Topik: longsor

  • Mitigasi Hujan Ekstrem Akibat Perubahan Iklim, Jepang Perluas Gorong-gorong Raksasa

    Mitigasi Hujan Ekstrem Akibat Perubahan Iklim, Jepang Perluas Gorong-gorong Raksasa

    Jakarta – Jepang rentan terhadap berbagai bencana alam, mulai dari gempa, letusan gunung berapi, tsunami, hingga topan, dan tanah longsor. Seperti sebagian besar dunia, negara ini menghadapi cuaca ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perubahan iklim dan pemanasan global.

    Jaringan gorong-gorong di Prefektur Saitama adalah salah satu mitigasi negara ini dalam menghadapi hujan ekstrem. Sejak beroperasi pada 2006, kompleks terowongan raksasa ini sangat diandalkan mengalirkan air banjir dan mencegah kerusakan senilai lebih dari 150 miliar yen, menurut perkiraan Kementerian Pertanahan Jepang.

    Gorong-gorong ini menjalankan tugasnya dengan baik, yakni mencegah banjir di aliran sungai yang rentan di wilayah tersebut. Namun, karena pemanasan global menyebabkan cuaca lebih ekstrem, pihak berwenang melakukan perbaikan besar-besaran pada sistem tersebut, bahkan memperluasnya.

    “Sering meningkatnya suhu, jumlah uap air di atmosfer meningkat, sehingga menghasilkan curah hujan yang relatif lebih besar,” kata professor Seita Emori dari Universitas Tokyo, pada Oktober 2024, dikutip dari Japan Times.

    Foto: Getty Images

    “Kami memperkirakan bahwa curah hujan yang sebelumnya tidak terlihat akan turun seiring dengan meningkatnya suhu di masa mendatang,” tambah profesor anggota kelompok ilmu iklim yang memenangkan Hadiah Nobel pada 2007 ini.

    Jaringan gorong-gorong yang juga disebut kompleks katedral ini (karena pilar-pilarnya membuatnya menyerupai bangunan katedral), secara resmi disebut Metropolitan Area Outer Underground Discharge Channel (MAOUDC) atau Saluran Pembuangan Bawah Tanah Wilayah Luar Metropolitan. Dibangun selama 13 tahun, kompleks MAOUDC menelan biaya 230 miliar yen.

    Selain kecanggihan tekniknya, kompleks ini juga menjadi tempat wisata dan lokasi syuting popular. Hamparan luasnya mampu menampung air dengan kapasitas setara 100 kolam renang ukuran Olimpiade.

    Di dalamnya terdapat 59 pilar raksasa, masing-masing berbobot 500 metrik ton dan tinggi 18 meter. Ketika sungai-sungai di dekatnya meluap, luapan air mengalir melalui terowongan bawah tanah raksasa sepanjang 6,3 km sebelum terkumpul di waduk.

    Saat Topan Shanshan melanda, sistem ini menangkap air yang cukup untuk mengisi hampir empat kali stadion bisbol Tokyo Dome, sebelum memompanya dengan aman ke Sungai Edogawa dan mengalirkannya ke laut.

    “Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ada kecenderungan hujan lebat turun sekaligus dalam apa yang kami sebut hujan gerilya,” kata Yoshio Miyazaki, pejabat Kementerian Pertanahan yang bertanggung jawab atas kompleks tersebut.

    “Jika fasilitas ini tidak ada, permukaan air Sungai Nakagawa utama dan anak-anak sungainya bisa naik jauh lebih tinggi, yang dapat mengakibatkan banjir, bahkan kematian,” ujarnya.

    Meski begitu, sistem tersebut tidak mampu menghentikan banjir yang melanda lebih dari 4.000 rumah di daerah aliran sungai tersebut akibat hujan topan lebat pada Juni 2023. Banjir tersebut mendorong pemerintah untuk memulai proyek yang berlangsung selama tujuh tahun senilai 37,3 miliar yen untuk memperkuat tanggul dan drainase air di wilayah tersebut.

    Foto: Getty Images

    Lebih dekat ke pusat kota Tokyo, proyek besar lainnya sedang berjalan untuk menghubungkan kanal-kanal yang menampung luapan Sungai Shirako dan Sungai Kanda. Setelah selesai pada 2027, kanal ini akan mengalirkan air banjir sekitar 13 km di bawah tanah ke Teluk Tokyo.

    Jaringan pembuangan Tokyo dirancang untuk menangani curah hujan hingga 75 milimeter per jam. Namun, semakin banyak badai lokal yang membawa curah hujan hingga 100 mm, sehingga membebani sistem secara berlebihan, kata Shun Otomo, manajer lokasi konstruksi untuk proyek tersebut.

