Topik: longsor

  • Angin Kencang Robohkan Trembesi di Pacitan, Rumah Warga Rusak

    Angin Kencang Robohkan Trembesi di Pacitan, Rumah Warga Rusak

    Pacitan (beritajatim.com) – Angin kencang yang melanda wilayah Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, mengakibatkan sebuah pohon Trembesi tumbang. Naasnya, pohon Trembesi yang tumbang itu, menimpa rumah milik Sukardi, warga RT 1/RW 9 Dusun Batu, Desa Donorojo, pada Kamis (30/1/2025) sore.

    Akibat kejadian tersebut, bagian belakang rumah mengalami kerusakan, terutama di bagian atap dapur dan kamar mandi. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, karena penghuni rumah sedang berada di luar rumah saat kejadian.

    “Kerusakan terjadi pada bagian dapur dan kamar mandi. Beberapa peralatan rumah tangga juga tertimpa material bangunan,” ujar Camat Donorojo, Nasrul Hidayat, saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Kamis sore.

    Warga setempat bersama pemerintah desa dan kecamatan segera melakukan kerja bakti. Para warga ini, melakukan evakuasi barang-barang yang ada, serta memperbaiki atap rumah yang runtuh akibat pohon Trembesi yang tumbang. “Perbaikan sudah dilakukan, hanya bagian kamar mandi yang masih dalam proses,” tambahnya.

    Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Pacitan, Radite Suryo Anggono, menjelaskan bahwa saat kejadian cuaca di lokasi setempat berawan. Namun, saat itu berhembus angin yang cukup kencang.

    Berdasarkan peringatan dini dari BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo, cuaca ekstrem diperkirakan terjadi di Provinsi Jawa Timur, termasuk Pacitan, sejak 27 Januari hingga 5 Februari 2025. “Cuaca ekstrem ini dapat menyebabkan hujan lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, hingga puting beliung,” kata Radite.

    Beberapa wilayah yang berpotensi terdampak antara lain Pacitan, Ponorogo, dan Magetan. Fenomena ini diperparah dengan adanya aktivitas gelombang atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby, yang berkontribusi pada peningkatan curah hujan.

    Dia mengimbau masyarakat, terutama yang tinggal di daerah dengan topografi curam, tebing, dan rawan banjir, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana. “Kami menghimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca resmi dari BMKG serta menghindari aktivitas di area rawan bencana selama periode ini,” pungkasnya. (end/kun)

  • Bencana Alam di Bondowoso Meningkat di 5 Tahun Terakhir, Kecamatan Binakal Jadi Atensi

    Bencana Alam di Bondowoso Meningkat di 5 Tahun Terakhir, Kecamatan Binakal Jadi Atensi

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu

    TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO – Angka bencana alam di Bondowoso mengalami peningkatan signifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

    Data diterima BPBD, angka bencana alam mulai tahun 2020 hingga 2024 yakni secara berurutan  adalah 57 bencana, 117 bencana, 148 bencana, 173 bencana, dan 200 bencana.

    Bencana alam yang terjadi yakni angin kencang/puting beliung, banjir, longsor, kekeringan, Karhutla, Erupsi gunung api, dan bencana non alam.

    Tertinggi bencana alam pada tahun 2024 yakni angin kencang/angin puting beliung teradi 111 bencana, Karhutla 31 bencana, banjir 19 bencana, dan tanah longsor 12 bencana.

    Tingginya angka bencana ini juga mendapat atensi dari BPBD Provinsi Jawa Timur, khususnya tanah longsor.

    Bahkan, pada 26 Januari 2025 ini ada surat edaran peringatan dini cuaca di daerah rawan longsor dari BPBD Provinsi Jawa Timur.

    Di Bondowoso, ada satu wilayah yang tercatat masuk dalam pemetaan rawan longsor skala menengah dari PVMBG, Badan Geologi. Yakni Kecamatan Binakal.

    Sementara itu catatan di BPBD, selama kurun waktu 2024 dari total 11 bencana alam yang terjadi di Kecamatan Binakal. Dua di antaranya merupakan bencana alam tanah longsor.

    Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bondowoso Yuliono Triandana, mengatakan Kecamatan Binakal memang menjadi salah satu wilayah yang masuk rawan longsor, bersama beberapa wilayah lainnya.

    Karena, kawasan tersebut memiliki kemiringan yang cukup tinggi.

    “Binakal sering setiap tahun, terjadi longsor disana,” ujarnya dikonfirmasi TribunJatimTimur.com pada Kamis (30/1/2025).

    Ia menjelaskan, dengan adanya atensi dari BPBD Provinsi Jatim pihaknya kian sigap melakukan mitigasi bencana longsor di Kecamatan Binakal. Yakni, dengan sosialisasi dan koordinasi yang kian masif di wilayah itu.

    “Bencana sendiri bisa terjadi kapan saja,” ujarnya.

    Di lain sisi, pihaknya berencana akan memasang Early Warning System (EWS) di Kecamatan Binakal dan daerah rawan longsor lainnya sebagai rencana jangka panjangnya.

    Namun begitu, pemasangan sendiri masih akan dilakukan secara bertahap dengan melihat kemampuan anggaran.

    “EWS kan nanti bisa mempermudah membaca gerakan-gerakan tanah. Ini membantu kita pemantauan,” terangnya.

    Ahmad Muslim, warga Desa Gadingsari, Kecamatan Binakal, mengatakan, bahwa di wilayahnya sering terjadi longsor dan bahkan banjir.

    Karena memang tekstur tanah di wilayahnya itu berbukit-bukit.

    “Karena memang teksturnya tanahnya bertebing. Tinggi,” ujar pria yang besar dan kecil di Desa Gadingsari itu.

    Selama ini, kata Ahmad Muslim, warga telah aktif menyuarakan usulannya melalui Musrenbang Desa agar dibangun plengsengan.

    “Kemarin yang pernah terjadi longsor itu dibangun. Alhamdulillah sudah tidak lagi,” pungkasnya.

  • Fenomena Tanah Bergerak di Pasuruan: Penyebab, Dampak, dan Langkah Mitigasi Menurut Pakar Geofisika UB

    Fenomena Tanah Bergerak di Pasuruan: Penyebab, Dampak, dan Langkah Mitigasi Menurut Pakar Geofisika UB

    Malang (beritajatim.com) – Fenomena tanah bergerak yang terjadi di Dusun Sempu, Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, sejak Selasa (28/1/2025) telah menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan warga.

    Puluhan rumah mengalami kerusakan, mulai dari retak hingga roboh, memaksa 57 warga mengungsi ke SDN Cowek 2 untuk menyelamatkan diri. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan mencatat, 47 rumah terdampak, dengan 16 di antaranya rusak parah dan tidak layak huni.

    Sebanyak 176 jiwa dari 47 Kepala Keluarga (KK) terdampak, sementara pemerintah setempat telah turun tangan memberikan bantuan darurat.

    Menanggapi fenomena ini, Guru Besar Geofisika Universitas Brawijaya (UB), Prof. Adi Susilo, M.Si., Ph.D., menjelaskan bahwa tanah bergerak sangat bergantung pada topografi dan model geologi suatu wilayah.

    “Tanah bergerak terjadi ketika bidang di bawah tanah menjadi jenuh air dan licin, menyebabkan pergerakan massa tanah bersama bangunan di atasnya,” ujar Prof. Adi Susilo, Kamis (30/1/2025).

    Prof. Adi, yang merupakan profesor ke-18 di FMIPA dan ke-248 di Universitas Brawijaya, menekankan bahwa pergerakan tanah yang tidak merata dapat menyebabkan dampak lebih berbahaya, termasuk kerusakan infrastruktur yang luas.

    “Jika pergerakan tanah tidak seragam, tanah bisa retak terlebih dahulu sebelum akhirnya bergeser lebih jauh. Ini sangat dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kondisi geologi bawah permukaan,” tambahnya.

