BNPB: 37.546 Rumah di Aceh Rusak Akibat Banjir dan Longsor
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyampaikan, sebanyak 37.546 rumah warga mengalami kerusakan akibat banjir dan longsong di Aceh, per Minggu (7/12/2025) pukul 19.00 WIB.
Kerusakan ini terbagi dalam beberapa kategori, mulai dari rusak ringan, rusak sedang, hingga rusak berat.
Data tersebut disampaikan Suharyanto dalam rapat terbatas (ratas) bersama Presiden Prabowo Subianto dengan kementerian/lembaga di Lanud Sultan Iskandar Muda, Kabupaten
Aceh
Besar, Aceh, Minggu (7/12/2025) malam.
“Per hari ini, Pak Presiden, rumah masyarakat yang rusak mencapai 37.546. Rusak berat termasuk yang hilang kena sapu banjir. Untuk rusak sedang dan ringan ada kriterianya,” ujar Suharyanto dikutip dari Youtube Sekretariat Presiden.
Kerusakan juga terjadi pada berbagai fasilitas publik, seperti jembatan, jalan, tempat ibadah, sekolah, pondok pesantren, rumah sakit, hingga puskesmas.
Selain itu, sektor pertanian turut terdampak, meliputi lahan tanaman pangan, ternak, sawah, kebun, tambak, serta sejumlah kantor pemerintahan.
Dari berbagai kerusakan tersebut,
BNPB
memperkirakan bahwa pemulihan di Aceh membutuhkan anggaran sebesar Rp 25.41 triliun.
“Tadi dari Bapak Menteri PU (Pekerjaan Umum), khusus untuk Aceh saja, pemulihan sampai dengan saat ini kondisi seperti semula membutuhkan anggaran Rp 25,41 triliun,” ungkap Suharyanto.
Selain itu, Suharyanto juga menyampaikan, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah masih terisolasi akibat banjir bandang dan tanah longsor.
“Kemudian kami laporkan per provinsi, Bapak Presiden. Yang pertama untuk Aceh, kami laporkan untuk yang terisolir, daerah yang masih cukup berat, ada dua kabupaten di Aceh ini, adalah Bener Meriah dan Aceh Tengah, Bapak Presiden,” kata Suharyanto.
Selain itu, ada ratusan gampong atau kelurahan yang terdampak banjir dan longsor di dua kabupaten tersebut.
“Untuk Bener Meriah 232 desa atau gampong, Aceh Tengah 295 desa di 14 kecamatan,” ujar Suharyanto.
ERLANGGA BREGAS PRAKOSO Foto udara menampilkan tumpukan kayu-kayu memenuhi area Pondok Pesantren Darul Mukhlishin pascabanjir bandang di Desa Tanjung Karang, Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Jumat (5/12/2025). Usai sepekan setelah bencana banjir bandang, akses menuju Desa Tanjung Karang masih terhambat akibat banyaknya tumpukan pohon dan lumpur tebal dari Sungai Tamiang sehingga bantuan sulit masuk ke wilayah tersebut. ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/app/foc.
Meski begitu, Aceh Tamiang yang sebelumnya dilaporkan sangat terisolasi kini diklaim sudah dapat mendistribusikan bantuan melalui jalur darat.
Sebagai informasi, per Minggu (7/12/2025), sebanyak 921 orang dilaporkan meninggal dunia akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.
Di Sumatera Utara, korban meninggal sebanyak 329 orang dan hilang 82 orang. Kemudian di Sumatera Barat, yang meninggal dunia 226 orang dan yang hilang 213 orang. Terakhir untuk Aceh, itu 366 orang meninggal dunia, dan 97 orang masih dinyatakan hilang.
(Reporter: Baharudin Al Farisi | Editor: Mohamad Bintang Pamungkas)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Topik: longsor
-

Bantuan Asing Belum Masuk Sumatera, PDIP Bicara Momentum Persatuan Nasional
Jakarta –
Ketua Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah PDIP Ganjr Pranowo merespons langkah pemerintah yang belum membuka bantuan internasional untuk korban bencana di Sumatera. Ganjar menyinggung penanganan bencana sebagai momentum untuk memupuk persatuan nasional.
