Topik: longsor

  • 2
                    
                        Bahlil: Cak Imin Taubat Nasuha Lah, yang Bisa Perintah Saya Prabowo
                        Nasional

    2 Bahlil: Cak Imin Taubat Nasuha Lah, yang Bisa Perintah Saya Prabowo Nasional

    Bahlil: Cak Imin Taubat Nasuha Lah, yang Bisa Perintah Saya Prabowo
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri ESDM Bahlil Lahadalia meminta Menko Pemberdayaan Masyarakat (PM) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) juga bertaubat nasuha, bukan hanya dirinya, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, dan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol.
    Bahlil menekankan, semua pejabat harus mengevaluasi diri terkait
    bencana banjir
    dan longsor Sumatera.
    “Kalau pertaubatan nasuha,
    Cak Imin
    juga pertaubatan nasuha lah. Semuanya ya. Oke ya? Semua kita semua harus apa ya… ya evaluasi diri, ya,” ujar Bahlil di Istana, Jakarta, Kamis (4/12/2025).
    Bahlil menjelaskan, yang bisa memerintah dirinya hanyalah Presiden
    Prabowo Subianto
    .
    Bahlil turut menegaskan bahwa dia sedang fokus menjalankan urusan rakyat, sekaligus apa yang diperintahkan Prabowo.
    “Kalau saya kan, Presiden saya kan Pak Presiden Prabowo. Yang bisa di kabinet, yang bisa perintah saya Pak Presiden Prabowo,” tuturnya.
    “Dan saya fokus untuk menjalankan urusan rakyat dan apa yang diperintahkan oleh Bapak Presiden. Saya lagi urus urusan di lokasi bencana,” imbuh Bahlil.

    Diberitakan sebelumnya, Cak Imin menyurati tiga menteri dan mengajak untuk melakukan tobat nasuhah imbas bencana banjir bandang dan tanah longsor di Sumatera.
    “Pada kesempatan ini saya mengajak semua pihak untuk mari bersama-sama bahu-membahu, memperbaiki. Hari ini saya berkirim surat ke Menteri Kehutanan, Menteri ESDM, Menteri Lingkungan Hidup untuk bersama-sama evaluasi total seluruh kebijakan, policy dan langkah-langkah kita sebagai wujud komitmen dan kesungguhan kita sebagai pemerintah,” ujar Cak Imin Senin (1/12/2025)
    “Bahasa NU-nya tobatan nasuhah,” sambungnya.
    Tobatan nasuhah yang dimaksud Cak Imin adalah mengevaluasi total seluruh kebijakan berkaitan dengan lingkungan hidup, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan.
    “Kiamat bukan sudah dekat, kiamat sudah terjadi akibat kelalaian kita sendiri,” ucap Cak Imin.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Longsor di Bojonegoro Rusak Rumah Warga, BPBD Berikan Bantuan Darurat

    Longsor di Bojonegoro Rusak Rumah Warga, BPBD Berikan Bantuan Darurat

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Sebuah kejadian tanah longsor melanda Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, pada Kamis (4/12/2025). Bencana ini merusak bagian belakang rumah seorang warga.

    Lokasi kejadian tanah longsor berada di Dusun Clebung, Desa Clebung, Kecamatan Bubulan. Insiden terjadi sekitar pukul 14.30 WIB.

    Menurut Kasi Kegawatdaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro, Agus Purnomo, longsor dipicu derasnya aliran Sungai Clebung akibat hujan lebat yang terjadi di wilayah setempat. Tebing sungai terkikis dan merusak dapur rumah warga.

    Rumah milik Sulastri (61) itu mengalami kerusakan pada bagian dapur dengan dimensi 6×5 meter. Saat ini, puing-puing dari longsoran belum dibersihkan dan memerlukan alat berat.

    “Bantuan darurat telah diberikan kepada korban. Bantuan berupa dua paket sembako dan satu lembar terpal,” ujarnya.

    Untuk penanganan jangka panjang, BPBD merekomendasikan normalisasi Sungai Clebung. Pemerintah desa disarankan mengajukan proposal perbaikan ke Bupati Bojonegoro.

