Topik: longsor

  • Cuaca Ekstrem, 4 Kabupaten di Banten Dilanda Bencana Banjir hingga Longsor

    Cuaca Ekstrem, 4 Kabupaten di Banten Dilanda Bencana Banjir hingga Longsor

    Menurut Lutfi, longsor juga terjadi di Kecamatan Panimbang dan sempat menutup akses jalan sebelum dilakukan pembersihan oleh warga dan aparat setempat.

    “Tim reaksi cepat telah melakukan monitoring dan penyaluran logistik ke lokasi kejadian,” terang dia.

    Sementara itu, lanjut Lutfi, di Kota Cilegon, hujan lebat disertai angin kencang mengakibatkan beberapa kejadian rumah roboh dan pohon tumbang.

    Salah satu insiden pohon tumbang di Jalan Kembar Cilegon–Merak menutup akses jalan dan menyebabkan satu pengendara sepeda motor meninggal dunia. BPBD setempat telah melakukan evakuasi dan pengamanan lokasi.

    Lutfi menyampaikan, BPBD Provinsi Banten mengoordinasikan penanganan lintas sektor dengan melibatkan BPBD kabupaten/kota, TNI, Polri, Basarnas, PMI, Tagana, relawan, dan unsur masyarakat.

    “Penanganan dilakukan secara terpadu untuk memastikan keselamatan warga serta percepatan respons darurat,” kata dia.

    BPBD juga merekomendasikan penerbitan status siaga darurat yang dapat ditingkatkan menjadi tanggap darurat sesuai hasil analisis lapangan, sekaligus pemenuhan kebutuhan mendesak warga terdampak, seperti terpal, makanan siap saji, selimut, dan perlengkapan bayi.

    Selain penanganan darurat, BPBD Banten mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana susulan seiring masih berlangsungnya hujan di sejumlah wilayah.

    “Kami mengingatkan masyarakat agar tetap waspada dan mengikuti informasi resmi dari BPBD dan BMKG,” pungkas Lutfi.

  • Warga Tangsel Demo DPRD, Bawa Keranda dan Tebar Sampah Depan Gerbang

    Warga Tangsel Demo DPRD, Bawa Keranda dan Tebar Sampah Depan Gerbang

    Liputan6.com, Jakarta – Ditengah guyuran hujan, puluhan masyarakat yang mengatasnamakan Forum Peduli Serpong, menggelar demo di Kantor DPRD Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (18/12/2025). Mereka menyuarakan keresahannya terhadap permasalahan sampah yang menggunung.

    Dalam aksinya, sejumlah massa membawa beberapa sampah dalam plastik. Mereka juga membawa poster tuntutan agar pengolahan sampah untuk diseriusi, bukan sekedar ditumpuk, ditimbun, lalu mengeluarkan aroma tak sedap. Para pendemo juga membawa keranda berwarna cokelat bertuliskan ‘Serpong Bebas Bau’.

    “Artinya sampah ini harus dikerjakan dari hulu hingga hilir,” kata Ketua Forum Peduli Serpong, Abdul Manaf.

    Dia menuturkan, TPST-3R bukan satu-satunya cara menyelesaikan masalah sampah di Kota Tangsel. TPST-3R hanya mengolah di titik bawah, tetap residunya akan dibuang di TPA Cipeucang. 

    Pada Rabu, 17 Desember 2025, Dinas Lingkungan Hidup mulai mengangkut sampah sedikit demi sedikit. Sampah yang semula menumpuk mulai diangkut lagi ke TPA Cipeucang Serpong. 

    Pengangkutan dilakukan dengan memaksimalkan 27 armada baru pengangkut sampah dan 54 amrol yang disebar di 7 kecamatan. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Tangsel, Tb. Asep Nurdin menjelaskan, penanganan sampah dilakukan secara bertahap.

    “Pengangkutan sampah kami lakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kapasitas armada dan lokasi tempat pembuangan sementara. Yang terpenting, prosesnya terus berjalan dan kami pastikan tidak berhenti sampai kondisi kembali normal,” ujarnya, Rabu (17/12/2025). 

