Foto Bisnis
Rafida Fauzia – detikFinance
Sabtu, 31 Mei 2025 08:00 WIB
Jakarta – Tambang batu alam di Gunung Kuda, Cirebon, longsor dan menelan korban jiwa. Pemerintah Provinsi Jawa Barat memutuskan menutup tambang itu secara permanen.
/data/photo/2025/05/31/683a449392064.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Tanah Bergerak di Wonosobo Berdampak pada 3 Rumah, Penghuni Dievakuasi
Tim Redaksi
WONOSOBO, KOMPAS.com
– Tanah bergerak terjadi di Dukuh Duluran, Dusun Bojongan, Desa Tegeswetan, Kecamatan Kepil, Kabupaten
Wonosobo
, pada Minggu (25/5/2025).
Peristiwa ini dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi dan durasi yang lama.
Tidak ada korban jiwa maupun luka-luka, namun tanah bergerak tersebut menyebabkan kerusakan pada gardu pos ronda dan mengancam tiga rumah warga.
Kepala BPBD Kabupaten Wonosobo, Dudi Wardoyo, mengatakan bahwa kondisi tanah di lokasi kejadian masih terus bergerak. Penghuni tiga rumah yang terancam sudah dievakuasi.
“Tiga rumah milik warga, yakni milik Nasir, Samingan, dan Bapak Ruwanto, dikhawatirkan terkena longsor jika tanah bergerak terus. Beruntung, seluruh penghuni rumah sudah berhasil dievakuasi ke rumah saudara mereka,” ujar Dudi dalam keterangan resminya, Sabtu (31/5/2025).
Total terdapat sembilan orang dari ketiga keluarga tersebut yang terdampak dan telah diungsikan.
Sementara itu, kerugian material akibat kerusakan gardu pos ronda ditaksir mencapai Rp15 juta.
Pemerintah desa bersama unsur kecamatan, Polsek, Koramil, dan Relawan Penanggulangan Bencana (RPB) telah melakukan evakuasi serta penanganan awal di lokasi kejadian.
“Kami juga telah mengecek lokasi kejadian dan melakukan assessment untuk langkah penanganan lebih lanjut,” tambah Dudi.
BPBD Kabupaten Wonosobo dan tim gabungan masih memantau pergerakan tanah untuk mengantisipasi longsor susulan.
“Kami mengimbau warga tetap waspada, terutama yang tinggal di area rawan bencana,” tutup Dudi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Jakarta –
Dalam sekejap mata sebuah desa berusia ratusan tahun lenyap seketika.
Desa Blatten di Swiss sebagian hancur setelah bongkahan besar gletser jatuh ke lembah yang menaungi desa tersebut.
Meskipun desa tersebut telah dievakuasi beberapa hari lalu karena khawatir Gletser Birch akan runtuh, satu orang dilaporkan hilang. Banyak rumah telah rata dengan tanah.
Wali kota Blatten, Matthias Bellwald, mengatakan “hal yang tak terbayangkan telah terjadi” tetapi berjanji bahwa desa tersebut masih memiliki masa depan.
EPAPemandangan Desa Blatten sebelum (atas) dan sesudah (bawah) dilanda longsor.
Pemerintah setempat telah meminta dukungan dari unit bantuan bencana militer Swiss. Dinas pemerintah Swiss juga sedang dalam perjalanan ke lokasi kejadian.
Bencana yang menimpa Blatten merupakan mimpi buruk terburuk bagi para warga desa di Pegunungan Alpen.
Sebanyak 300 warga Desa Blatten harus meninggalkan rumah mereka pada 19 Mei setelah para ahli geologi yang memantau daerah tersebut memperingatkan bahwa Gletser Birch tampak tidak stabil.
Sekarang banyak dari mereka mungkin tidak akan pernah bisa kembali.
Bellwald yang tampak berusaha menahan tangis berkata: “Kami telah kehilangan desa kami, tetapi bukan hati kami. Kami akan saling mendukung dan menghibur. Setelah malam yang panjang, pagi akan kembali datang.”
EPARumah-rumah di Desa Blatten tertutup longsor dan banjir dari gletser yang mencair.
Pemerintah Swiss telah menjanjikan pendanaan untuk memastikan penduduk dapat kembali bermukim, jika tidak di desa itu setidaknya di daerah tersebut.
Namun, Raphal Mayoraz, kepala kantor regional untuk penanganan bencana alam, memperingatkan bahwa evakuasi lebih lanjut di daerah yang dekat dengan Blatten mungkin diperlukan.
ReutersRekonstruksi Desa Blatten akan berlangsung rumit.
Perubahan iklim menyebabkan gletser mencair lebih cepat. Lapisan tanah beku permanen, yang sering digambarkan sebagai perekat yang menyatukan gunung-gunung tinggi, juga mencair.
