Topik: longsor

  • Air Sumur Bor, Kena Prank Kita Cuy

    Air Sumur Bor, Kena Prank Kita Cuy

    GELORA.CO – Terungkapnya sumber air Aqua ternyata bukan dari mata air pegunungan menjadikan akun media sosial Instagram perusahaan air mineral itu menjadi bulan-bulanan warganet.

    Cibiran hingga hinaan terus memenuhi kolom komentar akun Instagram @sehataqua. Ini merupakan buntut dari adanya laporan masyarakat setempat yang ditindaklanjuti oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

    Dalam inspeksi mendadak (sidak) nya ke PT. Tirta Investama Subang, Dedi Mulyadi mengaku terkejut setelah mengetahui air Aqua berasal dari sumur bor atau pipa bertekanan tinggi, bukan dari mata air pegunungan seperti yang ditampilkan di iklan.

    Komentar pedas muncul sejak Rabu (22/10/2025) di antaranya,

    “AIR AQUA SUMUR BOR??? aduh,” tulis @andra.novriadi.

    “Sumur bor, kirain gunung asli,” tulis @_darul.

    “Selama ini Aqua bilang dari air pegunungan…ternyata dari sumur,” tulis @mrrachman77.

    “Kena prank kita cuy,” tulis @moneterlydia.

    “Untungnya banyak banget,” tulis @ale_manz_ale.

    Sebelumnya, Gubernur Dedi Mulyadi melakukan sidak ke PT. Tirta Investama Subang, Senin (20/10/2025) dan mendapati air yang dihasilkan oleh Pabrik Aqua tersebut bersumber dari sumur bor sedalam 100-130 meter.

    Akibatnya, muncul kekhawatiran potensi dampak lingkungan dari pengambilan air tanah secara besar-besaran. Karena bisa berujung pada risiko penurunan muka tanah, longsor, hingga krisis air.

    Bahkan setiap harinya, Aqua menyedot air sebanyak 2,8 juta liter secara gratis. “Itu diperoleh secara gratis. Kalau pabrik semen, kain, otomotif, mereka harus beli bahan baku. Kalau perusahaan ini, bahan bakunya enggak beli,” ucap Dedi.

    Mantan Bupati Purwakarta itu menyayangkan apa yang telah dilakukan pabrik air mineral tersebut karena efeknya sangat mengkhawatirkan masyarakat.

    “Jangan sampai air dari sini diangkut dan dijual mahal, sementara masyarakat sekitar kekurangan air bersih,” lanjutnya.

    Dirinya meminta pihak terkait agar izin pengambilan air tanah serta operasional perusahaan Aqua di wilayah tersebut ditinjau ulang. Ia menjelaskan setiap perusahaan wajib memperhatikan izin terkait pengambilan air, pelestarian lingkungan, dan tanggung jaab sosial kepada warga sekitar.

  • Rumah di Gandusari Blitar Hancur Diterjang Longsor, Satu Keluarga Dilarikan ke Rumah Sakit

    Rumah di Gandusari Blitar Hancur Diterjang Longsor, Satu Keluarga Dilarikan ke Rumah Sakit

    Blitar (beritajatim.com) – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Blitar memicu bencana tanah longsor di Desa Tulungrejo, Kecamatan Gandusari, pada Rabu (22/10/2025). Satu rumah warga hancur usai diterjang material longsor.

    Tak hanya merusak bangunan rumah, bencana tanah longsor ini juga menyebabkan satu keluarga yang terdiri dari tiga orang, termasuk seorang balita, mengalami luka-luka. Ketiganya pun kini harus mendapatkan perawatan intensif ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Ngudi Waluyo Wlingi Blitar.

    “Kami sudah turun ke lokasi untuk memastikan kondisi rumah warga yang rusak, proses evakuasi pun sudah kita lakukan bersama petugas gabungan yang lain,” ungkap Kapolres Blitar, AKBP Arif Fazlurrahman, Kamis (23/10/2025).

    Peristiwa tragis ini terjadi sekitar pukul 15.30 WIB di Dusun Sumbergondo 2, RT 04/RW 02. Hujan dengan intensitas tinggi yang turun sejak pukul 14.00 WIB diduga kuat menjadi pemicu longsornya tebing yang berada di dekat rumah milik Mukri.

