Topik: longsor

  • Tambang Pasir di Blitar Longsor, Dua Penambang Hilang

    Tambang Pasir di Blitar Longsor, Dua Penambang Hilang

    Blitar (beritajatim.com) – Tambang pasir di Kali Putih, Desa Karangrejo, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar longsor. Tebing setinggi 50 meter lebih yang berada di sisi barat Kali Putih longsor hingga menimbun 2 penambang pasir.

    Kedua penambang pasir yang tertimbun longsor itu adalah Nur Kholis (45) dan Rohman (31) warga Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Keduanya pun hingga kini masih dalam proses pencarian oleh petugas gabungan dan BPBD.

    “Ada 2 orang yang tertimbun dan kini masih dalam proses pencarian,” ucap Kasubsi PIDM Sihumas Polres Blitar, Ipda Putut Siswahyudi, Senin (17/2/2025).

    Longsor di area tambang pasir Kali Putih Kabupaten Blitar ini sebenarnya terjadi pada Minggu (16/02/2025) sekitar pukul 12.30 WIB. Kala itu, kedua korban sedang mencari pasir dengan cari membuat lubang di aliran sungai.

    Setelah selesai membuat lobang di aliran sungai, kedua penambang tersebut kemudian mulai mengeruk pasir yang ada di kubangan tersebut. Namun tanpa disangka tebing yang berada di sisi barat lokasi longsor dan menimpa keduanya.

    “Jadi saat korban menaikkan pasir dari kubangan itu tebing yang berjarak 30 meter dari lokasi tiba-tiba longsor,” tegasnya.

    Kini kedua korban masih dalam pencarian. Satu alat berat pun dikerahkan ke lokasi longsor untuk mencari jasad korban.

    “Ini masih proses pencarian semoga jasad korban bisa segera ditemukan,” tegasnya.

    Kali Putih sendiri merupakan areal pertambangan pasir yang masuk wilayah Kecamatan Garum Kabupaten Blitar. Disana ada puluhan bahkan ratusan tambang pasir yang telah beroperasi puluhan tahun lamanya. [owi/beq]

  • Waspada Hujan Ekstrem hingga 20 Februari 2025, Cek Wilayahnya

    Waspada Hujan Ekstrem hingga 20 Februari 2025, Cek Wilayahnya

    loading…

    BMKG mengeluarkan peringatan dini potensi hujan sedang hingga ekstrem periode 17 hingga 20 Februari 2025. FOTO/DOK.SINDOnews

    JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) mengeluarkan peringatan dini potensi hujan sedang hingga ekstrem periode 17 hingga 20 Februari 2025. Di mana saja wilayahnya?

    Sebelumnya, BMKG memantau perkembangan sistem atmosfer yang berpotensi mempengaruhi cuaca di Indonesia. Monsun Asia yang diprediksi masih aktif serta potensi Cold Surge yang membawa massa udara basah dan dingin ke wilayah Indonesia perlu diwaspadai.

    “Selain itu, berbagai fenomena atmosfer lainnya juga terpantau aktif dan berpotensi meningkatkan curah hujan di Indonesia,” tulis BMKG dalam keterangannya, dikutip Senin (17/2/2025).

    BMKG mengungkapkan, Gelombang Kelvin diperkirakan aktif di Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT, dan Papua bagian Selatan, sementara Gelombang Equatorial Rossby diprediksi aktif di Kalimantan bagian Tengah hingga Utara, Sulawesi bagian Tengah hingga Utara, Maluku, dan Maluku Utara.

    “Selain itu, analisis OLR (Outgoing Longwave Radiation) menunjukkan nilai negatif pada periode 18-20 Februari 2025, yang mengindikasikan peningkatan signifikan dalam potensi hujan di berbagai wilayah Indonesia,” kata BMKG.

    Selain faktor skala besar, kondisi atmosfer lokal juga menunjukkan peningkatan aktivitas konvektif akibat tingginya labilitas atmosfer di beberapa wilayah, termasuk Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Sulawesi bagian Selatan, Maluku Utara, dan Papua.