    “Misalnya, jika terjadi hujan deras sementara di daerah aliran Sungai Kanda, kita bisa memanfaatkan kapasitas daerah aliran sungai di wilayah yang tidak hujan. Kami yakin itu akan efektif melawan hujan gerilya ini,” kata Otomo.

    (rns/rns)

  • Analisa Badan Geologi soal Gempa Magnitudo 6,9 yang Guncang Maluku Tenggara

    Analisa Badan Geologi soal Gempa Magnitudo 6,9 yang Guncang Maluku Tenggara

    Wafid menerangkan lokasi pusat gempa bumi berada di laut, dengan morfologi wilayah terdekat didominasi oleh dataran, berombak, bergelombang dan pegunungan.

    Kondisi bebatuan (litologi) penyusun wilayah ini terdiri atas Batuan Bancuh berumur Pra Tersier, Batuan Sedimen berupa batugamping dan batupasir berumur Tersier, Batugamping koral berumur Kuarter, serta Endapan Aluvium.

    “Batuan yang telah mengalami pelapukan dan atau sedimen permukaan berpotensi memperkuat guncangan gempa bumi,” jelas Wafid.

    Wafid menuturkan kekerasan batuan permukaan dipengaruhi oleh umur dan jenis batuan. Batuan yang berumur lebih muda atau yang telah mengalami pelapukan mempunyai kekerasan lebih rendah begitu juga sebaliknya.

    Wilayah terdekat dengan pusat gempa bumi pada daerah pegunungan dan perbukitan termasuk kelas tanah C (tanah sangat padat dan batuan lunak), pada daerah bergelombang – berombak termasuk kelas D (tanah sedang), dan pada daerah dataran dan pantai termasuk dalam kelas E (tanah lunak).

    Gempa bumi sangat besar ini selain terdeteksi oleh BMKG, juga terdetek oleh dua stasiun geologi luar negeri. Menurut The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, pusat gempa bumi berada pada koordinat 6,146 LS – 131,213 BT, dengan magnitudo M6,7 pada kedalaman 65,7km.

    Berdasarkan GeoForschungsZentrum (GFZ) Jerman, pusat gempa bumi berada pada koordinat 6,14 LS – 131,18 BT, dengan magnitudo M6,7 pada kedalaman 10 km.

    Antisipasi Gempa Bumi

    Dilansir Liputan6, Jika Anda berada dalam situasi guncangan akibat gempa, berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan sebelum, sesaat, dan sesudah gempa bumi:

    Sebelum Terjadi Gempa:

    •⁠⁠Untuk memastikan keamanan tempat tinggal Anda, pastikan bahwa struktur dan letak rumahdapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa, seperti longsor atau likuefaksi. Lakukan evaluasi dan renovasi ulang terhadap struktur bangunan Anda agar terhindar dari bahaya gempa bumi.

    •⁠Penting untuk mengenali lingkungan tempat Anda bekerja: perhatikan letak pintu, lift, serta tangga darurat. Ketahui juga di mana tempat paling aman untuk berlindung.

    •⁠Mempelajari manfaat P3K dan alat pemadam kebakaran.

    •⁠Pastikan selalu menyiapkan nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempa bumi.

    •Atur perabotan di rumah Anda agar menempel kuat pada dinding. Hal itu disarankan agar benda tersebut tak mudah jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempa bumi.

    •⁠ ⁠⁠Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempa terjadi

    •Untuk barang yang mudah terbakar, baiknya disimpan pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran.

    •⁠⁠Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.

    •Pastikan Anda selalu siap dengan alat-alat penting seperti Kotak P3K, senter/lampu baterai, radio, makanan suplemen dan air.

     

  • Hujan Lebat di Pakistan Tewaskan 111 Orang

    Hujan Lebat di Pakistan Tewaskan 111 Orang

    Jakarta

    Hujan intensitas lebat terjadi di Pakistan. Sebanyak 111 orang dilaporkan tewas akibat bencana tersebut.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (15/7/2025), data dari badan bencana nasional antara 26 Juni dan 14 Juli menunjukkan bahwa sengatan listrik menjadi penyebab utama kematian, diikuti oleh banjir bandang. Pada akhir Juni, sedikitnya 13 wisatawan tewas tersapu banjir bandang saat berlindung dari banjir bandang di tepi sungai yang ditinggikan.