    Lebih lanjut, langkah ini bersamaan dengan upaya penataan yang tengah dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang. Mulai dari pembangunan terasering agar tidak longsor ke anak kali Cirompang, beronjong di landfill 3, pembukaan akses jalan menuju landfill 4 dan pembebasan lahan untuk pembangunan hanggar Material Recovery Facility (MRF).  

    Kedepan kata Asep, Pemkot Tangsel akan memindahkan paradigma dengan mengutamakan pengelolaan sampah sejak dari hulu. Mulai dari peningkatan edukasi dan sosialisasi pilah sampah, TPS3R, hingga Bank Sampah. 

    Setelah itu, pengelolaan sampah di hilir harus menggunakan teknologi, salah satunya Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).

  • Prabowo Cek Perbaikan Jalan di Lembah Anai yang Putus Akibat Banjir dan Longsor

    Prabowo Cek Perbaikan Jalan di Lembah Anai yang Putus Akibat Banjir dan Longsor

    Prabowo Cek Perbaikan Jalan di Lembah Anai yang Putus Akibat Banjir dan Longsor
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Presiden RI Prabowo Subianto turut mengecek pembangunan infrastruktur jalan pasca bencana banjir dan longsor di Sumatera Barat.
    Dari siaran YouTube Sekretariat Presiden pada Kamis (18/12/2025), Prabowo mengecek perbaikan jalan yang putus di
    Lembah Anai
    , Tanah Datar,
    Sumatera Barat
    .
    Setibanya di lokasi, Prabowo langsung diberi penjelasan soal jalanan yang putus oleh petugas dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
    Sejumlah alat berat ekskavator juga ada di sekitar lokasi sedang mengeruk tanah di sekitar lokasi.
    Prabowo juga melihat kondisi jalan yang terdampak banjir dan longsor sambil mendapat penjelasan dari stakeholder terkait.
    Sambil keliling mengecek jalan, Prabowo juga menyapa masyarakat yang berada di lokasi untuk melihat kepala negara.
    Sebelum meninjau jalan, Prabowo memulai kegiatannya di Sumatera Barat dengan mengunjungi Posko Pengungsi SD 05 Kayu Pasak Palembayan, Agam.
    Di posko, Prabowo menyapa dan berbincang dengan para warga. Ia juga menghibur anak-anak serta mengapresiasi petugas yang telah bekerja keras untuk membantu warga.
    Kedatangan Prabowo di posko itu disambut antusias warga. Ada pula warga yang menangis menceritakan soal kondisinya saat bertemu Prabowo.
    Prabowo mengungkap, pemerintah setiap hari selalu memikirkan cara untuk memperbaiki keadaan pasca bencana Sumatera.
    “Saudara-saudara tidak sendiri. Kita semua memikirkan tiap hari bagaimana kita bisa memperbaiki keadaan saudara-saudara,” kata Prabowo dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
    Prabowo meminta warga bersabar. Ia mengatakan semua pihak akan mengatasi ini bersama-sama.
    “Terima kasih yang sabar. Kita bersama-sama akan mengatasi ini semua,” lanjut Prabowo.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bencana, Hak Warga, dan Kewajiban Negara

