Topik: Mata uang kripto

  • Izin Dibekukan, World Setop Sementara Layanan Verifikasi di Indonesia – Page 3

    Izin Dibekukan, World Setop Sementara Layanan Verifikasi di Indonesia – Page 3

    Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) baru-baru ini membekukan izin platform WorldID dan Worldcoin, setelah viralnya kegiatan pengumpulan data biometrik masyarakat Indonesia di beberapa lokasi dengan imbalan token koin Worldcoin.

    Lantas apa itu Worldcoin dan bagaimana cara kerjanya? Mengutip Tech Target, Senin (5/5/2025), Worldcoin diperkenalkan oleh bos OpenAI, Sam Altman, sebagai layanan mata uang kripto yang menawarkan metode dan cara baru yang unik untuk identifikasi seseorang.

    Altman mengklaim, metode dan cara baru ini bisa mengurangi risiko penipuan.

    Pasalnya, mata uang kripto baru ini dinilai menentukan identitas seseorang berdasarkan pemindaian mata (iris scanner). Hal ini dapat membantu membuktikan seseorang adalah manusia, bukan robot.

    Platform Worldcoin ini menggabungkan teknologi AI dengan mata uang kripto dan blockchain dalam protokol open source yang mampu memberikan akses kepada siapa pun ke ekonomi global.

    Hal ini karena Worldcoin diklaim terdesentralisasi seperti mata uang kripto lainnya. Itu artinya, pengguna membuat keputusan sendiri, tidak secara terpusat seperti layanan keuangan perbankan.

    Proyek Worldcoin yang dikembangkan selama dua tahun oleh Altman bersama Alex Blania dan Max Novendstern ini berupaya mengatasi ketimpangan pendapatan melalui World ID.

    Berikut bagaimana cara World ID membuktikan bahwa seseorang adalah manusia, bukan bot atau AI:

    Identitas digital unik yang dapat digunakan secara global
    Mata uang global melalui token Worldcoin
    Aplikasi untuk pembayaran, transfer, dan pembelian menggunakan mata uang kripto atau aset tradisional.

  • Mengenal Cara Kerja Worldcoin, Layanan Kripto Sam Altman yang Izinnya Dibekukan Komdigi – Page 3

    Mengenal Cara Kerja Worldcoin, Layanan Kripto Sam Altman yang Izinnya Dibekukan Komdigi – Page 3

    Masih dari Tech Target, Worldcoin ini berbeda dari mata uang kripto lain seperti Bitcoin dan Ethereum. Karena, Worldcoin menawarkan token untuk masa depan tanpa memerlukan data investasi di awal.

    Proyek Worldcoin diklaim memiliki tujuan untuk membantu menciptakan ekonomi global bagi semua orang, terlepas dari negara atau status ekonomi mereka.

    Untuk mendapatkan Worldcoin ini, orang perlu memindai mata mereka melalui perangkat berbentuk bola yang disebut Orb, guna memastikan semua orang adalah manusia dan hanya mendaftar sekali.

    Hal ini seperti yang dilakukan oleh World di berbagai wilayah di Bekasi dan Jakarta, mengarahkan orang untuk memindai iris mata mereka melalui bola bernama Orb. Selanjutnya, setelah melakukan pemindaian, nantinya orang-orang akan mendapatkan token koin Worldcoin.

    Pengidentifikasi unik ini jadi pusat perhatian seiring dengan berkembangnya AI dan membuktikan seseorang adalah manusia, bukan mesin.

    Mengapa iris mata yang dipilih? Rupanya hal ini karena iris mata setiap orang berbeda-beda, layaknya sidik jari. Nah, struktur iris mata subjek ini dipakai oleh perangkat Orb untuk menghasilkan kode identifikasi khusus yang berfungsi sebagai pengenal unik untuk orang tersebut.

    Kode ini lalu disimpan di blockchain Worldcoin yang terdesentralisasi untuk mencegah ada pihak lain menggandakannya. Hasil pemindaian lalu dianonimkan sehingga tidak bisa dilacak ke orang tersebut setelah pengenal dibuat.

  • Apa Itu WorldCoin? Proyek Digital Bos OpenAI yang Kini Dibekukan Izinnya di Indonesia – Page 3

    Apa Itu WorldCoin? Proyek Digital Bos OpenAI yang Kini Dibekukan Izinnya di Indonesia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – WorldCoin kini tengah menjadi sorotan publik. Alasannya, Kementerian Komdigi (Komunikasi dan Digital) mengumumkan telah membekukan sementara platform tersebut di Indonesia. 