    Lebih lanjut, Prof. Adi membedakan antara tanah bergerak dan longsor. Longsor terjadi ketika tanah bergerak dari atas ke bawah secara signifikan, sementara tanah bergerak bisa terjadi di permukaan datar atau dengan kemiringan kecil. Meski demikian, keduanya sama-sama berpotensi merusak bangunan di atasnya.

    Menurutnya, longsor lebih sering terjadi di wilayah pegunungan dengan lereng curam, sedangkan tanah bergerak dan likuifaksi lebih umum terjadi di daerah dengan tanah lempung atau pasir yang jenuh air.

    Dengan kondisi cuaca yang masih berpotensi hujan deras, risiko tanah bergerak dan longsor di Pasuruan masih tinggi. Warga diimbau untuk tetap waspada, terutama yang tinggal di area rawan.

    Pemerintah dan tim kebencanaan diharapkan segera melakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan langkah mitigasi jangka panjang, termasuk kemungkinan relokasi warga yang terdampak parah. [dan/suf]

  • Jateng Dilanda Cuaca Ekstrem, Modifikasi Cuaca Diberlakukan Hingga 31 Januari 2025
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        30 Januari 2025

    Jateng Dilanda Cuaca Ekstrem, Modifikasi Cuaca Diberlakukan Hingga 31 Januari 2025 Regional 30 Januari 2025

    Jateng Dilanda Cuaca Ekstrem, Modifikasi Cuaca Diberlakukan Hingga 31 Januari 2025
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com –
    Wilayah
    Jawa Tengah
    mengalami hujan deras dan cuaca ekstrem sejak 29 Januari 2025.
    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Ahmad Yani telah mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem yang berlaku hingga 31 Januari 2025.
    Menanggapi potensi risiko yang ditimbulkan oleh kondisi cuaca ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (
    BPBD
    ) Provinsi Jawa Tengah telah meminta dukungan untuk melakukan
    Operasi Modifikasi Cuaca
    (OMC) kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
    OMC dijadwalkan berlangsung selama tiga hari, dari 29 hingga 31 Januari 2025.
    “OMC sudah mulai dari Rabu (29/1/2025) kemarin, rencana tiga hari, berakhir Jumat (31/1/2025) besok. Operasi ini dilakukan di laut Jawa, tidak ada kendala,” ungkap Kepala BPBD Jateng, Bergas Catursasi Penanggungan, melalui telepon pada Kamis (30/1/2025).
    Operasi Modifikasi Cuaca yang dilakukan dengan menggunakan pesawat Cesna ini dinilai efektif untuk mengendalikan curah hujan di Jawa Tengah.
    OMC diharapkan dapat mengerem pertumbuhan awan Cumulonimbus guna meminimalisir dampak bencana.
    “Kita sudah melakukan OMC ini bukan sekali-dua kali. Hanya saja, berkaitan dengan pertumbuhan awan, ada awan dan angin dari utara bergeser. Jika masih terlihat berada di laut Jawa, akan dilakukan OMC,” jelas Bergas.
    Saat ini, penaburan garam dalam OMC dilakukan di atas laut, yang diharapkan dapat mengurangi debit air hujan yang turun di daratan Jawa Tengah.
    Bergas memperkirakan bahwa OMC akan berlanjut hingga Februari jika masih diperlukan untuk pengendalian cuaca.
    “Menurut jadwal, ketersediaan bisa dilakukan sampai besok. Kami akan melihat kondisi cuaca; bila memungkinkan akan diperpanjang, namun jika sudah dianggap cukup aman, kami tidak akan melanjutkan, tergantung perkembangan,” tuturnya.
    Lebih lanjut, Bergas menyebutkan bahwa cuaca ekstrem telah menyebabkan bencana di beberapa daerah.
    Berdasarkan laporan BPBD, dari Rabu pukul 19.00 WIB hingga pagi tadi pukul 07.00 WIB, tercatat satu bencana dan 21 kejadian bencana di sembilan kabupaten/kota, termasuk tanah longsor, cuaca ekstrem, banjir, serta kejadian lainnya seperti pohon tumbang dan angin kencang.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kunjungan Wisatawan ke Lembah Purba pada Libur Imlek Turun 30% Akibat Google Maps Eror

    Kunjungan Wisatawan ke Lembah Purba pada Libur Imlek Turun 30% Akibat Google Maps Eror

    Sukabumi, Beritasatu.com – Pada momen libur panjang dan Tahun Baru Imlek 2025, kunjungan wisatawan ke objek wisata Situ Gunung dan Jembatan Lembah Purba di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh kesalahan informasi yang muncul di aplikasi Google Maps sejak 3 Desember 2024.