    Bencana, Hak Warga, dan Kewajiban Negara

    Bencana, Hak Warga, dan Kewajiban Negara
    Pemerhati masalah hukum dan kemasyarakatan
    Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.
    SETIAP
    kali bencana alam terjadi: kebakaran permukiman, banjir bandang, tanah longsor, atau gunung meletus, ruang publik segera dipenuhi satu diksi yang berulang-ulang diucapkan oleh pejabat negara: “bantuan”.
    Pemerintah memberikan bantuan, pejabat menyerahkan bantuan, dan negara menyalurkan bantuan kepada masyarakat terdampak bencana. Laksana Sinterklaas yang berbaik hati kepada anak-anak dengan membagi-bagi coklat.
    Pemerintah melalui aparatnya adalah pelayan masyarakat sebagai pemilik negara. Pemerintah (Presiden) bukan pemilik negara yang kemudian berbuat baik kepada masyarakat dengan memberikan bantuan.
    Sekilas, diksi tersebut terdengar wajar, bahkan terkesan empatik. Namun, jika dikaji lebih dalam dari perspektif konstitusi, penggunaan kata bantuan justru menyimpan persoalan serius.
    Diksi bantuan mengaburkan hak warga negara dan kewajiban konstitusional negara. Diksi tersebut bahkan dipolitisasi untuk pencitraan.
    Dalam kerangka Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, relasi antara negara dan warga negara tidak pernah dibangun atas dasar belas kasihan, melainkan atas dasar hak dan kewajiban.
    Ketika konstitusi menyebut hak, maka secara simultan melekat kewajiban negara. Sebaliknya, ketika konstitusi menetapkan kewajiban warga, di sana terdapat hak negara. Keduanya tidak dapat dipisahkan.
    Persoalannya, paradigma ini (kewajiban negara dan hak warga negara) sering kali hilang dalam praktik kebijakan kebencanaan. Terutama dalam mengurangi dampak bencana yang menimpa masyarakat.
    UUD 1945 secara tegas menempatkan negara sebagai pihak yang bertanggung jawab atas perlindungan dan kesejahteraan rakyat.
    Pasal 28H ayat (1) menjamin hak setiap orang untuk hidup sejahtera lahir dan batin serta memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
    Pasal 34 ayat (3) menegaskan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan umum yang layak.
    Dalam konteks bencana, ketentuan konstitusional ini memiliki makna yang sangat konkret. Masyarakat yang kehilangan rumah akibat kebakaran, yang terendam banjir bandang, atau yang harus mengungsi akibat letusan gunung berapi bukanlah penerima belas kasihan negara, melainkan pemegang hak konstitusional.
    Mereka berhak atas: perlindungan keselamatan jiwa, layanan kesehatan, tempat tinggal sementara yang layak, pemulihan sosial dan ekonomi, serta jaminan keberlanjutan hidup pascabencana.
    Bukan justru memperdebatkan bantuan yang ada serta menolak bantuan dari luar negeri. Semua itu bukan bantuan. Semua itu adalah hak warga negara.
    Masalahnya, bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga cermin cara berpikir kekuasaan. Ketika negara menggunakan diksi bantuan, terdapat tiga bahaya laten.
    Pertama, hak warga negara direduksi menjadi pemberian sukarela. Bantuan mengandung makna opsional, seolah-olah negara boleh memberi atau tidak memberi. Padahal, dalam negara hukum, pemenuhan hak adalah kewajiban yang mengikat.
    Kedua, kewajiban konstitusional negara berubah menjadi kebaikan hati penguasa. Negara tampil sebagai pihak yang “bermurah hati”, bukan sebagai institusi yang menjalankan mandat konstitusi.
    Akibatnya, kegagalan negara sering dimaklumi sebagai keterbatasan, bukan dikritik sebagai kelalaian.
    Ketiga, bahasa bantuan melanggengkan relasi kuasa yang timpang. Rakyat diposisikan sebagai objek yang patut berterima kasih, bukan sebagai subjek hukum yang berhak menuntut akuntabilitas.
    Dalam jangka panjang, paradigma ini berbahaya bagi demokrasi dan negara hukum.
    Negara Indonesia bukanlah negara dermawan yang boleh memberi atau tidak memberi. Indonesia adalah negara hukum yang berorientasi pada kesejahteraan (
    welfare state
    ).
    Dalam negara seperti ini, kehadiran negara dalam situasi bencana bukan pilihan moral, melainkan keharusan hukum.
    Ketika negara lambat mengevakuasi warga, gagal menyediakan hunian sementara, atau abai terhadap pemulihan korban bencana, masalahnya bukan sekadar teknis atau administratif. Itu adalah masalah konstitusional.
    Sayangnya, dengan terus menggunakan bahasa bantuan, kegagalan negara sering tertutup oleh narasi empati simbolik: penyerahan paket sembako, kunjungan pejabat, dan konferensi pers penuh janji.
    Padahal yang dibutuhkan masyarakat terdampak bukan simbol, melainkan pemenuhan hak secara sistematis dan berkelanjutan.
    Sudah saatnya bahasa kebijakan kebencanaan diubah. Negara harus mulai menyebut secara jujur apa yang sedang ia lakukan: memenuhi hak warga negara. Perubahan diksi ini bukan soal semantik, tetapi soal kesadaran konstitusional.
    Dengan paradigma hak dan kewajiban: negara dipaksa untuk bekerja berdasarkan standar, masyarakat memiliki dasar moral dan hukum untuk menuntut, dan bencana tidak lagi menjadi panggung pencitraan, melainkan ujian tanggung jawab negara.
    Bencana memang tidak dapat dicegah sepenuhnya. Namun, penderitaan akibat kelalaian negara sesungguhnya dapat dan harus dicegah. Di sinilah konstitusi seharusnya berbicara paling lantang.
    Negara yang besar bukanlah negara yang pandai memberi bantuan, tetapi negara yang setia menunaikan kewajiban konstitusionalnya kepada rakyat terutama saat rakyat berada dalam kondisi paling rentan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mentan beli 40 ton cabai petani Aceh, dikirim via Hercules ke Jakarta