    Dalam laporan terakhirnya, badan bencana mengatakan 111 orang termasuk 53 anak-anak telah tewas, dengan jumlah kematian tertinggi di provinsi Punjab yang paling padat penduduknya.

    Sementara itu, badan meteorologi nasional telah mengeluarkan peringatan akan terjadinya hujan lebat di wilayah utara dan timur negara itu. Hujan lebat itu berpotensi banjir perkotaan, tanah longsor, dan kerusakan infrastruktur akibat angin kencang.

    Musim hujan membawa 70 hingga 80 persen curah hujan tahunan ke Asia Selatan, tiba pada awal Juni di India dan akhir Juni di Pakistan, dan berlangsung hingga September.

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jepang Hujan Super Ekstrem, Tokyo Kena Banjir Besar!

    Jepang Hujan Super Ekstrem, Tokyo Kena Banjir Besar!

    Jakarta

    Anomali curah hujan ekstrem tak hanya terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Perubahan iklim membuat hujan parah dan banjir terjadi hampir serentak di banyak negara, termasuk di Jepang yang mengalami hujan deras bersejarah.

    Mengutip Japan Times, pada Kamis (10/7) pekan lalu, hujan lebat lebih dari 100 mm memicu banjir di Tokyo, Kanto, dan Tohoku, mengakibatkan kerusakan luas.

    Curah hujan sekitar 110 mm tercatat di Distrik Nerima, Tokyo, antara pukul 17.40 hingga 18.40 waktu setempat pada Kamis (10/7). Curah hujan yang sama tercatat di Distrik Nakano sekitar pukul 18.50 waktu setempat. Suginami mencatat curah hujan sekitar 120 mm hingga pukul 19.00, sementara Distrik Meguro menerima 100 mm pada saat yang sama.

    Pemerintah daerah Tokyo melakukan mitigasi dengan mengeluarkan serangkaian peringatan hujan deras yang memecahkan rekor, terutama di wilayah Kanto-Koshin di tengah curah hujan yang tinggi. Ketika puncak hujan deras telah mereda pun, risiko banjir dan tanah longsor tetap menjadi ancaman bagi daerah dataran rendah.

    Banjir tersebut mengakibatkan kerusakan yang luas. Berbagai video yang diposting di media sosial memperlihatkan kebocoran parah pada atap stasiun kereta api.

    Banjir juga mengganggu lalu lintas jalan di Tokyo, dan banyak kendaraan terdampar. Sejumlah pengendara sempat terjebak di dalam kendaraan, tetapi berhasil melakukan evakuasi mandiri.

    Hujan ekstrem ini juga menyebabkan Sungai Meguro, yang mengalir melalui Distrik Shinagawa dan Meguro di Tokyo, mencapai ‘tingkat air risiko banjir’, ambang batas yang mengharuskan pemerintah setempat mengeluarkan perintah evakuasi.

    (rns/rns)

  • BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Terjadi hingga 18 Juli 2025

    BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Terjadi hingga 18 Juli 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun musim kemarau secara klimatologis telah dimulai.

    Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa dinamika atmosfer yang kompleks masih memicu terbentuknya awan-awan konvektif penyebab hujan deras. Fenomena seperti gelombang ekuatorial Rossby dan Kelvin, zona konvergensi dan pertemuan angin, serta potensi sirkulasi siklonik di sekitar Samudra Hindia dan Pasifik, terus mendorong pembentukan awan hujan dalam skala luas.

    “Meskipun kita sudah memasuki pertengahan musim kemarau, berbagai faktor atmosfer global dan regional masih mendukung terjadinya hujan lebat dan cuaca ekstrem di banyak wilayah,” ujarnya dilansir dari laman resmi BMKG.

    Dikemukakan Dwikorita, dalam beberapa hari terakhir, intensitas hujan yang signifikan telah tercatat di sejumlah wilayah. Pada 9 Juli, hujan harian di atas 50 mm terjadi di Nabire dan Kalimantan Barat, sementara pada 8 Juli, hujan sangat lebat tercatat di Papua Barat, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Maluku, dan Papua. Kondisi ini telah menyebabkan bencana hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor, genangan air, pohon tumbang, hingga kerusakan infrastruktur.

    BMKG, kata dia, memprakirakan bahwa potensi cuaca ekstrem masih tinggi dalam periode 12–18 Juli 2025. Hujan lebat berisiko terjadi di berbagai wilayah, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan, dengan status siaga yang telah dikeluarkan.