    Marketing Officer Suspension Bridge Situ Gunung Rustandi mengatakan, banyak wisatawan yang mengeluhkan aplikasi Google Maps yang menunjukkan jalur menuju lokasi wisata tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.

    “Awalnya, pengelola wisata tidak percaya dengan keluhan para pengunjung. Namun, setelah banyaknya aduan dan melihat tangkapan layar yang dikirimkan wisatawan, kami akhirnya menyadari Google Maps menunjukkan jalur yang tidak dapat diakses,” ujar Rustandi pada Beritasatu.com, pada Kamis (30/1/2025).

    Rustandi menambahkan, lebih dari 100 aduan diterima pihak pengelola terkait masalah ini. Akibatnya, banyak pengunjung yang membatalkan atau menjadwal ulang kunjungan mereka karena Google Maps menampilkan rute yang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat atau mobil.

    “Ini sangat merugikan kami,” katanya.

    Berdasarkan informasi yang diterima, penurunan jumlah wisatawan pada libur Imlek 2025 diperkirakan mencapai 30% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada libur Imlek 2024, kunjungan wisatawan setiap harinya diperkirakan lebih dari 1.000 orang.

    Kesalahan informasi ini diduga berkaitan dengan bencana alam yang terjadi di Sukabumi pada 4 Desember 2024. Namun, Rustandi memastikan jalur menuju objek wisata Situ Gunung aman dan tidak ada kejadian longsor atau banjir yang mengganggu akses.

    “Alhamdulillah, jalur dari Polsek Cisaat hingga ke sini aman. Tidak ada bencana alam yang menyebabkan gangguan pada akses menuju objek wisata,” ungkapnya.

    Sebagai langkah tindak lanjut, pihak pengelola telah melaporkan permasalahan ini kepada tim IT dan Google, dengan harapan kesalahan navigasi ini pada Google Maps dapat segera diperbaiki agar wisatawan tidak mengalami kendala lagi saat menuju Situ Gunung dan Lembah Purba.

  • Cuaca Ekstrem di Kota Malang: Terjadi Pohon Tumbang di 9 Lokasi

    Cuaca Ekstrem di Kota Malang: Terjadi Pohon Tumbang di 9 Lokasi

    Malang (beritajatim.com) – Cuaca ekstrem melanda sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Kota Malang, pada Kamis (30/1/2025). Angin kencang yang menyertai cuaca buruk ini menyebabkan pohon tumbang di beberapa titik di kota tersebut.

    Menurut Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Prayitno, laporan dari lapangan menyebutkan ada 9 titik kejadian pohon tumbang.

    “Untuk sementara informasi yang masuk kepada kami, ada 9 titik terjadinya pohon tumbang. Tersebar di Kecamatan Blimbing, Lowokwaru, dan Kecamatan Kedungkandang,” ujar Prayitno.

    Tim gabungan dari BPBD Kota Malang dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang langsung bergerak untuk menangani insiden ini. Faktor utama penyebabnya adalah angin kencang dan kondisi pohon yang sudah lapuk.

    “Enam titik penanganan dilakukan oleh URC BPBD Kota Malang. Sedangkan 3 titik lainnya ditangani oleh DLH Kota Malang. Rata-rata kondisi pohon lapuk, dipicu angin kencang sesaat,” tambah Prayitno.

