Topik: marketplace

  • Bukalapak (BUKA) Tutup Bisnis Fisik, Menko Airlangga: Saya Dengar Dulu

    Bukalapak (BUKA) Tutup Bisnis Fisik, Menko Airlangga: Saya Dengar Dulu

    Bisnis.com, JAKARTA — Petinggi PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) direncanakan menemui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk menjelaskan rencana penghentian penjualan produk fisik dalam situs perusahaan mulai Februari 2025.

    Airlangga mengaku pihak Bukalapak sudah melaporkan rencana restrukturisasi bisnisnya tersebut. Kendati demikian, sambungnya, akan ada pembicaraan lebih lanjut pada pekan depan.

    “Dia [Bukalapak] mau laporan, saya mau dengar dulu,” ujar Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (8/1/2025).

    Sebelumnya, perusahaan teknologi itu menyatakan akan berfokus pada penjualan produk virtual saja seperti pulsa, paket data, hingga token listrik.

    “Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis perusahaan dalam websitenya dikutip Selasa (7/1/2025). 

    Head of Research Sucor Sekuritas Paulus Jimmy menuturkan langkah yang diambil BUKA merupakan langkah strategis. Hal ini melihat perkembangan industri e-commerce yang memang sangat kompetitif dan belum semua perusahaan mampu mencetak profit.

    Akan tetapi, lanjutnya, investor dan pelaku pasar sebaiknya mengamati arah perubahan BUKA ke depannya akan seperti apa.

    Jimmy juga menjelaskan berdasarkan diskusi dengan manajemen sebelumnya, BUKA memang sedang merencanakan restrukturisasi bisnis. BUKA melakukan restrukturisasi ini dengan target membangun bisnis yang lebih berkelanjutan ke depannya. 

    “Sehingga kami juga memperkirakan muted growth dari kinerja keuangan BUKA untuk beberapa kuartal ke depannya,” ujar Jimmy, Rabu (8/1/2025)

    Adapun Jimmy melihat penutupan lini bisnis tersebut tidak akan berpengaruh terhadap persepsi pasar terhadap sektor e-commerce. Hal ini karena posisi e-commerce BUKA yang memang memiliki pangsa pasar relatif kecil dibandingkan dengan kompetitornya.

  • Bukalapak Tutup Lapak, Manajemen Bakal Temui Airlangga

    Bukalapak Tutup Lapak, Manajemen Bakal Temui Airlangga

    Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten teknologi e-commerce PT Bukalapak.com Tbk telah mengumumkan penghentian operasional penjualan produk fisik di marketplace. Pihak manajemen akan mengungkapkan alasan aksi korporasi tersebut ke pemerintah pekan depan di Kantor Kemenko Perekonomian.

    “Dia (manajemen) mau laporan, saya mau dengar dulu. Mungkin minggu depan (pertemuan),” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta, Rabu (8/1/2025).

    Sebagaimana diketahui, sejumlah produk fisik yang ditutup e-commerce itu di antaranya aksesori rumah, elektronik, evoucher, fashion, food, games, handphone, perawatan dan kecantikan, hingga perlengkapan bayi serta rumah tangga.

    Pembeli bisa memesan semua barang tersebut hingga 9 Februari 2025 pukul 23:59 WIB mendatang.

    Bukalapak menjelaskan fokusnya beralih untuk transaksi produk virtual, seperti pembelian pulsa prabayar dan pascabayar, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, paket data, token listrik, dan TV kabel serta internet.

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis Bukalapak dalam blog resminya, dikutip Rabu (8/1/2025).

    Dalam unggahan itu, Bukalapak mengatakan perubahan akan berdampak pada usaha para penjual. Jadi perusahaan telah menyiapkan panduan untuk saldo dan pengembalian dana serta pengunduhan data, transaksi dan riwayat penjualan bagi pelapak di blog tersebut.

    Bukalapak juga memberikan catatan penambahan produk baru tidak bisa dilakukan lagi mulai awal Februari mendatang. Setelah tanggal 1 Februari 2025, penjual tidak bisa lagi menambah produk baru.

    Pihak Bukalapak menyarankan pelapak bisa menyelesaikan pengelolaan pesanan sebelum tanggal akhir operasional marketplace. Jadi menghindari pembatalan otomatis pesanan.