“Ini momentum persatuan Indonesia dan keadilan sosial yang diwujudkan dengan aktivitas nyata,” kata Ganjar saat dihubungi, Senin (8/12/2025).
Ganjar menjelaskan ada sejumlah hal yang harus dilakukan pemerintah dalam mengatasi bencana di Sumatera. Pertama, mobilisasi kekuatan dari lintas sektor yang dikomandoi pemerintah.
“Mobilisasi semua kekuatan pemerintah. Tidak hanya TNI, Polri, ASN, tapi juga dunia usaha, relawan, kampus, lembaga keagamaan dan sosial lainnya,” katanya.
Dia menyebut partai politik juga harus terlibat dalam penanganan bencana di Sumatera. Kader dan jaringan partai politik harus dikerahkan dalam membantu korban yang masih berada di daerah terisolir.
“Saya mengingatkan penanganan tanggap darurat harus dilanjutkan dengan penanganan paska bencana. Persiapan hunian sementara sampai nanti hunian tetap,” kata Ganjar.
“Perguruan tinggi juga diajak membuat program kuliah kerja nyata mahasiswa untuk menangani problem yang secara tematik,” ucapnya.
Menteri Luar Negeri RI Sugiono pada Jumat (5/12) menyampaikan bahwa Indonesia masih dapat melakukan penanganan bencana banjir dan longsor di Sumatera secara mandiri, sehingga bantuan dari negara-negara sahabat masih belum diperlukan.
Meskipun begitu, Sugiono tetap mengucapkan terima kasih atas tawaran bantuan dari negara-negara sahabat, mengatakan bahwa tawaran tersebut mencerminkan kepedulian mereka terhadap situasi di Indonesia.
Pada Rabu (3/12), Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi juga menyatakan bahwa Indonesia masih sanggup untuk mengatasi bencana di Sumatera dan masih memiliki stok pangan yang cukup bagi para korban bencana.
Banjir di Sumatera dan Aceh terjadi pada 25 November silam. Data terbaru yang dikeluarkan BNPB hingga Minggu (7/12) sore tercatat 940 orang meninggal dunia akibat bencana di Sumatera, 276 lainnya masih hilang dan 5.000 orang dilaporkan luka-luka.
(ygs/imk)
-

Khofifah Sapa Pengungsi di Pidie Jaya, Salurkan Bantuan dan Bakal Kirim Relawan Medis
Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyapa para pengungsi yang terdampak musibah hidrometeorologi di Gedung Serbaguna Tgk Chik Pante Geulima, Pidie Jaya, Aceh.
Didampingi Bupati Pidie Jaya Sibral Malasyi, Khofifah bersapa dan berbincang dengan para pengungsi dan menguatkan mental dan psikis mereka.
Dari dialog yang dilakukan, banyak para pengungsi yang membutuhkan layanan kesehatan. Hal tersebut langsung direspons oleh Gubernur Khofifah dengan memastikan Pemprov Jatim akan segera mengirimkan tim medis dan obat-obatan ke Pidie Jaya.
“Insya Allah segera akan kami kirim relawan tim medis dan obat obatan ke sini,” kata Khofifah kepada para pengungsi dan Bupati Pidie Jaya.
Khofifah menyebut Pidie Jaya menjadi salah satu daerah yang terkena dampak bencana Hidrometeorologi cukup luas. Dampak yang ditimbulkan dari bencana hidrometeorologi tersebut antara lain terputusnya akses listrik, jaringan internet, dan jalan.
Musibah ini juga menyebabkan 27 korban jiwa, jembatan putus di 240 lokasi, 10.522 rumah terdampak, 3.479 Ha lahan rusak, 42.453 penduduk mengungsi di 66 titik lokasi pengungsian. Oleh sebab itu, Gubernur Jatim ini menjangkau Kabupaten Pidie Jaya untuk menyerahkan bantuan secara langsung.
