Topik: longsor

  • Bupati Aceh Selatan Mangkir dari Pemeriksaan Itjen Kemendagri

    Bupati Aceh Selatan Mangkir dari Pemeriksaan Itjen Kemendagri

    Banda Aceh, Beritasatu.com – Bupati Aceh Selatan Mirwan MS mangkir dari pemeriksaan Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagr) di Kantor Inspektorat Aceh pada Senin (8/12/2025). Mirwan belum terlihat hadir di lokasi hingga pukul 18.56 WIB.

    Juru Bicara Pemerintah Aceh, Muhammad MTA, membenarkan informasi tersebut. “Info terakhir yang kami terima, Bupati Aceh Selatan diperiksa di Kantor Inspektorat Aceh oleh Itjen Kemendagri,” ujarnya di Banda Aceh.

    Muhammad MTA mengaku belum menerima perkembangan terbaru terkait pemeriksaan itu. Ia juga menyinggung Mirwan menjalani ibadah umrah di tengah masa penanganan bencana banjir yang melanda wilayah Aceh Selatan.

    Informasi yang beredar menyebutkan Mirwan MS sebelumnya menyatakan tidak sanggup menangani bencana banjir bandang dan longsor yang menimpa sejumlah daerah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. 

    Namun, pada 2 Desember 2025, Mirwan bersama istrinya justru berangkat umrah. Kepergiannya memicu kritik karena wilayahnya masih berada dalam kondisi tanggap darurat.

    Situasi semakin memanas setelah Gubernur Aceh Muzakir Manaf pada 5 Desember 2025 menegaskan tidak pernah memberikan izin kepada Mirwan MS untuk melaksanakan umrah selama masa darurat bencana di Aceh Selatan.

    Tak hanya itu, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra turut mengambil tindakan tegas dengan memberhentikan Mirwan MS dari jabatannya sebagai ketua DPC Gerindra Aceh Selatan.

    Pemeriksaan oleh Itjen Kemendagri menjadi bagian dari klarifikasi atas rangkaian keputusan Mirwan yang dinilai bertentangan dengan kewajibannya sebagai kepala daerah, terutama ketika wilayahnya tengah membutuhkan penanganan cepat dan kehadiran pemimpin.

  • Ketika Rakyat Sumbang Rp 10 Miliar untuk Korban Banjir Sumatra Berujung Sindiran Anggota DPR

    Ketika Rakyat Sumbang Rp 10 Miliar untuk Korban Banjir Sumatra Berujung Sindiran Anggota DPR

    Liputan6.com, Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) didesak untuk lebih proaktif dan masif dalam menyebarkan informasi mengenai kinerja pemerintah dalam penanganan bencana, khususnya banjir dan longsor di Sumatra. Desakan keras ini disampaikan oleh Anggota Komisi I DPR RI, Endipat Wijaya, saat rapat kerja bersama Komdigi di Gedung DPR, Jakarta, Senin (8/12/2025).

    Menurut Endipat, minimnya informasi yang tersebar membuat kerja keras pemerintah, termasuk bantuan triliunan rupiah, seolah-olah tenggelam oleh viralnya donasi yang digalang pihak lain. Kondisi ini bahkan cenderung memunculkan anggapan bahwa pemerintah tidak bergerak.

    Oleh karena itu, Endipat mendesak Komdigi untuk segera bertindak dan memastikan kerja keras pemerintah tidak tenggelam oleh narasi yang didominasi pihak lain.

    “Fokus nanti, ke depan Kementerian Komdigi ini mengerti dan tahu persis isu sensitif nasional dan membantu pemerintah memberitahukan dan mengamplifikasi informasi, sehingga enggak kalah viral dibandingkan dengan teman-teman yang sekarang ini, paling-paling di Aceh, di Sumatra, dan lain-lain itu,” kata dia saat rapat bersama Komdigi, di ruang Komisi I DPR, Jakarta, Senin (8/12/2025).

    Endipat juga menyinggung adanya pihak yang hanya datang sekali, tetapi terlihat seolah-olah paling aktif bekerja.

    “Ada orang yang cuma datang sekali, tapi seolah-olah paling bekerja di Aceh,” tambahnya.

    Dia menegaskan bahwa dalam penanganan bencana di Sumatra, pemerintah adalah pihak yang pertama kali hadir dan langsung bergerak untuk mengatasinya.

    “Padahal negara sudah hadir dari awal, ada orang baru datang, baru bikin satu posko, ngomong pemerintah enggak ada. Padahal pemerintah sudah bikin ratusan posko di sana,” ungkap Endipat.

    “Yang sehingga publik tahu kinerja pemerintah itu sudah ada, dan memang sudah hebat,” lanjut dia.

    Bandingkan Bantuan Relawan dan Pemerintah

    Politikus Gerindra ini secara eksplisit menyinggung aksi relawan yang berhasil menggalang donasi hingga Rp 10 miliar dan menjadi viral. Padahal, menurutnya, bantuan yang sudah digelontorkan pemerintah jauh lebih besar, namun justru seperti tak terlihat.

    “Orang-orang cuma nyumbang Rp 10 miliar, negara sudah triliun-triliunan ke Aceh itu, bu. Jadi yang kayak gitu-gitu, mohon dijadikan perhatian, sehingga ke depan tidak ada lagi informasi yang seolah-olah negara tidak hadir di mana-mana. Padahal negara sudah hadir sejak awal di dalam penanggulangan bencana,” tutur dia.