    Meskipun cuaca ekstrem ini menimbulkan kerusakan, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. “Untuk korban jiwa nihil,” ujarnya.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Timur memperingatkan bahwa hujan lebat hingga ekstrem berpotensi terjadi di Jawa Timur hingga 5 Februari 2025. Cuaca ekstrem seperti ini rentan memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan bahkan hujan es. [luc/suf]

  • DPRD minta Pemprov DKI kembali laksanakan OMC untuk antisipasi banjir

    DPRD minta Pemprov DKI kembali laksanakan OMC untuk antisipasi banjir

    Jakarta (ANTARA) – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta Khoirudin meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk kembali melaksanakan operasi modifikasi cuaca (OMC) guna mengantisipasi terjadinya banjir susulan.

    “Biaya yang kita keluarkan untuk menanggulangi banjir lebih besar daripada biaya modifikasi cuaca,” kata Khorudin di Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, ketika sudah ada prediksi dari BMKG terkait cuaca di Jakarta yang berpotensi akan menimbulkan banjir, perlu diantisipasi di antaranya dengan melaksanakan OMC.

    Ia menyatakan bahwa pengalaman OMC pada akhir tahun yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terbukti dapat mengurangi risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan sebagainya.

    “Seperti tahun baru kemarin. Prediksi BMKG hujan lebat dan panjang. Ternyata setelah operasi modifikasi cuaca dilaksanakan berhasil meminimalkan hujan,” ujarnya.

    Ia mengatakan, selain modifikasi cuaca, Pemprov DKI Jakarta juga perlu mengantisipasi dengan menyiagakan pompa air di daerah yang rawan terjadi banjir.

    “Pompa juga perlu disiapkan, agar ketika hujan dengan volume besar, airnya bisa dipompa,” katanya.

    Pemprov DKI Jakarta sedang mempertimbangkan kembali melakukan OMC bila Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca ekstrem bakal terjadi.

    “Kami rencanakan dalam 2-3 hari ini (melakukan modifikasi cuaca). Sepanjang memang nanti kita melihat cuacanya lebat, mengarah ekstrem, kami akan lakukan (OMC),” kata Penjabat Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi.

    Menurut dia, Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Marullah Matali sudah berkoordinasi dengan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKD), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) serta Asisten Pemerintahan terkait pelaksanaan modifikasi cuaca.

    “Kami tadi sudah bicara dengan Sekda, dengan Kepala BPKD dan juga Kepala BPBD yang nanti dikoordinir Asisten Pemerintahan,” ujarnya.

    Adapun terkait operasi modifikasi cuaca, pihaknya melakukan berdasarkan sejumlah aspek salah satunya dukungan kemampuan infrastruktur.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Sudah Sepekan Dicari, 2 Korban Tanah Longsor di Gunung Mas Kalteng Belum Ditemukan – Halaman all

    Sudah Sepekan Dicari, 2 Korban Tanah Longsor di Gunung Mas Kalteng Belum Ditemukan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PALANGKARAYA – Sampai saat ini masih ada 2 orang korban tanah longsor di Desa Tumbang Mahuroi, Kecamatan Damang Batu, Gunung Mas, Kalimantan Tengah belum ditemukan.

    Upaya pencarian terkendala medan berat dan kondisi cuaca yang tidak mendukung.

    Peristiwa longsor yang menimpa dua pekerja tambang, Gadeonsin (57) dan Muliadi (51) terjadi Rabu (22/1/2025).

    Tim SAR gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, BPBD, Basarnas, dan warga setempat segera melakukan upaya pencarian setelah mendapat informasi pada Jumat (25/1/2025).

    Hingga hari ketujuh pasca kejadian, pencarian korban belum membuahkan hasil.

    Kasubsi Operasi dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan Palangka Raya, Lana mengatakan, tim SAR menghadapi beberapa kendala. 

    “Salah satunya adalah tidak adanya sinyal di lokasi, sehingga tim harus berjalan kaki selama sekitar 15 jam untuk kembali ke posko setiap hari,” ujarnya, Kamis (30/1/2025).

    Lana juga menambahkan, medan yang sulit dan potensi longsor susulan membuat pencarian semakin berisiko. 

