 2025, ketika akun X @bjorkanesiaa mengunggah tampilan database nasabah bank swasta.
    Pelaku bahkan mengirim pesan langsung ke akun resmi bank, mengeklaim telah meretas 4,9 juta data nasabah.
    “Motifnya adalah untuk memeras pihak bank. Namun, pemerasan belum terjadi karena pihak bank langsung melapor ke polisi,” jelas Kasubdit IV Direktorat Siber Polda Metro Jaya AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon.
    Berdasarkan laporan polisi (LP/B/2541/IV/2025/SPKT/Polda Metro Jaya) tertanggal 17 April 2025, penyidik segera menelusuri aktivitas digital pelaku.
    Dari hasil pemeriksaan, WFT diketahui aktif di dark forum sejak 2020, menggunakan berbagai nama samaran, mulai dari Bjorka, SkyWave, Shinyhunter, hingga Opposite 6890.
    Wakil Direktur Reserse Siber AKBP Fian Yunus mengungkapkan bahwa WFT telah menjelajahi dark web sejak 2020.
    Ia memanfaatkan forum gelap untuk membeli dan menjual data pribadi, mulai dari informasi perbankan hingga data perusahaan kesehatan dan swasta.
    “Pelaku ini aktif di dark forum sejak Desember 2024 dengan nama Bjorka, lalu berganti-ganti identitas digital untuk menyamarkan diri,” kata Fian.
    Pelaku juga diketahui memperjualbelikan data melalui platform lain, seperti Facebook, TikTok, dan Instagram, serta menerima pembayaran dalam bentuk mata uang kripto.
    Meski dikenal publik sebagai hacker berbahaya, polisi menegaskan bahwa WFT bukan lulusan teknologi informasi.
    “Hanya orang yang tidak lulus SMK, tetapi belajar IT secara otodidak dari komunitas di media sosial,” ungkap Fian.
    Herman menambahkan, WFT beraksi seorang diri tanpa bantuan pihak lain.
    Sehari-harinya ia hanya menghabiskan waktu di depan komputer, belajar teknik peretasan dari forum-forum gelap.
    Dari hasil tracing, uang hasil penjualan data digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
    “Dia anak yatim piatu, anak tunggal yang menghidupi keluarganya,” jelas Fian.
    Meski sudah mengaku menggunakan nama Bjorka sejak 2020, polisi belum bisa memastikan apakah WFT adalah sosok yang sempat menghebohkan publik Indonesia pada 2022–2023.
    “Yang Opposite, ya mungkin. Karena di internet, everybody can be anybody. Itu masih dalam penyelidikan,” ujar Fian.
    Polisi juga membuka kemungkinan kerja sama internasional, mengingat aktivitas WFT bersinggungan dengan forum-forum gelap global dan bisa jadi menjadi incaran kepolisian negara lain.
    Atas perbuatannya, WFT dijerat dengan sejumlah pasal, antara lain:
    (Reporter: Baharudin Al Farisi | Editor: Tim Redaksi)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jejak Panjang Hacker Bjorka: Dari Bocoran Data Nasabah hingga Ditangkap Polisi

    Jejak Panjang Hacker Bjorka: Dari Bocoran Data Nasabah hingga Ditangkap Polisi

    Bisnis.com, JAKARTA — Polda Metro Jaya mengklaim telah menangkap pria yang mengaku pemilik akun peretas alias hacker Bjorka, yang selama ini dikenal publik sebagai sosok misterius di balik sejumlah kasus kebocoran data besar di Indonesia.

    Kasubidpenmas Polda Metro Jaya Kombes Reonald Simanjuntak menyampaikan pria berinisial WFT (22) itu ditangkap di Minahasa, Sulawesi Utara, pada 23 September 2025.

    “Yang bersangkutan ditangkap pada Selasa, 23 September 2025 di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara,” ujar Reonald di Polda Metro Jaya, Kamis (2/10/2025).

    Wadirsiber Polda Metro Jaya AKBP Fian Yunus menambahkan bahwa Bjorka sudah dikenal sebagai pemilik akun di dark web sejak 2020. Identitasnya sulit dilacak karena kerap mengganti nama akun, mulai dari @SkyWave, @ShintHunter, hingga terakhir @Opposite6890 pada Agustus 2025.

    “Pelaku mengklaim bahwa yang bersangkutan memiliki data-data dari beberapa institusi baik di dalam maupun di luar negeri dan itu diperjualbelikan,” tutur Fian.

    Menurut Fian, hasil penjualan data tersebut membuat pelaku meraup keuntungan yang dibayarkan dalam bentuk mata uang kripto. “Pada saat diperjualbelikan pelaku menerima pembayaran dengan menggunakan cryptocurrency,” pungkasnya.

    Kasubdit IV Ditsiber Polda Metro Jaya AKBP Herman Edco menyebut penangkapan WFT bermula dari laporan sebuah bank swasta terkait akun X bernama @bjotkanesiaaa. Akun itu mengunggah data 4,9 juta nasabah bank dan mengklaim telah berhasil meretas sistem.