    “Kombinasi antara faktor regional dan lokal ini semakin mendukung pertumbuhan awan hujan yang berpotensi memicu hujan lebat, petir, angin kencang, serta meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor di wilayah terdampak,” katanya.

    Dengan kondisi cuaca yang dinamis ini, masyarakat, khususnya di wilayah terdampak, diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Sektor transportasi laut dan perikanan juga perlu memperhatikan potensi gelombang tinggi, terutama di perairan Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Utara Papua.

  • Hari Ini Cuaca Ekstrem Melanda Sumatera Utara, Jawa hingga Papua

    Hari Ini Cuaca Ekstrem Melanda Sumatera Utara, Jawa hingga Papua

    loading…

    Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem yang berpotensi melanda sejumlah daerah pada Minggu (16/2/2025). Foto/Ilustrasi/Dok.SindoNews

    JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem yang berpotensi melanda sejumlah daerah pada Minggu (16/2/2025).

    BMKG dalam laman Instagram @infoBMKG mengatakan potensi hujan sedang-lebat dapat terjadi di sejumlah wilayah diantaranya Aceh, Banten, Bengkulu, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau.

    Kemudian Lampung, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, dan Jambi.

    “Hujan lebat-sangat lebat di antaranya, Bali, Jawa Tengah, Papua, Sumatera Selatan, Sumatera Utara,” tulis laman Instagram @infoBMKG.

    Baa juga: 5 Jenderal Baru di Matra TNI AD Setelah Mutasi di Akhir Januari 2025

    “Wilayah-wilayah tersebut berpotensi terdampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang akibat cuaca ekstrem,” ungkap BMKG.

    (shf)

  • Tambang Emas Ilegal Longsor di Mali, 48 Orang Tewas

    Tambang Emas Ilegal Longsor di Mali, 48 Orang Tewas

    Jakarta

    Longsor terjadi di lokasi tambang emas ilegal di Mali bagian barat. Sebanyak 48 orang dilaporkan tewas akibatnya insiden itu.

    “Jumlah korban pada 18.00 hari ini adalah 48 orang tewas setelah runtuhnya tambang,” kata sumber polisi setempat, seperti dilansir AFP, Minggu (16/2/2025).

    “Beberapa korban jatuh ke dalam air. Di antara mereka ada seorang wanita dengan bayinya di punggungnya,” imbuhnya.

    Mali adalah salah satu negara termiskin di dunia meskipun menjadi salah satu produsen emas terkemuka di Afrika.

    Lokasi penambangan emas sering menjadi tempat keruntuhan yang mematikan. Sementara pihak berwenang berjuang untuk mengendalikan penambangan logam mulia secara tradisional.

    Kecelakaan pada hari Sabtu (15/2) waktu setempat ini terjadi di lokasi tambang terbengkalai yang sebelumnya dioperasikan oleh perusahaan China.

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Cuaca Hari Ini Minggu 16 Februari, BMKG: Sebagian Wilayah Jakarta Hujan Ringan – Page 3

    Cuaca Hari Ini Minggu 16 Februari, BMKG: Sebagian Wilayah Jakarta Hujan Ringan – Page 3

    Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan sejumlah langkah yang dilakukan untuk mengantisipasi kejadian cuaca ekstrem yaitu dengan cara membentuk posko kesiapsiagaan dan melakukan pemantauan secara cermat terhadap informasi cuaca dan/atau peringatan dini dari BMKG dan Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang digunakan untuk mengetahui perkembangan situasi terkini.

    Selanjutnya, pemerintah daerah dan jajarannya perlu menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka siaga bencana banjir dan longsor yang terjadi akibat cuaca ekstrem. Dalam hal ini penyebarluasan informasi potensi bencana kepada masyarakat setempat melalui berbagai saluran informasi seluas-luasnya perlu diperhatikan.

    Pemantuan daerah rawan bahaya cuaca ekstrem dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan ilmu yang di dalamnya terdapat komponen-komponen manajemen pengolahan data spasial antara lain analisis spasial, penyusunan, dan pemodelan data spasial.