    Mentan beli 40 ton cabai petani Aceh, dikirim via Hercules ke Jakarta

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman membeli 40 ton cabai petani asal Aceh, yang dikirim via pesawat Hercules ke Jakarta, guna menjaga kelancaran distribusi dan melindungi penghasilan petani di tengah kondisi pascabencana banjir dan tanah longsor Sumatera.

    “Langkah penyerapan ini merupakan bentuk kehadiran negara agar petani tidak terlalu rugi akibat bencana dan hasil panen mereka tetap terserap pasar,” kata Mentan Amran dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

    Mentan Amran yang juga Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) itu menerima langsung pengiriman puluhan ton cabai itu di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (17/12) malam.

    Dia membeli 40 ton cabai petani dari sejumlah sentra di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.

    Dari 40 ton, sebanyak 15 ton dikirim langsung ke Jakarta menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara. Pengiriman dilakukan dari Bandara Rembele menuju Bandara Halim Perdanakusuma. Sedangkan sisanya dikirim ke wilayah Medan, Sumatera Utara.

    “Pesan saya satu. Jangan merugikan petani kita. Kalau perlu, naikkan harganya. Supaya petani untung. Yang penting, jangan rugi,” tegas Amran.

    Ia menuturkan langkah itu merupakan tindak lanjut atas arahan Presiden Prabowo Subianto agar setiap pesawat Hercules dan helikopter yang mengangkut bantuan logistik ke Bandara Rembele tidak kembali dalam kondisi kosong, melainkan dimanfaatkan untuk mengangkut hasil panen petani.

    “Ini pesawat bolak-balik ke Aceh, angkut bantuan dari pemerintah, maupun bantuan dari saudara-saudara kita. Jadi pulangnya kosong,” tegasnya.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • BMKG Bunyikan Alarm, Sejumlah Wilayah Sulsel Wajib Waspada hingga Seminggu ke Depan

    BMKG Bunyikan Alarm, Sejumlah Wilayah Sulsel Wajib Waspada hingga Seminggu ke Depan

    FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sulawesi Selatan mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk beberapa hari ke depan. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat diperkirakan melanda sejumlah daerah di Sulsel pada 18–20 Desember 2025.

    Staf Prakirawan BMKG Sulsel, Farid, menyampaikan bahwa potensi hujan deras sudah terpantau sejak pembaruan prakiraan cuaca terbaru.

    “Update 16 Desember 2025, untuk 7 hari ke depan di wilayah Makassar (tgl 17 sd 23 Des 2025) potensi hujan sedang hingga lebat diprakirakan pada tanggal 18, 19, 23 Desember 2025,” ujar Farid saat dikonfirmasi Fajar.co.id, Rabu (17/12/2025).