    “Cuaca yang tidak mendukung juga menjadi kendala dalam proses pencarian,” kata Lana.

    Tim gabungan masih terus melakukan pencarian dengan metode penyemprotan di lokasi-lokasi yang dicurigai ada korban. 

    “Kami akan terus berusaha hingga korban ditemukan,” tutup Lana.

    Pencarian akan dilanjutkan, dan masyarakat diharapkan untuk tetap bersabar dalam menunggu kabar baik mengenai nasib dua korban yang hilang.  (Tribun Kalteng/Ahmad Supriandi)

  • Pengendara Motor di Kediri Meninggal Tertimpa Pohon Tumbang

    Pengendara Motor di Kediri Meninggal Tertimpa Pohon Tumbang

    Kediri (beritajatim.com) – Sebuah kecelakaan lalu lintas terjadi di Jalan Plosoklaten – Gurah, tepatnya di Dusun Blimbing Timur, Desa Blimbing, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, pada Kamis (30/1/2025) sekitar pukul 08.00 WIB. Insiden ini melibatkan satu unit sepeda motor yang tertimpa pohon sengon tumbang.

    Kecelakaan ini melibatkan sepeda motor Honda Tiger warna putih dengan nomor polisi AG 2207 EAA. Pengendara motor tersebut diketahui bernama Surya Adyf Pratama (17), seorang pelajar asal Desa Candimulyo, Kabupaten Jombang.

    Akibat kejadian tersebut, Surya meninggal dunia di lokasi kejadian dengan luka di bagian kepala. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, jenazah dibawa ke RSUD Simpang Lima Gumul (SLG) Kediri.

    Kanit Gakkum Polres Kediri Iptu Budi Winariyanto mengatakan, awalnya korban mengendarai sepeda motor Honda Tiger berwarna putih melaju dari arah Utara ke Selatan. Namun, saat melintas di lokasi kejadian, tiba-tiba pohon sengon tumbang dan menimpa korban.

    “Insiden ini mengakibatkan pengendara terjatuh dan meninggal dunia,” ujar Kanit Gakkum Polres Kediri Kota Iptu Budi Winariyanto.

    Hingga saat ini, pihak berwenang masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kejadian ini, termasuk kemungkinan faktor cuaca atau kondisi pohon yang menyebabkan tumbangnya pohon sengon tersebut.

    Sementara itu, BMKG Juanda Sidoarjo memberikan peringatan dini terhadap kewaspadaan bencana alam di Jawa Timur pada 27 Januari – 5 Februari 2025. Sejumlah daerah berpotensi terjadi bencana hidrometeorologi (hujan lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung dan hujan es).

    Wilayah yang berpotensi diantaranya, Kota dan Kabupaten Kediri. Saat ini di wilayah Jawa Timur berada di musim hujan dan sebagian besar sudah memasuki puncak musim hujan. [nm/beq]

  • Delapan Dukuh di Petungkriyono Masih Terisolir, 13 Jembatan Putus dan Jalan Tertutup Longsoran

    Delapan Dukuh di Petungkriyono Masih Terisolir, 13 Jembatan Putus dan Jalan Tertutup Longsoran

    TRIBUNJATENG.COM, KAJEN — Sekda Kabupaten Pekalongan M Yulian Akbar menyebutkan bahwa ada 8 dukuh, di 4 Desa yang ada di Kecamatan Petungkriyono, masih terisolir.

    Hal itu dikatakan, saat rapat bersama tanggap bencana di kantor DPRD Kabupaten Pekalongan.
    “Akibat tanah longsor dan banjir bandang yang menghantam Kecamatan Petungkriyono, ada 8 dukuh, di 11 Desa yang ada di kecamatan masih terisolir.

    Terisolir karena akses jalan masih tertutup longsoran, dan jembatan juga putus,” kata Sekda Kabupaten Pekalongan M Yulian Akbar, Selasa (28/1/2025).

    Kemudian, setelah dihentikannya operasi pencarian korban tanah longsor, di masa sisa hari darurat ini Pemkab Pekalongan masih memfokuskan untuk pembukaan akses jalan di Petungkriyono.