     

  • Pulau Ini Mendadak Tenggelam Seperti Legenda Atlantis

    Pulau Ini Mendadak Tenggelam Seperti Legenda Atlantis

    Jakarta

    Mengetik koordinat 9°59’36″S 161°59’10″E, terdapat area lautan berwarna biru gelap di Samudra Pasifik. Ukurannya kurang lebih sama dengan beberapa pulau yang berada di Kepulauan Solomon di dekatnya.

    Laut di sini relatif dangkal, kedalaman berkisar antara 1 hingga 14 meter. Sekarang dikenal sebagai Lark Shoal, tempat ini dulunya adalah sebuah pulau. Beberapa pihak menyebutnya Atlantis di dunia nyata.

    Ilmuwan Patrick Nunn, penulis Vanished Islands and Hidden Continents of the Pacific, mengatakan tempat ini pernah dihuni ratusan orang. “Di sanalah mungkin dua atau tiga pulau menghilang dengan sangat cepat, beberapa ratus tahun lalu,” kata profesor University of the Sunshine Coast itu.

    Dikutip detikINET dari ABC, nama pulau itu adalah Teonimenu yang menghilang pada suatu waktu antara penjelajah Spanyol Álvaro de Mendaña (1568) dan penjelajah Inggris James Cook (1768-71) berada di wilayah tersebut. Itu menurut tradisi lisan masyarakat Kepulauan Solomon tengah, yang diteliti Profesor Nunn.

    Tony Heorake, direktur Museum Nasional Kepulauan Solomon, mengatakan kisah Teonimenu diwariskan melalui keluarganya. “Saya adalah salah satu keturunan langsung Teonimenu dari pihak ibu saya,” katanya.

    “Setelah pulau itu tenggelam, beberapa leluhur selamat dan mereka terapung di batang pohon pisang dan puing-puing lain,” cetusnya sembari mengatakan leluhurnya menetap di selatan Ulawa, pulau di sebelah utara tempat Teonimenu berada.

    Mereka masih tinggal di sana hingga kini. “Tiap malam setelah makan, kami biasanya mendengar tetua dalam keluarga membicarakan kisah-kisah itu. Tak hanya tentang Teonimenu tapi juga berbagai hewan, tanaman, berbagai cara memancing, berburu di pulau itu,” lanjutnya.

    Profesor Nunn dan Heorake mendokumentasikan sejarah lisan dari empat tempat yang diyakini tempat tinggal para penyintas Teonimenu. Mereka menemukan kenangan tentang pulau itu ada di mana-mana.

    “Kami hampir yakin bahwa Teonimenu benar-benar ada. Mengapa orang di gugusan Kepulauan Pasifik mengarang cerita tentang pulau tenggelam kecuali hal itu benar-benar terjadi?” kata Nunn.

    Ada legenda mengenai mengapa pulau itu tenggelam, tapi apa penjelasan sainsnya? Banyak pulau Pasifik terletak di Cincin Api Pasifik, wilayah rentan gempa dan aktivitas gunung berapi.

    Melalui analisis data seismik di sekitar pulau itu dulu berada, Nunn mengidentifikasi area itu tidak stabil. “Ini adalah tempat di mana satu bagian kerak Bumi bergerak ke bawah bagian lain dan tiap kali terjadi pergeseran, terjadi gempa besar yang mengguncang semua, termasuk pulau-pulau,” kata Profesor Nunn.

    “Terkadang, gempa ini menyebabkan tanah longsor sangat dahsyat sehingga menyebabkan seluruh pulau tiba-tiba tergelincir di bawah permukaan laut,” demikian teorinya.

    (fyk/rns)

  • Alat Deteksi Gempa dan Tsunami di Sidrap Dicuri Lagi, Sudah 4 Kali Terjadi!

    Alat Deteksi Gempa dan Tsunami di Sidrap Dicuri Lagi, Sudah 4 Kali Terjadi!

    Jakarta

    Kasus pencurian dan perusakan alat pendeteksi gempa kembali terjadi. Kasus terbaru, terjadi di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan (Sulsel).