    “Niat daripada pelaku adalah sebenarnya untuk melakukan pemerasan terhadap bank swasta tersebut,” tutur Herman.

    Atas perbuatannya, WFT ditahan dan dijerat Pasal 46 Juncto Pasal 30 dan/atau Pasal 48 Jo Pasal 32 dan/atau Pasal 51 Ayat (1) Jo Pasal 35 UU No.11/2008 sebagaimana diubah dengan UU No.1/2024 tentang ITE. Ancaman hukumannya maksimal 12 tahun penjara.

    Jejak Panjang Peretasan Bjorka

    Meski polisi telah menangkap WFT yang mengaku sebagai Bjorka, hingga kini belum ada kepastian apakah ia merupakan sosok sama yang selama beberapa tahun terakhir dikenal publik dengan nama Bjorka. Nama ini sempat membuat heboh karena aksi-aksinya meretas dan memperjualbelikan data pribadi dari jutaan warga Indonesia hingga pejabat tinggi negara.

    Pada Maret 2023, Bjorka mengklaim memiliki 19,5 juta data dari BPJS Ketenagakerjaan yang ia jual seharga US$10.000 atau sekitar Rp153 juta di forum Breached.vc. Dalam unggahan 12 Maret 2023, ia bahkan merilis 100.000 sampel data yang bisa diunduh gratis sebagai “bukti”. Data tersebut mencakup nama, NIK, alamat, nomor telepon, email, hingga informasi pekerjaan.

    Sebelumnya, pada 2022, Bjorka muncul dengan sederet aksi besar:

    Mengklaim memiliki 3,2 miliar data dari aplikasi PeduliLindungi.
    Menjual 44 juta data MyPertamina.
    Mengunggah 1,3 miliar data registrasi kartu SIM dengan kapasitas 87GB.
    Membocorkan data pribadi sejumlah pejabat, termasuk Menteri Kominfo Johnny G. Plate, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, hingga selebritas Deddy Corbuzier.

    Bahkan, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Anies Baswedan, turut disebut datanya bocor. Namun Anies membantah kebenarannya.

    “Iya sayang, NIK-nya [Nomor Induk Kependudukannya] salah. Nomor HP-nya [Handphone] juga salah,” kata Anies di DPRD DKI, Selasa (13/9/2022). Ia menambahkan, “Itu enggak tahu saya ngambil datanya dari mana. Kebanyakan salah itu data-datanya.”

    Kasus Bocornya Data Pajak

    Nama Bjorka kembali menjadi perhatian pada September 2024. Saat itu, akun X @FalconFeedsio mengunggah tangkapan layar di Breach Forums yang menunjukkan Bjorka menjual data NPWP sebesar 2GB (dikompres 500MB) seharga US$10.000.

    Data itu diduga berasal dari Ditjen Pajak Kementerian Keuangan, dengan daftar nama besar yang disebut bocor: Presiden Joko Widodo, anak-anaknya Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, hingga Menkominfo Budi Arie Setiadi.

    Direktur Jenderal IKP Kemenkominfo Prabunindya Revta Revolusi mengonfirmasi pihaknya menindaklanjuti kasus ini. “⁠⁠Saat ini, Kementerian Kominfo sedang menindaklanjuti dan terus berkoordinasi secara intensif bersama BSSN, DJP Kementerian Keuangan, dan Kepolisian RI,” kata Prabu, Senin (23/9/2024).

    Sementara itu, Dirtipidsiber Bareskrim Polri Brigjen Himawan Bayu Aji menyebut penyelidikan dilakukan dengan menggandeng BSSN. “Kita juga sedang melakukan penyelidikan [kasus kebocoran data NPWP],” ujarnya, Selasa (24/9/2024).

  • Polisi Klaim Hacker ‘Bjorka’ yang Bobol Data 4,9 Juta Nasabah Bank Ditangkap

    Polisi Klaim Hacker ‘Bjorka’ yang Bobol Data 4,9 Juta Nasabah Bank Ditangkap

    Bisnis.com, JAKARTA — Polda Metro Jaya mengklaim telah menangkap pria yang mengaku pemilik akun Bjorka dalam kasus ilegal akses, manipulasi dan peretasan data 4,9 juta nasabah bank.

    Kasubidpenmas Polda Metro Jaya Kombes Reonald Simanjuntak mengatakan pria tersebut berinisial WFT (22). Dia ditangkap di Minahasa, Sulawesi Utara pada 23 September 2025.

    “Yang bersangkutan ditangkap pada Selasa, 23 September 2025 di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara,” ujar Reonald di Polda Metro Jaya, Kamis (2/10/2025).

    Wadirsiber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus mengatakan Bjorka terkenal dengan pemilik akun di dark web sejak 2020. Dia juga sempat mengganti akunnya beberapa kali seperti @SkyWave, @ShintHunter, hingga terakhir @Opposite6890 pada Agustus 2025.