    Pembekuan itu dilakukan karena ada laporan masyarakat mengenai aktivitas mencurigakan yang melibatkan perusahaan tersebut. Bagi yang masih asing dengan WorldCoin, sosok di baliknya ternyata orang yang cukup familiar saat ini, yaitu bos OpenAI Sam Altman. 

    Sam Altman bersama Alex Blania dan Max Novendstern mengumumkan proyek WorldCoin pada 2023. Proyek ini bertujuan untuk menciptakan sistem identitas digital global dan mata uang kripto universal.Lantas, apa itu Worldcoin?

    WorldCoin memakai perangkat berbentuk bola yang disebut Orb untuk memindai iris mata pengguna dan menghasilkan kode unik terenskripsi. Data tersebut kemudian digunakan untuk menciptakan identitas digital unik yakni WorldID.

    Dikutip dari Tech Target, Senin (5/5/2025), kode unik itu kemudian disimpan blockchain terdesentralisasi Worldcoin. Worldcoin mengklaim data biometrik dienkripsi dan dianonimkan, sehingga tidak dapat dilacak kembali ke identitas pengguna.

    Selain itu, dengan teknologi yang dikembangkan ini, mereka dapat membedakan manusia dari bot atau akun palsu, sehingga layanan ini digadang-gadang bisa menjadi verifikasi identitas global. 

    World menyebut identitas ini nantinya dapat mencegah aksi penipuan dan meningkatkan keamanan transaksi online. Namun, keamanan WorldID ini sendiri masih menjadi perdebatan, terutama soal penyimpanan biometriknya. 

    Selain itu, WorldCoin disebut hadir membawa pendekatan yang berbeda dari para pendahulunya seperti Bitcoin dan Ethereum. Sebab, mereka menawarkan token tanpa tanpa memerlukan investasi dana di muka.

    Jadi, proyek ini mendistribusikan token kepada individu di seluruh dunia, tanpa memandang status ekonomi atau negara asal. Hal ini dilakukan sebagai bentuk partisipasi langsung dalam sistem keuangan digital masa depan.

  • Bitcoin Tembus USD93.000, Ini Pemicu dan Peluangnya untuk Investor

    Bitcoin Tembus USD93.000, Ini Pemicu dan Peluangnya untuk Investor

    Jakarta: Harga Bitcoin kembali bikin kejutan. Pada Rabu, 23 April 2025, mata uang kripto terbesar ini melonjak ke level USD93.000, naik lebih dari 5 persen hanya dalam 24 jam. 
     
    Kenaikan ini jadi sorotan karena tidak hanya Bitcoin yang menguat, tapi juga beberapa altcoin seperti Ethereum yang naik 13 persen ke level USD1.784, Solana 20 persen ke USD151, dan DOGE yang ikut hijau 18,77 persen.
     
    Tidak hanya pasar kripto, saham-saham Amerika Serikat juga terlihat rebound usai sempat terkoreksi lebih dari 2 persen sehari sebelumnya. Indeks seperti S&P 500 dan Nasdaq pun ikut menguat. Di sisi lain, harga emas justru terkoreksi sekitar 1 persen dari posisi tertingginya.
    Optimisme perdagangan AS-Tiongkok picu aksi borong aset 
    Menurut Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, kenaikan tajam harga Bitcoin dan pasar kripto dipicu oleh sentimen positif dari pernyataan Presiden Trump dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent terkait kemungkinan pelonggaran tarif terhadap Tiongkok.

    “Namun, beberapa pertimbangan mengisyaratkan bahwa reli ini bisa saja turut membawa risiko penurunan harga kembali,” ujar Fahmi dalam keterangan tertulis, Rabu, 23 April 2025.
     
    Trump menyatakan bahwa tarif 145 persen terhadap Tiongkok akan diturunkan secara substansial. Scott Bessent bahkan menyebut kebijakan tarif saat ini sebagai bentuk embargo dagang yang tak berkelanjutan. Harapannya, de-eskalasi antara dua raksasa ekonomi dunia ini akan segera terjadi.
     

    Pernyataan tersebut membuat investor lebih berani mengambil risiko dan memburu aset berisiko seperti kripto. Terutama meme coin, yang sempat jenuh jual, kini bangkit karena memiliki volume perdagangan tinggi dan likuiditas yang besar.
     