“Untuk itu saya bersama Pak sekda, kepala dinas sosial dan kalaksa BPBD Jatim ini sesungguhnya silaturahim ke Pidie Jaya sambil kita ingin memastikan bahwa persaudaraan kami tersambung. Kami yang dari Jawa Timur adalah saudara bagi semua warga Aceh terutama Pidie Jaya,” terangnya.
Mantan Menteri Sosial RI ini menyebut 1 dari 5 truk yang membawa bantuan logistik dari Jatim diarahkan langsung ke Pidie Jaya. Bantuan tersebut antara lain berupa permakanan, alat dan perlengkapan kebersihan, alat masak, kebutuhan keluarga, kebutuhan bayi, mukena dan sarung. Secara bertahap kami akan kirimkan logistik dari berbagai sumbangan masyarakat Jawa Timur.
“Hari-hari ini menjelang puasa, tentu bagian dari yang kita bawa ini ada telengkung, mukena ada sarung ,”katanya.
“Ada makanan siap saji, sebagaimana yang dibutuhkan ketika masyarakat di daerah masih mengalami musibah seperti ini dan masih di pengungsian,” imbuhnya.
Di sisi lain, Gubernur Khofifah menyampaikan bahwa selain bantuan logistik kemanusiaan Pemerintah Provinsi dan masyarakat Jawa Timur juga memberikan dukungan secara spiritual dengan menggelar sholat ghoib di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya pada Jumat (5/12/2025). Begitu juga pesantren Tebuireng yang setiap hari menggelar sholat ghoib untuk mendoakan para korban meninggal dunia.
“Jadi masyarakat di Jawa Timur memberikan doa secara maksimal dan masif untuk masyarakat yang mengalami musibah, sehingga kira-kira ini bisa memberseiringi antara pendekatan spiritual yang kami lakukan dan bantuan yang kami sampaikan,” katanya.
Gubernur perempuan pertama di Jatim ini juga menyampaikan duka cita mendalam atas terjadinya musibah banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Aceh yang mengakibatkan puluhan jiwa meninggal dunia. Khususnya bagi masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya.
“Kami menyampaikan duka cita yang mendalam mengucapkan innalilahi wa innailaihi Raji’uun mudah-mudahan yang dipanggil ke haribaan Allah dalam musibah ini semua amal ibadahnya diterima oleh Allah, khilafnya diampuni Allah dan dipanggil dalam keadaan husnul khatimah,” ucapnya.
Gubernur Khofifah juga berharap korban yang masih dalam pencarian bisa segera ditemukan, para relawan juga diberikan kekuatan dan semangat untuk memberikan support bagi para pengungsi.
Dan secara khusus kepada para pengungsi, ia memberikan semangat agar tidak putus asa dan segera bisa bangkit kembali.
“Yang sekarang sedang mengungsi mudah-mudahan diberikan kesehatan kekuatan dan semangat untuk bisa bangkit kembali,” harapnya.
Ia menuturkan bantuan logistik dan spiritual dari Pemerintah Provinsi dan masyarakat Jawa Timur diharapkan bisa sedikit meringankan beban masyarakat Aceh khususnya yang ada di Pidie Jaya.
Kembali ia menekankan bahwa ini adalah bentuk kepedulian dan wujud kebersaudaraan yang dibangun antara Jawa Timur dan masyarakat Pidie Jaya.
“Apa yang kami lakukan dalam proses bersapa kali ini adalah bagian pertama bahwa kami yang dari Jawa Timur adalah saudara bagi semua warga Aceh terutama Pidie Jaya,” tuturnya.