    Sebagai bukti, Endipat membeberkan saat pertama bencana Sumatra terjadi, TNI AU sudah hadir.

    “Angkatan Udara hari pertama langsung ada, 4-5 pesawat datang ke sana, tapi dibilang enggak pernah hadir. Mungkin itu karena kita kalah dalam menginformasikan,” kata dia.

  • Korban Meninggal Bertambah 23 Jadi 389 Orang

    Korban Meninggal Bertambah 23 Jadi 389 Orang

    Sebelumnya Presiden Prabowo Subianto menyetujui turunnya anggaran sebesar Rp 60 juta per rumah untuk membantu para korban terdampak mengganti atau memperbaiki hunian mereka yang rusak akibat bencana banjir dan longsor di Sumatra. Hal itu dibahas dalam rapat koordinasi bencana di Posko Terpadu Lanud Sultan Iskandar Muda, Kabupaten Aceh Besar, Minggu, 7 Desember 2025 malam.

    Prabowo menerima langsung laporan mengenai pembangunan hunian sementara (huntara) dan hunian tetap (huntap) yang diperuntukkan kepada para pengungsi banjir bandang dan longsor di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

    “Per hari ini, Bapak Presiden, rumah masyarakat yang rusak itu sampai 37.546 rumah baik yang rusak berat — rusak berat ini termasuk yang hilang kena sapu banjir — kemudian rusak sedang, dan rusak ringan,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto kepada Presiden Prabowo saat rapat. 

    Suharyanto menyebut, data tersebut belum final lantaran pendataan masih terus dilakukan oleh BNPB bersama Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Rencananya, huntara untuk para pengungsi akan dibangun oleh anggota TNI dan Polri yang tergabung dalam satuan tugas (satgas) penanggulangan bencana. 

    Sementara untuk pembangunan hunian tetap diserahkan kepada Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman.

    “Kemudian yang tidak pindah, karena mungkin banjirnya, dampaknya tidak terlalu besar bagi keluarga itu sehingga tidak harus pindah, tetapi rumahnya rusak, kami perbaiki oleh satgas BNPB,” kata Suharyanto.

    Adapun terkait anggaran perbaikan sebesar Rp 60 juta per rumah merupakan angka yang diajukan langsung BNPB kepada Prabowo.

    “Ini hunian tetap anggaran Rp 60 juta cukup?,” tanya Prabowo ke Suharyanto. 

    “Selama ini cukup, tetapi kalau memang Bapak Presiden ingin menambahkan kami lebih senang,” jawab Suharyanto.

    “Rp 60 juta karena tidak relokasi, Bapak. Nanti penerima bisa nambah dengan uangnya sendiri. Mungkin punya keluarga di kampung, punya anak yang punya gaji mau nambah, bisa. Tetapi, (kami) tidak (memberikannya) dalam bentuk uang, karena khawatir kalau bentuk uang jadi yang lain,” sambungnya.

    “Oke, mungkin tentunya kita hitung kenaikan harga ya, inflasi, dan sebagainya,” sahut Prabowo.

    Kemudian, untuk huntara anggaran yang dialokasikan sebesar Rp 30 juta per rumah. Hunian tersebut akan dibangun dengan ukuran 36 meter persegi, lengkap dengan fasilitas kamar, sarana MCK, dan ruangan lainnya.

  • 10
                    
                        Kengerian di Puskesmas Koto Alam: Orang Berlumpur Berdatangan, Mayat Pun Jua
                        Regional

    10 Kengerian di Puskesmas Koto Alam: Orang Berlumpur Berdatangan, Mayat Pun Jua Regional

    Kengerian di Puskesmas Koto Alam: Orang Berlumpur Berdatangan, Mayat Pun Jua
    Tim Redaksi