    Pesanan yang tidak diproses hingga 2 Maret 2025 pukul 23:59 WIB akan dibatalkan secara otomatis. Uang akan dikembalikan melalui Buka Dompet.

    Seusai aksi korporasi itu, Saham emiten teknologi e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) terpantau ambruk nyaris 5% di perdagangan sesi II Rabu (8/1/2025), setelah perseroan berencana menutup bisnis marketplace dan berupaya untuk beralih ke produk virtual.

    Per pukul 14:28 WIB, saham BUKA ambruk 4,92% ke posisi Rp 116/saham. Dalam sepekan terakhir, saham BUKA sudah ambruk hingga 7,2%. Sedangkan sebulan terakhir ambles 5,69%. Adapun sejak IPO, saham BUKA anjlok hingga 86,35%.

    Saham BUKA pada sesi II hari ini sudah ditransaksikan sebanyak 118 kali dengan volume sebesar 4,23 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 49,73 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 11,96 triliun.

    Dari orderbook-nya, di kolom bid atau beli, pada harga Rp 115/saham menjadi yang paling banyak antrean belinya pada sesi II hari ini yakni mencapai 223.954 lot atau sekitar Rp 2,6 miliar.

    Sedangkan di kolom offer atau jual, pada harga Rp 125/saham, menjadi yang paling banyak antrean jual pada sesi II hari ini yakni mencapai 297.942 lot atau sekitar Rp 3,7 miliar.

    (dce)

  • Bukalapak Bakal Lapor Menko Airlangga Terkait Penutupan Layanan Marketplace  – Halaman all

    Bukalapak Bakal Lapor Menko Airlangga Terkait Penutupan Layanan Marketplace  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, perusahaan Bukalapak bakal melaporkan penutupan layanan marketplace pada pekan depan.

    “Dia (Bukalapak) mau laporan, saya mau dengar dulu,” kata Airlangga kepada wartawan di Gedung Ali Wardhana, Rabu (8/1/2025).

    “Mungkin Minggu depan,” sambungnya.

    Airlangga menegaskan bahwa upaya pelaporan Bukalapak ke Kemenko Perekonomian merupakan inisiatif dari perusahaan. Artinya, pemerintah tidak secara langsung mengundang adanya pertemuan itu.

    “Datang sendiri, enggak dipanggil juga datang,” imbuhnya menegaskan.

    Adapun Bukalapak mengumumkan penutupan layanan produk fisik di marketplace dan mengubah penjualan hanya produk-produk virtual mulai Selasa (7/1/2025).

    Mengutip keterangan dalam blog resminya, Bukalapak menyebut bahwa perubahan layanan ini merupakan bagian transformasi dari layanan yang sudah berjalan.

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis keterangan resmi dikutip Tribunnews, Rabu (8/1/2025).

    Adapun produk-produk virtual yang dimaksud meliputi Pulsa Prabayar, Paket Data, Token Listrik, Listrik Pascabayar, Prakerja, Bukasend, Angsuran Kredit, BPJS Kesehatan, Air PDAM, Telkom, Pulsa Pascabayar, TV Kabel & Internet, Pajak PBB, Penerimaan Negara.

    Kemudian Voucher Streaming, Bayar Denda Tilang, Bayar PPh Final, Bayar PPN, Bayar PPh 21, Bayar SBN, Bayar Bea, BPJS Ketenagakerjaan, BMoney, Voucher Digital Emas.

  • Perbedaan E-commerce dan Marketplace

    Perbedaan E-commerce dan Marketplace

    Jakarta, Beritasatu.com – Setelah bertahun-tahun menjadi salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia, Bukalapak membuat keputusan besar yang mengejutkan banyak pihak. Pada 9 Januari 2025, perusahaan ini akan menghentikan layanan marketplace yang selama ini menjadi tempat utama bagi jutaan pengguna untuk melakukan transaksi jual beli berbagai produk fisik.

    Langkah yang diambil Bukalapak tersebut terkait dengan perubahan strategi bisnis yang kini berfokus pada pengembangan layanan lainnya. Penutupan layanan marketplace Bukalapak ini tentu akan berdampak signifikan bagi para pelapak yang bergantung pada platform tersebut untuk menjual produk fisik.

    Keputusan ini menimbulkan pertanyaan mengenai perbedaan e-commerce dan marketplace, dua istilah yang sering digunakan dalam perdagangan online. Selain itu, penting untuk memahami perbedaan antar keduanya agar para pelaku bisnis dapat mengambil keputusan yang tepat.