Di kesempatan yang sama Gubernur Khofifah dengan didampingi Bupati Pidie Jaya, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Adhy Karyono selaku Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto, Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur Restu Novi Widiani juga meninjau dapur umum di lokasi pengungsian tersebut. [tok/aje]
-
/data/photo/2025/12/07/69359b4edbbb6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
4 Prabowo Apresiasi Bupati Aceh Tengah dan Bener Meriah: Terima Kasih Pengabdianmu Nasional
Prabowo Apresiasi Bupati Aceh Tengah dan Bener Meriah: Terima Kasih Pengabdianmu
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Presiden Prabowo Subianto mengapresiasi Bupati Aceh Tengah Haili Yoga dan Bupati Bener Meriah Tagore Abubakar dalam penanggulangan bencana di kabupatennya masing-masing.
Dalam panggilan yang dilakukan dalam rapat terbatas (ratas), Prabowo turut menguatkan kedua bupati tersebut.
“Terima kasih pengabdianmu, tabah selalu. Saya akan berusaha nengok kalian kesempatan pertama ya,” ujar Prabowo dalam ratas dengan kementerian/lembaga di Lanud Sultan Iskandar Muda, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Minggu (7/12/2025) malam.
Kendati sambungan panggilan video beberapa kali tersendat, Prabowo kembali mengucapkan terima kasih serta berjanji akan berkunjung ke
Aceh Tengah
dan
Bener Meriah
.
“Saya datang, saya mau nengok kalian, saya mau lihat muka-muka kalian. Terima kasih,” ujar Prabowo.
Sementara itu, Haili dalam panggilan video menyatakan bahwa dirinya menunggu kehadiran Prabowo di Aceh Tengah.
“Kita kuat, Pak Presiden. Kita tunggu di Aceh Tengah, Pak,” kata Haili.
Berbeda dengan
Bupati Aceh Tengah
dan
Bupati Bener Meriah
, Prabowo menyindir bupati yang dinilai tidak siap menghadapi situasi krisis di daerahnya.
Pesan Presiden itu disampaikan di tengah sorotan terhadap
Bupati Aceh Selatan
Mirwan, yang pergi menunaikan umrah tanpa izin.
Prabowo awalnya menyampaikan apresiasi atas kehadiran para kepala daerah dalam rapat tersebut. Namun, ia menegaskan bahwa para bupati memang dipilih untuk menghadapi situasi sulit, terutama saat bencana terjadi.
“Terima kasih, hadir semua bupati? Terima kasih ya para bupati. Kalian yang terus berjuang untuk rakyat. Memang kalian dipilih untuk menghadapi kesulitan,” ujar Prabowo dalam ratas.
Prabowo lalu melontarkan sindiran kepada bupati yang tidak siap bekerja dalam kondisi darurat.
Ia lantas meminta Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian untuk menindak bupati yang meninggalkan wilayahnya saat banjir bandang.
Prabowo melanjutkan bahwa dalam dunia militer, tindakan meninggalkan tugas saat kondisi genting disebut desersi, dan itu tidak dapat ditoleransi.
“Itu kalau tentara namanya desersi. Dalam keadaan bahaya, meninggalkan anak buah, waduh… itu enggak bisa. Saya enggak mau tanya partai mana. Sudah kau pecat?” sentil Prabowo.
ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso Suasana pusat Kota Kuala Simpang yang luluh lantak akibat banjir bandang di Aceh Tamiang, Aceh, Sabtu (6/12/2025). Berdasarkan data BPBD setempat hingga Sabtu (6/12), banjir bandang mengakibatkan 57 warga Aceh Tamiang meninggal dunia dan 23 warga hilang, sementara berdasarkan data BNPB bencana banjir dan tanah longsor di Sumatra mengakibatkan 916 orang meninggal dunia dan 274 orang hilang.
Dalam ratas yang sama, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyampaikan, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah masih terisolir akibat banjir bandang dan tanah longsor.
“Kemudian kami laporkan per provinsi, Bapak Presiden. Yang pertama untuk Aceh, kami laporkan untuk yang terisolir, daerah yang masih cukup berat, ada dua kabupaten di Aceh ini, adalah Bener Meriah dan Aceh Tengah, Bapak Presiden,” kata Suharyanto.
Selain itu, ada ratusan gampong atau kelurahan yang terdampak banjir dan longsor di dua kabupaten tersebut.