    AGAM, KOMPAS.com
     – Malam itu mencekam. Hujan turun deras. Orang-orang berlumuran lumpur berdatangan. Mayat-mayat digeletakkan di lorong-lorong puskesmas.
    “Tolong, Bu. Tolong, Bu,” teriak keluarga pasien terdengar dari arah depan.
    Mereka yang luka-luka datang. Ada yang luka parah di kepala. Ada yang luka di dagu. Bahkan, ada yang patah tulang. Semua diantar oleh keluarga dan sanak saudaranya.
    Luka-luka menganga yang terkena lumpur dibersihkan dengan cairan Natrium klorida (NaCl). Luka kemudian dijahit.
    Mereka menghabiskan malam di luar dan dalam puskesmas. Semua berdoa supaya situasi baik-baik saja.
    Fetri merupakan salah satu
    bidan
    di
    Puskesmas Koto Alam
    . Pada hari banjir bandang terjadi, Fetri dan rekannya, Husma (39) sebagai perawat, bertugas shift siang di puskesmas. Jam kerjanya dimulai pukul 13.30 hingga pukul 20.30 WIB.
    Jelang banjir maut itu datang, teleponnya berdering.
    “Ada gelondongan kayu besar, ada kejadian kah, Bu?” tanya seseorang dari daerah Alahan Anggang, tak jauh dari Jorong Subarang Aia di Nagari Salareh Aia Timur, Palembayan, Agam,
    Sumatera Barat
    .
    Awalnya, Fetri menjawab tak ada yang terjadi. Lima menit setelahnya, suara gemuruh terdengar di telinga Fetri. Kengerian dimulai.
    Saat itu, ada beberapa pasien yang dirawat di Puskesmas Koto Alam. Mereka ketakutan. Fetri berusaha menenangkannya.
    Fetri bertanya, “Ada apa?”
    “Air naik,” jawab orang-orang yang panik.
    Pikirannya langsung mengarah ke keluarganya. Ia langsung mengeluarkan dan memacu motornya ke arah rumahnya di Jorong Koto Alam, sekitar dua kilometer dari puskesmas.
    “Pergilah saya ke tempat kejadian di atas naik motor. Sampai di sana, galodo (banjir bandang) itu sudah ada. Batu, kayu sudah bergelimpangan. Rumah orang sudah bergelimpangan di jalan,” kenang Fetri saat ditemui di Puskesmas Koto Alam, Senin (7/12/2025) sore.
    Ia memutar balik dan kembali ke arah puskesmas. Dahlia rekannya, ternyata juga khawatir dan mengecek kondisinya keluarganya.
    Saat itu, listrik putus. Aliran listrik di puskesmas langsung berganti mode darurat menggunakan genset.
    Mereka yang sakit langsung memenuhi ranjang-ranjang di IGD puskesmas. Lantai-lantai baik di dalam maupun puskesmas difungsikan sebagai tempat pasien tidur dengan beralaskan tikar. Mereka dirawat dengan berselimut seadanya.
    Puskesmas Koto Alam pun berfungsi layaknya kamar mayat. Tak hanya korban selamat, mayat-mayat korban banjir bandang pun dievakuasi ke puskesmas.
    Saat itu, Yusuf sudah selesai bertugas dan kembali ke rumah kontrakannya. Namun, kabar banjir bandang membuatnya kembali ke kantornya.
    Yusuf bergabung dan membantu Fetri dan Dahlia menangani korban-korban yang terus berdatangan. Ia melakukan apa yang ia bisa lakukan meskipun bukan berlatar belakang paramedis.
    “Waktu itu korban pertama itu cedera cukup parah di kepala. Saya tindakan juga enggak bisa. Saya cuma bisa WhatsApp dokter, kirim foto, terus tanya harus bagaimana, dan bantu Bu Fetri dan Bu Dahlia,” katanya
    Fetri sebetulnya berdinas hanya sampai pukul 20.30 WIB. Namun, bidan penggantinya, Popy Veronica (28) asal Jorong Silungkang, Nagari Tigo Koto Silungkang, Palembayan sedang berhalangan kerja karena akses jalan dari rumahnya menuju puskemas terputus karena longsor.
    “Saya dinas sore sebetulnya cuma sampai pukul 20.30 WIB karena
    enggak
    ada yang masuk lagi, saya lanjut sampai hari besok,” lanjut Fetri.
    “Yang parah-parah itu 20 pasien yang tercatat. Selebihnya itu, kami enggak mampu lagi catat (pasien yang datang). Sampai jam 4 subuh, kami enggak tak berhenti. Mayat-mayat datang sekitar Isya sampai Subuh,” katanya.
    Mereka para korban yang selamat dari banjir bandang tentu berlumuran lumpur. Atas kuasa Tuhan, mereka bisa selamat. Mereka berjuang untuk berjalan di medan berlumpur yang merendam hingga satu meter lebih. 
    Fetri, Dahlia, Vetriani, dan Yusuf saling bekerjasama untuk menangani pasien. Fetri dan Dahlia bertugas secara medis seperti membersihkan luka, menjahit luka robek, dan lainnya. Vetriani dan Yusuf berkoordinasi untuk mendapatkan panduan medis dari tiga dokter Puskesmas Koto Alam secara jarak jauh lewat Whatsapp.
    “Kami foto (kondisi pasien), cari sinyal ke depan. Kalau memang luka, hentikan pendarahan dulu, kami pasang infus. SOP-nya seperti itu,” tambah Fetri.
    Yusuf bercerita, ia harus mencari sinyal ke seberang puskesmas sekitar 50 meter dekat area pepohonan. Sinyal telekomunikasi pun terbatas. Sementara itu, korban-korban terus meminta tolong untuk ditangani.
    “Saya sebagai bidan harus menolong pasien. Tapi insya Allah, pasien dan keluarga pasien, kami bisa tolong sedikit. Pokoknya ada ruang, bisa masuk.
    “Mereka ada yang digotong, naik motor. Pokoknya malam itu ngeri di puskesmas. Di IGD puskesmas penuh korban sama mayat. Sampai tengah malam, pagi terus datang mayatnya sekitar ada 20 orang,” kenang Yusuf.
    “Waktu itu sehabis mayat dievakuasi, mereka taruhnya di puskesmas. Kan waktu itu belum ada posko apapun. Jadi warga tahunya ke puskesmas. itu korban datang dari Salareh Aia Timur dan Salareh Aia Induk,” tambah Yusuf.
    Banyak orang juga datang ke puskesmas juga untuk mencari keluarganya. Tak adanya air karena listrik terputus, mereka hanya bisa membersihkan wajahnya yang tertutup lumpur dengan air mineral atau air galon demi bisa mengenalinya.
    Pasien-pasien yang luka berat baru bisa dirujuk ke rumah sakit pada hari Sabtu (29/12/2025). Akses di Palembayan yang sempat terisolir baru bisa terbuka.
    Hal itu pun berdampak kepada pelayanan. Tim paramedis Puskesmas Koto Alam seperti Poppy bahkan sejak tanggal 24 November tak bisa bertugas.
    Yelmita sebagai penanggung jawab utama Puskesmas Koto Alam pun juga terjebak. Ia bercerita, dirinya bahkan baru bisa ke puskesmas pada Sabtu (29/12/2025) pagi.
    “Kami sampaikan adalah tim paramedis di puskesmas. Kami diseberangkan dengan eskavator lewat simpang jembatan sampai daerah tak terkena lumpur,” kata Yelmita saat ditemui di Puskesmas Koto Alam, Senin (7/12/2025) siang.
    Pada saat puskesmas terisolir, pasien-pasien memenuhi ruang rawat inap dan lorong-lorongnya. Yelmita menyebutkan, mayat-mayat juga memenuhi lorong-lorong poli puskesmas.
    “Pada hari Sabtu, kami rujuk pasien yang cedera ke rumah sakit, otomatis masih ada mayat dari tim SAR. Kami pindahkan ke depan IGD. Tidak lagi di poli. Kami sterilkan poli,” tambah Yelmita.
    Popy yang rumahnya sekitar 10 kilometer dari puskesmas, tak bisa bekerja karena banyaknya titik longsor di jalan. Ia rutin mengabarkan kondisinya di grup Whatsapp Puskesmas Koto Alam.
    “Awalnya tanggal 24 November 2025, saya kabari enggak bisa masuk malam karena ada longsor. Longsor tutup jalan. Hujan deras. Itu kabari lewat grup, saya cari sinyal jalan kaki ke arah bukit karena mati listrik,” kata Popy.
    Pada saat akses ke puskesmas terputus, tiga perempuan dan seorang pria itulah yang berjibaku menangani para pasien dan mayat-mayat.
    Ia pun berterima kasih atas pengabdian mereka yang berjibaku selama akses ke puskesmas terputus. Profesi paramedis adalah profesi yang telah mereka pilih dan ada beban tugas serta tanggung jawab di pundaknya.
    “Kami ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, sebesar-sebesarnya. Kalau tak ada mereka, entah bagaimana nasib masyarakat kami. karena apa? setelah kejadian, semua yang luka-luka dibawa ke sini. Tahunya orang cuma tahu puskemas. Enggak ada yang lain,” ujar Yelmita.
    Popy yang seharusnya bertugas tiga jam setelah banjir bandang, mengaku pasti bakal kesulitan berada di posisi Fetri dan rekan-rekannya.
    Ia baru bisa mengetahui kondisi puskesmas pada Jumat (28/12/2025) pagi lewat grup Whatsapp lantaran susahnya sinyal di daerahnya.
    “Saya pasti bakal kesulitan banyak pasien kalau dinas malam itu. Secara mental, siap enggak siap harus siap tugas. Mungkin saya bisa nangis ya kalau ada di posisi itu,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dua Hari Menembus Longsor, Perjuangan Masuk Sungai Batang yang Terisolir Banjir Bandang