    “Kasus terbaru pencurian dan perusakan terhadap peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami terjadi di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, pada 12 Februari 2025 sekitar pukul 23.00 Wita,” kata Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangannya, Sabtu (15/2/2025).

    Dalam kasus terbaru, pencuri mengambil sebanyak 6 unit aki yang digunakan untuk menghidupkan sensor seismograf serta 2 unit panel surya yang terpasang di atas bangunan shelter stasiun SPSI (Sidrap-Indonesia). Tercatat sudah terjadi 4 kali kasus pencurian dan perusakan peralatan BMKG terjadi di lokasi yang sama.

    “Pada kejadian kali ini, pencuri bahkan membongkar bangunan shelter, masuk ke dalamnya, dan mengambil seluruh baterai (aki) yang berfungsi sebagai sumber daya utama bagi stasiun monitoring gempa. Akibatnya, BMKG terpaksa mencabut seluruh peralatan yang tersisa, termasuk sensor, digitizer, dan peralatan komunikasi, untuk menghindari kerugian lebih besar,” kata Daryono.

    BMKG mencatat telah terjadi 10 kali kasus pencurian dan perusakan terhadap peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami yang dikelola BMKG sejak 2015. Berikut catatannya:

    1. Pada tahun 2015 di Cisompet, Garut, Jawa Barat (2 kali).
    2. Pada tahun 2017 di Muara Dua, Sumatera Selatan.
    3. Pada tahun 2018 di Manna, Bengkulu.
    4. Pada tahun 2022 di Indragiri Hilir, Riau.
    5. Pada tahun 2022 di Kluet Utara, Aceh Selatan.
    6. Pada tahun 2022 di Sorong, Papua Barat.
    7. Pada tahun 2022 di Jambi.
    8. Pada tahun 2022 di Sausapor, Tambrauw, Papua Barat.
    9. Pada tahun 2024 di Pulau Banyak, Aceh Singkil.
    10. Pada tahun 2025 di Sidrap, Sulawesi Selatan (4 kali).

    Alat pendeteksi gempa dan tsunami BMKG di Sidrap dicuri (Foto: Dok. BMKG)

    Daerah Rawan Gempa

    Daryono mengatakan wilayah Sidrap secara tektonik merupakan daerah rawan gempa karena berada di jalur patahan aktif Sesar Walanae. Berdasarkan laporan Pusat Gempa Nasional (Pusgen, 2017), Sesar Walanae di Sulawesi Selatan bukanlah sesar mikro, melainkan sesar regional yang dapat memicu gempa hingga magnitudo (M) 7,1.

    Menurut peta seismisitas/kegempaan, kawasan Teluk Mandar, Pinrang, Rappang, dan Parepare memiliki tingkat aktivitas kegempaan yang sangat tinggi akibat aktivitas Sesar Walanae. Selain gempa bumi, wilayah ini juga berpotensi mengalami dampak ikutan gempa yaitu longsor (landslide), runtuhan batu (rockfall), dan likuifaksi.

    Sebagai catatan, wilayah ini pernah diguncang gempa dahsyat berkekuatan M 6 pada 29 September 1997, yang mengakibatkan 16 orang meninggal dunia, 35 orang luka berat, 50 rumah rusak berat, dan lebih dari 200 rumah rusak ringan.

    Pencurian Bahayakan Masyarakat

    Pencurian peralatan BMKG sangat merugikan keselamatan masyarakat, karena tanpa sensor gempa yang berfungsi, maka kecepatan dan akurasi BMKG dalam memberikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami di Sulawesi Selatan akan menurun.

    Perlu diingat, bahwa wilayah Sulawesi Selatan juga pernah terdampak tsunami dari Teluk Mandar yang dipicu gempa M 6,3 pada 11 April 1967, menyebabkan 58 orang meninggal dunia.

    BMKG meminta masyarakat untuk turut menjaga alat pendeteksi gempa maupun tsunami demi keselamatan khalayak. BMKG mengatakan dalam situasi dan kondisi saat ini, tidak mudah untuk segera mengganti peralatan yang hilang atau rusak, karena peralatan tersebut menggunakan teknologi canggih dengan biaya yang sangat tinggi.