    Tujuan penggantian akun ini dilakukan untuk menyamarkan diri sendiri agar sulit dilacak oleh aparat penegak hukum (APH). Adapun, tindak pidana yang dipersangkakan terhadap Bjorka ini berkaitan dengan data yang diperjualbelikan

    “Pelaku mengklaim bahwa yang bersangkutan memiliki data-data dari beberapa institusi baik di dalam maupun di luar negeri dan itu diperjualbelikan,” tutur Fian.

    Dia menambahkan Bjorka telah mendapatkan keuntungan atas jual beli data tersebut. Keuntungan itu dibayarkan kepada Bjorka dengan menggunakan mata uang kripto atau cryptocurrency.

    “Pada saat diperjualbelikan pelaku menerima pembayaran dengan menggunakan cryptocurrency,” pungkasnya.

    Di samping itu, Kasubdit IV Ditsiber Polda Metro Jaya AKBP Herman Edco menyatakan Bjorka ditangkap setelah pihaknya menerima laporan dari bank swasta terkait dengan akun X yang @bjotkanesiaaa.

    Akun tersebut dilaporkan karena telah mengunggah data nasabah bank swasta serta mengklaim telah meretas 4,9 juta akun bank tersebut.

    “Niat daripada pelaku adalah sebenarnya untuk melakukan pemerasan terhadap bank swasta tersebut,” tutur Herman.

    Atas perbuatannya itu, WFT resmi ditahan dan dipersangkakan Pasal 46 Juncto Pasal 30 dan atau Pasal 48 Jo Pasal 32 dan atau Pasal 51 Ayat (1) Jo Pasal 35 UU No.11/2008 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No.1/2024 tentang Perubahan Kedua atas UU No.11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dengan ancaman pidana paling lama 12 tahun penjara.

  • Terungkap Gaji CEO Telegram Tak Sampai Rp 5.000, Ini Alasannya

    Terungkap Gaji CEO Telegram Tak Sampai Rp 5.000, Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Telegram, Pavel Durov, kerap menjadi sorotan karena omongan dan prinsipnya yang tak biasa dalam menjalankan bisnis. Salah satunya terkait patokan gaji yang ia tetapkan sebagai nakhoda perusahaan aplikasi pesan singkat populer dengan 1 miliar pengguna aktif per Maret 2025.

    Dalam podcast bersama ilmuwan komputer Lex Fridman, Durov ditanya terkait gaji yang ia ambil sebagai CEO sebesar US$1 atau setara Rp 16.000. Durov kemudian meralatnya, bukan US$1 melainkan 1 Dirham (Rp4.500).

    “1 Dirham cuma sepertiga dari itu [US$1],” kata dia, dikutip dari situs resmi Lex Fridman, Kamis (2/10/2025).

    Sebagai informasi, Durov merupakan pemilik tunggal yang memegang 100% saham Telegram. Untuk itu, semua keputusan bisnis Telegram diambil oleh pria 40 tahun yang pernah ditangkap dan ditahan di Prancis pada Agustus 2024.

    Pada 2024 lalu, Telegram untuk pertama kalinya mencatat laba setelah 11 tahun beroperasi. Pendapatan Telegram tahun lalu ditaksir melampauai US$1 miliar (Rp16,6 triliun), dengan cadangan uang tunai sebesar US$500 juta dan belum termasuk aset mata uang kripto.

    Laporan Economic Times pada akhir 2024 menyebut Durov sudah melunasi sebagian besar utang perusahaan senilai US$2 miliar (Rp33,2 triliun).

    Selama ini, Durov dikenal sebagai sosok yang mempertahankan prinsip kebebasan berpendapat lewat platformnya. Ia tak mau ada penyensoran, bahkan jika diperintahkan negara.

    Selain itu, Durov tak mau menyisipkan iklan di dalam Telegram. Hal ini yang membuat sumber pendapatan Telegram terbatas pada layanan berbayar yang sekarang sudah memiliki lebih dari 15 juta pelanggan.

    “Kami harus berinovasi untuk mendapat keuntungan agar bisnis terus berjalan, tanpa harus menjalankan aktivitas bisnis yang merugikan data dan pengalaman pengguna, seperti yang dilakukan hampir semua kompetitor kami,” kata Durov dalam diskusinya bersama Fridman.

    “Uang bukan tujuan utama [Telegram], setidaknya untuk saya,” ujarnya.

    Durov mengatakan Telegram merupakan bisnis yang membuatnya menanggung kerugian personal. Ia mengaku lebih banyak menggelontorkan uang ke aplikasi tersebut ketimbang menerima hasil.

    “Saya tak pernah menjual saham [Telegram], dan tak ingin menjual Telegram. Jadi, bagaimana caranya mau untung tanpa mengorbankan prinsip? Salah satunya dengan mengekspor model langganan, tapi hanya untuk beberapa fitur tambahan,” ia menjelaskan.

    Perlu dicatat, Telegram tetap tersedia dan berfungsi untuk pengguna gratis. Namun, jika ingin mengakses fitur-fitur tambahan, perlu membayar biaya langganan sekitar US$4-5.