    Dua Hari Menembus Longsor, Perjuangan Masuk Sungai Batang yang Terisolir Banjir Bandang

    Liputan6.com, Jakarta – Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, merupakan salah satu wilayah di Sumatera Barat yang rusak parah akibat banjir bandang.

    BPBD Agam mencatat 10 orang meninggal dunia akibat banjir yang membawa material batu-batu dan kayu besar. Selain itu juga ratusan orang lainnya masih mengungsi.

    Pada Sabtu (6/12/2025), jurnalis Liputan6.com bergabung dengan tim warga bantu warga yang menyalurkan bantuan melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, untuk masuk ke Nagari Sungai Batang.

    Butuh dua hari menembus medan hingga bisa sampai ke lokasi ini. Bantuan untuk warga baru bisa sampai pada tanggal 7 Desember 2025.

    Di hari pertama perjalanan terkendala karena hujan deras yang mengguyur, menyebabkan daerah Bayur Maninjau dilanda banjir yang bercampur lumpur dan bebatuan.

    Kemudian di titik selanjutnya juga terjadi longsor. Bantuan yang semula akan dikirim melalui jalan darat kemudian disambung dengan perahu nelayan, dibatalkan. Tim sempat terjebak di wilayah Koto Kaciak, Maninjau.

    Kemudian setelah mendapat masukan dari sejumlah warga setempat, perjalanan menuju Sungai Batang akhirnya dialihkan melalui jalan darat melewati Tanjung Sani, yang sebelumnya juga dilanda longsor.

    Longsor di daerah ini sebelumnya yang membuat Nagari Sungai Batang terisolir sehingga bantuan harus dikirim dengan kapal nelayan.

    Namun beruntung pada tanggal 7 Desember 2025, material sudah dibersihkan meski masih sangat riskan ketika hujan deras mengguyur.