    “Kami memohon dengan sangat kepada masyarakat untuk tidak melakukan vandalisme, perusakan, atau pencurian peralatan BMKG. Jika belum bisa aktif terlibat dalam mitigasi bencana dan pengurangan risiko bencana, setidaknya jangan merusak alat yang bertujuan melindungi keselamatan banyak orang di Sulawesi Selatan,” ungkapnya.

    BMKG juga meminta pemerintah daerah (pemda) untuk ikut berperan dalam mengamankan peralatan BMKG yang telah dipasang di lokasi strategis demi kepentingan masyarakat Sulawesi Selatan.

    “Oleh karena itu, kami berharap pengertian dan perhatian dari semua pihak untuk menjaga keberlangsungan sistem peringatan dini bencana di Sulawesi Selatan khususnya dan di seluruh wilayah Indonesia pada umumnya,” tuturnya.

    (jbr/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Parah! Alat Pendeteksi Gempa-Tsunami Milik BMKG Dicuri, Ini Risikonya

    Parah! Alat Pendeteksi Gempa-Tsunami Milik BMKG Dicuri, Ini Risikonya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI mengungkapkan pencurian alat pendeteksi gempa dan tsunami masih terus terjadi di masyarakat.

    Kasus terbaru pencurian dan perusakan terhadap peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami terjadi di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, pada 12 Februari 2025 sekitar pukul 23.00 WITA. Dalam kejadian ini, pencuri mengambil sebanyak 6 unit aki yang digunakan untuk menghidupkan sensor seismograf serta 2 unit panel surya yang terpasang di atas bangunan shelter stasiun SPSI (Sidrap-Indonesia). Ini merupakan kasus ke-4 kalinya pencurian dan perusakan peralatan BMKG terjadi di lokasi yang sama.

    “Pada kejadian kali ini, pencuri bahkan membongkar bangunan shelter, masuk ke dalamnya, dan mengambil seluruh baterai (aki) yang berfungsi sebagai sumber daya utama bagi stasiun monitoring gempa,” papar Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, lewat keterangan tertulis, Sabtu (15/2/2025).

    “Akibatnya, BMKG terpaksa mencabut seluruh peralatan yang tersisa, termasuk sensor, digitizer, dan peralatan komunikasi, untuk menghindari kerugian lebih besar.”

    Padahal, wilayah ini secara tektonik merupakan daerah rawan gempa karena berada di jalur patahan aktif Sesar Walanae. Berdasarkan laporan Pusat Gempa Nasional (Pusgen, 2017), Sesar Walanae di Sulawesi Selatan bukanlah sesar mikro, melainkan sesar regional yang dapat memicu gempa hingga magnitudo M 7,1.

    Menurut peta seismisitas/kegempaan, kawasan Teluk Mandar, Pinrang, Rappang, dan Pare Pare memiliki tingkat aktivitas kegempaan yang sangat tinggi akibat aktivitas Sesar Walanae. Selain gempa bumi, wilayah ini juga berpotensi mengalami dampak ikutan gempa yaitu longsor (landslide), runtuhan batu (rockfall), dan likuifaksi.

    “Sebagai catatan, wilayah ini pernah diguncang gempa dahsyat berkekuatan M 6,0 pada 29 September 1997, yang mengakibatkan: 16 orang meninggal dunia, 35 orang luka berat, 50 rumah rusak berat, dan lebih dari 200 rumah rusak ringan,” tuturnya.