    Farid mengimbau masyarakat agar aktif memantau perkembangan cuaca melalui kanal resmi BMKG Sulsel, termasuk media sosial @bmkgsulsel, mengingat potensi cuaca ekstrem dapat berubah sewaktu-waktu.

    Peringatan serupa juga disampaikan BMKG melalui unggahan resminya yang menyebutkan bahwa peringatan dini ini dikeluarkan berdasarkan sistem peringatan dini banjir dan longsor nasional.

    “Peringatan Dini Cuaca Berisiko Sulsel, Periode: [18 Desember s/d 20 Desember 2025]
    BMKG Wilayah IV (Sulsel) mengeluarkan Peringatan Dini Cuaca Berisiko untuk wilayah Sulawesi Selatan berdasarkan informasi prediksi berbasis dampak (IBF) Indonesia Flood & Landslide Early Warning System (InaFLEWS),” tulis BMKG.

    BMKG menegaskan, agar masyarakat tidak mengabaikan peringatan tersebut dan diminta segera melakukan langkah antisipasi. Ancaman utama yang perlu diwaspadai selama periode ini adalah banjir dan tanah longsor.

  • Kemenkes Kirim 600 Tenaga Medis Relawan ke Wilayah Bencana Aceh

    Kemenkes Kirim 600 Tenaga Medis Relawan ke Wilayah Bencana Aceh

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bergerak cepat merespons bencana banjir dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Provinsi Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Sebanyak 641 tenaga kesehatan telah dikerahkan untuk membantu pemulihan dan pelayanan medis di lokasi terdampak di Provinsi Aceh.

    “Untuk batch 1 fokus ke Aceh karena di sana masih ada faskes (fasilitas kesehatan) belum jalan,” kata Aji Mulawarman dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Kamis (18/12/2025).

    Kebutuhan terbesar berada di tingkat Puskesmas dan Posko dengan total 522 posisi. Guna memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi korban banjir dan longsor di Aceh, tim yang diterjunkan terdiri dari berbagai lintas disiplin ilmu. Tim utama di garda terdepan meliputi dokter spesialis, dokter umum, serta perawat.

    Dukungan medis ini diperkuat oleh tenaga farmasi, radiolog, tenaga teknik laboratorium, ahli gizi, psikolog klinis sampai tenaga kesehatan lingkungan dan perekam medis.

    Berikut lokasi penempatan tenaga medis relawan di Provinsi Aceh.

    1. Aceh Tamiang

    Kebutuhan RSUD: 26

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 57

    Total Permintaan: 83

    Penempatan Batch 1: 80

    2. Aceh Utara

    Kebutuhan RSUD: 13

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 163

    Total Permintaan: 176

    Penempatan Batch 1: 171

    3. Pidie Jaya

    Kebutuhan RSUD: 40

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 62

    Total Permintaan: 102

    Penempatan Batch 1: 83

    4. Kota Langsa

    Kebutuhan RSUD: 36

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 7

    Total Permintaan: 43

    Penempatan Batch 1: 36

    5. Aceh Timur

    Kebutuhan RSUD: 22

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 74

    Total Permintaan: 96

    Penempatan Batch 1: 96

    6. Bener Meriah

    Kebutuhan RSUD: 16

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 7

    Total Permintaan: 23

    Penempatan Batch 1: 23

    7. Gayo Lues

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 47

    Total Permintaan: 47

    Penempatan Batch 1: 48

    8. Bireuen

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 68

    Total Permintaan: 68

    Penempatan Batch 1: 66

    9. Aceh Tengah

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 37

    Total Permintaan: 37

    Penempatan Batch 1: 38

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Wamenkes Ungkap Puskesmas Minim Tenaga Medis, 4,6% Tak Punya Dokter”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/naf)

  • Banjir Sukabumi, Lansia Sakit Ditandu Sarung Sejauh 2 Km Lewati Jalan Longsor dan Licin

    Banjir Sukabumi, Lansia Sakit Ditandu Sarung Sejauh 2 Km Lewati Jalan Longsor dan Licin

    Liputan6.com, Jakarta – Seorang lansia, Ibu Empad (70), berjuang keluar dari tempat pengungsian usai bencana banjir akibat luapan sungai Cidadap melanda Kecamatan Simpenan, Kabupaten, Sukabumi. Sembari menahan kakinya yang sakit, dia dievakuasi dengan tandu darurat dari kain sarung karena jalanan di wilayah itu lumpuh total.