Rekaman drone menunjukkan sebagian besar Gletser Birch runtuh sekitar pukul 15:30 pada Rabu (28/05).
Longsoran lumpur yang melanda Blatten terdengar seperti suara gemuruh yang memekakkan telinga. Longsoran itu juga meninggalkan awan debu yang sangat tebal.
Ahli glasiologi yang memantau pencairan gletser telah memperingatkan selama bertahun-tahun bahwa beberapa kota dan desa pegunungan Alpen mungkin terancam. Penduduk Blatten bahkan bukan yang pertama dievakuasi.
EPASebanyak 300 warga Desa Blatten telah dievakuasi sebelum longsor melanda.
Di Swiss timur, penduduk Desa Brienz dievakuasi dua tahun lalu karena lereng gunung di atas mereka runtuh.
Sejak itu, mereka hanya diizinkan kembali untuk waktu yang singkat.
Pada 2017, delapan pendaki tewas dan banyak rumah hancur ketika tanah longsor terbesar dalam lebih dari satu abad terjadi di dekat Desa Bondo.
Laporan terbaru mengenai kondisi gletser Swiss menunjukkan bahwa gletser-gletser tersebut dapat mencair dalam waktu satu abad, jika suhu global tidak dapat dipertahankan dalam batas kenaikan 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri, yang disepakati 10 tahun lalu oleh hampir 200 negara berdasarkan perjanjian iklim Paris.
Banyak ilmuwan iklim menyatakan bahwa target tersebut telah terlewati, yang berarti pencairan gletser akan terus meningkat, meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor, serta mengancam lebih banyak komunitas seperti Blatten.
Reuters Foto satelit memperlihatkan kerusakan di Desa Blatten. BBC
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Jakarta –
Desa Blatten di kanton Valais, Swiss bagian selatan, tertimbun reruntuhan gletser dari Pegunungan Alpen. Namun menariknya, warga di sekitarnya berhasil selamat berkat pemantauan para ahli geologi.
Sebelumnya, tepatnya sembilan hari sebelum kejadian naas, 300 penduduk desa dievakuasi setelah para ahli melihat kondisi gletser sudah tampak tidak stabil. Hal itu yang mendasari Pemerintah Swiss bergerak cepat memindahkan warga ke tempat aman.
Sebagaimana dikutip dari BBC, Jumat (30/5/2025) Kepala Kantor Regional untuk Bencana Alam, Raphael Mayoraz, mengatakan peringatan evakuasi lebih lanjut di daerah dekat Blatten mungkin diperlukan.
Faktor perubahan iklim menjadi penyebab gletser dan sungai es yang membeku di sekeliling Pegunungan Alpen mencair lebih cepat dari dugaan. Lapisan tanah beku sebagai ‘perekat’ ini di gunung tinggi itu turut mencair.
Ahli Glasiologi yang memantau pencairan telah memperingatkan selama bertahun-tahun bahwa beberapa kota dan desa Pegunungan Alpen bisa terancam, dan Blatten bahkan bukan daerah pertama yang dievakuasi.
Di Swiss timur, penduduk Desa Brienz dievakuasi dua pada tahun lalu karena lereng gunung di atas mereka runtuh. Sejak saat itu, mereka hanya diizinkan kembali untuk waktu yang singkat.
Laporan terbaru tentang kondisi gletser Swiss menunjukkan bahwa semuanya bisa hilang dalam waktu satu abad ini, jika suhu global tidak dapat dipertahankan dalam kenaikan 1,5 celcius di atas tingkat pra-industri, yang disepakati sepuluh tahun lalu oleh hampir 200 negara di bawah perjanjian iklim Paris.
Banyak ilmuwan iklim menyatakan target tersebut telah terlewati, yang berarti pencairan gletser akan terus meningkat, meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor, dan mengancam lebih banyak komunitas seperti gletser menimbun Desa Blatten.
Berdasarkan rekaman drone menunjukkan sebagian besar gletser Birch runtuh. Detik-detik longsoran lumpur dari gletser terdengar seperti suara gemuruh yang langsung menyapu bersih Desa Blatten dalam waktu sekejap, dan menyisakan menyembulkan awan debu yang besar ke langit.
Pemerintah setempat telah meminta dukungan dari unit bantuan bencana tentara Swiss dan anggota Pemerintah Swiss sedang dalam perjalanan ke lokasi kejadian.
(agt/agt)

Stephane Ganzer, pejabat dari kanton Valais, menyatakan sekitar 90% desa tertutup tanah longsor akibat peristiwa tersebut. Jutaan meter kubik batu dan tanah jatuh dari gunung di belakang gletser, menghancurkan bangunan dan infrastruktur. (REUTERS/Stefan Wermuth)