    Nahas, material longsor langsung menghantam bagian dapur dan kamar tidur yang ditempati oleh anak dan menantu Mukri. Tiga korban yang berada di dalam rumah saat kejadian berhasil dievakuasi dalam kondisi terluka. Mereka adalah:

    Jupri Widodo (24), mengalami luka di kaki dan goresan di pipi.
    Agustustrina Tri Dwi (24), mengalami luka di bagian tengkuk.
    M. Akza Avrio Widodo (1,5), seorang balita laki-laki yang mengalami luka di atas kepala.

    Kapolres Blitar, AKBP Arif Fazlurrahman, bersama Dandim 0808/Blitar, Letkol Inf. Hendra Sukmana, turun langsung ke lokasi kejadian memimpin penanganan. Tim gabungan dari Polsek Gandusari, Koramil, BPBD Kabupaten Blitar, dan relawan PMI segera mengevakuasi para korban.

    “Saat ini ketiga korban telah dilarikan ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi untuk mendapatkan perawatan lebih intensif,” ujar Kapolres Blitar, AKBP Arif Fazlurrahman, dalam laporannya.

    Akibat kejadian ini, rumah Mukri mengalami kerusakan parah, terutama di bagian dapur dan kamar, dengan total kerugian materiil diperkirakan mencapai Rp 50 juta. Sementara Mukri bersama istri dan anak kini masih menjalani perawatan RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar.

    Untuk mengantisipasi adanya longsor susulan, petugas telah memasang garis polisi (police line) di area rumah yang terdampak. Selain itu, akses jalan di sekitar lokasi terpaksa ditutup sementara karena kondisi tanah yang masih labil dan rawan longsor. Warga diimbau untuk tidak mendekati lokasi bencana. (owi/ian)

  • Hujan Deras Picu Longsor dan Banjir di Pasuruan, BPBD Imbau Warga Tetap Waspada

    Hujan Deras Picu Longsor dan Banjir di Pasuruan, BPBD Imbau Warga Tetap Waspada

    Pasuruan (beritajatim.com) – Hujan lebat yang mengguyur Kabupaten Pasuruan pada Rabu (22/10/2025) menyebabkan sejumlah wilayah mengalami bencana alam. Dalam waktu lebih dari dua jam, intensitas hujan tinggi memicu terjadinya longsor, banjir, dan angin kencang di beberapa kecamatan.

    Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan menunjukkan sedikitnya tiga jenis bencana terjadi secara bersamaan. Kondisi ini membuat petugas harus bekerja cepat untuk menangani dampak di berbagai titik terdampak.

    Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasuruan, Sugeng Hariyadi, mengatakan bencana terbesar terjadi di wilayah Kecamatan Purwodadi. Hujan deras menyebabkan tebing di sekitar pemukiman warga tergerus hingga mengakibatkan dua rumah rusak parah.

    “Longsor terjadi di Dusun Urung-Urung, Desa Dawuhansengon, dan Dusun Jajang, Desa Gerbo. Kerusakan meliputi dinding dan atap rumah warga yang ambrol serta pagar rumah yang roboh,” ujar Sugeng.

    Selain longsor, bencana angin kencang juga melanda wilayah Kecamatan Kejayan. Di Dusun Asemjajar, Desa Randugong, satu rumah milik warga bernama Saripa mengalami kerusakan di bagian atap akibat terjangan angin.

    Bencana lain berupa banjir juga dilaporkan melanda Kecamatan Kraton dan Kejayan. Luapan air dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Welang menyebabkan genangan air mencapai ketinggian 10 hingga 30 sentimeter.

    Menurut Sugeng, tim BPBD langsung diterjunkan ke lokasi-lokasi terdampak untuk melakukan penanganan awal. “Tim Reaksi Cepat (TRC) kami sudah melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan perangkat desa,” jelasnya.

    Petugas juga memastikan kebutuhan dasar warga yang terdampak tetap terpenuhi. Mereka menyalurkan bantuan darurat berupa makanan, air bersih, serta perlengkapan tanggap bencana lainnya.

    BPBD Kabupaten Pasuruan mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem. Pihaknya memantau bahwa kondisi atmosfer di wilayah Jawa Timur masih berpotensi menimbulkan hujan lebat dalam beberapa hari ke depan.