    Selain itu, angin kencang berpotensi melanda wilayah barat hingga timur Indonesia, termasuk Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Di lautan, kecepatan angin lebih dari 25 knot diprediksi akan memicu gelombang tinggi di beberapa perairan seperti Perairan Utara Aceh, Laut Cina Selatan, Laut Natuna Utara, Laut Jawa bagian timur, Laut Flores, Laut Arafuru, Laut Timor, Laut Banda, Laut Seram, Samudera Pasifik sebelah utara Maluku Utara, dan serta Samudera Hindia sebelah barat daya Banten, sebelah selatan Jawa, dan sebelah selatan NTT.

    Dwikorita mengimbau masyarakat untuk tidak menganggap enteng potensi cuaca ekstrem yang bisa datang tiba-tiba. Ia juga meminta masyarakat menjauhi area terbuka saat terjadi petir, menghindari pohon atau bangunan tua saat angin kencang, serta tetap menjaga kesehatan karena cuaca terik masih mungkin terjadi di tengah pola hujan yang aktif.

    “Masyarakat harus tetap waspada, meskipun secara kalender kita berada di musim kemarau. Jangan lengah. Cuaca bisa berubah cepat dan membawa dampak besar,” tegasnya.

    Hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30 persen zona musim di Indonesia yang benar-benar memasuki musim kemarau. Sebaliknya, sebagian besar wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua masih berisiko tinggi mengalami hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang dalam sepekan ke depan.

  • Kecelakaan Maut di Toraja Utara, Bupati Larang Truk Angkut Penumpang
                
                    
                        
                            Makassar
                        
                        14 Juli 2025

    Kecelakaan Maut di Toraja Utara, Bupati Larang Truk Angkut Penumpang Makassar 14 Juli 2025

    Kecelakaan Maut di Toraja Utara, Bupati Larang Truk Angkut Penumpang
    Tim Redaksi
    TORAJA UTARA, KOMPAS.com – 
    Bupati
    Toraja Utara
    , Frederik Victor Palimbong, melarang keras penggunaan truk untuk mengangkut penumpang setelah insiden maut yang menewaskan tujuh orang di Lembang Sereale. Kecelakaan terjadi usai rombongan menghadiri acara adat Rambu Solo’.
    Pada Sabtu (12/7/2025) sore, sebuah truk yang mengangkut 20 orang terguling saat melintasi tikungan tajam di Lembang Sereale, Kecamatan Tikala, Toraja Utara,
    Sulawesi Selatan
    , Sabtu (12/7/2025) sore.
    Kecelakaan ini menewaskan tujuh orang di tempat dan melukai 13 lainnya. Mereka baru pulang dari menghadiri acara adat Rambu Solo’ di Lembang Lo’ko’ Uru, Kecamatan Rindingallo.
    Frederik langsung mengunjungi para korban luka yang dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Elim Rantepao.
    Ia menyampaikan duka mendalam kepada keluarga korban dan menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk mencegah kecelakaan serupa terulang.
    Usai menjenguk para korban, Frederik meminta aparat kepolisian bertindak tegas terhadap pengemudi truk yang melanggar aturan, khususnya mereka yang nekat mengangkut penumpang menggunakan kendaraan barang.