    “Kedua faktor tersebut akan memudahkan investor untuk keluar dari posisi yang diambilnya di tengah momentum yang ada jika sentimen positif yang ada dirasa mulai meredup. Akan tetapi, hal itu bukanlah satu-satunya kemungkinan yang bisa terjadi. Seperti yang kita tahu, minat investor ritel terhadap meme coin di berbagai negara cukup besar. Semakin banyaknya investor dan traders yang bergabung dengan tren yang ada dapat menahan reli untuk berlangsung lebih lama,” jelas Fahmi.
    Permintaan institusi naik
    Dalam dua hari terakhir, permintaan Bitcoin dari institusi menunjukkan pemulihan. Data Coinglass mencatat, aliran dana masuk ke ETF Bitcoin spot mencapai USD381 juta pada 21 April dan USD719 juta pada 22 April.
     
    Namun demikian, menurut Fahmi, kenaikan likuiditas di pasar kripto secara umum masih tergolong terbatas. Total nilai terkunci (TVL) di platform DeFi juga belum menunjukkan lonjakan besar.
     
    “Kenaikan Bitcoin saat ini mencerminkan respon cepat pasar terhadap katalis makro, terutama kabar positif terkait geopolitik dan suku bunga. Pertimbangan tersebut turut berpotensi menjadi faktor yang dapat membuat para investor lebih waspada dalam reli kali ini, terlebih dinamika tarif AS ini telah berlangsung selama beberapa pekan sejak pertama kali mencuat,” ucap Fahmi.
     

    The Fed dan inflasi bisa jadi kunci
    Fahmi juga menyoroti pentingnya peran bank sentral AS (The Fed) dalam situasi saat ini. Seperti diketahui, Trump ingin The Fed menurunkan suku bunga. Penurunan suku bunga di tengah kondisi inflasi yang ada saat ini dan potensi kenaikan inflasi di masa depan imbas telah diberlakukannya tarif impor AS dapat sangat mengkhawatirkan bagi investor yang menyimpan asetnya di instrumen seperti uang fiat atau bahkan mungkin juga surat hutang. 
     
    “Hal ini jika terjadi dapat memicu kenaikan harga besar-besaran di pasar kripto dan saham AS,” ujar Fahmi.
    Waktunya ambil posisi?
    Bagi investor yang ingin mengambil peluang dari potensi reli pasar kripto dan saham AS, saat ini bisa jadi momen yang tepat. Fahmi menyarankan strategi aktif untuk mengelola portofolio.
     
    “Bagi investor yang ingin mengoptimalkan keuntungan, maka strategi pengelolaan portofolio secara lebih aktif semakin menarik untuk dipertimbangkan di situasi seperti ini. Sementara bagi investor pemula, saat ini belum tergolong telat untuk mulai berinvestasi crypto dan Saham AS,” tutur Fahmi.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Sama-sama Online Tapi Tak Sama, Apa Perbedaan Uang Digital dan Bitcoin?

    Sama-sama Online Tapi Tak Sama, Apa Perbedaan Uang Digital dan Bitcoin?

    Jakarta: Di era digital seperti sekarang, transaksi keuangan makin praktis dengan kehadiran uang digital. 
     
    Kita bisa beli makanan, bayar tagihan, atau transfer ke teman cukup lewat e-wallet atau mobile banking. 
     
    Tapi, pernah nggak sih kamu kepikiran apa bedanya uang digital yang kamu pakai sehari-hari dengan Bitcoin yang lagi hits di dunia investasi?

    Mengutip dari Pintu Academy, Bitcoin dan uang digital punya perbedaan mendasar, mulai dari cara kerja hingga kontrol sistemnya. Yuk, kita bedah satu per satu!

    Uang digital
    Uang digital sejatinya adalah representasi dari uang fiat (seperti rupiah atau dolar) yang tersimpan dalam bentuk saldo. Bisa di bank digital, e-wallet, atau aplikasi pembayaran lain. 
    Transaksi lewat uang digital memang cepat dan sudah bisa lintas negara, seperti ke Malaysia, Thailand, atau Singapura.
     
    Tapi, sistem ini tetap dikendalikan oleh penyedia jasa. Mulai dari limit transaksi, biaya layanan, sampai waktu penyelesaian yang bisa memakan waktu beberapa hari. Artinya, kamu tetap bergantung pada lembaga keuangan yang jadi pihak ketiga.
     