    Opsi berbayar ini sudah dilakukan sejak 2022 dan kini sudah menghimpun lebih dari 15 juta pelanggan, menurut klaim Durov.

    “Kami menyertakan lebih dari 50 fitur berbeda ke dalam paket premium. Lalu, bagaimana caranya membuat aplikasi yang sudah lebih canggih daripada aplikasi perpesanan lain di pasaran, bahkan lebih bermanfaat sehingga orang-orang bersedia membayar ekstra untuk fitur ini? Itu tidak mudah. Butuh banyak usaha,” kata Durov.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tetangga RI Geger Geng Judol Internasional, Transaksi Tembus Rp 63 T

    Tetangga RI Geger Geng Judol Internasional, Transaksi Tembus Rp 63 T

    Jakarta, CNBC Indonesia – Vietnam digegerkan dengan geng judi online (judol) internasional dan kripto transnasional dengan transaksi tembus US$ 3,8 miliar (Rp63,61 triliun). Pengadilan Vietnam bahkan menjatuhkan hukuman kepada empat bersaudara dan puluhan orang lainnya karena kasus ini, Kamis (25/9/2025).

    Hal ini dilaporkan oleh media pemerintah, Kamis (25/9/2025). Surat kabar Ho Chi Minh City’s Law melaporkan bahwa anggota jaringan tersebut, yang dijalankan oleh empat bersaudara Vietnam, didakwa dengan tuduhan mengorganisasi dan berpartisipasi dalam perjudian daring antara awal 2020 hingga akhir 2021, saat mereka ditangkap oleh polisi.

    “Pada akhir sidang dua hari di Kota Ho Chi Minh pada Rabu malam, empat bersaudara tersebut dijatuhi hukuman penjara antara delapan sampai 13 tahun,” kata laporan tersebut, dikutip AFP.

    “Tiga puluh sembilan terdakwa lainnya dijatuhi hukuman mulai dari tiga tahun dengan masa percobaan, hingga lebih dari 10 tahun penjara. Polisi Vietnam juga sedang berupaya menangkap seorang pria India yang diyakini sebagai dalang di balik jaringan tersebut.”

    Kelompok kriminal itu menggunakan jutaan dolar dari keuntungan ilegal untuk membeli real estat dan mobil mewah di Vietnam, serta mencuci uang di luar negeri. Polisi telah membuka penyelidikan pencucian uang secara terpisah.

    Jaringan kriminal itu juga merancang situs web untuk investasi berlapis menggunakan mata uang kripto, yang ilegal di Vietnam. Pengguna dapat membuka akun, mengubah dong Vietnam menjadi token digital seperti USDT dan Ethereum, dan mentransfernya ke dompet elektronik untuk digunakan dalam judi daring.

    Pada puncaknya, jaringan ini memiliki 20.000 pengguna dengan sekitar 25 juta akun. Beberapa pengguna mendapatkan komisi dengan cara memancing penjudi lain melalui Telegram dan platform media sosial lainnya untuk bergabung dengan jaringan tersebut.

    Penyedia layanan internet Vietnam telah memblokir Telegram sejak Juni setelah pihak berwenang memperingatkan adanya “tanda-tanda pelanggaran hukum” pada aplikasi pesan tersebut.

    “Hingga 68% dari 9.600 saluran yang digunakan oleh orang Vietnam di Telegram mengandung informasi beracun dan buruk,” kata Pemerintah Vietnam.

    Media pemerintah melaporkan pada bulan Februari bahwa hampir 60 orang yang bekerja dalam sindikat penipuan kripto yang mencuri jutaan dolar dari warga negara Vietnam telah ditangkap di Kamboja dan Vietnam. Sindikat tersebut diduga memancing para korban untuk berinvestasi dalam mata uang kripto Bitcoin melalui aplikasi seluler, lalu mengambil uang mereka.

    (tps/șef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Di Balik Rentetan Pencurian Buku Langka Miliaran Rupiah di Eropa

    Di Balik Rentetan Pencurian Buku Langka Miliaran Rupiah di Eropa

    Jakarta

    Sejumlah perpustakaan di Eropa menjadi sasaran pencurian bernilai miliaran rupiah. Buku-buku langka dan berusia tua karya seniman dan sastrawan Rusia, seperti Alexander Pushkin dan Nikolai Gogol, raib.

    Selama 18 bulan, sejumlah edisi karya klasik Rusia dan publikasi antik lainnya dalam bahasa Rusia dicuri dari belasan perpustakaan Eropa, dari Baltik dan Finlandia hingga Swiss dan Prancis.

    Di beberapa tempat, modusnya mengganti buku-buku asli dengan salinannya. Di tempat lain, buku-buku itu diambil begitu saja dari perpustakaan, lalu tak pernah dikembalikan.

    “Pencurian terbesar sejak Perang Dunia Kedua,” kata Prof Hieronim Grala dari Universitas Warsawa kepada BBC menggambarkan skala kejahatan tersebut kepada media.