    Perjalanan melalui rute ini membutuhkan waktu yang lebih panjang dibanding jalur biasanya menuju Sungai Batang, sejumlah titik longsor juga memperlambat laju kendaraan.

    Pada 7 Desember siang, rombongan warga bantu warga tiba di Sungai Batang, tanah kelahiran Buya Hamka.

    Ketika masuk lebih dalam, Danau Maninjau yang biasanya dapat dilihat sebegitu indah dari lokasi ini dengan hamparan persawahan, kini menyisakan kepiluan. Material sisa-sisa banjir bandang terlihat jelas, bebatuan dan kayu-kayu besar menimbun lahan pertanian dan rumah warga.

    Warga bantu warga membawa bantuan bahan pokok, pakaian anak-anak, pakaian dalam dan selimut untuk para pengungsi di tiga jorong (dusun) di Nagari Sungai Batang.

    Selain itu, di dalam tim ini juga terdapat paramedis yang memeriksa kesehatan para pengungsi.

    Warga Masih Mengungsi

    Ratusan warga masih bertahan di pengungsian. Mereka seperti hidup dengan jam kondisi darurat: pagi pulang ke rumah sebentar, malam kembali mengungsi.

    “Saat siang kami pulang, kalau hujan kami balik ke pengungsian. Kalau hujan, banjir lagi,” kata warga bernama Eva Susanti (55).

    Eva menyebut kebutuhan utama mereka kini bukan sekadar bantuan makanan. “Kami butuh cangkul membersihkan rumah, kebutuhan perempuan dan popok anak,” ujarnya.

    Alat berat jug sangat dibutuhkan untuk mengalihkan aliran air dari hulu agar banjir tidak kembali setiap hujan turun. “Ini sudah sembilan hari, tiap hujan masih banjir,” ujar warga lain.

  • Dua Hari Menembus Longsor, Perjuangan Masuk Sungai Batang yang Terisolir Banjir Bandang

    Dua Hari Menembus Longsor, Perjuangan Masuk Sungai Batang yang Terisolir Banjir Bandang

    Liputan6.com, Jakarta – Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, merupakan salah satu wilayah di Sumatera Barat yang rusak parah akibat banjir bandang.

    BPBD Agam mencatat 10 orang meninggal dunia akibat banjir yang membawa material batu-batu dan kayu besar. Selain itu juga ratusan orang lainnya masih mengungsi.

    Pada Sabtu (6/12/2025), jurnalis Liputan6.com bergabung dengan tim warga bantu warga yang menyalurkan bantuan melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, untuk masuk ke Nagari Sungai Batang.

    Butuh dua hari menembus medan hingga bisa sampai ke lokasi ini. Bantuan untuk warga baru bisa sampai pada tanggal 7 Desember 2025.

    Di hari pertama perjalanan terkendala karena hujan deras yang mengguyur, menyebabkan daerah Bayur Maninjau dilanda banjir yang bercampur lumpur dan bebatuan.

    Kemudian di titik selanjutnya juga terjadi longsor. Bantuan yang semula akan dikirim melalui jalan darat kemudian disambung dengan perahu nelayan, dibatalkan. Tim sempat terjebak di wilayah Koto Kaciak, Maninjau.

    Kemudian setelah mendapat masukan dari sejumlah warga setempat, perjalanan menuju Sungai Batang akhirnya dialihkan melalui jalan darat melewati Tanjung Sani, yang sebelumnya juga dilanda longsor.

    Longsor di daerah ini sebelumnya yang membuat Nagari Sungai Batang terisolir sehingga bantuan harus dikirim dengan kapal nelayan.

    Namun beruntung pada tanggal 7 Desember 2025, material sudah dibersihkan meski masih sangat riskan ketika hujan deras mengguyur.

    Perjalanan melalui rute ini membutuhkan waktu yang lebih panjang dibanding jalur biasanya menuju Sungai Batang, sejumlah titik longsor juga memperlambat laju kendaraan.

    Pada 7 Desember siang, rombongan warga bantu warga tiba di Sungai Batang, tanah kelahiran Buya Hamka.

    Ketika masuk lebih dalam, Danau Maninjau yang biasanya dapat dilihat sebegitu indah dari lokasi ini dengan hamparan persawahan, kini menyisakan kepiluan. Material sisa-sisa banjir bandang terlihat jelas, bebatuan dan kayu-kayu besar menimbun lahan pertanian dan rumah warga.

    Warga bantu warga membawa bantuan bahan pokok, pakaian anak-anak, pakaian dalam dan selimut untuk para pengungsi di tiga jorong (dusun) di Nagari Sungai Batang.

    Selain itu, di dalam tim ini juga terdapat paramedis yang memeriksa kesehatan para pengungsi.

    Warga Masih Mengungsi

    Ratusan warga masih bertahan di pengungsian. Mereka seperti hidup dengan jam kondisi darurat: pagi pulang ke rumah sebentar, malam kembali mengungsi.

    “Saat siang kami pulang, kalau hujan kami balik ke pengungsian. Kalau hujan, banjir lagi,” kata warga bernama Eva Susanti (55).

    Eva menyebut kebutuhan utama mereka kini bukan sekadar bantuan makanan. “Kami butuh cangkul membersihkan rumah, kebutuhan perempuan dan popok anak,” ujarnya.