    Bitcoin
    Berbeda dengan uang digital, Bitcoin adalah mata uang kripto berbasis teknologi blockchain. Sifatnya desentralisasi alias nggak dikendalikan oleh satu lembaga pun. 
     
    Transaksi Bitcoin bisa dilakukan antar pengguna tanpa perlu bank atau penyedia layanan lainnya.
     
    Bitcoin memungkinkan kamu mengirim dan menerima dana secara langsung, dengan waktu konfirmasi sekitar 10 hingga 60 menit. 
     
    Selain itu, biaya transaksinya fleksibel, tergantung dari kondisi jaringan dan keputusan pengguna. Cocok buat kamu yang pengin kontrol penuh atas dana sendiri.
    Desentralisasi vs Sentralisasi
    Poin paling krusial dalam membedakan Bitcoin dan uang digital adalah konsep pengelolaannya:
     
    Bitcoin = Desentralisasi. Siapa pun bisa bergabung, semua transaksi transparan, dan tidak ada pihak yang bisa memblokir atau mengontrol dana kamu.
     
    Uang Digital = Sentralisasi. Kamu harus percaya pada bank atau platform yang menyimpan dan mengatur akses ke saldo kamu.
     
    Uang digital dan Bitcoin punya perannya masing-masing. Uang digital cocok buat kebutuhan sehari-hari karena praktis dan sudah banyak diterima. 
     
    Sementara Bitcoin menawarkan alternatif yang lebih bebas, transparan, dan tahan sensor bagi kamu yang ingin kontrol lebih atas aset digital.
     
    Jadi, kamu tim uang digital atau Bitcoin?
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Tren Baru Transaksi Bandar Judi Online, Pakai QRIS dan Kripto

    Tren Baru Transaksi Bandar Judi Online, Pakai QRIS dan Kripto

    Bisnis.com, JAKARTA — Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkap penggunaan mata uang kripto dan QRIS sebagai tren baru transaksi bandar judi online.

    Koordinator Kelompok Humas PPATK Natsir Kongah menjelaskan, tren itu terjadi ketika lembaganya mengawasi dengan ketat transaksi judi online melalui perbankan hingga dompet digital atau e-wallet. 

    “Sekarang ini pengawasan transaksi judi online lewat perbankan dan e-wallet cukup ketat,” ungkapnya kepada Bisnis, dikutip Selasa (22/4/2025). 

    Menurut Natsir, tren peningkatan penggunaan kripto dan QRIS dalam transaksi judi online telah ditemukan oleh PPATK sejak awal 2024 lalu ketika transaksi belum tembus Rp1.000 triliun. 

    Kini, dengan prediksi bahwa perputaran uang judi online bakal naik, Natsir menyebut lembaganya mendorong agar pencegahan dan pemberantasan judi online agar dilakukan secara kolaboratif. 

    “Perlu koloborasi, kerja keras, kerja efektif para penegak hukum dan stakeholder lainnya. Peran masyarakat untuk tidak bermain judi sangat signifikan membantu menurunkan angka perjudian,” ungkapnya. 

    Transaksi Naik

    Berdasarkan keterangan resmi PPATK sebelumnya, lembaga intelijen keuangan itu mencatat perputaran uang transaksi judi online diprediksi naik pada 2025 menjadi Rp1.200 triliun, dari Rp981 triliun pada 2024. 

    Hal itu disampaikan oleh Kepala PPATK Ivan Yustiavandana pada acara Peringatan Gerakan Nasional Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) ke-23, Kamis (17/4/2025). Dia mengakui bahwa saat ini Indonesia tengah menghadapi permasalahan judi online. 

    Tantangan baru yang dihadapi Indonesia, terangnya, juga bukan hanya judi online. Dia pun menyinggung teknologi dan alat transaksi baru untuk melakukan tindak pidana juga ikut berkembang mengikuti zaman, seperti menggunakan aset kripto hingga platform online lainnya. 

    “23 tahun merupakan waktu yang tidak singkat. Ini bukan hanya tentang apa yang sudah kita lakukan, tetapi tentang apa yang akan kita lakukan bersama ke depannya untuk menerapkan Rezim APUPPT-PPSPM,” katanya dikutip melalui siaran pers, Kamis (17/4/2025). 

    Kendati judi online tengah menjadi sorotan, Ivan melaporkan bahwa tindak pidana korupsi masih menjadi tindak pidana terbesar dalam praktik pencucian uang. Transaksi keuangan mencurigakan yang diduga berasal dari korupsi masih mendominasi berdasarkan hasil National Risk Assesment (NRA) yang dilakukan PPATK. 