    Sebagai tanggapan, Europol – Badan Kerjasama Penegakan Hukum Uni Eropa membuka investigasi bernama Operasi Pushkin.

    Operasi ini melibatkan lebih dari 100 petugas polisi yang menggeledah sejumlah properti di beberapa negara.

    Sejauh ini sembilan tersangka telah dilacak dan ditangkap. Semuanya adalah warga negara Georgia.

    ‘Serasa menjadi penyihir’

    Terpidana pencuri buku Beka Tsirekidze terlihat di sebelah kanan dengan kolase foto Nikolai Gogol, mengatakan kepada BBC bahwa ia merasa seperti ‘penyihir’ dengan buku-buku. (BBC)

    Orang pertama yang ditangkap adalah Beqa Tsirekidze, 48 tahun. Ia diadili dan dihukum atas tiga kejahatan di dua negara yaitu Latvia dan Estonia. Kejahatan yang dilakukannya termasuk pencurian dari perpustakaan Tartu dan Tallinn.

    Saat ini, Tsirekidze sedang menjalani hukuman tiga tahun tiga bulan di Estonia. Meski begitu, narapidana di sana diizinkan berbicara dengan jurnalis, termasuk Tsirekidze.

    Atas dasar ini, BBC bisa berjumpa dengan Tsirekidze. Dalam pertemuan itu, ia menjelaskan keputusannya untuk terlibat dalam bisnis buku-buku antik untuk menghidupi keluarganya. Pekerjaan yang dijalaninya sejak 2008 adalah membeli, merestorasi, dan menjualnya kembali.

    Ketika ditanya mengenai pendidikan formalnya terkait restorasi buku, ia mengatakan mempelajari semuanya melalui latihan.

    “Saya seperti seorang penyihir dengan buku. Saya bisa memegang sebuah buku di tangan saya dan langsung tahu berapa nilainya dan berapa harga yang akan mereka bayar saat lelang,” katanya.

    Sekitar delapan tahun berjibaku tanpa tertangkap basah, Tsirekidze berurusan dengan hukum untuk pertama kalinya pada tahun 2016.

    Ia dihukum di Georgia karena mencuri buku-buku antik dari Museum Sejarah Tbilisi. Dia mengakui kesalahannya dan dia menerima hukuman percobaan.

    BBCBuku-buku tua dan berharga cenderung hilang dari perpustakaan universitas karena pencuri menganggap buku-buku tersebut tidak akan terpantau selama berbulan-bulan

    Enam tahun berselang, pada April 2022, terjadi lagi. Dua orang memasuki perpustakaan Universitas Tartu di Estonia, dan meminta untuk melihat delapan buku karya dua seniman dan satrawan Rusia abad ke-19 yaitu Alexander Pushkin dan Nikolai Gogol.

    Baca juga:

    Dengan bicara berbahasa Rusia, mereka menjelaskan kepada petugas perpustakaan bahwa mereka membutuhkan buku tersebut untuk adik laki-laki mereka yang sedang melakukan penelitian untuk studi lanjut di Amerika Serikat.

    Tiga bulan kemudian, staf perpustakaan baru menyadari bahwa dua buku telah diganti dengan yang palsu. Catatan perpustakaan menunjukkan bahwa buku-buku tersebut terakhir kali diambil oleh dua orang yang datang pada April itu.

    Para pustakawan kemudian bergegas memeriksa enam edisi buku klasik Rusia yang tersisa.

    Setelah diperiksa dengan teliti, enam buku itu telah ditukar dengan salinan yang dibuat secara terampil dan terlihat asli karena memiliki stempel perpustakaan dan nomor inventaris.

    Modus tiruan

    Kejadian terjadi lagi pada Oktober 2023. Sepasang anak muda duduk di ruang baca Perpustakaan Universitas Warsawa. Mereka adalah pria bertopi bisbol hitam dan perempuan berambut merah.

    Mereka sibuk membuka buku-buku tua, lalu pria muda itu mencium pipi pasangannya. Semua ini terpantau dari rekaman kamera pengawas di perpustakaan.

    Rupanya, pria muda itu adalah putra Tsirekidze, Mate, dan wanita itu adalah istri Mate, Ana Gogoladze. Mereka berdua kemudian ditangkap dengan tuduhan mencuri buku-buku senilai hampir US$100.000 (sekitar Rp1,7 miliar) dari perpustakaan. Mereka pun dihukum.

    Baca juga:

    Universitas Warsawa menjadi sasaran karena memiliki koleksi banyak buku sebelum dan sesudah era Soviet. Koleksi buku-buku itu merupakan benda-benda yang secara ajaib selamat dari Pemberontakan Warsawa pada 1944, ketika gedung tempat disimpannya buku-buku ini dibakar.

    “Kami adalah generasi yang paham betul bahwa seseorang pernah menyelamatkan buku-buku ini untuk kami,” kata Prof Hieronim Grala dari Universitas Warsawa kepada BBC.