    BMKG menyebut sejak 2015 telah terjadi setidaknya sebanyak 10 kali kasus pencurian dan perusakan terhadap peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami. Berikut rinciannya:

    1. Pada tahun 2015 di Cisompet, Garut, Jawa Barat (2 kali).
    2. Pada tahun 2017 di Muara Dua, Sumatera Selatan.
    3. Pada tahun 2018 di Manna, Bengkulu.
    4. Pada tahun 2022 di Indragiri Hilir, Riau.
    5. Pada tahun 2022 di Kluet Utara, Aceh Selatan.
    6. Pada tahun 2022 di Sorong, Papua Barat.
    7. Pada tahun 2022 di Jambi.
    8. Pada tahun 2022 di Sausapor, Tambrauw, Papua Barat.
    9. Pada tahun 2024 di Pulau Banyak, Aceh Singkil.
    10. Pada tahun 2025 di Sidrap, Sulawesi Selatan (4 kali)

    BMKG menyebut bahwa dengan adanya pencurian ini, keselamatan masyarakat dari bencana justru akan dirugikan. Hal ini dikarenakan kecepatan dan akurasi BMKG dalam memberikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami di Sulawesi Selatan akan menurun.

    Maka dari itu, BMKG memohon kepada masyarakat untuk tidak melakukan vandalisme, perusakan, atau pencurian peralatan BMKG. Jika belum bisa aktif terlibat dalam mitigasi bencana dan pengurangan risiko bencana, setidaknya jangan merusak alat yang bertujuan melindungi keselamatan banyak orang di Sulawesi Selatan.

    “Kami juga meminta pemerintah daerah untuk ikut berperan dalam mengamankan peralatan BMKG yang telah dipasang di lokasi strategis demi kepentingan masyarakat Sulawesi Selatan,” tambah Daryono.

    “Dalam situasi dan kondisi saat ini, tidak mudah untuk segera mengganti peralatan yang hilang atau rusak, karena peralatan tersebut menggunakan teknologi canggih dengan biaya yang sangat tinggi.”

    “Oleh karena itu, kami berharap pengertian dan perhatian dari semua pihak untuk menjaga keberlangsungan sistem peringatan dini bencana di Sulawesi Selatan khususnya dan di seluruh wilayah Indonesia pada umumnya,” tutupnya.

    (hsy/hsy)

  • Jangan Salahkan Hujan! Walhi Beberkan Penyebab Banjir Ekstrem di Sulsel

    Jangan Salahkan Hujan! Walhi Beberkan Penyebab Banjir Ekstrem di Sulsel

     

    Liputan6.com, Makassar – Bukan cuma perkara hujan ekstrem, banjir dan longsor yang terjadi berulang kali di banyak titik Sulawesi Selatan tiap tahun disebabkan karena perusakan hutan yang terjadi secara masif. Hal itu diungkapkan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel, Kamis (13/2/2024). 

    “Berdasarkan kajian kami, tingginya angka kehilangan tutupan hutan di wilayah ini dipengaruhi beberapa faktor utamanya soal masifnya izin pertambangan di wilayah hulu atau kawasan hutan, alih fungsi lahan, penebangan liar, serta pembangunan,” ungkap Kepala Departemen Riset dan Keterlibatan Publik Walhi Sulsel, Slamet, seperti dikutip dari Antara.

    Slamet menyebutkan, dari catatan akhir tahun Walhi Sulsel, ada sekitar 362 kejadian bencana di seluruh kabupaten/kota se-Sulsel. Dari hasil kajian, Provinsi Sulsel sudah mengalami penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungannya.

    Dalam 10 tahun terakhir, setidaknya angka kejadian bencana di Sulsel meningkat enam kali lipat. Dimana tahun 2014 tercatat hanya ada 54 kejadian angka bencana dan 2024 angkanya mencapai 362 kejadian.

    Selain itu, menurut Slamet, kerugian yang dialami oleh masyarakat Sulsel akibat bencana tahun lalu itu jumlahnya sangat fantastis, yakni mencapai Rp1,95 triliun lebih.

    Beberapa penyebab dari kritisnya kondisi lingkungan yang ada di Sulsel, katanya, karena tutupan hutan terus berkurang. Di Sulsel hanya memiliki luas tutupan hutan pada tahun 2023 sekitar 1.359.039 hektare atau hanya tersisa 29,70 persen dari luas provinsi.

    Dengan luasan tutupan hutan yang hanya tersisa di bawah 30 tersebut, maka Sulsel dapat menjadi salah satu provinsi yang masuk dalam kategori kritis.