    “Kita ketahui Toraja Utara merupakan daerah pegunungan dengan jalanan yang cukup berbahaya. Meskipun rambu-rambu sudah dipasang, kecelakaan sering terjadi karena rem blong dan kendaraan tidak layak. Kami bersama Kapolres akan mengambil sikap tegas, melarang truk mengangkut manusia,” kata Frederik, Minggu (13/7/2025).
    Ia juga menyatakan bahwa pemerintah daerah akan terus mendampingi keluarga korban, termasuk memberikan bantuan medis dan logistik kepada para penyintas.
    “Secara pribadi dan atas nama pemerintah daerah, kami turut berduka cita sedalam-dalamnya. Kami pastikan seluruh korban mendapat perawatan dan bantuan yang dibutuhkan,” ucapnya.
    Pemerintah daerah, lanjut Frederik, telah menginstruksikan tim gabungan dari BPBD, Dinas Kesehatan, dan aparat TNI-Polri untuk melakukan evakuasi dan proses identifikasi korban dengan cepat.
    Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Toraja Utara, AKBP Stephanus Lucktyto, menyoroti maraknya penggunaan truk sebagai kendaraan angkut penumpang di wilayahnya. Ia menyebut insiden ini sebagai peringatan keras bagi seluruh masyarakat.
    “Ini menjadi pengalaman berat bagi kita semua bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama. Kami mengimbau masyarakat untuk menggunakan kendaraan sesuai peruntukannya. Truk bukan untuk mengangkut orang,” ujar Stephanus.
    Ia berharap tragedi ini menjadi momentum bagi masyarakat agar lebih sadar akan pentingnya keselamatan dalam berkendara.
    “Kami akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mencari solusi jangka panjang. Perlu ada upaya bersama agar masyarakat memiliki akses yang lebih baik terhadap transportasi umum yang layak dan aman,” tambahnya.
    Saat ini, sejumlah korban yang mengalami luka parah masih menjalani perawatan intensif di RSU Elim Rantepao. Sementara keluarga korban tewas terus berdatangan ke rumah sakit untuk mengurus proses identifikasi dan pemakaman.
    Sebelumnya diberitakan, kecelakaan tragis terjadi di Lembang Sereale, Kecamatan Tikala, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, pada Sabtu (12/7/2025) sore. Sebuah truk yang mengangkut 20 orang warga terguling saat melewati tikungan tajam. Hingga Minggu (13/7/2025) siang, tercatat tujuh orang penumpang termasuk sopir meninggal dunia dan 13 lainnya mengalami luka berat.
    Kasat Lantas Polres Toraja Utara, AKP Haryanto menyatakan truk dengan nomor polisi DP8979KB tersebut diketahui melaju dari arah Pangala menuju Tikala, usai rombongan mengikuti acara adat Rambu Solo’ di Lembang Lo’ko’ Uru, Kecamatan Rindingallo, namun, saat tiba di wilayah Sereale, kendaraan diduga kehilangan kendali dan terguling.
    “Pas di TKP, memang di situ ada tingkungan cukup tajam dan lokasi itu memang bekas tanah longsor, kemudian juga ada batu besar berada di pinggir jalan yang memang cukup mengganggu, sehingga pengemudi tidak bisa menggerakkan kendaraannya,” kata Haryanto saat dikonfirmasi, Minggu (13/7/2025).
    “Informasi yang saya dapatkan di TKP tadi, kendaraan ini memang dengan kecepatan tinggi. Kebetulan juga yang mengemudikan kendaraan adalah kernetnya jadi bukan sopir aslinya,” tambahnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kecelakaan Maut di Toraja Utara, Bupati Larang Truk Angkut Penumpang
                
