Banjir dan Longsor Sumatera, BNPB: 520 Warga Masih Belum Ditemukan
Topik: longsor
-

Banjir dan Longsor Sumatera, BNPB: 520 Warga Masih Belum Ditemukan
Banjir dan Longsor Sumatera, BNPB: 520 Warga Masih Belum Ditemukan
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5426790/original/085175100_1764317617-7.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Menteri Lingkungan Hidup Periksa 3 Perusahaan Diduga Pemicu Bencana di Sumatera pada 8 Desember
Selain memanggil, Hanif juga memerintahkan penghentian sementara operasional 3 perusahaan raksasa yang bergerak di sektor pertambangan, perkebunan sawit, dan energi itu.
Keputusan mengejutkan ini diambil setelah Hanif melakukan inspeksi udara dan darat. Hasilnya, didapati indikasi kuat bahwa aktivitas perusahaan-perusahaan di kawasan hulu tersebut berkontribusi signifikan terhadap tingginya risiko banjir dan longsor yang terjadi.
Deputi Bidang Penegakan Hukum Lingkungan Hidup KLH/BPLH, Rizal Irawan, menambahkan bahwa pantauan dari helikopter menunjukkan adanya pembukaan lahan yang masif untuk PLTA, pertambangan, dan kebun sawit.
“Dari overview helikopter, terlihat jelas aktivitas pembukaan lahan masif. Tekanan ini memicu turunnya material kayu dan erosi dalam jumlah besar,” ungkap Rizal Irawan, mengonfirmasi kondisi kritis di hulu DAS.
-

Kementerian ESDM Sebut Tambang Emas Martabe Milik UNTR Setop Produksi Sementara
JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan jika tambang emas Martabe milik PT Agincourt Resources (PTAR) telah menghentikan sementara kegiatan pertambangannya di Sumatera Utara.
Juru bicara Kementerian ESDM Dwi Anggia mengungkapkan jika penghentian ini dikarenakan perusahaan yang fokus membantu masyarakat yang terdampak banjir bandang di SUmatera Utara.
“Sejauh ini stop aktivitas, mereka difokuskan untuk membantu masyarakat yang terdampak. Jadi mereka full team untuk membantu distribusi bantuan, terutama ya makanan, pakaian untuk keluarga yang di sana. Karena untuk posko-pengungsian aja masih terbatas di situ soalnya,” kata Anggia kepada awak media, dikutip Sabtu, 6 Desember.
Kendati demikian Anggia tidak merinci lebih lanjut hingga kapan penghentian operasional ini dilakukan.
Ia juga menyebut, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga telah meninjau secara langsung lokasi pertambangan emas Martabe. Berdasarkan pengamatan tersebut diketahui jika lokasi longsor berada jauh dari lokasi pertambangan , sementara banjir bandang terjadi di Sungai Garoga.
Anggia mengakui jika PTAR memang membuka lahan untuk lokasi pertambangan karena proses eksploitasi yang masih berlangsung.
“Di Martabe itu memang bukaan lahan ketika eksploitasi kan memang masih berlangsung. Tapi banjir yang terjadi itu bukan di sungai ini,” tandas Anggia.
-

Banjir Bandang, Warga Aceh Utara Mengaku Trauma
Lhoksukon, Beritasatu.com – Banjir dan tanah longsor yang menerjang Kabupaten Aceh Utara, Aceh, menyebabkan 12 kecamatan tergenang. Bencana ini memaksa ribuan warga mengungsi lantaran rumah mereka hancur diterjang arus deras.
Di Desa Kuala Cangkui, Kecamatan Lapang, warga hanya bisa meratapi rumah mereka yang rata dengan tanah. Kondisi ini membangkitkan trauma lama akan bencana Tsunami.
Seorang warga, Dahlia, menceritakan saat banjir melanda Desa Kuala Cangkui. Ia mengenang kedatangan air yang tiba-tiba. Ia juga mengaku trauma dengan bencana tersebut. “Jam tiga malam tiba-tiba air datang dengan begitu deras. Kami semua langsung lari menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman,” ujarnya saat ditemui Beritasatu.com, Sabtu (6/11/2025).
Kepala Desa Kuala Cangkui Anwar mencatat kerusakan signifikan di wilayahnya. 108 unit rumah mengalami rusak berat, dan 46 unit rusak ringan. Ratusan rumah warga terendam, memaksa mereka tinggal di tenda pengungsian. Anwar juga menyebutkan kebutuhan mendesak para pengungsi.
“Warga sangat membutuhkan obat-obatan, air bersih yang masih minim, peralatan bayi, dan sejumlah kebutuhan lainnya,” katanya.
Data sementara Badan Penanggulangan Bencana Aceh Utara, Sabtu (6/12/2025) siang mencatat, 532 unit rumah hilang akibat diterjang banjir bandang. Sementara itu, 34.526 unit rumah terendam di seluruh wilayah. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara kini terus melakukan pendataan rumah rusak di 27 kecamatan.
Namun, upaya pendataan dan distribusi bantuan menghadapi kendala serius. Putusnya jaringan internet dan rusaknya akses jalan menjadi tantangan utama yang dihadapi otoritas setempat. Kondisi ini memperburuk situasi para pengungsi yang kini tinggal di tenda, yang sangat bergantung pada pasokan logistik darurat seperti obat-obatan dan air bersih.
-

Kementerian-BUMN diminta beri insentif untuk korban banjir Sumatera
Jakarta (ANTARA) – Forum Konsumen Berdaya Indonesia (FKBI) meminta seluruh kementerian hingga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terkait untuk memberikan insentif fiskal maupun nonfiskal bagi masyarakat terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor di wilayah Sumatera.
“Masyarakat sebagai korban bencana banjir di Sumatera, memang berhak untuk diberikan insentif. Insentif fiskal dan nonfiskal tersebut sangat penting sebagai stimulus ekonomi dan untuk mengembalikan aspek daya beli masyarakat,” ujar Ketua FKBI Tulus Abadi dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu.
Ia menuturkan, banyak di antara masyarakat terdampak bencana yang telah kehilangan pendapatan, sumber mata pencaharian, bahkan tulang punggung keluarga mereka.
Pihaknya pun mengapresiasi langkah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang meniadakan sementara aturan penggunaan barcode untuk pembelian BBM jenis Pertalite di daerah bencana.
Tulus menilai langkah Kementerian ESDM tersebut perlu diikuti oleh sektor layanan publik lainnya guna memulihkan perekonomian di kawasan terdampak bencana.
Ia mengatakan, kebijakan tersebut tepat sasaran karena pembatasan administratif dalam kondisi darurat hanya akan menyulitkan warga.
Meskipun demikian, ia mendorong kementerian tersebut untuk memperluas bantuan dengan membebaskan atau memberikan diskon tagihan listrik selama 3 bulan hingga 6 bulan ke depan, serta memberikan bantuan gas LPG 3 kilogram (kg) bagi para korban.
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.