    Upaya pembersihan lokasi dan evakuasi material longsor masih menunggu pendataan lebih lanjut. Warga diimbau tetap waspada terhadap potensi bencana susulan. [lus/suf]

  • Truk Kayu Ilegal Lewat Setelah Banjir, Itu Mengejek Rakyat

    Truk Kayu Ilegal Lewat Setelah Banjir, Itu Mengejek Rakyat

    GELORA.CO  — Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto, meluapkan kemarahan dalam rapat kerja dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Raja Juli Antoni, setelah melihat video truk bermuatan kayu berdiameter raksasa melintas hanya dua hari setelah bencana banjir melanda sejumlah daerah.

    Titiek menyebut peristiwa itu sebagai bentuk “ejekan” terhadap rakyat di Sumatra yang baru tertimpa musibah.

    Dalam rapat yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Kamis (4/12/2025) suasana mendadak agak tegang saat Titiek mengangkat isu penebangan liar yang diduga menjadi salah satu faktor yang memperparah bencana ekologis di Sumatra.

    “Terus terang saya sedih, miris, dan saya marah,” ujar Titiek membuka pernyataannya.

    Ia menggambarkan kayu berdiameter sekitar 1,5 meter yang diambil dari hutan, menurutnya memerlukan waktu ratusan tahun untuk tumbuh.

    “Ini manusia mana di Indonesia ini yang seenaknya aja motong kayu sebesar itu? Apa salah pohon itu? Dia memberi begitu banyak kebaikan bagi manusia. Mencegah erosi, menyaring udara. Kok dipotong begitu saja,” katanya dengan suara meninggi.

    Titiek semakin geram saat menjelaskan bahwa truk pengangkut kayu itu justru melintas di jalan umum hanya berselang dua hari setelah banjir terjadi.

    “Itu truk lewat di depan hidung kita. Sungguh menyakitkan. Dalam bahasa Jawa, itu namanya ngece… mengejek!” ujarnya.

    “Baru kita kena bencana, mereka lewat begitu saja di depan muka kita. Itu menghina rakyat Indonesia,” tambah Titiek.

    Karenanya Titiek meminta Menteri LHK menelusuri perusahaan pemilik truk dan memastikan tidak ada lagi penebangan pohon-pohon besar. Titiek menolak adanya kebijakan moratorium yang hanya bersifat sementara.

    “Kami tidak mau hanya moratorium. Hentikan! Enggak usah ada lagi pohon besar yang dipotong-potong.”

    Pernyataan itu disambut tepuk tangan sejumlah anggota Komisi IV.

    Titiek juga menyinggung banyaknya batang-batang pohon yang ditemukan memenuhi sungai dan pantai setelah banjir.

    Ia menyebut persoalan itu berkaitan dengan pembukaan lahan baru untuk perkebunan maupun pertambangan yang belum dikontrol secara ketat.

    “Pembukaan lahan baru harus diperketat lagi syarat-syaratnya. Jangan dibiarkan begitu saja. Sudah cukup. Jangan lagi ke depan siapa pun di belakangnya, mau bintang-bintang kek mau apa.”

    Titiek menegaskan bahwa Komisi IV mendukung penuh langkah tegas pemerintah dalam menindak perusahaan perusak lingkungan, tanpa pandang bulu.

    “Kita ini mewakili rakyat Indonesia. Bapak sebagai pembantu presiden. Tegakkan hukum setegak-tegaknya. Siapa pun itu, kalau merusak hutan kita, tindak saja. Bapak enggak usah takut, kami di belakang Bapak,” kata Titiek.

    Setelah pernyataan keras itu, pimpinan rapat mempersilakan Menteri Raja Juli Antoni memberikan tanggapan.

    Menanggapi kecaman keras Ketua Komisi IV DPR, Titiek Soeharto, yang menilai beredarnya truk kayu ilegal di jalan umum tak lama setelah bencana di Sumatra sebagai “ejekan terhadap rakyat”, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menyatakan bahwa pemerintah sudah bergerak cepat untuk menuntaskan dugaan pelanggaran.