                    
                        
                            Makassar
                        
                        14 Juli 2025

    Kecelakaan Maut di Toraja Utara, Bupati Larang Truk Angkut Penumpang Makassar 14 Juli 2025

    Kecelakaan Maut di Toraja Utara, Bupati Larang Truk Angkut Penumpang
    Tim Redaksi
    TORAJA UTARA, KOMPAS.com – 
    Bupati
    Toraja Utara
    , Frederik Victor Palimbong, melarang keras penggunaan truk untuk mengangkut penumpang setelah insiden maut yang menewaskan tujuh orang di Lembang Sereale. Kecelakaan terjadi usai rombongan menghadiri acara adat Rambu Solo’.
    Pada Sabtu (12/7/2025) sore, sebuah truk yang mengangkut 20 orang terguling saat melintasi tikungan tajam di Lembang Sereale, Kecamatan Tikala, Toraja Utara,
    Sulawesi Selatan
    , Sabtu (12/7/2025) sore.
    Kecelakaan ini menewaskan tujuh orang di tempat dan melukai 13 lainnya. Mereka baru pulang dari menghadiri acara adat Rambu Solo’ di Lembang Lo’ko’ Uru, Kecamatan Rindingallo.
    Frederik langsung mengunjungi para korban luka yang dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Elim Rantepao.
    Ia menyampaikan duka mendalam kepada keluarga korban dan menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk mencegah kecelakaan serupa terulang.
    Usai menjenguk para korban, Frederik meminta aparat kepolisian bertindak tegas terhadap pengemudi truk yang melanggar aturan, khususnya mereka yang nekat mengangkut penumpang menggunakan kendaraan barang.
    “Kita ketahui Toraja Utara merupakan daerah pegunungan dengan jalanan yang cukup berbahaya. Meskipun rambu-rambu sudah dipasang, kecelakaan sering terjadi karena rem blong dan kendaraan tidak layak. Kami bersama Kapolres akan mengambil sikap tegas, melarang truk mengangkut manusia,” kata Frederik, Minggu (13/7/2025).
    Ia juga menyatakan bahwa pemerintah daerah akan terus mendampingi keluarga korban, termasuk memberikan bantuan medis dan logistik kepada para penyintas.
    “Secara pribadi dan atas nama pemerintah daerah, kami turut berduka cita sedalam-dalamnya. Kami pastikan seluruh korban mendapat perawatan dan bantuan yang dibutuhkan,” ucapnya.
    Pemerintah daerah, lanjut Frederik, telah menginstruksikan tim gabungan dari BPBD, Dinas Kesehatan, dan aparat TNI-Polri untuk melakukan evakuasi dan proses identifikasi korban dengan cepat.
    Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Toraja Utara, AKBP Stephanus Lucktyto, menyoroti maraknya penggunaan truk sebagai kendaraan angkut penumpang di wilayahnya. Ia menyebut insiden ini sebagai peringatan keras bagi seluruh masyarakat.
    “Ini menjadi pengalaman berat bagi kita semua bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama. Kami mengimbau masyarakat untuk menggunakan kendaraan sesuai peruntukannya. Truk bukan untuk mengangkut orang,” ujar Stephanus.
    Ia berharap tragedi ini menjadi momentum bagi masyarakat agar lebih sadar akan pentingnya keselamatan dalam berkendara.
    “Kami akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mencari solusi jangka panjang. Perlu ada upaya bersama agar masyarakat memiliki akses yang lebih baik terhadap transportasi umum yang layak dan aman,” tambahnya.
    Saat ini, sejumlah korban yang mengalami luka parah masih menjalani perawatan intensif di RSU Elim Rantepao. Sementara keluarga korban tewas terus berdatangan ke rumah sakit untuk mengurus proses identifikasi dan pemakaman.
    Sebelumnya diberitakan, kecelakaan tragis terjadi di Lembang Sereale, Kecamatan Tikala, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, pada Sabtu (12/7/2025) sore. Sebuah truk yang mengangkut 20 orang warga terguling saat melewati tikungan tajam. Hingga Minggu (13/7/2025) siang, tercatat tujuh orang penumpang termasuk sopir meninggal dunia dan 13 lainnya mengalami luka berat.
    Kasat Lantas Polres Toraja Utara, AKP Haryanto menyatakan truk dengan nomor polisi DP8979KB tersebut diketahui melaju dari arah Pangala menuju Tikala, usai rombongan mengikuti acara adat Rambu Solo’ di Lembang Lo’ko’ Uru, Kecamatan Rindingallo, namun, saat tiba di wilayah Sereale, kendaraan diduga kehilangan kendali dan terguling.
    “Pas di TKP, memang di situ ada tingkungan cukup tajam dan lokasi itu memang bekas tanah longsor, kemudian juga ada batu besar berada di pinggir jalan yang memang cukup mengganggu, sehingga pengemudi tidak bisa menggerakkan kendaraannya,” kata Haryanto saat dikonfirmasi, Minggu (13/7/2025).
    “Informasi yang saya dapatkan di TKP tadi, kendaraan ini memang dengan kecepatan tinggi. Kebetulan juga yang mengemudikan kendaraan adalah kernetnya jadi bukan sopir aslinya,” tambahnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dalam Durasi Sepekan, Bencana Longsor Terjadi di Belasan Titik di Depok

    Dalam Durasi Sepekan, Bencana Longsor Terjadi di Belasan Titik di Depok

    Jakarta: Bencana tanah longsor terjadi di belasan titik di wilayah Kota Depok, Jawa Barat hanya dalam waktu sepekan. 

    Belasan kasus tanah longsor terjadi di beberapa wilayah kecamatan, seperti Tapos, Cimanggis, Cilodong, Bojongsari, dan Sawangan.

    “Berdasarkan asesmen yang dilakukan oleh Satgas Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Depok, terdapat 15 laporan tanah longsor. Hujan dengan intensitas lebat menjadi penyebab utama tanah longsor tersebut,” ujar Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Dinas PUPR) Depok, Rizwanur Rahim, Sabtu, 12 Juli 2025.
     
    Dampak kerusakan

    Musibah itu juga menyebabkan beberapa rumah rusak. Bahkan, material tanah longsor ada yang menutup akses jalan di beberapa titik, seperti di dekat jembatan Nurul Fikri, RT 002/RW 01 Kelurahan Cilangkap, Tapos. 
     

    Dinas PUPR Depok bersama warga telah melakukan upaya penanganan darurat sementara di beberapa titik. Dinas pun bersama pihak kelurahan terdampak juga langsung berkoodinasi untuk penanganan lanjutan.

    “Mengingat saat ini hujan dengan intensitas meningkat dan potensi terjadinya tanah longsor karena tanah labil di beberapa titik, untuk keselamatan bersama, maka diminta supaya waspada dan siap siaga,” terangnya.