    “Negara harus memberikan fokus utama dalam memberantas tindak pidana tersebut,” kata Ivan. 

    Adapun berdasarkan Laporan Tahunan PPATK 2024, transaksi yang diidentifikasi berkaitan dengan tindak pidana selama Januari-Desember 2024 mencapai Rp1.459 triliun. Transaksi terkait dugaan tindak pidana korupsi memiliki nilai terbesar yakni Rp984 triliun. 

    Kemudian, transaksi terbesar diikuti oleh tindak pidana perpajakan Rp301 triliun, perjudian Rp68 triliun, lalu narkotika Rp9,75 triliun. 

  • Bukan Cuma Tarif, Ini Teror Trump yang Bikin Ketar-ketir

    Bukan Cuma Tarif, Ini Teror Trump yang Bikin Ketar-ketir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Teror Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tak hanya soal tarif impor baru. Namun juga terkait peraturan mengenai mata uang kripto.

    Trump memang telah menjanjikan akan merombak aturan soal kripto. Termasuk membatalkan sejumlah tindakan keras pada sektor tersebut saat pemerintahan Joe Biden sebelumnya.

    Namun kebijakan Trump yang akan membuat stablecoin bisa melakukan transaksi cross-border membuat khawatir Menteri Ekonomi Italia, Giancarlo Giorgetti. Bahkan, ia menyebut kebijakan itu lebih berbahaya dari kebijakan tarif baru AS.

    “Akhir-akhir ini, fokus umum mengenai dampak tarif perdagangan. Namun yang lebih berbahaya adalah soal kebijakan AS mengenai mata uang kripto khususnya soal stablecoin berdenominasi dolar,” kata Giorgetti, dikutip dari Reuters, Rabu (16/4/2025).

    Stablecoin dipatok dalam dolar. Ini akan membuat kripto bisa mempertahankan nilai yang konstan.

    Menurutnya, stablecoin akan memberikan kesempatan orang yang berinvestasi diterima secara luas untuk transaksi cross border. Mereka tidak memerlukan rekening bank di AS.

    Tawaran itu jelas akan menarik banyak warga negara dengan mata uang yang tidak stabil. Seraya mengingatkan bahwa tidak boleh meremehkan daya tarik masyarakat di wilayah Eropa.

    “Namun daya tarik untuk orang-orang di zona euro tidak boleh diremehkan,” jelasnya.

    Bank Sentral Eropa (ECB) diketahui tengah mengerjakan Euro Digital. Ini adalah cara mempromosikan pembayaran dan melindungi mata uang fiat dari stablecoin.

    Euro Digital bisa jadi solusi bagi warga Eropa untuk melakukan pembayaran baik offline dan online. Selain itu juga melakukan penukaran uang.

    “Euro Digital sangat penting meminimalkan kebutuhan warga negara Eropa menggunakan solusi asing mengakses layanan dasar seperti pembayaran,” dia menuturkan.

    (fab/fab)

  • Orang Kaya RI Pindahkan Kekayaannya ke Luar Negeri, Ekonom Ungkap Sosoknya – Halaman all

    Orang Kaya RI Pindahkan Kekayaannya ke Luar Negeri, Ekonom Ungkap Sosoknya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Beberapa orang kaya Indonesia diam-diam memindahkan ratusan juta dolar AS ke luar negeri.

    Hal ini diungkap dalam laporan Bloomberg yang dirilis pada 11 April 2025, di mana orang kaya tersebut menggunakan berbagai instrumen, mulai dari properti, emas, hingga mata uang kripto seperti USDT, untuk menyelundupkan kekayaan tanpa meninggalkan jejak. 

    Data Bloomberg menyebutkan, arus keluar dana dari Indonesia meningkat signifikan sejak Oktober 2024, terutama setelah rupiah terjun bebas pada Maret 2025. 

    Seorang bankir swasta mengungkap, kliennya yang memiliki kekayaan bersih USD 100–400 juta bahkan mengalihkan 10 persen portofolio mereka ke aset kripto. 

    Sementara itu, firma penasihat keuangan melaporkan pemindahan dana ke Dubai dan Abu Dhabi mencapai USD 50 juta pada Februari 2025—naik lima kali lipat dibandingkan kuartal sebelumnya. 

    Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat mengatakan, meski laporan Bloomberg tidak menyebutkan siapa mereka, namun dapat diprediksi bahwa orang kaya Indonesia adalah konglomerat komoditas yang sekaligus bermain di sektor finansial, yang mana mereka sudah akrab dengan lobi global.