    Berikut ini perbedaan e-commerce dan marketplace, simak informasinya.

    Pengertian E-commerce dan Marketplace

    E-commerce dan marketplace adalah dua jenis platform yang digunakan untuk bertransaksi secara online, tetapi memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda.

    E-commerce adalah platform yang dikelola oleh satu perusahaan atau individu yang menjual produk atau layanan mereka sendiri. Dalam model ini, penjual bertanggung jawab penuh atas pengelolaan inventaris, pengiriman, dan layanan pelanggan.

    Sedangkan, marketplace adalah platform yang menyediakan ruang bagi berbagai penjual untuk menawarkan produk mereka kepada pembeli. Marketplace berfungsi sebagai perantara yang menghubungkan penjual dan pembeli, di mana setiap penjual dapat mengelola toko mereka sendiri di dalam platform tersebut.

    Perbedaan Utama antara E-commerce dan Marketplace

    Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace:

    Model bisnis: E-commerce berfokus pada penjualan produk dari satu perusahaan atau merek tertentu, sementara marketplace menghubungkan banyak penjual dengan pembeli.Pengelolaan: Dalam ecommerce, penjual memiliki kendali penuh atas semua aspek operasional, termasuk harga dan promosi. Di marketplace, kontrol lebih terbatas karena setiap penjual harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh platform.Pembayaran: E-commerce memungkinkan penjual untuk menerima pembayaran melalui berbagai metode sesuai keinginan mereka. Sebaliknya, marketplace biasanya menetapkan metode pembayaran tertentu yang harus diikuti oleh semua penjual.Layanan pelanggan: Dalam e-commerce, layanan pelanggan dikelola oleh perusahaan itu sendiri. Di marketplace, setiap penjual bertanggung jawab atas layanan pelanggan untuk produk yang mereka jual.

    Dengan memahami perbedaan antara e-commerce dan marketplace serta dampak dari perubahan strategi bisnis seperti yang dilakukan oleh Bukalapak, para pelaku usaha dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam menghadapi tantangan pasar yang terus berubah.

  • Bukalapak Tutup Marketplace, Pengamat Singgung Manajemen Baru Kurang Agresif Saingi Kompetitor  – Halaman all

    Bukalapak Tutup Marketplace, Pengamat Singgung Manajemen Baru Kurang Agresif Saingi Kompetitor  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat Teknologi dan Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi berpendapat, penutupan layanan marketplace di e-commerce Bukalapak imbas kurang agresifnya inovasi dari manajemen.

    Hal tersebut merespons perubahan layanan Bukalapak dari sebelumnya menjual produk marketplace menjadi layanan penjualan produk-produk virtual.

    “Tapi memang Bukalapak sejak terjadi perubahan pimpinan, ini kan nampaknya kehilangan pamor juga Bukalapak,” ujar Heru saat dihubungi Tribunnews, Rabu (8/1/2025).

    “Karena betapapun manajemen yang baru ini kemudian tidak seagresif mungkin ya, seagresif sebelumnya. Sehingga memang posisi dari Bukalapak juga terpinggir,” imbuhnya menegaskan.

    Heru menyebut, pamor Bukalapak ini memang masih dibawah dua platform e-commerce lain yang sudah besar yakni Shopee dan Tokopedia. Sehingga dia menilai, langkah perubahan layanan ini sebagai strategi Bukalapak dalam mempertahankan eksistensi di industri start-up.

    “Dan ya dengan perubahan strategi ini ya mungkin bisa kita lihat nanti apakah ini berhasil atau tidak,” jelasnya.

    Ditutupnya bisnis marketplace di platform perdagangan online-nya mulai Selasa, 7 Januari 2025 membuat skala bisnis Bukalapak menjadi mengecil.

    Ini karena perusahaan yang didirikan oleh Achmad Zaky tersebut tidak lagi memfasilitasi para pelapak atau pemilik toko online menjual produk fisik mereka di Bukalapak.

    Selanjutnya, perusahaan akan fokus memperdagangkan produk-produk virtual/digital seperti token listrik, pulsa prabayar serta memfasilitasi pembayaran online para penggunanya.

    Persaingan di bisnis marketplace yang ketat serta lesunya perekonomian dan daya beli masyarakat diduga menjadi pemilik keputusan manajemen Bukalapak menutup layanan marketplace di platformnya.