    Alat berat jug sangat dibutuhkan untuk mengalihkan aliran air dari hulu agar banjir tidak kembali setiap hujan turun. “Ini sudah sembilan hari, tiap hujan masih banjir,” ujar warga lain.

  • Fakta-fakta Temuan Polri Soal Kayu Gelondongan di Banjir Sumatera

    Fakta-fakta Temuan Polri Soal Kayu Gelondongan di Banjir Sumatera

    Jakarta: Penyelidikan yang dilakukan Polri mengungkap adanya 27 sampel kayu dari kawasan DAS Garoga yang terbawa arus banjir. Kayu tersebut diduga kuat tidak berasal dari proses alami.

    Temuan ini mengarah pada kemungkinan adanya aktivitas manusia, termasuk indikasi pembukaan lahan oleh sebuah perusahaan yang beroperasi di bagian hulu sungai. 

    Saat ini, proses pemeriksaan lanjutan masih terus berjalan. Melansir dari Antara, Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri bersama Kementerian Kehutanan telah membentuk tim gabungan untuk menelusuri asal-usul kayu tersebut. 

    Berikut ini fakta-fakta penting terkait penyelidikan mengenai kayu gelondongan penyebab banjir Sumatera:
    1. Gunakan 27 sampel kayu di DAS Garoga

    Polri mengumpulkan 27 sampel kayu sebagai bukti awal penyelidikan. Lokasi sampel berada di sekitar posko penyidik di DAS Garoga, Tapanuli Utara.

    “Di sekitar TKP ini, 27 sampel kayu telah diambil, police line terpasang, dan dua jembatan telah diperiksa,” jelas Brigjen Moh. Irhamni.

    Nantinya, sampel ini digunakan untuk melacak asal kayu yang terbawa arus banjir.
     

     

    2. Kayu diduga bukan berasal dari proses alami

    Menurut Irhamni, kayu yang ditemukan didominasi jenis karet, ketapang, dan durian. Hasil identifikasi ahli menunjukkan kayu tersebut berasal dari hasil gergajian, pencabutan menggunakan alat berat, longsor alam, dan proses pengangkutan loader. Beberapa variabel tersebut mengarah pada indikasi kuat keterlibatan aktivitas manusia.
     
    3. Polri memeriksa kepala desa dan warga lokal

    Selain barang bukti kayu, tim telah meminta keterangan dari kepala desa dan saksi-saksi dari warga lokal untuk memahami aktivitas di hulu sungai sebelum banjir terjadi. Keterangan warga menjadi bagian penting untuk memastikan gambaran kejadian.
     
    4. Dugaan Land Clearing oleh PT TBS

    Dittipidter menduga adanya pembukaan lahan (land clearing) oleh perusahaan PT TBS di hulu Sungai Garoga. “Penyelidikan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan perusahaan yang terindikasi melakukan land clearing,” ujar Irhamni.

    Aktivitas perusahaan berpotensi dianggap menjadi penyebab banyaknya kayu gelondongan yang hanyut.
     
    5. Polri-Kemenhut bentuk tim gabungan investigasi

    Polri bersama Kementerian Kehutanan membentuk tim gabungan untuk memperkuat investigasi. “Jika ditemukan pelanggaran, akan diproses oleh kepolisian,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

    Jakarta: Penyelidikan yang dilakukan Polri mengungkap adanya 27 sampel kayu dari kawasan DAS Garoga yang terbawa arus banjir. Kayu tersebut diduga kuat tidak berasal dari proses alami.
     
    Temuan ini mengarah pada kemungkinan adanya aktivitas manusia, termasuk indikasi pembukaan lahan oleh sebuah perusahaan yang beroperasi di bagian hulu sungai. 
     
    Saat ini, proses pemeriksaan lanjutan masih terus berjalan. Melansir dari Antara, Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri bersama Kementerian Kehutanan telah membentuk tim gabungan untuk menelusuri asal-usul kayu tersebut. 

    Berikut ini fakta-fakta penting terkait penyelidikan mengenai kayu gelondongan penyebab banjir Sumatera:

    1. Gunakan 27 sampel kayu di DAS Garoga

    Polri mengumpulkan 27 sampel kayu sebagai bukti awal penyelidikan. Lokasi sampel berada di sekitar posko penyidik di DAS Garoga, Tapanuli Utara.
     
    “Di sekitar TKP ini, 27 sampel kayu telah diambil, police line terpasang, dan dua jembatan telah diperiksa,” jelas Brigjen Moh. Irhamni.
     
    Nantinya, sampel ini digunakan untuk melacak asal kayu yang terbawa arus banjir.
     

     

    2. Kayu diduga bukan berasal dari proses alami

    Menurut Irhamni, kayu yang ditemukan didominasi jenis karet, ketapang, dan durian. Hasil identifikasi ahli menunjukkan kayu tersebut berasal dari hasil gergajian, pencabutan menggunakan alat berat, longsor alam, dan proses pengangkutan loader. Beberapa variabel tersebut mengarah pada indikasi kuat keterlibatan aktivitas manusia.
     

    3. Polri memeriksa kepala desa dan warga lokal

    Selain barang bukti kayu, tim telah meminta keterangan dari kepala desa dan saksi-saksi dari warga lokal untuk memahami aktivitas di hulu sungai sebelum banjir terjadi. Keterangan warga menjadi bagian penting untuk memastikan gambaran kejadian.
     