    Raja Juli menyampaikan bahwa Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bersama aparat penegak hukum telah memulai penyelidikan atas asal-usul kayu gelondongan yang terbawa banjir. 

    Ia menyebut sejak Juni 2025 telah dilakukan tindakan hukum di sejumlah provinsi yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, terhadap aktivitas penebangan dan pengangkutan kayu ilegal. 

    Di antaranya di kabupaten Tapanuli Selatan, ditemukan beberapa truk yang membawa kayu tanpa dokumen sah.

    Raja Juli berjanji, jika hasil investigasi menunjukkan unsur pidana, pihaknya akan menindak “setegas-tegasnya” sesuai hukum yang berlaku.

    Menhut juga mengakui bahwa bencana alam baru-baru ini menjadi pemicunya evaluasi besar-besaran terhadap pengelolaan hutan di Indonesia.

    Ia menyebut, peristiwa ini sebagai peringatan penting agar pengawasan terhadap hutan, izin usaha, dan distribusi kayu diperketat. 

    “Ini melecut saya dan jajaran di Kemenhut untuk refleksi dan evaluasi forest governance agar kejadian serupa bisa diminimalkan,” katanya.

    Raja Juli menyatakan kesiapan memberikan data dan dokumen pendukung, termasuk rincian hasil penindakan, penyitaan kayu, dan status penyidikan terhadap aktivitas illegal logging.

    Raja Juli menegaskan dan mengakui bahwa penyebab tragedi banjir dan longsor di Sumatra bukan hanya karena curah hujan ekstrem, tapi juga karena kerusakan ekosistem, deforestasi, dan pelanggaran tata kelola hutan. 

    Ia meminta agar semua pihak yakni pemerintah, DPR, dan masyarakat, tidak menyerempet isu tersebut sebagai sekadar musibah alam. 

    “Kejadian ini melecut kami untuk memperbaiki secara menyeluruh. Tapi jika ditemukan pelanggaran, hukum harus ditegakkan,” kata Raja Juli di depan anggota DPR

  • Kabupaten Subang Juga Dilanda Banjir, Begini Kondisinya

    Kabupaten Subang Juga Dilanda Banjir, Begini Kondisinya

    FAJAR.CO.ID, SUBANG — Pemerintah dan berbagai elemen masyarakat masih sangat sibuk melakukan penanganan encana banjir dan tanah longsor di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

    Di tengah situasi yang masih memililukan itu, giliran warga Kabupaten Subang yang harus menghadapi bencana serupa, Kamis (4/12).

    Rekaman video yang beredar di media sosial memperlihatkan detik-detik banjir menghantam wilayah tersebut. Rumah warga di beberapa titik di Kabupaten Subang, terendam luapan air sungai.

    Peristiwa itu terjadi seusai hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah tersebut sejak siang hari.

    Kapolres Subang AKBP, Dony Eko Wicaksono membenarkan kejadian tersebut. Ia memastikan kondisi yang terjadi bukanlah banjir bandang, melainkan luapan air sungai yang melimpah hingga ke permukiman warga.

    “Itu sungai meluap tetapi masuk ke rumah warga. Anggota lagi di sana. Bukan banjir, nggak ada. Itu air sungai meluap,” kata Dony saat dihubungi.

    Ia menjelaskan, jajaran kepolisian, termasuk Kapolsek dan personel Samapta, telah berada di lokasi untuk melakukan pengecekan dan membantu warga terdampak. “Nanti dicek ya yang masuk ke rumah warga berapa,” ujarnya.

    Hingga saat ini, aparat masih mendata jumlah rumah yang terdampak serta memastikan kondisi warga tetap aman.

    Sementara itu, Pranata Humas BPBD Jabar, Hadi Rahmat mengatakan ada ratusan rumah terendam banjir, di Kabupaten Subang.

    Berdasarkan data yang diterima, telah terjadi banjir rob di Kecamatan Legonkulon sekitar pukul 07.00 WIB. Banjir terjadi akibat air pasang yang meluap hingga menggenangi permukiman warga.