    Dalam pemberitahuan resmi yang diunggah di blog Bukalapak, mereka menyatakan menghentikan operasional penjualan produk fisik seperti barang elektronik, gadget, busana, dan sebagainya di marketplace Bukalapak.

    Strategi ini mereka ambil sebagai transformasi untuk fokus pada produk virtual (seperti pulsa prabayar, token listrik, dan sebagainya).

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada produk virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis Bukalapak di blognya.

    Pendiri Bukalapak 

    Adapun Bukalapak didirikan oleh entrepreneur muda Achmad Zaky pada 10 Januari 2010 bersama rekannya Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono. 

    Ia memulai bisnis e-commerce ini setelah istrinya kesulitan menemukan barang yang ingin dibelinya. Di perusahaan ini Achmad Zaky duduk sebagai Chief Executive Officer (CEO).

    Achmad Zaky mundur dari jabatan CEO Bukalapak pada 6 Januari 2020. Posisinya saat itu digantikan oleh Muhammad Rachmat Kaimuddin, sahabatnya yang lulusan MIT dan Stanford. 

    Achmad Zaky tetap menjadi pendiri, penasihat, dan mentor tech startup di Bukalapak. Posisi CEO Bukalapak kemudian digantikan oleh Willix Halim sejak 2022.

    Willix Halim resmi ditunjuk menjadi Direktur Utama/CEO PT Bukalapak.com, Tbk (BUKA) menggantikan posisi Rachmat Kaimuddin yang mengundurkan diri karena melanjutkan karirnya untuk mengabdi kepada negara. 

    Penunjukan Willix Halim disetujui oleh Jajaran Direksi, Komisaris dan Pemegang Saham Perseroan yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Rabu (16/2/2022).

    Pria kelahiran Medan 15 November 1987 ini mulai bergabung dengan Bukalapak sejak tahun 2016. Posisinya sebelumnya di Bukalapak adalah mengemban tugas sebagai Chief Operating Officer (COO).

    Pria berusia 34 tahun tersebut, juga menjadi salah satu tokoh penting dalam pertumbuhan bisnis Bukalapak. Adapun kontribusi Willix Halim yakni memajukan bisnis Bukalapak hingga menjadi perusahaan Unicorn.

     

  • Bukalapak Hanya Jual Produk Virtual, Pengamat: Upaya Bertahan di Industri Start-up – Halaman all

    Bukalapak Hanya Jual Produk Virtual, Pengamat: Upaya Bertahan di Industri Start-up – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat Teknologi dan Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi berpendapat, penutupan layanan marketplace di e-commerce Bukalapak hingga beralih ke penjualan produk-produk virtual, merupakan cara perusahaan untuk bertahan di industri start-up.

    “Sehingga ya mungkin nampaknya dan mungkin ini alternatif yang dapat mungkin dipertahankan oleh Bukalapak. Sambil mungkin nama Bukalapak itu tetap ada,” kata Heru saat dihubungi Tribunnews, Rabu (8/1/2025). 

    Sebab menurut Heru, penjualan produk-produk virtual di platform e-commerce ini sudah marak terjadi. Artinya bukan hanya Bukalapak satu-satunya yang menjual produk virtual.  

    Bahkan, Heru memprediksi peralihan layanan penjualan dari marketplace ke produk-produk virtual ini justru akan menurunkan pasar Bukalapak yang sudah ada sebelumnya.

    “Tapi dengan pasar yang ada juga kan sekarang juga hampir semua e-commerce juga jual hal yang serupa. Jadi ya pasarnya juga tidak sebesar yang mungkin juga kalau hanya satu dua pemainnya,” ungkapnya.

    Di satu sisi, Heru menilai perubahan layanan di Bukalapak ini mengindikasikan bahwa menjadi perusahaan ‘unicorn’ atau memiliki nilai valuasi mencapai Rp 14 triliun lebih tidak akan selamanya menjadi ‘decacorn’ dengan nilai valuasi 10 kali lipat daripada perusahaan unicorn.

    “Karena bisa jadi di tengah jalan terjadi perubahan model bisnis, perubahan kompetisi gitu ya, yang membuat posisi dari yang tadinya unicorn bisa jadi tidak lagi menjadi unicorn, yang decacorn mungkin bisa turun atau apa itu bisa saja terjadi. Jadi tidak level yang selamanya itu bisa disandang,” papar dia.