    “Kami mengimbau warga untuk selalu waspada terhadap kemungkinan banjir dan longsor susulan, terutama di daerah rawan bencana,” pungkas Sugeng. (ada/ian)

  • Gempa Hari Ini Rabu 22 Oktober 2025 Membuat Wilayah Buru Selatan Maluku Bergetar – Page 3

    Gempa Hari Ini Rabu 22 Oktober 2025 Membuat Wilayah Buru Selatan Maluku Bergetar – Page 3

    Tanggap Bencana Gempa Bumi

    Meski tak bisa dicegah, gempa bumi adalah bencana yang bisa dihadapi. Salah satu cara menghadapi gempa bumi adalah tanggap akan bencana gempa bumi.

    Contoh tanggap gempa bumi adalah mengetahui prosedur evakuasi dan mematuhi pedoman keselamatan ketika bencana ini datang.

    Menurut BNPB, gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.

    Menurut BMKG, gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.

    Menurut WHO, gempa bumi adalah guncangan hebat dan tiba-tiba dari tanah, yang disebabkan oleh pergerakan antara lempeng tektonik di sepanjang garis patahan di kerak bumi.

    Gempa bumi dapat mengakibatkan goncangan tanah, likuifaksi tanah, tanah longsor, retakan, longsoran, kebakaran dan tsunami.

  • Megatsunami Setinggi 200 Meter Menghantam Greenland, Ilmuwan Teriak

    Megatsunami Setinggi 200 Meter Menghantam Greenland, Ilmuwan Teriak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pada 2023 silam, megatsunami setinggi 200 meter menghantam Greendland. Kejadian ini baru terdeteksi setahun kemudian.

    Sejumlah ilmuwan kebingungan dengan insiden tersebut, namun akhirnya bisa menyimpulkan kemungkinan adanya tanah longsor di wilayah Fjord Greendland. 

    Longsor itu terjadi setelah 25 juta meter kubik batu dan es jatuh dari lereng sepanjang 600-900 meter. Berdasarkan citra satelit, terungkap empat longsor baru bersama dengan longsoran lainnya.

    “Saat kami mulai petualangan ilmiah, semua orang bingung dan tidak ada seorangpun yang paham,” ujar Kristian Svennevig dari Survei Geologi Denmark dan Greenland.

    “Kami hanya tahu kaitannya dengan tanah longsor. Kami berhasil memecahkan teka-teki ini lewat upaya interdisipliner dan internasional yang besar,” ia menambahkan.

    Dalam makalah oleh tim Svennevig disebut megatsunami itu terjadi selama seminggu dan tegak lurus dengan arah tsunami awal. Mereka juga menemukan kemungkinan asal usul penyebab mega tsunami.

    Lebih lanjut, kejadian longsor ini juga dikaitkan dengan perubahan iklim. Dampak perubahan iklim memang bisa memicu bencana di mana-mana.

    Hal ini kembali mengingatkan soal pentingnya menjaga lingkungan. Peneliti mengatakan terdapat perbedaan suhu ekstrem pada musim panas dan dingin membuat longsor terjadi pada musim semi.

    Sejumlah hal menyebabkan longsor, misalnya lapisan es yang mencair, kurangnya penopang es dan perubahan pola presipitasi.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Megatsunami Setinggi 200 Meter Menghantam Greenland, Ilmuwan Teriak

    Megatsunami Setinggi 200 Meter Menghantam Greenland, Ilmuwan Teriak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pada 2023 silam, megatsunami setinggi 200 meter menghantam Greendland. Kejadian ini baru terdeteksi setahun kemudian.

    Sejumlah ilmuwan kebingungan dengan insiden tersebut, namun akhirnya bisa menyimpulkan kemungkinan adanya tanah longsor di wilayah Fjord Greendland. 

    Longsor itu terjadi setelah 25 juta meter kubik batu dan es jatuh dari lereng sepanjang 600-900 meter. Berdasarkan citra satelit, terungkap empat longsor baru bersama dengan longsoran lainnya.

    “Saat kami mulai petualangan ilmiah, semua orang bingung dan tidak ada seorangpun yang paham,” ujar Kristian Svennevig dari Survei Geologi Denmark dan Greenland.