    Sementara itu, Kepala Seksi Pembangunan dan Rehabilitasi Sumber Daya Air Dinas PUPR Depok Bahtiar Ardiansyah, mengaku pihaknya terus memantau dan melakukan pendataan terhadap daerah yang dilanda bencana alam.

    Selain itu, lanjut dia, jajarannya juga menerjunkan petugas reaksi cepat (PRC) untuk menyingkirkan material tanah longsor. “Kami terus pantau kondisi terbaru,” pungkas Bahtiar.

    Jakarta: Bencana tanah longsor terjadi di belasan titik di wilayah Kota Depok, Jawa Barat hanya dalam waktu sepekan. 
     
    Belasan kasus tanah longsor terjadi di beberapa wilayah kecamatan, seperti Tapos, Cimanggis, Cilodong, Bojongsari, dan Sawangan.
     
    “Berdasarkan asesmen yang dilakukan oleh Satgas Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Depok, terdapat 15 laporan tanah longsor. Hujan dengan intensitas lebat menjadi penyebab utama tanah longsor tersebut,” ujar Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Dinas PUPR) Depok, Rizwanur Rahim, Sabtu, 12 Juli 2025.
     

    Dampak kerusakan

    Musibah itu juga menyebabkan beberapa rumah rusak. Bahkan, material tanah longsor ada yang menutup akses jalan di beberapa titik, seperti di dekat jembatan Nurul Fikri, RT 002/RW 01 Kelurahan Cilangkap, Tapos. 
     

    Dinas PUPR Depok bersama warga telah melakukan upaya penanganan darurat sementara di beberapa titik. Dinas pun bersama pihak kelurahan terdampak juga langsung berkoodinasi untuk penanganan lanjutan.
     
    “Mengingat saat ini hujan dengan intensitas meningkat dan potensi terjadinya tanah longsor karena tanah labil di beberapa titik, untuk keselamatan bersama, maka diminta supaya waspada dan siap siaga,” terangnya.
     
    Sementara itu, Kepala Seksi Pembangunan dan Rehabilitasi Sumber Daya Air Dinas PUPR Depok Bahtiar Ardiansyah, mengaku pihaknya terus memantau dan melakukan pendataan terhadap daerah yang dilanda bencana alam.
     
    Selain itu, lanjut dia, jajarannya juga menerjunkan petugas reaksi cepat (PRC) untuk menyingkirkan material tanah longsor. “Kami terus pantau kondisi terbaru,” pungkas Bahtiar.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (PRI)

  • Dalam Durasi Sepekan, Bencana Longsor Terjadi di Belasan Titik di Depok

    Dalam Durasi Sepekan, Bencana Longsor Terjadi di Belasan Titik di Depok

    Jakarta: Bencana tanah longsor terjadi di belasan titik di wilayah Kota Depok, Jawa Barat hanya dalam waktu sepekan. 

    Belasan kasus tanah longsor terjadi di beberapa wilayah kecamatan, seperti Tapos, Cimanggis, Cilodong, Bojongsari, dan Sawangan.

    “Berdasarkan asesmen yang dilakukan oleh Satgas Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Depok, terdapat 15 laporan tanah longsor. Hujan dengan intensitas lebat menjadi penyebab utama tanah longsor tersebut,” ujar Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Dinas PUPR) Depok, Rizwanur Rahim, Sabtu, 12 Juli 2025.
     
    Dampak kerusakan

    Musibah itu juga menyebabkan beberapa rumah rusak. Bahkan, material tanah longsor ada yang menutup akses jalan di beberapa titik, seperti di dekat jembatan Nurul Fikri, RT 002/RW 01 Kelurahan Cilangkap, Tapos. 
     

    Dinas PUPR Depok bersama warga telah melakukan upaya penanganan darurat sementara di beberapa titik. Dinas pun bersama pihak kelurahan terdampak juga langsung berkoodinasi untuk penanganan lanjutan.

    “Mengingat saat ini hujan dengan intensitas meningkat dan potensi terjadinya tanah longsor karena tanah labil di beberapa titik, untuk keselamatan bersama, maka diminta supaya waspada dan siap siaga,” terangnya.

    Sementara itu, Kepala Seksi Pembangunan dan Rehabilitasi Sumber Daya Air Dinas PUPR Depok Bahtiar Ardiansyah, mengaku pihaknya terus memantau dan melakukan pendataan terhadap daerah yang dilanda bencana alam.