  • Terungkap Asal Usul Gelondongan Kayu yang Terbawa Arus Banjir Sumatera

    Terungkap Asal Usul Gelondongan Kayu yang Terbawa Arus Banjir Sumatera

    Jakarta: Kementerian Kehutanan memberikan penjelasan terkait ribuan kayu gelondongan yang terseret arus banjir bandang dan longsor di sejumlah wilayah Sumatera pada akhir November lalu. 

    Direktur Jenderal Penegakan Hukum (Gakkum) Kemenhut, Dwi Januanto Nugroho, menyampaikan bahwa kayu-kayu itu kemungkinan berasal dari berbagai sumber. Selain dugaan pembalakan liar, material tersebut juga bisa berasal dari pohon lapuk, pohon tumbang, material bawaan sungai, area bekas penebangan legal, hingga penyalahgunaan Pemegang Hak Atas Tanah (PHAT).

    Meski begitu, Dwi menegaskan bahwa pihaknya masih mendalami asal-usul kayu gelondongan tersebut. Ia memastikan proses penelusuran dilakukan secara profesional untuk mengungkap setiap indikasi pelanggaran dan menindak bukti kejahatan kehutanan sesuai aturan.

    “Terkait pemberitaan yang berkembang, saya perlu menegaskan bahwa penjelasan kami tidak pernah dimaksudkan untuk menafikan kemungkinan adanya praktik ilegal di balik kayu-kayu yang terbawa banjir, melainkan untuk memperjelas sumber-sumber kayu yang sedang kami telusuri dan memastikan setiap unsur illegal logging tetap diproses sesuai ketentuan,” ungkapnya dalam keterangan resmi.
     

    Sepanjang 2025, Gakkum Kemenhut telah menangani sejumlah kasus pencucian kayu ilegal di kawasan yang juga terdampak banjir di Sumatera. Di Aceh Tengah, misalnya, pada Juni 2025 penyidik menemukan praktik penebangan pohon secara ilegal di luar areal PHAT dan kawasan hutan, dengan barang bukti 86,60 meter kubik kayu ilegal.Kasus serupa juga terungkap di Solok, Sumatra Barat, pada Agustus 2025. 

    Di lokasi tersebut, aparat mengamankan kegiatan penebangan kayu di kawasan hutan di luar PHAT yang diangkut menggunakan dokumen PHAT. Barang bukti yang diamankan antara lain 152 batang kayu/log, dua ekskavator, dan satu bulldozer.

    Kemudian di Kepulauan Mentawai dan Gresik pada Oktober 2025, Ditjen Gakkumhut bersama Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) menyita 4.610,16 meter kubik kayu bulat asal Hutan Sipora yang dikeluarkan menggunakan dokumen PHAT bermasalah.

    Sementara di Sipirok, Tapanuli Selatan, pada periode yang sama diamankan empat truk bermuatan 44,25 meter kubik kayu bulat dengan dokumen PHAT yang sudah dibekukan.

    “Kejahatan kehutanan tidak lagi bekerja secara sederhana. Kayu dari kawasan hutan bisa diseret masuk ke skema legal dengan memanfaatkan dokumen PHAT yang dipalsukan, digandakan, atau dipinjam namanya. Karena itu, kami tidak hanya menindak penebangan liar di lapangan, tetapi juga menelusuri dokumen, alur barang, dan alur dana di belakangnya,” pungkas Dwi.

    Jakarta: Kementerian Kehutanan memberikan penjelasan terkait ribuan kayu gelondongan yang terseret arus banjir bandang dan longsor di sejumlah wilayah Sumatera pada akhir November lalu. 
     
    Direktur Jenderal Penegakan Hukum (Gakkum) Kemenhut, Dwi Januanto Nugroho, menyampaikan bahwa kayu-kayu itu kemungkinan berasal dari berbagai sumber. Selain dugaan pembalakan liar, material tersebut juga bisa berasal dari pohon lapuk, pohon tumbang, material bawaan sungai, area bekas penebangan legal, hingga penyalahgunaan Pemegang Hak Atas Tanah (PHAT).
     