    Adapun Bukalapak mengumumkan penutupan layanan produk fisik di marketplace dan mengubah penjualan hanya produk-produk virtual mulai Selasa (7/1/2025).

    Mengutip keterangan dalam blog resminya, Bukalapak menyebut bahwa perubahan layanan ini merupakan bagian transformasi dari layanan yang sudah berjalan.

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis keterangan resmi dikutip Tribunnews, Rabu (8/1/2025).

    Adapun produk-produk virtual yang dimaksud meliputi Pulsa Prabayar, Paket Data, Token Listrik, Listrik Pascabayar, Prakerja, Bukasend, Angsuran Kredit, BPJS Kesehatan, Air PDAM, Telkom, Pulsa Pascabayar, TV Kabel & Internet, Pajak PBB, Penerimaan Negara.

    Kemudian Voucher Streaming, Bayar Denda Tilang, Bayar PPh Final, Bayar PPN, Bayar PPh 21, Bayar SBN, Bayar Bea, BPJS Ketenagakerjaan, BMoney, Voucher Digital Emas.

  • Menimbang Dampak Penutupan Penjualan Produk Fisik BUKA

    Menimbang Dampak Penutupan Penjualan Produk Fisik BUKA

    Jakarta, FORTUNE – Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) melemah 4,10 persen selama perdagangan Rabu (8/1), setelah kabar soal penutupan layanan e-commerce untuk produk fisik perseroan.

    Dikutip dari IDX Mobile, saham BUKA terkoreksi ke Rp117 dari harga penutupan di hari sebelumnya (7/1), yakni Rp122 per saham. Volume transaksi atas BUKA mencapai 592 juta, dengan nilai transaksi Rp69,5 miliar, dan frekuensi transaksi 8.070 kali.

    Analis Stocknow.id, Hendra Wardana mengatakan, dalam jangka pendek, reaksi pasar terhadap pengumuman Bukalapak tampak cukup negatif. “Penurunan ini mencerminkan ketidakpastian investor atas prospek bisnis BUKA setelah transisi ini,” jelasnya.

    Secara teknikal, Hendra mengatakan, jika sentimen negatif terus berlanjut dan saham BUKA menembus level support psikologis di Rp 107, ada kemungkinan harga saham bisa turun lebih lanjut hingga mendekati Rp100.

    Ia berujar, “Level ini menjadi penting karena jika ditembus, akan menciptakan tekanan jual yang lebih besar dan memperburuk sentimen pasar.”

    Menurutnya, keputusan BUKA itu berisiko menurunkan pendapatan perseroan dalam jangka pendek, khususnya karena segmen lokapasar fisik memiliki basis pelanggan yang luas dan sudah mapan.

    Langkah BUKA menyetop penjualan produk fisik juga dapat mengurangi diversifikasi sumber pendapatan dan meningkatkan ketergantungan pada layanan produk virtual. Hendra menilai, produk virtual kemungkinan membutuhkan waktu untuk mencapai skala yang menguntungkan.

    Namun, jika BUKA berhasil mengoptimalkan layanan pada produk virtual, ada peluang untuk meningkatkan margin keuntungan karena biaya operasional lebih rendah daripada penjualan barang fisik. “Selain itu, konsumen yang terbiasa dengan platform BUKA untuk transaksi fisik bisa diarahkan untuk menggunakan layanan digital, asalkan transisi dilakukan dengan lancar tanpa mengganggu pengalaman pengguna,” kata Hendra.

    Dalam jangka panjang, jika BUKA berhasil melakukan transisi dengan baik dan menunjukkan pertumbuhan yang kuat di segmen layanan digital, maka ada potensi bagi saham BUKA untuk kembali menarik minat investor. Sayangnya, dalam jangka pendek hingga menengah, investor kemungkinan akan tetap berhati-hati sambil menunggu bukti lebih lanjut tentang keberhasilan strategi baru ini.

    Dus, saham BUKA diprediksi akan menghadapi volatilitas tinggi dalam waktu dekat. “Investor perlu mencermati perkembangan kinerja perusahaan serta respons pasar terhadap perubahan strategi yang dilakukan oleh manajemen BUKA,” imbuh Hendra.