“Untuk Bener Meriah 232 desa atau gampong, Aceh Tengah 295 desa di 14 kecamatan,” ujar Suharyanto.
Meski begitu, Aceh Tamiang yang sebelumnya dilaporkan sangat terisolasi kini diklaim sudah dapat mendistribusikan bantuan melalui jalur darat.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Cuaca Ekstrem, Khofifah Instruksikan Operasi Modifikasi Cuaca Hingga Akhir 2025
Surabaya (beritajatim.com) – Imbauan kewaspadaan BMKG akan adanya potensi cuaca ekstrem di Jatim hingga akhir tahun 2025, direspons cepat Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, dengan menginstruksikan pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC).
Kegiatan modifikasi cuaca yang biasa dilangsungkan bareng pemerintah pusat ini, kini disiapkan Pemprov Jatim secara mandiri bersama BMKG dan Puspenerbal Juanda.
Tujuannya, untuk mengurangi potensi terjadinya bencana hidrometeorologi yang diakibatkan cuaca ekstrem, seperti, banjir, banjir bandang, longsor dan angin puting beliung.
Aksi perdana kegiatan OMC ini telah dilangsungkan sejak Jumat (5/12/2025) kemarin, dengan menggunakan pesawat Cessna Caravan 208 Registrasi PK-SNM. Sasarannya, wilayah Selatan Malang, Pasuruan dan Jombang yang sejak kemarin telah dilanda hujan deras.
“Sebagaimana arahan Ibu Gubernur, Pemprov Jatim harus merespons imbauan kewaspadaan potensi cuaca ekstrem yang dirilis BMKG. Jadi, kegiatan OMC ini merupakan respon cepat Ibu Gubernur terhadap kondisi cuaca di Jatim beberapa hari terakhir,” kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim, Gatot Soebroto, Senin (8/12/2025).
Rencananya, kegiatan OMC yang berpusat di Baseops Lanudal Juanda ini akan berlangsung hingga akhir tahun 2025.
“Jadi, mulai saat ini, jika BMKG mendeteksi adanya awan di langit Jawa Timur yang berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem, maka kita akan lakukan OMC, untuk menghindari bencana hidrometeorologi di wilayah tersebut,” jelasnya.
Sementara, berdasarkan laporan Pusdalops BPBD Jatim, pada akhir pekan kemarin, kejadian banjir masih terjadi di tiga daerah, yakni, Jombang, Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan. Namun, banjir akibat hujan lebat pada Kamis malam (4/12/2025) ini, kondisinya sudah mulai berangsur surut. [tok/aje]
-

Kembali ke Aceh, Prabowo Gerak Cepat Atasi Dampak Banjir Sumatra
Bisnis.com, JAKARTA – Pada awal Desember 2025, Sumatra diguncang bencana besar. Hujan ekstrem berhari-hari memicu banjir bandang, longsor, dan putusnya sejumlah jembatan vital, membuat akses darat terisolasi dan layanan dasar lumpuh di banyak wilayah.
Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Bireuen, Aceh Tamiang, hingga sebagian Aceh Besar menjadi titik-titik yang mengalami kerusakan paling parah. Ribuan rumah hanyut, ribuan lainnya rusak berat. Puluhan fasilitas publik tidak lagi berfungsi. Sawah, ladang, dan tambak lenyap tersapu arus.
Balutan awan rendah tak mampu menyembunyikan kerusakan yang ditinggalkan banjir besar—jalan-jalan terputus, jembatan tergerus, dan rumah-rumah warga yang masih menyimpan lumpur.
Di antara aktivitas evakuasi dan mobilisasi alat berat, sebuah genset listrik berkapasitas 250 KWH diturunkan dari helikopter. Mesin itu menjadi simbol kecil dari upaya besar pemerintah memastikan layanan vital tetap berdiri meski akses darat menuju wilayah ini masih belum pulih.