    Meski begitu, Dwi menegaskan bahwa pihaknya masih mendalami asal-usul kayu gelondongan tersebut. Ia memastikan proses penelusuran dilakukan secara profesional untuk mengungkap setiap indikasi pelanggaran dan menindak bukti kejahatan kehutanan sesuai aturan.

    “Terkait pemberitaan yang berkembang, saya perlu menegaskan bahwa penjelasan kami tidak pernah dimaksudkan untuk menafikan kemungkinan adanya praktik ilegal di balik kayu-kayu yang terbawa banjir, melainkan untuk memperjelas sumber-sumber kayu yang sedang kami telusuri dan memastikan setiap unsur illegal logging tetap diproses sesuai ketentuan,” ungkapnya dalam keterangan resmi.
     

     
    Sepanjang 2025, Gakkum Kemenhut telah menangani sejumlah kasus pencucian kayu ilegal di kawasan yang juga terdampak banjir di Sumatera. Di Aceh Tengah, misalnya, pada Juni 2025 penyidik menemukan praktik penebangan pohon secara ilegal di luar areal PHAT dan kawasan hutan, dengan barang bukti 86,60 meter kubik kayu ilegal.Kasus serupa juga terungkap di Solok, Sumatra Barat, pada Agustus 2025. 
     
    Di lokasi tersebut, aparat mengamankan kegiatan penebangan kayu di kawasan hutan di luar PHAT yang diangkut menggunakan dokumen PHAT. Barang bukti yang diamankan antara lain 152 batang kayu/log, dua ekskavator, dan satu bulldozer.
     
    Kemudian di Kepulauan Mentawai dan Gresik pada Oktober 2025, Ditjen Gakkumhut bersama Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) menyita 4.610,16 meter kubik kayu bulat asal Hutan Sipora yang dikeluarkan menggunakan dokumen PHAT bermasalah.
     
    Sementara di Sipirok, Tapanuli Selatan, pada periode yang sama diamankan empat truk bermuatan 44,25 meter kubik kayu bulat dengan dokumen PHAT yang sudah dibekukan.
     
    “Kejahatan kehutanan tidak lagi bekerja secara sederhana. Kayu dari kawasan hutan bisa diseret masuk ke skema legal dengan memanfaatkan dokumen PHAT yang dipalsukan, digandakan, atau dipinjam namanya. Karena itu, kami tidak hanya menindak penebangan liar di lapangan, tetapi juga menelusuri dokumen, alur barang, dan alur dana di belakangnya,” pungkas Dwi.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (PRI)

  • Banjir dan Longsor Sumatera 2025, BNPB: 812 Orang Meninggal Dunia

    Banjir dan Longsor Sumatera 2025, BNPB: 812 Orang Meninggal Dunia

    Jakarta: Bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terus mencatatkan korban jiwa. 

    Data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan jumlah korban terus meningkat seiring proses evakuasi dan pencarian yang masih berlangsung.

    Per Kamis, 4 Desember 2025 pukul 17.00 WIB, BNPB merilis rekapitulasi dampak bencana yang menggambarkan luasnya kerusakan serta banyaknya warga yang terdampak.

    BNPB mencatat 812 jiwa meninggal dunia, 509 jiwa masih hilang, dan lebih dari 2.700 orang mengalami luka-luka akibat banjir dan longsor yang terjadi sejak akhir November.

    Jika dirinci, korban meninggal dunia di Aceh sebanyak 325 jiwa, Sumatera Utara: 311 jiwa, dan Sumatera Barat: 176 jiwa.
     

    Hingga kini, tim gabungan masih berupaya melakukan pencarian korban yang belum ditemukan di sejumlah titik yang sulit dijangkau.
    Kerusakan infrastruktur mencapai ribuan unit
    Selain menelan korban jiwa, bencana ini menyebabkan kerusakan infrastruktur dalam skala besar. BNPB mencatat lebih dari 10.500 rumah rusak, dengan tingkat kerusakan bervariasi.