    Koreksi saham BUKA hari ini terjadi seiring dengan pengumuman perseroan yang menghentikan layanan produk fisik secara bertahap sampai dengan Februari 2025. Ke depan, perseroan akan fokus dengan produk virtual di platform lokapasarnya.

    Mengapa BUKA melakukan langkah tersebut? Head of Media and Communications Bukalapak, Dimas Bayu mengatakan, “Kami juga sedang berfokus pada pertumbuhan perseroan dan entitas anak perusahaan untuk terus tumbuh lebih baik kedepannya sehingga bisa memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan, terutama pemegang saham.”

    Sedikit berbeda dengan Hendra, Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji menilai penutupan produk fisik BUKA sebagai langkah tepat karena perseroan memang berfokus pada digital marketplace. Harapannya, keputusan itu akan mampu meningkatkan kinerja BUKA dari segi pendapatan, sekaligus mengurangi rugi bersih. 

    “Untuk mencapai titik profitable-nya memang harus terus menggenjot kinerja top line, juga harus bisa menekan cost of goods sold dan biaya operasional,” jelasnya. “[Penutupan layanan produk fisik] sebenarnya bisa semakin menekan biaya itu.”

    Adapun, Mirae menetapkan target harga BUKA di kisaran Rp163.

  • Bukalapak Tutup Lapak Jualan Online, Bagaimana Nasib Pedagang?

    Bukalapak Tutup Lapak Jualan Online, Bagaimana Nasib Pedagang?

    GELORA.CO – Bukalapak menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace tersebut. Menurut perusahaan, ini bagian dari langkap transformasi Bukalapak.

    Produk fisik sendiri terdiri dari aksesori rumah, elektronik, evoucher, fashion, food, games, handphone, perawatan dan kecantikan, hingga perlengkapan bayi serta rumah tangga.

    Pembeli bisa memesan semua barang tersebut hingga 9 Februari 2025 pukul 23:59 WIB mendatang.

    Bukalapak menjelaskan fokusnya beralih untuk transaksi produk virtual, seperti pembelian pulsa prabayar dan pascabayar, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, paket data, token listrik, dan TV kabel serta internet.

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis Bukalapak dalam blog resminya, dikutip Rabu (8/1/2025).

    Dalam unggahan itu, Bukalapak mengatakan perubahan akan berdampak pada usaha para penjual. Jadi perusahaan telah menyiapkan panduan untuk saldo dan pengembalian dana serta pengunduhan data, transaksi dan riwayat penjualan bagi pelapak di blog tersebut.

    Bukalapak juga memberikan catatan penambahan produk baru tidak bisa dilakukan lagi mulai awal Februari mendatang. Setelah tanggal 1 Februari 2025, penjual tidak bisa lagi menambah produk baru.

    Pihak Bukalapak menyarankan pelapak bisa menyelesaikan pengelolaan pesanan sebelum tanggal akhir operasional marketplace. Jadi menghindari pembatalan otomatis pesanan.

    Pesanan yang tidak diproses hingga 2 Maret 2025 pukul 23:59 WIB akan dibatalkan secara otomatis. Uang akan dikembalikan melalui Buka Dompet.

    “Kami berkomitmen untuk mendukung seluruh pengguna Bukalapak selama masa transisi ini. Jika ada pertanyaan lebih lanjut atau membutuhkan bantuan, silakan hubungi BukaBantuan. Terima kasih atas dukungan, kerja sama dan kepercayaan Pelapak selama ini!” kata Bukalapak.

  • Saham Bukalapak Anjlok Nyaris 5 Persen Usai Umumkan Tutup Marketplace

    Saham Bukalapak Anjlok Nyaris 5 Persen Usai Umumkan Tutup Marketplace

    Jakarta, CNN Indonesia

    Harga saham Bukalapak anjlok nyaris 5 persen pada perdagangan siang ini, Rabu (8/1) usai mengumumkan tutup bisnis marketplace.

    Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, saham emiten berkode BUKA ini jatuh 4,92 persen ke level Rp116 per lembar pada pukul 15.00 WIB.

    Saham BUKA ditutup di harga Rp122 per lembar pada perdagangan kemarin. Hari ini harga sahamnya bergejolak jatuh dan sempat berada di titik terendah Rp113 per lembar.

    Perusahaan ini melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021, dengan harga IPO Rp850 per saham.