Di Jakarta, pada Sabtu (6/12/2025) Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya menyampaikan laporan resmi mengenai pengiriman darurat tersebut melalui helikopter Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Sabtu 6 desember 2025, melalui helikopter BNPB, telah diangkut Genset listrik 250 KWH untuk Rumah Sakit di Aceh Tengah, Takengon,” ujarnya.
Menurut Teddy, Takengon termasuk wilayah yang paling sulit dijangkau karena serangkaian longsor dan putusnya jembatan di berbagai jalur. Di tengah situasi itu, pemerintah melalui PLN dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bergerak simultan membuka kembali akses transportasi dan memulihkan kelistrikan.
“PLN dan Kementerian PU terus memperbaiki seluruh gardu listrik dan terus memberikan pasokan listrik serta membuka jalur darat secepat mungkin,” ujar Teddy.
Bagi warga di rumah sakit, keberadaan genset tersebut berarti layanan kesehatan dapat tetap berjalan, operasi darurat bisa dilakukan, dan obat-obatan tetap tersimpan sesuai standar.
Namun genset hanyalah satu bagian kecil dari upaya nasional yang lebih luas dan gerak cepat pemerintah. Pada Minggu (7/12/2025), Presiden Prabowo Subianto kembali bertolak menuju Provinsi Aceh untuk meninjau langsung penanganan bencana—kunjungannya yang kedua dalam sepekan.
Dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, pesawat yang membawa Kepala Negara lepas landas pukul 07.55 WIB menuju Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar.
Tanah rencong sedang berada dalam masa-masa berat. Banjir, longsor, dan kerusakan infrastruktur merata di berbagai wilayah. Di atas kertas, laporan-laporan masuk ke meja Presiden setiap hari; tetapi di lapangan, kebutuhan penanganan darurat menuntut kehadiran pemimpin negara. Prabowo memilih berada di garis depan memastikan semua berjalan.
Setibanya di Aceh, Presiden langsung meninjau sejumlah titik kerusakan paling parah, sekaligus menerima laporan terbaru dari pemerintah daerah serta instansi terkait. Fokus utamanya: mempercepat evakuasi, memperlancar distribusi bantuan, membuka akses jalan, dan memastikan keamanan warga.
Turut mendampingi dalam rombongan tersebut adalah Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Menteri Luar Negeri Sugiono, Seskab Teddy Indra Wijaya, serta Kepala Badan Komunikasi Pemerintah Angga Raka Prabowo.
Salah satu lokasi yang dikunjungi Presiden adalah Jembatan Bailey Teupin Mane di Kabupaten Bireuen, salah satu jalur penghubung penting menuju Bener Meriah dan Takengon. Di sana, Prabowo berdiri di tengah pekerja, alat berat, petugas TNI, dan tim Kementerian PU yang bekerja tanpa henti.
“Ya, saya kira kita lihat ya, salah satu jembatan yang mereka kerja terus diharapkan satu minggu sudah bisa buka dan darisini bisa terus untuk membuka tiga jembatan lagi ya menuju bener meriah dan takengon ke atas,” ujar Prabowo di depan warga dan petugas yang hadir.
Lebih lanjut, Presiden Ke-8 RI itu juga menerima laporan tentang kerusakan sawah, irigasi, hingga jebolnya beberapa bendungan yang menjadi penopang pertanian di wilayah tersebut. Dengan tegas dia menyampaikan bahwa negara akan membantu memulihkan semua lahan yang rusak akibat kejadian ini—karena kerusakan tersebut merupakan bencana alam, bukan kesalahan petani.
“Petani gak usah khawatir karena ini bukan kelalaian, tapi force majure,” katanya.
Di lokasi yang sama, Kepala negara memerintahkan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Maruli Simanjuntak untuk memimpin satuan tugas percepatan perbaikan jembatan dan akses darat.
“Kasad kerahkan semua ya, saya tunjuk kasad sebagai satgas percepatan perbaikan jembatan dan pemda,” perintah Prabowo.
TNI memiliki pasukan konstruksi dan teritorial yang kuat, sehingga pengerahan mereka diyakini dapat mempercepat proses rehabilitasi. Panglima TNI dan Kapolri pun mendapat instruksi serupa untuk mengerahkan seluruh kekuatan.