    Fasilitas umum juga ikut terdampak, meliputi:

    Fasilitas pendidikan: 326 unit rusak
    Fasilitas peribadahan: 185 unit rusak
    Fasilitas kesehatan: 25 unit rusak
    Gedung/kantor pemerintahan: 115 unit rusak
    Jembatan: 295 unit rusak

    Secara keseluruhan, 51 kabupaten di tiga provinsi mengalami dampak langsung dari banjir dan longsor ini.

    Jakarta: Bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terus mencatatkan korban jiwa. 
     
    Data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan jumlah korban terus meningkat seiring proses evakuasi dan pencarian yang masih berlangsung.
     
    Per Kamis, 4 Desember 2025 pukul 17.00 WIB, BNPB merilis rekapitulasi dampak bencana yang menggambarkan luasnya kerusakan serta banyaknya warga yang terdampak.

    BNPB mencatat 812 jiwa meninggal dunia, 509 jiwa masih hilang, dan lebih dari 2.700 orang mengalami luka-luka akibat banjir dan longsor yang terjadi sejak akhir November.
     
    Jika dirinci, korban meninggal dunia di Aceh sebanyak 325 jiwa, Sumatera Utara: 311 jiwa, dan Sumatera Barat: 176 jiwa.
     

    Hingga kini, tim gabungan masih berupaya melakukan pencarian korban yang belum ditemukan di sejumlah titik yang sulit dijangkau.
    Kerusakan infrastruktur mencapai ribuan unit
    Selain menelan korban jiwa, bencana ini menyebabkan kerusakan infrastruktur dalam skala besar. BNPB mencatat lebih dari 10.500 rumah rusak, dengan tingkat kerusakan bervariasi.
     
    Fasilitas umum juga ikut terdampak, meliputi:
     
    Fasilitas pendidikan: 326 unit rusak
    Fasilitas peribadahan: 185 unit rusak
    Fasilitas kesehatan: 25 unit rusak
    Gedung/kantor pemerintahan: 115 unit rusak
    Jembatan: 295 unit rusak
     
    Secara keseluruhan, 51 kabupaten di tiga provinsi mengalami dampak langsung dari banjir dan longsor ini.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (ANN)

  • Didesak Jadikan Musibah di Sumatera Berstatus Bencana Nasional, Mensesneg: Pemerintah Masih Sanggup Tangani

    Didesak Jadikan Musibah di Sumatera Berstatus Bencana Nasional, Mensesneg: Pemerintah Masih Sanggup Tangani

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Bencana yang terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh hingga kini masih jadi sorotan dan mendapat perhatian luas publik dunia.

    Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendesak pemerintah untuk menetapkan peristiwa itu sebagai bencana nasional. Namun, hingga kini pemerintah belum mau menerapkannya.

    Pemerintah menyatakan belum membutuhkan bantuan luar negeri untuk menangani bencana banjir dan tanah longsor di ketiga provinsi tersebut.

    Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, menegaskan saat ini pemerintah memusatkan penanganan pemulihan bencana pada pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Ia tak memungkiri, sejumlah negara telah menawarkan bantuan kepada Indonesia.

    “Untuk sementara ini belum. Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan terima kasih karena banyak sekali atensi dari negara-negara sahabat, baik berupa ucapan keprihatinan maupun tawaran bantuan,” kata Prasetyo Hadi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (3/12/2025).

    Prasetyo memastikan, pemerintah masih mampu menangani seluruh persoalan bencana yang terjadi di Sumatera. Ia juga memastikan ketersediaan pangan dalam negeri mencukupi, karena stok nasional saat ini masih melimpah.

    Sebelumnya, Ketua Umum MUI KH Anwar Iskandar meminta agar pemerintah segera menetapkan status musibah tersebut sebagai Bencana Nasional.

    “Apalagi banyak daerah bencana di Sumatra seperti Aceh, Sumut dan Sumbar ini telah meluluhlantakan seluruh infrakstruktur seperti jalan dan jembatan, juga rumah penduduk serta gedung sekolah, tempat peribadatan. Bahkan tidak sedikit korban yang belum ketemu bahkan belum tersentuh bantuan. Sisi lain, kemampuan pemerintah daerah juga sangat terbatas,” ujar Kiai Anwar, Sabtu (29/11/2025).