    Bukalapak resmi menutup layanan marketplace mulai hari ini, Selasa (7/1). Pengumuman itu disampaikan dalam blog resminya.

    Perusahaan menyetop penjualan produk fisik seperti handphone, produk fesyen, peralatan rumah tangga, makanan dan lainnya. Namun, pembeli masih bisa berbelanja hingga 9 Februari 2025.

    Bukalapak menyatakan penutupan marketplace ini merupakan upaya transformasi untuk fokus pada produk virtual seperti token listrik, pulsa, iuran BPJS Kesehatan hingga pajak.

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis Bukalapak.

    Bukalapak menyadari penutupan marketplace ini akan berdampak pada usaha para pedagang. Karena itu, perusahaan berkomitmen untuk membuat proses transisi ini berjalan sebaik mungkin.

    Pedagang di Bukalapak masih dapat mengunggah produk baru hingga Kamis, 9 Februari 2025 pukul 23.59 WIB untuk produk fisik di Bukalapak. Namun per 1 Februari 2025, Bukalapak akan menonaktifkan fitur untuk menambahkan produk baru dalam etalase.

    “Mulai 1 Februari 2025, fitur untuk menambahkan produk baru akan dinonaktifkan. Pelapak tidak dapat menambah produk baru setelah periode ini,” bunyi pengumuman itu.

    Semua pesanan yang belum diproses hingga 2 Maret pukul 23:59 WIB akan dibatalkan secara otomatis oleh sistem. Dana dari pesanan yang dibatalkan akan dikembalikan kepada pembeli melalui BukaDompet.

    Terkait uang penjual, Bukalapak akan melakukan pengembalian dana otomatis.

    “Semua pesanan yang belum diproses hingga 2 Maret 2025 pukul 23:59 WIB akan dibatalkan secara otomatis oleh sistem. Dana dari pesanan yang dibatalkan akan dikembalikan kepada pembeli melalui BukaDompet,” pungkas Bukalapak.

    Setelah layanan marketplace ditutup, pembeli ke depannya hanya dapat melakukan transaksi produk virtual.

    Produk virtual yang dijual Bukalapak nantinya:

    – Pulsa Prabayar
    – Paket Data
    – Token Listrik
    – Listrik Pascabayar
    – Prakerja
    – Bukasend
    – Angsuran Kredit
    – BPJS Kesehatan
    – Air PDAM
    – Telkom
    – Pulsa Pascabayar
    – TV Kabel & Internet.

    (pta/sfr)

  • Tak Bisa Saingi Shopee-Tokopedia Cs, Bukalapak (BUKA) Kurang Bakar Uang?

    Tak Bisa Saingi Shopee-Tokopedia Cs, Bukalapak (BUKA) Kurang Bakar Uang?

    Bisnis.com, JAKARTA — Strategi ‘bakar uang’ dinilai masih menjadi andalan yang dilakukan platform perdagangan elektronik (e-commerce) untuk menarik minat pasar. Lantas, bagaimana dengan PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA)?

    Perlu diketahui, Bukalapak resmi mengumumkan bakal menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace. Hal ini dilakukan karena perusahaan ingin fokus pada produk virtual seperti pulsa prabayar, paket data, token listrik, hingga voucher digital emas.

    Direktur Ekonomi Digital dan Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan bahwa aksi bakar uang dinilai masih menjadi “bensin” pemain e-commerce seperti Shopee—Tokopedia Cs untuk bersaing dan mempertahankan posisi, serta merebut pasar.

    “Apa yang terjadi di Bukalapak, semakin mengindikasikan inovasi dan bakar uang yang dilakukan oleh e-commerce, hampir di semua industri digital, itu bisa menjadi alat bertahan,” kata Huda kepada Bisnis, Rabu (8/1/2025).

    Menurut Huda, pascaemiten bersandi saham BUKA itu melantai di Bursa alias Initial Public Offering (IPO), perusahaan tidak mendapatkan pendanaan segar. Kondisi ini berbeda dengan pesaingnya, Tokopedia yang setelah IPO dengan Gojek mendapatkan suntikan dana dari Bytedance.

    Bukalapak, kata Huda, lebih fokus terhadap pengembangan mitra bukalapak dalam beberapa tahun terakhir. “Mereka akhirnya memilih menutup layanan e-commerce-nya,” tuturnya.