    “Kami hanya tahu kaitannya dengan tanah longsor. Kami berhasil memecahkan teka-teki ini lewat upaya interdisipliner dan internasional yang besar,” ia menambahkan.

    Dalam makalah oleh tim Svennevig disebut megatsunami itu terjadi selama seminggu dan tegak lurus dengan arah tsunami awal. Mereka juga menemukan kemungkinan asal usul penyebab mega tsunami.

    Lebih lanjut, kejadian longsor ini juga dikaitkan dengan perubahan iklim. Dampak perubahan iklim memang bisa memicu bencana di mana-mana.

    Hal ini kembali mengingatkan soal pentingnya menjaga lingkungan. Peneliti mengatakan terdapat perbedaan suhu ekstrem pada musim panas dan dingin membuat longsor terjadi pada musim semi.

    Sejumlah hal menyebabkan longsor, misalnya lapisan es yang mencair, kurangnya penopang es dan perubahan pola presipitasi.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Cerita Warga Terjebak Genangan di Semarang-Demak, Terpaksa Telat Kerja
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        22 Oktober 2025

    Cerita Warga Terjebak Genangan di Semarang-Demak, Terpaksa Telat Kerja Regional 22 Oktober 2025

    Cerita Warga Terjebak Genangan di Semarang-Demak, Terpaksa Telat Kerja
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com
    – Hujan deras yang mengguyur sejak Selasa (21/10/2025) sore, membuat sejumlah ruas jalan di wilayah Kecamatan Genuk, Kota Semarang, Jawa Tengah, tergenang.
    Akibatnya, arus lalu lintas dari arah Demak menuju Semarang tersendat, bahkan beberapa kendaraan roda dua tampak mogok di tengah jalan.
    Bagi warga yang bekerja di Semarang, kondisi ini menjadi momok setiap kali musim hujan tiba.
    Salah satunya Rudi (34), warga Kecamatan Karangtengah, Demak, yang bekerja di sebuah pabrik di kawasan Kaligawe.
    Ia mengaku berangkat lebih pagi dari biasanya, namun tetap tiba terlambat karena terjebak genangan.
    “Biasanya 30 menit sampai, ini dua jam lebih. Saya muter lewat jalan alternatif,” ujar Rudi saat ditemui di sekitar lokasi Jalan Padi Raya Semarang, Rabu (22/10/2025).
    Siti Marlina (29), warga Sayung, Demak, yang bekerja di salah satu kantor ekspedisi di Semarang Timur, mengaku harus absen setengah hari karena tidak bisa melintas di jalur utama Genuk.
    “Sudah coba lewat jalur tol Demak–Semarang, tapi antre panjang banget. Akhirnya saya balik dulu, nunggu air agak surut,” tutur Siti.
    “Sudah tidak setinggi tadi malam,” kata Endro saat dikonfirmasi.
    Menurutnya, hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak Selasa sore mengakibatkan genangan di sejumlah titik.
    “Beberapa titik tergenang dan beberapa kejadian alam,” lanjutnya.
    BPBD Kota Semarang juga sudah melakukan assessment, kaji cepat dan penanganan darurat untuk menangani genangan itu.
    “Beberapa wilayah masih terdapat genangan, namun mengalami tren surut,” ungkap Endro.
    Untuk tinggi genangan juga bervariatif, mulai dari 10 sentimeter hingga 40 sentimeter. Endro juga mengimbau agar warga selalu waspada terhadap fenomena alam.
    “Tidak hanya banjir tapi juga longsor dan puting beliung yang perlu jadi perhatian,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sudinhub perbaiki alur masuk kolam labuh Pulau Sabira

    Sudinhub perbaiki alur masuk kolam labuh Pulau Sabira

    Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Perhubungan (Sudinhub) Kabupaten Kepulauan Seribu memperbaiki alur masuk kolam labuh dengan membangun “sheet pile” (dinding vertikal penahan air dan tanah) sepanjang 135 meter untuk memudahkan arus lalu lintas kapal di dermaga Pulau Sabira.

    “Kegiatan ini dilakukan untuk menanggulangi area alur yang mengalami longsor dan kerusakan akibat terpaan ombak laut,” kata Kepala Seksi Pembangunan dan Pelayanan Sudinhub Kepulauan Seribu, Ahyus Wanto di Jakarta, Selasa.