    Secara keseluruhan, dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, 73 eksemplar buku langka senilai hampir US$600.000 (sekitar Rp10 miliar) dicuri dari perpustakaan. Beberapa pelaku pencurian hingga kini belum tertangkap.

    “Ini seperti memecahkan permata dari sebuah mahkota,” kata Prof Grala.

    BBCMate Tsirekidze dan Ana Gogoladze menargetkan Perpustakaan Universitas Warsawa

    Kenapa modus ini sulit terendus?

    Pelonggaran aturan yang memungkinkan penggunaan buku-buku langka dan buku-buku tua dari reformasi perpustakaan baru-baru ini diduga berperan meningkatkan jumlah pencurian, kata Prof Grala.

    Meski memberi akses lebih besar pada para pembaca, tapi ternyata ini menjadi ujian bagi para pegawai perpustakaan.

    Mereka tidak segera menyadari pergantian tersebut. “Ada kodenya, ada buku dengan ukuran yang sama, tidak ada celah di rak,” kata Prof Grala.

    “Tidak diragukan lagi bahwa kelompok pencuri yang datang sejak awal [mengincar buku-buku tertentu] telah mempersiapkan dengan baik. Tampaknya, mereka telah membuat tiruan berkualitas tinggi,” ujar Prof Grala.

    ‘Stempel kecil sebagai penanda’

    Umumnya, semua perpustakaan di seluruh dunia menandai buku dengan perangko atau stempel kecil sebagai penanda. Sebagai contoh, Rusia memiliki ciri khas “stempel yang kuat”, kata pakar dan kolektor buku langka, Pyotr Druzhnin.

    Secara teori, penanda ini dapat memudahkan identifikasi pada buku yang dicuri, kata para ahli. Akan tetapi, ini tidak selalu dapat dijadikan pegangan mengingat perpustakaan kadang menjual buku-buku sebagai duplikat, seperti yang terjadi pada zaman Soviet, karena kurangnya ruang.

    Selain itu, tutup atau bubarnya perpustakaan seperti yang terjadi pada banyak perpustakaan selama periode Perestroika juga mengakibatkan buku berstempel tersebar.

    Baca juga:

    Menurut Druzhinin, sulit untuk menentukan asal-usul buku-buku yang memiliki perangko dari abad ke-19 dan sebelumnya. “Jika perangko itu berasal dari abad ke-18 atau ke-19, kami tak tahu apa yang terjadi pada buku itu. Bagaimana ia tak lagi berada di perpustakaan, tak ada yang tahu.”

    Walakin, stempel juga bisa dihilangkan secara kimiawi. Halaman lama dalam sebuah buku juga bisa diganti dengan yang baru, tapi menggunakan kertas lama. Jejak manipulasi ini sering kali hanya diketahui oleh para kolektor atau ahli.

    Apa alasan pencurian buku langka terjadi?

    BBCKadang-kadang, pencuri mengambil buku-buku dari perpustakaan dan tidak mengembalikannya

    Maraknya pencurian buku klasik nan langka yang tersebar di sejumlah perpustakaan ini didorong harga yang tinggi dan akses mudah untuk memperolehnya.

    “Bayangkan, setengah kilo emas senilai US$60.000 (sekitar Rp1 miliar) dijaga oleh 22 orang bersenjata. Dua buku senilai US$60.000 tergeletak di suatu tempat di sebuah perpustakaan di Eropa, dan dijaga oleh seorang perempuan tua. Bahkan sering kali tidak ada pengawasan video,” kata Tsirekidze kepada BBC dari penjara Estonia.

    Pakar dan kolektor buku langka, Pyotr Druzhnin kemudian mencontohkan, warga negara Georgia, Mikhail Zamtaradze, yang juga dihukum setelah mencuri dan menjual buku-buku berharga dari Perpustakaan Universitas Vilnius di Lithuana pada Juni.

    Zamtaradze mendaftar di perpustakaan dengan menggunakan dokumen palsu dan memesan 17 edisi langka yang sebagian besar di antaranya memiliki stempel kecil. Dia kemudian mengganti 12 buku dengan salinannya dan mengambil lima buku dari perpustakaan yang tidak dikembalikannya.

    Nilai total buku-buku yang dicuri diperkirakan mencapai hampir US$700.000 (sekitar Rp11,7 miliar)

    Baca juga:

    Zamtaradze menyatakan di pengadilan bahwa ia telah mencuri buku-buku tersebut atas pesanan dari Moskow dan ia mengemas serta mengirimkannya dengan bus ke Belarusia. Untuk itu, ia menerima US$30.000 (sekitar Rp500 juta) dalam bentuk mata uang kripto.

    Ia mengklaim salinan dan dokumen palsu juga dikirim kepadanya dari Moskow. Pelanggannya, kata Zamtaradze, adalah petinggi rumah lelang di Moskow.

    Druzhinin menjelaskan, pembelian buku dari peminat buku mahal yang lingkupnya sempit ini bisa jadi sebagai tindakan patriotik. “Ini adalah momen bersejarah kembalinya buku-buku penting ke tanah air mereka,” katanya.