    Selain itu, lanjut dia, jajarannya juga menerjunkan petugas reaksi cepat (PRC) untuk menyingkirkan material tanah longsor. “Kami terus pantau kondisi terbaru,” pungkas Bahtiar.

    Jakarta: Bencana tanah longsor terjadi di belasan titik di wilayah Kota Depok, Jawa Barat hanya dalam waktu sepekan. 
     
    Belasan kasus tanah longsor terjadi di beberapa wilayah kecamatan, seperti Tapos, Cimanggis, Cilodong, Bojongsari, dan Sawangan.
     
    “Berdasarkan asesmen yang dilakukan oleh Satgas Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Depok, terdapat 15 laporan tanah longsor. Hujan dengan intensitas lebat menjadi penyebab utama tanah longsor tersebut,” ujar Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Dinas PUPR) Depok, Rizwanur Rahim, Sabtu, 12 Juli 2025.
     

    Dampak kerusakan

    Musibah itu juga menyebabkan beberapa rumah rusak. Bahkan, material tanah longsor ada yang menutup akses jalan di beberapa titik, seperti di dekat jembatan Nurul Fikri, RT 002/RW 01 Kelurahan Cilangkap, Tapos. 
     

    Dinas PUPR Depok bersama warga telah melakukan upaya penanganan darurat sementara di beberapa titik. Dinas pun bersama pihak kelurahan terdampak juga langsung berkoodinasi untuk penanganan lanjutan.
     
    “Mengingat saat ini hujan dengan intensitas meningkat dan potensi terjadinya tanah longsor karena tanah labil di beberapa titik, untuk keselamatan bersama, maka diminta supaya waspada dan siap siaga,” terangnya.
     
    Sementara itu, Kepala Seksi Pembangunan dan Rehabilitasi Sumber Daya Air Dinas PUPR Depok Bahtiar Ardiansyah, mengaku pihaknya terus memantau dan melakukan pendataan terhadap daerah yang dilanda bencana alam.
     
    Selain itu, lanjut dia, jajarannya juga menerjunkan petugas reaksi cepat (PRC) untuk menyingkirkan material tanah longsor. “Kami terus pantau kondisi terbaru,” pungkas Bahtiar.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (PRI)

  • 3 Fakta Terkini Terkait Kasus Temuan Jasad Tanpa Kepala di Kali Ciliwung – Page 3

    3 Fakta Terkini Terkait Kasus Temuan Jasad Tanpa Kepala di Kali Ciliwung – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Jasad pria ditemukan mengambang di Kali Ciliwung, Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan (Jaksel) pada Rabu siang 9 Juli 2025. Kondisi jasad sangat mengenaskan tidak mengenakan busana dan sudah membusuk.

    Wakil Menteri Dalam Negeri atau Wamendagri Bima Arya pun membenarkan jenazah tanpa kepala yang ditemukan di kali Ciliwung tersebut merupakan salah satu pegawai dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

    “Ada dugaan itu staff pengemudi biro umum Kemendagri,” kata Bima Arya saat dikonfirmasi, Jumat 11 Juli 2025.

    Bima Arya mengatakan korban sebelum ditemukan meninggal dunia, dia sempat memancing di kawasan Bogor, Jawa Barat. Nahas, korban juga pada saat itu sempat dilaporkan menghilang karena tertimpa longsor di kawasan Megamendung, Bogor beberapa waktu lalu.

    Polisi pun melakukan tes DNA. Pemeriksaan dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Pusdokkes Polri (RS Polri) Kramat Jati, Jakarta Timur.

    “Untuk lebih akurat lagi pihak RS Polri melakukan tes DNA,” kata Kapolsek Pancoran Kompol Mansur, dikutip dari Antara.

    RS Polri, saat ini masih melakukan autopsi untuk pemeriksaan lebih lanjut yang nantinya akan dites DNA. Terlebih, dari hasil autopsi sudah mendekati ciri otentik yang diyakini keluarga korban dengan melihat langsung di RS Polri.

    “Dari autopsi hasil sudah mendekati otentik ciri-ciri seperti tahi lalat di bawah mata, tahi lalat di bawah dagu dan jenggot masih tersisa,” ucap Mansur.

    Berikut sederet fakta terkini usai temuan jasad tanpa kepala di Kali Ciliwung dihimpun Tim News Liputan6.com:

     

    Jasad kedua wanita pasien Covid-19 ini tertukar, salah satunya sempat dikubur. Beruntung keluarga menyadari kejadian ini, jenazah yang terlanjur dikuburkan pun dimandikan ulang, dan dimakamkan di wilayah yang berbeda.