    Ia menjelaskan bahwa pekerjaan konstruksi telah dimulai sejak pertengahan tahun 2025 dan kontrak pekerjaan ditandatangani pada 19 Juni 2025.

    “Sheet pile dilakukan pada Juli hingga Agustus, dan tiba di Pulau Sabira pada akhir Agustus 2025,” kata dia.

    Ia mengatakan pemancangan pertama dilakukan pada 1 September 2025, dilanjutkan dengan pemasangan cetakan sementara dari beton atau bekisting dan pengecoran capping beam mulai Oktober hingga Desember 2025.

    Pihaknya menargetkan penyelesaian pekerjaan pada awal Desember 2025, tapi bisa lebih cepat karena pemancangan “sheet pile” selesai lebih awal dari jadwal yang ditentukan.

    Ia mengatakan bahwa proyek ini merupakan tindak lanjut dari aspirasi masyarakat yang telah disampaikan sejak 2023 dan 2024 dilakukan kajian perencanaan serta Detailed Engineering Design (DED). Pada 2025 masuk tahap pelaksanaan konstruksi.

    Selain pembangunan tanggul, kegiatan juga mencakup pendalaman alur masuk kolam labuh agar kapal nelayan dan transportasi warga dapat bersandar dengan aman.

    Proyek perbaikan alur ini diharapkan dapat meningkatkan keselamatan pelayaran, memperlancar aktivitas transportasi laut, serta mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat Pulau Sabira.

    Sementara itu, Ketua RW 03 Pulau Sabira Muhammad Ali Kurniawan mengatakan selama ini longsoran di alur masuk cukup mengganggu aktivitas kapal dan kehadiran “sheet pile” ini menjadi solusi.

    “Sekarang sudah mulai tertata dan lebih aman,” kata dia.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Warga Jepang Cemas, Musim Panas Kian Ekstrem

    Warga Jepang Cemas, Musim Panas Kian Ekstrem

    Jakarta

    Jepang mengalami serangkaian peristiwa cuaca ekstrem yang memecahkan rekor sepanjang 2025, dengan para ahli memperingatkan dampak serius yang mungkin terjadi.

    Musim panas 2025 tercatat sebagai yang terpanas dalam sejarah Jepang, dengan suhu rata-rata nasional 2,36 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan rata-rata sejak pencatatan dimulai pada tahun 1898. Kota Isesaki di Prefektur Gunma mencatat rekor nasional baru 41,8°C pada 5 Agustus.

    Badan Meteorologi Jepang (JMA) melaporkan bahwa jaringannya yang terdiri dari lebih dari 1.300 stasiun mencatat 30 kali suhu di atas 40°C, jauh melebihi rekor tahunan sebelumnya, yaitu 17 kali pada musim panas 2018.

    Meskipun kini musim gugur telah tiba di kepulauan Jepang, panasnya belum sepenuhnya mereda, suhu 35°C tercatat di Kota Kagoshima pada Minggu (19/10), dan lebih dari 30 lokasi di seluruh negeri juga mencatat rekor suhu tertinggi untuk Oktober.

    Kenaikan suhu yang luar biasa tinggi

    “Penyebab paling mendasar dari peningkatan suhu ini adalah pemanasan global,” kata Yoshihiro Iijima, profesor klimatologi di Universitas Metropolitan Tokyo.

    “Tahun ini, kita melihat suhu permukaan yang sangat tinggi di Samudra Pasifik dan Laut Jepang, di kedua sisi kepulauan Jepang, yang berkontribusi pada kelembapan tinggi dan udara yang lebih hangat di daratan,” katanya kepada DW.

    Menurut Iijima, suhu laut yang meningkat diperburuk oleh sistem tekanan tinggi yang bertahan lama di atas Jepang selama musim panas, sementara arus jet subtropis di atas Eurasia sejak Juni bergeser signifikan ke arah Kutub Utara.

    Krisis Iklim jadi faktor utama

    Kondisi ekstrem tahun ini membuat JMA mengadakan Panel Penasihat untuk Peristiwa Iklim Ekstrem, dan para penelitinya menegaskan kaitan dengan krisis iklim global.

    “Rekor suhu tinggi yang tercatat di sekitar Jepang pada musim panas 2025 hampir mustahil terjadi jika tidak ada efek dari pemanasan global,” tulis panel tersebut dalam sebuah studi yang diterbitkan pada akhir September.