    Namun, para ahli seharusnya tahu bahwa “ini bukan koleksi pribadi yang dijual,” katanya.

    Ia pun memberi gambaran lonjakan buku-buku langka Rusia di pasaran pada periode 2022 dan 2024 yang bertepatan dengan memuncaknya gelombang kejahatan pencurian buku di Eropa.

    Bagaimana peran rumah lelang?

    BBCHanya karena sebuah buku memiliki stempel lama, bukan berarti buku itu telah dicuri dari perpustakaan, kata para ahli

    Pernyataan Zamtaradze mengenai rumah lelang ini mengangkat lagi seberapa jauh peran tempat lelang dengan buku-buku langka ini.

    Prof Grala menemukan empat publikasi terpisah dari Perpustakaan Universitas Warsawa yang dijual di rumah lelang LitFund di Moskow pada akhir 2022 dan 2023.

    BBC kemudian mendapatkan tangkapan layar dari Prof Grala tentang situs lelang yang menampilkan buku-buku yang dimaksud. Kemungkinan buku-buku itu berasal dari koleksi perpustakaan.

    Salah satu buku yang dilelang adalah The Tales of Ivan Belkin karya Pushkin, dengan stempel abad ke-19 yang terlihat jelas di foto-foto edisi tersebut.

    Lot lain di lelang yang sama memiliki empat volume kumpulan Puisi Pushkin. Pada gambar pada laman rumah lelang, yang sekarang telah dihapus, cap universitas Warsawa juga dapat dilihat.

    Direktur LitFund, Sergei Burmistrov, mengatakan lelang ini beroperasi sesuai undang-undang Federasi Rusia dan tidak menerima penjualan buku-buku yang memiliki stempel perpustakaan negara yang masih aktif.

    Burmistrov menambahkan bahwa pemilik buku menandatangani kontrak dengan rumah lelang untuk mengonfirmasi asal-usul hukum buku yang diterima untuk dilelang.

    Setiap buku kemudian diperiksa dengan cermat oleh ahli dari rumah lelang untuk memastikan tidak ada stempel atau tanda lain dari perpustakaan yang masih aktif.

    Stempel lama tidak selalu menimbulkan kecurigaan. “Pada tahun-tahun pasca-revolusi, sejumlah besar buku dari perpustakaan kekaisaran Rusia didistribusikan ke seluruh dunia dan berakhir di banyak koleksi negara dan pribadi, sehingga buku-buku yang berakhir di koleksi pribadi beredar bebas di pasar dunia,” kata Burmistrov kepada BBC.

    Prof Grala mengatakan kepada BBC bahwa masalah perangko lama memang rumit.

    “Jika ada stempel bersejarah dari Perpustakaan Universitas Warsawa dan kode historisnya dipertahankan, ini dianggap sebagai artefak tersendiri. Karena tidak ada yang akan membubuhkan stempel baru atau kode baru. Stempel ini bertahan selama 200 tahun, mereka tidak akan dicap ulang,” katanya kepada BBC.

    Sementara itu, Operasi Pushkin masih jauh dari selesai. Setidaknya satu tersangka sedang menunggu persidangan di Prancis karena mencuri buku-buku dari perpustakaan di sana.

    Pihak berwenang meyakini bahwa masih banyak penjahat yang masih berkeliaran. Begitu pula dengan beberapa buku paling berharga di Eropa.

    (ita/ita)

  • AS Sanksi Iran, Sasar Jaringan Perbankan Bayangan yang Sokong IRGC

    AS Sanksi Iran, Sasar Jaringan Perbankan Bayangan yang Sokong IRGC

    JAKARTA – Amerika Serikat (AS) mengeluarkan sanksi baru terkait Iran yang menargetkan individu dan entitas yang menurut Washington mendanai militer Teheran, termasuk beberapa di Hong Kong dan Uni Emirat Arab.

    Mereka yang menjadi sasaran disebut AS membantu mengoordinasikan transfer dana, termasuk dari penjualan minyak Iran, yang menguntungkan pasukan militer Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC)-Pasukan Quds dan Kementerian Pertahanan dan Logistik Angkatan Bersenjata (MODAFL).

    “Jaringan ‘perbankan bayangan’ Iran seperti ini—yang dijalankan oleh fasilitator keuangan gelap tepercaya—menyalahgunakan sistem keuangan internasional, dan menghindari sanksi dengan mencuci uang melalui perusahaan-perusahaan bayangan di luar negeri dan mata uang kripto,” demikian pernyataan Departemen Keuangan AS dilansir Reuters.

    Sanksi AS umumnya melarang individu dan perusahaan Amerika untuk terlibat dalam transaksi bisnis apa pun dengan pihak-pihak yang menjadi target.