    4. Dugaan Land Clearing oleh PT TBS

    Dittipidter menduga adanya pembukaan lahan (land clearing) oleh perusahaan PT TBS di hulu Sungai Garoga. “Penyelidikan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan perusahaan yang terindikasi melakukan land clearing,” ujar Irhamni.
     
    Aktivitas perusahaan berpotensi dianggap menjadi penyebab banyaknya kayu gelondongan yang hanyut.
     

    5. Polri-Kemenhut bentuk tim gabungan investigasi

    Polri bersama Kementerian Kehutanan membentuk tim gabungan untuk memperkuat investigasi. “Jika ditemukan pelanggaran, akan diproses oleh kepolisian,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (PRI)

  • Apindo Terus Pantau Dampak Ekonomi Banjir Sumatera

    Apindo Terus Pantau Dampak Ekonomi Banjir Sumatera

    Jakarta, Beritasatu.com — Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera telah menimbulkan kerugian signifikan bagi dunia usaha, terutama pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), perdagangan lokal, agribisnis, hingga industri pengolahan. Namun, dampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional masih terus dipantau karena proses penanganan bencana masih berlangsung.

    Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani mengatakan dunia usaha saat ini masih memfokuskan perhatian pada upaya cepat membantu para korban di wilayah terdampak. Evaluasi dampak bencana terhadap kinerja ekonomi 2026 belum dapat dilakukan secara menyeluruh.

    “Terus terang kami belum bisa mengevaluasi sejauh mana itu akan berdampak ke 2026. Tapi kalau kami lihat sekarang ini kita masih dalam tahapan penanggulangan,” ujar Shinta dalam konferensi pers di kantor Pusat Apindo, Jakarta, Senin (8/12/2025).

    Berdasarkan pemetaan sementara, sektor yang paling terdampak berada di lapisan bawah perekonomian, yakni UMKM dan perdagangan lokal. Banyak pelaku usaha kecil kehilangan stok, aset, hingga pasar akibat kerusakan fisik dan terhentinya aktivitas ekonomi masyarakat.

    “Dari pemetaan yang sementara kami terima, itu sektor yang paling berdampak adalah justru yang tentunya UMKM-UMKM dan perdagangan lokal ya,” jelas Shinta.

    Dampak bencana juga merambat ke sektor manufaktur dan industri pengolahan, terutama yang bergantung pada pasokan bahan baku dari wilayah Sumatra. Selain terganggunya permintaan, gangguan utilitas seperti listrik dan air turut memperberat operasional industri.

    “Terganggunya juga permintaan manufaktur dan industri pengolahan terutama yang bergantung pada suplai bahan baku dari Sumatera. Jadi ini juga satu sektor yang harus jadi perhatian kita,” ucap Shinta.

    Selain itu, sektor agribisnis ikut terpukul akibat kerusakan lahan pertanian. Dampak lanjutan juga dirasakan sektor transportasi dan logistik menyusul terputusnya akses jalan dan jembatan di sejumlah daerah terdampak. Kondisi ini memicu gangguan pasokan dan meningkatkan biaya logistik secara agregat.

    “Transportasi dan logistik karena terputusnya akses jalan, jembatan dan lain-lain. Kondisi ini juga menciptakan supply shock ya, menekan output regional dan meningkatkan biaya logistik juga secara agregat,” kata Shinta.

    Meski demikian, Shinta menilai dampak bencana terhadap pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan kemungkinan tidak terlalu besar, meskipun tetap perlu diwaspadai.

    “Kalau kita melihat dampak konsumsi dari daerah yang bersangkutan mungkin tidak terlalu besar kalau untuk keseluruhan ekonomi Indonesia. Jadi kalau saya lihat mungkin kalaupun ada dampak mungkin enggak akan, so far sih kelihatannya nggak akan sampai,” ujarnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Apindo Sanny Iskandar menambahkan bencana yang terjadi tidak semata-mata disebabkan oleh curah hujan tinggi, tetapi juga dipengaruhi oleh masih lemahnya kepedulian terhadap aspek lingkungan, sehingga memperbesar risiko dan dampak kerusakan yang terjadi di berbagai daerah.

    “Situasi kondisi bencana-bencana alam yang terjadi itu karena salah satu penyebabnya mungkin terlepas curah hujan yang tinggi dan segala macam. Namun karena kurang atau tidak ada kepedulian juga yang terkait dengan masalah-masalah ramah lingkungan tadi,” ujar Sanny.

  • Pemkab Bojonegoro Kirim Bantuan untuk Korban Bencana Sumatra

    Pemkab Bojonegoro Kirim Bantuan untuk Korban Bencana Sumatra

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Gelombang solidaritas masyarakat Kabupaten Bojonegoro untuk korban bencana alam di Pulau Sumatra resmi disalurkan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro memberangkatkan iring-iringan delapan truk bermuatan bantuan logistik dari Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Jalan Ahmad Yani, Senin (8/12/2025).

    Pemberangkatan armada kemanusiaan ini dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, tepat pukul 16.00 WIB. Bantuan ini ditujukan untuk meringankan beban warga terdampak longsor dan banjir bandang yang melanda tiga provinsi sekaligus, yakni Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.