Di Dapur Pengungsian: Menjaga Gizi Korban Banjir
Di sela-sela kunjungan, Prabowo pun menyempatkan diri mengunjungi dapur pengungsian di Desa Balee Panah. Di tengah aroma ikan tongkol pedas yang dimasak untuk makan siang, orang nomor satu di Indonesia itu pun meminta izin untuk mencicipinya.
Petugas dapur—ibu-ibu yang sudah sejak pagi memasak untuk ratusan warga—menyodorkan sepiring masakan
“Pedes ya ini,” ucap Prabowo spontan. Kehangatan pun muncul dari interaksi sederhana itu.
Usai mengunjungi dapur, di hari yang sama, Prabowo menggelar rapat terbatas (ratas) bersama Gubernur Aceh, para bupati, dan sejumlah menteri. Rapat berlangsung sederhana tetapi padat, dengan fokus utama mengevaluasi kondisi aktual dan menentukan langkah berikutnya.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto melaporkan progres pemulihan listrik dari 23 kabupaten/kota, 81% sudah menyala dan ditargetkan mencapai 100% pada esok siang. Menteri ESDM Bahlil menambahkan detail waktu penyalaan di setiap kabupaten, memastikan bahwa Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Aceh Tamiang menyala malam itu.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian melaporkan kondisi anggaran belanja tak terduga (BTT) di 52 kabupaten/kota tiga provinsi terdampak—Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Dana daerah sangat minim, padahal kebutuhan kecil seperti popok bayi, pembalut, dan kebutuhan perempuan sangat diperlukan di pengungsian.
Tito mengusulkan tambahan Rp2 miliar per kabupaten/kota. Namun, Prabowo mengambil keputusan lebih besar.
“Pak Mendagri, Anda minta Rp 2 miliar per kabupatennya. Saya kasih Rp 4 miliar,” ucap Prabowo.
Selain itu, orang nomor satu di Indonesia itu pun meminta alokasi tambahan untuk pemerintah provinsi hingga Rp20 miliar, menyesuaikan tingkat kerusakan.
Tak hanya itu, isu penyediaan lahan untuk hunian sementara (huntara) muncul sebagai hambatan. Kepala BNPB melapor bahwa beberapa daerah kesulitan menyediakan lahan karena status kepemilikan yang disambut oleh Prabowo dengan memberikan instruksi tegas agar tanah dengan Hak Guna Usaha (HGU) dicabut sementara.
“Kalau perlu HGU-HGU bisa dicabut sementara, dikurangi. Ini kepentingan rakyat yang lebih penting. Lahan harus ada,” kata Prabowo
BNPB menjelaskan spesifikasi huntara tipe 36 berharga Rp30 juta per unit—lengkap dengan kamar mandi dan sanitasi. Durasi pembangunan ditargetkan enam bulan, tetapi Prabowo meminta dipercepat kurang dari satu semester.
Termasuk, Satgas TNI–Polri akan dilibatkan untuk percepatan, mengulang keberhasilan mereka saat membangun ribuan huntara di Lewotobi.
Suharyanto juga memaparkan dampak kerusakan di tiga provinsi—Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Data sementara mencatat Aceh sebanyak 37.546 rumah rusak, jembatan, sekolah, rumah ibadah, kesehatan dan fasilitas pertanian. Total kebutuhan pemulihan: Rp 25,41 triliun.
Sementara itu, Sumatra Utara dengan estimasi kebutuhan rekonstruksi Rp 12,88 triliun dan Sumatra Barat dengan kebutuhan pemulihan Rp 13,52 triliun dengan beberapa nagari masih terisolasi. Adapun, total keseluruhan estimasi nasional mencapai Rp 51,82 triliun
Angka itu menggambarkan skala bencana yang sangat besar—salah satu yang terbesar di Sumatra dalam dekade terakhir.
/data/photo/2025/12/05/6932b68dd6396.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/11/26/69264245ee2b5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)