  • Indonesia-Selandia Baru siap tingkatkan kerja sama berantas narkotika

    Indonesia-Selandia Baru siap tingkatkan kerja sama berantas narkotika

    “Saya berharap kerja sama antara BNN RI dan pemerintah Selandia Baru ke depan dapat semakin meningkat, khususnya dalam bidang pemberantasan narkotika, baik berupa pelatihan maupun pertukaran informasi,”

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia dengan pemerintah Selandia Baru siap meningkatkan kerja sama dalam pemberantasan narkotika, dalam pertemuan di Jakarta, Senin (8/9).

    Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Inspektur Jenderal Polisi Suyudi Ario Seto mengungkapkan BNN RI dan pemerintah Selandia Baru sebelumnya pernah memiliki beberapa program kerja sama, di antaranya pertukaran polisi wanita pada tahun 2007 dan pelatihan anggota BNN di New Zealand Police Dog Training School pada tahun 2017.

    “Saya berharap kerja sama antara BNN RI dan pemerintah Selandia Baru ke depan dapat semakin meningkat, khususnya dalam bidang pemberantasan narkotika, baik berupa pelatihan maupun pertukaran informasi,” ungkap Irjen Pol. Suyudi, seperti dikutip dari keterangan tertulis yang dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

    Oleh karena itu dengan adanya kunjungan Duta Besar (Dubes) Selandia Baru Phillip Taula ke Kantor BNN RI, Suyudi berharap kerja sama yang baik dengan pemerintah Selandia Baru dapat terus terjalin dan terealisasi dalam berbagai program nyata.

    Dikatakan bahwa hal tersebut mengingat BNN RI sangat memerlukan pelatihan dalam memperdalam investigasi, mata uang kripto (cryptocurrency), maupun web gelap (dark web).

    Dia pun turut berharap dengan adanya audiensi tersebut hubungan baik BNN RI dengan pemerintah Selandia Baru yang telah lama terjalin semakin erat.

    Sementara itu, Dubes Selandia Baru Phillip Taula yang baru saja dilantik pada Februari 2025, pada kesempatan tersebut menyampaikan ucapan selamat kepada Suyudi atas pelantikannya sebagai Kepala BNN RI.

    “Saya ingin mengenal BNN lebih dekat dan meningkatkan kerja sama khususnya dalam bidang penanganan narkotika,” ujar Philip.

    Dalam kunjungan kerja itu, Dubes Selandia Baru didampingi oleh Atase Kepolisian Selandia Baru Paul Borrell serta Penasihat Kepolisian, Politik, dan Keamanan Kedubes Selandia Baru Awan Poesoro, diterima secara langsung oleh Kepala BNN RI

    Adapun Kepala BNN RI didampingi Deputi Hukum dan Kerja Sama BNN RI Agus Irianto, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Pemberantasan BNN RI Budi Wibowo, dan Direktur Interdiksi BNN RI Tery Zakiar Muslim.

    Pewarta: Agatha Olivia Victoria
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Investor Besar Tarik 500 Bitcoin dari Binance, Pasar akan Positif dalam Waktu Dekat?

    Investor Besar Tarik 500 Bitcoin dari Binance, Pasar akan Positif dalam Waktu Dekat?

    JAKARTA – Data dari firma pemantauan on-chain Whale Alert, menunjukan telah terjadinya aktivitas pembelian Bitcoin (BTC) secara besar-besaran oleh pemegang Bitcoin besar, atau yang sering disebut whale.

    Whale Alert mencatat sebuah transaksi besar yang melibatkan 500 Bitcoin yang ditarik dari Binance, bursa kripto terbesar di dunia, dalam beberapa menit saja, pada tengah hari tanggal 7 September.

    Dengan demikian, platform investasi kripto Pintu menyebutkan bahwa total nilai Bitcoin (BTC) yang ditarik dari Binance pada waktu itu adalah sekitar 55.566.215 dolar AS atau sekitar Rp906 miliar.

    Meskipun tidak dijelaskan maksud dari transaksi besar ini, para pengamat pasar menganggap gerakan ini sebagai aktivitas pembelian Bitcoin oleh investor besar atau institusi, mengingat sifat transfer tersebut.

    Terjadinya pembelian Bitcoin besar-besaran dan kembalinya whale ini disebut sebagai indikator kuat, di mana pasar kripto kemungkinan akan bergerak ke arah yang lebih positif dalam waktu dekat.

    “Kegiatan ini tidak hanya menunjukkan kepercayaan yang meningkat dari para investor besar tetapi juga bisa memicu gelombang optimisme di kalangan investor kecil dan menengah,” tulis Pintu dalam blog resminya. 

    Kegiatan akumulasi Bitcoin (BTC) besar-besaran ini terjadi di saat mata uang kripto utama tersebut menunjukkan tanda-tanda kebangkitan harga yang potensial. 

    Meskipun Bitcoin (BTC) mengalami fluktuasi harga selama minggu ini, dengan naik hingga sekitar 113.000 dolar AS (Rp1,84 miliar) dan turun serendah 107.000 dolar AS (Rp1,74 miliar), mata uang ini tampaknya akan mengakhiri minggu dengan catatan positif.