    Gotong Royong 124 Donatur

    Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bojonegoro, Heru Wicaksi, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas antusiasme luar biasa dari masyarakat Bojonegoro. Dalam waktu singkat, sejak posko donasi dibuka pada 3 hingga 6 Desember 2025, terkumpul bantuan dalam jumlah masif dari 124 donatur.

    “Ini adalah bukti nyata kepedulian warga Bojonegoro. Donasi mengalir dari berbagai pihak, mulai dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD), pelajar, civitas akademika, organisasi sosial kemasyarakatan, hingga perorangan. Semua bersatu untuk saudara kita di Sumatra,” ujar Heru Wicaksi di sela-sela pemberangkatan.

    Heru menjelaskan mekanisme penyaluran bantuan akan dilakukan secara berjenjang. “Hari ini kita berangkatkan 8 truk menuju BPBD Provinsi Jawa Timur. Nantinya, BPBD Jatim yang akan memfasilitasi penyaluran langsung ke lokasi bencana di Sumatra,” tambahnya.

    Rincian Bantuan Logistik

    Bantuan yang dikirimkan tidak hanya berupa bahan makanan pokok, tetapi juga menyasar kebutuhan spesifik kelompok rentan seperti bayi dan wanita. Berdasarkan data BPBD Bojonegoro, logistik yang dikirimkan meliputi, Sembako: 30,4 ton beras, 1.128 dus mi instan, serta ribuan paket pelengkap seperti minyak goreng, sarden, gula, dan air mineral.

    Kidware (Perlengkapan Anak): 385 set perlengkapan bayi, 529 bal popok anak, gendongan, selimut, hingga pakaian bayi. Family Kit: Ribuan paket kebersihan diri (sabun, sampo, pasta gigi), pembalut wanita, handuk, dan perlengkapan ibadah.

    Perlengkapan Sekolah: Tas sekolah, ratusan buku tulis, dan alat tulis lengkap untuk memastikan anak-anak terdampak tetap bisa belajar.

    Proses pengiriman bantuan ini melibatkan kolaborasi armada gabungan. Delapan truk yang diberangkatkan terdiri dari unit milik BPBD, Kodim 0813, Satpol PP, Brimob, dan Bagian Umum Setda Kabupaten Bojonegoro. [lus/but]

  • Bareskrim Periksa Saksi dan Sita 27 Kayu Gelondongan dari Banjir Tapsel

    Bareskrim Periksa Saksi dan Sita 27 Kayu Gelondongan dari Banjir Tapsel

    Bareskrim Periksa Saksi dan Sita 27 Kayu Gelondongan dari Banjir Tapsel
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri mengambil sekitar 27 sampel kayu gelondongan yang berada di sekitar Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan.
    Direktur Tindak Pidana Tertentu (Dirtipidter)
    Bareskrim Polri
    Brigjen Mohammad Irhamni menegaskan bahwa 27 sampel
    kayu gelondongan
    yang terbawa arus diambil untuk mendalami asal-usulnya.
    “Posko sudah didirikan 3 km dari TKP (Tempat Kejadian Perkara) DAS (Daerah Aliran Sungai) Garoga. Di sekitar TKP ini, 27 sampel kayu telah diambil,
    police line
    terpasang,” kata Irhamni dalam keterangan persnya, Senin (8/12/2025).
    Selain itu, Kepala
    Desa Garoga
    dan sejumlah saksi sudah diperiksa guna mendalami soal kayu gelondongan yang terbawa arus di sana.
    “Pemeriksaan kepala desa dan saksi-saksi telah dilakukan,” tuturnya.
    Irhamni mengatakan, Polri juga menggandeng ahli untuk mendalami soal jenis dan spesifikasi kayu-kayu gelondongan yang disita tersebut.
    Hasil pemeriksaan sementara mencatat bahwa jenis kayu yang dominan adalah karet, ketapang, durian, dan lainnya.
    Selain itu, penyidik menduga ada peran manusia dalam penebangan kayu-kayu itu.
    Sebab, pada kayu yang disita terdapat bekas gergaji hingga alat berat.
    “Identifikasi kayu menunjukkan beberapa kategori kayu hasil gergajian, kayu yang dicabut bersama akar, kayu hasil longsor, kayu hasil pengangkutan
    loader
    ,” terang dia.
    Diketahui, gelondongan-gelondongan kayu di
    banjir Sumatera
    ini menimbulkan sorotan soal kerusakan lingkungan yang melatarbelakangi banjir besar yang memakan banyak korban di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
    Aparat negara pun terlibat menelusuri asal usul
    kayu gelondongan di banjir Sumatera
    .
    Penyelidikan yang dilakukan Dittipidter Bareskrim ini dipertegas oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo usai melakukan rapat tertutup dengan Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni.
    Sigit mengatakan, pihaknya akan mendalami dan mengusut dugaan
    pembalakan liar
    yang menyebabkan banjir di Sumatera.
    “Kami akan melakukan pendalaman terlebih dahulu bersama-sama dengan tim,” kata Sigit, Kamis (4/12/2025) lalu.

    Salurkan bantuan Anda untuk korban banjir Sumatera lewat tautan kanal donasi di bawah ini:
    https://kmp.im/BencanaSumatera
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.