  • Pakar Unair: Curah Hujan Ekstrem Bukan Satu-satunya Faktor Penyebab Banjir Sumatra

    Pakar Unair: Curah Hujan Ekstrem Bukan Satu-satunya Faktor Penyebab Banjir Sumatra

    Bisnis.com, SURABAYA – Bencana ekologis, yakni banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di pulau Sumatra seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat mengundang sorotan dari pakar kebencanaan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Hijrah Saputra.

    Hijrah menuturkan bencana yang terjadi di pulau Sumatra tersebut dipicu oleh cuaca ekstrem yang tengah melanda Asia Tenggara dan berhubungan dengan perubahan pola hujan. Hal tersebut dibuktikan dengan banjir yang juga terjadi di Malaysia hingga Thailand.

    “Pemicu utamanya yaitu curah hujan ekstrem akibat siklon tropis Senyar dan bibit siklon di Selat Malaka yang juga memicu banjir besar di beberapa negara bagian Malaysia,” ujar Hijrah, Kamis (4/12/2025).

    Namun, ia menyebut bahwa terdapat faktor lain yang turut andil memperparah bencana di Sumatra, hingga merenggut ratusan korban jiwa, berbagai fasilitas umum rusak parah, hingga menyebabkan ribuan orang harus kehilangan tempat tinggal. Faktor tersebut ialah kondisi lingkungan yang telah rusak.

    “Faktor penyebab banjir di Sumatra adalah kondisi lingkungan, seperti lereng gundul, permukiman di sekitar sungai, drainase terbatas, dan infrastruktur vital yang belum adaptif,” bebernya.

    Menurutnya, aktivitas penebangan kayu di kawasan hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) adalah faktor yang memperparah bencana tersebut. Dalam ekosistem, pohon berperan vital sebagai penyimpanan cadangan air tanah dan berfungsi menahan struktur tanah agar tidak terjadi longsor.

    “Video dan foto yang beredar menunjukkan banyak kayu terdampar di sungai dan pesisir. Itu bukan sekadar fenomena alam, melainkan bukti adanya aktivitas penebangan yang tidak terkendali. Penebangan hutan membuat daya serap berkurang, memperbesar limpasan air, dan meningkatkan risiko longsor,” tegasnya.

    Dalam upaya penanganan bencana, Hijrah mengapresiasi langkah cepat pemerintah, seperti evakuasi menggunakan helikopter dan kapal perang, distribusi logistik, pemulihan listrik, hingga operasi modifikasi cuaca. Hal tersebut menunjukkan respon darurat yang berjalan cukup baik. Namun, menurutnya pemerintah masih perlu meningkatkan antisipasi untuk meminimalisasi kejadian serupa terjadi kembali.

    “Antisipasi jangka panjang masih lemah, sistem peringatan dini belum menjangkau desa terpencil, tata ruang belum disiplin, dan rehabilitasi lingkungan masih sporadis. Antisipasi jangka pendek mungkin sudah cepat walaupun ada beberapa titik yang sulit dijangkau secara geografis agak sedikit terlambat,” ucapnya.

    Hijrah mengungkapkan terdapat tiga tahapan langkah konkret yang dapat dijalankan. Pertama, langkah jangka pendek, yakni fokuskan SAR dalam 72 jam pertama usai terjadinya bencana, suplai logistik, dan layanan kesehatan. 

    Langkah kedua, yakni jangka menengah adalah melakukan audit kerusakan, perbaikan infrastruktur, dan relokasi warga dari zona merah. Terakhir, jangka panjang, dengan rehabilitasi DAS, reboisasi lereng, normalisasi sungai, hingga integrasi mitigasi bencana ke RPJMD. 

    “Ini bukan sekadar takdir, tapi konsekuensi dari cara kita mengelola alam dan kesiapan sistem kita. Kalau kita ingin mengurangi korban di masa depan, maka ketahanan harus dibangun dari disiplin tata ruang, ekologi DAS, dan sistem peringatan dini yang terintegrasi secara regional,” pungkasnya.