    Hilangnya tutupan hutan di Sulsel dalam jumlah yang masif tiap tahunnya berbanding lurus dengan kritisnya Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tersebar di berbagai daerah.

    Tercatat, dari 139 DAS yang ada di Sulsel, hanya sekitar 38 DAS yang masuk dalam kategori sehat karena memiliki tutupan hutan di atas 30 persen. Sedangkan sisanya, sebanyak 101 DAS atau 72,6 persen DAS mengalami kritis.

    Bila dihubungkan dengan kejadian banjir dan longsor yang terjadi sejak kemarin di tiga daerah di Kabupaten Maros, Gowa dan Kota Makassar tercatat dari data BPBD sebanyak ribuan keluarga terdampak pada belasan kecamatan, itu adalah akumulasi kerentanan ekologi yang setiap tahun semakin meningkat.

    “Selain intensitas hujan dan air pasang yang membuat aliran air di sungai tidak langsung menuju ke lepas pantai. Secara hidrologi hal ini berakibat pada meluapnya sungai-sungai di dua DAS yakni Maros dan Tallo,” katanya.

     

  • Indonesia Bakal Dilanda Cuaca Ekstrem Maret 2025, Masyarakat Harus Waspada

    Indonesia Bakal Dilanda Cuaca Ekstrem Maret 2025, Masyarakat Harus Waspada

    PIKIRAN RAKYAT – Cuaca ekstrem di Indonesia diperkirakan berlangsung hingga Maret 2025, dengan potensi angin kencang pada April saat memasuki musim pancaroba.

    Pakar Biometeorologi IPB University, Dr. Rini Hidayati, menjelaskan bahwa kondisi ini meningkatkan risiko bencana. Jika daerah tangkapan air di hulu sungai rusak dan sistem drainase buruk, hujan lebat bisa menyebabkan longsor dan banjir.

    Ilustrasi hujan.

    Selain itu, hujan deras sering disertai angin puting beliung. Rini juga mengingatkan bahwa musim hujan meningkatkan perkembangbiakan nyamuk Aedes, penyebab demam berdarah.

    Cuaca pun menjadi tidak menentu, dengan hujan hampir setiap hari tetapi udara tetap terasa gerah. Rini mengungkapkan bahwa hujan pada periode ini bisa berlangsung sepanjang hari, dari siang hingga malam atau pagi hari.

    “Di awal musim hujan, hujan lebat sering diawali atau disertai angin kencang. Biasanya, hujan deras terjadi pada sore hari karena sumber uap air berasal dari wilayah sekitar, dan hujan turun setelah udara agak dingin,” kata Rini, Kamis (13/2/2025).

    Sebagai peneliti di Pusat Pengelolaan Peluang dan Risiko Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik IPB University, Rini menjelaskan bahwa saat puncak musim hujan, angin membawa uap air dari Samudra Hindia hampir sepanjang hari. Suhu yang lebih dingin pada malam hari meningkatkan kemungkinan hujan lebat.

    Hujan tapi panas

    Meski sering hujan, suhu udara tetap terasa panas. Menurut Rini, saat ini matahari berada di atas 10 derajat lintang selatan, dekat dengan wilayah Indonesia bagian selatan, sehingga energinya tinggi.

    “Jika siang hari awan sedang sedikit, energi matahari hari-hari ini akan tinggi. Kelembapan udara yang tinggi mengakibatkan udara akan terasa panas. Adanya pemanasan global makin menambah tingginya suhu dan tingkat ketidaknyamanan,” jelas Rini, yang juga dosen di Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB University.

    Rini menyarankan masyarakat tetap waspada dan mengurangi aktivitas di luar rumah untuk menghindari dampak cuaca ekstrem dan risiko kesehatan seperti influenza.

    “Jaga lingkungan agar sampah tidak menghambat aliran air. Lindungi daerah tangkapan air dengan tidak menggunduli hutan serta tetap menanam pohon. Selain itu, pastikan saluran air tidak tersumbat dan tidak tertutup beton atau semen,” pesannya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News