    “Masa darurat sampai tanggal 3 Februari 2025, target semua akses jalan di Petungkriyono terbuka,” imbuhnya.

    Lalu, untuk membuka akses ke Petungkriyono yang terisolir akibat putusnya Jembatan Tembelan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemkab Pekalongan akan bangun jembatan bailey.

    “Akses menuju ke Kecamatan Petungkriyono dari arah bawah atau Doro putus total. Sebab, ada jembatan putus di Desa Kayupuring. Bina Marga Provinsi Jawa Tengah dan PU telah survei ke lokasi. Kita akan buat jembatan bailey di sana agar akses kembali bisa dilalui,” ujarnya.

    Lalu, untuk bencana yang dibawah seperti di Kecamatan Kedungwuni, Wonopringgo, Tirto, dan Wonokerto. “Saat ini masih konsentrasi untuk pembersihan lumpur. Satu hingga 3 hari ini untuk pembersihan lumpur selesai,” katanya.

    13 Jembatan Putus

    Sementara itu, Hadi Surono Camat Petungkriyono mengatakan, berdasarkan data ada 13 jembatan yang putus di wilayah Kecamatan Petungkriyono. Lalu, ada tiga jembatan yang harus diganti jembatan baru, dan ada tiga jembatan yang harus diperbaiki.

    “Saat ini akses masih lewat Banjarnegara, butuh waktu 3-4 jam. Apabila, jembatan bailey dibangun hanya waktu 1,5 jam bisa sampai Petungkriyono,” katanya.

    Saat ini tim gabungan masih melakukan kerja bakti untuk membuka akses jalan yang masih tertutup dengan menggunakan alat seadanya.

    “Alat berat saat ini di Kecamatan Petungkriyono ada 10 unit, 8 alat berat menangani jalur ke arah Doro, dan membuka jalan darurat. Untuk dua alat berat ke Desa Yosorejo, Sawangronggo, dan Sangodadi yang masih terisolir,” tambahnya.

    Ditinjau Menteri PU

    Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo meninjau penanganan pascabencana longsor dan banjir bandang di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (29/1/2025).

    Tinjauan Menteri PU untuk melihat langsung kondisi di lapangan, baik mengenai kerusakan infrastruktur, termasuk dukungan sarana dan prasarana bagi masyarakat terdampak longsor dan banjir.

    Menteri Dody mengatakan, penanganan bencana longsor dan banjir di Pekalongan diprioritaskan pada pembersihan material longsor serta, penanganan pohon tumbang untuk membuka akses masyarakat.

    “Pertama kita lakukan dulu pemetaan secara detail, nanti tim BBPJN (Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional) Jawa Tengah-DI Yogyakarta menggunakan drone, tetapi menunggu cuaca tidak hujan dulu.

    Kita prioritaskan, pembukaan akses dulu agar masyarakat tidak ada yang terisolir,” kata Menteri Dody.

    Guna membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan, BBPJN Jateng-DI Yogyakarta telah mengerahkan berbagai alat berat, termasuk mini excavator PC-50 sebanyak 1 unit, PC 75 sebanyak 2 unit, dan PC 70 breaker untuk membantu membuka ruas jalan dari Desa Kasimbar menuju kafe Allo, hingga Jembatan Jimat 2 di Desa Petungkriyono yang terputus untuk membuka akses mobilisasi material jembatan.

    Jembatan Darurat

    Selain pembukaan akses jalan, Kementerian PU juga memprioritaskan pemasangan jembatan darurat (jembatan bailey) untuk penghubung sementara antar desa yang roboh diterjang banjir bandang dari Sungai Welo dan Sungai Kasimpar.

    “Saat ini telah disiapkan 1 unit Jembatan Bailey dari BBPJN Jawa Tengah-DI Yogyakarta yang sudah dimobilisasi ke Pekalongan, dengan panjang 30 meter yang akan digunakan untuk jembatan darurat di Jembatan Jimat 2 di Desa Kayupuring.