  • 3 Rumah di Cangkuang Bandung Rusak Diterjang Longsor Usai Hujan Deras
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        4 Desember 2025

    3 Rumah di Cangkuang Bandung Rusak Diterjang Longsor Usai Hujan Deras Bandung 4 Desember 2025

    3 Rumah di Cangkuang Bandung Rusak Diterjang Longsor Usai Hujan Deras
    Tim Redaksi
    BANDUNG, KOMPAS.com
    — Tiga rumah mengalami kerusakan akibat longsor yang terjadi di Kampung Cikancung, Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/12/2025).
    Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 18.35 WIB, saat
    hujan deras
    mengguyur wilayah tersebut.
    Camat Cangkuang, Rudy Hartono menjelaskan, sebelum kejadian, warga merasakan getaran.
    “Semua korban terdampak itu pas kejadian lagi di dalam rumah,” ujarnya dalam konfirmasi melalui pesan singkat pada Kamis (4/12/2025).
    Rudy mengungkapkan, kerusakan terjadi di bagian belakang rumah akibat tertimpa longsoran.
    “Sebagian rumah ambruk dan menimpa bagian belakang rumah warga yang berada di sebelahnya,” tambahnya.
    Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Wahyudin menyatakan, longsor tersebut disebabkan oleh pergeseran tanah.
    Ia menjelaskan, tinggi material longsor mencapai 5 meter dengan lebar 3 meter.
    “Itu hujan besar sebelumnya, kondisi tanah mungkin labil, jadi mengakibatkan longsor,” tutur dia.
    Wahyudin juga membenarkan bahwa
    tiga rumah rusak
    akibat peristiwa tersebut.
    Rumah milik Sri Mulyati (45) mengalami kerusakan di bagian ruang depan, sementara rumah milik Asim (56) mengalami kerusakan cukup parah di bagian depan, dan rumah milik Hidayat Kurnia (44) mengalami kerusakan di bagian belakang.
    “Sejak kemarin, petugas sudah melakukan asesmen di lokasi. Kebutuhan sementara meliputi makanan siap saji, terpal, pacul, karung, dan singkup,” bebernya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Hujan Deras Sebabkan Longsor di Wonosobo, Akses Dua Desa Sempat Terputus 
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        4 Desember 2025

    Hujan Deras Sebabkan Longsor di Wonosobo, Akses Dua Desa Sempat Terputus Regional 4 Desember 2025

    Hujan Deras Sebabkan Longsor di Wonosobo, Akses Dua Desa Sempat Terputus
    Tim Redaksi
    WONOSOBO, KOMPAS.com
    — Hujan dengan intensitas tinggi memicu tanah longsor di Dusun Wonoyoso, Desa Mojosari, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Kamis (4/11/2025) sekitar pukul 14.00 WIB.
    Material
    longsor
    berupa tanah dan bebatuan menutup total akses jalan penghubung Desa Mojosari dan Desa Dero Duwur, membuat aktivitas warga terganggu karena jalur utama tak dapat dilalui kendaraan maupun pejalan kaki.
    Warga bersama tim siaga bencana, relawan desa, dan petugas gabungan turun ke lokasi membersihkan material longsor.
    “Fokus utama kami adalah memastikan akses jalan kembali aman dan bisa digunakan oleh warga. Sinergi antara Polri, BPBD, dan masyarakat sangat membantu proses penanganan,” kata  Kapolres
    Wonosobo
    AKBP M. Kasim Akbar Bantilan dalam keterangan resminya usai meninjau lokasi.
    Peralatan manual dan mesin pendukung digunakan untuk mempercepat penanganan. Kerja sama lintas unsur membuat pembukaan jalan berlangsung efektif.
    Dalam beberapa jam, akses yang semula tertutup berhasil dibuka kembali dan kini sudah dapat dilalui kendaraan.
    “Alhamdulillah aktivitas warga pun saat ini sudah kembali berjalan normal,” ujar Kapolres.
    Ia mengingatkan bahwa wilayah pegunungan di Wonosobo memiliki potensi bencana, sehingga masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan selama musim hujan.
    “Kami mengajak masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi bencana,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.