    “Para pengusaha yang dimaksud dalam laporan Bloomberg bisa jadi adalah segelintir elite bisnis Indonesia yang menguasai sektor ekspor komoditas primer—seperti kelapa sawit, batu bara, nikel, atau karet—dan memiliki jaringan keuangan internasional,” papar Achmad dikutip Senin (14/4/2025).

    Ia menyebut, mereka adalah pemilik perusahaan-perusahaan raksasa yang menggurita di sektor perdagangan, perkebunan, pertambangan, serta perbankan atau investasi. 

    “Kelompok ini akrab dengan transaksi lintas negara, memiliki akses ke pasar modal global, dan terbiasa membuka rekening di bank luar negeri atau menggunakan instrumen keuangan kompleks seperti derivatif, hedge fund, atau mata uang kripto,” paparnya.

    Menurutna, identitas mereka sebenarnya mudah dilacak karena lingkaran pengusaha yang bermain di dua sektor sekaligus (komoditas dan finansial) sangat terbatas. 

    Misalnya, konglomerat pemilik tambang batu bara atau nikel yang juga menguasai perusahaan pembiayaan di Singapura, atau eksportir sawit dengan anak usaha di sektor perbankan offshore. 

    Transaksi ekspor-impor mereka tercatat di Bea Cukai, sementara aliran dananya terekam di bank sentral atau lembaga keuangan internasional. 

    “Keterlibatan mereka dalam skema pemindahan dana ke luar negeri seringkali terlihat dari pola transaksi yang tidak wajar, seperti pembayaran ekspor yang “ditahan” di rekening luar negeri atau penggunaan perusahaan cangkang di negara tax haven,” tuturnya.

    Tak Bisa Dibenarkan

    Achmad menyebut, alasan yang dikemukakan para pelaku, seperti kekhawatiran terhadap disiplin fiskal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, ketidakstabilan politik, atau keinginan melindungi aset, tidak bisa dibenarkan. 

    Sebab, tindakannya memperburuk kondisi yang mereka takuti. Ketika rupiah melemah, pelarian modal dalam skala besar seperti ini ibarat menusuk jantung perekonomian sendiri. 

    “Setiap dolar yang dipindahkan ke luar negeri mengurangi cadangan devisa, melemahkan nilai tukar Rupiah, dan memicu inflasi yang memberatkan 270 juta rakyat Indonesia.
    Mereka mungkin berdalih bahwa ini adalah hak properti pribadi,” kata Achmad.

    Saatnya Menyelamatkan Indonesia dari Jerat Oligarki

    Achmad menyampaikan, pemerintah harus bergerak cepat mengatasi pelarian dana orang kaya ke luar negeri, karena setiap detik penundaan berarti kerugian miliaran rupiah bagi perekonomian. 

    “Jika perlu, cabut izin usaha para pengkhianat ekonomi, bekukan aset mereka, dan publikasikan nama-namanya sebagai bentuk naming and shaming,” tuturnya.

    Lebih lanjut Ia mengatakan, bangsa ini tidak akan maju jika para pemilik modalnya justru menjadi parasit yang menggerogoti tubuh sendiri. 

    Jika mereka tidak mau berdiri di barisan terdepan membela “Indonesia, maka pemerintah wajib memaksa mereka untuk tunduk pada kepentingan nasional. Ekonomi Indonesia bukan milik segelintir orang kaya, melainkan hak seluruh rakyat yang berjuang setiap hari untuk hidup layak,” paparnya.

  • Laporan Bloomberg Bongkar Triliuner Indonesia yang Amankan Duitnya di Luar Negeri, Siapa Mereka?

    Laporan Bloomberg Bongkar Triliuner Indonesia yang Amankan Duitnya di Luar Negeri, Siapa Mereka?

    GELORA.CO – Laporan Bloomberg yang dirilis Jumat (11/5/2025), mengungkap fenomena memilukan sekaligus heboh: segelintir orang kaya Indonesia diam-diam memindahkan ratusan juta dolar AS ke luar negeri. 

    Mereka, masih menurut Bloomberg, menggunakan berbagai instrumen, mulai dari properti, emas, hingga mata uang kripto seperti USDT, untuk menyelundupkan kekayaan tanpa meninggalkan jejak.