    Untuk itu, Huda mengaku tidak heran jika aksi bakar uang di industri ini masih tetap melaju dan menjadi andalan. “Saya melihat era bakar uang masih ada dan memang masih menjadi andalan untuk bersaing,” tuturnya.

    Huda menuturkan bahwa peta persaingan e-commerce di Indonesia sejatinya sudah terbagi menjadi tiga layer besar dengan jarak yang cukup jauh.

    Di mana, layer pertama diisi oleh pemain top 2, seperti Shopee dan Tokopedia-TikTok. Menurut Huda, aksi merger Tokopedia dengan TikTok membuat persaingan di industri e-commerce cukup sengit dengan Shopee. Keduanya pun dinilai masih cukup kuat untuk membakar uang.

    Kemudian, layer kedua merupakan platform tengah (middle platform) seperti Blibli, Lazada, dan Bukalapak. Namun, dengan tutupnya Bukalapak maka middle platform hanya terdiri dari Blibli dan Lazada. Sementara itu, untuk layer ketiga merupakan platform e-commerce kecil dan lokal.

    Lebih lanjut, Huda mengatakan bahwa Shopee dan Tokopedia-TikTok saat ini bersaing dalam dua hal, yakni inovasi dan bakar uang. Keduanya pun kompak melakukan inovasi dengan mengembangkan Live Shopping.

    “Tidak bisa dipungkiri, konsumen kita masih price oriented consumer. Harga menjadi daya tarik utama dalam berbelanja via digital,” ungkapnya.

    Dihubungi terpisah, Head of Media and Communications Bukalapak Dimas Bayu memastikan bahwa layanan marketplace Bukalapak masih tetap beroperasi meski perusahaan menutup layanan produk fisik.

    “Layanan marketplace Bukalapak masih tetap beroperasi,” kata Dimas dalam keterangan yang diterima Bisnis, Rabu (8/1/2025).

    Dimas mengatakan bahwa Bukalapak akan menghentikan layanan produk fisik secara bertahap hingga Februari 2025. Dengan demikian, BUKA akan berfokus pada layanan produk virtual seperti pulsa prabayar, paket data, token listrik, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, hingga voucher digital emas.

    “Ke depannya, kami hanya berfokus pada layanan produk virtual di platform marketplace kami, guna memperkuat posisi di ekosistem produk virtual dan memberikan layanan terbaik kepada pengguna di industri digital,” jelasnya.

    Dimas menyampaikan bahwa Bukalapak akan berfokus untuk terus tumbuh dan memberikan manfaat bagi pemegang saham.

    “Kami juga sedang berfokus pada pertumbuhan perseroan dan entitas anak perusahaan untuk terus tumbuh lebih baik ke depannya sehingga bisa memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan, terutama pemegang saham,” terangnya.

    Asal tahu saja, pada Selasa (7/1/2025), Bukalapak mengumumkan akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace Bukalapak dan beralih untuk meningkatkan produk virtual.

    “Kami sepenuhnya memahami bahwa perubahan ini akan berdampak pada usaha Pelapak, dan kami berkomitmen untuk membuat proses transisi ini berjalan sebaik mungkin,” demikian yang dikutip, Rabu (8/1/2025).

    Bukalapak mengingatkan bahwa pada 9 Februari 2025 pukul 23.59 WIB akan menjadi tanggal terakhir pembeli dapat membuat pesanan untuk produk kategori aksesoris rumah, elektronik, evoucher, fesyen, makanan, games, handphone, hobi dan koleksi, tiket dan voucher, hingga perawatan dan kecantikan.

    Selanjutnya, penonaktifan pengunggahan produk baru akan dilakukan mulai 1 Februari 2025. Dalam hal ini, fitur untuk menambahkan produk baru akan dinonaktifkan. Artinya, pelapak tidak dapat menambah produk baru setelah periode ini.

    Bukalapak juga menyarankan kepada pelapak untuk menyelesaikan pengelolaan pesanan yang masuk sebelum tanggal akhir operasional marketplace untuk menghindari pembatalan otomatis pesanan yang belum terpenuhi.

    BUKA juga memastikan semua pesanan yang belum diproses hingga 2 Maret 2025 pukul 23.59 WIB akan dibatalkan secara otomatis oleh sistem. “Dana dari pesanan yang dibatalkan akan dikembalikan kepada pembeli melalui BukaDompet,” jelasnya.