    ​Abrasi luapan Sungai Cidadap dan material longsor yang terjadi sejak Senin (15/12) telah memutus akses transportasi dan membuat kendaraan roda dua maupun roda empat di wilayah itu tidak bisa melintas.

    Kondisi ini diperparah dengan robohnya jembatan penghubung utama. Dampaknya, warga membutuhkan bantuan medis atau evakuasi terpaksa berjuang melewati medan berbahaya.

    Keberadaan Ibu Empad (70) diketahui saat tim Relawan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) PMI Kabupaten Sukabumi sedang menyisir lokasi terdampak abrasi. Di tengah perjalanan, tim bertemu dengan keluarga yang sedang bersusah payah membawa Ibu Empad melewati jalur yang rusak tersebut.

    ​”Saat saya hendak meninjau rumah-rumah yang terkena abrasi kali Cidadap, di perjalanan saya berpapasan dengan warga yang sedang menandu si ibu tepat di atas jembatan yang rusak. Karena mereka tampak sangat lelah, kami tim Sibat langsung turun tangan membantu menandu beliau,” ungkap Denis Hermawan, Relawan Sibat PMI Kabupaten Sukabumi, saat dihubungi Rabu (17/12/2025).

  • Potongan Labu Rebus dan Semangat Fatimah Bertahan Hidup di Tengah Bencana Aceh Tengah

    Potongan Labu Rebus dan Semangat Fatimah Bertahan Hidup di Tengah Bencana Aceh Tengah

    Tak Jadi Korban Bencana Langsung Bikin Bantuan Terlewatkan

    Sementara itu, relawan kemanusiaan, Ayu Rz mengatakan sosok Fatimah merupakan salah satu potret kerentanan sosial ekonomi yang ditemui di tengah kondisi krisis pascabencana saat ini.

    Menurut dia, warga dengan tingkat ekonomi lemah seperti Fatimah akan cenderung lebih rentan bahkan tidak memiliki daya tahan terhadap risiko ancaman kelaparan.

    “Persoalannya seperti Bu Fatimah ini, dia bukan korban bencana langsung. Rumahnya tidak kena banjir ataupun longsor. Jadinya kerap terlewatkan dari perhatian para pihak yang menyalurkan bantuan,” kata Ayu.

    Aktivis perlindungan perempuan dan anak di Aceh Tengah ini mengaku baru tergerak untuk menggalang donasi bahkan di hari ke 20 pascabencana.

    Pasalnya, ia semakin prihatin melihat kondisi krisis pangan yang terjadi pasca bencana, khususnya terhadap kelompok perempuan rentan di daerahnya.

    “Kondisi semakin mengkhawatirkan, dampak isolasi daerah tidak main-main. Ekonomi lumpuh, terjadi krisis pangan. Setiap hari makin banyak saya dengar ibu-ibu tidak punya beras di rumah. Akhirnya saya coba galang donasi seadanya, Alhamdulillah ada yang membantu,” kata Ayu.

    Ia menyampaikan, sehari setelah menggalang donasi, langsung mendatangi rumah-rumah calon penerima bantuan yang sudah didata. Mereka adalah kelompok perempuan rentan, para janda, dan perempuan tulang punggung keluarga.

    Masing-masing dari mereka menerima sebanyak lima kilogram beras dan satu paket bingkisan makanan ringan hasil sumbangan para dermawan.

    “Hari ini ada 26 orang penerima. Alhamdulillah itu hasil donasi dari para hamba Allah, amanah untuk saya sampaikan. Masih ada lagi sisanya, akan segera kita salurkan juga kepada yang membutuhkan,” demikian Ayu.