    “Tingkat kenaikan suhu akibat pemanasan global telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir,” tambah mereka. “Suhu rata-rata musim panas tertinggi di Jepang telah tercatat selama tiga tahun berturut-turut (2023–2025), jauh melampaui tren kenaikan suhu linier yang diproyeksikan dari periode 1995–2024.”

    Dampak terhadap pertanian dan bencana alam

    Menurut Iijima, panas ekstrem di musim panas dapat memiliki konsekuensi serius bagi Jepang.

    “Dampaknya terhadap sektor pertanian akan berat, karena produksi beras menurun akibat tanaman tidak tahan panas dan kekurangan air,” ujarnya.

    Para ahli juga mencatat perubahan di sektor perikanan, dengan hasil tangkapan menurun dan banyak spesies ikan berpindah ke utara mencari perairan yang lebih sejuk.

    Namun, panas ini juga berdampak langsung pada masyarakat Jepang, lebih dari 100.000 orang dirawat di rumah sakit antara 1 Mei dan awal Oktober karena serangan panas (heatstroke).

    Angka ini meningkat 4% dibanding tahun sebelumnya, yang juga rekor tertinggi, dengan lansia paling rentan akibat kombinasi suhu tinggi dan kelembapan.

    Iijima juga memperingatkan bahwa panas ekstrem dapat menciptakan topan yang lebih kuat.

    Topan Nakri melintasi gugusan Pulau Izu di selatan Tokyo pada Senin (13/10), seminggu setelah Topan Halong menghantam wilayah yang sama. Topan pertama menyebabkan satu korban jiwa, merusak bangunan, dan memicu tanah longsor. JMA melaporkan bahwa angin dari Topan Nakri mencapai kecepatan 180 km/jam (112 mph) dan membawa curah hujan yang sangat tinggi.

    “Suhu permukaan laut yang tetap tinggi di sekitar Jepang membuat topan-topan ini bertahan lebih lama, menjadi lebih kuat dan lebih merusak,” kata Iijima. “Dan jika kondisi semakin panas, maka topan akan menjadi semakin berbahaya.”

    Tidak ada lagi musim semi dan gugur?

    Penelitian yang dipimpin oleh Yoshihiro Tachibana, profesor dari Departemen Ilmu dan Teknologi Lingkungan di Universitas Mie, menemukan bahwa musim panas di Jepang telah bertambah tiga minggu lebih panjang antara 1982 dan 2023 akibat perubahan iklim.

    “Hal ini terjadi karena pemanasan global dan suhu permukaan laut di sekitar Jepang yang terus meningkat,” kata Tachibana, seraya menunjukkan bahwa suhu laut di sekitar Jepang meningkat dua hingga tiga kali lebih cepat daripada rata-rata global.

    “Ini disebabkan oleh suhu musim panas yang lebih tinggi di sini dibanding wilayah lain di dunia, karena pengaruh angin barat yang hangat dan arus Kuroshio yang membawa air hangat dari Samudra Pasifik tropis ke Jepang,” jelasnya.

    Sementara musim panas kini semakin panjang, musim dingin relatif tetap karena Jepang masih terpengaruh oleh angin kutub dari utara. Namun, musim semi dan musim gugur makin pendek.

    “Saya memperkirakan musim panas di Jepang akan terus memanjang akibat pemanasan global, yang berarti musim semi dan gugur akan semakin singkat,” kata Tachibana.

    “Dalam waktu 30 tahun, keduanya bisa saja hampir menghilang, kecuali ada tindakan nyata untuk menghentikan dampak pemanasan global. Jika tidak, maka dalam 30 tahun Jepang bisa menjadi negara dengan hanya dua musim.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Rahka Susanto

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

  • Dua Gempa Besar Diramal Akan Terjadi Bersamaan, Indonesia Aman?

    Dua Gempa Besar Diramal Akan Terjadi Bersamaan, Indonesia Aman?

    Jakarta

    Para peneliti yang ingin mengungkap pola pergerakan gempa bumi menemukan fakta yang meresahkan, dua patahan terbesar di dunia terkadang bekerja bersamaan.