    “Tindakan ini bukan sekadar pelarian modal biasa, melainkan tamparan keras terhadap semangat nasionalisme dan tanggung jawab sosial para pemilik modal,” papar ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat di Jakarta, Sabtu (12/4/2025).

    Tak berhenti di situ, kata Achmad Nur, keputusan para triliuner asal Indonesia ‘memboyong; asetnya ke luar negeri, merupakan bentuk ketidakloyalan terhadap upaya bangsa Indonesia menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global. “Data Bloomberg menyebutkan, arus keluar dana dari Indonesia meningkat signifikan sejak Oktober 2024, terutama setelah rupiah terjun bebas pada Maret 2025,” imbuhnya.

    Menurut Bloomberg yang mewawancarai seorang bankir swasta yang mengungkap kliennya yang memiliki kekayaan bersih US$100-400 juta atau setara Rp1,63 triliun hingga Rp6,5 triliun (kurs Rp16.300/US$), membelanjakan 10 persen uangnya untuk aset kripto.

    Sementara sebuah firma penasihat keuangan, melaporkan, pemindahan dana ke Dubai dan Abu Dhabi mencapai US$50 juta (Rp815 miliar) pada Februari 2025, atau naik 5 kali lipat dibandingkan kuartal sebelumnya. “Fakta ini menunjukkan betapa sistemiknya praktik pelarian modal yang dilakukan elite ekonomi Indonesia,” ungkapnya.

    Siapa Mereka? 

    Meski laporan Bloomberg tidak menyebutkan siapa mereka, Achmad Nur menduga, para kelompok kaya itu berasal pebisnis komoditas sekaligus sektor keuangan. Mereka sudah akrab dengan lobi global.

    “Para pengusaha yang dimaksud dalam laporan Bloomberg itu, bisa jadi segelintir elit bisnis Indonesia yang menguasai ekspor komoditas primer, seperti kelapa sawit, batu bara, nikel, atau karet yang memiliki jaringan keuangan internasional,” papar Achmad Nur.

    Selain itu, lanjut Achmad Nur, mereka adalah pemilik perusahaan raksasa yang bisnisnya sudah menggurita di sektor perdagangan, perkebunan, pertambangan, serta perbankan atau investasi.

    “Kelompok ini akrab dengan transaksi lintas negara, memiliki akses ke pasar modal global, dan terbiasa membuka rekening di bank luar negeri atau menggunakan instrumen keuangan kompleks seperti derivatif, hedge fund, atau mata uang kripto,” imbuhnya.

    Dia pun meyakini, sangat mudah untuk melacak daftar pengusaha yang melarikan duitnya ke luar negeri itu, sesuai laporan Bloomberg. “Identitasnya mudah dilacak karena lingkaran pengusaha yang bermain di dua sektor sekaligus (komoditas dan finansial), sangat terbatas di republik ini,” ungkapnya.

    Misalnya, konglomerat pemilik tambang batu bara atau nikel yang juga menguasai perusahaan pembiayaan di Singapura, atau eksportir sawit dengan anak usaha di sektor perbankan offshore, jumlahnya bisa dihitung dengan jari. “Bisa dicek dari transaksi ekspor-impor mereka di Bea Cukai, sementara aliran dananya terekam di bank sentral atau lembaga keuangan internasional,” ungkapnya.

    Keterlibatan mereka dalam skema pemindahan dana ke luar negeri seringkali terlihat dari pola transaksi yang tidak wajar, seperti pembayaran ekspor yang “ditahan” di rekening luar negeri atau penggunaan perusahaan cangkang di negara tax haven.

    Diduga, lanjut Achmad Nur, mereka adalah aktor yang selama ini diuntungkan dari kebijakan ekonomi Indonesia. Namun justru menjadi pihak pertama yang kabur ketika risiko membayangi. “Ironisnya, meski bisnisnya bergantung pada sumber daya alam Indonesia, loyalitas mereka justru mengarah ke pasar global,” pungkasnya.

  • Konglomerat RI Ramai-Ramai Pindahkan Aset ke Luar Negeri, Ada Apa?

    Konglomerat RI Ramai-Ramai Pindahkan Aset ke Luar Negeri, Ada Apa?

    Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah konglomerat atau orang kaya Indonesia diketahui mulai memindahkan kekayaannya ke luar negeri. Tren itu mencuat disinyalir karena adanya kekhawatiran akan kebijakan fiskal Presiden Prabowo Subianto dan ketidakpastian stabilitas ekonomi Indonesia.