     

  • PJT I Malang Salurkan Bantuan Kemanusiaan Untuk Pengungsi Bencana Sumatera

    PJT I Malang Salurkan Bantuan Kemanusiaan Untuk Pengungsi Bencana Sumatera

    Malang(beritajatim.com) – Nasib para pengungsi bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di sejumlah wilayah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat membuat sejumlah pihak tergerak.

    Salah satunya Perum Jasa Tirta (PJT) I yang menyalurkan sejumlah bantuan untuk keperluan darurat para pengungsi dan warga terdampak.

    PJT I menyalurkan sebanyak 350 kilogram beras, 37 dus air mineral, 22 bal popok bayi, dan 56 dus mi instan. Termasuk susu bayi, minyak goreng, makanan siap saji, serta perlengkapan kebersihan dan obat-obatan juga didistribusikan melalui posko-posko resmi dan titik-titik yang dapat dijangkau tim lapangan.

    Bantuan diberikan karena bencana alam ini mengakibatkan hampir jutaan warga mengungsi dikarenakan rusaknya tempat tinggal serta akses transportasi ini memerlukan respon cepat tanggap dari berbagai pihak.

    Sebagai perusahaan pengelola sumber daya air di Wilayah Sungai Toba-Asahan PJT I merasa memiliki tanggung jawab moral untuk membantu masyarakat. Khususnya di Provinsi Sumatera Utara.

    Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PJT I menyalurkan bantuan kemanusiaan yang dikoordinasikan oleh Divisi Jasa ASA Wilayah Sungai Toba-Asahan.

    Di Sumatera Utara, bantuan diserahkan melalui Pos Pantau BPBD Medan 2, Pos Terpadu Kontinjensi Penanggulangan Bencana Alam Kantor Bupati Kabupaten Tapanuli Utara yang diterima langsung oleh Bupati Tapanuli Utara, serta Posko BPBD Desa Panggugunan, Kabupaten Humbang Hasundutan.

    “Proses distribusi sempat terpengaruh kondisi cuaca dan akses jalan yang rusak. Namun tim tetap bergerak untuk memastikan bantuan tetap tiba di posko bencana,” kata Direktur Utama PJT I, Fahmi Hidayat, Rabu (17/12/2025).

    Di bawah komando BPBD setempat, sebanyak 12 relawan PJT I turut diturunkan untuk bertugas di posko Tapanuli Utara guna pendistribusian bantuan ke lokasi bencana. Bantuan personel juga diberikan untuk pengoperasian dapur umum hingga pengawalan evakuasi dengan didukung oleh satu unit kendaraan operasional dobel kabin selama sembilan hari terhitung sejak 30 November hingga 8 Desember 2025.

    Distribusi bantuan dilakukan dari Posko BPBD Tapanuli Utara dan Posko BNPB Siborongborong ke wilayah terdampak. Mulai wilayah Desa Manalu Purba, Purba Dolok, Pagaran Lambung, Sibalanga, dan Hutajulu.

    “Bantuan disalurkan melalui sinergi PJT I dengan BPBD, pemerintah daerah, TNI, Polri, dan aparat setempat. Gerak cepat ini selaras dengan arahan Kepala BP BUMN, Bapak Dony Oskaria dan CEO Danantara Indonesia bahwa BUMN adalah milik rakyat Indonesia. Karena itu, dalam keadaan berduka, kami hadir bersama rakyat tanpa melihat untung rugi dan biaya. Fokus kami adalah memastikan masyarakat terdampak tidak merasa sendirian,” ujar Fahmi.

    Fahmi memastikan dukungan PJT I tidak berhenti pada tahap ini. Mereka sedang menyiapkan gelombang bantuan lanjutan melalui penguatan program TJSL dan donasi dari internal perusahaan.

    “Bantuan tambahan ini akan difokuskan pada kebutuhan paling mendesak agar masyarakat dapat segera bangkit dan kembali menjalani kehidupan yang layak. Kami berdoa agar seluruh warga diberi kekuatan dan keselamatan. PJT I akan terus berupaya memperkuat dukungan hingga situasi kembali stabil,” kata Fahmi. (luc/ted)