    Para peneliti gempa bumi di Pantai Barat Amerika Utara menemukan tanda, bahwa gempa bumi di Zona Subduksi Cascadia atau Sesar San Andreas dapat memicu gempa bumi di zona lainnya.

    Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Geosphere, para peneliti dari Oregon State University yang dipimpin oleh Chris Goldfinger, seorang ahli geologi dan geofisika kelautan, menunjukkan bukti yang disebut ‘sinkronisasi parsial’ antara Sesar San Andreas utara dan Zona Subduksi Cascadia.

    Sinkronisasi parsial pada dasarnya berarti bahwa suatu peristiwa gempa bumi di satu zona memiliki riwayat pemicu di zona lainnya, dan bukti historis ‘interaksi signifikan’ antara keduanya, serta potensi interaksi yang lebih besar di masa mendatang. Menurut mereka, hal ini perlu dianggap sebagai peringatan.

    Bukti inti dari hubungan ini berasal dari dasar laut. Tim menambang 130 inti sedimen yang berasal dari 3.100 tahun yang lalu, dari Persimpangan Tiga Mendocino, tempat pertemuan Lempeng Juan de Fuca dan Lempeng Gorda di bawah Lempeng Amerika Utara, di Zona Subduksi Cascadia dengan Sesar San Andreas di lepas pantai California utara. Di sana, lapisan sedimen menunjukkan aktivitas turbidit yang tidak biasa, lapisan yang terbentuk oleh longsor laut yang menggerakkan dasar laut, yang seringkali merupakan tanda-tanda awal gempa bumi.

    “Turbidit pada umumnya memiliki sedimen kasar di bagian bawah, sementara lanau yang lebih halus mengendap di bagian atas. Namun, di Mendocino Triple Junction, struktur tersebut terbalik dan tampak terbalik dengan semua pasir di atasnya. Dan sejauh yang kami ketahui, gravitasi tidak berubah,” ujar Goldfinger dikutip dari Scientific American, Senin (20/10/2025).

    Hal ini kemungkinan menyiratkan bahwa formasi turbidit unik tersebut ditumpuk oleh dua gempa bumi, satu dari masing-masing zona, secara berurutan dengan selisih waktu beberapa tahun atau bahkan menit.

    Studi ini menunjukkan bahwa delapan tikungan turbidit memiliki ‘tumpang tindih temporal yang substansial’ antara Zona Subduksi Cascadia dan Sesar San Andreas, dan bahwa peristiwa gempa sinkronisasi besar terakhir terjadi sekitar tahun 1700. Goldfinger membandingkan situasi ini dengan menyetel radio untuk mengonversi sinyal masuk.

    “Saat menyetel sistem radio lama, pada dasarnya Anda menyebabkan satu osilator bergetar pada frekuensi yang sama dengan yang lainnya. Ketika patahan-patahan ini sinkron, satu patahan dapat menyetel patahan lainnya dan menyebabkan gempa bumi berpasangan,” ujarnya.

    Namun, meskipun sudah lebih dari 300 tahun sejak gempa bumi kembar terakhir terjadi, hal itu tidak menutup kemungkinan akan terjadi peristiwa serupa di masa mendatang.

    “Kita bisa memperkirakan bahwa gempa bumi di salah satu patahan saja akan menguras sumber daya seluruh negeri untuk meresponsnya,” ujar Goldfinger.

    “Jika keduanya terjadi bersamaan, maka kemungkinan San Francisco, Portland, Seattle, dan Vancouver semuanya akan berada dalam situasi darurat dalam jangka waktu yang singkat,” imbuhnya.

    Meskipun ‘hanya’ terjadi delapan kejadian besar, bukti menunjukkan kedua wilayah tersebut saling terkait erat sehingga gempa bumi yang terjadi hampir bersamaan bukanlah hal yang jarang terjadi.

    “Dalam makalah ini, kami berfokus pada geologi, alih-alih memikirkan potensi bencana. Namun, cukup jelas bahwa jika hal seperti ini terjadi, dan kami yakin buktinya kuat, kami perlu bersiap,” kata Goldfinger.

    Dari penelitian tersebut, belum diketahui bagaimana dengan kondisi patahan lain misalnya di Asia termasuk Indonesia. Penelitian mereka baru untuk wilayah Amerika saja.

    (rns/fay)