    “Jembatan Bailey sudah siap, cuman akses membawanya pakai alat berat masih belum bisa, masih ada batu-batu besar yang harus dibersihkan,” imbuhnya.
    Perakitan hingga pemasangan Jembatan Bailey oleh BBPJN Jateng-DI Yogyakarta akan dibantu oleh TNI AD.

    Dengan selesainya pemasangan jembatan bailey, sambil menunggu pembangunan jembatan permanen.

    “Diharapkan dapat membantu masyarakat, dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari pasca bencana banjir di wilayah Kecamatan Petungkriyono,” imbuhnya.

    Kemudian, selain mengerahkan alat berat untuk penanganan jalan dan sungai, Kementerian PU juga mendukung pemenuhan kebutuhan air minum dan sanitasi bagi masyarakat terdampak.

    Saat ini, satuan tugas tanggap darurat Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jateng tengah melakukan assessment kebutuhan sarana dan prasana (sarpras) yang dibutuhkan untuk mendukung masyarakat terdampak, operasional relawan, dan dapur umum di Posko Yosorejo.

    “Kami mengerahkan 6 unit hidran umum kapasitas 2.000 liter, 6 unit toilet portable, 2 unit mobil tanki air kapasitas 4.000 liter,” terangnya.

    Sementara itu, Sekda Kabupaten Pekalongan M Yulian Akbar menyampaikan, bahwa Pemerintah Kabupaten Pekalongan akan segera menindaklanjuti arahan Menteri PU untuk mempercepat pembukaan akses untuk warga yang masih terisolir.

    “Pak Menteri sudah meminta Balai PJN untuk membuat akses baru. Setelah cuaca membaik, akan dilakukan survei untuk menentukan langkah teknis yang diperlukan. Fokus utama ada di dua titik, yakni Dukuh Dranan dan Jembatan Tembelan, agar akses bisa segera terbuka,” katanya.
    Lewat Banjarnegara

    Warga Dukuh Tembelan, Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan masih terisolir pasca bencana longsor dan banjir bandang yang menimpa di daerah tersebut.
    Mereka terisolir, dikarenakan Jembatan Tembelan Kali Welo yang merupakan akses utama warga Petungkriyono ini terputus. Jembatan ini juga merupakan akses warga Doro dan sekitarnya yang akan ke Petungkriyono. Tidak adanya jembatan ini, mereka harus memutar dengan melintasi jalur Banjarnegara.

    Oleh karena itu, warga dan kepolisian sejak kejadian itu membuat jembatan bambu sementara, agar pengirimanlogistik masih terus dilakukan.

    Pantauan Tribunjateng.com di lokasi, jembatan sementara masih ada akan tetapi cuaca hujan, Rabu (29/1/2025) di Petungkriyono. Bahkan, ketika warga hendak melintasi jembatan itu harus turun ke sungai dengan ketinggian 50 meter. Tidak hanya itu, jalan yang curam dan berbatuan juga membahayakan warga ketika melintasi jembatan darurat.

    Kapolsek Talun Iptu Adi Agung mengatakan, usai kejadian besar tersebut anggota Polsek Talun dan masyarakat membuat jembatan darurat menggunakan bambu.

    “Jembatan darurat ini dibuat di aliran sungai yang menghubungkan Desa Kayupuring dan Desa Kasimpar Kecamatan Petungkriyono,” kata Kapolsek Talun Iptu Adi Agung. Tidak hanya itu, anggota yang di sana pun membantu pengiriman logistik dengan cara digendong.

    Bambang Prasetyo warga sekitar menceritakan, pengiriman logistik secara khusus untuk Dukuh Tembelan masih menggunakan secara manual yaitu melewati jembatan darurat bambu yang berlokasi di bawah jembatan putus.

    “Jadi, warga laki-laki perempuan sama saja, jalan kaki naik turun dibawah jembatan membawa logistik, sehingga membutuhkan extra kehati-hatian karena aliran sungai tidak bisa diduga, dan melewati jembatan darurat menggunakan bambu,” katanya. (dro)