    Melansir laporan Bloomberg, orang kaya di Indonesia banyak mengalihkan asetnya ke emas dan real estate di luar negeri. Di samping itu, kripto hingga stablecoin USDT menjadi salah satu instrumen investasi yang banyak dilirik orang kelas menengah atas Indonesia.

    “Emas dan real estate adalah dua tempat penyimpanan yang populer, meskipun tempat penyimpanan ketiga yang kurang tradisional telah muncul: mata uang kripto – khususnya stablecoin USDT dari Tether Holdings SA, yang dirancang untuk mempertahankan nilai tukar 1:1 terhadap dolar AS,” demikian bunyi laporan tersebut.

    Semua aset tersebut menawarkan cara bagi orang kaya di negara ini untuk menghindari pengawasan dalam memindahkan uang dalam jumlah besar.

    Sebagai contoh, mata uang kripto USDT mulai digemari di Indonesia sebagai cara untuk menghindari deteksi konversi mata uang dan memindahkan uang di atas $100.000 ke luar negeri.

    Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh para bankir hingga manager investasi yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa sejumlah klien asal Indonesia dengan kekayaan bersih antara US$100 juta (Rp1,6 triliun) hingga US$400 juta (Rp6,7 triliun) telah mengubah hingga 10% dari aset mereka menjadi kripto.

    Adapun, tren pergeseran aset tersebut dimulai pada Oktober 2024 ketika Prabowo berkuasa, tetapi meningkat secara substansial setelah rupiah jatuh pada bulan Maret.

    Alhasil, meningkatnya arus keluar itu dinyalir kuat menjadi biang kerok penurunan tajam mata uang Indonesia dalam beberapa waktu belakangan.

    Pasalnya, Rupiah pada Selasa (8/4/2025), mata uang rupiah kembali ditutup melemah dengan menyentuh level Rp16.891 per dolar Amerika Serikat (AS).

    Di samping itu, mata uang dan pasar saham Indonesia juga mengalami penurunan karena kekhawatiran bahwa kebijakan belanja Prabowo dapat menggerogoti disiplin fiskal negara yang telah dibangun di bawah pemerintahan sebelumnya.

    Bloomberg menjelaskan kekhawatiran utama para orang kaya Indonesia didorong oleh volatilitas saham dan mata uang yang terjadi usai berbagai Prabowo meneken sejumlah kebijakan. Mulai dari perluasan peran angkatan bersenjata, meningkatnya pengeluaran negara menjadi salah satu momok bagi para investor.

    Bahkan, Bloomberg mempertanyakan keinginan Prabowo yang membidik pertumbuhan ekonomi dapat tembus di level 8% per tahun, sesuatu yang bahkan tidak dapat dicapai oleh China.

    Jika pemerintah terus melakukan ekspansi demi mewujudkan program populis Prabowo, para investor khawatir hal ini dapat menyebabkan defisit fiskal yang lebih besar, peningkatan utang dan kenaikan pajak, belum lagi tekanan inflasi yang lebih luas.

    Meskipun gelombang arus keluar saat ini tidak sebanding dengan eksodus pada tahun 1998 ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi Asia, arus keluar ini semakin meningkat.

    Sejak Februari, klien-klien dari sebuah perusahaan penasihat telah memindahkan sekitar US$50 juta (Rp838,45 miliar) uang mereka ke Dubai dan Abu Dhabi, ujar sumber lain. Pada kuartal Desember, arus keluar serupa hanya mencapai US$10 juta (Rp167,69 miliar).

    Selain properti hingga pasar kripto, emas menjadi alternatif yang dipilih para orang kaya mengamankan asetnya. Penjualan emas batangan di PT Hartadinata Abadi, peritel emas non-pemerintah terbesar di Indonesia, melonjak sekitar 30% dalam tiga bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024, kenaikan kuartalan tertajam dari tahun ke tahun sejak perusahaan tersebut go public pada tahun 2017, kata juru bicara Thendra Crisnanda.

    Analis utama Indonesia di Global Counsel LLP, Dedi Dinarto, menilai arus deras keluar tersebut perlu segera menjadi perhatian Presiden Prabowo. Salah satu langkah yang bisa diambil yakni dengan memberikan jaminan seputar disiplin fiskal dan berkomitmen pada investasi-investasi utama di bidang-bidang seperti infrastruktur.

    “Baik investor asing maupun lokal memiliki kekhawatiran yang sama mengenai kebijakan-kebijakan Prabowo,” ujar Dedi.